• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hipertermia Pada Neonatus Resiko Tinggi Dan Penatalaksanaannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hipertermia Pada Neonatus Resiko Tinggi Dan Penatalaksanaannya"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

HIPERTERMIA PADA NEONATUS RESIKO TINGGI DAN

HIPERTERMIA PADA NEONATUS RESIKO TINGGI DAN

PENATALAKSANAANNYA

PENATALAKSANAANNYA

A.

A. PENGERTIAN HIPERTERMIAPENGERTIAN HIPERTERMIA

Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal yaitu suhu Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal yaitu suhu tubuhmencapai sekitar

tubuhmencapai sekitar 37,8°C 37,8°C per oral atau per oral atau 38,8°C per 38,8°C per rectal secara terus menerus disertairectal secara terus menerus disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).

(metabolik).

Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi.Hipertermia Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi.Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan  panas.

 panas. Ketika Ketika suhu suhu tubuh tubuh cukup cukup tinggi, tinggi, hipertermia hipertermia menjadi menjadi keadaan keadaan darurat darurat medis medis dandan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.Hypertermia pada membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.Hypertermia pada  bayi adalah peningkatan suhu tubu

 bayi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC.h bayi lebih dari 37,5 ºC. B. TANDA DAN GEJALA

B. TANDA DAN GEJALA

Suhu tubuh bayi >37,5 ºC (panas)

Suhu tubuh bayi >37,5 ºC (panas)

Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, tu

Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor rgor kulit kurang, mata dan ubun kulit kurang, mata dan ubun ubun besarubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air kemih berkurang. cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air kemih berkurang.

Kulit memerah

Kulit memerah

Malas minum

Malas minum

Frekuensi nafas lebih dari 60x/menit

Frekuensi nafas lebih dari 60x/menit

Denyut jantung lebih dari 160 x/menit

Denyut jantung lebih dari 160 x/menit

Letargi Letargi

Kedinginan,lemas Kedinginan,lemas Bisa disertai kejang Bisa disertai kejang C. KLASIFIKASI

C. KLASIFIKASI HIPERTERMIAHIPERTERMIA

Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas a.

a. HipertermHipertermia ia MalignaMaligna

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini merupakan Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia.Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak hipertermia.Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak  bemanfaat.

 bemanfaat. b.

b. Exercise-IExercise-Induced nduced HypertherHyperthermia mia (EIH)(EIH)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 30

lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 3000C atau lebih dengan kelembabanC atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan  pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan

 pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.menyerap keringat. c.

(2)

Kondisi

Kondisi metabolic/endokrin metabolic/endokrin yang yang menyebabkan menyebabkan hipertermia hipertermia lebih lebih jarang jarang dijumpai dijumpai pada pada anakanak dibandingkan dengan pada dewasa.Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan dibandingkan dengan pada dewasa.Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).

(merangsang pembentukan pirogen leukosit).

Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas. a.

a. HipertermHipertermia ia NeonatalNeonatal

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan

disebabkan oleh: oleh: 1)

1) DehidrasiDehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparanDehidrasiDehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi.Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga oleh suhu kamar yang tinggi.Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir.Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena setelah infeksi dan trauma lahir.Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan  pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.

 pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.

2)

2) OverheatingOverheating

Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.

langsung dalam waktu yang lama.

3)

3) Trauma lahirTrauma lahir

Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39

ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 3900C dilakukanC dilakukan tepidtepid  sponged 

 sponged  35 3500C sampai dengan suhu tubuh mencapai 37C sampai dengan suhu tubuh mencapai 3700C.C. 4)

4) Heat strokeHeat stroke

Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.5

Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.500C atau sedikit lebih rendah, kulitC atau sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi  perdarahan

 perdarahan miokard, miokard, dan dan pada pada saluran saluran cerna cerna terjadi terjadi mual, mual, muntah, muntah, dan dan kram. kram. KomplikasiKomplikasi yang

yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal gtrombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal,injal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan  perawatan intensif

 perawatan intensif di ICU, sdi ICU, suhu tubuh segera dituhu tubuh segera diturunkan (melepas baju urunkan (melepas baju dandan sponging  sponging  dengan dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5

(3)

tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolik yang ada.

5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)

Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan  berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi.HSE diduga berhubungan dengan cacat genetik dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia< 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan).Pada 2

 – 

 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 410C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi.Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal.Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.

6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal.Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS.Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2-4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development  atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity,  pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah.Beberapa faktor resiko dikemukakan

untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil  perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.

D. FAKTOR RESIKO

Kejang/ syok 

E. ETIOLOGI

Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.Selain itu, dapat  puladisebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat  pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat

(4)

 pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat  berupa protein, pecahan protein dan zat lain , terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.

Fase

 – 

 fase Terjadinya Hipertermi a. Fase I : awal

1) Peningkatan denyut jantung

2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan 3) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi

4) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi 5) Rambut kulit berdiri

6) Pengeluaran keringat berlebih 7) Peningkatan suhu tubuh

 b. Fase II :

1)  proses demam

2) Kulit terasa hangat / panas

3) Peningkatan nadi & laju pernapasan 4) Dehidrasi ringan sampai berat

5) Proses menggigil lenyap

6) Mengantuk , kejang akibat iritasi sel saraf  7) mulut kering

8)  bayi Tidak mau minum 9) lemas

c. Fase III : pemulihan

1) Kulit tampak merah dan hangat 2) Berkeringat

3) Menggigil ringan

4) Kemungkinan mengalami dehidrasi

F. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATANANNYA 1. Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

Monitoring tanda-tanda vital setiap dua  jam dan pantau warna kulit

Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.

Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat

(5)

menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.

Berikan kompres denga air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari  penggunaan alcohol untuk kompres.

Kompres pada aksila, leher dan lipatan  paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar  besar yang akan membantu menurunkan demam. Penggunaan alcohol tidak dilakukan karena akan menyebabkan  penurunan dan peningkatan panas secara

drastis. Kolaborasi

Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika  panas tidak turun.

Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk menurunkan panas dengan segera.

2. Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28 ºC) 3. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu

4 4. Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal

5. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15 menit dalam suhu air 4 ºC, lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 4ºC dibawah suhu ba yi

6. memastikan bayi mendapat cairan adekuat a. Izinkan bayi mulai menyusu

 b. Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan elastisitas kulit, atau lidah atau membran mukosa kering)

1) Pasang slang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan sesuai dengan usia ba yi

2) Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari pertama dehidrasi terlihat

3) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l), atasi glukosa darah yang rendah

7. Cari tanda sepsis

8. Berikan antibiotik jika terjadi infeksi 9. Setelah keadaan bayi normal :

a. Lakukan perawatan lanjutan

 b. Pantau bayi selama 12 jamberikutnya, periksa suhu setiap 3 jam

10. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik, serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan  Nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah dan melindungi dari pemancar panas yang  berlebihan.

(6)

Antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap penderita panas karena panas merupakan usaha pertahanan tubuh, pemberian antipiretik juga dapat menutupi kemungkinan komplikasi.Pengobatan terutama ditujukan terhadap penyakit penyebab panas.

 Antipiretika :

Parasetamol : 10 -15 mg/kg BB/ kali (dapat diberikan secara oral atau rektal). Metamizole ( novalgin ) : 10 mg/kg BB/kali per oral atau intravenous. Ibuprofen : 5-10 mg/kg BB/ kali, per oral atau rektal.

 Pendinginan Secara fisik :

Merupakan terapi pilihan utama. Kecepatan penurunan suhu > 0,10 C/menit sampai tercapai suhu 38,50 C. Cara-cara physical cooling/compres :

 Evaporasi : penderita dikompres dingin seluruh tubuh, disertai kipas angin untuk mempercepat

G. PENCEGAHAN TERHADAP HIPERTERMIA

1 1. Kesehatan lingkungan.

2. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat. 3. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya. 4. Pemberantasan lalat.

5. Pembuangan sampah pada tempatnya. 6. Pendidikan kesehatan pada masyarakat. 7. Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi. 8. Makan makana yang bersih dan sehat. 9. Jangan biasakan anak jajan diluar.

(7)

Hipertermi pada Neonatus

2.1 Pengertian Hipertermi

Hipertermi adalah suatu kondisi di mana suhu tubuh meningkat melebihi set point yang biasanya di sebabkan kondisi tubuh eksternal yang menimbulkan panas berlebihan jika dibandingkan kemampuan tubuh untuk menghilangkan panas seperti pada heat stroke, toksisitas aspirin, kejang atau hipertiroidsm (Wong, 1996).

Hipertermi adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,8°C per oral atau 38,8 °C per rektal karena faktor eksternal (Carpenito 2001).

2.2 Tanda dan Gejala Hipertermi

1. Suhu >37,8°C per oral atau 38,8 °C per rektal 2. Pernafasan >60x/menit

3. Adanya tanda dehidrasi, yaitu BB turun, turgor kulit kurang, dan oliguria. 4. UUB cekung

5. Kulit memerah 6. Malas minum

7. Denyut jantung lebih dari 160 x/menit 8. Kedinginan,lemas

9. Letargi

10. Bisa disertai kejang 2.3 Penyebab Hipertermi

Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan karena:

1. Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan

2. Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa.

3. Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan produksi panas dan  penurunan kehilangan panas pada suhu febris.

4. Latihan / gerakan yang berlebihan. 5.

2.4 Penatalaksanaan Hipertermi

1. Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28 ºC) 2. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu

3. Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas nor mal

4. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres atau dimandikan selama 10 -15 menit dalam suhu air 4 ºC, lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang

suhunya lebih rendah dari 4 ºC dibawah suhu bayi 5. Memastikan bayi mendapat cairan adekuat

 Izinkan bayi mulai menyusu

 Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan elastisitas kulit, atau lidah atau membran mukosa kering)

1) Pasang slang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan sesuai dengan usia bayi

2) Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari pertama dehidrasi terlihat

3) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l), atasi glukosa darah yang rendah

(8)

7. Berikan antibiotik jaka terjadi infeksi 8. Setelah keadaan bayi normal :

9. Lakukan perawatan lanjutan

10. Pantau bayi selama 12 jamberikutnya, periksa suhu setiap 3 jam

11. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik, serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan Nasehati ibu cara

menghangatkan bayi dirumah dan melindungi dari pemancar panas yang berlebihan. 2.5 Pencegahan Hipertermi

1. Kesehatan lingkungan.

2. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat. 3. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya. 4. Pemberantasan lalat.

5. Pembuangan sampah pada tempatnya. 6. Pendidikan kesehatan pada masyarakat. 7. Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi. 8. Makan makanan yang bersih dan sehat 9. Jangan biasakan anak jajan diluar

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan:

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran  panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal

(metabolik). Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari

gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas.Untuk pencegahan hipertermi bisa dengan cara selalu menjaga kesehatan lingkungan, penyediaan air minum yang memenuhi syarat, pemberantasan lalat,

 pembuangan sampah pada tempatnya, pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemberian imunisasi lengkap  pada bayi, makan-makanan yang bersih dan sehat.

3.2 Saran

Saran-saran yang kami sampaikan sehubungan dengan tulisan makalah ini sebagai berikut :

Hipertermi bukankah suatu penyakit yang ringan tetapi hipertermi merupakan salah satu penyakit dengan faktor resiko tinggi khususnya pada bayi.Untuk itu di sini bidan harus tanggap terhadap gejala dan keluhan apa yang dikeluhkan klien nantinya.Karena apabila hipertermi tidak segera ditangani akan menjadi kejang dan bisa

mengakibatkan kematian khususnya pada bayi. Selain itu bidan harus turun tangan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hipertermi mulai dari gejala maupun tanda kemudian cara mengatasinya serta  pencegahan terhadap hipertermi.

(9)

MAKALAH NEONATUS DENGAN RESIKO TINGGI

TUGAS ASNEO

“NEONATUS DENGAN RESIKO TINGGI”

HENDRIYANI NIM 13211350

TINGKAT IIA

DOSEN PEMBIMBING: PUTRI NELLY SYOFIAH, S.Si.T

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

PRODI D III KEBIDANAN

2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya kita dapat mengenal ilmu, pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat beserta salam atas junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan kami mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen yang telah mengajari kami ilmu yang sangat banyak, berkat ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan makalah ini pada waktunya.

(10)

Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Padang, September 2014

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi.

Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.

(11)

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apaitu neonatus dengan resiko tinggi?

2. Apa saja kategori neonatus dengan resiko tinggi?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu neonatus resiko tinggi

2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kategori neonatus resiko tinggi

BAB II PEMBAHASAN A. Neonatus dengan resiko tinggi

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi.

B. Beberapa keadaan bayi baru lahir dengan resiko tinggi: 1. Sindroma Gawat Napas

Kegawatan pernapasan adalah keadaan kekurangan oksigen yang terjadi dalam jangka waktu relatif lama sehingga mengaktifkan metabolism anaerob yang menghasilkan asam laktat. Apabila keadaan asidosis memburuk dan terjadi penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain. Selanjutnya dapat terjadi depresi pernapasan yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Yu dan Monintja, 1997). Kegawatan pernapasan dapat terjadi pada bayi aterm maupun pada bayi preterm, yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi kegawatan lebih besar karena be;um maturnya fungsi organ-organ tubuh.

Kegawatan pernapasan ini menimbulkan dampak negatif bagi tubuh bayi berupa terjadinya kekurangan oksigen pada tubuh (hipoksia). Tubuh bayi akan beradaptasi dengan cara mengaktifkan metabolism anaerob yang menghasilkan asam laktat.

(12)

Apabila hipoksia berlanjut, gerakan akan berhenti, denyut jantung mulai menurun dan tonus otot neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur. Pada fase ini akan terjadi apneu primer. Apabila hipoksia berlanjut, denyut jantung terus menurun, tekanan darah akan semakin menurun, bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya pernapasan secara spontan. Pada fase iniakan terjadi apneu sekunder dan akan terjadi kematian bila tidak segera dilakukan resusitasi dengan pernapasan buatan (Syaifuddin, 2002).

Secara klinis keadaan apneu primer atau apneu sekunder sulit dibedakan. Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi bayi dengan kondisi apneu, harus dianggap bahwa bayi mengalami apneu sekunderdan harus segera dilakukan resusitasi.

Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya. Tindakan resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal sebagai A BC Resusitasi yaitu:

A: Airway, mempertahankan saluran napas terbuka melliputi kegiatan meletakkan bayi dengan posisi sedikit ekstensi, menghisap mulut dan hidung bayi.

B: Breathing,memberikan napas buatan meliputi kegiatan melakukan rangsang taktil untuk memulai pernapasan, melakukan ventilasi tekanan positif dengan sungkup dan balon.

C: Circulation,mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah meliputi kegiatan mempertahankan sirkulasi darah dengan cara kompres dada.

Etiologi

Towel dalam Jumiarni, dkk (1995) menggolongkan penyebab kegagalan pernapasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.

Faktor ibu

Meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus dan lain-lain.

Faktor plasenta

Meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tida menempel pada tempatnya.

Faktor janin atau neonatus

Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemeli, prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain.

(13)

Meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.

2. Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya kadar bilirubin dalam darah lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang mengakibatkan jaundice, warna kuning yang terlihat jelas pada kulit, mukosa, sklera dan urin, serta organ lain, sedangkan pada bayi normal kadar bilirubin serum totalnya 5mg%.

Etiologi

Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Penyebab yang tersering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini dapat timbul karena adanya perdarahan tertutup (sefal hematoma, perdarahan subaponeoratik) atau inkompatilibitas golongan darah Rh. Infeksi memegang peranan penting dakam terjadinya hiperbilirubinemia: keadaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Beberapa faktor lain yag juga nmerupakan penyebab hiperbilirubinemia adalah hipoksia atau anoksia, dehidrasi dan asidosis, hipoglikemia dan polisitemia.

Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Halini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin atau bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoronil transferase) atau bayi yang menderita gangguan eksresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra atau ekstra hepatik. Pada derajat tertentu, bilirubin iniakan bersifat toksit dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini

terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.

Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat badan lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi.

Klasifikasi

1. Ikterus fisiologis

Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga serta tidak mempunyai dasar patologis dan tidak ada kemungkinan menjadi kernikterus. Ikterus akan menghilang dengan sendirinya pada minggu pertama kelahiran bayi atau pada hari ke 10.

Bayi dapat diklasifikasikan pada ikterus fisiologis jika: a. Iktrus timbul pada hari kedua dan ketiga

(14)

b. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi dari 10 mg% pada bayi cukup bulan dan 12,5 mg% pada bayi kurang bulan

c. Peningkatan kecepatan kadar bilirubin idak melebihi 5 mg% per hari d. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 1 mg%

e. Tidak berhubungan pada keadaan patologis 2. Ikterus patologis

Bayi dapat diklasifikasikan pada ikterus patologis jika: a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran

b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada bayi cukup bulan atau 12,5 mg% pada bayi kurang bulan c. Peningkatan kadar bilirubin lebih dari 5 mg% per hari. Ikterus menetap setelah dua minggu pertama d. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%

e. Berkaitan dengan proses hemolitik

Penatalaksanaan

Hiperbilirubinemia ringan tidak memerlukan pengobatan. Bayi dianjurkan untuk lebih banyak menyusu sehingga mempercepat pembuangan isi usus dan dapat mengurangi penyerapan kembali bilirubin dari usus sehingga menurunkan kadar bilirubin dalam darah. Jika kadar bilirubin sangat tinggi dianjurkan dengan terapi tukar yaitu darah bayi ditukar dengan darah segar untuk membuang bilirubin dalam darah bayi pada darah sebelumnya.

3. Hipotermia dan hipertermia a) Hipotermia

Suhu normal pada neonatus berkisar antara 360C-37,500C pada suhu ketiak. Gejala awal hipotermia

apabila suhu <360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin,

maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C). Disebut hipotermia berat bila

suhu tubuh <320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan thermometer ukuran

rendah (low reading thermometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat

merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampakdengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.

(15)

Etiologi dan faktor presipitasi

Prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologil seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran, eksposure suhu lingkungan yang dingin.

 Tanda-tanda klinis hipotermia: a. Hipotermia sedang

Kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.

b. Hipotermia berat

Sama dengan hipotermia sedang, ditambah dengan pernapasan lambat dan tidak teratur, bunyi  jantung lambat, kadang timbul asidosis metabolic

c. Stadium lanjut hipotermia

Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)

d. Penanganan

Penanganan hipotermia ditujukan untuk:

 Mencegah hipotermia

 Mengenal bayi dengan hipotermia  Mengenal resiko hipotermia

 Tindakan pada hipoermia

b) Hipertermia

Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakai dan selimut.

Gejala hipertermia pada bayi baru lahir:

Suhu tubuh bayi >37,50C frekuensi panas bayi lebih 60 kali permenit terdapatnya tanda-tanda

(16)

4. Asfiksia

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur dalam 1 menit setelah lahir.

Etiologi a. Faktor ibu

Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan ibu dengan komplikasi, seperti diabetes mellitus, preeklamsia berat, eritroblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan.

b. Faktor janin

Faktor yang terdapat pada janin atau bayi seperti adanya gangguan aliran ke tali pusat yang menumbung atau tali pusat melilit leher.

Terjadinya depresi pernapasan pada bayi karena obat atau analgetik yang diberikan pada ibu

Adanya gangguan tumbuh kembang intrauterin dan kelainan bawaan (aplasia paru, atresia saluran nafas)

Asfiksia neonatus akan terjadi apabila saat lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga bayi kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2

Pada bayi dengan asfiksia bisa terjadi sindrom gangguan napas. Aspirasi mekonium, infeksi dan kejang merupakan komplikasi yang sering terjadi pasca asfiksia. Pada bayi dengan asfiksia dapat pula ditemukan komplikasi lain yaitu gangguan fungsi jantung, renjatan neonatus, gangguan fungsi ginjal, lebih merupakan indikator maturitas tumbuh kembang bayi.

Akibat yang mungkin muncul pada bayi asfiksia secara keseluruhan mengalami kematian 10-20%, sedangkan 20-45% dari yang hidup mengalami kelainan neurologi, kira-kira 60%-nya dengan gejala sisa berat. Sisa normal. Gejala sisa neurologik berupa cerebral palsy, mental retardasi, epilepsi, microceflus, hidrocefalus dan lain-lain.

 Penatalaksaan

Resusitasi dengan langkah mengikuti ABC yaitu:

A: pertahankan perjalanan napas bebas, jika perlu dengan intubasi endotrakeal.

B: bangkitkan napas spontan dengan stimulasi taksil dan tekanan positif menggunakan ambu bag and mask atau lewat pipa endotrakeal

C: pertahankan sirkulasi jika perlu dengan konpresi dada dan obat-obatan

Pada asfiksia ringan, berikan bantuan napas dengan oksigen 100% melalui bag and mask selama 15-30 detik.

Pada asfiksia berat dapat terjadi syok kardiogenik. Pada keadaan ini diberikan dopamin per infus 5-20 mg/KgBB/mnt.

(17)

Bila terdapat riwayat pemberian analgesik narkotik pada ibu hamil berika narcan 0,1 mg/KgBB dapat diberikan secara subkutan intramuskular, intravena atau melalui pipa endotrakeal.

 Pemeriksaan penunjang

Laboratorium biasanya ditemukan penurunan kadar hematokrit dan peninggian trombosit akibat hiperaktivitas sumsum tulang

Fungsi lumbal untuk menunjukan adanya cairan spinal yang bercampur darah disertai dengan peninggian jumlah sel darah merah dan protein, serta penurunan glukosa. Untuk memantau berbagai perubahan yang terjadi akibat pendarahan.

5. Kejang

Kejang pada neonatus didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi neurilogis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom. Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupan kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.

Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu:

1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering. Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.

2. Pendarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada kepala. Pendarahan subdural yang biasanya diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan kejang.

3. Gangguan metabolik.

a. Kekurangan kadar gula darah (Hipoglikemia), sering timbul dengan gangguan pertumbuhan daam kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita diabetes melitus (DM). Jangka waktu antara hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal pengobatan merupakan waktu timbulnya kejang. b. Kekurangan kalsium (hipokalsemia), sering ditemukan pada bayi berat badan lahir rendah, bayi

dengan ibu penderita DM, bayi asfiksia, bayi dengan ibu penderitqa hiperparatiroidisme. c. Kekurangan natrium (Hiponatremia)

d. Kelebihan natrium (Hipernatremia), biasanya timbul bersamaan dengan dehidrasi atau pemakaian bikarbonat berlebihan.

e. Kelainan metabolik lain seperti:

 Ketergantungan piridoksin mengakibatkan kejang yang resistan terhadap antikonvulsan. Bayi

dengan kelainan ini mengalami kejang intrauterin dan lahir dengan meconium staining.

(18)

Kejang pada bayi dngan gangguan asam amino sering disertai dengan manivestasi neurologi. Hyperamonemia dan asidosis sering timbul pada gangguan asam amino.

4. Infeksi sekunder akibat bakteri atau nonbakteri dapat timbul pada bayi dalam kandungan, selama persalinan, atau pada periode perinatal.

a. Infeksi bakteri

Meningitis akibat infksi groupB streptococus,escherechcoli,ataulisteria monocytogenes sering menyertai kejang selama minggu pertama kehidupan

b. Infeksi non bakterial

Penyebab non bakterial seperti toxoplasmosisdan infeksi olehherpes simpleks, cytomegalovirus danrubella dapat menyebabkan infeksi intrakranial dan kejang.

Penatalaksanaan:

Bayi yang mengalami kejang dapat dilakukan tindakan diantaranya:

1. Memasukkan tong spatel atau sudip lidah yang telah dibungkus dengan kassa steril pada saat bayi kejang agar jalan napas tidak tertutup oleh lidah

2. Mengurangi rangsangan pada bayi seperti cahaya 3. Memberikan pengobatan anti kunvulsan

4. Untuk menghindari infeksi dapat diberikan antibiotik serta perawatan tali pusat dengan menggunakan teknik septik

6. Kelainan atau cacat bawaan a. Labioskizis

Labioskizis adalah suatu kelainan bawaan terdapatnya celah pada bibir atau ketidaksempurnaan penyambungan bibir selama masa perkembangan janin dimasa kehamilan.

Faktor penyebab: 1) Faktor herediter

(19)

Faktor ini menyangkut dengan mutasi gen, kelainan kromosom pada saat pembentukan bibir dalam masa kehamilan pada saat embrio, biasanya terjadi pada trimester I kehamilan. Resiko lebih tinggi pada bayi yang memiliki saudara kandung atau orang tua yang mengalami kelainan ini, dapat diturunkan baik melewati ayah maupun ibu.

2) Faktor lingkungan

Faktor ini berkaitan dengan usia ibu, ibu mengkonsumsi obat-obatan pada saat kehamilan seperti fenstitin, flufenamat, nutrisi ibu yang jelek pada saat kehamilan, infeksi oleh virus rubella pada saat kehamilan, terpapar radiasi, strees emosional yang tinggi, trauma pada trimester I kehamilan serta pada ibu yang mengalami hyperemesis gravidarum berat.

Penanganan:

Pada bayi dengan kelainan bawaan bibir sumbing harus menjalani operasi. Operasi dapat dilakukan jika telah memenuhi syarat, yaitu berat badan bayi lebih dari 5 kg, haemoglobin lebih dari 10 gr% serta umur harus lebih dari 10 minggu atau 3 bulan. Penanganan bayi dengan bibir sumbing melibatkan banyak multi disiplin ilmu dan tenaga ahli diantaranya ahli bedah plasik, ahli THT, dokter gigi untuk memantau kelainan pertumbuhan gigi, terapi untuk memanau perkembangan berbicara anak, psikolog untuk mengatasi masalah psikologi anak terutama menyangkut rasa rendah diri pada anak.

Bayi yang mengalami bibir sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainan mencapai langi-langi mulut. Jika keadaan demikian penanganan dalam memenuhi kebutuhan ASI ibu dapat dilakukan dengan memompa ASI terlebih dahulu, kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang pada bayi dengan posisi tubuhnya ditegakkan serta menempel pada dada ibu.

b. Labiopalatoskizis

Labiopalatoskizis adalah suatu kelainan bawaan terdapatnya celah bibir serta pada garis tengah palato atau ketidaksempurnaan penyambungan bibir sampai ke langit-langit selama masa perkembangan janin dimasa kehamilan.

Faktor penyebab:

Faktor penyebab hampir sama dengan labiokizis yaiu terjadinya kegagalan pada fase embrio dimasa kehamilan. Faktor hereditas (mutasi gen dan kromosom) serta faktor lingkungan.

(20)

Bayi akan menjalani operasi setelah memenuhi persyaratan yang sama dengan labioskizis, serta melibatkan banyak atau multi disiplin ilmu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan atau 5 tahun, atau dapat juga dilakukan pada usia 6 bulan dan 2 tahun tergantung pada derajat kecacatan awal.

7. Hydrocephalus

Hydrocephalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebro spinal (CSS) dengan atau penuh tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal tersebut. (IKA FKUI, 1985)

Klasifikasi:

a. Hydrocephalus yang didapat secara kongenital

Merupakan hydrocephalus yang diderita bayi sejak bayi dilahirkan. Keadaan ini mengakibatkan otak bayi terbentuk kecil pada saat lahir karena desakan oleh banyaknya cairan didalam kepala bayi yang mengakibatkan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak bayi menjadi terganggu.

b. Hydrocephalus yang didapat setelah bayi lahir

Merupakan hydrocephalus yang didapat oleh bayi setelah lahir yang disebabkan oleh penyaki-penyakit tertentu seperti TBC yang menyerang otak. Pada hydrocephalus yang didapat setelah lahir, pembentukan otak telah sempurna, tetapi kemudian terjadi tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan dan perkembangan otak terganggu.

Penanganan: 1) Non pembedahan

Pemberian asetazolamida dan isosorbide atau furasemid untuk mengurangi c airan serebro spinal. 2) Pembedahan

Pengangkatan yang menyebabkan obstruksi seperti neoplasma, kistahematoma. Sebagian besar bayi dengan hydrocephalus memerlukan pemasangan shunt. Pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan serebro spinal yang berlebihan dari ventikel ke ruang ekstra kranial, misal ke rongga peritonium, atrium kanan dan rongga pleura.

(21)

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), menurut dr. Keumal Pringgardani, SpA adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. Umumnya bayi yang normal berat badannya telah mencapai 2500 gr pada usia kehamilan sekitar 38 minggu.

Penyebab:

Bayi berat badan lahir rendah terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu, seperti adanya kelainan plasenta, infeksi hypertensi dan keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan suplai makan ke bayi jadi berkurang.

Bayi berat badan lahir rendah dan penatalaksaannya terbagi atas: a. Prematuritas murni

Yaitu bayi dengan berat badan lahir rendah dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu:  Berat lahir kurang dari 1500 gr

Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 – 370C. Bila tidak ada SGNN dapat

diberi minum peroral susu rendah laktosa/ ASI dengan menghisap sendiri atau dengan pipa nasogastrik

 Berat lahir lebih dari 1500 gr

Tanpa asfiksia, tidak ada tanda-tanda sindroma gawat napas neonatus (SGNN) dan reflek isap baik rawat gabung dengan metode kangguru dan langsung diberi ASI/LLM

b. Dismatur

Yaitu berat badan lahir rendah dengan masa kehamilannya atau masa gestasinya lebih dari 37 minggu:

 Berat lahir kurang dari 1500 gr.

Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 – 370C. Bila refleks hisap baik dan

tidak ada SGNN dan refleks hisap baik langsung diberi minum LLM/ASI peroral lebih dini (2 jam setelah lahir). Bila refleks hisap kurang diberikan minum melalui pipa nasogastrik.

 Berat lahir lebih dari 1500 gr

Tanpa asfiksia, tidak ada tanda-tanda SGNN dan reflek hisap baik rawat gabung dan langsung diberi LLM/ASI lebih dini (2 jam setelah lahir).

c. Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan kecil untuk masa kehamilan

Penatalaksanaannya sama dengan bayi prematur dengan berat lahir kurang dari 1500 gr. Tindak lanjut:

 Observasi ketat TTV dan kemampuan minum serta pertambahan berat badan  Awasi komplikasi yang mungkin timbul:

(22)

Hypotermia, hypoglemia, hypokalsemia, polisitemia, hyperbilirubinea, pendarahan peri-intra ventikuler, perdarahan paru dan enterokolitis nekrotikan dan i nfeksi.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Beberapa keadaan neonatus dengan resiko tinggi:

1. Sindroma gawat napas 2. Hyperbilirubinemia

3. Hypotermia dan hypertermia 4. Asfiksia

5. Kejang

6. Kelainan atau cacat bawaan 7. Labioskizis dan labiopalatoskizis 8. Hydrocephalus

9. Berat badan lahir rendah (BBLR)

B. Saran

Diharapkan pembaca dapat memperoleh manfaat dari makalah yang kami sajikan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca unuk perbaikan makalah kami berikutnya.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. ASUHAN NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA, Salemba Medika Wahab, Samik. 2012.Nelson Ilmu Kesehatan Anak , EGC: Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Uji biodegradasi plastik dalam penelitian ini menggunakan metode kolom Winogradsky (Gambar 1) dengan menggunakan inokulum berupa mikroorganisme yang berasal dari air sampah

Melalui pembelajaran dengan metode penemuan guru dapat melaksanakan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan media flash card pada konsep peninggalan sejarah di Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI.. FAKULTAS KEDOKTERAN

Memberikan data yang tidak sah atau keterangan yang tidak benar untuk memperoleh Dokumen Perjalanan Republik Indonesia bagi dirinya sendiri atau orang lain dipidana dengan

Menyampaikan materi tentang luas permukaan kubus dan balok secara online melalui bahan ajar dalam bentuk file word/pdf dan diikuti berupa video pembelajaran

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sedang terjadi dengan judul penelitian

Pemeriksaan sarana produksi pangan oleh BB/Balai POM di 26 Propinsi secara keseluruhan, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 dilakukan terhadap 11,144 sarana produksi