• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TENTANG NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KERIPIK. SALAK (Salacca Zalacca)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TENTANG NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KERIPIK. SALAK (Salacca Zalacca)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1) Penulis 2) Pembimbing 3) Pembimbing

1

KAJIAN TENTANG NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KERIPIK SALAK (Salacca Zalacca)

Reynaldy Kharisma Pratama1)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi re_khatama21@yahoo.co.id

Dedi Sufyadi2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Dedi_sufyadi@yahoo.co.id

Tedi Hartoyo3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi td46151@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak dan nilai tambah agroindustri buah salak menjadi keripik salak. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode studi kasus pada UMKM Binangkit yang berada di Desa Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan responden dan data sekunder yang diperoleh dari literatur-literatur dan studi pustaka melalui dokumen, terbitan ataupun hasil penelitian dari berbagai lembaga atau instansi yang berhubungan dengan topik penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan dari bulan Juni 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak masih dilakukan dengan cara semi modern. Proses pengolahan meliputi penyortiran, pengupasan, pemisahan biji, pemotongan, pencucian, perendaman, penggorengan, penirisan, dan pengemasan Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak sebesar Rp. 10.005,00 per kilogram dengan faktor konversi sebesar 0,15 serta koefisien tenaga kerja sebesar 0,587 dan nilai output sebesar Rp. 15.000,00 per kilogram.

Kata kunci : Agroindustri, Buah Salak, Faktor Konversi, Nilai Tambah, Keripik Salak

(2)

2

ABSTRACT

The aim of this research was to know the technical processing of snake fruit become chips and its value-added of agro-industry.

In this research, reseacher used case study method in UMKM Binangkit located at Manonjaya village, district Manonjaya, Tasikmalaya. To collect the data, reseacher had two ways. There were primary data obtained through interview with respondents and secondary data from literature, journals, and scientific papers related to this study. This study was conducted over five months from June-October 2015.

The result of this research showed that the technical processing of snake fruit become chip has been using semi-modern technique. The processing included sorting, stripping, separation of grains, cutting, washing, immersion, frying, draining, and packaging. The value-added obtained from that processing are Rp. 10005,00/kg with a conversion factor of 0,15 and coefficient of labor 0,587 and the output value Rp. 15.000,00/kg.

Key words : Agro-industry, Snake Fruit, Conversion Factor, Value-added, Chip of Snake Fruit.

I PENDAHULUAN

Pembangunan sektor pertanian dalam arti luas ditujukan untuk menghasilkan produk-produk unggulan, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri, dan memperluas kesempatan kerja. Produk-produk tersebut berbasiskan pada agroindustri dan agribisnis yang tangguh yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan nilai tambah. Sasaran akhir dari aktifitas tersebut adalah meningkatkan pendapatan petani yang didukung oleh ketersediaan modal, tenaga kerja, faktor kelembagaan serta sarana dan prasarana lainnya (Asnawi, 2003).

Kegiatan pembangunan agroindustri merupakan bagian dari industri bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Pembangunan dan pengembangan agroindustri secara tepat dengan didukung sumberdaya dan menjadi strategi arah kebijakan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan negara dalam mengembangkan pembangunan hasil pertanian.

Agroindustri yang di pandang strategis untuk dikembangkan di antaranya adalah industri pengolahan makanan. Peranan subsektor agroindustri pengolahan

(3)

3

makanan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia, khususnya bagi pembentukan pendapatan nasional dan penyerapan tenaga kerja.

Selanjutnya subsektor industri pengolahan ini juga berperan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yang mana sektor industri pengolahan merupakan sektor penyumbang terbesar dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Agroindustri merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam upaya untuk meningkatkan nilai tambah daripada produk pertanian dijual mentah. Agroindustri adalah industri pengolahan yang bergerak dalam pengolahan hasil pertanian.Mengingat produk pertanian memiliki karakteristik produk seperti mudah rusak atau cepat busuk (perishable), produksinya terpencar-pencar, dan bersifat musiman maka upaya untuk menanggulanginya adalah melalui pengolahan hasil pertanian tersebut atau lebih dikenal sebagai agroindustri (Buchari Alma, 2004).

Industri pengolahan komoditi hasil pertanian merupakan salah satu industri yang sangat mendesak di kembangkan di tanah air. Industri ini merupakan satu-satunya pilihan untuk membantu kalangan petani di tanah air guna memperbaiki nasib dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebab, hanya dengan mengembangkan industri pengolahan itulah akan terjadi proses nilai tambah terhadap berbagai komoditi yang pada gilirannya akan mampu memperbaiki nasib dan kesejahteraan petani.

Pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian saat ini banyak dikembangkan. Buah salak adalah salah satu bahan baku yang saat ini mulai diperhatikan oleh UMKM yang bergerak di bidang agroindustri. Buah Salak memiliki bentuk dan rasa yang sangat khas. Pemanfaatan buah salak sebagai bahan baku agroindustri sangat beranekaragam diantaranya yaitu dapat dibuat menjadi keripik salak, dodol salak, manisan salak, dan banyak lagi olahan yang berbahan baku buah salak. Banyaknya aneka olahan dari buah salak ini tentu bisa menambah nilai tambah baik bagi petani maupun pelaku UMKM yang menjalankannya.

(4)

4

Potensi buah salak di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, seperti halnya kabupaten Sleman Yogyakarta yang memiliki potensi unggulan salak pondoh, kabupaten Tasikmalaya juga memiliki potensi salak yang tak kalah enak yakni salak Manonjaya. Buah khas Tasikmalaya ini tersebar di enam kecamatan, yaitu kecamatan Cibalong, Cineam, Manonjaya, Cibeureum, Kawalu, dan Sukaraja. Dari keenam wilayah tersebut, Kecamatan Manonjaya merupakan daerah sentra penghasil salak yang paling besar. Memanfaatkan lahan pertanian dan pekarangan rumah sebagai kebun salak, sekarang ini penanaman salak di Manonjaya menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat setempat. Bahkan dapat dikatakan perekonomian daerah tersebut semakin membaik. Namun seringkali petani dihadapkan pada permasalahan ketika terjadi panen raya maka di samping harga salak menurun drastis petani juga sulit untuk menjual salak tersebut, dan salah satu alternatif penolongnya yaitu dengan menambahkan nilai dari komoditas salak tersebut dengan proses pengolahan menjadi keripik salak.

.UMKM Binangkit yang berada di Manonjaya merupakan salah satu UMKM yang telah mengolah buah salak menjadi keripik, selain beberapa jenis olahan lainnya seperti sale pisang, keripik pisang, kue jahe dan keripik nangka.

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa pengembangan agroindustri keripik salak cukup potensial, namun sejauh ini karena merupakan produk yang relatif baru belum banyak informasi yang didapat mengenai aspek nilai tambah yang didapat dari agroindustri tersebut, sehingga dalam hal ini penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti mengenai nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan buah salak menjadi keripik.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian pada aspek nilai tambah buah salak menjadi keripik salak yang dilaksanakan oleh UMKM Binangkit di Desa Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah dapat di identifikasikan dalam penelitian ini yaitu, 1) Bagaimana teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak ? 2) Berapa besar nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak ?

(5)

5

Berdasarkan permasalan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, 1) Teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak. 2) Besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak.

II METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi kasus pada agroindustri pengolahan makanan yang bernama UMKM Binangkit, yang berlokasi di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Menurut Moehar Daniel (2003) studi kasus adalah penelitian yang sifatnya lebih terarah atau terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum, biasanya dibatasi oleh kasus, lokasi, tempat tertentu dan waktu tertentu. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan UMKM Binangkit adalah salah satu dari industri pengolahan makanan di Kabupaten Tasikmalaya yang menggunakan buah salak sebagai bahan baku pembuatan produknya dan juga keberadaan usahanya masih berlangsung sampai saat ini sehingga dapat dikatakan layak untuk diteliti. 2.4 Kerangka Analisis

Analisis untuk menghitung nilai tambah keripik salak digunakan metode analisis nilai tambah menurut Hayami dalam buku Armand Sudiyono (2001). Perhitungan nilai tambah ini untuk mengetahui besarnya nilai tambah, keuntungan pengusaha dan penyerapan tenaga kerja. Kerangka perhitungan nilai tambah menurut Hayami secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

No. Variabel Keterangan

I. Output, Input danHarga 1. 2. 3. 4. 5. Output (Kg)

Input Bahan Baku (Kg) Input TenagaKerja (JKO) FaktorKonversi KoefisienTenagaKerja(JKO) (1) (2) (3) (4)=(1) : (2) (5) = (3) : (2)

(6)

6 6. 7. Harga Output (Rp/Kg) UpahTenagaKerja (Rp/JKO) (6) (7) II. PenerimaandanKeuntungan 8. 9. 10. 11. 12. 13. HargaInputBahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lainnya (Rp/Kg) Nilai Output (Rp/Kg) a.NilaiTambah (Rp/Kg) b.RasioNilaiTambah (%) a.PendapatanTenagaKerja (Rp/Jam) b.PangsaTenagaKerja (%) a.Keuntungan (Rp/Kg) b.Tingkat Keuntungan (%) (8) (9) (10) = (4) x (6) (11a) = (10) - (8) - (9) (11b) = (11a)/(10) x 100 (12a) = (5) x (7) (12b) = (12a)/(11a) x 100 (13a) = (11a) – (12a) (13b) =(13a)/(11a) x 100 Sumber:Armand sudiyono(2001)

Keterangan :

1=Output/total produksi keripik salak yang dihasilkan oleh UMKM Binangkitdalam satu periode.

2= Input/bahan baku keripik salak yang dihasilkan oleh UMKM Binangkitdalam satu periode.

3= Input tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi keripik salakdihitung dalam bentuk HOK (Hari Orang Kerja) dalam satu periode

6= Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis.

7= Jumlah upah rata-rata pekerja yang dihitung berdasarkan JKO (Jam Kerja Orang).

8= Harga input bahan baku utama yaitu buah salak per kg pada saat periodeanalisis.

9= Sumbangan/biaya input lainnya (Bahan Baku Penolong, Biaya Pengemasandan Penyusutan).

(7)

7

Informasi yang dihasilkan melalui metode nilai tambah hayami yang digunakan pada subsistem pengolahan ini berupa :

1. Nilai tambah (Rp).

2. Rasio nilai tambah (%), menunjukkan persentase nilai tambah produk. 3. Balas jasa tenaga kerja (Rp), menunjukkan besar upah yang diterima oleh

tenaga kerja.

4. Bagian tenaga kerja (%), menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah.

5. Keuntungan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha.

6. Tingkat keuntungan (%), menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah.

III KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Lokasi Perusahaan

UMKM Binangkit berlokasi di Jalan Salak Dusun Karangtinggal Desa Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1. Lokasi ini dipilih karena UMKM Binangkit merupakan satu satunya agroindustri yang memproduksi keripik salak yang bergerak pada produksi pengolahan makanan khususnya makanan ringan di Kabupaten Tasikmalaya, alasan ini yang menjadi pilihan karena di Tasikmalaya masih jarang sekali tentang pengolahan buah salak menjadi keripik salak.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Teknis Pengolahan Buah Salak Menjadi Keripik Salak

Mengingat sifat dari produk pertanian yang tidak tahan lama maka peran agroindustri sangat diperlukan agar produk pertanian menjadi produk olahan yang lebih tahan lama dan siap untuk dikonsumsi. Salah satunya dengan adanya proses pengolahan.

Teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak mampu meningkatkan guna bentuk buah salak, mengingat buah salak segar yang dihasilkan petani dari kegiatan budidaya memiliki sifat mudah rusak, volume besar dan mengambil ruang yang banyak sehingga perlu proses pengolahan yang disebut agroindustri.

(8)

8

Teknis pengolahan agroindustri buah salak menjadi keripik salak di lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penyortiran

Penyortiran dilakukan dengan cara manual yaitu dengan memisahkan buah salak yang berkualitas bagus dengan yang tidak, kemudian memisahkan buah salak yang sudah matang dengan yang tidak. Karena kriteria buah salak yang akan diolah menjadi keripik salak harus memiliki tingkat kematangan yang cukup yaitu tidak terlalu matang dan tidak terlalu mentah.

2. Pengupasan

Kulit buah salak dikupas tidak menggunakan alat hanya mengandalkan tangan yang sudah memakai sarung tangan yang berbahan kain supaya tidak membuat tangan terluka dikarenakan kulit buah salak memiliki duri-duri kecil di seluruh bagian kulitnya, sehingga dalam proses pengupasan hanya kulit buah salaknya saja yang terbuang.

Dalam satu kali proses produksi responden rata-rata menggunakan bahan baku berupa buah salak sebanyak 20 kilogram, untuk proses pengupasan dibutuhkan waktu selama satu jam dan dikerjakan oleh dua orang tenaga kerja.Sehingga satu orang tenaga kerja rata-rata mengerjakan proses pengupasan sebanyak 10 kilogram.

3. Pemisahan daging dari biji

Pemisahan daging buah salak dengan biji buah salak dilakukan dengan cara manual pula yaitu dengan cara membelah satu bagian buah salak dan mengeluarkan biji salak dari daging salak.

4. Pembelahduaan daging buah salak

Setelah buah salak dipisahkan dari bijinya selanjutnya dilakukan pembelahduaan daging buah salak yaitu denga cara memotong buah salah menjadi dua bagian dengan menggunakan pisau dapur sederhana, yang bertujuan untuk mempercepat proses ke tahap selanjutnya yaitu pencucian dan perendaman dengan larutan air garam.

5. Pencucian

Pencucian buah salak yaitu dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang terbawa saat proses sebelumnya.

(9)

9 6. Perendaman dengan larutan air garam

Perendaman dilakukan dengan menggunakan larutan air garam, garam yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan. Perendaman ini dilakukan selama 2 jam dengan tujuan untuk menurunkan rasa asam pada buah salak.

7. Penggorengan dengan vacum frying

Penggorengan menggunakan vacum frying (mesin penggorengan hampa) dengan suhu 50 – 60 ℃ tujuannya adalah agar tidak merubah warna dan mengurangi rasa, aroma asli dari buah salak, kandungan serat dari buah salak tetap terjaga dan hasil dari penggorengannya lebih tahan lama meskipun tanpa menggunakan bahan pengawet pada bahan bakunya.

8. Penirisan

Penirisan bertujuan untuk memisahkan minyak yang terkandung didalam keripik salak agar tekstur dari keripik salak baik dengan rasa yang enak tanpa banyak mengandung minyak. Penirisan ini menggunakan mesin penirisan yang bernama Sentrifugal, cara kerja mesin ini berputar untuk memisahkan kandungan minyak yang terdapat pada keripik salak dengan waktu selama 10 menit.

9. pengemasan

Pengemasan disebut juga pembungkusan atau pengepakan. Pengemasan memegang peran penting dalam pengawetan dan mempertahankan mutu produk hasil pertanian. Adanya wadah atau kemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi gangguan fisik seperti gesekan atau benturan. Tujuan lainnya dari pengemasan yaitu untuk mendapatkan daya tarik konsumen agar produk mudah disukai dan dinikmati.

4.2 Nilai Tambah Agroindustri Keripik Salak

Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari pengolahan salak menjadi keripik salak. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah dari pengolahan salak adalah menurut metode Hayami dalam buku Armand Sudiyono (2001). Dalam penelitian ini, peneliti mengkonversikan output yang dihasilkan menjadi satuan piece (bungkus), untuk

(10)

10

memudahkan dalam proses perhitungan akhir yang disesuaikan dengan alat analisis yang dipakai.

Tabel 6. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak Menjadi Keripik Salak per Satu Kali Proses Produksi Pada Agroindustri UMKM Binangkit.

No. Variabel Keterangan

III. Output, Input dan Harga 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Output (Kg/prod)

Input Bahan Baku (Kg/prod) Input Tenaga Kerja (JKO) Faktor Konversi

Koefisien Tenaga Kerja(JKO) Harga Output (Rp/Kg)

Upah Tenaga Kerja (Rp/JKO)

3 20 11,74 0,15 0,587 100.000 4.259 IV.Penerimaan dan Keuntungan

8. 9. 10. 11. 12. 13.

Harga Input Bahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lainnya (Rp/Kg) Nilai Output (Rp/Kg)

c.NilaiTambah (Rp/Kg) d.Rasio Nilai Tambah (%)

c.Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Jam) d.Pangsa Tenaga Kerja (%)

c.Keuntungan (Rp/Kg) d.Tingkat Keuntungan (%) 2.000 2.995 15.000 10.005 66,7 2.500 24,98 7.505 75,01 Sumber : Data Primer diolah, 2015

(11)

11

Berdasarkan hasil analisis nilai tambah pada Tabel 6 dengan rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2, menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku berupa buah salak dalam proses pembuatan keripik salak pada agroindustri UMKM Binangkit ialah 20 kg per proses produksi menghasilkan keripik salak sebanyak 3 kilogaram atau 30 piece (bungkus) dengan berat tiap piece (bungkus) sebesar 100 gram. Nilai faktor konversi yaitu perbandingan antara output dengan input menunjukan bahwa setiap penggunaan satu kilogram buah salak mampu menghasilkan 0,15 kilogram atau 150 gram keripik salak, yang mana harga jual rata-rata output per kilogram adalah Rp.100.000 , dan harga tiap piece (bungkus) ukuran 100 gram adalah Rp.10.000. Yang mana harga tersebut telah ditetapkan oleh pihak UMKM Binangkit.

Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah dua orang tenaga kerja. Tenaga kerja pada agroindustri ini ada yang bersifat harian dan borongan sesuai dengan banyak sedikitnya volume pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga banyaknya jam kerja selama satu kali proses produksi adalah 11,74 jam atau 11,74 JKO. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Besarnya upah tenaga kerja pada semua kegiatan saat produksi adalah Rp.4.259 per JKO; nilai tersebut diperoleh dengan membagi total upah tenaga kerja dengan jumlah jam kerja orang selama satu kali produksi.

Berdasarkan nilai JKO tersebut, maka diperoleh koefisien tenaga kerja sebesar 0,587. Koefisien tenaga kerja merupakan nilai pembagian dari jumlah jam kerja dengan banyaknya bahan baku utama yang diperlukan dalam proses pengolahan. Dengan kata lain, pada proses pengolahan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk mengolah setiap satu kilogram buah salak adalah 0,587 JKO atau setara dengan 58,7 menit, dengan asumsi 1 JKO adalah 1 jam.

Nilai output yang dicapai pada pengolahan buah salak adalah Rp. 15.000,00 per kilogram. Nilai ini merupakan hasil perkalian antara faktor konversi bahan baku menjadi produk dengan nilai produk yang dihasilkan, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui penerimaan yang dihasilkan dari pengolahan setiap satu kilogram bahan baku utama. Nilai output ini dialokasikan untuk bahan baku sebesar Rp. 2.000,00 per kilogram dan sumbangan input lain sebesar Rp. 2.995,00

(12)

12

per kilogram. Nilai sumbangan input lain yang terdiri atas biaya bahan baku penolong dan pembebanan biaya pada sumbangan input.

Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak adalah sebesar Rp.10.005,00 untuk setiap satu kilogram buah salak, merupakan selisih antara nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain. Sedangkan rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 66,7 persen menunjukkan persentase nilai tambah terhadap nilai output, artinya setiap Rp. 100,00 nilai output yang dikeluarkan akan mendapatkan nilai tambah sebesar Rp.66,7. Nilai tambah yang dihasilkan masih mengandung bagian untuk pendapatan tenaga kerja.

Besarnya nilai pendapatan tenaga kerja dari setiap produksi satu kilogram keripik salak adalah Rp.2.500. Pendapatan tenaga kerja tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara nilai koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Besarnya bagian tenaga kerja dalam proses produksi satu kilogram keripik salak yaitu 24,98 persen. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa untuk setiap Rp. 100,00 dari nilai tambah, besarnya bagian untuk tenaga kerja adalah Rp. 24,98.

Besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dari nilai tambah yang dihasilkan adalah Rp.7.505,00. Keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh dari pengolahan setiap satu kilogram bahan baku buah salak. Besarnya bagian keuntungan yang diperoleh perusahaan sangat besar yaitu mencapai 75,01 persen. Artinya, setiap Rp. 100,00 yang diperoleh dari nilai tambah, Rp. 75,01 merupakan bagian untuk keuntungan perusahaan. Hal ini berarti proses produksi keripik salak lebih memberikan keuntungan atau pendapatan yang lebih besar kepada perusahaan daripada tenaga kerja, karena tenaga kerja hanya mendapat bagian sebesar 24,98 persen. Artinya, setiap Rp. 100,00 yang diperoleh dari nilai tambah, Rp. 24,98 merupakan bagian untuk tenaga kerja.

V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

(13)

13

1) Teknis pengolahan buah salak menjadi keripik salak yaitu masih secara semi modern dikarenakan tidak semua tahapan proses produksi menggunakan alat atau mesin yang cukup canggih. Dan adapun proses produksinya meliputi tahapan penyortiran buah salak, pengupasan, pemisahan biji, pemotongan, pencucian, perendaman, penggorengan, penirisan dan pengemasan.

2) Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak cukup besar yaitu sebesar Rp.10.005,00 untuk setiap satu kilogram buah salak, dengan faktor konversi sebesar 0,15, ini menunjukkan bahwa penyusutan dari setiap satu kilogram buah salak menjadi keripik salak cukup besar yaitu sebesar 85 persen. Besar koefisien tenaga kerja sebesar 0,587 per JKO atau 58,7 menit untuk pengolahan satu kilogram buah salak menjadi keripik salak, dan nilai output yang diperoleh cukup besar yaitu sebesar Rp.15.000,00 per kilogram, kemudian untuk pangsa tenaga kerja memperoleh 24,98 persen dan tingkat keuntungan sebesar 75,01 persen artinya bahwa pengolahan buah salak menjadi keripik salak memberikan keuntungan yang lebih besar terhadap perusahaan dibandingkan kepada tenaga kerja.

5.2 Saran

Saran dari hasil penelitian dan pembahasan nilai tambah buah salak menjadi keripik salak adalah sebagai berikut :

1) Bagi Responden harus menjaga kualitas dan kuantitas produk dengan cara memperhatikan kualitas bahan baku dan pengoptimalan pada setiap tahapan proses.

2) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan adanya penelitian lebih mendalam mengenai usaha produksi keripik salak. Dan bisa dilakukan pula penelitian dari segi pemasaran, dan lain-lain yang berhubungan dengan usaha keripik salak.

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

Armand Sudiyono. 2001. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang

Asnawi, Robet. 2003. Analisis fungsi Produksi Usahatani Ubi Kayu dan Industri Tepung Tapioka Rakyat di Provinsi Lampung.Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.6 No.2. Bandar Lampung.

Balai Pertanian. 2012. Sentra Produksi Unggulan Buah-Buahan. Jawa Barat. Buchari Alma. 2004. Dasar-Dasar Bisnis dan Pemasaran. Alfabeta. Bandung. Hayami Y, 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java, a

Persepective From Sunda Viilage. CGPRT Center. Bogor.

Jumadi. 2008. Pengkajian Teknologi Pengolahan Tortila Jagung. Buletin Teknik Pertanian 13 (2) 73-74.

Moehar Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Bumi Aksara. Jakarta. Muslimin Nasution. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan

untuk Agroindustri.IPB Press. Bogor.

Qantyah, Sri Catur Budi S dan Indrie Abarsari. 2011. Teknologi Pengolahan Dodol. Rekomendasi Paket Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

Said Rusli. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional. Bumi Angkasa. Jakarta.

Gambar

Tabel 6. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Salak Menjadi Keripik Salak per Satu  Kali Proses Produksi Pada Agroindustri UMKM Binangkit

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir dengan judul “Analisis Hubungan Pemberian Insentif Dengan Semangat Kerja Pada Karyawan Bagian Salesman PT.. Sejahtera Surya Intrio” adalah hasil karya saya,

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi yang menunjukan bahwa mutu layanan akademik Program Studi yang diberikan kepada mahasiswa di Sekolah

Obat-obat terkini yang lazim digunakan meliputi : Statin sebagai penghambat kompetitif HMG-CoA reduktase yang efektif dalam menurunkan kadar LDL kolesterol plasma.. Asam

Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju ) musim dingin , yang berfungsi sebagai reservoir

Pagilaran khususnya unit Kaliboja masyarakat sekitar supaya lebih dapat menghargai para perempuan yang bekerja meskipun itu di sektor informal, karena pendapatan

komentar yang diberikan oleh siswa bahwa pembelajaran yang diterapkan dan cara guru mengajar yang tidak membuat mereka merasa tegang sehingga pembelajaran menjadi

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi pendidikan (rata-rata lama sekolah), PDRB per kapita harga konstan 2000, tingkat pengangguran terbuka dan jumlah

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa investor yang lebih pesimis memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap volume perdagangan daripada investor yang lebih optimis dan