• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KOORDINASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA PAO KECAMATAN TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI KOORDINASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA PAO KECAMATAN TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA PAO KECAMATAN TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA

Oleh:

ARI SULFAHRI

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05447 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i SKRIPSI

KOORDINASI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA PAO KECAMATAN TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh: ARI SULFAHRI

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05447 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

v ABSTRAK

Ari sulfahri, 2020, Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Skripsi, (dibimbing oleh Muhlis Madani dan Nasrulhaq).

Koordinasi merupakan suatu proses kerjasama antar unit atau bagian yang menciptakan keharmonisan kerja, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk mencoba menjabarkan lebih lanjut mengenai koordinasi Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koordinasi Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa dalam pembangunan infrastruktur di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sumber data yang digunakan yaitu primer dan sekunder, jumlah informan yaitu 5 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan langkah reduksi data, penyajian data, verifikasi data yang bersifat kualitatif, serta menggunakan pengabsahan data triangulasi yakni triangulasi sumber, teknik, dan waktu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa dalam pembangunan infrastruktur di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa secara umum sudah tergolong baik apabila kita tinjau dari aspek 1) komunikasi, 2) kesadaran pentingnya koordinasi, 3) kompetensi partisipan, 4) kesepakatan, komitmen dan insentif serta 5) kontinuitas perencanaan.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa Dengan Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Nasrulhaq, S.Sos, M.PA selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 4. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si, Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.Si, Ibu Dr. Hj.

Sudarmi, M.Si, dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos, M.Si selaku penguji yang telah meluangkan waktu demi kelancaran proses ujian skripsi.

5. Segenap Staf dan Kariyawan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman Rahim, S.E, M.M selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Kedua orang tua, Bapak Muh. Yunus dan Ibu Hariati yang telah membesarkan penulis dan tiada henti-hentinya mendoakan dan memberikan apapun yang terbaik, terlebih kasih sayang serta sabar yang tak pernah bosan membimbing dan memotivasi serta menguatkan penulis ketika dalam keadaan sulit.

(8)

vii

8. Adinda (Dirga, Rika dan Syifa) serta segenap keluarga besar yang selalu memberikan do’a di dalam sujud, serta senantiasa memberikan dukungan disetiap langkah-langkah saya.

9. Teman-teman seangkatan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sahabat-sahabat kelas E jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selama ini menjadi teman seperjuangan saya dalam menulis skripsi.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 05 Agustus 2020

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Teori Manajemen ... 11

C. Konsep Koordinasi ...13

D. Konsep Pemerintah Desa ...22

E. Konsep Badan Permusyawaratan Desa ...23

F. Konsep Pembangunan Infrastruktur ...24

G. Kerangka Pikir ...26

H. Fokus penelitian ...27

(10)

ix BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ...31

B. Jenis dan Tipe Penelitian ...31

C. Sumber Data ...32

D. Informan Penelitian ...32

E. Teknik Pengumpulan Data ...33

F. Teknik Analisis Data ...35

G. Pengabsahan Data ...35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian...37

B. Koordinasi BPD dengan Pemerintah Desa Pao ...51

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...77

B. Saran ...77

DAFTARPUSTAKA ...79

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Alokasi anggaran dana desa Pao tahun 2019 ...

5

Tabel 1.2 Rencana kerja kegiatan desa Pao tahun 2019 ...

6

Tabel 3.1 Informan penelitian ... 33

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan kerangka pikir ... 27

Gambar 3.1 Model analisis data ... 35

Gambar 4.1 Bagan struktur pengurus BPD Pao ... 45

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan desa merupakan suatu proses yang menjadi tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, mengintegrasikan kehidupan masyarakat desa ke dalam kehidupan bangsa sehingga memungkinkan masyarakat desa dapat memberikan sumbangan sepenuhnya kepada pembangunan nasional. Konsep ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Siagian yang menyatakan bahwa pembangunan desa adalah keseluruhan proses rangkaian usaha-usaha yang dilakukan dalam lingkungan desa dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa serta memperbesar kesejahteraan masyarakat dalam desa.

Kesadaran akan pentingnya melakukan pembangunan desa inilah yang kemudian melahirkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang merupakan landasan untuk membangun kehidupan baru desa yang mandiri, demokratis dan sejahtera.Dewasaini, Desatelahberkembangdalamberbagaibentuk, sehinggaperludilindungidandiberdayakan agar menjadikuat, maju, mandiridandemokratissehinggadapatmewujudkanlandasan yang kuatdalammelaksanakanpemerintahandanpembangunanmenujumasyarakat yang adil, makmurdansejahtera.Syarat terwujudnya kehidupan masyarakat desa yang sejahtera tentunya dengan terlaksananya pembangunan desa itu sendiri, salah satunya yaitu pembangunan infrastruktur desa.

(14)

Dalam pembangunan desa yang berlandaskan pada kemandirian desa tentunya diperlukan adanya koordinasi yang baik diantara lembaga pemerintahan yang ada di desa itu sendiri. Lembaga pemerintahan desa yang mesti melakukan koordinasi yang optimal terutama adalah koordinasi antara pemerintah desa dengan badan permusyawaratan desa (BPD). Dengan terlaksananya koordinasi yang baik antara lembaga di desa tersebut tentunya berdampak pada keberlanjutan pelaksanaan pembangunan desa, khususnya pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, sarana pendidikan dan sebagainya.

Koordinasi antara lembaga pemerintahan dikaji juga oleh Djamin, dalam Hasibuan (2011:86) yang mendefinisikan koordinasi sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Koordinasi dikaitkan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat untuk saling memberi informasi dan sebagai kewenangan untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu ( Ndraha, 2003:290).

Namun bila kita kaitkan dengan kenyataan di lapangan, koordinasi antara lembaga pemerintahan khususnya antara lembaga yang ada di desa yaitu antara badan permusyawaratan desa (BPD) dengan pemerintah desa belum terlaksana dengan optimal di Indonesia secara umum. Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya pemahaman dari pemerintah desa dengan BPD tentang tugas dan fungsinya masing-masing. Selain itu, banyak pegawai desa serta pengurus BPD

(15)

yang memiliki pekerjaan selain dari pekerjaannya di kantor desa sehingga sedikit banyak menghambat pekerjaan utamanya dalam mengurus pemerintahan di desa, dan tidak lengkapnya sarana pra sarana Desa seperti tidak adanya sekretariat BPD juga menghambat jalannya koordinasi Pemerintah Desa dengan BPD (kompasiana).

Desa Pao merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Kecamatan Tombolo Pao sendiri merupakan Kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Tinggimonong sehingga masih didapati beberapa infrastruktur dasar yang ada di Kecamatan Tombolo Pao masih belum lengkap. Begitupun kualitas sumber daya manusianya masih relatif minim. Keadaan seperti ini juga terjadi di Desa Pao, dimana diketahui bahwa mayoritas angota BPD yang ada di Desa Pao hanya lulusan SD dan SMP.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa Pao guna melakukan pembangunan, khususnya pembangunan infrastruktur desa untuk mencapai tujuan mensejahterakan masyarakat dan menciptakan kemandirian desa tentunya diperlukan koordinasi yang baik diantara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan aparat Pemerintah Desa Pao. Dari observasi peneliti, diketahui bahwa Badan Permusyawaratan Desa Pao tidak memiliki sekretariat sehingga tentunya sedikit banyak menghambat pelaksanaan tugas-tugasnya termasuk dalam melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa Pao untuk menyalurkan aspirasi masyarakat. Juga diketahui bahwa sebagian aparatur desa dan anggota BPD memiliki pekerjaan lain selain pekerjaannya mengurus pemerintahan Desa Pao seoerti pekerjaan sebagai petani atau pekebun. Kompetensi anggota BPD juga

(16)

masih relatif minim dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan mayoritas anggotanya. Sebagian masyarakat juga tidak mengetahui siapa-siapa saja anggota dari BPD Pao.

Koordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao tersebut tentunya berdampak pada pembangunan infrastruktur di Desa Pao itu sendiri. Dari hasil pengamatan awal peneliti diketahui bahwa pembangunan infrastruktur di desa Pao walaupun sudah berjalan tetapi masih ada beberapa yang belum rampung, misalnya pengerjaan jalan desa dan pembuatan irigasi. Selain itu pembangunan potensiekonomilokal berupa objek wisata air terjun juga sudah dikembangkan namun masih memerlukan penambahan beberapa fasilitas penunjang. Pengembangan objek wisata ini dianggap penting mengingat letaknya dekat dengan jalan poros dan dekat dengan kantor desa, sehingga potensinya bagus untuk menarik pengunjung. Beberapa fakta tersebut mengisyaratkan bahwa koordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao yang sudah terjalin seharusnya bisa lebih dioptimalkan sehingga pembangunan infrastruktur desa bisa lebih maksimal.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa Pao tahun 2019, dipaparkan bahwa pogram untuk pembangunan desa memakai anggaran yang sangat besar, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

(17)

Tabel : 1.1

Alokasi anggran dana desa Pao tahun 2019

No Jenis Program Anggaran

1 Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp. 690.722.967.00 2 Pelaksanaan Pembangunan Desa Rp.1.487.943.900.00 3 Pembinaan Kemasyarakatan Rp. 88.620.000.00 4 Pemberdayaan Masyarakat Rp. 88.660.000.00 5 Penanggulangan Bencana Darurat dan

Mendesak Desa.

Rp. 10.000.000.00

TOTAL Rp.2.365.946.867.00

Sumber : KAUR Administrasi Desa Pao, diolah 25 Desember 2019

Jika kita merujuk pada tabel diatas, tentang anggaran pendapatan dan belanja desa Pao pada tahun 2019 tersebut, diketahui bahwa penganggaran untuk pembangunan desa Pao sebenarnya telah memakai anggaran dana desa yang sangat besar, yaitu berjumlah Rp.1.487.943.900,00 bahkan jumlah tersebut paling besar diantara program-program pemerintah desa lainnya. Dengan anggaran tersebut Pemerintah Desa Pao telah menyepakati untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur untuk tahun anggaran 2019 dengan rincian sebagai berikut:

(18)

Tabel : 1.2

Rencana kerja kegiatan desa Pao 2019

No

Rencana kerja

Kegiatan Volume Biaya Waktu Pelaksana

1 Pembangunan rapat beton lembangia 100 Meter Rp. 70.000.000,00 April 2019 PPKD 2 Pembangunan rapat beton Pattallassang-Bangkengbatu 500 Meter Rp. 400.000,00 September 2019 PPKD 3 Rehab jembatan swadaya Bolatoa 500 Meter Rp. 5.000.000,00 September 2019 PPKD 4

Rehab embung 2 Unit Rp.

20.000.000,00 Juni 2019 TPK 5 Pembangunan plat dekker 5 Unit Rp. 65.000.000,00 April 2019 PPKD 6 Pembangunan balai kemasyarakatan 1 Unit Rp.100.000,00 Juli 2019 TPK 7 Pembangunan jamban keluarga 8 Unit Rp. 80.000.000,00 September 2019 PNPM 8 Penataan taman wisataBantimurung Gallang 1 kegiatan Rp. 50.000.000,00 Oktober 2019 PPKD 9 Pembangunan rapat beton jalan akses wisata air terjun BantimurungGallang 120 Meter Rp. 80.000.000,00 Oktober 2019 PPKD

(19)

Dari tabel rencana kerja kegiatan desa Pao tahun 2019 di atas, mayoritas pengerjaan pembangunan tersebut telah terealisasi. Diketahui juga bahwa pemerintah Desa Pao memprioritaskan pembangunan infrastruktur pada pengerjaan rapat beton yang dikerjakan di beberapa lokasi seperti di Lembangia, Pattallassang-Bangkengbatu serta akses jalan objek wisata air terjun bantimurung gallang. Untuk realisasinya sendiri telah dilaksanakan, namun untuk pembangunan rapat beton jalan Pattallassang-Bangkengbatu tidak sesuai dengan perencanaan dimana yang terealisasi hanya sekitar 250 meter dari rencana awal 500 meter, begitupun pembangunan plat dekker yang terealisasi hanya 3 unit dari rencana awal 5 unit. Pengerjaan rehab 2 unit embung juga tidak terealisasi namun untuk program pembangunan infrastruktur lain sudah terealisasi.

Beberapapermasalahan yang terjadi di lapangan tersebut menjadi alasan peneliti untuk menganalisis lebih dalam mengenai koordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao dalam pembangunan infrastruktur di Desa Pao. Tentunya diharapkan kedepannya koordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa Pao bisa berjalan lebih optimal dan bersinergi dalam pembangunan di Desa Pao.

Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul yaitu: “Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa”.

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan dalam penelitian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “bagaimana koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa”?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Sebagai sumber data dan informasi, serta dasar pertimbangan bagi BPD dan Pemerintah Desa Pao dalam menyelenggarakan pembangunan di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa;

b. Sebagai bahan kajian atau studi banding bagi desa lain yang ingin mengaplikasikan koordinasi yang baik antara BPD dengan Pemerintah Desa dalam pembangunan desa.

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai salah satu bahan bacaan atau sumber referensi yang dimiliki oleh Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar;

(21)

b. Sebagai alah satu sumber data dan informasi atau baan referensi bagi para mahasiswa dan peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian;

c. Sebagai salah satu sumber referensi dalam diskusi, seminar, maupun pengkajian terkait koordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa dalam pembangunan desa;

d. Sebagai salah satu sumber data, informasi dan referensi tambahan dalam Ilmu Administras Negara.

(22)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan lebih dahulu dan dianggap memiliki kaitan dan mendukung penelitian ini yaitu

:

1. Penelitian Ramadhani (2016) dengan jud ul “ Efektifitas Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dan Pemerintah Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)” yang menyimpulkan bahwa koordinasi antara BPD dan Pemerintah Desa dapat dikatakan sudah baik dan efektif. Ini dapat dilihat dari sudah tercapainya apa yang menjadi tujuan dari koordinasi yang dilakukan dan dalam berkoordinasi antara Pemerintah Desa dan BPD telah dapat menjalankan tugas ataupun tanggungjawabnya masing-masing, selain itu juga tidak ditemui konflik ataupun ketengangan diantara keduanya. Meskipun begitu koordinasi antara BPD dan Pemerintah Desa tidak terlepas dari kendala-kendala yang menyebabkan koordinasi diantara keduanya belum sepenuhnya seperti apa yang diharapkan, adapun kendala tersebut yaitu berupa perbedaan pendapat dan masalah pendapatan/insentif.

2. Penelitian Kamaluddin (2016) dengan judul “ Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di Desa Mattirowalle Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru” yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan tugas pokok BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru belum sepenuhnya dilakukan secara

(23)

optimal karena hanya 3 tugas pokok yang dilaksanakan yaitu, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, membentuk panitia pemilihan kepala Desa dan proses pembahasan dan penetapan peraturan Desa.

3. Penelitian Chutmaisintha (2016) dengan judul “ Koordinasi Pemerintah Desa Dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyaluran Dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) Di Desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang” yang menyimpulkan bahwa setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ketika sampai pada masyarakat desa tidak benar-benar objektif (tidak tepat sasaran). Koordinasi yang dilakukan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Ngepanrejo dalam penyaluran dan BLSM jika dilihat dengan perspektif siyasah belum berjalan dengan baik, karena tidak ada kemaslahatan dalam pelaksanaannya. Realita yang terjadi di lapangan bertentangan dengan teori musyawarah dalam hukum Islam. Dalam konteks ini, kinerja Pemerintah Desa dan BPD kurang maksimal dalam menjalankan amanah dengan baik yang meliputi hak kewenangan serta etika dan tata cara musyawarah yang sesuai siyasah, karena BPD memiliki hak kontrol yang secara struktural statusnya sama dengan Pemerintah Desa yang membedakan hanya tugas pokok dan fungsinya.

B. Teori Manajemen

Menurut Manulang (Atik & Ratminto, 2012: 1) manajemen merupakan suatu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penyusunan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Terry (Hasibuan, 2007 : 2) senada dengan Manulang

(24)

mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Hasibuanmendefenisikanmanajemensebagaiilmudansenimengatur proses

pemanfaatansumberdayamanusiadansumber-sumberlainnyasecaraefektifdanefisienuntukmencapaisuatutujuantertentu. Dari tiga pendapat ahli di atas, manajemen memiliki kata kunci “perencanaan”, “pengarahan”, “pengendalian”, “sumber daya”, dan “tujuan”.

Stoner dan Freeman (Safroni, 2012: 44) berpendapat bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan manajemen menurut Massie (Arsyad, 2002: 1) merupakan suatu proses dimana kelompok secara kerjasama mengerahkan tindakan atau kerjanya untuk mencapai tujuan bersama. Proses tersebut diantaranya mencakup teknik-teknik yang digunakan oleh para manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan atau aktifitas orang lain menuju tercapainya tujuan bersama.

Sikula ( Hasibuan 2007:2)

mengartikanmanajemenpadaumumnyadikaitkandenganaktivitas-aktivitasperencanaan, pengoorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasidanpengambilankeputusan yang dilakukanolehsetiaporganisasidengantujuanuntukmengkoordinasikanberbagaisum

(25)

berdaya yang dimilikiolehperusahaansehinggaakandihasilkansuatuprodukataujasasecaraefisien. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, kepemimpinan, pengendalian dan pengawasan melalui pemanfaatan sumber daya dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

C. Konsep Koordinasi

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah(departemen-departemen atau bidang-bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Handoko 2003:195). Menurut Brech yang dikutip Hasibuan (2007:85) koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri. Sedangkan Menurut Manulang (2001:72) koordinasi adalah usaha mengarahkan kegiatan seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan, dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas diantara unit-unit organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Proses koordinasi menjadi sangat penting untuk menjamin agar proses pencapaian tujuan diantara beberapa bidang-bidang, departemen-departemen atau diantara lembaga-lembaga dapat berjalan baik dan selaras.

(26)

Menurut Pearce dan Robinson, (dalamSilalahi, 2013), koordinasiadalahintegrasidarikegiatan-kegiatan individual dan unit-unit kedalamsuatu usaha bersamayaitubekerjakearahtujuanbersama.Sedangkanmenurut Stoner (dalamSughanda, 2011:212), koordinasiadalah proses penyatu-paduansasaran-sasarandankegiatan-kegiatandari unit-unit yang terpisah (bagianataubidangfungsional) darisuatuorganisasiuntukmencapaitujuanorganisasisecaraefisien. Hasibuan (2007:85) mendefinisikankoordinasisebagaikegiatanmengarahkan, mengintegrasikandanmengkoordinasikanunsur-unsurmanajemen (6M) danpekerjaan-pekerjaanparabawahandalammencapaitujuanorganisasi.Djamin (Hasibuan 2007:86)

mengartikankoordinasisebagaisuatuusahakerjasamaantarabadan, instansi, unit dalampelaksanaantugas-tugastertentusedemikianrupa,

sehinggaterdapatsalingmengisi, salingmembantudansalingmelengkapi.

Manulang (2001: 72) menyatakan bahwa koordinasi dapat dipelihara dengan melakukan empat cara utama yaitu: 1) Mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit yang harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan ini, dibahas dan diadakan pertukaran pihak-pihak yang bersangkutan dengan tujuan mereka akan berjalan seiring dan begandengan dalam mencapai suatu tujuan; 2) Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia koordinator yang khusus bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi, seperti memberi penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang dikoordinasikan; 3) Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas masing-masing unit. Buku pedoman seperti itu

(27)

diberikan setiap unit untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing; 4) Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi dan pengarahan.

Pendapat Manulang (2001:72) di atas menunjukkan bahwa untuk menjaga agar koordinasi bisa tetap berjalan baik guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dibutuhkan komunikasi atau musyawarah diantara para pihak yang tergabung dalam organisasi khususnya pihak yang melakukan koordinasi secara langsung dikarenakan jenis pekerjaan mereka yang membutuhkan sinergi dengan yang lainnya. Olehnya itu, pertemuan-pertemuan atau musyawarah menjadi suatu hal yang harus rutin dilakukan, selain itu kesadaran akan tupoksi masing-masing juga menjadi hal yang penting agar tidak ada penyalahgunaan kewenangan.

Dari beberapapengertiankoordinasiolehbeberapaahli di atas, dapatditarikkesimpulanbahwakoordinasimerupakansuatu proses kerjasamaantar unit ataubagian yang menciptakankeharmonisankerjadalammelakukan proses kegiatandalammencapaitujuanbersama.

1. Unsur-Unsur Koordinasi

Unsur-unsur koordinasi menurut menurut Terry dalam Kencana (2011:34) yaitu:

a. Usaha-usaha sinkronisasi yang teratur (orderly synchronization of effort);

b. Pengaturan waktu (timing) dan terpimpin (directing);

c. Harmonis (harmonious);

(28)

Menurut Mooney, (dalamKencana 2011:34) unsur-unsur koordinasi adalah sebagai berikut:

a. Susunan yang teratur; b. Usaha kelompok;

c. Kesatuan tindakan;

d. Tujuan bersama.

Dari beberapapendapatahli di

atasdapatditarikkesimpulanbahwaunsurkoordinasimeliputi:Pengaturan, sinkronisasi, kepentinganbersama, dan Tujuanbersama, yang kesemuanya itu harus tertanam dalam diri masing-masing pihak yang terlibat sehingga tercipta keharmonisan dan keselarasan dalam pencapaian tujuan.

2. Sifat-Sifat Koordinasi

Sifat-sifat koordinasi menurut Hasibuan, (2007 : 87) yaitu: a. Koordinasi adalah dinamis bukan statis;

b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh dalam kerangka mencapai sasaran;

c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan. Asaskoordinasiadalahasasskala,

artinyakoordinasiitudilakukandilakukanmenurutjenjang-jenjangkekuasaandantanggungjawab yang disesuaikandenganjenjang-jenjang yang berbeda-bedasatusama lain. Tegasnyaasashirarkiinimenyatakanbahwasetiapatasan (koordinator) harusmengkoordinasikanbawahanlangsungnya.

(29)

Dari pemaparan ahli mengenai sifat-sifat koordinasi diatas, diketahui bahwa koordinasi itu bersifat dinamis yang menandakan bahwa setiap pihak yang terlibat dalam suatu kerjasama, semuanya bisa melakukan koordinasi satu sama lain guna mempermudah pencapaian tujuan, koordinasi bisa dilakukan oleh setiap pihak atau keseluruhan orang yang ada dalam sebuah organisasi atau lembaga dan menjadi pekerjaan yang menyeluruh dalam organisasi.

3. Tipe-TipeKoordinasi

Tipe-tipe koordinasi dilihat dari sudut pandang politik menurut Hasibuan (2007 :86-87)yaitu:

a. Koordinasi Vertikal, yaitu tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan, yang dijalankan oleh atasan terhadap kegiatan-kegiatan, unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya. b. Koordinasi Horizontal, yaitu tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dijalankan terhadap kegiatan-kegiatan di dalam tingkat organisasi yang setingkat.

Kencana (2011: 35-37) mengemukakantigatipeataubentukkoordinasiyaitu:

a. Koordinasi horizontal

adalahpenyelarasankerjasamasecaraharmonisdansinkronantarlembaga-lembagasederajat, misalnyaantarMuspikaKecamatan (Camat, KapolsekdanDanramil), antarMuspidaKabupaten (Bupati, DanramildanKapolres).

b. Koordinasiverticaladalahpenyelarasankerjasamasecaraharmonisdansinkrondaril embaga-lembaga yang sederajatlebihtinggikepadalembaga lain yang

(30)

derajatnyalebihrendahmisalnyaantarKepala Unit suatuInstansikepadaKepala Sub Unit lain di luar unit mereka, KepalaBagian (Kabag) suatuInstansikepadaKepala Sub Bagian (Kasubag) lain di luarbagianmereka. c. Koordinasifungsionaladalahpenyelarasankerjasamasecaraharmonisdansinkrona

ntarlembaga-lembaga yang memilikikesamaandalamfungsipekerjaan, missalnyaantar sesama parakepalabagianhubunganmasyarakat, jadikoordinasitersebutberdasarkanfungsi, yaitusesamekepalabagianhumas, antaraKepalaBagianHumasKomandoDistrikMilitersetempat,

denganKepalaBagianHumasKepolisian Resort Setempat, danKepalaBagianHumasPertaminasetempat.

4. Tujuan Koordinasi

Tujuan koordinasi menurut Ndraha dalam Kybernologi (2003 : 295) : a. menciptakan dan memelihara efektifitas organisasi setinggi mungkin melalui

sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan dan kesinambungan antar berbagai kegiatan dependen suatu organisasi;

b. mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tingginya setiap kegiatan interdependen yang berbeda - beda melalui kesepakatan-kesepakatan yang mengikat semua pihak yang bersangkutan;

c. menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif antisipatif di kalangan unit kerja independen dan independen yang berbeda-beda agar keberhasilan unit kerja yang satu tidak dirusak oleh keberhasilan unit kerja yang lain, melalui jaringan informasi dan komunikasi yang efektif.

(31)

Sedangkan Hasibuan (2007: 87-88) mengemukakantujuankoordinasiyaitusebagaiberikut: a. Untukmengarahkandanmenyatukansemuatindakansertapemikirankearahtercapa inyasasaranperusahaan; b. Untukmenjuruskanketerampilanspesialiskearahsasaranperusahaan; c. Untukmenghindarikekosongandantumpangtindihpekerjaan; d. Untukmenghindarikekacauandanpenyimpangantugasdansasaran; e. Untukmengintegrasikantindakandanpemanfaatan 6M kearahsasaranorganisasiatauperusahaan;

f. Untukmenghindaritindakanoverlapping darisasaranperusahaan atau organisasi. 5. Fungsi Koordinasi

Menurut Handayaningrat dalam Noviana (2016), menjelaskan fungsi koordinasi adalah sebagai berikut :

a. Sebagai salah satu fungsi manajemen, disamping adanya fungsi perencanaan, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi dan pengawasan. Dengan kata lain koordinasi adalah fungsi organik dari pimpinan;

b. Untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai komponen dalam organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus dapat terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan menghindari seminimal mungkin perselisihan yang timbul antara sesama komponen organisasi dan mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama di antara komponen-komponen tersebut;

(32)

c. Sebagai usaha yang mengarahkan dan menyatukan kegiatan yang mengandung makna adanya keterpaduan (integrasi) yang dilakukan secara serasi dan simultan/singkronisasi dari seluruh tindakan yang dijalankan oleh organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Hal itu sesuai dengan prinsip koordinasi, integrasi, dan singkronisasi;

d. Sebagai faktor dominan dalam kelangsungan hidup suatu organisasi pada tingkat tertentu dan ditentukan oleh kualitas usaha koordinasi yang dijalankan. Peningkatan kualitas koordinasi merupakan usaha yang perlu dilakukan secara terus menerus karena tidak hanya masalah teknis semata tetapi tergantung dari sikap, tindakan, dan langkah dari pemegang fungsi organik dari pimpinan; e. Untuk melahirkan jaringan hubungan kerja atau komunikasi. Jaringan

hubungan kerja tersebut berbentuk saluran hubungan kerja yang membutuhkan berbagai pusat pengambilan keputusan dalam organisasi. Hubungan kerja ini perlu dipelihara agar terhindar dari berbagai rintangan yang akan membawa organisasi ke situasi yang tidak berfungsi sehingga tidak berjalan secara efektif dan efisien;

f. Sebagai usaha untuk menyelaraskan setiap tindakan, langkah dan sikap yang terpadu dari para pejabat pengambil keputusan dan para pelaksana. Dalam organisasi yang besar dan kompleks, pertumbuhan organisasi akan menyembabkan penambahan beban kerja, penambahan fungsi- fungsi yang harus dilaksanakan dan penambahan jabatan yang perlu di koordinasikan;

(33)

g. Untuk penataan spesialisasi dalam berbagai keanekaragaman tugas. Karena timbulnya spesialisasi yang semakin tajam merupakan konsekuensi logis dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Indikator Koordinasi

Menurut Handayaningrat dalam Noviana (2016), koordinasi dalam proses manajemen dapat diukur melalui indikator :

a. Komunikasi

1) Ada tidaknya informasi; 2) Ada tidaknya alur informasi; 3) Ada tidaknya teknologi informasi. b. Kesadaran Pentingnya Koordinasi

1) Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi; 2) Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi.

c. Kompetensi Partisipan

1) Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat;

2) Ada tidaknya ahli di bidang pembangunan yang terlibat. d. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi

1) Ada tidaknya bentuk kesepakatan ; 2) Ada tidaknya pelaksana kegiatan;

3) Ada tidaknya sanksi bagi pelnggar kesepakatan; 4) Ada tidaknya insentif bagi pelaksana koordinasi.

(34)

e. Kontinuitas Perencanaan

1) Ada tidaknya umpan balik dari obyek dan subyek pembangunan; 2) Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan.

D. Konsep Pemerintah Desa

Desa merupakan garda depan dari sistem pemerintahan Republik Indonesia yang keberadaannya merupakan ujung tombak dari pelaksanaan kehidupan yang demokratis di daerah. Peranan masyarakat desa sesungguhnya merupakan cermin atas sejauh mana aturan demokrasi diterapkan dalam Pemerintah Desa sekaligus merupakan ujung tombak implementasi kehidupan demokrasi bagi setiap warganya. Menurut kamus Wikipedia bahasa Indonesia Pemerintah menurut etimologi berasal dari kata “Perintah”, yang berarti suatu individu yang memiliki tugas sebagai pemberi perintah. Definisi dari Pemerintahan adalah suatu lembaga yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang mengatur suatu masyarakat yang meliliki cara dan strategi yang berbeda-beda dengan tujuan agar masyarakat tersebut dapat tertata dengan baik.

Dalam Undan-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 angka 7 disebutkan bahwa Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai administrasi penyelenggara Pemerintah Desa. Adapun yang disebut perangkat desa disini adalah Sekretaris Desa, pelaksana teknis lapangan, seperti Kepala Urusan dan unsur kewilayahan seperti Kepala Dusun atau dengan sebutan lain.

(35)

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui surat keterangan persetujuan dari BPD dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan tembusan camat. Adapun Perangkat Desa dalam melaksanakantugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

Pada pelaksanakan tugasnya Kepala Desa dan Perangkat Desa berkewajiban melaksanakan koordinasi dengan segala pemerintahan desa, mengadakan pengawasan, dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas masing-masing secara berjenjang. Apabila terjadi kekosongan perangkat desa, maka Kepala Desa atas persetujuan BPD mengangkat pejabat perangkat desa.

E. Konsep Badan Permusyawaratan Desa

Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksud Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari pendududk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Badan Permusyawaratan Desa merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD dapat dianggap sebagai “parlemen”-nya desa. BPD merupakan lembaga baru didesa pada era otonomi daerah di Indonesia.

Badan Permusyawaratan Desa merupakan badan permusyawaratan di tingkat desa yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat Desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan

(36)

partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa dan/atau Badan Permusyawaratan Desa memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah forum musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

F. Konsep Pembangunan Infrastruktur 1. Pembangunan

Secara umum, pembangunan dapat diartikan sebagai perubahan dalam rangka memperoleh kemajuan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping itu tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi dan penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Adapun pembangunan desa, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa, sangat jelas disebutkan dalam pasal 1 ayat 9 bahwa: Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Selajutnya dalam asas pengeleloaan keuangan desa pasal 2 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa: pemerintah desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Pembangunan desa sebagaimana

(37)

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan desa tidak lepas dari peranPemerintah Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa ( BPD )sebagai salah satu unsur Pemerintah Desa secara bersama-sama dengan masyarakat menentukan arah pembangunan melalui penetapan kebijakan,penyaluran aspirasi masyarakat dan pegawasan pelaksanaan pembangunan.

2. Infrastruktur

Pengertian infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana secara umum diketahui sebagai fasilitas publik seperti rumah sakit, jalan, jembatan, sanitasi,telpon dan sebagainya. Menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung, dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Dalam hal ini, hal-hal yang terkait dengan infrastruktur tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat.

Ketersediaan infrastruktur memberikan akses mudah bagi masyarakat terhadap sumber daya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam melakukan kegiatan sosial maupun ekonomi. Dengan meningkatnya efisiensi otomatis secara tidak langsung akan meningkatkan perkembangan

(38)

ekonomi dalam suatu wilayah. Sehingga menjadi sangat penting peran infrastruktur dalam perkembangan ekonomi.

Infrastruktur mengacu pada fasilitas kapital fisik dan termasuk juga dalam kerangka kerja organisasional, pengetahuan dan teknologi yang penting untuk organisasi masyarakat dan pembangunan ekonomi mereka. Infrastrutur meliputi undang-undang, sistem pendidikan dan kesehatan publik, sistem distribusi dan perawatan air, pengumpulan sampah dan limbah, pengelolaan dan pembuangannya, sistem keselamatan publik, seperti pemadam kebakaran dan keamanan, sistem komunikasi, sistem transportasi, dan utilitas publik(Tatom, 1993).

Pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan daerah diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah tersebut dan daerah sekitarnya. Pembangunan infrastruktur yang baik tentunya harus memperhatikan aspek keberlanjutan sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Keberadaan infastruktur harus berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi serta memperhatikan aspek efisiensi dan keadilan.

G. Kerangka Pikir

Penelitian ini berjudul “Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan Pemerintah Desa dalam Pembangunan di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa”. Penelitian ini akan dianalisis melalui model koordinasi yang dikemukakan oleh Handayaningrat dalam Wahyuni (2016)yang menyatakan bahwa koordinasi dalam proses manajemen dapat diukur melalui indikator yaitu: 1) komunikasi, 2) kesadaran pentingnya koordinasi, 3) kompetensi partisipan, 4)

(39)

kesepakatan, komitmen dan insentif koordinasi, dan 5) kontinuitas perencanaan. Uraian yang telah dikemukakan, mendasari lahirnya kerangka pikir penelitian seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir H. Fokus Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada bagaimana koordinasi yang dilakukan antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao dalam melakukan pembangunan di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Koordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa dilihat berdasarkan pada

Koordinasi

Koordinasi Menurut Handayaningrat

1. Komunikasi

2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi 3. Kompetensi Partisipan

4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insenftif Koordinasi 5. Kontinuitas Perencanaan

Peningkatan Koordinasi Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) Dengan Pemerintah Desa Dalam

(40)

komunikasi yang terjalin, kesadaran masing-masing pihak akan pentingnya koordinasi itu sendiri, kompetensi dari partsipan, kesepakatan, komitmen dan insentif yang diterima oleh pihak yang melakukan koordinasi, serta kontinuitas koordinasi.

I. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian merupakan penjelasan dari masing-masing fokus penelitian yang diamati untuk memberikan kemudahan dan kejelasan dalam pengamatan. Untuk melihat bentuk koordinasi, digunakan indikator koordinasi yang dikemukakan oleh Handayaningrat dalam Wahyuni W P (2016) yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi, yaitu proses interaksi langsung dan perpindahan informasi antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa guna membahas mengenai pembangunan infrastruktur yang akan dan telah dilaksanakan di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Komunikasi disini terwujud dalam pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat yang bersifat formal maupun non formal antara Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao. Adapun yang menjadi indikator berjalannya komunikasi disini yaitu ada tidaknya informasi, serta ada tidaknya alur informasi.

2. Kesadaran pentingnya koordinasi, yaitu tingkat kesadaran akan pentingnya melakukan koordinasi yang dimiliki oleh setiap pihak, baik dari Badan Permusyawaratan Desa Pao maupun dari aparat Pemerintah Desa Pao serta ketaatan terhadap hasil pertemuan atau rapat yang telah disepakati. Hal ini

(41)

terwujud dari keseriusan koordinasi aparat Pemerintah Desa Pao dengan Badan Permusyawaratan Desa Pao dalam melaksanakan hasil-hasil kesepakatan yang telah diambil dalam rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan sebelumnya guna menjaga keberlangsungan pembangunan di Desa pao. Adapun yang menjadi indikator kesadaran pentingnya koordinasi yaitu tingkat kehadiran pihak yang terkait dalam koordinasi yang dilaksanakan, serta tingkat ketaatan terhadap hasil kesepakatan yang diambil dalam koordinasi.

3. Kompetensi partisipan, yaitu kemampuan kerja yang dimiliki oleh setiap anggota baik dari Badan Permusyawaratan Desa Pao maupun aparat Pemerintah Desa Pao untuk menunjang pembangunan di Desa Pao Kecamatan Tombolo Pao. Kompetensi disini artinya keahlian dalam merencanakan pembangunan yang bersifat strategis, keahlian dalam mengelola dan menggerakkan sumber daya yang dimiliki desa guna optimalisasi pembangunan Desa Pao. Yang menjadi indikator kompetensi partisipan disini yaitu kemampuan kerja dan dipengaruhi juga dari tingkat pendidikan partisipan.

4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi, yaitu pernyataan-pernyataan atau kontrak perjanjian kedua belah pihak, yakni BPD dan Pemerintah Desa Pao dalam bentuk kesepakatan program-program pembangunan infrastruktur yang lahir dari rapat atau musyawarah, komitmen diartikan sebagai kepercayaan dan penerimaan terhadap hasil kesepakatan serta kemauan untuk mengusahakan terwujudnya pembangunan infrastruktur desa yang optimal, insentif diartikan sebagai kompensasi, gaji atau tunjangan yang diperoleh oleh

(42)

anggota Badan Permusyawaratan Desa serta aparat Pemerintah Desa Pao saat melakukan koordinasi untuk pembangunan desa.

5. Kontinuitas Perencanaan, yaitu keberlanjutan dari proses pembangunan yang terjadi di desa Pao sebagai hasil koordinasi yang terjadi antara Pemerintah Desa Pao dengan Badan Permusyawaratan Desa Pao. Yang menjadi indikator kontinuitas perencanaan disini yaitu ada tidaknya umpan balik dari objek pembangunan yang dalam hal ini adalah masyarakat desa Pao dan subjek pembangunan yang dalam hal ini yaitu BPD bersama Pemerintah Desa Pao. Pemerintah Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa melakukan interaksi dengan masyarakat sehingga terjadi proses umpan balik atau penyerapan aspirasi masyarakat sehingga kedepannya dapat ditentukan program-program apa saja yang akan dibahas dalam musyawarah selanjutnya.

(43)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih selama 2 (dua) bulan. Lokasi penelitian berada di desa Pao karena peneliti melihat koordinasi yang terbangun antara pemerintah desa dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pao belum berjalan optimal, terbukti dari anggota BPD yang tidak memiliki fasilitas berupa sekretariat atau ruangan kerja serta anggota BPD jarang datang ke kantor desa untuk menyampaikan aspirasi mayarakat, sehingga komunikasi antarapemerintah desa dengan BPD tidak terjalin maksimal, peneliti juga ingin melihat bagaimana pelaksanaan pembangunan di Desa Pao khususnya berkaitan dengan pembangunan infrastruktur.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan alasan untuk mengetahui bagaimana koordinasi yang terjalin antara BPD dengan pemerintah desa Pao. Penelitian kualitatif ini, mencakup penggunaan subjek yang dikaji dan dikumpulkan dari berbagai studi kasus, wawancara,pengamatan pribadi, serta visual yang menggambarkan makna keseharian.

Adapun tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Alasan peneliti menggunakan tipe penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara deskriptif bagaimana koordinasi antara BPD dengan pemerintah desa Pao. Deskriptif digunakan untuk mengkaji permasalahan berdasarkan fenomena aktual dan

(44)

faktual yang terjadi di lapangan, sehingga penelitian ini tidak hanya mengumpulkan data saja tetapi juga menganalisis data yang diperoleh di lapangan.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan yang bersangkutan dengan cara wawancara untuk mendapatkan jawaban atau informasi yang berkaitan dengankoordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan pemerintah desa Pao.

2. Data Sekunder, yang diperoleh dari literaturdan dokumen serta data yang diambil dari studi pustaka berupa sejumlah buku, literatur, serta tulisan karya ilmiah yang mendukung penelitian ini.

D. Informan Penelitian

Adapun informan dalam penelitian ini diambil dari beberapa unsur yang terlibat dalam proses koordinasi yaitu Kepala Desa Pao beserta Perangkat Desa Pao, Ketua Badan Permusyawaratan Desa Pao beserta anggota dan masyarakat dari Desa Pao itu sendiri. Para informan tersebut merupakan informan kunci yang dianggap mengetahui dan terlibat langsung dalam koordinasi guna pembangunan di Desa Pao. Para informan penelitian tersebut dianggap peneliti bisa menjadi sumber untuk menggali informasi yang dibutuhkan untuk melihat sejauh mana jalnnya koordinasi yang terjalin antara Badan Permusyawaratan Desa dengan

(45)

Pemerintah Desa Pao dalam pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan di Desa Pao. Lebih jelasnya informan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel : 3.1 Informan Penelitian

No Informan Jumlah

1 Kepala Desa Pao 1

2 Pegawai Desa Pao 1

3 Ketua BPD Pao 1

4 Masayarakat setempat 2

Total 5

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini,menggunakan:(1) Wawancara; (2) Studi dokumentasi; (3) Media review; dan (4) Observasi.

1. Wawancara

Dilakukan guna memperoleh data primer tentang koordinasi yang terjalin antara Badan Permusywaratan Desa dengan Pemerintah Desa Pao. Lebih jelasnya, peneliti akan melakukan wawancara bersama informan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dengan Kepala Desa Pao sebagai perwakilan dari pihak pemerintah desa Pao, pegawai desa Pao juga dari pihak penerintah Desa Pao, ketua BPD Pao sebagai perwakilan dari BPD Pao, serta wawancara bersama masyarakat setempat. Dari hasil wawancara bersama para informan tersebut nantinya hasil wawancara tersebut akan diolah dan dipaparkan untuk melihat koordinasi yang terjalin antara BPD dengan

(46)

Pemerintah Desa Pao dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Desa Pao.

2. Studi dokumentasi

Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik visual maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitianberupa catatan-catatan atau pengambilan gambar yang ada di lokasi penelitian untuk dijadikan referensi sumber yang relevan dengan penelitian ini. Peneliti turun langsung ke lokasi penelitian dan melihat dokumen dari kantor desa pao berkaitan dengan pelaksanaan koordinasi untuk pembangunan di Desa Pao. Peneliti juga terjun ke lokasi pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Desa pao dan melakukan dokumentasi berupa pengambilan gambar

3. Observasi

Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitiansecara berulang terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda. Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap masalah-masalah yang terjadi di Desa Pao khususnya permasalahan koordinasi BPD dengan Pemerintah Desa dalam hal pembangunan desa. Peneliti melakukan pengamatan mengenai komunikasi anatara BPD dengan Pemerintah Desa Pao , tingkat kesadaran antara BPD dan Pemerintah Desa Pao akan pentingnya melakukan koordinasi, kemampuan kerja, komitmen dari BPD dan pemerintah Desa pao, kesepakatan-kesepakatan yang diambil serta hal-hal lain yang berkaitan dengan jalannya koordinasi antara BPD dengan Pemerintah Desa pao.

(47)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu: (1) Reduksi data (data reduction), denganmerangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari data; (2) Penyajian data (data display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sebagainya; dan (3) Penarikan kesimpulan (verification), penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari data.

Gambar 3.1:

Model Analisis Data Interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20) G. Pengabsahan Data

Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan metode dari Sugiyono (2014: 270) yaitu :(1) Perpanjangan pengamatan; (2) Peningkatan ketekunan peneliti; dan (3) Triangulasi. Lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut: Data Reduction Data Display Display Conclusions: Drawing/Verifying Drawing/Verifying Data Collection Collection

(48)

1. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara kembali sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini dilakukan guna menguatkan hubungan peneliti dengan narasumber agar terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan saling memercayai, sehingga dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.

2. Peningkatan ketekunan peneliti

Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan tesebut, maka peneliti akan melakukan pengecekan kembali untuk melihat apakah data yang telah ditemukan sudah benar atau tidak.

3. Triangulasi

Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (a)Triangulasi sumber, dengan menguji kredibilitas data melaluipengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda; dan (3)Tringulasi waktu, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbeda.

(49)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis Desa Pao

Desa Pao merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tombolo Pao, tepatnya bagiantimur Kabupaten Gowa dengan jarak kurang lebih 105 KM dari kota Sungguminasa dan berjarak 2 KM dari ibu kota kecamatan serta mempunyai luas wilayah kurang lebih 25, 17 KM, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara : kelurahan Tamaona b. Sebelah timur : Desa Tabbinjai c. Sebelah barat : Desa Erelembang d. Sebelah selatan : Kabupaten Bone

Desa pao mempunyai daerah pegunungan dengan ketinggian 600-1.750 M dari permukaan laut, karena Desa Pao adalah daratan tinggi maka sangat cocok dengan perkembangan tanaman pangan. Meskipun Desa pao merupakan daratan tinggi, cuaca air hujan tergolong tinggi yang berakibat baik yaitu tersedianya pasokan air minum dan air irigasi yang sangat memadai sepanjang tahun, walaupun saluran irigasi untuk persawahan atau untuk mengairi kebun petani masih menggunakan saluran air tradisional sehingga kadang tidak mencukupi di musim kemarau.

Desa Pao terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Pao, Dusun Lembang, Dusun Bangkeng Batu dan Dusun Pattallassang. Pusat pemerintahan Desa Pao terletak di

(50)

Dusun Pao. Terdapat 2 dusun yang terletak di seberang sungai yaitu dusun Pattallassang dan dusun Bangkeng Batu, sehingga untuk menjangkau 2 dusun tersebut sangat sulit, terlebih lagi ketika musim hujan tiba. Hal ini yang dikarenakan sebahagian besar akses jalan masih jalan tanah, dengan keadaan jalan yang belum baik dapat meresahakan warga karena jalan menjadi licin dan berlumpur.

2. Keadaan Sosial Dan Ekonomi

Desa pao merupakan desa yang kaya akan sumber daya air karena di setiap dusun terdapat beberapa sumber mata air dan sungai sehingga warga Desa Pao memanfaatkan aset sumber daya Alam tersebut. Pemenuhan air untuk lahan pertanian berasal dari mata air dan sungai yang ada disekitar persawahan, akan tetapi yang menjadi kendala adalah terkadang persawahan kekurangan air karena sarana pengairan masih kurang.

Penduduk Desa Pao pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani sawah dan petani sayur, disamping itu pula sebagian dari mereka bekerja sebagai perternak. Sebagian kecil warga berdagang hasil tanaman seperti berdagang eceran dipasar dan sebahagian berdagang antar kabupaten dan sampai keluar provinsi. Selain itu,sebagian masyarakat Desa Pao juga bergelut dibidang pemerintahan dan sebagai tenaga pengajar (PNS). Sebagian masyarakat Desa Pao, ada juga yang memiliki dua pekerjaan (pokok dan sampingan) yakni ada yang bekerja sebagai petani sawah dan berternak sapi, kemudian ada juga yang bekerja dibidang pemerintahan sekaligus bekerja sebagai petani.

(51)

Tabel : 4.1 Jumlah Pendudk Desa Pao

NO DUSUN

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 PAO 167 175 343

2 LEMBANG 334 379 708

3 PATTALLASSANG 378 349 724

4 BANGKENG BATU 317 318 599

TOTAL 1.196 1.221 2.417

Sumber : KAUR Administrasi Desa Pao, diolah 25 Desember 2019 3. Iklim dan Curah Hujan

Iklim Desa Pao pada umumnya memiliki suhu rata-rata berkisar antara 15°C sampai 25°C dengan tingkat curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan ini kadang tidak sesuai dengan ketentuan musim atau tidak terdeteksi. Terjadinya pergantian musim yang tidak menentu, tidak menghalangi masyarakat Desa Pao untuk melakukan kegiatan bertani atau berkebun. Selain itu, masyarakat Desa Pao juga biasa menperkirakan iklim dengan berpatokan pada kitab lontara’ yang ditulis oleh nenek moyang dan para pendahulunya yaitu dengan menafsirkan bahwa bulan Oktober hingga bulan Maret merupakan musim hujan dan bulan April hingga bulan September merupakan musim kemarau.

Penggunaan tanah sebagai lahan pertanian di Desa Pao yaitu berdasarkan hak garap karena warga masyarakat mengolah tanah/lahan secara bergilir. Tanah tersebut digilir satu tahun, dua tahu, tiga tahun atau bahkan ada yang puluhan tahun yang diatur secara adat, tanah tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk

(52)

ditanami padi ataupun sayuran. Desa Pao juga memiliki kawasan hutan yang sangat luas yang beraneka ragam tanaman yang ada didalamnya seperti kayu Pinus, kayu Asa, kayu Tumea, rotan dan lain sebagainya. Masyarakat memanfaatkan hasil hutan dengan menyadap pinus dan menjual kepihak pengusaha, rata-rata mereka menyadap dua kali seminggu.

4. Visi dan Misi Desa Pao

Sebagai salah satu desa di Kecamatan Tombolo Pao yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, tentunya Desa Pao memiliki visi dan misi yang menjadi landasan dan tujuan dari semua unsur dan lapisan masyarakat desa Pao guna menjamin terciptanya kehidupan desa yang sejahtera. Adapun visi misi Desa Pao yaitu sebagai berikut:

a. Visi

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan dengan meihat potensi dan kebutuhan desa. Penyusunan visi Desa Pao inidilakukan dengna pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di Desa Pao seperti Pemerintah Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Lembaga Masyarakat desa, dan masyarakat Desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti satuan kerja wilayah pembangunan di kecamatan.

Berdasarkan dari hasil penjajakan dan analisis masalah dan potensi-potensi yang bersumber dari sumber daya alam dan sumber daya manusia maka Desa Pao merumuskan sebuah visi yaitu:

(53)

“Terwujudnya Desa Pao yang handal dalam pembangunan yang adil danmerata menuju kesejahteraan rakyat lahir dan batin dalam bingkai semangat gotong royong untuk mengelolah seluruh potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia”.

Cita cita Desa Pao dari visi tersebut yaitu lahirnya kemampuan dalam melakukan pembangunan disegala sektor yang adil dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat Desa Pao sehingga masyarakat Desa Pao sejahtera lahir maupun batin dengan megedepankan nilai nilai kearifan lokal yaitu “sikamaseang natajangpammase puang” dan nilai nilai gotong royong dengan

mengandalkan potensisumber daya alam dan sumber daya manusia. b. Misi

Misi merupakan tujuan jangka lebih pendek dari visi yang akan menunjang keberhasilan tercapainya sebuah visi. Dengan kata lain, misi Desa Pao merupakan penjabaran secara operasional dan lebih mengerucut dari visi yang telah dibuat. Untuk mencapai visi yang telah dibuat tersebut maka dirumuskanlah misi yang akan dilaksanakan yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan pelayanan prima dan transparan kepada masyarakat. 2) Menciptakan pemerintah desa yang cepat tanggap terhadap keadaan

dan situasi masyarakat dengan terjung langsung melihat situasi masyarakat.

3) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat agar berhasil guna mendukungkesejahteraan masyarakat.

(54)

4) Meningkatkan sarana dan prasarana umum guna mendukungkesejahteraan masyarakat.

5) Pemerataan pembangunan fisik dan non fisik, sehingga tidak akan terjadikesenjangan sosial dalam masyarakat.

6) Melengkapi sarana dan prasarana tempat ibadah dan mendorong kegiatankeagamaan guna memupuk keimanan dan ketaqwaan serta membentukahlakul karimah utamanya bagi putra putri kita.

7) Meningkatkan kapasitas kinerja dan kompetensi perangkat desa melaluipendidikan dan pelatihan.

5. Gambaran Umum Tentang Badan Permusyawaratan Desa Pao

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan salah satu lembaga masyarakat yang ada di Desa Pao selaku mitra kerja dari Pemerintah Desa yang berkedudukan sebagai unsur legislasi, penyelenggara pemerintah desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Jalannya pemerintahan yang dilaksanakan oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa diawasi oleh BPD.Anggota BPD berkedudukan sebagai wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. Dalam menjalankan tugasnya BPD mempunyai fungsi :

a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desabersama Kepala Desa.

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa. c. Melakukan pengawasankinerja Kepala Desa.

(55)

Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa yaitu selama enam tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.Anggota Badan Permusyawaratan Desa dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak tiga kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa.Peresmian anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota.

Adapun anggota Badan Permusyawaratan Desa Pao berjumlah 9 orang yang terdiri atas:

a. Ketua BPD : 1 Orang b. Wakil Ketua : 1 Orang c. Sekretaris : 1 Orang d. Anggota : 6 Orang

Badan Permusyawaratan Desa Pao terdiri atas beberapa komisi yang memiliki tugas masing-masing yaitu sebagai berikut:

1) Komisi Pemerintahan

Tugas dari komisi pemerintahan, yaitu : a) Mengajukan rancangan peraturan Desa.

b) Melakukan pembahasan terhadap rancanganperaturan desa dan rancangan keputusan BPD yangmasuk bidang tugas masing-masing. c) Merumuskan materi untuk bahan penyusunankeputusan pimpinan BPD.

(56)

d) Menyampaikan usul dan pendapat kepada pimpinanBPD. e) Mengusulkan pembentukan dan pengangkatanKepala Desa. 2) Komisi Ekonomi dan Pembangunan

Tugas dari komisi ekonomi dan pembangunan adalah,sebagai berikut : a) Mengawasi pengelolaan administrasikeuangan desa.

b) Ikut merumuskan bahan penyusunan APB Desa.

c) Melaksanakan penyiapan bahan perumusankebijakan teknispengembangan ekonomi masyarakatdan potensi desa.

d) Menganalisa dan mengkaji perkembangan ekonomimasyarakat. e) Mengawasi kegiatan admisistrasi pembangunan.

3) Komisi Kemasyarakatan

Adapun tugas dari komisi kemasyarakatan adalah,sebagai berikut :

a) Menerima, mengolah, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat yang disampaikan sesuai dengan bidangtugasnya dan melaporkan hasilnya pada pimpinan.

b) Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat.

c) Ikut menjaga nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadatmasyarakat setempat.

d) Melaksanakan kegiatan penataan kelembagaanmasyarakat untuk kelancaran penyelenggaraanpemerintahan desa.

e) Penyiapan bahan untuk pelaksanaan programkegiatan keagamaan. f) Penyiapan dan pelaksanaan program perkembangankehidupan

(57)

g) Penyiapan bahan dan pelaksanaan program,pemberdayaan masyrakat dan sosialkemasyarakatan.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai keanggotaan BPD Pao dapat dilihat pada struktur pengurus sebagai berikut:

Gambar 4.1

Bagan Struktur Pengurus BPD Pao

6. Gambaran Umum Tentang Pemerintah Desa Pao KETUA Arifin Juddin WAKIL KETUA Aziz Tarra KOMISI KEMASYARAKATAN 1. Sudarsono 2. Yunus KOMISI EKONOMI & PEMBANGUNAN 1. Sunusi 2. Sahruddin Paola KOMISI PEMERINTAHAN 1. Nuzulul Haq S.Pd 2. Muh Saleh SEKERTARIS Niswati

(58)

Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, disebutkan bahwa yang dimaksud Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain yang dibantu olehPerangkat Desa.

Adapun tugas dari masing-masing unsur Pemerintah Desa Pao, yaitu sebagai berikut:

a. Kepala Desa

Kepala Desa memiliki tugas-tugas yaitu; 1) Menyelenggarakan Pemerintahan Desa; 2) Melaksanakan Pembangunan Desa; 3) Pembinaan kemasyarakatan Desa; dan 4) Pemberdayaan masyarakat Desa. b. Sekertaris Desa

Tugas dari Sekertaris Desa yaitu sebagai berikut:

1) Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan;

2) Pelaksanaan administrasi pemerintahan, pembangunan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat;

3) Koordinator kegiatan Perangkat Desa;

4) Pengumpulan dan pengolahan bahan evaluasi data dan perumus program serta petunjuk untuk keperluan pembinaan penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat;

5) Pelayanan masyarakat di bidang administrasi pemerintahan, pembangunan dan kesejahteraan masyarakat;

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir  H.  Fokus Penelitian
Tabel : 3.1   Informan Penelitian
Tabel : 4.1    Jumlah Pendudk Desa Pao
Gambar 4.2 Struktur Pemerintahan Desa Pao

Referensi

Dokumen terkait

"proses kesepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang terlibat dalam proses pemerintahan (plat merah, plat kuning, dan plat hitam) yang

Koordinasi salah satu cara untuk mempersatukan usaha dari setiap penanggung jawab pelaksana pembangunan atau unit kerja yang ada di suatu daerah guna mempermudah proses

Berdasarkan jawaban informan diatas, dapat diketahui yang menjadi kendala Pemerintah Desa dalam melakukan koordinasi dengan BPD yaitu susahnya mendapatkan kata sepakat pada

Ini dapat dilihat dari sudah tercapainya apa yang menjadi tujuan dari koordinasi yang dilakukan dan dalam berkoordinasi antara Pemerintah Desa dan BPD telah dapat menjalankan

Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa kemampuan, koordinasi, dan responsifitas mempunyai hubungan yang signifikan terhadap efektivitas kerja anggota