ABSTRAK
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG BUKITTINGGI SEBAGAI KOTA WISATA
OLEH : JULIANA ELISA S (1102873)
Kota Bukittinggi merupakan salah satu pusat kebudayaan Minangkabau dan ditetapkan sebagai Kota Wisata. Sebagai kota wisata Bukittinggi sangat membutuhkan partisipasi masyarakat untuk terwujudnya kota wisata yang berkualitas. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikaji partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittingi sebagai kota wisata. Bentuk partisipasi yang dilakukan untuk mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata yaitu partisipasi ide/pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan, dan partisipasi sosial. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata dan menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bentuk partisipasi harta benda termasuk kategori tinggi, partisipasi tenaga termasuk kategori sedang, sementara bentuk partisipasi ide/pikiran, partisipasi keterampilan dan partisipasi sosial termasuk kategori tingkat partisipasi sangat rendah. Berdasarkan skor yang dicapai masing-masing bentuk partisipasi, secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata termasuk kategori tingkat partisipasi rendah. Kondisi sosial ekonomi masyarakat (tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan tingkat pendapatan) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata. Dalam arti semakin tinggi tingkat pendidikan, maupun tingkat pendapatan tidak menjamin masyarakat untuk turut berpartisipasi.
ABSTRACT
PUBLIC PARTICIPATION IN SUPPORTING BUKITTINGGI AS TOURISM CITY
BY: JULIANA ELISA S (1102873)
Bukittinggi was one of the cultural center of Minangkabau which designated as a tourism city. As a tourism city, Bukittinggi needed public participation to create a great tourism city. Therefore in this research, assessed the extent of public participation in support Bukittinggi is toursm city. Types of participations which done for supported Bukittinggi as the tourism city, such as idea/thought participation, energy, wealth, skill, and social participation The purposes of this research were to types and levels of public participation in supporting Bukittinggi as a tourism city, and to analyzed the correlation between public socio-economic conditions and types of public participation. Research method of the research was descriptive method. The result of the research was wealth participation was categorized as high category of participation, energy participation and wealth participation was categorized as avarage category of participation while idea/ thought participation, skill participation and social participation skills was categorized as very low category of participation. Based on the scores achieved each types of participation, then in general it can be said that public participation in support Bukittinggi is toursm city was categorized as low category of participation. Public socio-economic conditions (education level, livelihood, and income level) had no significant effect on the public participation in supporting Bukittinggi as tourism city. It means that the higher the education level and income level did not ensure the public to participate.
DAFTAR ISI
B Identifikasi Masalah ... 6
C Rumusan Masalah ... 7
D Tujuan Penelitian ... 7
E Manfaat Penelitian ... 7
F Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A Pengertian Partisipasi dan Partisipasi Masyarakat ... 10
1 Pengertian ... 10
2 Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat. ... 13
3 Tingkatan Partisipasi Masyarakat ... 13
B Pembangunan Kepariwisataan di Indonesia. ... 15
1 Mandat UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan. ... 15
2 Mandat PP No.50/2011 Tentang RIPPARNAS ... 17
C Pariwisata Kota dan Kota Wisata ... 29
1 Pengertian. ... 29
2 Arti Kota Bagi Pariwisata. ... 30
3 Arti Pariwisata Bagi Kota ... 31
4 Konsepsi Pariwisata Kota (Urban Tourism). ... 31
5 Pengembangan Wisata Kota sebagai Pariwisata Masa Depan Indonesia. ... 32
6 Kota dan Sumberdayanya... .33
7 Strategi Pengembangan Wisata Kota yang Berkelanjutan. ... .34
D Kepariwisataan ... 37
E Kajian Geografi Terhadap Pariwisata ... 38
F Partisipasi Masyarakat dalam Pariwisata ... 40
G Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pariwisata ... 42
H Lingkup Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata ... 45
I Kepariwisataan Berbasis Masyarakat ... 48
K Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 54
1 Pengertian. ... 54
2 Indikator Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 54
a Pendidikan ... 54
b Pekerjaan/ Mata Pencaharian ... 56
c Pendapatan ... 56
L Pengetahuan dan Sikap ... 56
1 Pengetahuan ... 56
2 Sikap ... 57
MPariwisata dalam Pembelajaran Geografi ... 57
N Penelitian Relevan ... 62
O Kerangka Berfikir ... 64
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 65
A Metode Penelitian ... 65
B Pendekatan Penelitian. ... 65
C Populasi dan Sampel ... 66
1 Populasi. ... 66
2 Sampel. ... 66
D Variabel Penelitian ... 68
E Definisi Operasional. ... 69
F Instrumen Penelitian. ... 71
G Teknik Pengumpulan Data ... 72
H Teknik Pengolahan Data ... 73
I Teknik Analisis Data... 74
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 79
A Letak dan Luas Lokasi Penelitian. ... 79
B Gambaran Umum Pariwisata Kota Bukittinggi ... 82
C Daya Tarik Wisata yang Mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata ... 83
D Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 105
1 Karakteristik Responden. ... 105
a Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia. ... 105
b Responden Berdasarkan Asal Penduduk. ... 106
c Responden Berdasarkan Lama Menetap. ... 107
2 Kondisi Sosial Ekonomi Responden. ... 109
a Responden Berdasarkan Pendidikan Formal dan Nonformal ... 109
b Responden Berdasarkan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan ... 111
a Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 114
1) Partisipasi Ide/ Pikiran ... 114
2) Partisipasi Tenaga ... 118
3) Partisipasi Harta Benda ... 123
4) Partisipasi Keterampilan ... 126
5) Partisipasi Sosial ... 128
b Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 133
4 Analisis Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dengan Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Mendukung Bukittinggi Sebagai Kota Wisata. ... 135
5 Hasil Wawancara... 144
6 Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Geografi di Sekolah... 158
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.. ... 163
A Kesimpulan. ... 163
B Rekomendasi. ... 164
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun
2008-2013 . ... 1
1.2 Provinsi Tujuan Wisatawan di Indonesia 2012 . ... 2
1.3 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Sumatera Barat Tahun 2005-2009 . ... 2
1.4 Presentase Destinasi Wisata Favorit Saat Berkunjung ke Sumatera Barat Menurut Detik Travel . ... 3
1.5 Statistik Pertumbuhan Wisman dan Wisnus di Bukittinggi Tahun 2000-2014 . ... 4
2.1 Pewilayahan Pembangunan Kepariwisataan Nasional . ... 17
2.2 Sebaran 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional ... 25
3.1 Variabel Penelitian . ... 69
3.2 Kriteria untuk Analisis Persentase . ... 75
3.3 Nilai Interval Kelas Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat . ... 76
3.4 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 78
4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia . ... 105
4.2 Responden Berdasarkan Asal Penduduk ... 106
4.3 Responden Berdasarkan Lama Menetap . ... 107
4.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Formal dan Nonformal ... 109
4.5 Responden Berdasarkan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan ... 111
4.6 Responden Berdasarkan Pendapatan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan ... 112
4.7 Partisipasi Ide/Pikiran ... 115
4.8 Partisipasi Tenaga. ... 118
4.9 Partisipasi Harta Benda ... 124
4.10 Partisipasi Keterampilan ... 126
4.11 Partisipasi Sosial ... 128
4.12 Rata-rata Skor Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 133
4.13 Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Responden dengan Bentuk Partisipasi ... 137
4.14 Pengetahuan Responden Tentang Pariwisata ... 141
4.15 Sikap Masyarakat terhadap Pariwisata di Kota Bukittinggi ... 143
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Peta Sebaran 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata Nasional... 23
2.2 Peta Destinasi Pariwisata Nasional Padang - Bukittinggi dan Sekitarnya . . 24
2.3 Peta Sebaran 88 (Delapan Puluh Delapan) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional ... 27
2.4 Peta Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bukittinggi dan Sekitarnya . . 28
2.5 Prinsip-prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ... 34
2.6 Ilustrasi Pemangku Kepentingan dalam Pariwisata ... 43
2.7 Kerangka Berfikir. ... 64
4.1 Peta Propinsi Sumatera Barat. ... 80
4.2 Peta Administrasi Kota Bukittinggi. ... 81
4.3 Ngarai Sianok ... 84
4.4 Jam Gadang ... 85
4.5 Kebun Binatang Kinantan ... 86
4.6 Jembatan Limpapeh ... 86
4.7 Museum Rumah Adat Nan Baanjuang ... 87
4.8 Benteng Fort de kock ... 88
4.9 Monumen Bung Hatta ... 89
4.10 Lobang Jepang ... 90
4.11 Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma ... 91
4.12 Janjang Saribu... ... 92
4.13 Taman Panorama. ... 93
4.14 Pemandangan Ngarai Sianok dari Taman Panorama. ... 93
4.15 Taman Ngarai Maaram. ... 94
4.16 Kantor Balai Kota Bukittinggi. ... 95
4.17 Salah Satu Pemandangan Kota Bukittinggi yang Dapat Dilihat Dari Balai Kota Bukittinggi. ... 95
4.18 Great Wall of Koto Gadang. ... 96
4.19 Ngarai Sianik dari Puncak Great Wall of Koto Gadang. ... 97
4.20 Rumah Kelahiran Bung Hatta. ... 98
4.21 Beberapa Koleksi Museum Kelahiran Bung Hatta. ... 98
4.22 Pacuan Kuda Bukit Ambacang. ... 99
4.23 Istana Bung Hatta. ... 100
4.24 Perpustakaan Bung Hatta. ... 101
4.25 Peta Persebaran Daya Tarik Wisata di Kota Bukittingi. ... 104
4.26 DiagramResponden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia. ... 106
4.27 Diagram Responden Berdasarkan Asal Penduduk ... 107
4.28 Diagram Responden Berdasarkan Lama Menetap ... 108
4.30 Diagram Responden Berdasarkan Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan
Sampingan. ... 112
4.31 Diagram Responden Berdasarkan Pekerjaan Pokok. ... 114
4.32 Diagram Responden Berdasarkan Pendapatan Pekerjaan Sampingan. ... 114
4.33 Diagram Partisipasi Ide/Pikiran. ... 118
4.34 Diagram Partisipasi Tenaga... 123
4.35 Diagram Partisipasi Harta Benda. ... 125
4.36 Diagram Partisipasi Keterampilan... 127
4.37 Diagram Partisipasi Sosial. ... 132
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A Metode Penelitian
Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu
penelitian, karena dengan pemilihan metode yang tepat dalam penelitian, akan
menentukan keberhasilan suatu penelitian dan akan memperjelas langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2006, hlm.
151), “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpulkan bisa berupa data primer
maupun data sekunder”.
Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Tika (2005, hlm. 4), “Metode deskriptif adalah penelitian yang lebih
mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya,
walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Hasil penelitian
difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang
diteliti. Menurut Nazir (2003, hlm. 63), “Metode deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada
pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data
itu. Karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif dan
membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu lalu mengambil
bentuk studi kuantitatif angket, tes, interview dan lain-lain, atau mengadakan
klasifikasi ataupun mengadakan suatu penilaian, menentukan standar (normatif),
menetapkan hubungan dan kedudukan (status) satu unsur dengan unsur yang lain.
B Pendekatan Penelitian
Pendekatan geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
ekologi/lingkungan. Pendekatan ekologi/lingkungan dalam geografi berkenaan
dengan hubungan kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya. Adapun
ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia
66
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang,
namun pada keterkaitan antara feomena geosfer tertentu, dalam hal ini antroposfer
karena menganalisis partisipasi masyarakat dengan variabel lingkungan yang ada,
dalam hal ini kondisi fisik geografi karena membahas mengenai pariwisata.
Dalam pendekatan lingkungan, kerangka analisisnya tidak mengaitkan hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan
dengan fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta tindakan
manusia serta perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan
kesadaran akan lingkungan.
Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku
(behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan
gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan
nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi,
dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan.
C Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 112) “Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti atas semua
individu dan gejala yang ada di dalam penelitian”. Menurut Tika (2005, hlm. 24),
“Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas adalah himpunan
individu atau objek yang diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun
batasnya”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat Kota
Bukittinggi dengan jumlah penduduk 118.260 jiwa berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Kota Bukittinggi tahun 2014.
2. Sampel
Setelah diketahui populasi penelitian, tahap selanjutnya adalah menentukan
sampel penelitian. Menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 112) “Sampel adalah
bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi bersangkutan.
Menurut Tika (2005, hlm. 24),”Sampel adalah sebagian dari objek atau individu
67
digunakan rumus dari Taro Yamane (dalam Riduwan dan Akdon, 2010, hlm. 249)
sebagai berikut:
Dimana: n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan
Diketahui jumlah populasi masyarakat Kota Bukittinggi sebesar N= 118.260
jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bukittinggi tahun 2014 dan
tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 10%. Berdasarkan rumus tersebut
diperoleh jumlah sampel (n) untuk masyarakat sebagai berikut:
=
=
=
=
99,92, dibulatkan menjadi 100 responden.Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel sebanayak 100 responden.
Setelah diketahui jumlah sampel maka tahap selanjutnya adalah menentukan
teknik pengambilan sampel. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah penentuan sampel secara purposive sampling (sampel purposif).
Menurut Riduwan dan Akdon (2010, hlm. 247-248) mengemukakan bahwa
“Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel
untuk tujuan tertentu”.
Masyarakat Kota Bukittinggi tersebar dalam tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Kecamatan Guguk Panjang dan
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh. Daya tarik wisata terbanyak terletak di
Kecamatan Guguk Panjang yaitu sebanyak 17 daya tarik wisata. Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan terdapat dua daya tarik wisata sedangkan di Kecamatan
Aur Birugo Tigo Baleh tidak terdapat daya tarik wisata. Dengan pertimbangan
68
Penyebaran kuesioner terbanyak dilakukan di Kecamatan Guguk Panjang
mengingat di kecamatan inilah paling banyak terdapat daya tarik wisata.
Kemudian dilakukan secara proportionate stratified random sampling. Menurut
Riduwan dan Akdon (2010, hlm. 242) “Proportionate stratified random sampling
adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara
proporsional. Penyebaran kuesioner adalah sebagai berikut: Kecamatan Guguk
Panjang sebanyak 60%, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan sebanyak 30% dan
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh sebanyak 10%. Penyebaran kuesioner
dilakukan pada setiap kelurahan yang paling dekat dengan daya tarik wisata.
Kemudian ke tingkat RW sampai pada akhirnya ke tingkat RT yang paling dekat
dengan lokasi daya tarik wisata. Kemudian cara pengambilan sampel di lapangan
dengan memberikan nomor ganjil pada populasi lalu diambil yang bernomor
ganjil.
Sampel pemilihan informan kunci (key informan) untuk wawancara adalah
dipilih secara selective purposive sampling, yang dinilai mengetahui tentang
kepariwisataan di Kota Bukittinggi. Informan yang dipilih antara lain pihak Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi, Ketua Himpunan Pramuwisata
Indonesia (HPI) untuk Sumatera Barat sekaligus Bukittinggi, Ketua Komunitas
Insan Muda Pariwisata (KIMPAR), beberapa pengelola daya tarik wisata di Kota
Bukittinggi, yaitu Jam Gadang, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, dan
Rumah Kelahiran Bung Hatta.Dari informan dan reponde penelitian diharapkan
dapat terkumpul data, fakta, dan informasi tentang partisipasi masyarakat dalam
mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata.
D Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2006, hlm. 118) mengemukakan bahwa “Variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian atau apa yang akan
menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sementara menurut Singarimbun (1987,
hlm. 42) mengemukakan bahwa “Variabel penelitian adalah pengelompokkan
yang logis dari dua atau lebih atribut”.
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel independen
dan variabel dependen. Menurut Sugiyono (2001, hlm. 4) “Variabel independen
69
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel dependen
(terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya varibael bebas”.
1 Variabel Bebas (X)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kondisi sosial
ekonomi masyarakat meliputi : pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan/mata
pencaharian.
2 Variabel Terikat (Y)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah bentuk partisipasi
masyarakat (partisipasi buah pikiran, partisipasi tenaga, partisipasi harta,
partisipasi keterampilam dan partisipasi sosial). Variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Variabel X Variabel Y
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
1 Tingkat Pendidikan 2 Tingkat Pendapatan 3 Mata Pencaharian
Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata
Sumber: Hasil Pengklasifikasian Rumusan Masalah Penelitian, 2015
E Definisi Operasional
Menurut Singarimbun (1995, hlm. 46) definisi operasional adalah unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.
Dengan kata lain definisi operasioanl berisi tentang indikator-indikator yang akan
digunakan untuk mengukur variabel.
Untuk menghindari kekeliruan dalam membaca dan menafsirkan
istilah-istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka adapun definisi
operasionalnya adalah sebagai berikut :
70
Menurut Sumardi (2001, hlm. 21) mengemukakan bahwa “Kondisi sosial
ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan
seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai
pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si
pembawa status. Melly G. Tan (dalam Koentjaraningrat, 1981, hlm. 35)
mengemukakan bahwa “Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi adalah adalah
pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan/pendapatan”.
a Pendidikan
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003, pendidikan diartikan sebagai: “Usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spriritual keagamanaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”
Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 jalur pendidikan dibagi menjadi:
Pertama, jalur formal yang terdiri dari pendidikan dasar seperti Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain
yang sederajat, kemudian pendidikan menengah yang terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah jurusan seperti SMA, MA, SMK,
MAK atau bentuk lain yang sederajat serta pendidikan tinggi yang dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Kedua
jalur nonformal dan ketiga jalur informal.
b Pendapatan
Menurut Soemardi dan Evers (1982, hlm. 8) mengemukakan, “Tingkat
pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga beserta anggota
keluarganya yang bersum-ber dari sektor formal, sektor informal dan sektor
subsistem dalam waktu satu bulan yang diukur berdasarkan rupiah.
c Pekerjaan/Mata Pencaharian
Menurut Susanto, 1993, hlm. 183, bahwa “Mata pencaharian dibedakan
menjadi dua yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan.
71
sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan merupakan mata
pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencaharian
sampingan adalah mata pencaharian di luar mata pencaharian pokok”.
2. Partisipasi Masyarakat
Isbandi, 2007, hlm : 27 mengemukakan bahwa “Partisipasi masyarakat
adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan, dan pengambilan keputusan tentang
alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah,
dan keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi”.
Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (2005, hlm. 11) terdapat lima
bentuk-bentuk partisipasi masyarakat sebagai berikut:
a Partisipasi buah pikiran atau ide adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.
b Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dpaat menunang keberhasilan suatu program. c Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta
benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
d Partisipasi keterampilan yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
e Partisipasi sosial, partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.
F Instrumen Penelitian
Dalam sebuah penelitian salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
adalah penyusunan instrumen penelitian. Instrumen penelitian sangat dibutuhkan
karena akan memudahkan peneliti dalam mendapatkan data yang dibutuhkan.
Menurut Arikunto (2006 hlm 160), “Instrumen Penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sementara menurut
72
digunakan dalam mengkaji fenomena alam maupun fenomena sosial obyek kajian
yang akan diamati.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yang dalam
hal ini responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan di
dalam kuesioner tersebut. Arikunto (2010, hlm. 194) berpendapat bahwa
“Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui”.
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui kuesioner selanjutnya
dideskripsikan melalui penyajian data untuk memperoleh gambaran tentang
partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata.
G Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian. Pengumpulan data penelitian dimaksudkan untuk pencatatan elemen
penelitian. Tanpa menegtahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan
mendapatakan data yang memenuhi standar yang ditetapkan.
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 137) mengemukakan bahwa “Terdapat dua
hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data”. Agar data yang diperoleh
dari berbagai sumber yang mendukung dapat terkumpul teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Observasi (pengamatan)
Menurut Tika (2005, hlm. 44) observasi adalah cara dan teknik
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang ada pada objek penelitian. Observasi lapangan ini
dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan persebaran angket penelitian
untuk mengetahui dan menjawab rumusan masalah dari penelitian ini.
2 Wawancara
Menurut Nasution (dalam Tika, 2005, hlm. 75) wawancara (interview)
adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan memperoleh informasi
dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan
73
dilakukan kepada masyarakat untuk mengetahui seberapa besar partisipasi
masyarakat dalam mendukung Kota Bukittinggi sebagai Kota Wisata.
3 Kuesioner
Sugiyono (2011, hlm. 142) mengemukakan bahwa “Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.
Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada masyarakat Kota Bukittinggi
yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang partisipasi masyarakat
untuk mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata.
4 Studi Literatur
Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada
kaitannya dengan masalah penelitian seperti : buku-buku , skripsi angkatan
terdahulu, dan media elektronik seperti internet. Dalam hal ini terutama
menyangkut partisipasi masyarakat dan partisipasi masyarakat pada sektor
pariwisata.
5 Studi Dokumentasi
Menurut Sumaatmadja (1988, hlm 109), studi dokumentasi adalah informasi
dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan obyek yang dipelajari.
Teknik pengumpulan data ini didapatkan dari hasil catatan pada masa lalu yaitu
berupa peta, tabel, serta dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini.
Studi dokumentasi juga dibutuhkan untuk pengambilan bukti berupa gambar di
daerah penelitian.
H Teknik Pengolahan Data
Menurut Hasan (2006, hlm. 24) “Pengolahan data adalah suatu proses dalam
memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara
atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari
hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehiingga memberikan arah untuk
pengkajian lebih lanjut (Sudjana, 2001, hlm. 128).
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan
komputasi SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0. Pengolahan
74
1. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengkoreksian data yang telah terkumpul,
tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada
pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi.
2. Coding (Pengkodean)
Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka
atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau
data yang akan dianalisis.
3. Pemberian skor atau nilai
Pemberian skor atau nilai yaitu pemberian nilai berupa angka pada jawaban
pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif. Dalam penelitian ini urutan
pemberian skor berdasarkan tingkatan jawaban yang diteima dari responden.
(Supranto, 2003, hlm. 402), yaitu
aUntuk jawaban sangat sering mendapat skor 4 bUntuk jawaban sering mendapat skor 3 cUntuk jawaban jarang mendapat skor 2 dUntuk jawaban tidak pernah mendapat skor 1
4. Tabulasi
Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi
diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil tabulasi dapat
berbentuk:
aTabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai arsip. bTabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden tertentu
dan tujuan tertentu.
cTabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah dianalisa. (Hasan, 2006, hlm. 20).
I Teknik Analisis Data
Langkah selanjutnya setelah data-data yang diperlukan peneliti telah
didapatkan maka data tersebut dianalisis agar tujuan penelitian segera tercapai.
Menurut Wardiyanta (2006, hlm. 37) menyatakan bahwa “Analisis data pada
dasarnya merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
75
Analisis yang digunakan dalam pengolahan data hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Analisis Persentase
Analisis persentase dilakukan dengan menggunakan perhitungan prosentase,
digunakan untuk mengetahui seberapa kecendrungan frekuensi jawaban
responden dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
P = persentase
f = frekuensi dari setiap jawaban
n = jumlah seluruh frekuensi alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden.
Untuk penafsiran dari hasil perhitungan, menggunakan parameter yang
dikemukakan oleh Santoso (dalam Sugianto, 2009, hlm. 34) dengan parameter
yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kriteria untuk Analisis Persentase
Persentase Kriteria
100 Seluruhnya
75 - 99 Sebagaian besar
51 - 74 >Setengahnya
50 Setengahnya
25 - 49 <Setengahnya
1 - 24 Sebagian kecil
0 Tidak ada
Sumber : Santoso (dalam Sugianto, 2009, hlm. 34)
2. Tabulasi Silang (Crosstab)
Menurut Tika (2005, hlm. 74) mengemukakan bahwa “Tabel analisis (talk
tabel) adalah tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah dianalisis dan
dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan. Jenis analisis tabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tabel silang. Tabel silang dibuat dengan cara memecah
lebih lanjut setiap kesatuan data dalam setiap kategori menjadi dua subsekwen.
Pemecahan kesatuan data menjadi subkesatuan tergantung pada tujuan serta
76
Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat, dari daftar pertanyaan
kuesioner dilakukan penskoringan. Perhitungan tingkat partisipasi masyarakat
dibagi menjadi empat kategori (C), yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan
tinggi. Dari daftar pertanyaan kuesioner dilakukan penskoringan. Penskoringan
tingkat partisipasi ini dengan ketentuan: (1) bila responden menjawab sangat
sering, maka dinilai dengan 4 poin; (2) bila responden menjawab sering, maka
dinilai 3 poin; (3) bila responden menjawab jarang, maka dinilai 2 poin; serta (4)
bila responden menjawab tidak pernah, maka dinilai 1 poin. Kemudian mencari
nilai maksimum dan nilai minimumnya.
Nilai maksimum yaitu skor tertinggi yang dapat diraih responden yaitu 4
dan nilai minimum yaitu skor terendah yang diraih responden yaitu 1. Selanjutnya
mencari nilai interval kelas yang besarnya sama dengan nilai maksimum
dikurangi nilai minimum dibagi jumlah kategori.
Kemudian, untuk mengetahui tingkat partisipasi dari masing-masing bentuk
partisipasi skor pada data dan informasi yang dianalisis dan kemudian dihitung
kumulatif yang akhirnya dapat dihitung rata-ratanya. (Ali, 1997, hlm. 113).
Setelah nilai inteval diketahui selanjutnya menentukan kategori tingkat partisipasi
masyarakat Nilai interval kelas dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Nilai Interval Kelas Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat
No. Interval Kelas Kategori
1 3,25 - 4,00 Tinggi
2 2,50 - 3,24 Sedang
3 1,75 - 2,40 Rendah
4 1,00 - 1,74 Sangat Rendah
4. Korelasi
Prosedur statististik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
77
a Korelasi Spearman Rank (rho)
Prosedur statistik ini bertujuan untuk mengukur tingkat atau eratnya
hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat dengan
jenis data ordinal dengan ordinal. Variabel yang dihubungkan dengan prosedur
statistik Spearman Rank antara lain:
pendidikan dengan partisipasi masyarakat
1) Pendapatan dengan partisipasi masyarakat
2) Pendidikan dengan partisipasi masyrakat
Rumus yang digunakan pada Korelasi Spearman Rank (Riduwan dan
Sunarto, 2013) adalah sebagai berikut :
)
rs = koefisien korelasi Spearman
d2= selisih setiap pasangan rank
n = banyaknya pasangan data
Pembuatan keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak
dengan cara sebagai berikut :
Ha : terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan
bentuk partisipasi masyarakat.
Ho : tidak ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi .masyarakat dengan bentuk partisipasi masyarakat.
Analisis data dengan prosedur Spearman Rank (rho) dan Koefisien
Kontingensi menggunakan SPSS ver.16.0. Dasar pengambilan keputusan dalam
uji korelasi Spearman Rank (rho) dan koefisien kontingensiadalah sebagai
berikut :
1) Jika nilai sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi masyarakat.
2) Jika nilai sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi
78
3) Jika nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara kondisi sosial
ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi masyarakat.
4) Jika nilai r = 1 atau r = - 1, artinya telah terjadi hubungan linier sempurna
berupa garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang makin mengarah ke angka 0
maka garis makin tidak lurus.
Tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar varibel berkisar antara ± 0,00
sampai ± 1,00 tanda + adalah positif dan tanda – adalah negatif.
b Koefisien Kontingensi
Koefisien kontingensi digunakan untuk menghitung hubungan antar jenis
variabel dengan jenis data berbentuk nominal. Variabel yang dihubungkan dengan
prosedur statistik koefisien kontingensi adalah mencari hubungan jenis pekerjaan
dengan partisipasi masyarakat.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang
tertera pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan skripsi mengenai “Partisipasi
Masyarakat dalam Mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata maka
dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A Kesimpulan
Terdapat 5 bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung Bukittinggi
sebagai Kota wisata dengan 4 kategori tingkatan (sangat rendah, rendah, sedang
dan tinggi). Bentuk-bentuk partisipasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi ide pikiran, dalam hal mengikuti rapat dan memberikan
saran/pendapatan dalam rapat dengan kategori tingkat partisipasi sangat
rendah.
2. Partisipasi tenaga, dalam hal menjaga keamanan lingkungan, gotong
royong/kerja bakti, penghijauan, menangani masalah sampah, menanam pohon
di pekarangan rumah dan menanam tanaman hias di pekarangan rumah dengan
kategori tingkat partisipasi sedang.
3. Partisipasi harta benda, dalam hal iuran keamanan dan sampah serta
menyumbangkan bibit/pupuk saat penghijauan dengan kategori tingkat
partisipasi tinggi.
4. Partisipasi keterampilan, dalam hal mengajarkan masyarakat lain membuat
souvenir/cinderamata dan mengajak warga lain menanam pohon dengan
kategori tingkat partisipasi sangat rendah.
5. Partisipasi sosial, dalam hal menaati peraturan terkait pariwisata, membagi
informasi kepada warga lain terkait tata tertib pariwisata, membagi informasi
kepada warga lain pentingnya pengembangan produk khas, membagi informasi
kepada warga lain pentingnya bersikap ramah, aktif dalam pokdarwis, dan
keterlibatan dalam event pariwisata dengan kategori tingkat partisipasi rendah.
Berdasarkan skor yang dicapai masing-masing bentuk partisipasi tersebut,
maka secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam
mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata termasuk kategori tingkat partisipasi
164
Kondisi sosial ekonomi masyarakat (tingkat pendidikan, mata pencaharian,
dan tingkat pendapatan) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam dalam mendukung Bukittinggi
sebagai Kota Wisata. Dalam arti semakin tinggi tingkat pendidikan, maupun
tingkat pendapatan tidak menjamin masyarakat untuk turut berpartisipasi.
B Rekomendasi
Dalam mendukung Bukittinggi sebagai Kota Wisata sangat diperlukan
partisipasi dari masyarakat sebagai tuan rumah. Berdasarkan penelitian di
lapangan, peneliti memberikan beberapa rekomendasi terkait upaya peningkatan
partisipasi masayarkat dalam mendukung Bukittinggi sebagai kota wisata,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1 Bagi Pemerintah
a Perlu sosialisasi lebih dalam kepada masyarakat Kota Bukittinggi secara
langsung. Hal ini harus segeraa dilakukan karena dikhawatirkan membuat
masyarakat Kota Bukittinggi akan lebih tidak memperhatikan kelangsungan
pariwisata di Kota Bukittinggi.
b Pemerintah hendaknya tidak hanya membangun sarana fisik saja, tetapi juga
lebih memperhatikan aspek Sumber Daya Manusia, dalam hal ini perlu
meningkatkan pelatihan dan pembinaan secara terpadu, terarah dan terencana
guna meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan keahlian
mereka untuk mendukung pariwisata di Kota Bukittinggi.
c Melibatkan masyarakat mulai dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi.
Komunikasi aktif antara semua pihak akan mendorong masyarakat untuk ikut
mendukung dan berpartisipasi aktif di dalamnya.
d Diaktifkan kembali kesenian tradisional yang melibatkan masyarakat sekaligus
yang menjadi salah satu motivasi wisatawan khususnya wisatawan
mancanegara untuk berkunjung ke Kota Bukittinggi.
2 Bagi Masyarakat
a Pengaktifan kembali fungsi dari Pokdarwis dan organisasi yang terkait dengan
pariwisata yang telah dibentuk dalam melakukan peningkatan pelayanan
165
b Masyarakat perlu memahami dan lebih mendalami mengenai Sapta Pesona dan
Sadar Wisata sehingga pengunjung yang datang akan lebih puas dan senang
untuk berkunjung.
c Masyarakat harus lebih antusias lagi dan meningkatkan keterlibatannya saat
diadakan sosialisasi atau penyuluhan terkait program pariwisata di Kota
Bukittinggi.
d Masyarakatlah yang menjadi tuan rumah. Wisatawan akan berhubungan secara
langsung dengan masyarakat di daerah destinasi wisata. Ketika masyarakat