• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG BUKITTINGGI SEBAGAI KOTA WISATA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG BUKITTINGGI SEBAGAI KOTA WISATA."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG BUKITTINGGI SEBAGAI KOTA WISATA

OLEH : JULIANA ELISA S (1102873)

Kota Bukittinggi merupakan salah satu pusat kebudayaan Minangkabau dan ditetapkan sebagai Kota Wisata. Sebagai kota wisata Bukittinggi sangat membutuhkan partisipasi masyarakat untuk terwujudnya kota wisata yang berkualitas. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikaji partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittingi sebagai kota wisata. Bentuk partisipasi yang dilakukan untuk mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata yaitu partisipasi ide/pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan, dan partisipasi sosial. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata dan menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bentuk partisipasi harta benda termasuk kategori tinggi, partisipasi tenaga termasuk kategori sedang, sementara bentuk partisipasi ide/pikiran, partisipasi keterampilan dan partisipasi sosial termasuk kategori tingkat partisipasi sangat rendah. Berdasarkan skor yang dicapai masing-masing bentuk partisipasi, secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata termasuk kategori tingkat partisipasi rendah. Kondisi sosial ekonomi masyarakat (tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan tingkat pendapatan) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata. Dalam arti semakin tinggi tingkat pendidikan, maupun tingkat pendapatan tidak menjamin masyarakat untuk turut berpartisipasi.

(2)

ABSTRACT

PUBLIC PARTICIPATION IN SUPPORTING BUKITTINGGI AS TOURISM CITY

BY: JULIANA ELISA S (1102873)

Bukittinggi was one of the cultural center of Minangkabau which designated as a tourism city. As a tourism city, Bukittinggi needed public participation to create a great tourism city. Therefore in this research, assessed the extent of public participation in support Bukittinggi is toursm city. Types of participations which done for supported Bukittinggi as the tourism city, such as idea/thought participation, energy, wealth, skill, and social participation The purposes of this research were to types and levels of public participation in supporting Bukittinggi as a tourism city, and to analyzed the correlation between public socio-economic conditions and types of public participation. Research method of the research was descriptive method. The result of the research was wealth participation was categorized as high category of participation, energy participation and wealth participation was categorized as avarage category of participation while idea/ thought participation, skill participation and social participation skills was categorized as very low category of participation. Based on the scores achieved each types of participation, then in general it can be said that public participation in support Bukittinggi is toursm city was categorized as low category of participation. Public socio-economic conditions (education level, livelihood, and income level) had no significant effect on the public participation in supporting Bukittinggi as tourism city. It means that the higher the education level and income level did not ensure the public to participate.

(3)

DAFTAR ISI

B Identifikasi Masalah ... 6

C Rumusan Masalah ... 7

D Tujuan Penelitian ... 7

E Manfaat Penelitian ... 7

F Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A Pengertian Partisipasi dan Partisipasi Masyarakat ... 10

1 Pengertian ... 10

2 Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat. ... 13

3 Tingkatan Partisipasi Masyarakat ... 13

B Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia. ... 15

1 Mandat UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan. ... 15

2 Mandat PP No.50/2011 Tentang RIPPARNAS ... 17

C Pariwisata Kota dan Kota Wisata ... 29

1 Pengertian. ... 29

2 Arti Kota Bagi Pariwisata. ... 30

3 Arti Pariwisata Bagi Kota ... 31

4 Konsepsi Pariwisata Kota (Urban Tourism). ... 31

5 Pengembangan Wisata Kota sebagai Pariwisata Masa Depan Indonesia. ... 32

6 Kota dan Sumberdayanya... .33

7 Strategi Pengembangan Wisata Kota yang Berkelanjutan. ... .34

D Kepariwisataan ... 37

E Kajian Geografi Terhadap Pariwisata ... 38

F Partisipasi Masyarakat dalam Pariwisata ... 40

G Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pariwisata ... 42

H Lingkup Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata ... 45

I Kepariwisataan Berbasis Masyarakat ... 48

(4)

K Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 54

1 Pengertian. ... 54

2 Indikator Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 54

a Pendidikan ... 54

b Pekerjaan/ Mata Pencaharian ... 56

c Pendapatan ... 56

L Pengetahuan dan Sikap ... 56

1 Pengetahuan ... 56

2 Sikap ... 57

MPariwisata dalam Pembelajaran Geografi ... 57

N Penelitian Relevan ... 62

O Kerangka Berfikir ... 64

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 65

A Metode Penelitian ... 65

B Pendekatan Penelitian. ... 65

C Populasi dan Sampel ... 66

1 Populasi. ... 66

2 Sampel. ... 66

D Variabel Penelitian ... 68

E Definisi Operasional. ... 69

F Instrumen Penelitian. ... 71

G Teknik Pengumpulan Data ... 72

H Teknik Pengolahan Data ... 73

I Teknik Analisis Data... 74

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 79

A Letak dan Luas Lokasi Penelitian. ... 79

B Gambaran Umum Pariwisata Kota Bukittinggi ... 82

C Daya Tarik Wisata yang Mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata ... 83

D Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 105

1 Karakteristik Responden. ... 105

a Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia. ... 105

b Responden Berdasarkan Asal Penduduk. ... 106

c Responden Berdasarkan Lama Menetap. ... 107

2 Kondisi Sosial Ekonomi Responden. ... 109

a Responden Berdasarkan Pendidikan Formal dan Nonformal ... 109

b Responden Berdasarkan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan ... 111

(5)

a Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 114

1) Partisipasi Ide/ Pikiran ... 114

2) Partisipasi Tenaga ... 118

3) Partisipasi Harta Benda ... 123

4) Partisipasi Keterampilan ... 126

5) Partisipasi Sosial ... 128

b Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 133

4 Analisis Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dengan Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Mendukung Bukittinggi Sebagai Kota Wisata. ... 135

5 Hasil Wawancara... 144

6 Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Geografi di Sekolah... 158

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.. ... 163

A Kesimpulan. ... 163

B Rekomendasi. ... 164

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun

2008-2013 . ... 1

1.2 Provinsi Tujuan Wisatawan di Indonesia 2012 . ... 2

1.3 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Sumatera Barat Tahun 2005-2009 . ... 2

1.4 Presentase Destinasi Wisata Favorit Saat Berkunjung ke Sumatera Barat Menurut Detik Travel . ... 3

1.5 Statistik Pertumbuhan Wisman dan Wisnus di Bukittinggi Tahun 2000-2014 . ... 4

2.1 Pewilayahan Pembangunan Kepariwisataan Nasional . ... 17

2.2 Sebaran 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional ... 25

3.1 Variabel Penelitian . ... 69

3.2 Kriteria untuk Analisis Persentase . ... 75

3.3 Nilai Interval Kelas Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat . ... 76

3.4 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 78

4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia . ... 105

4.2 Responden Berdasarkan Asal Penduduk ... 106

4.3 Responden Berdasarkan Lama Menetap . ... 107

4.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Formal dan Nonformal ... 109

4.5 Responden Berdasarkan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan ... 111

4.6 Responden Berdasarkan Pendapatan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan ... 112

4.7 Partisipasi Ide/Pikiran ... 115

4.8 Partisipasi Tenaga. ... 118

4.9 Partisipasi Harta Benda ... 124

4.10 Partisipasi Keterampilan ... 126

4.11 Partisipasi Sosial ... 128

4.12 Rata-rata Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 133

4.13 Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Responden dengan Bentuk Partisipasi ... 137

4.14 Pengetahuan Responden Tentang Pariwisata ... 141

4.15 Sikap Masyarakat terhadap Pariwisata di Kota Bukittinggi ... 143

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Peta Sebaran 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata Nasional... 23

2.2 Peta Destinasi Pariwisata Nasional Padang - Bukittinggi dan Sekitarnya . . 24

2.3 Peta Sebaran 88 (Delapan Puluh Delapan) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional ... 27

2.4 Peta Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bukittinggi dan Sekitarnya . . 28

2.5 Prinsip-prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ... 34

2.6 Ilustrasi Pemangku Kepentingan dalam Pariwisata ... 43

2.7 Kerangka Berfikir. ... 64

4.1 Peta Propinsi Sumatera Barat. ... 80

4.2 Peta Administrasi Kota Bukittinggi. ... 81

4.3 Ngarai Sianok ... 84

4.4 Jam Gadang ... 85

4.5 Kebun Binatang Kinantan ... 86

4.6 Jembatan Limpapeh ... 86

4.7 Museum Rumah Adat Nan Baanjuang ... 87

4.8 Benteng Fort de kock ... 88

4.9 Monumen Bung Hatta ... 89

4.10 Lobang Jepang ... 90

4.11 Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma ... 91

4.12 Janjang Saribu... ... 92

4.13 Taman Panorama. ... 93

4.14 Pemandangan Ngarai Sianok dari Taman Panorama. ... 93

4.15 Taman Ngarai Maaram. ... 94

4.16 Kantor Balai Kota Bukittinggi. ... 95

4.17 Salah Satu Pemandangan Kota Bukittinggi yang Dapat Dilihat Dari Balai Kota Bukittinggi. ... 95

4.18 Great Wall of Koto Gadang. ... 96

4.19 Ngarai Sianik dari Puncak Great Wall of Koto Gadang. ... 97

4.20 Rumah Kelahiran Bung Hatta. ... 98

4.21 Beberapa Koleksi Museum Kelahiran Bung Hatta. ... 98

4.22 Pacuan Kuda Bukit Ambacang. ... 99

4.23 Istana Bung Hatta. ... 100

4.24 Perpustakaan Bung Hatta. ... 101

4.25 Peta Persebaran Daya Tarik Wisata di Kota Bukittingi. ... 104

4.26 DiagramResponden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia. ... 106

4.27 Diagram Responden Berdasarkan Asal Penduduk ... 107

4.28 Diagram Responden Berdasarkan Lama Menetap ... 108

(8)

4.30 Diagram Responden Berdasarkan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan

Sampingan. ... 112

4.31 Diagram Responden Berdasarkan Pekerjaan Pokok. ... 114

4.32 Diagram Responden Berdasarkan Pendapatan Pekerjaan Sampingan. ... 114

4.33 Diagram Partisipasi Ide/Pikiran. ... 118

4.34 Diagram Partisipasi Tenaga... 123

4.35 Diagram Partisipasi Harta Benda. ... 125

4.36 Diagram Partisipasi Keterampilan... 127

4.37 Diagram Partisipasi Sosial. ... 132

(9)
(10)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A Metode Penelitian

Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

penelitian, karena dengan pemilihan metode yang tepat dalam penelitian, akan

menentukan keberhasilan suatu penelitian dan akan memperjelas langkah-langkah

yang harus ditempuh dalam penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2006, hlm.

151), “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpulkan bisa berupa data primer

maupun data sekunder”.

Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Tika (2005, hlm. 4), “Metode deskriptif adalah penelitian yang lebih

mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya,

walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Hasil penelitian

difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang

diteliti. Menurut Nazir (2003, hlm. 63), “Metode deskriptif adalah suatu metode

dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada

pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data

itu. Karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif dan

membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu lalu mengambil

bentuk studi kuantitatif angket, tes, interview dan lain-lain, atau mengadakan

klasifikasi ataupun mengadakan suatu penilaian, menentukan standar (normatif),

menetapkan hubungan dan kedudukan (status) satu unsur dengan unsur yang lain.

B Pendekatan Penelitian

Pendekatan geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

ekologi/lingkungan. Pendekatan ekologi/lingkungan dalam geografi berkenaan

dengan hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya. Adapun

ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia

(11)

66

Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang,

namun pada keterkaitan antara feomena geosfer tertentu, dalam hal ini antroposfer

karena menganalisis partisipasi masyarakat dengan variabel lingkungan yang ada,

dalam hal ini kondisi fisik geografi karena membahas mengenai pariwisata.

Dalam pendekatan lingkungan, kerangka analisisnya tidak mengaitkan hubungan

antara makhluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan

dengan fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta tindakan

manusia serta perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan

kesadaran akan lingkungan.

Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku

(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).

Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan

gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan

nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi,

dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan.

C Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 112) “Populasi adalah keseluruhan objek

penelitian yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti atas semua

individu dan gejala yang ada di dalam penelitian”. Menurut Tika (2005, hlm. 24),

“Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas adalah himpunan

individu atau objek yang diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun

batasnya”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat Kota

Bukittinggi dengan jumlah penduduk 118.260 jiwa berdasarkan data Badan Pusat

Statistik Kota Bukittinggi tahun 2014.

2. Sampel

Setelah diketahui populasi penelitian, tahap selanjutnya adalah menentukan

sampel penelitian. Menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 112) “Sampel adalah

bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi bersangkutan.

Menurut Tika (2005, hlm. 24),”Sampel adalah sebagian dari objek atau individu

(12)

67

digunakan rumus dari Taro Yamane (dalam Riduwan dan Akdon, 2010, hlm. 249)

sebagai berikut:

Dimana: n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan

Diketahui jumlah populasi masyarakat Kota Bukittinggi sebesar N= 118.260

jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bukittinggi tahun 2014 dan

tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 10%. Berdasarkan rumus tersebut

diperoleh jumlah sampel (n) untuk masyarakat sebagai berikut:

=

=

=

=

99,92, dibulatkan menjadi 100 responden.

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel sebanayak 100 responden.

Setelah diketahui jumlah sampel maka tahap selanjutnya adalah menentukan

teknik pengambilan sampel. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah penentuan sampel secara purposive sampling (sampel purposif).

Menurut Riduwan dan Akdon (2010, hlm. 247-248) mengemukakan bahwa

Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel

untuk tujuan tertentu”.

Masyarakat Kota Bukittinggi tersebar dalam tiga kecamatan yaitu

Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Kecamatan Guguk Panjang dan

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh. Daya tarik wisata terbanyak terletak di

Kecamatan Guguk Panjang yaitu sebanyak 17 daya tarik wisata. Kecamatan

Mandiangin Koto Selayan terdapat dua daya tarik wisata sedangkan di Kecamatan

Aur Birugo Tigo Baleh tidak terdapat daya tarik wisata. Dengan pertimbangan

(13)

68

Penyebaran kuesioner terbanyak dilakukan di Kecamatan Guguk Panjang

mengingat di kecamatan inilah paling banyak terdapat daya tarik wisata.

Kemudian dilakukan secara proportionate stratified random sampling. Menurut

Riduwan dan Akdon (2010, hlm. 242) “Proportionate stratified random sampling

adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara

proporsional. Penyebaran kuesioner adalah sebagai berikut: Kecamatan Guguk

Panjang sebanyak 60%, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan sebanyak 30% dan

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh sebanyak 10%. Penyebaran kuesioner

dilakukan pada setiap kelurahan yang paling dekat dengan daya tarik wisata.

Kemudian ke tingkat RW sampai pada akhirnya ke tingkat RT yang paling dekat

dengan lokasi daya tarik wisata. Kemudian cara pengambilan sampel di lapangan

dengan memberikan nomor ganjil pada populasi lalu diambil yang bernomor

ganjil.

Sampel pemilihan informan kunci (key informan) untuk wawancara adalah

dipilih secara selective purposive sampling, yang dinilai mengetahui tentang

kepariwisataan di Kota Bukittinggi. Informan yang dipilih antara lain pihak Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Ketua Himpunan Pramuwisata

Indonesia (HPI) untuk Sumatera Barat sekaligus Bukittinggi, Ketua Komunitas

Insan Muda Pariwisata (KIMPAR), beberapa pengelola daya tarik wisata di Kota

Bukittinggi, yaitu Jam Gadang, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, dan

Rumah Kelahiran Bung Hatta.Dari informan dan reponde penelitian diharapkan

dapat terkumpul data, fakta, dan informasi tentang partisipasi masyarakat dalam

mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata.

D Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2006, hlm. 118) mengemukakan bahwa “Variabel

penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian atau apa yang akan

menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sementara menurut Singarimbun (1987,

hlm. 42) mengemukakan bahwa “Variabel penelitian adalah pengelompokkan

yang logis dari dua atau lebih atribut”.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel independen

dan variabel dependen. Menurut Sugiyono (2001, hlm. 4) “Variabel independen

(14)

69

perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel dependen

(terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya varibael bebas”.

1 Variabel Bebas (X)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kondisi sosial

ekonomi masyarakat meliputi : pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan/mata

pencaharian.

2 Variabel Terikat (Y)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah bentuk partisipasi

masyarakat (partisipasi buah pikiran, partisipasi tenaga, partisipasi harta,

partisipasi keterampilam dan partisipasi sosial). Variabel penelitian dapat dilihat

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel X Variabel Y

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

1 Tingkat Pendidikan 2 Tingkat Pendapatan 3 Mata Pencaharian

Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata

Sumber: Hasil Pengklasifikasian Rumusan Masalah Penelitian, 2015

E Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995, hlm. 46) definisi operasional adalah unsur

penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Dengan kata lain definisi operasioanl berisi tentang indikator-indikator yang akan

digunakan untuk mengukur variabel.

Untuk menghindari kekeliruan dalam membaca dan menafsirkan

istilah-istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka adapun definisi

operasionalnya adalah sebagai berikut :

(15)

70

Menurut Sumardi (2001, hlm. 21) mengemukakan bahwa “Kondisi sosial

ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan

seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai

pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si

pembawa status. Melly G. Tan (dalam Koentjaraningrat, 1981, hlm. 35)

mengemukakan bahwa “Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi adalah adalah

pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan/pendapatan”.

a Pendidikan

Dalam UU RI No. 20 tahun 2003, pendidikan diartikan sebagai: “Usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spriritual keagamanaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.”

Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 jalur pendidikan dibagi menjadi:

Pertama, jalur formal yang terdiri dari pendidikan dasar seperti Sekolah Dasar

(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain

yang sederajat, kemudian pendidikan menengah yang terdiri atas pendidikan

menengah umum dan pendidikan menengah jurusan seperti SMA, MA, SMK,

MAK atau bentuk lain yang sederajat serta pendidikan tinggi yang dapat

berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Kedua

jalur nonformal dan ketiga jalur informal.

b Pendapatan

Menurut Soemardi dan Evers (1982, hlm. 8) mengemukakan, “Tingkat

pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga beserta anggota

keluarganya yang bersum-ber dari sektor formal, sektor informal dan sektor

subsistem dalam waktu satu bulan yang diukur berdasarkan rupiah.

c Pekerjaan/Mata Pencaharian

Menurut Susanto, 1993, hlm. 183, bahwa “Mata pencaharian dibedakan

menjadi dua yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan.

(16)

71

sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan merupakan mata

pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencaharian

sampingan adalah mata pencaharian di luar mata pencaharian pokok”.

2. Partisipasi Masyarakat

Isbandi, 2007, hlm : 27 mengemukakan bahwa “Partisipasi masyarakat

adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan

potensi yang ada di masyarakat, pemilihan, dan pengambilan keputusan tentang

alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah,

dan keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi”.

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (2005, hlm. 11) terdapat lima

bentuk-bentuk partisipasi masyarakat sebagai berikut:

a Partisipasi buah pikiran atau ide adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

b Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dpaat menunang keberhasilan suatu program. c Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta

benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

d Partisipasi keterampilan yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

e Partisipasi sosial, partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

F Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian salah satu hal yang penting untuk diperhatikan

adalah penyusunan instrumen penelitian. Instrumen penelitian sangat dibutuhkan

karena akan memudahkan peneliti dalam mendapatkan data yang dibutuhkan.

Menurut Arikunto (2006 hlm 160), “Instrumen Penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sementara menurut

(17)

72

digunakan dalam mengkaji fenomena alam maupun fenomena sosial obyek kajian

yang akan diamati.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yang dalam

hal ini responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan di

dalam kuesioner tersebut. Arikunto (2010, hlm. 194) berpendapat bahwa

“Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui”.

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui kuesioner selanjutnya

dideskripsikan melalui penyajian data untuk memperoleh gambaran tentang

partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata.

G Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian. Pengumpulan data penelitian dimaksudkan untuk pencatatan elemen

penelitian. Tanpa menegtahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan

mendapatakan data yang memenuhi standar yang ditetapkan.

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 137) mengemukakan bahwa “Terdapat dua

hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas

instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data”. Agar data yang diperoleh

dari berbagai sumber yang mendukung dapat terkumpul teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Observasi (pengamatan)

Menurut Tika (2005, hlm. 44) observasi adalah cara dan teknik

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang ada pada objek penelitian. Observasi lapangan ini

dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan persebaran angket penelitian

untuk mengetahui dan menjawab rumusan masalah dari penelitian ini.

2 Wawancara

Menurut Nasution (dalam Tika, 2005, hlm. 75) wawancara (interview)

adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan memperoleh informasi

dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan

(18)

73

dilakukan kepada masyarakat untuk mengetahui seberapa besar partisipasi

masyarakat dalam mendukung Kota Bukittinggi sebagai Kota Wisata.

3 Kuesioner

Sugiyono (2011, hlm. 142) mengemukakan bahwa “Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada masyarakat Kota Bukittinggi

yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang partisipasi masyarakat

untuk mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata.

4 Studi Literatur

Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada

kaitannya dengan masalah penelitian seperti : buku-buku , skripsi angkatan

terdahulu, dan media elektronik seperti internet. Dalam hal ini terutama

menyangkut partisipasi masyarakat dan partisipasi masyarakat pada sektor

pariwisata.

5 Studi Dokumentasi

Menurut Sumaatmadja (1988, hlm 109), studi dokumentasi adalah informasi

dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan obyek yang dipelajari.

Teknik pengumpulan data ini didapatkan dari hasil catatan pada masa lalu yaitu

berupa peta, tabel, serta dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini.

Studi dokumentasi juga dibutuhkan untuk pengambilan bukti berupa gambar di

daerah penelitian.

H Teknik Pengolahan Data

Menurut Hasan (2006, hlm. 24) “Pengolahan data adalah suatu proses dalam

memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara

atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari

hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehiingga memberikan arah untuk

pengkajian lebih lanjut (Sudjana, 2001, hlm. 128).

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan

komputasi SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0. Pengolahan

(19)

74

1. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengkoreksian data yang telah terkumpul,

tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada

pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi.

2. Coding (Pengkodean)

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka

atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau

data yang akan dianalisis.

3. Pemberian skor atau nilai

Pemberian skor atau nilai yaitu pemberian nilai berupa angka pada jawaban

pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif. Dalam penelitian ini urutan

pemberian skor berdasarkan tingkatan jawaban yang diteima dari responden.

(Supranto, 2003, hlm. 402), yaitu

aUntuk jawaban sangat sering mendapat skor 4 bUntuk jawaban sering mendapat skor 3 cUntuk jawaban jarang mendapat skor 2 dUntuk jawaban tidak pernah mendapat skor 1

4. Tabulasi

Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi

kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi

diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil tabulasi dapat

berbentuk:

aTabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai arsip. bTabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden tertentu

dan tujuan tertentu.

cTabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah dianalisa. (Hasan, 2006, hlm. 20).

I Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya setelah data-data yang diperlukan peneliti telah

didapatkan maka data tersebut dianalisis agar tujuan penelitian segera tercapai.

Menurut Wardiyanta (2006, hlm. 37) menyatakan bahwa “Analisis data pada

dasarnya merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

(20)

75

Analisis yang digunakan dalam pengolahan data hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Analisis Persentase

Analisis persentase dilakukan dengan menggunakan perhitungan prosentase,

digunakan untuk mengetahui seberapa kecendrungan frekuensi jawaban

responden dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

P = persentase

f = frekuensi dari setiap jawaban

n = jumlah seluruh frekuensi alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden.

Untuk penafsiran dari hasil perhitungan, menggunakan parameter yang

dikemukakan oleh Santoso (dalam Sugianto, 2009, hlm. 34) dengan parameter

yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kriteria untuk Analisis Persentase

Persentase Kriteria

100 Seluruhnya

75 - 99 Sebagaian besar

51 - 74 >Setengahnya

50 Setengahnya

25 - 49 <Setengahnya

1 - 24 Sebagian kecil

0 Tidak ada

Sumber : Santoso (dalam Sugianto, 2009, hlm. 34)

2. Tabulasi Silang (Crosstab)

Menurut Tika (2005, hlm. 74) mengemukakan bahwa “Tabel analisis (talk

tabel) adalah tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah dianalisis dan

dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan. Jenis analisis tabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tabel silang. Tabel silang dibuat dengan cara memecah

lebih lanjut setiap kesatuan data dalam setiap kategori menjadi dua subsekwen.

Pemecahan kesatuan data menjadi subkesatuan tergantung pada tujuan serta

(21)

76

Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat, dari daftar pertanyaan

kuesioner dilakukan penskoringan. Perhitungan tingkat partisipasi masyarakat

dibagi menjadi empat kategori (C), yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan

tinggi. Dari daftar pertanyaan kuesioner dilakukan penskoringan. Penskoringan

tingkat partisipasi ini dengan ketentuan: (1) bila responden menjawab sangat

sering, maka dinilai dengan 4 poin; (2) bila responden menjawab sering, maka

dinilai 3 poin; (3) bila responden menjawab jarang, maka dinilai 2 poin; serta (4)

bila responden menjawab tidak pernah, maka dinilai 1 poin. Kemudian mencari

nilai maksimum dan nilai minimumnya.

Nilai maksimum yaitu skor tertinggi yang dapat diraih responden yaitu 4

dan nilai minimum yaitu skor terendah yang diraih responden yaitu 1. Selanjutnya

mencari nilai interval kelas yang besarnya sama dengan nilai maksimum

dikurangi nilai minimum dibagi jumlah kategori.

Kemudian, untuk mengetahui tingkat partisipasi dari masing-masing bentuk

partisipasi skor pada data dan informasi yang dianalisis dan kemudian dihitung

kumulatif yang akhirnya dapat dihitung rata-ratanya. (Ali, 1997, hlm. 113).

Setelah nilai inteval diketahui selanjutnya menentukan kategori tingkat partisipasi

masyarakat Nilai interval kelas dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Nilai Interval Kelas Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat

No. Interval Kelas Kategori

1 3,25 - 4,00 Tinggi

2 2,50 - 3,24 Sedang

3 1,75 - 2,40 Rendah

4 1,00 - 1,74 Sangat Rendah

4. Korelasi

Prosedur statististik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(22)

77

a Korelasi Spearman Rank (rho)

Prosedur statistik ini bertujuan untuk mengukur tingkat atau eratnya

hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat dengan

jenis data ordinal dengan ordinal. Variabel yang dihubungkan dengan prosedur

statistik Spearman Rank antara lain:

pendidikan dengan partisipasi masyarakat

1) Pendapatan dengan partisipasi masyarakat

2) Pendidikan dengan partisipasi masyrakat

Rumus yang digunakan pada Korelasi Spearman Rank (Riduwan dan

Sunarto, 2013) adalah sebagai berikut :

)

rs = koefisien korelasi Spearman

d2= selisih setiap pasangan rank

n = banyaknya pasangan data

Pembuatan keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak

dengan cara sebagai berikut :

Ha : terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan

bentuk partisipasi masyarakat.

Ho : tidak ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi .masyarakat dengan bentuk partisipasi masyarakat.

Analisis data dengan prosedur Spearman Rank (rho) dan Koefisien

Kontingensi menggunakan SPSS ver.16.0. Dasar pengambilan keputusan dalam

uji korelasi Spearman Rank (rho) dan koefisien kontingensiadalah sebagai

berikut :

1) Jika nilai sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi masyarakat.

2) Jika nilai sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi

(23)

78

3) Jika nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara kondisi sosial

ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi masyarakat.

4) Jika nilai r = 1 atau r = - 1, artinya telah terjadi hubungan linier sempurna

berupa garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang makin mengarah ke angka 0

maka garis makin tidak lurus.

Tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar varibel berkisar antara ± 0,00

sampai ± 1,00 tanda + adalah positif dan tanda – adalah negatif.

b Koefisien Kontingensi

Koefisien kontingensi digunakan untuk menghitung hubungan antar jenis

variabel dengan jenis data berbentuk nominal. Variabel yang dihubungkan dengan

prosedur statistik koefisien kontingensi adalah mencari hubungan jenis pekerjaan

dengan partisipasi masyarakat.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang

ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang

tertera pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat Kuat

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan skripsi mengenai “Partisipasi

Masyarakat dalam Mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata maka

dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A Kesimpulan

Terdapat 5 bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittinggi

sebagai Kota wisata dengan 4 kategori tingkatan (sangat rendah, rendah, sedang

dan tinggi). Bentuk-bentuk partisipasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi ide pikiran, dalam hal mengikuti rapat dan memberikan

saran/pendapatan dalam rapat dengan kategori tingkat partisipasi sangat

rendah.

2. Partisipasi tenaga, dalam hal menjaga keamanan lingkungan, gotong

royong/kerja bakti, penghijauan, menangani masalah sampah, menanam pohon

di pekarangan rumah dan menanam tanaman hias di pekarangan rumah dengan

kategori tingkat partisipasi sedang.

3. Partisipasi harta benda, dalam hal iuran keamanan dan sampah serta

menyumbangkan bibit/pupuk saat penghijauan dengan kategori tingkat

partisipasi tinggi.

4. Partisipasi keterampilan, dalam hal mengajarkan masyarakat lain membuat

souvenir/cinderamata dan mengajak warga lain menanam pohon dengan

kategori tingkat partisipasi sangat rendah.

5. Partisipasi sosial, dalam hal menaati peraturan terkait pariwisata, membagi

informasi kepada warga lain terkait tata tertib pariwisata, membagi informasi

kepada warga lain pentingnya pengembangan produk khas, membagi informasi

kepada warga lain pentingnya bersikap ramah, aktif dalam pokdarwis, dan

keterlibatan dalam event pariwisata dengan kategori tingkat partisipasi rendah.

Berdasarkan skor yang dicapai masing-masing bentuk partisipasi tersebut,

maka secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam

mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata termasuk kategori tingkat partisipasi

(25)

164

Kondisi sosial ekonomi masyarakat (tingkat pendidikan, mata pencaharian,

dan tingkat pendapatan) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam dalam mendukung Bukittinggi

sebagai Kota Wisata. Dalam arti semakin tinggi tingkat pendidikan, maupun

tingkat pendapatan tidak menjamin masyarakat untuk turut berpartisipasi.

B Rekomendasi

Dalam mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata sangat diperlukan

partisipasi dari masyarakat sebagai tuan rumah. Berdasarkan penelitian di

lapangan, peneliti memberikan beberapa rekomendasi terkait upaya peningkatan

partisipasi masayarkat dalam mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1 Bagi Pemerintah

a Perlu sosialisasi lebih dalam kepada masyarakat Kota Bukittinggi secara

langsung. Hal ini harus segeraa dilakukan karena dikhawatirkan membuat

masyarakat Kota Bukittinggi akan lebih tidak memperhatikan kelangsungan

pariwisata di Kota Bukittinggi.

b Pemerintah hendaknya tidak hanya membangun sarana fisik saja, tetapi juga

lebih memperhatikan aspek Sumber Daya Manusia, dalam hal ini perlu

meningkatkan pelatihan dan pembinaan secara terpadu, terarah dan terencana

guna meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan keahlian

mereka untuk mendukung pariwisata di Kota Bukittinggi.

c Melibatkan masyarakat mulai dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi.

Komunikasi aktif antara semua pihak akan mendorong masyarakat untuk ikut

mendukung dan berpartisipasi aktif di dalamnya.

d Diaktifkan kembali kesenian tradisional yang melibatkan masyarakat sekaligus

yang menjadi salah satu motivasi wisatawan khususnya wisatawan

mancanegara untuk berkunjung ke Kota Bukittinggi.

2 Bagi Masyarakat

a Pengaktifan kembali fungsi dari Pokdarwis dan organisasi yang terkait dengan

pariwisata yang telah dibentuk dalam melakukan peningkatan pelayanan

(26)

165

b Masyarakat perlu memahami dan lebih mendalami mengenai Sapta Pesona dan

Sadar Wisata sehingga pengunjung yang datang akan lebih puas dan senang

untuk berkunjung.

c Masyarakat harus lebih antusias lagi dan meningkatkan keterlibatannya saat

diadakan sosialisasi atau penyuluhan terkait program pariwisata di Kota

Bukittinggi.

d Masyarakatlah yang menjadi tuan rumah. Wisatawan akan berhubungan secara

langsung dengan masyarakat di daerah destinasi wisata. Ketika masyarakat

Gambar

Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Kriteria untuk Analisis Persentase
Tabel 3.3 Nilai Interval Kelas  Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Modal adalah hasil dari jumlah perkalian antara total biaya yang dikeluarkan dengan besarnya bunga modal ( tingkat suku bunga ) yang berlaku pada saat itu. Sehingga

Tabel 4.10 terlihat jika nilai cronbach alpha hasil pengujian untuk variabel motivasi adalah sebesar 0,709 &gt; 0,60 Ini berarti bahwa instrumen variabel

Dengan menggunakan teknik pencapjarian AFLP , sebanyak 25 kombinasi pencetus E1 dan M1 telah diskrin untuk mengenal pasti DNA polimorfik daripada 3 jenis klon kelapa sawit

Strategi jasa (iklan dan sosialosasi) yaitu pemerintah Pekalongan, produsen, pengusaha, pengrajin dan pedagang batikPekalongan, mensosialisasikan kemasyarakat mengenai

Pada soal nomor 3 siswa diminta untuk menentukan anggota dari ruang sampel dan titik sampel pada pengambilan 2 kupon dengan kupon dikembalikan, pada soal nomor 3 ini siswa

Berdasarkan hasil pemeriksaan dari 377 penderita kanker payudara yang memiliki data mengenai tipe histopatologisnya, didapatkan hasil bahwa Karsinoma Duktal Invasif /

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 guru TK yang ada di Kecamatan Bandar Sribhawono sebagian besar dari mereka memiliki kemampuan yang kurang

Hasil biji kering kedelai varietas Anjasmoro dan Paderman pada tiga paket teknologi di lahan kering masam (tanah Ultisol) pada MH II di Desa Kunyit, Kecamatan Bajuin,