PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan zaman yang begitu cepat telah meningkatkan taraf dan gaya hidup masyarakat. Banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi seperti kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan tersier yang kini merupakan bagian penting dari kebutuhan masyarakat contohnya hobi. Hobi yang sedang tranding topic di kalangan masyarakat adalah memelihara hewan kesayangan, misalnya anjing.
Anjing sebagai hewan kesayangan merupakan binatang yang memiliki karakteristik yang lucu, cerdas, patuh, tingkat ketangkasan yang dapat dilatih dan setia terhadap tuannya. Tingkah laku, tingkat kecerdasan dan ketangkasan ini yang membuat masyarakat senang memelihara anjing.
Populasi anjing setiap tahun semakin meningkat. Peningkatan populasi tersebut diikuti dengan meningkatnya penyakit pada anjing terutama penyakit-penyakit yang dapat menular ke manusia. Penyakit yang bersifat menular ini perlu perhatian khusus. Penanganan sangat dibutuhkan supaya tidak membahayakan kehidupan masyarakat sekitar, oleh karena itu setiap pemilik anjing wajib memperhatikan kesehatan anjing peliharaannya. Program kesehatan pada anjing perlu dilaksanakan secara teratur dan benar.
Vaksinasi, merupakan salah satu program kesehatan pada anjing. Tujuan vaksinasi adalah untuk memperoleh tingkat kekebalan tubuh supaya tidak menjadi sakit oleh agen-agen penyakit tertentu. Vaksin sangat diperlukan untuk menjaga
kekebalan tubuh terhadap penyakit seperti canine distemper, parvovirus, leptospirosis, hepatitis dan rabies. Bila penyakit terlanjur menyerang pada anjing akan sulit disembuhkan (Riady, 2005).
Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta yang beralamat di Jl. Pamularsih No. 55 Klaseman Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta merupakan salah satu klinik hewan di Yogyakarta yang memberikan layanan vaksinasi untuk hewan kesayangan, termasuk anjing dan kucing.
Tujuan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui manajemen vaksinasi pada pasien anjing di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta.
Manfaat
Karya tulis ini diharapkan bermanfaat untuk ilmu pengetahuan khususnya manajemen vaksinasi yang dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan vaksinasi pada anjing.
TINJAUAN PUSTAKA
Anjing
Anjing adalah binatang liar yang hidup berburu dengan cara berkelompok pada zaman prasejarah. Manusia pada saat itu juga hidup dari hasil buruan. Dalam hal perburuan, manusia memanfaatkan anjing sebagai teman berburu. Hubungan keduanya menjadi langgeng karena ada hubungan saling menguntungkan misalnya, kelebihan penciuman, anjing dimanfaatkan manusia untuk mencari mangsa atau hewan terluka akibat senjata. Sementara keuntungan yang diperoleh anjing diantaranya mendapatkan cukup makanan, kehangatan, tempat tinggal, dan kasih sayang. Anjing tidak hanya sebagai binatang kesayangan atau penjaga rumah yang andal, tetapi dapat juga dipertontonkan melalui kontes kejuaraan (dog show). Dalam hal ini anjing dipertandingkan mulai dari sosok fisik, temperamen atau watak hingga kesehatannya (Riady, 2005).
Menurut Untung, (1999) anjing bersifat karnivora (pemakan daging). Anjing termasuk dalam keluarga Canidae, dan memiliki hubungan kekerabatan dengan serigala, rubah, serta rakun. Anjing selain dapat berlari cepat juga memiliki indera penciuman yang tajam.
Jenis-jenis Anjing dan Fungsinya
Penggolongan anjing kini menjadi penting, hal ini dikarenakan sekarang ada sekitar 400 jenis anjing. Penggolongan jenis-jenis anjing ini sudah dibuat oleh FCI (Federation Cynologique Internationale) yang bertempat di Brussels (Untung, 1999). Menurut Untung, (2005) pada dasarnya semua jenis anjing
mempunyai multifungsi. Pemilihan jenis anjing memang sangat diperlukan, agar dapat diketahui potensi dari setiap anjing tersebut.
Anjing dikelompokkan berdasarkan fungsinya seperti Toy, Guard Dog, Utility dan lain-lain. Toy adalah jenis anjing yang difungsikan sebagai teman bermain. Anjing yang termasuk kelompok ini antara lain Cihuahua, Pug, dan Poodle. Guard Dog merupakan anjing penjaga yang bersifat galak, tampang menyeramkan dan bersahabat dengan tuannya, contohnya Rootweiler. Kelompok Utility mempunyai ciri khas yaitu kecerdasan yang relatif tinggi sehingga mudah dilatih. Kelompok Utility seperti Dalmation dan Chow chow (Prajanto dan Andoko, 2004). Jenis-jenis anjing berdasarkan fungsinya tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis anjing berdasarkan fungsinya
Teman bermain Penjaga Pemburu
Bichon frise Airedale terrier Basenji
Border collie Afgan hound Basset hound
Boston terrier Basenji Beagle
Charles spaniel Border collie Beauceron
Cihuahua Boxer Bedington terrier
Chinese crested dog Bulldog Belgian shepherd
Chow chow Bullmastiff Boreder terrier
Cocker spaniel Bull terrier Borzoi
Collie Chow chow Bullmastiff
Daschund Collie Dachsund
Dalmatian Doberman Deerhound
Fox terrier Fox Foxhound
Golden retriever German shepherd Fox terrier
Lhasa apso French bulldog Gordon setter
Miniatur pinscher Great dane Irish setter
Pekingese Greyhound Rottweiler
Pinscher Irish setter Saluki
Samoyed Labrador retriever
Schnauzer Mastiff
Maltese Rottweiler
Newfounland
Program Kesehatan
Anjing yang menyenangkan dan aman bagi pemiliknya adalah anjing yang sehat. Mendapatkan anjing yang sehat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang memerlukan ketekunan dan dana relatif besar. Merawat kesehatan anjing hampir sama dengan merawat kesehatan anak. Dana yang relatif besar tersebut diperlukan untuk jasa dokter hewan, vaksinasi, dan pembelian obat-obatan (Prajanto dan Andoko, 2004).
Kegiatan Rutin
Menjaga kesehatan anjing adalah kegiatan yang secara teratur dilaksanakan agar anjing selalu dalam keadaan sehat. Rutin dalam hal ini bisa bersifat harian, mingguan atau bulanan (Prajanto dan Andoko, 2004).
Menurut Riady, (2005) ada beberapa hal penting yang perlu diketahui pemilik dalam pemeriksaan kesehatan hewan. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan dengan pemeriksaan rutin. Pemeriksaan kondisi tubuh anjing secara detail meliputi mata, telinga, kaki, dan mulut. Adapun langkah mudah mengetahui kesehatan anjing yaitu dengan cara memeriksa tingkah lakunya. Anjing yang merespon kedatangan pemilik dengan menggonggong, pertanda anjing masih sehat. Anjing yang tampak lesu dan cenderung berbaring di sudut ruangan, pertanda anjing sakit. Perlakuan kunjungan ke dokter hewan perlu dilakukan secara berkala. Kunjungan ke dokter hewan langganan tidak hanya untuk pemeriksaan rutin, tetapi juga untuk vaksinasi.
1. Olahraga
Seperti halnya manusia, olahraga sangat penting bagi anjing agar tubuh tetap sehat, kuat, dan tidak mudah terserang penyakit, terutama bagi anjing yang
menghabiskan hari – hari dikandang yang relatif sempit dibandingkan dengan ruang gerak manusia yang sangat luas. Olahraga bagi manusia banyak pilihannya, bagi anjing olahraga cukup dengan jalan-jalan dan berlari (Prajanto dan Andoko, 2004).
2. Mandi dan Menyisir Rambut
Mandi dan penyisiran rambut yang dilakukan secara teratur dapat menghilangkan kutu dan juga rambut-rambut yang sudah waktunya rontok. Frekuensinya tidak tentu sebab setiap anjing menjadi kotor dalam selang waktu berbeda, tergantung jenis, aktivitas, dan cuaca. Anjing yang memang perlu dimandikan dapat terlihat dari kondisi rambutnya yang jelek, kotor, dan berkutu (Untung, 2005).
3. Membersihkan Telinga dan Mata a. Telinga
Menurut Riady, (2005), pemeriksaan telinga anjing harus dilakukan secara rutin untuk mengurangi menumpuknya kotoran. Telinga bagian dalam, terutama dekat lubang telinga sering terdapat kotoran yang terbentuk dari kumpulan debu (Prajanto dan Andoko, 2004). Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan bola kapas yang dibasahi dengan air hangat. Jangan membersihkan telinga dengan bahan berminyak karena residu minyak memyebabkan kotoran lengket (Riady, 2005).
b. Mata
Mata juga memerlukan perhatian khusus. Udara dan lingkungan terbuka sering menerbangkan partikel kecil. Partikel itu nantinya dapat berubah menjadi kotoran yang mengumpul di ujung mata. Mata perlu
dibersihkan dengan cara, kotoran di sudut mata diangkat menggunakan kain atau kapas steril (Riady, 2005).
4. Memotong Kuku
Kuku anjing memang tidak seperti kuku manusia yang terus memanjang, tetapi jika dibiarkan akan terlalu panjang, bisa merusak karpet dan melukai pemiliknya. Memotong kuku anjing memerlukan alat pemotong kuku khusus untuk anjing yang bisa dibeli di petshop dengan ukuran yang beragam (Prajanto dan Andoko, 2004). Menurut Riady, (2005) sebaiknya memotong kuku dibiasakan sejak kecil. Pemotongan yang mulai dilakukan saat anjing sudah dewasa dapat berakibat buruk karena anjing cenderung menolak dan selalu menarik kaki sehingga menyulitkan pemotongan kuku.
Vaksinasi
Vaksinasi merupakan hal terpenting yang harus dilakukan. Vaksinasi anjing sama pentingnya dengan imunisasi pada manusia. Fungsinya membuat anjing kebal terhadap penyakit-penyakit tertentu, terutama penyakit berbahaya yang sulit disembuhkan (Prajanto dan Andoko, 2004). Menurut Untung, (2005) vaksinasi ini dapat merangsang terbentuknya kekebalan terhadap penyakit. Pada saat akan divaksin, kondisi tubuh anjing harus benar-benar sehat agar tujuan vaksinasi tercapai. Menurut Case, (1999) vaksin diberikan dengan tujuan untuk melindungi anjing dari penyakit menular tertentu, dimana vaksin terdiri dari agen infeksi lemah yang memiliki tingkat atau efek yang diinginkan untuk merangsang respon imun yang dapat memberikan perlindungan lengkap atau parsial dari penyakit.
Memberikan vaksinasi menurut program yang baik maka kemungkinan hewan kesayangan terinfeksi oleh penyakit akan berkurang. Pemeliharaan yang baik maka kesehatan anjing tersebut akan lebih terjamin lagi. Semua ras anjing pada dasarnya harus divaksinasi terhadap berbagai penyakit, termasuk anjing blasteran atau campuran. Anggapan anjing blasteran tidak memerlukan vaksinasi sebenarnya kurang tepat karena penyakit tetap dapat menyerang semua ras anjing tanpa pengecualian. Bahkan beberapa penyakit tersebut berakibat fatal terhadap anjing (Riady, 2005).
Anjing yang baru dibeli sebaiknya tidak langsung divaksinasi, tetapi diadaptasikan dahulu di rumah selama satu minggu. Selama masa ini diperhatikan dengan ketat perawatan dan kebersihannya. Vaksinasi hanya dapat diberikan pada anjing sehat dan sebaiknya anjing terlebih dahulu diberikan obat pencegah cacingan sebelum divaksinasi (Riady, 2005).
Antibodi akan tercapai maksimal setelah 14 hari setelah vaksinasi diberikan. Anjing yang baru divaksin harus benar-benar diperhatikan pemeliharaannnya. Anjing tidak boleh dimandikan atau diberi obat oles dengan bahan yang bersifat mematikan virus. Pasalnya, obat tersebut akan menyebabkan inefektivitas kerja vaksin dan bila memang harus dimandikan atau dibersihkan, anjing dimandikan kering dengan penggunaan sampo kering (dry shampoo) yang menyerupai bedak (Riady, 2005).
Anjing yang baru divaksinasi harus dihindarkan kontak dengan anjing sakit atau belum jelas status kesehatannya, terutama dua minggu setelah vaksinasi. Anjing usai vaksinasi sebaiknya ditempatkan pada lingkungan yang terhindar dari
terpaan angin secara langsung, cuaca dingin atau hujan agar tidak menyebabkan penurunan stamina anjing. Anjing sebaiknya tidak langsung dipindahkan ke lingkungan baru atau menempuh perjalanan yang jauh (Riady, 2005).
Meskipun dalam hal ini vaksin tidak 100 persen melindungi, namun penggunaan dan pelaksanaan program vaksinasi untuk anjing telah berperan penting dalam mencegah wabah penyakit, terutama jenis penyakit menular yang dapat mengancam kehidupan anjing dan masyarakat (Case, 1999).
Tipe Vaksin
Menurut Fenner dkk., (1995) terdapat dua strategi utama pembuatan vaksin virus, satu dengan menggunakan virus hidup dan yang satunya lagi dengan menggunakan virus tidak aktif atau subunit virion (Tabel 2 dan Tabel 3).
1. Vaksin Virus Hidup
Bila dapat dikembangkan dengan aman, vaksin virus-hidup yang terdiri dari mutan teratenuasi barangkali merupakan yang terbaik dari semua vaksin. Beberapa jenis vaksin secara dramatis berhasil menekan berjangkitnya penyakit penting pada hewan dan manusia. Sebagian besar vaksin virus-hidup diinjeksikan di bawah kulit (subkutan) atau pada otot (intramuskuluer), tetapi beberapa diberikan lewat mulut (per oral) dan sejumlah kecil lewat erosol atau pada unggas dalam air minumnya. Virus vaksin bereplikasi dalam penerima, menimbulkan respon imun jangka lama, tetapi tidak menyebaban penyakit (Fenner dkk., 1995).
Tabel 2. Strategi Kontemporer dan Percobaan Dalam Memproduksi Vaksin Virus-Hidup Kategori Strategi Reproduksi Contoha
Virus tipe-liar
Jalur tidak alami Inang tidak alami
Saat dalam tahun tidak alami
Orf (C) Adenovirus (C) (Vaksin Manusia) Penyakit Merek (C) Artretis Kuda (C) Virus tertenuasi
Varian yang timbul secara alami
Adaptasi terhadap inang tidak alami Melalui penyepihan kewan
Melalui penyepihan biakan sel
Penggabungan kembali gen Mutagenesis (sensitive-temperatur, adaptasi dingin)
Mutagenesis terarah-tempat
Penyakit Marek (C) Mencret virus sapi (C) Vaccinia (C) (vaksin manusia Rabies (C)
Demam kuning (C) (vaksin manusia)
Rabies (C) Rinderpes (C)
Penyakit Newcastle (C) Bronkitis menular (C) Demam Rift Valley (X) Rotavirus (X)
Influenza (C) (vaksin manusia) Influenza (C) (vaksin manusia) Sinsitium pernapasan (X) Pseudorabies (C)
Poliovirus (X) (vaksin manusia)
Vektor virus Ekspresi gen heterologous (vaksin bervektor/ vector hidup)
Vaccinia:rabies (C, X) Vaccinia:rinderpes (C, X) Cacar raccon:rabies (X) Adenovirus:rabies(X) Vektornya adalah virus rhinotrakeitis sapi menular) Vektor
Bakteri
Ekspresi gen heterologous (vaksin bervektor/ vector hidup
Salmonella:rotavisur (X) Salmonella:rabies (X)
a
(C), Vaksin kontemporer, diijinkan dan digunakan di beberapa Negara; (X), vaksin percobaan, sedang dikembangkan atau diujicobakan (Fenner dkk., 1995).
Tabel 3. Strategi Kontemporer dan Percobaan dalam Memproduksi Virus Tidak Aktif danVaksin Subunit
Kategori Strategi Reproduksi Contoha Virus
keseluruhan
Biakan sel
Jaringan Hewan (otak mencit)
Rabies (C)
Penyakit mulut dan kuku (C) Ensefalitis Jepang (C) Rabies (C)
Ensefalitis Jepang (C) Subunit virus Subunit yang timbul secara alami
Virus dipisahkan-detergen
Hepatitis B (C) (vaksin manusia contoh satu-satunya) Influenza (C)
Sampar unggas (X) Protein virus Ekspresi DNA rekombinan
pada bakteri pada khamir pada sel mamalia
pada biakkan sel serangga atau jaringan serangga
pada virus heterolog (vaksin bervektor/ tidak aktif)
Penyakit mulut dan kuku (X) Hepatitis B (vaksin manusia contoh satu-satunya) Hepatitis B (X) (vaksin manusia)
Rabies (X)
Virus defisiensi imun manusia (X) Influenza unggas (X) Hepatitis B (X) (vaksin manusia) Vaccinia:rabies (C, X) Vaccinia:influenza unggas (X) Vaccinia:ensefalitis kuda Venezuela (X) Vaccinia:Lassa (X) (vaksin manusia)
Peptida virus Sintesis kimia in vitro Penyakit mulut dan kuku (X) Hepatitis B (X) (vaksin manusia)
Antibodi anti-idiotipe
Mimikri antigenic Hepatitis B (X) (vaksin manusia)
Reovirus (X)
a
(C), Vaksin kontemporer, diijinkan dan digunakan di beberapa Negara; (X), vaksin percobaan, sedang dikembangkan atau diujicobakan (Fenner dkk., 1995).
2. Vaksin Virus Tidak Aktif dan Vaksin Subunit Virus
Vaksin tidak aktif biasanya dibuat dari virus virulen; agen kimia atau fisik digunakan untuk menghancurkan infektivitas sementara mempertahankan imunogenisitasnya. Vaksin yang disiapkan dengan tepat akan aman, tetapi perlu diinjeksikan dalam jumlah banyak untuk menimbulkan respon antibodi dalam
imbangan yang tepat dengan yang dapat diperoleh dari penggunaan virus-hidup dengan dosis yang jauh lebih kecil. Kegiatan utamanya terdiri atas dua atau tiga injeksi, dan dosis lebih lanjut (“peningkat”) mungkin diperlukan pada jeda sampai tahun berikutnya untuk mempertahankan kekebalan (Fenner dkk., 1995).
Penyakit pada Anjing
Ada beberapa macam penyakit menular yang umumnya menjalar di anjing yang perlu diwaspadai, seperti canine parvovirus, canine distemper, canine leptospirosis, dan rabies yang disebabkan oleh virus (Riady, 2005).
1. Parvovirus
Parvovirus termasuk penyakit baru yang banyak ditemui di Amerika, Australia, Kanada, dan Eropa. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini menyerang sistem kerja usus, sel darah putih, dan hati (Untung, 2005). Virus ini menempel pada rambut anjing. Penyebarannya melalui kontak antar anjing atau jilatan kotoran yang dikeluarkan oleh anjing yang menderita penyakit ini. Gejala awal serangan parvovirus ditandai dengan muntah dan diare berat yang terjadi 5-7 hari setelah terjangkit virus (Untung, 2005).
Menurut Untung, (2005) kematian biasanya terjadi 2-6 hari setelah munculnya gejala awal. Tindakan pencegahan selain vaksinasi terhadap penyakit ini dengan menyucihamakan kandang dengan sodium hypochlorite. Menurut Fenner dkk., (1995) penyakit parvovirus anjing pertama kali dikenal tahun 1978. Penyakit parvovirus anjing menimbulkan enteritis pada anjing.
2. Distemper
Anjing berusia muda umumnya lebih mudah terserang distemper, apalagi jika kondisi tubuhnya lemah. Gejala serangannya antara lain depresi, nafsu makan berkurang, dan demam. Distemper jika tidak segera ditangani, akan menginfeksi paru-paru, usus, dan sistem saraf. Karena pengobatan penyakit ini tidak mudah, maka pencegahan secara dini melalui vaksinasi sangat dianjurkan (Untung, 2005). Menurut Prajanto dan Andoko, (2004) pencegahan yang bisa dilakukan agar anjing tidak terkena distemper adalah dengan perawatan yang baik, meliputi pemberian pakan bergizi, menjaga kebersihan kandang, serta vaksinasi distemper I dan II. Anjing yang bersih dan sehat relatif aman dari gangguan distemper. 3. Leptospirosis
Penyakit yang ditimbulkan ini benar-benar berbahaya karena dapat menular kepada manusia. Infeksi timbul jika anjing menjilati kotoran anjing yang terkontaminasi. Penyebaran penyakit ini bisa melalui bakteri yang ada di air. Penularan pada manusia terjadi jika yang bersangkutan tidak menjaga kebersihan setelah merawat anjing yang sakit (Untung, 2005).
Serangan leptospirosis dapat dicegah dengan vaksinasi. Gejala penyakit ini antara lain diare, rahang dan mulut berwarna kekuningan. Apabila anjing terlanjur terserang, sebaiknya dibawa ke dokter hewan. Obat yang diberikan kepada anjing ini kemungkinan berupa antibiotik. Obat seperti penisilin sangat efektif pada serangan tahap awal. Bila serangan sudah kronis, mungkin saja anjing diberi kloramfenikol, streptomisin, chlortetracycline, tetrasiklin, atau erithromisin (Untung, 2005).
4. Hepatitis
Penyakit Canine viral hepatitis atau Infectious canine hepatitis adalah penyakit radang lever yang sangat menular dan angka kematiannya tinggi. Penyakit ini menyerang semua jenis dan semua umur anjing. Anjing yang paling mudah terserang adalah anak anjing umur 3-8 bulan (Nugroho dan Wendarto, 1988).
Penyakit hepatitis ini menciri dengan gejala demam, muntah, kulit terutama bagian perut kuning, air kencing berwarna kuning tua, mati mendadak dan matanya kuning dan berkabut (keruh) (Nugroho dan Wendarto, 1988).
5. Rabies
Rabies adalah jenis penyakit pada anjing yang paling banyak dikenal masyarakat. Penyakit ini juga sering disebut dengan anjing gila karena menyerang sistem saraf, sehingga anjing kehilangan kendali perilakunya. Rabies juga termasuk penyakit hewan yang ditakuti, karena bisa menular pada manusia (Prajanto dan Andoko, 2004).
Gejala awal serangan rabies ditandai dengan nafsu makan hilang, selalu bergerak gelisah, menyendiri, dan agresif. Anjing cenderung menggigit benda asing, seperti batu, tanah, atau rumput. Ciri lainnya, anjing selalu mencari tempat yang gelap, manik mata membesar dan pandangannya kosong (Untung, 2005).
Menurut Prajanto dan Andoko, (2004) virus rabies ini bersarang dikelenjar ludah, pankreas, dan jaringan saraf. Karenanya, penularan baik pada anjing lain maupun pada manusia bisa melalui gigitan dari anjing penderita rabies. Masa inkubasi berlangsung 3-8 minggu, tergantung pada kecepatan virus menjalar ke
sistem saraf. Mengurangi resiko penularan melalui gigitan dapat dilakukan dengan segera membersihkan luka bekas gigitan anjing gila menggunakan air bersih, selanjutnya membersihkan ulang menggunakan alkohol 70% dan akhirnya membawanya ke dokter.
Rabies adalah penyakit anjing yang tidak bisa diobati. Karenanya, anjing penderita rabies sebaiknya segera dibunuh sebelum menulari anjing lain dan menjadi ancaman bagi manusia. Upaya pencegahan melalui vaksinasi rabies harus dilakukan agar anjing memiliki kekebalan terhadap penyakit berbahaya ini (Prajanto dan Andoko, 2004).
Jenis-Jenis Vaksin untuk Anjing 1. Eurican®
Euricanadalah vaksin dengan bentuk sediaan kering beku, yang dibuat untuk kekebalan anjing terhadap Canine distemper, Hepatitis, Parvovirus dan Parainfluenza. Suntikan secara intramuskuler atau subkutan. Vaksinasi pertama umur 8 minggu, kemudian umur 12 minggu. Booster pertama umur 1 tahun. Booster berikutnya tiap tahun (Anonim, 2005). Vaksin Eurican terdiri dari Vaksin Eurican 4®, Eurican 6®, dan Eurican 7®.
Eurican 4® (Eurican DHPPi2) merupakan vaksin yang diberikan ke anjing untuk menjaga imunitas dari empat macam penyakit yaitu : Distemper, Hepatitis Contagnosa Canis (HCC), Parvovirus, dan Parainfluenza 2. Suntikan pertama diberikan pada umur 7-8 minggu, suntikan kedua diberikan 4 minggu kemudian tapi tidak boleh lebih dari umur 12 minggu. Booster pertama
diberikan 1 tahun setelah vaksinasi awal dan booster berikutnya diulangi setiap tahun sekali (Anonim, 2014).
Eurican 6® (DHHPi2L) merupakan vaksin anjing yang digunakan untuk menjaga imunitas. Setiap anjing yang dipelihara terancam oleh enam macam penyakit yaitu: Distemper, Hepatitis Contagnosa Canis (HCC), Parvovirus, Parainfluenza 2 dan Leptospirosis. Vaksinasi awal dimulai umur minimal 12 minggu dan suntikan kedua diberikan 4 minggu kemudian. Booster pertama diberikan 1 tahun setelah vaksinasi pertama dan booster kedua diberikan tiap tahun sekali (Anonim, 2014).
Eurican 7® (DHHPi2LR) merupakan vaksin gabungan pada anjing untuk imunitas dari tujuh macam penyakit yaitu : Distemper, Hepatitis Contagnosa Canis (HCC), Parvovirus, Parainfluenza 2, Leptospirosis dan Rabies. Suntikan awal mulai umur 16 minggu, kemudian suntikan kedua dilakukan 4 minggu setelah penyuntikan pertama tanpa rabies. Booster diberikan setiap tahun sekali (Anonim, 2014).
2. Galaxy DA 2 L®
Galaxy DA 2 L adalah modifikasi virus aktif yang dibiakkan pada biakkan jaringan dan sel yang berasal dari anjing. Vaksin ini berfungsi untuk kekebalan anjing terhadap Distemper. Suntikan secara intramuskuler atau subkutan. Pemberian pada anjing umur 7-8 minggu. Ulangan vaksin umur 10-11 minggu. Vaksinasi ulangan terakhir umur 13-14 minggu. Pada anjing umur 12 minggu atau lebih vaksinasi dengan dosis tunggal (Anonim, 1989).
3. Galaxy 6 MHP-L®
Galaxy 6 MHP-L adalah vaksin live yang dimodifikasi untuk kekebalan anjing terhadap Canine distemper, Adenovirus tipe 2, Hepatitis, Parainfluenza dan Parvovirus dikombinasikan dengan Leptospira canicola dan Leptospira icterohaemorrhagica yang diinaktifkan sebagai bakteri pelarut. Suntikan secara intramuskuler atau subkutan. Pada anjing yang divaksin pada atau sebelum umur 8-9 minggu vaksinasi ulangan akan dilakukan pada umur 12-13 minggu dan diulangi dengan booster terakhir pada umur 16-18 minggu. Pada anjing yang berumur 12 minggu atau lebih, memerlukan dosis vaksinasi, dengan interval pemberian 3-4 minggu (Anonim, 1989).
4. RabvacTM®
Rabvac adalah vaksin rabies yang memenuhi masa kekebalan 3 tahun pada anjing dan kucing, dan 1 tahun pada kuda terhadap serangan penyakit rabies. Virus dibiakkan dalam sel kucing dan diinaktifkan dengan bahan kimiawi. Suntikan 1 dosis (1 ml) intramuscular atau secara subkutan pada satu tempat pada anjing maupun kucing. Diberikan pada umur 3 bulan atau lebih. Vaksinasi ulangan dengan dosis yang sama diberikan satu tahun kemudian. Vaksinasi kembali setiap tiga tahun dianjurkan (Anonim, 1989).
5. Vanguard plus 5/L ®
Vaksin Vanguard plus 5/L® merupakan vaksin virus hidup yang dimodifikasi yang diberikan pada anjing berumur 12 minggu. Pemberian vaksin bertujuan untuk membentuk kekebalan pada anjing terhadap infeksi
distemper, infeksi hepatitis, parvovirus, parainfluenza, dan leptospirosis. Pemberian dilakukan dengan suntikan 1 ml secara subkutan (Anonim, 2013).
Program Vaksinasi
Penggunaan vaksin pada dasarnya tergantung dari jenis penyakit dan biaya yang diperlukan. Kebanyakan vaksin diberikan selama 6 bulan pertama sejak lahir. Lebih baik lagi untuk mendapatkan hasil optimum, vaksinasi hendaknya ditunda sampai titer antibodi maternal dalam tubuh anak menurun sampai mendekati nol, namun penundaan itu mungkin menyebabkan hewan tidak berpelindung selama terbukanya jendela kepekaan (Fenner dkk., 1995).
Menurut Fenner dkk., (1995) prinsip dasar penentuan jadwal vaksinasi dan jadwal vaksinasi ulangan untuk anjing tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Program vaksinasi terhadap penyakit virus pada anjing
Vaksin Prinsip Pelaksanaan Booster
Vaksin virus-virus teratenuasi/attenuated Virus distemper
anjing
Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2 bulan
tiap 2 tahun Virus hepatitis
anjing
Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2 bulan)
tiap 2 tahun Parvovirus Umur 6 minggu (3 dosis jeda 1 dan 2 bulan tiap tahun
Virus rabies Umur 12 minggu tiap tahun
Vaksin virus tidak aktif /killed
Vaksin rabies Umur 8-10 minggu (2 dosis dengan jeda 4 sampai 6 minggu)
tiap tahun Parvovirus Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2
bulan)
tiap tahun Coronavirus Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2
bulan)
tiap tahun Virus
parainfluenza
Umur 6-8 minggu (3 dosis dengan jeda 1 dan 2 bulan)
tiap tahun (Fenner dkk., 1995)
Keterangan
Vaksinasi darurat mungkin dilakukan segera setelah lahir.
Hewan yang beresiko hendaknya divaksinasi ulang setiap 6-9 bulan. Induk anjing yang berada pada kandung yang sangat terinfeksi dapat divaksinasi selama masa kebuntingan dengan vaksin tidak aktif dalam upaya meningkatkan titer antibodi dalam kolostorum.
Vaksin titer tinggi, tidak perlu memberikan dosis ketiga (14-16 minggu). Program vaksinasi parvovirus pada anak anjing dianjurkan pada umur 5-8 minggu. Vaksinasi rabies dilakukan pada umur 3-4 bulan booster pada saat berumur 12 bulan. Pencegahan distemper pada anak anjing dilakukan pada umur 6-8 minggu, diulang pada umur 12 minggu. Pencegahan hepatitis dilakukan dengan vaksinasi pada anak anjing berumur 8-9 minggu dan vaksinasi kedua dilakukan 3-4 minggu kemudian, booster dilakukan setiap tahun (Subronto, 2006).
Aplikasi Vaksin
Imunisasi dengan penyuntikan subkutan atau intramuskuler adalah pemakaian vaksin yang termudah dan paling umum. Pemberian vaksin paling tidak disuntikkan dua kali, untuk suntikan kedua diberikan sekitar 15 minggu setelah lahir pada hewan kecil. Jarak waktu antar dosis booster berbeda-beda, vaksin mati yang menghasilkan kekebalan lemah, mungkin memerlukan booster yang sering, barangkali setiap 6 bulan, sedangkan vaksin hidup yang menghasilkan kekebalan berlangsung lama, mungkin memerlukan booster setiap dua atau tiga tahun. Anjing diberikan vaksin campuran berisi sampai 6 organisme sehingga menghemat waktu dan usaha. Produksi vaksin yang seimbang seperti ini relatif komplek namun memiliki nilai keuntungan yang tak seimbang dengan biaya produksi (Tizzard, 1988).
PELAKSANAAN
Materi
Materi yang digunakan untuk penulisan Tugas Akhir ini adalah materi manajemen vaksinasi anjing di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta yang datanya diambil pada tanggal 13-18 April 2015, selama kegiatan Praktek Kerja Hewan Kesayangan.
Metode
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dengan dokter hewan dan pegawai, serta ikut praktek langsung mengikuti kegiatan di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta.
HASIL
Data yang didapatkan selama Praktek Kerja Lapangan di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta tentang program vaksinasi untuk anjing tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Program vaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta
Jadwal vaksin Umur Jenis Vaksin
1 2 bulan Eurican 4
2 3 bulan Vanguard 5L Corona atau Eurican 6
3 4 bulan Eurican 7 atau Vanguard 5L Corona + Defensor
Booster 1 tahun Eurican 7
4 bulan Rabisin
Manajemen vaksinasi awal yang dilakukan di klinik tersebut dilakukan pada anjing berumur 2 bulan dengan menggunakan vaksin Eurican 4®. Vaksinasi kedua pada anjing berumur 3 bulan dengan menggunakan Vanguard 5L Corona®. Vaksinasi ketiga pada anjing yang berumur 4 bulan dengan menggunakan vaksin Eurican 7® atau Vanguar 5L Corona + Defensor®. Booster dilakukan setiap sekali dalam setahun pada anjing menggunakan vaksin Eurican 7®. Pemberian vaksinasi rabies menggunakan vaksin Rabisin® pada anjing berumur 4 bulan.
Data pasien anjing yang divaksinasi selama periode Praktek Kerja Hewan Kesayangan di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta tersaji pada Tabel 6.
Jenis Obat Vaksinasi pada Anjing : 1.Eurican 4®
, Romindo Primavetcom, setiap dosis mengandung Virus Aktif Distemper, Canine Hepatitis, Parvovirus, dan Parainfluenza tipe 2. 2.Galaxy DA 2L, isi penisillin, streptomisin, dan nystatin, berfungsi untuk untuk kekebalan anjing terhadap Distemper.
3.Galaxy 6 MHP-L, vaksin live untuk kekebalan terhadap Canine distemper, Adenovirus tipe 2, Hepatitis, Parainfluenza dan Parvovirus dikombinasikan dengan Leptospira canicola dan Leptospira icterohaemorrhagica. Vaksin mengandung gentamisin dan fungistat sebagai bahan pengawet. Antidota : epinephrine.
4.Rabisin, vaksin mengandung gentamisin, fungistat dan thimerosal sebagai pengawet dan b-propiolactone untuk inaktifasi, vaksin untuk tipe penyakit rabies.
Tabel 6. Data Vaksinasi Pasien Anjing di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja”
Tanggal Nama Pasien Umur/Jenis
Kelamin
Penanganan 11 Maret 2015 Alesso 2 bulan/ Jantan Vaksinasi Eurican 4®
Aragon 2 bulan/ jantan Vaksinasi Eurican 4® Aliando 2 bulan/jantan Vaksinasi Eurican 4® Alexander 2 bulan/jantan Vaksinasi Eurican 4® Avril 2 bulan/betina Vaksinasi Eurican 4® Adele 2 bulan/betina Vaksinasi Eurican 4® Alicia 2 bulan/ betina Vaksinasi Eurican 4®
12 Maret 2015 Jeko - Vaksinasi Eurican 6®
20 Maret 2015 Oscar 5 bulan/jantan Vaksinasi Eurican 6® 25 Maret 2015 Choco 1 tahun/jantan Vaksinasi Rabies
Arka -/jantan Vaksinasi Eurican 7®
27 Maret 2015 Sofi 6 bulan/betina Vaksinasi Eurican 4® Dino 2 tahun/betina Vaksinasi Eurican 7® 31 Maret 2015 Shihtaa 1 tahun/betina Vaksinasi Eurican 4® 8 April 2015 Sevenstar Brigitte /betina Vaksinasi Eurican 7®
10 April 2015 Snowy -/betina Vaksinasi Eurican 7®
17 April 2015 Jeko -/jantan Vaksinasi Eurican 7®
Pada tanggal 11 Maret 2015, terdapat 7 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta, ke-7 anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin Eurican 4®. Pada tanggal 12 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin Eurican 6®. Umur dari anjing ini tidak diketahui. Pada tanggal 20 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin Eurican 6®
. Pada tanggal 25 Maret 2015, terdapat 2 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta, ke-2 anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin yang berbeda. Anjing 1 (Choco) divaksin dengan menggunakan vaksin Rabies, sedangkan anjing 2 (Arka) divaksin dengan menggunakan vaksin Eurican 7®. Pada tanggal 27 Maret 2015, terdapat 2 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik
“Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta, ke-2 anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin yang berbeda. Anjing 1 (Sofi) divaksin dengan menggunakan vaksin Eurican 4®, sedangkan anjing 2 (Dino) divaksin dengan menggunakan vaksin Eurican 7®. Pada tanggal 31 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin Eurican 4®. Pada tanggal 8 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin Eurican 7®. Pada tanggal 10 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin Eurican 7®. Pada tanggal 17 Maret 2015, terdapat 1 anjing yang divaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta. Anjing tersebut divaksinasi dengan vaksin Eurican 7®.
PEMBAHASAN
Data-data yang didapatkan selama Praktek Kerja Lapangan yang berlokasi di Jln. Pamularsih No. 55 Klaseman, Condongcatur, Depok, Yogyakarta, dapat diketahui bahwa vaksinasi pertama di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta dilakukan pada saat anjing berumur 2 bulan (8 minggu). Pemberian vaksinasi dengan Eurican 4®. Vaksin Eurican 4® merupakan vaksin polivalen, yang digunakan untuk mendapatkan imunitas pada anjing terhadap infeksi distemper, hepatitis, parvovirus, dan parainfluenza.
Menurut Fenner dkk., (1995) vaksinasi terhadap parvovirus dapat dilakukan pada anak anjing berumur 6-8 minggu. Vaksinasi terhadap distemper dapat dilakukan pada anak anjing berumur 6-8 minggu. Vaksinasi hepatitis dapat dilakukan pada 6-8 minggu. Vaksinasi parainfluenza II dapat dilakukan pada 6-8 minggu. Menurut Subronto (2006) program vaksinasi parvovirus menganjurkan anak anjing divaksinasi pada umur 5-8 minggu dengan menggunakan antigen (virus) tinggi.
Pelaksanaan vaksinasi yang kedua di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta dilakukan pada anjing yang berumur 3 bulan. Pemberian vaksin dengan menggunakan Vanguard 5L Corona® dilakukan dengan suntikan secara subkutan sesuai dosis. Vaksin 5L Corona® adalah vaksin campuran yang berguna untuk mendapatkan kekebalan tubuh anjing terhadap infeksi distemper, hepatitis, parvovirus, parainfluenza II dan leptospirosis. Pelaksanaan vaksinasi kedua
merupakan pengulangan vaksinasi dari yang pertama untuk antisipasi kemungkinan hilangnya kekebalan vaksin pertama, maka perlu vaksinasi ulang.
Menurut Fenner dkk., (1995) pelaksanaan program vaksinasi menggunakan virus inaktif untuk pencegahan distemper, hepatitis, parainfluenza dan parvovirus dapat dilakukan 3 kali pemberian dengan jeda 1 dan 2 bulan. Menurut Soedarto, (2003) vaksinasi leptospira pada anjing peliharaan umumnya dilakukan bersama-sama dalam satu vaksin yaitu vaksin distemper, hepatitis, parvovirus.
Berdasarkan hasil tersebut, program vaksinasi yang dilakukan di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta sudah baik. Menurut Fenner dkk., (1995) jeda pemberian waktu yang sesuai adalah 1 dan 2 bulan, sedangkan yang dilakukan di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta waktu jeda setelah pemberian vaksinasi pertama adalah 4 minggu atau 1 bulan. Hasil yang didapatkan, vaksinasi di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta sesuai dengan literatur menurut Fenner dkk., (1995).
Vaksinasi ketiga dilakukan pada umur 4 bulan dengan menggunakan vaksin Vanguard 5L Corona + Defensor® atau Eurican 7®. Vaksin ini termasuk dalam vaksin polivalen yang digunakan untuk melindungi kekebalan tubuh dari penyakit distemper , hepatitis, parvovirus, parainfluenza II, leptospirosis dan rabies.
Menurut Fenner dkk., (1995) pelaksanaan vaksinasi ketiga dilakukan sama seperti vaksinasi kedua dan ditambahkan vaksin rabies. Vaksinasi rabies untuk anjing dilakukan pada anjing berumur 3-4 bulan kemudian (Subronto, 2006).
Pada program vaksinasi ketiga dilakukan booster tetapi ditambahkan vaksin rabies. Pelaksanaan vaksinasi di klinik tersebut sudah baik karena pemberian vaksin sudah sesuai literatur menurut Subronto (2006) dan Fenner dkk., (1995).
Pelaksanaan vaksinasi rabies menggunakan vaksin Rabisin®. Vaksin rabisin merupakan vaksin monovalen yang berisi hanya virus rabies. Untuk anjing diberikan pada umur 4 bulan diinjeksikan secara subkutan. Menurut Fenner dkk., (1995) vaksinasi terhadap rabies dilakukan pada anjing umur 12 minggu. Umur anjing yang dilakukan tindakan vaksinasi pada anak anjing berumur 3-4 bulan dan diulang 3-4 bulan kemudian. Suntikan ulangan dapat dilakukan lebih awal dari 1 tahun, tergantung pada aturan pemakaian oleh pabrik vaksin Subronto (2006). Pemberian vaksin rabies sudah baik di klinik tersebut karena sesuai dengan literatur menurut Subronto (2006) dan Fenner dkk., (1995).
Pelaksanaan vaksinasi booster dilakukan setiap tahun sekali (Fenner dkk., 1995). Pemberian suntikan vaksin secara subkutan menggunakan vaksin Eurican 7®. Penggunaan Eurican 7 karena kandungan dalam vaksin melengkapi kebutuhan kekebalan tubuh anjing dari penyakit distemper, parvovirus, leptospirosis, hepatitis dan parainfluenza 2.
Vaksinasi booster di Lab Klinik “Klinik Hewan Jogja” Yogyakarta sudah baik karena pemberian vaksinasi booster dilakukan setiap tahun sekali. Vaksinasi booster sudah sesuai menurut Fenner dkk., (1995)