PERBANDINGAN
PEMAHAMAN
KONSEP
SISWA
YANG
DIBERI
PERLAKUAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN LKS
DENGAN MODEL EKSPOSITORI
Kusmarlida, Bambang Priyo Darminto
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: kusmarlida.lida@yahoo.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model penemuan terbimbing berbantuan LKS dan benda manipulatif menghasilkan pemahaman konsep siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model ekspositori.Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimen semu.Populasi yang digunakan yaitu semua siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kutowinangun tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 191 siswa.Sampel diambil dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes uraian berjumlah 8 soal yang terdiri dari 13 butir soal yang telah diuji tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas. Hasil analisis data menggunakan uji-t pihak kanan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model penemuan terbimbing berbantuan LKS dan benda manipulatif menghasilkan pemahaman konsep siswa yang lebih baik daripada model ekspositori.
Kata kunci: pemahaman konsep, penemuan terbimbing, LKS, ekspositori
PENDAHULUAN
Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam Shadiq (2009: 13) menyatakan bahwa penilaian rapor matematika dibagi menjadi 3 aspek: (1) pemahaman konsep (2) penalaran dan komunikasi (3) pemecahan masalah. Pemahaman konsep ditempatkan pada poin yang pertama karena menjadi dasar poin kedua dan ketiga.Hal ini didukung oleh pendapat Dahar (2011: 62) yang menyatakan bahwa ”konsep merupakan batu pembangun berpikir”. Menurutnya konsep tersebut menjadi dasar aturan-aturan relevan dimana aturan tersebut harus diketahui siswa dalam memecahkan suatu masalah.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam memecahkan masalah diperlukan adanya pengetahuan tentang konsep yang sudah diperoleh sebelumnya dan di sini terjadi proses berpikir siswa. Apabila siswa tidak memahami konsep maka dapat dikatakan bahwa siswa tidak bisa berpikir dengan logis
atau bernalar dan tentunya siswa akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika.
Berkaitan dengan hal di atas, penulis menemukan adanya permasalahan mengenai pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kutowinangun tahun pelajaran 2014/2015 pada materi pokok bahasan bangun datar segiempat yang masih rendah. Siswa kesulitan dalam memecahkan masalah pada materi tersebut khususnya pada soal cerita.Model pembelajaran yang digunakan guru di sana masih menggunakan model ekspositori. Berkaitan dengan permasalahan di atas, kesulitan siswa dalam mempelajari matematika tidak serta merta timbul karena faktor dalam diri siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan salah satunya yaitu model pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran berlangsung.Berkaitan dengan hal tersebut penekanan konsep dalam matematika perlu dilakukan oleh guru selama pembelajaran mengingat konsep dalam matematika yang saling berkelanjutan dan salah satunya yaitu dengan cara melatih siswa menemukan konsep melalui bimbingan guru. Bruner menganggap bahwa “belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan yang aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik” (Dahar, 2006: 79). Adapun penemuan yang dimaksud di sini yaitu menemukan lagi atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (Bruner dalam Heruman,2010: 4) dan bimbingan yang dimaksud yaitu bantuan atau tuntunan guru kepada siswa dalam menggunakan ide, konsep, dan keterampilan mereka didalam menemukan konsep tersebut (Markaban,2008: 17).Selain itu, penekanan konsep juga dapat dilakukan melalui interaksibelajar siswa melalui alat peraga/benda konkret dan salah satunya yaitu melalui benda manipulatif.Benda manipulatif merupakan benda yang bersifat manipulasi.Menurut Bruner dalam Darminto, (2013: 42) menyatakan bahwa “dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga)”. Sedangkan model ekspositori merupakan gabungan antara metode ceramah dan metode tanya jawab. Hal ini didukung oleh pendapat Syah (2010: 244) yang menjelaskan bahwa “pembelajaran ekspositori tidak jauh berbeda dengan metode
dapat dikatakan bahwa pembelajaran ekspositori merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru bukan pada siswa karena di sini siswa dipandang sebagai objek penerima apa yang disampaikan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model penemuan terbimbing berbantuan lembar kerja siswa dan benda manipulatif menghasilkan pemahaman konsep siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model ekspositori.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen semu.Populasi yang digunakan yaitu semua siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kutowinangun tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 191 siswa yang terdiri dari 6 kelas. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII B yang berjumlah 31 siswa dan siswa kelas VII C yang berjumlah 32 siswa.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, dan metode tes.Instrumen penilaian dengan tes uraian. Teknik analisis data awal dengan uji analisis variansi dengan sel tidak sama melalui prasyarat uji normalitas dan homogenitas. Analisis data akhir menggunakan uji-t pihak kanan melalui prasyarat uji normalitas dan uji homogenitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data tahap awal melalui data ulangan tengah semester menunjukkan bahwa kedua kelas sampel (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dan kelas uji coba instrumen dalam keadaan yang seimbang melalui uji anava satu jalan dengan sel tidak sama. Hal ini ditunjukkan dengan perhitungan yang diperoleh yaitu nilai Fobs = 0,456
pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 2 dan derajat kebebasan penyebut 92 maka diperoleh nilai Ftabel = 3,07. Karena nilai Fobs<Ftabel = 0,456 < 3,07 maka diperoleh kesimpulan H0 diterima yang artinya ketiga rataan (kelas eksperimen, kelas kontrol, dan kelas uji coba instrumen) dalam keadaan yang seimbang. Uji keseimbangan dilakukan melalui prasyarat uji normalitas dan uji homogenitas yang menunjukkan bahwa ketiga kelas berdistribusi normal dan dalam
keadaan yang homogen.Berikut ini disajikan rangkuman hasil uji normalitas dan uji homogenitas tahap awal kelas eksperimen, kelas kontrol, dan kelas uji coba instrumen.
Tabel 1
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Tahap Awal
No Kelas Keputusan Keterangan
1 Eksperimen 0,159 0,123 H diterima Berdistribusi Normal 2 Kontrol 0,156 0,099 H diterima Berdistribusi Normal 3 Uji Coba Instrumen 0,156 0,120 H diterima Berdistribusi Normal
Tabel 2
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Tahap Awal
Kelas Keputusan Keterangan
Eksperimen, Kontrol
dan Uji Coba Instrumen 5,991 0,073 H diterima
Kedua kelas yang homogen
Analisis data tahap akhir menggunakan uji-t melalui prasyarat uji normalitas dan uji homogenitas antara kedua kelas sampel menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan dalam keadaan yang homogen.Berikut ini disajikan rangkuman hasil perhitungan uji normalitas tahap akhir antara kedua kelas sampel.
Tabel 3
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Tahap Akhir
No Kelas Keputusan Keterangan
1 Eksperimen 0,159 0,136 H diterima Berdistribusi Normal 2 Kontrol 0,156 0,098 H diterima Berdistribusi Normal
Tabel 4
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Tahap Akhir
Kelas Keputusan Keterangan
Eksperimen dan Kontrol 3,841 3,202 H0 diterima Kedua kelas homogen
Berdasarkan hasi analisis uji-t pihak kanan melalui hasil post-test pemahaman konsep menunjukkan bahwa kedua kelas sampel mempunyai kemampuan yang berbeda.Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikansi ( ) = 0,05 dan derajat kebebasan = 61 diperoleh nilai tobs= 1,930 >ttabel= 1,645. Berikut ini disajikan mengenai hasil rincian
Tabel 5
Hasil Rincian Statistik Post-test Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata
Simpangan Baku
Eksperimen 95,16 43,54 73,46 15,69
Kontrol 95,16 33,87 65,52 18,77
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian di atas menunjukkan bahwa pemahaman konsep yang diperoleh siswa melalui model penemuan terbimbing berbantuan LKS dan benda manipulatif lebih baik daripada pemahaman konsep siswa yang diperoleh melalui model ekspositori pada materi bangun datar segiempat. Hasil
post-test antara kedua kelas sampel pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara keduanya.Hal ini juga didukung kuat dengan diperlihatkannya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kedua model pembelajaran tersebut.Siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan model penemuan terbimbing berbantuan LKS dan benda manipulatif cenderung lebih aktif selama kegiatan pembelajaran.Ketidakpahaman siswa dalam materi diselesaikan melalui peragaan benda konkret sehingga siswa memperoleh pengetahuan dengan memanipulasi benda konkret.Dengan demikian siswa dapat dengan mudah memahaminya melalui pengalaman belajarnya secara langsung.Sedangkan siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan model ekspositori cenderung pasif.Ketidakpahaman siswa dalam materi diselesaikan bersama-sama melalui penjelasan guru.Di sini siswa hanya berpikir secara abstrak dan hanya sebagai subjek penerima.Dengan demikian dapat dikatakan besar kemungkinan siswa dapat memahaminya melalui hafalan yang mudah untuk dilupakan siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing berbantuan LKS dan benda manipulatif menghasilkan pemahaman konsep siswa yang lebih baik daripada model ekspositori.Dari simpulan tersebut peneliti memberikan saran (1) Guru hendaknyabisa mengembangkan model
penemuan terbimbing pada materi lainnya dalam matematika (2) Siswa hendaknya bisa memanfaatkan waktu dalam kegiatan penemuannya dengan baik dan tertib.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar,Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Darminto, Bambang Priyo. 2013. Diktat Strategi Belajar Mengajar Matematika.
Purworejo : FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Heruman.2010. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Markaban.2008. Model Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran SMK. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Pendidikan Matematika.
Shadiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika. Diklat Instruktur Pengembang Matematika SMA Jenjang Lanjut. Yogyakarta: Depdiknas.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.