Euis Istikomah, 2015
PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS XI IIS 2 SMAN 3 CIMAHI)
Euis Istikomah. 1002156. euisisti24@gmail.com
ABSTRAK
Skripsi ini mengambil judul “Penerapan Metode Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa kelas XI IIS 2 di SMA Negeri 3 Cimahi)”. Pembelajaran sejarah selama ini kurang melatih keterampilan komunikasi siswa di dalam kelas sehingga keterampilan komunikasi siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Keterampilan komunikasi yang ditingkatkan meliputi keterampilan komunikasi pada saat menjawab pertanyaan dari guru, keterampilan komunikasi pada saat berdiskusi, keterampilan komunikasi pada saat membuat laporan dalam bentuk tulisan, keterampilan komunikasi pada saat presentasi dan keterampilan komunikasi pada saat menjawab pertanyaan dari siswa lain. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode think-pair-share mampu meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi. Keterampilan komunikasi siswa meningkat terlihat dari cara siswa menjawab pertanyaan dari guru, melakukan diskusi, membuat laporan dalam bentuk tulisan, presentasi dan menjawab pertanyaan dari siswa lain.
Kata kunci : Metode Think-Pair-Share, Keterampilan Komunikasi Siswa, PTK
ENHANCE STUDENTS’S COMMUNICATION SKILLS THROUGH THE IMPLEMENTATION OF THINK-PAIR SHARE METHOD IN HISTORY SUBJECT (CLASSROOM ACTION RESEARCH IN XI IIS 2 SMA NEGERI 3
CIMAHI)
Euis Istikomah. 1002156. euisisti24@gmail.com
ABSTRACT
The problem in this research content is about the lack of comunication skills in History subject. The purpose of this research is to enhancing the student’s comunication skills by applying the implementation of Think-Pair Share method on History Subject in XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi at Academic Year 2014/2015.
Euis Istikomah, 2015
Based on the results, this research has a conclusion that the implementation of Think-Pair share Method enhanced student’s communication skills on History Subject in XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi. This enhancement seen from the way students answering teacher’s questions, rollin to discussion, have a good literature reports, the way they presenting their worksheet and answers the questions from the other students.
Euis Istikomah, 2015
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ··· i
UCAPAN TERIMA KASIH ··· ii
ABSTRAK ··· iii
DAFTAR ISI ··· vii
DAFTAR TABEL ··· viii
DAFTAR GAMBAR ··· x
BAB I PENDAHULUAN ··· 1
A. Latar Belakang Penelitian ··· 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ··· 5
C. Tujuan Penelitian ··· 6
D. Manfaat Penelitian ··· 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ··· 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ··· 9
A.Pembelajaran Sejarah ··· 9
B. Keterampilan Komunikasi Siswa··· 12
C. Pembelajaran Cooperative Learning ··· 14
1. Pengertian Cooperative Learning ··· 14
2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Cooperative Learning ··· 16
3. Tipe-Tipe Cooperative Learning ··· 17
D. Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Share ··· 19
1. Karakteristik Metode Think-Pair-Share ··· 21
2. Langkah-langkah Metode Think-Pair-Share ··· 22
3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Think-Pair-Share ··· 23
Euis Istikomah, 2015
E. Penerapan Metode Think-Pair-Share untuk Meningkatkan
Keterampilan Komunikasi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah ··· 24
F. Penelitian Relavan ··· 27
BAB III METODOGI PENELITIAN ··· 29
A. Subjek dan Lokasi Penelitian ··· 29
B. Metode Penelitian ··· 30
C. Desain Penelitian ··· 31
D. Fokus Penelitian ··· 35
1. Metode Think-Pair-Share dalam Pembelajaran Sejarah ··· 35
2. Keterampilan Komunikasi Siswa ··· 36
E. Instrumen Penelitian ··· 37
F. Teknik Pengumpul Data ··· 38
G. Analisis Data ··· 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ··· 42
A. Hasil Penelitian ··· 42
1. Kondisi Guru Sejarah ··· 42
2. Kondisi Siswa Kelas XI IIS 2 dalam Pembelajaran Sejarah··· 42
3. Deskripsi Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan Penerapan Metode Think-Pair-Share ··· 43
a. Deskripsi Tindakan Siklus I ··· 43
1) Perencanaan (Plan) ··· 43
2) Pelaksanaan (Act)··· 44
3) Observasi (Observation) ··· 48
4) Refleksi (Reflection) ··· 63
b. Deskripsi Tindakan Siklus II ··· 67
1) Perencanaan (Plan) ··· 67
2) Pelaksanaan (Act)··· 67
Euis Istikomah, 2015
4) Refleksi (Reflection) ··· 87
c. Deskripsi Tindakan Siklus III ··· 90
1) Perencanaan (Plan) ··· 90
2) Pelaksanaan (Act)··· 91
3) Observasi (Observation) ··· 94
4) Refleksi (Reflection) ··· 111
d. Deskripsi Tindakan Siklus IV ··· 114
1) Perencanaan (Plan) ··· 114
2) Pelaksanaan (Act)··· 114
3) Observasi (Observation) ··· 117
4) Refleksi (Reflection) ··· 133
B. Pembahasan Hasil Penelitian ··· 136
1. Deskripsi Hasil Pengolahan Data Penelitian Penerapan Metode Think-Pair-Share ··· 137
a. Perencanaan Pembelajaran Sejarah dengan Menerapkan Metode Think-Pair-Share ··· 137
b. Melaksanakan Tahap-Tahap Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Think-Pair-Share ··· 140
c. Peningkatan Keterampilan Komunikasi Siswa dengan Menerapkan Metode Think-Pair-Share ··· 143
1) Deskripsi Data Hasil Keterampilan Komunikasi Siswa dengan Menerapkan Metode Think-Pair-Share ··· 143
2) Deskripsi Data Laporan Hasil Diskusi Kelompok ··· 154
d. Upaya-upaya Guru untuk Mengatasi Kendala dalam Penerapan Metode Think-Pair-Share ··· 158
Euis Istikomah, 2015
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ··· 164
A. Kesimpulan ··· 164
B. Rekomendasi ··· 166
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Euis Istikomah, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran dikatakan berlangsung secara efektif apabila tujuannya tercapai
sesuai dengan yang telah direncanakan. Para siswa dapat mengikuti pembelajaran
itu secara mudah dan menyenangkan. Gurunya pun melakoninya dengan lancar
tanpa merasa beban di dalamnya. Permasalahan pembelajaran muncul ketika
tujuan belum sesuai dengan yang telah direncanakan. Pembelajaran sejarah
contohnya, dalam penerapannya di kelas masih ditemukannya permasalahan yang
beragam. Salah satu permasalahan yang menjadi perhatian peneliti yang
ditemukan di kelas yaitu permasalahan mengenai keterampilan komunikasi siswa.
Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang penting dalam
pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran sejarah. Dimyati dan Mudjiono
(2009, hlm. 143) menjelaskan bahwa :
Komunikasi dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh-contoh kegiatan dari keterampilan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis.
Berdasarkan pendapat Dimyati dan Mudjiono di atas, keterampilan komunikasi
siswa adalah keterampilan dalam menyampaikan informasi yang dapat dilihat dari
kegiatan-kegiatan siswa di kelas. Kegiatan siswa yang umum terjadi di kelas
mencangkup: menyimak, bertanya, berdiskusi, presentasi, tanya jawab dan
kegiatan lainnya. Permasalahan yang terjadi adalah keterampilan komunikasi
siswa yang masih rendah dalam pembelajaran.
Permasalahan mengenai keterampilan komunikasi terindikasi ketika peneliti
melakukan observasi pada kelas XI IIS 2 di SMAN 3 CIMAHI. Keterampilan
komunikasi siswa masih rendah terlihat dari beberapa kegiatan yang terjadi pada
saat pembelajaran sejarah berlangsung. Pertama, keterampilan komunikasi siswa
pada saat guru memberikan pertanyaan. Pada saat guru memberikan pertanyaan
kepada siswa untuk melihat kemampuan awal siswa di awal pembelajaran, masih
2
Euis Istikomah, 2015
komunikasi siswa pada saat diskusi kelompok. “Komunikasi kelompok ialah
proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap
muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya”(Cangara, 2002, hlm. 32). Ketika siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok, masih belum terlihat adanya interaksi siswa dalam kelompok. Ada
siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, ada siswa yang
mengobrol diluar topik pembelajaran, dan ada pula siswa yang hanya diam. Hal
ini mengindikasikan bahwa keterampilan komunikasi siswa pada saat kegiatan
diskusi kelompok kurang berjalan dengan baik.
Ketiga, keterampilan komunikasi siswa pada saat membuat laporan dalam
bentuk tulisan. Itu teramati dari laporan dalam bentuk tulisan yang dibuat oleh
siswa masih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Laporan dalam bentuk tulisan
tersebut hanya memaparkan apa yang diketahui siswa tanpa didasarkan fakta-fakta
sejarah yang ada. Penulisan dalam laporan tersebut belum menunjukan adanya
pemahaman siswa terhadap tugas yang diberikan, siswa hanya menulis seadanya
dengan informasi yang terbatas. Selain itu dalam laporan yang dibuat oleh siswa
tersebut, tidak adanya analisis dan pendapat dari kelompok. Keempat,
keterampilan komunikasi siswa pada saat melakukan presentasi di depan kelas.
Keterampilan komunikasi siswa yang rendah pada saat presentasi terindikasi dari
penjelasan yang diutarakan oleh siswa masih belum menarik perhatian siswa dan
guru. Cara penyampaiannya masih bersifat monoton dan informasi yang
disampaikan belum dapat dimengerti oleh siswa lain. Disamping itu juga, kurang
adanya pendapat dari siswa yang tampil, dan dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh siswa ketika sesi tanya jawab, siswa yang menjelaskan di depan
masih kurang dapat memberikan penjelasan dengan baik.
Kegiatan-kegiatan tersebut mengindikasikan bahwa siswa dalam
mengkomunikasikan jawaban atau pendapat masih kurang terampil. Sehingga
perlu adanya perbaikan dan latihan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
yang baik. Komunikasi yang baik antara siswa dengan guru dapat terjalin apabila
adanya interaksi atau timbal balik guru dan siswa, seperti menjawab pertanyan
3
Euis Istikomah, 2015
dengan siswa lainnya terjalin dengan baik ketika siswa dapat saling berinteraksi
dan bertukar ide atau pendapat Hal ini menarik perhatian peneliti dan bermaksud
memperbaiki kondisi pembelajaran sejarah dengan meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa. Keterampilan komunikasi siswa sangat penting dalam
pembelajaran sejarah karena merupakan salah satu jenis keterampilan dalam
keterampilan proses. Dimyati dan Mudjiono memamparkan bahwa ada berbagai
keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut
terdiri dari keterampilan dasar (basic skills) dan
keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skill).
Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan yakni:
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri
dari: mengidentifikasi variable, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam
bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan
mengolah data, menganalisa penelitian, menyususn hipotesis, mendefinisikan
variable secara operational, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen
(Dimyati dan Mudjiono 2009, hlm. 140). Dari uraian di atas, keterampilan
komunikasi merupakan salah satu dari keterampilan dasar (basic skill) dalam
keterampilan proses.
Keterampilan komunikasi dianggap penting dalam pembelajaran sejarah
karena apabila dianalogikan, keterampilan komunikasi merupakan salah satu
rangkaian sistem, dimana apabila salah satu rangkaian sistem itu tidak berjalan
dengan baik, maka sistem tersebut tidak akan berjalan dengan baik dan lancar.
Sama halnya dalam pembelajaran sejarah di kelas. Setelah siswa melakukan
observasi, dilanjutkan dengan mengklarifikasi, memprediksi, mengukur,
menyimpulkan dan selanjutnya mengkomunikasikan. Tanpa adanya keterampilan
komunikasi, rangkaian pembelajaran kurang berjalan dengan baik. Contohnya
pembelajaran sejarah dapat dikatakan bermakna apabila siswa dapat mengamati
suatu peristiwa sejarah dalam tayangan video dan siswa juga dapat
4
Euis Istikomah, 2015
Kurikulum 2013 yang merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya yaitu
KTSP memandang bahwa dalam pembelajaran sejarah perlu adanya
pengembangan aspek keterampilan (skill). Salah satu aspek keterampilan yang
perlu dikembangkan menurut peneliti adalah keterampilan komunikasi siswa.
Namun pada kenyataannya, dilihat dari pemaparan permasalahan di kelas yang
peneliti uraikan sebelumnya ternyata keterampilan komunikasi siswa masih
rendah. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan pendidikan dimana kompetensi
lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia
seutuhnya (Sidiknas, 2014 dalam
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013)
Berkaitan dengan masalah yang ditemukan di kelas yaitu keterampilan
komunikasi siswa yang masih rendah, peneliti mencoba menghubungakan metode
yang relavan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi. Metode yang dipilih
untuk meningkat keterampilan komunikasi siswa adalah metode think-pair-share.
Metode ini adalah metode yang dapat melatih siswa untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi siswa pada tiap langkah penerapannya. Mulai dari tahap
berpikir (think) siswa dilatih untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran secara
individu. Selanjutnya pada tahap (pair) siswa dapat mengembangkan
keterampilan komunikasi dengan pasangannya dan berbagi informasi serta
pendapat. Pada tahap terakhir dalam metode think-pair-share adalah berbagi
(share) dimana siswa dilatih untuk mengkomunikasikan jawaban dari hasil
berdiskusi dengan pasangan kepada siswa lain di kelas.
Menurut Isjoni ( 2007, hlm. 78) pembelajaran dengan menggunakan metode
think-pair-share adalah sebagai berikut.
5
Euis Istikomah, 2015
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa salah satu cara yang efektif adalah dengan menggunakan
metode think-pair-share. Hal ini beralasan karena siswa dilatih untuk
mengkomunikasikan jawaban dari hasil berpikir secara individu, dan berpasangan.
Melihat keunggulan dari metode think-pair-share dan masalah yang ditemukan di
lapangan, maka peneliti tergugah untuk menerapkan metode think-pair-share.
Dengan diterapkannya metode think-pair-share diharapkan siswa mengalami
peningkatan dalam keterampilan komunikasi terhadap materi pembelajaran
sejarah kepada siswa lainnya maupun guru, dengan begitu siswa dilatih
mengutarakan pendapat dan dilatih untuk menjadi siswa yang terampil dalam
berkomunikasi di depan umum. Dengan dasar pemikiran itulah peneliti termotivasi untuk melaksanakan penelitian tentang “Penerapan Metode Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa pada
Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang akan
menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam peneletian
ini adalah “Bagaimana Metode Think-Pair-Share dapat Meningkatkan
Keterampilan Komunikasi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di kelas XI IIS 2
SMA Negeri 3 Cimahi ?”
Untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan
penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana merencanakan metode think-pair-share untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 2
SMA Negeri 3 Cimahi ?
2. Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan metode think-pair-share untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah di
kelas XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi ?
3. Bagaimana peningkatan keterampilan komunikasi siswa setelah diterapkan
metode think-pair-share dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 2 SMA
6
Euis Istikomah, 2015
4. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam menerapkan
metode think-pair-share untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa
dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan di atas, secara umum penelitian ini untuk memperoleh gambaran di
lapangan secara faktual mengenai penerapan metode think-pair-share untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah di
kelas XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi. Secara khusus penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perencanaan metode think-pair-share untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 2
SMA Negeri 3 Cimahi;
2. Menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan metode think-pair-share untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah di
kelas XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi;
3. Menguraikan peningkatan keterampilan komunikasi siswa setelah diterapkan
metode think-pair-share dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 2 SMA
Negeri 3 Cimahi;
4. Memaparkan upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam
menerapkan metode think-pair-share untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 2 SMA Negeri
3 Cimahi.
7
Euis Istikomah, 2015
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan akan
memberikan manfaat bagi guru sejarah, siswa SMA, dan bagi peneliti. Manfaat
penelitian ini secara khusus yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Pelaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru
untuk lebih mudah dalam memberikan materi sejarah dengan diterapkannya
metode think-pair-share.
2. Bagi Siswa
Penerapan metode think-pair-share dapat melatih siswa untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi, seperti keterampilan komunikasi
dalam presentasi, diskusi maupun tanya jawab. Sehingga ke depannya siswa
akan terampil dalam berkomunikasi.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menerapkan metode think-pair-share di kelas ketika sudah terjun
sebagai pengajar. Penelitian ini juga memberikan motivasi bagi peneliti untuk
lebih belajar metode-metode yang baik untuk diterapkan pada mata pelajaran
sejarah.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Penulisan Skripsi dan hasil penelitian ini, peneliti susun ke dalam lima bab
sesuai dengan struktur organisasi skripsi yang disesuaikan dengan buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI. Adapun struktur organisasi
yang dimaksud adalah:
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi ringkasan secara rinci mengenai latar
belakang penulisan yang menjadi alasan peneliti untuk mengkaji dan melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Metode Think-Pair-Share untuk
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa pada Pembelajaran sejarah di
8
Euis Istikomah, 2015
diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi dalam penyusunan skripsi.
Bab II Kajian Pustaka. Dalam bab ini dijelaskan secara terperinci mengenai
konsep dan variabel yang berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari
berbagai sumber literature yang disusun ke dalam beberapa sub bab yang
berhubungan dengan metode think-pair-share.
Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini dijelaskan mengenai metode
peneletian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Tahapan-tahapan dan
langkah-langkah dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir dalam penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini berisi mengenai hasil
penelitian yang telah dilakukan, pembahasan mengenai seluruh informasi dan
data-data yang diperoleh peneliti tentang metode think-pair-share untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi siswa.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada bab terakhir dalam penyusunan
skrispi ini peneliti memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang berisi
tentang rancangan, penerapan, hasil dan kendala yang merupakan jawaban dari
point-point dari pernyataan penelitian mengenai penerapan metode
think-pair-share untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa dan juga rekomendasi
Euis Istikomah, 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
[image:15.595.138.523.219.530.2]A. Subjek dan Lokasi Penelitian
Gambar 3.1 Denah Sekolah SMA Negeri 3 Cimahi
Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SMA Negeri 3 Cimahi
yang beralamat di Jalan Pesantren No. 161 Kota Cimahi. Sekolah SMA Negeri 3
Cimahi merupakan salah satu sekolah favorit di kota cimahi. Sarana dan prasarana
di sekolah ini sudah cukup memadai dengan banyak fasilitas-fasilitas yang
disedikan. Sekolah ini peneliti pilih sebagai lokasi penelitian karena di sekolah ini
dalam mata pelajaran sejarah belum pernah dikembangkan proses pembelajaran
melalui metode think-pair-share, sehingga metode ini dapat dijadikan referensi
untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran. R 4
Ke
R 5
R 9 R 8 R7 Toilet
Mesjid
R3
R2
R1
Parkiran Mobil
Lapangan Upacara
R 13 R12 R11 R10 Ruang TU
Ruang Guru
Ruang piket
Parkiran Motor Gerbang
R14
R15
30
Euis Istikomah, 2015
Penelitian dilakukan di kelas XI IIS 2 dengan siswa yang dijadikan subjek
penelitian berjumlah 40 orang dengan komposisi 20 orang laki-laki dan 20 orang
perempuan. Alasan peneliti memilih kelas ini adalah karena karakteristik siswa di
kelas yang peneliti jadikan subjek penelitian berbeda dengan kelas yang lain.
Siswa di kelas ini memiliki potensi yang besar dalam pemahaman sejarah akan
tetapi potensi itu belum digali secara optimal karena masih ada masalah dalam hal
keterampilan mengkomunikasikan. Dengan diberlakukannya kurikulum yang baru
yaitu kurikulum 2013 diharapkan siswa dapat mengembangkan kecakapan sosial
yang salah satunya adalah keterampilan komunikasi dalam pembelajaran sejarah.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berkaitan erat dengan
penelitian kualitatif, karena memang dalam pengumpulan datanya menggunakan
pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2013, hlm. 140) menjelaskan bahwa:
Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan
Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan
kegiatan, contoh kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Penelitian tindakan
menggabungkan kegiatan penelitian atau pengumpulan data dengan penggunaan
hasil penelitian atau pengumpulan data. Kegiatan ini dilakukan secara timbal balik
membentuk spiral: rencana, pengamatan dan refleksi. Langkah-langkah penelitian
tindakan menurut Deborah South dalam buku Sukmadinata meliputi: 1)
identifikasi bidang fokus masalah, 2) pengumpulan data,3) analisis dan
interpretasi data, 4) penyusunan rencana, dan 5) pelaksanaan.
Alasan peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas karena
penelitian tindakan kelas memiliki tujuan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan kegiatan misalnya kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu,
31
Euis Istikomah, 2015
bukan hasil. Penelitian tindakan kelas juga bermanfaat bagi peneliti untuk menjadi
bekal dan pengalaman ketika terjun sebagai pendidik. Penelitian tindakan kelas
juga penting dilaksanakan oleh lembaga pendidikan untuk menyempurnakan
kegiatan pendidikan di sekolah.
C. Desain Penelitian
Dalam melakukan PTK beberapa ahli mengemukakan model desain
penelitian tindakan kelas, antara lain yang sering digunakan adalah: Model Kurt
Lewin, Model Kemmis dan Mc Taggart, Model John Elliot dan Hopkins.
Model-model tersebut pada umumnya memiliki desain yang sama. Dari keempat Model-model
yang ada, peneliti mengambil model Kemmis dan Mc Taggart dalam
melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, karena model Kemmis dan Mc
Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh
Kurt Lewin. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing
(pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen
tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan
observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua
kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya
suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan .
Alasan peneliti mengambil desain penelitian tindakan kelas model Kemmis
dan Mc Taggart ini karena dalam kegiatan acting (tindakan) dengan observing
(pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Sehingga dalam pelaksanaan
siklusnya lebih mengefektifkan waktu dan mudah dalam pelaksanaanya. Desain
model Kemmis dan Mc Taggart ini menggunakan empat tahapan dalam siklus
yang mempunyai kegiatan Perencanaan (plan), Tindakan (act), Observasi
32
Euis Istikomah, 2015
Gambar 3.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc
Taggart
Langkah-langkah tersebut dijelaskan Sukardi (2011, hlm. 213), sebagai berikut.
1. Rencana (Plan)
Rencana merupakan serangkaian tindakan yang sudah direncanakan
sebelumnya untuk meningkatkan apa yang terjadi. Dalam tahap ini peneliti akan
menyusun beberapa rencana kegiatan yang akan dilakukan pada saat penelitian
untuk mendapatkan gambaran terlebih dahulu sebelum menerapkannya pada
pembelajaran di kelas.
Pada penelitian ini peneliti merencanakan beberapa hal yaitu sebagai berikut.
a. Mencari mitra sekolah yang akan digunakan sebagai tempat untuk
melaksanakan penelitian.
b. Menyusun kesepakatan dengan guru mitra mengenai penentuan pelaksanaan
dan guru model dalam penelitian.
c. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat untuk melaksanakan
penelitian.
d. Melakukan pra-penelitian terhadap kelas yang akan dijadikan tempat
melaksanakan penelitian.
e. Mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas yaitu kurangnya
[image:18.595.134.454.84.305.2]33
Euis Istikomah, 2015
f. Meminta ketersediaan siswa yang akan diteliti, karena penelitian ini akan
berlangsung beberapa pertemuan.
g. Mendiskusikan dan menentukan materi yang akan digunakan dalam
penelitian tindakan kelas.
h. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan.
i. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam proses belajar
mengajar.
j. Membuat instrument penelitian
k. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh dalam penelitian.
2. Tindakan (act)
Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan yang telah direncanakan pada
tahap sebelumnya. Pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan perencanaan yang
telah disepakati dan dilakukan oleh peneliti dan kolabolator terhadap siswa kelas
XI IIS 2. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dan menentukan
pelaksanaan tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan yang baik didukung dengan
perencanaan yang baik. Selain memerlukan perencanaan yang baik, juga
diperlukan kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.
Pada tahap tindakan ini, hal-hal yang dilakukan meliputi kegiatan berikut :
a. Melaksanakan tindakan dengan menggunakan metode think-pair-share,
rencana pembelajaran dan langkah-langkah yang telah direncanakan.
b. Mengoptimalkan penggunaan metode think-pair-share.
c. Menggunakan alat observasi yang telah dibuat untuk melihat peningkatan
keterampilan komunikasi siswa dengan menerapkan metode think-pair-share
ketika penelitian berlangsung.
d. Melaksanakan diskusi dengan kolabolator berdasarkan hasil pengamatan yang
berkaitan dengan penggunaan metode think-pair-share dalam kegiatan belajar
34
Euis Istikomah, 2015
3. Pengamatan ( observe)
Pada tahap ini merupakan tahap yang dilakukan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan tindakan. Dari tahap pengamtan ini peneliti dan kolabolator
mengumpulkan berbagai informasi di kelas dari mulai aktivitas siswa sampai pada
aktivitas guru pada saat pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini pengamatan yang
dilakukan meliputi kegiatan berikut :
a. Melakukan pengamatan terhadap kelas yang akan digunakan sebagai kelas
penelitian.
b. Mengamati kesesuaian penggunaan metode think-pair-share dengan materi
yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dibuat.
c. Mengamati peningkatan keterampilan komunikasi siswa dengan menerapkan
metode think-pair-share.
d. Melakukan pengecekan terhadap lembar observasi yang telah dibuat.
4. Refleksi ( reflection)
Pada tahap terakhir dari penelitian tindakan kelas ini peneliti melakukan
pengkajian kembali terhadap tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek yang
telah dicatat dalam pengamatan. Pada tahap refleksi ini peneliti dan kolabolator
melakukan evaluasi dan revisi terhadap seluruh proses penelitian mengenai
kekurangan dan kelebihan kegiatan belajar mengajar. Pada tahap ini juga
dilakukan perbaikan dan pengembangan untuk melakukan tindakan pada siklus
berikutnya. Hal-hal yang dilakukan pada tahap refleksi ini meliputi :
a. Melakukan diskusi dengan kolaborator setelah tindakan dilakukan.
b. Menganalisis hasil observasi pada alat observasi yang digunakan.
c. Merumuskan solusi atas permasalahan yang dialami peneliti maupun siswa
selama penelitian berlangsung.
d. Menyusun perencanaan apabila pelaksanaan tindakan dilanjutkan ke siklus
35
Euis Istikomah, 2015
D. Fokus Penelitian
1. Metode Think-Pair-Share dalam Pembelajaran Sejarah
Metode think-pair-share merupakan metode sederhana dari model
Cooperative Learning dimana dalam pembelajaran, siswa melakukan tahapan
berpikir sendiri setelah diberikan masalah oleh guru dengan melakukan observasi
dari buku atau sumber lain yang terkait. Setelah proses berpikir secara individu
siswa melakukan diskusi atau bertukar ide atau pendapat bersama pasangan dalam
satu kelompok yang terdiri dari 4 orang. Tahap ini siswa dengan pasangannya
melakukan observasi dan eksplorasi, yang dilanjutkan dengan langkah
mengasosiasi, yaitu mendiskusikan jawaban yang telah diperoleh bersama dalam
satu kelompok. Setelah mendapatkan jawaban dan kesimpulan dari masalah,
selanjutnya siswa mengkomunikasikannya di depan kelas kepada siswa lain dan
guu. Dari pemaparan di atas, untuk menjelaskan langkah-langkah secara lebih
rinci peneliti mengambil beberapa langkah-langkah yang akan dilakukan saat
penelitian yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap think
Langkah-langkah dalam tahap think atau berpikir pada metode
think-pair-share adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pertanyaan kepada siswa tentang gambar, pernyataan dari guru,
atau tayangan video
2) Siswa secara individu diberikan waktu beberapa menit untuk mencari
jawaban sementara dari pertanyaan yang diberikan oleh guru
3) Guru menanyakan jawaban sementara siswa dari hasil kerja secara individu
b. Tahap pair
Langkah-langkah dalam tahap pair atau berpasangan pada metode
think-pair-share adalah sebagai berikut:
1) Membentuk pasangan yang terdiri dari dua siswa
2) Melakukan diskusi berpasangan
3) Membentuk pasangan menjadi kelompok yang terdiri dari empat siswa atau
dua pasangan
4) Melakukan tukar pendapat antar pasangan dalam kelompok
36
Euis Istikomah, 2015
c. Tahap share
Langkah-langkah dalam tahap share atau berbagi pada metode
think-pair-share adalah sebagai berikut:
1) Pasangan dalam kelompok melakukan presentasi di depan kelas
2) Melakukan Tanya jawab dari hasil presentasi di depan kelas
3) Membuat kesimpulan dari hasil presentasi di depan kelas
2. Keterampilan Komunikasi Siswa
Keterampilan komunikasi siswa merupakan Keterampilan mengungkapkan
hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil
penyelidikan. Hal ini dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari
grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian
secara rinci. Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membuat dan
menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, video dan lain- lain.
Sebagai contoh siswa mendeskripsikan gambar atau benda yang ditampilkan oleh
guru, atau mengkomunikasikan hasil kerja siswa berupa benda, gambar dan grafik
kepada siswa lain. Adapun keterampilan komunikasi siswa yang akan diamati
dalam penelitian ini memiliki indikator-indikator sebagai berikut:
a. Keterampilan komunikasi siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru
1) Siswa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
2) Siswa dapat Mengajukan pendapat tentang pertanyaan yang diajukan oleh
guru
b. Keterampilan komunikasi siswa pada saat kegiatan diskusi
1) Siswa dapat bertukar pendapat dalam pasangan dan kelompok
2) Siswa dapat menjelaskan jawaban kepada pasangan dan kelompok
c. Keterampilan komunikasi siswa dalam membuat laporan dalam bentuk
tulisan
1) Siswa dalam kelompok dapat mendeskripsikan hasil diskusi tentang tugas
yang diberikan guru
2) Siswa dalam kelompok dapat mengungkapkan ide atau pendapat kelompok
37
Euis Istikomah, 2015
3) Siswa dalam kelompok dapat menganalisis hasil diskusi tentang tugas yang
diberikan guru
4) Siswa dalam kelompok dapat menyimpulkan hasil diskusi tentang tugas yang
diberikan guru
d. Keterampilan komunikasi siswa ketika melakukan presentasi
1) Siswa dapat menjelaskan hasil diskusi tentang tugas yang diberikan oleh guru
di depan kelas
2) Siswa dapat mengungkapkan ide atau pendapat kelompok tentang tugas yang
diberikan oleh guru
e. Keterampilan komunikasi siswa dalam menjawab pertanyaan dari siswa lain
1) Siswa dapat menjawab pertanyaan dari siswa lain yang mengajukan
pertanyaan
2) Siswa dapat menyimpulkan hasil presentasi di depan kelas
E. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan semua data yang ada dilapangan dibutuhkan instrumen
penelitian untuk memudahkan peneliti dalam proses penelitian. Arikunto (2007, hlm. 101) menjelaskan “Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Instrumen penelitian
merupakan hal yang penting dalam penelitian karena pada saat peneliti membuat
laporan penelitian dibutuhkan data yang diperoleh dari instrumen penelitian. Pada
penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu sebagai berikut.
1. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam
pelaksanaan penelitian. Catatan lapangan dibuat oleh peneliti dan mitra peneliti
ketika melakukan pengamatan atau observasi. Catatan lapangan digunakan untuk
mencatat apa yang didengar, dilihat, dan dipikirkan dalam kaitannya dengan
pengumpulan data di lapangan. Beberapa aspek yang diamati seperti aspek
pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru
38
Euis Istikomah, 2015
2. Rubric
Selain menggunakan catatan lapangan, peneliti juga menggunakan rubric
untuk mempermudah dalam penilaian kelompok. Rubric ini bertujuan untuk
melihat peningkatan keterampilan mengkomunikasikan siswa dalam kelompok,
dan penilaian laporan hasil diskusi kelompok dimana dalam rubric tersebut
terdapat aspek yang dinilai dan skor penilaian serta skala penilaian dalam rubric.
F. Teknik Pengumpul Data
Menurut Sugiyono (2006, hlm. 224) menyatakan bahwa :
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Sumber data diperoleh dari guru dan siswa serta pihak-pihak yang relavan
dari penelitian ini. Data penelitian yang diambil meliputi semua tindakan dan
peristiwa yang diamati selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan metode think-pair-share, kegiatan yang diamati dalam penelitian ini
adalah keterampilan komunikasi siswa pada pembelajaran sejarah dan laporan
hasil diskusi kelompok. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi dilakukan untuk memperoleh data
tentang pelaksanaan tindakan dalam proses belajar mengajar di kelas. “Observasi
atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinta, 2013, hlm. 220). Dengan dilaksanakannya observasi maka peneliti
dapat mengetahui keterampilan komunikasi siswa yang terjadi dalam proses
pembelajaran di kelas XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi. Observasi dalam penelitian
ini berfungsi untuk mendokumentasikan aktivitas siswa dan guru yang dijadikan
39
Euis Istikomah, 2015
2. Studi Dokumentasi
Menurut Sukmadinata (2010, hlm. 221) mengemukakan bahwa
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dipilih dihimpun dan dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
Studi dokumentasi dapat diperoleh dari berbagai sumber tertulis maupun rekaman
video ketika pelaksanaan penelitian. Setelah data yang diperoleh, peneliti
melakukan analisis data untuk menyesuaikan dengan fokus penelitian. Data-data
yang diperoleh dari studi dokumentasi tersebut dapat berupa data kehadiran siswa,
data nilai siswa, rekaman ketika pelaksanaan penelitian dan lain sebagainya.
G. Analisis Data
Data temuan yang diperoleh di lapangan selanjutnya diolah dan dianalisis.
Dalam analisis data ini, data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti
dianalisis, melalui analisis data yang diperoleh maka data akan mempunyai makna
dan arti dalam memecahkan masalah penelitian. Langkah-langkah pengolahan
data dilakukan sebagai berikut:
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari pengukuran terhadap keterampilan komunikasi
siswa dan laporan hasil diskusi melalui penskoran dalam rubric.
a. Performance mengenai keterampilan komunikasi siswa, menentukan skor
hasil pengamatan keterampilan komunikasi siswa dengan penggunaan metode
think-pair-share yang diperoleh setiap kelompok. Skor diperoleh dengan cara
menjumlahkan semua skor yang diberikan oleh observer untuk setiap bentuk
kegiatan dalam observasi. Keterampilan komunikasi siswa memiliki lima
indikator dan 12 sub indikator. Jumlah skor maksimal yang akan diperoleh
setiap kelompok adalah 36 (3 x 12) dan skor minimalnya 12 (1 x 12).
b. Product berupa laporan hasil diskusi kelompok, menentukan skor dari
pengamatan laporan hasil diskusi yang diperoleh setiap kelompok. Skor
didapat dengan cara menjumlahkan semua skor yang diperoleh di setiap
kegiatan. Jumlah skor maksimal yang diperoleh setiap kelompok adalah 12 (
40
Euis Istikomah, 2015
2. Data Kualitatif
Pengolahan data secara kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan
data-data yang telah diperoleh kemudian melakukan interpretasi data-data untuk
memudahkan memberi penjelasan terhadap temuan hasil penelitian. Data yang baik adalah data yang valid. “Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu kepada kredibilitas dan derajat kepercayaan dari hasil
penelitian ( Wiriaatmadja, 2012, hlm. 164) Kegiatan yang dapat meningkatkan
validitas yaitu:
a. Audit Trail
Audit trail adalah mengecek keabsahan data sesuai sumber aslinya dengan
melakukan analisis data sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung
dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data untuk dianalisis kembali. Demikian
seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai. Pada pelaksanaan
penelitian yang dilakukan, peneliti melakukan pengecekan data dari hasil
observasi mengenai keterampilan komunikasi siswa dan laporan hasil diskusi
kelompok. Data yang diperoleh tersebut dianalisa dan dibandingkan dengan data
hasil observasi dari guru mitra. Data hasil observasi keterampilan komunikasi dari
guru mitra dan peneliti dibandingkan kemudian dianalisis. Sedangkan data
laporan hasil diskusi peneliti langsung analisis dari perolehan skor karena
penilaian laporan hasil diskusi kelompok hanya dilakukan oleh peneliti.
b. Triangulasi
Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber. Pengecekan
dilakukan dengan menguji kredibilitas data melalui beberapa sumber, cara
maupun waktu, misalnya data yang diperoleh dengan wawancara lalu
dibandingkan dengan observasi, dokumentasi dan lain sebagainya. Pada penelitian
penerapan metode think-pair-share untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
siswa triangalusi dilakukan dengan cara: pertama, peneliti menggabungkan semua
data yang diperoleh dari hasil observasi dan catatan lapangan. Pedoman observasi
dari guru mitra dan peneliti digabungkan kemudian Kedua, peneliti menyamakan
41
Euis Istikomah, 2015
dengan melihat indikator-indikator yang muncul dalam pelaksanaan penerapan
metode think-pair-share untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa.
c. Member Check
Member check yaitu mengecek kebenaran data temuan dengan cara
mengkonfirmasi dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau informasi
tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti dan mitra peneliti
dikonfirmasi kebenarannya kepada kolaborator atau guru yang menjadi mitra
melalui diskusi balikan pada setiap akhir pelaksanaan tindakan dan pada akhir
keseluruhan pelaksanaan tindakan. Setelah peneliti selesai melaksanakan
penelitian di kelas dengan menerapkan metode think-pair-share untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi siswa, selanjutnya peneliti melakukan
analisis semua data yang telah diperoleh mulai dari hasil observasi maupun
catatan lapangan. Hasil analisis tersebut peneliti deskripsikan dan peneliti
laporkan kepada guru mitra untuk mengecek kebenaran data temuan. Hal ini
dilakukan agar hasil temuan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
d. Expert Opinion
Expert opinion adalah pengecekan terakhir pada kebenaran temuan penelitian
kepada para pakar di bidang ini yaitu pembimbing peneliti dalam memberi arahan
terhadap masalah peneliti yang dikaji. Ketika data yang diperoleh yaitu
mengenai keterampilan komunikasi siswa dan data laporan hasil diskusi telah
dianalisis dengan membandingkan pada alat pengumpul data yang ada,
selanjutnya peneliti menginformasikan dan melaporkan hasil temuan tersebut
kepada dosen pembimbing untuk mendapat arahan dalam penulisan hasil