• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

IRMAWAN 1103456

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

iii

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pembelajaran

Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA” ini

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Bandung, 19 Juni 2014

Yang membuat pernyataan,

(3)

iii

Tesis dengan Judul:

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA

IRMAWAN 1103456

Pembimbing I

H. Bana G. Kartasasmita, Ph.D.

Pembimbing II

Dr. Stanley Dewanto, M.Pd

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

iii

PEMBELAJARAN

THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA

Oleh : Irmawan

S.Pd. Universitas Langlangbuana BANDUNG, 2002

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana

© Irmawan 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(5)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

JUDUL TESIS ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

HALAMAN HAK CIPTA ... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... B. Rumusan Masalah... BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori... 1. Hakikat Matematika... 2. Pengertian Belajar... 3. Ciri-ciri Belajar... 4. Belajar dan Pembelajaran Matematika... 5. Model Pembelajaran Ekspositori... 6. Pembelajaran Kolaboratif... 7. Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving.... 8. Kemampuan Berpikir Kritis... 9. Motivasi Belajar... B. Penelitian Terdahulu... 30

C. Anggapan Dasar... 31

D. Hipotesis Penelitian... 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian... 1. Populasi dan Sampel... 2. Waktu dan Fokus Penelitian... B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian... 1. Metode Penelitian... 2. Desain Penelitian... C. Teknik Pengumpulan Data... D. Uji Alat Tes Penelitian... E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...

(6)

iii

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Prosedur Penelitian... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 1. Deskripsi Pembelajaran Kelas Eksperimen... 2. Deskripsi Pembelajaran Kelas Kontrol... 3. Deskripsi Data Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Matematis.. 4. Deskripsi Data Postest Kemampuan Berpikir Kritis Matematis.. 5. Pengaruh Penerapan Model TAPPS... 6. Analisis Data Angket Motivasi Belajar Matematika...

52 52 59 61 66 71 77 B. Pembahasan... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

83 83

(7)

iii

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Keterkaitan Indikator ... 6

2.1 Perbedaan Pembelajaran Kolaboratif dan Ekspositori ... 19

3.1 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 36

3.2 Interpretasi Validitas ... 41

3.3 Hasil Uji Validitas alat tes... 41

3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 42

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa ... 43

3.6 Hasil Uji Reliabilitas alat tes ... 43

3.7 Interpretasi Daya Pembeda ... 45

3.8 Klasifikasi Daya Pembeda ... 45

3.9 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 46

3.10 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 46

3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda... 47

3.12 Klasifikasi Indeks Gain ... 49

4.1 Refleksi Tindakan pada Pertemuan I ... 55

4.2 Refleksi Tindakan pada Pertemuan II ... 58

4.3 Output Tes Normalitas Pretest ... 62

4.4 Output Tes Homogenitas Pretest ... 63

4.5 Output Uji-t Pretest ... 65

4.6 Output Normalitas Posttest ... 67

4.7 Output Ranks Non Parametrik ... 68

4.8 Output Uji Perbedaan Posttest ... 69

4.9 Output Uji Normalitas Gain ... 72

4.10 Output Uji Homogenitas Gain ... 73

4.11 Group Statistics ... 74

4.12 Output Uji-t Gain ... 75

4.13 Output Tes Normalitas Angket ... 77

4.14 Output Tes Homogenitas Angket ... 78

(8)

iii

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : BAHAN AJAR

LAMPIRAN B : INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN C : HASIL UJICOBA

LAMPIRAN D : DATA HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN E : ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN F : SURAT PERIJINAN DAN FOTO KEGIATAN

(9)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA

IRMAWAN 1103456

Irmawan (2014). “Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Matematika pada Siswa SMA”. Tesis SPS UPI Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pembelajaran Thinking Aloud Pair

Problem Solving untuk meningkatan kemampuan berpikir kritis Matematis dan

Motivasi Belajar Matematika pada siswa SMA. Desain penelitian yang digunakan adalah kelompok kontrol pretest – postest. Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas X SMA Negeri 8 Bandung dengan sampel kelas X-2 dan X-3. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis Matematika, angket, dan observasi. Penelitian ini dilakukan pada kelas X semester genap dengan pokok bahasan jarak pada Dimensi Tiga. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji-t, dan analisis data observasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran Thinking Aloud

Pair Problem Solving dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori, dan

diuraikan sebagai berikut. (1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis Matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaranThinking Aloud Pair Problem

Solving lebih baik daripada siswa yang menggunakan metode pembelajaran

ekspositori. (2) Motivasi belajar Matematika siswa yang mengguanakan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekpositori.

Kata Kunci : Kemampuan berpikir kritis Matematika, Motivasi Belajar

(10)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

LEARNING THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING ABILITY TO INCREASE CRITICAL THINKING MATHEMATICS AND LEARNING

MATHEMATIC MOTIVATION STUDENT IN HIGH SCHOOL

IRMAWAN

1103456

Irmawan (2014) : "Learning Thinking Aloud Pair Problem Solving Ability to

Increase Critical Thinking Mathematics and Learning Mathematics Motivation Students in High School ". Thesis SPS UPI Bandung. This study aims to gain an overview of the lessons of Thinking Aloud Pair Problem Solving to improve critical thinking skills and Motivation Mathematical Learning Mathematics students in high school. The study design used was a control group pretest - posttest. The population in this study were all students of class X SMAN 8 Bandung with samples of X-2 and X-3. The instrument used is a test of critical thinking skills of Mathematics, questionnaires, and observation. This research was conducted in the second semester of class X with subject distance in Three Dimensions. Analysis of the data in this study using t-test, and analysis of observational data. The results of the study explained that there are different mathematical increase critical thinking skills among students who learn by using learning Thinking Aloud Pair Problem Solving with students using expository method, and is described as follows. (1) The increase in critical thinking skills students learn mathematical Learning Thinking Aloud Pair Problem Solving better than students using the expository method. (2) students' motivation to learn mathematics learning model that used Thinking Aloud Pair Problem Solving better than students whose learning method ekpositori.

Keywords: Critical thinking skills of Mathematics, Mathematics Learning

(11)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang

beradab dan bermartabat serta mampu bersaing di percaturan dunia

internasional dalam era globalisasi. Perlu kesadaran bersama bahwa

peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu

sumber daya manusia. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi anak

didik agar berani dan mampu menghadapi segala permasalahan tanpa rasa

tertekan, mau dan mampu serta senang mengembangkan diri menjadi manusia

yang unggul. Pendidikan juga diharapkan mampu mendorong peserta didik

untuk memelihara dirinya, meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha

Esa, lingkungannya dan masyarakat.

Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan.

Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, ditunjukkan dengan hasil laporan dan

survey beberapa lembaga. Data Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar)

menyebutkan bahwa Ujian Nasional (UN) SMP di Jawa Barat menurun dari

31,19 pada Tahun 2009 menjadi 29,34 Tahun 2010 atau menurun sebesar 1,85

(12)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data BAPPENAS bahwa partisipasi pendidikan pada jenjang

menengah masih relatif rendah yang ditandai dengan adanya selisih APK

antara sasaran Tahun 2009 sebesar 69,34 % dan capaian terakhir pada Tahun

2007 sebesar 60,51% banyak lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan ke

jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disadari anak usia 16-18 tahun lebih memilih

bekerja dibandingkan melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK (BAPPENAS,

2009).

Peningkatan SDM dalam era globalisasi merupakan suatu hal yang perlu

dilakukan terutama bagi suatu bangsa yang sedang berkembang. Pendidikan

merupakan salah satu unsur penting bagi perkembangan dan perwujudan diri

individu, juga bagi perkembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu, semua

yang menyangkut pendidikan perlu dikembangkan sebaik-baiknya.

Pembelajaran matematika merupakan salah satu aspek penting yang harus

dikembangkan dengan baik dalam pendidikan. Pembelajaran matematika

diantara tujuannya adalah membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Hal

serupa juga diungkapkan oleh Ruseffendi (2006 : 208), “Matematika itu

memegang peranan penting dalam pendidikan masyarakat baik sebagai objek

langsung (fakta, keterampilan, konsep, prinsip) maupun objek tak langsung

(bersikap kritis, logis, tekun, mampu, memecahkan masalah dan lain-lain)”.

Berdasarkan tujuan tersebut, adanya pelajaran matematika dimaksudkan

(13)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut menunjukkan bahwa berpikir kritis

merupakan kompetensi yang sangat penting untuk dikembangkan.

Terdapat indikator dalam berpikir kritis, menurut Ennis (Helmi : 2010),

kemampuan berpikir kritis dikelompokkan menjadi lima besar aktivitas, yaitu:

memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun

keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (inference), memberikan

penjelasan lanjut (advance clarification), dan mengatur strategi dan teknik

(strategics and tactics). Berdasarkan penjelasan tersebut, jelas bahwa siswa

harus memiliki kemampuan berpikir kritis matematika. Namun, kenyataannya

di sekolah kemampuan berpikir kritis matematika siswa masih rendah.

Hasil studi PISA (Progamme for International Student Assesment) tahun

2009 yang dilaksanakan oleh Organisation for Economic Co-operation and

Development (OECD) di Paris (Elianur : 2011) pada bidang Matematika

menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-61 dari 65 negara peserta.

Siswa tersebut hanya mampu memecahkan masalah sederhana, mereka belum

mampu memecahkan masalah yang lebih kompleks, ini dikarenakan

kemampuan berpikir kritis siswa rendah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2007) juga

menunjukkan hal yang sama, bahwa hasil secara umum berdasarkan status

sekolah menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA di Kota Bandung

masih rendah, untuk SMA negeri sebesar 39,80 % dan SMA swasta sebesar

(14)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam dunia pendidikan guru merupakan seseorang yang secara langsung

mempengaruhi, membimbing, dan mengembangkan kemampuan siswa

termasuk kemampuan berpikir kritis. Guru memegang peran yang sangat

penting dalam kegiatan proses belajar mengajar, artinya guru bertanggung

jawab dan bertugas menyusun dan merencanakan pelaksanaan pembelajaran di

sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus mampu memilih dan

menentukan model pembelajaran yang sesuai guna meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa. Kenyataann berdasarkan pengamatan peneliti selama

mengajar di SMA bahwa kemampuan mereka baru sekedar menyelesaikan

masalah-masalah sederhana, sedangkan mereka sebagian besar belum bias

menyimpulkan jawaban dan menjelaskan lebih lanjut jawaban mereka, selain

itu mereka kebingungan ketika harus menyelesaikan masalah yang tidak rutin

atau tidak mirip dengan yang dicontohkan guru. Kenyataan itu menunjukan

bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih kurang.

Melihat kondisi pembelajaran tersebut, dampaknya selama proses

pembelajaran siswa kurang termotivasi untuk belajar, siswa merasa kesulitan

dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh

guru, sehingga siswa kurang memiliki rasa percaya diri dalam proses belajar di

kelas, siswa menjadi tidak mandiri, tidak disiplin dan kurang bertanggung

jawab dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dengan

demikian siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran dan kurang

(15)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajar siswa. Sementara motivasi adalah salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan siswa dalam belajar, namun kenyataan menunjukan bahwa

motivasi siswa dalam belajar matematika sangat rendah, ini ditunjukan dengan

hasil observasi peneliti yang mengungkapkan bahwa ternyata pendapat mereka

terhadap pembelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, menakutkan,

dan membosankan sehingga terlihat mereka agak malas mengikuti

pembelajaran matematika. Hal ini mengindikasikan bahwa motivasi belajar

matematika siswa SMA masih sangat rendah.

Syukur (Danyati, 2010 : 4) menyatakan bahwa untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis matematis, diperlukan pembelajaran yang

memberikan keleluasaan berpikir kepada siswa. Guru tidak hanya menjadi

pemberi informasi, namun guru juga harus berperan sebagai fasilitator,

motivator, dan pembimbing siswa agar dapat membantu siswa menggunakan

semua kemampuan berpikir kritisnya untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh

karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, suatu pembelajaran yang

memberikan keleluasaan berpikir bagi siswa. Salah satu pembelajaran tersebut

adalah Pembelajaran Kolaboratif.

Pembelajaran Kolaboratif merupakan inovasi pembelajaran yang apabila

dilakukan dengan baik akan mewujudkan tercapainya tujuan, khususnya para

siswa secara aktif terlibat dalam membangun pikiran mereka sendiri.

(16)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kolaboratif. Senada yang diungkapkan Nelson (1999), bahwa pembelajaran

kolaborasi dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa,

kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan kolaborasi. Pembelajaran

kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja bersama, saling

menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil.

Model pembelajaran yang merupakan bagian dari Pembelajaran

Kolaboratif dan yang dianggap sesuai untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis adalah Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem

Solving (TAPPS). Pada model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem

Solving menurut Rahmawati (2011), “Pasangan-pasangan siswa bekerja

menyelesaikan masalah. Salah satu siswa siswa memecahkan masalah

sementara yang lainnya mendengarkan, sehingga TAPPS ini dapat membantu

siswa mengamati proses berpikir mereka sendiri dan temannya”.

Terdapat keterkaitan antara model pembelajaran Thinking Aloud Pair

Problem Solving dengan kemampuan berpikir kritis. Selain dimotivasi oleh

keinginan untuk menemukan jawaban dan mencapai pemahaman dari proses

berpikir sendiri dan orang lain yang dalam hal ini dapat didukung oleh model

pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving, indikator kemampuan

berpikir kritis menurut Ennis juga dapat dilatih dan dikembangkan oleh

perananyang terdapat pada model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem

Solving yaitu peranan siswa sebagai Problem Solver dan Listener.

(17)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterkaitan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis dengan model

pembelajaranThinking Aloud Pair Problem Solving

Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis Peranan

Memberikan penjelasan sederhana

(elementary clarification)

Problem Solver dan Listener

Membangun keterampilan dasar (basic

support)

Problem Solver dan Listener

Menyimpulkan (inference) Problem Solver dan Listener

Memberikan penjelasan lanjut (advance

clarification),

Problem Solver

Mengatur strategi dan teknik (strategics

and tactics)

Problem Solver dan Listener

Berdasarkan berbagai pemikiran yang telah disampaikan, maka penulis

bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pembelajaran Thinking

Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatan Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis dan Motivasi Belajar pada Siswa SMA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Apakah peningkatan dan pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis

(18)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Problem Solving lebih baik daripada siswa yang menggunakan model

pembelajaran ekspositori?

2 Apakah motivasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran Thinking

Aloud Pair Problem Solving lebih baik jika dibandingkan dengan yang

menggunakan metode ekspositori ?

Mengingat luasnya permasalahan yang terdapat dalam latar belakang

masalah, perlu adanya batasan masalah agar masalah yang dikaji terarah pada

sasaran penelitian. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai

berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu Thinking Aloud Pair Problem

Solving.

2. Materi yang diteliti dibatasi hanya pada pokok bahasan Dimensi Tiga

(Materi Kelas X semester genap).

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan tentu memiliki tujuan, begitupun

dengan penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Thinking

Aloud Pair Problem Solving terhadap peningkatan kemampuan berpikir

kritis matematis pada siswa SMA.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis

(19)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran

ekspositori.

3. Untuk mengetahui motivasi belajar matematika siswa terhadap

pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model

Thinking Aloud Pair Problem Solving.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

berguna khususnya dalam hal pendidikan. Adapun manfaat dilaksanakannya

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan gambaran tentang pengaruh

penggunaan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving

terhadap kemampuan berpikir kritis Matematis pada siswa SMA. Selain

itu penelitian ini juga memberikan pengetahuan mengenai model

pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa.

2. Bagi guru, sebagai alternatif dalam menentukan model yang bisa

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya meningkatkan

(20)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi siswa, memberikan kesempatan kepada siswa dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan belajar secara kelompok, serta memperoleh

pembelajaran matematika yang berbeda dengan yang biasa diterima

sebelumnya.

4. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini akan memberikan sumbangan

pemikiran yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan

(21)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 8

Bandung. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak dua kelas yang diambil

secara random dari populasi. Salah satu kelas dari sampel yang diambil

dijadikan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas yang satu lagi sebagai

kelas kontrol. Kelas yang di random adalah kelas X dan XI, karena kelas XII

akan menghadapi Ujian Nasional.

2. Waktu dan Fokus Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013, yaitu tepat

pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan objek pada

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 8 Bandung, dengan dua

kelas secara acak dari seluruh kelas X akan dijadikan sampel. Salah satu kelas

dijadikan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan model

pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving, sedangkan satu kelas

lainnya dijadikan sebagai kelas kontrol yang diberikan perlakuan metode

pembelajaran ekspositori. Setelah dilakukan random maka didapat kelas x-2

(22)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen

murni. Pemilihan metode ini bertujuan untuk melihat hubungan antara

penerapan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving sebagai

variabel bebas, dan hasil penerapan model tersebut terhadap kemampuan

berpikir kritis matematis dan motivasi belajar matematika siswa. Menurut

Ruseffendi (2005 : 35), “Penelitian eksperimen atau percobaan (Experimental

Research) penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab akibat.

Perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada

variabel terikat”. Setiap sampel penelitian diberikan perlakuan yang sama

dalam hal penggunaan kurikulum, alokasi waktu KBM, buku sumber, dan

guru yang mengajar.

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain kelompok

kontrol pretest – posttest yang melibatkan dua kelompok. Pemilihan sampel

tidak acak, adanya pretest dan posttest (O). Kelompok satu tidak memperoleh

perlakuan atau perlakuan biasa sedangkan kelompok yang satu lagi

memperoleh perlakuan menggunakan model pembelajaran Thinking Aloud

Pair Problem Solving (X). Adapun desain penelitiannya adalah sebagai

(23)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O X O

---O O

Keterangan:

--- : Sampel tidak acak.

O : Pretest dan posttest berupa tes kemampuan berpikir kritis

X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Thinking

Aloud Pair Problem Solving

C.Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

a. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau

kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana

yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk

mencapai satu/ lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi

(24)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar.

c. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja siswa merupakan perangkat pembelajaran sebagai

pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. LKS ini

berupa lembaran kertas yang memuat informasi berupa soal- soal yang

harus dijawab oleh siswa.

d. Media Power Point

Sajian Power Point digunakan hanya di salah satu pertemuan guna

mengurangi kejenuhan siswa dalam menagkap materi yang diberikan.

e. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari pretest dan postest.

Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

Matematika siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan postest

digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah

diberikan perlakuan dan untuk melihat peningkatan yang terjadi. Tes

merupakan soal uraian yang memuat kisi-kisi dari indikator kemampuan

berpikir kritis.

Adapun penskoran tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan

(25)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Aspek yang diukur Respon siswa terhadap soal atau masaah Skor

Memberikan

penjelasan sederhana tentang dimensi tiga

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.

0

Hanya menjelaskan konsep-konsep yang digunakan tetapi benar.

1

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dan memberikan alasan yang salah.

2

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan lengkap dan benar dan memberikan alasan yang kurang lengkap.

3

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan lengkap dan benar serta memberikan alasan yang lengkap

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.

0

Hanya mengobservasi masalah saja tetapi benar.

1

Mengobservasi masalah dengan benar tetapi tidak mempertimbangkan hasil observasi dengan benar.

2

Mengobservasi masalah dengan benar tetapi kurang lengkap dalam mempertimbangkan hasil observasi.

3

Mengobservasi masalah dengan benar dan mempertimbangkan hasil observasi dengan lengkap dan benar.

4

Menyimpulkan persoalan tentang dimensi tiga

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.

0

Mengerjakan soal dengan kurang lengkap dan tanpa menyimpulkan permasalahan.

1

Mengerjakan soal dengan benar tetapi dalam menyimpulkan permasalahan masih kurang lengkap.

(26)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengerjakan soal dengan benar dan dapat menyimpulkan permasalahan dengan lengkap tetapi masih melakukan kesalahan tetapi tidak banyak.

3

Mengerjakan soal dengan benar dan dapat menyimpulkan permasalahan dengan lengkap dan benar.

4

Memberikan penjelasan lanjut tentang dimensi tiga

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.

0

Hanya menjelaskan konsep-konsep yang digunakan tanpa memberikan identifikasi asumsi.

1

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan tetapi memberikan identifikasi asumsi yang kurang jelas.

2

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dan memberikan identifikasi asumsi yang jelas tetapi kurang lengkap.

3

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dan memberikan identifikasi asumsi yang jelas dan lengkap.

4

Mengatur strategi dan teknik dalam persoalan dimensi tiga

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.

0

Hanya bisa mengubah soal cerita kedalam bentuk matriks tanpa penyelesaian masalah tetapi benar.

1

Bisa mengubah soal cerita dalam bentuk matriks dan mengerjakannya tetapi tidak dapat memutuskan tindakan dalam permasalahan

2

Mengerjakan soal cerita dengan menggunakan matriks dengan benar tetapi strategi dan teknik kurang lengkap/ tidak tepat.

3

Mengerjakan soal cerita dengan menggunakan matriks dengan benar dan strategi dan teknik benar/ tepat.

4

(27)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skala dalam penelitian ini digunakan sebagai alat tes yang

dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar

matematika siswa baik kelas yang menggunakan model pembelajaran

TAPPS maupun kelas yang tidak menggunakan model TAPPS setelah

memperoleh pembelajaran.

Skala motivasi belajar ini dirancang dalam bentuk pilihan-pilihan

pernyataan yang berkaitan dengan perhatian siswa, respon siswa, percaya

diri siswa dan kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran matematika.

Dimana setiap siswa baik siswa yang mendapat perlakuan model

pembelajaran TAPPS maupun siswa yang tidak mendapatkan perlakuan

atau menggunakan model pembelajaran ekspositori diminta untuk mengisi

kolom jawaban berdasarkan pernyataan yang tersedia.

Skala motivasi belajar ini menggunakan skala Grafis (Grafic rating

Scale), skala grafis merupakan metode pengukuran sikap yang disajikan

dalam bentuk grafis atau gambar. Metode ini menyatakan penelitian

responden terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu dengan angka

yang ada dalam gambar atau grafik penelitian. Dengan kriteria angka 1

menunjukan bahwa responden memberikan tanggapan yang sangat tidak

setuju terhadap pernyataan yang diajukan atau tingkat motivasinya sangat

rendah, sedangkan angka 10 menunjukan sangat setuju terhadap

(28)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

:19). Untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi skor atau

nilai sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pilihan jawaban mulai dari 1 sampai dengan 10. Dengan ketentuan

Bila jawaban ke kiri maka motivasinya cenderung rendah, bila jawaban ke

kanan maka motivasinya cendrung tinggi.

D.Uji Instrumen Penelitian

Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes diujicobakan

terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran dari instrumen tersebut.

Sebelum dilakukan validitas butir soal dilihat dulu validitas isi yaitu

memeriksa isi instrumen dengan meminta pendapat para ahli, dalam hal ini

adalah Dosen pembimbing, setelah itu validitas muka diperiksa dan dinilai

oleh guru Matematika yang berpengalaman di sekolah tersebut. Adapun

kriterianya sebagai berikut :

1. Validitas Instrumen

(29)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas tes keseluruhan dapat dilihat dari koefisien validitas soal yang

diberikan. Untuk menghitung koefisien validitas tes digunakan rumus korelasi

product momentmemakai angka kasar Pearson (Suherman, 2003 : 121), yaitu :

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N : banyak peserta tes

X : skor tiap butir soal

Y : skor total

Selanjutnya dilakukan penginterpretasian nilai koefisien (rxy) yang

diperoleh. Berikut interpretasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman,

2003 :112) :

Tabel 3.2

Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

(30)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas sangat rendah

Tidak valid

Hasil uji validitas alat tes dapat dilihat dalam tabel 3.4.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas tes

Item soal Corrected item-total

correlations

korelasi item total dikoreksi (corrected item-total correlation) tidak semua item

soal memiliki kriteria validitas. Dari 8 butir soal terdapat 5 item memberikan

nilai positif ≥ 0.25, hal tersebut menunjukan 5 item soal valid dan terdapat 3

item soal yang tidak valid. Dengan demikian maka peneliti hanya mengambil

jumlah item soal yang valid.

2. Reliabilitas

Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe

uraian. Oleh karena itu, untuk mencari koefisien reliabilitas ( ) digunakan

(31)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

r11 : koefisien korelreliabilitas alat evaluasi

n : banyak butir soal

∑ : jumlah varians skor setiap soal

: varians skor total

Selanjutnya dilakukan penginterpretasian nilai koefisien (r11) yang

diperoleh. Berikut interpretasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman,

2003 :112) :

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien

Korelasi

Interpretasi

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

(32)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.

Reliabilitas merujuk kepada konsistensi skor yang dicapai oleh siswa yang

sama ketika mereka diuji ulang dengan soal yang sama pada kesempatan yang

berbeda. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS

versi 17 for windows diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.5.

Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa

Cronbach's Alpha

disimpulkan bahwa alat test tersebut memiliki reliabilitas internal yang

memadai untuk mengukur motivasi belajar siswa.

(33)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel uji reliabilitas di atas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha

yang diperoleh sebesar 0,816 (> 0.70), maka dapat disimpulkan bahwa alat

test tersebut memiliki reliabilitas internal yang memadai untuk mengukur

hasil belajar siswa.

3. Daya Pembeda

Daya pembeda menunjukkan sejauh mana stiap butir soal

dapatmembedakan siswa yang mampu menguasai materi pembelajaran

dengan siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran. Untuk menghitung

daya pembeda tiap butir soal uraian digunakan rumus sebagai berikut

(Suherman, 2003 :160),

̅̅̅ ̅̅̅̅

Keterangan :

DP : Daya Pembeda

̅̅̅ : rata-rata skor kelompok atas

̅̅̅̅ : rata-rata skor kelompok atas

: skor maksimum ideal

Selanjutnya dilakukan penginterpretasian daya pembeda. Berikut

interpretasi daya pembeda :

Tabel 3.7

Interpretasi Daya Pembeda

(34)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sangat baik

Baik

Cukup

Jelek

Sangat Jelek

Soal tes tertulis setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas

selanjutnya dilakukan uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran dengan

maksud untuk mengukur tingkat kualitas soal tes. Daya pembeda soal adalah

kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto,

2007:211). Untuk klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8

Klasifikasi Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 < D ≤ 0,20 0,20 < D ≤ 0,40 0,40 < D ≤ 0,70 0,70 < D ≤ 1,00

Jelek Cukup

Baik Baik sekali

(35)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indeks kesukaran adalah derajat kesukaran butiran soal. Untuk

menghitung indeks kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai

berikut :

̅

Keterangan :

IK : indeks Kesukaran

̅ : rata-rata skor total

: skor maksimum ideal

Klasifikasi interpretasi indeks kesukaran menggunakan kriteria

seperti berikut:

Tabel 3.9

Interpretasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi

Soal terlalu sukar

Soal sukar

Soal sedang

Soal mudah

Soal terlalu mudah

Sedangkan analisis tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa sukar sebuah soal yang dibuat sebagai alat tes yang baik

adalah yang mempunyai tingkat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar ataupun

(36)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel. 3.10

Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30

Daya pembeda soal serta tingkat kesukaran soal dilakukan dengan

bantuan Anatest kemudian dianalisis. Berikut di paparkan hasil pengujian

daya pembeda dan tingkat kesukaran soal alat tes dengan menggunakan

bantuan Anatest.

Tabel 3.11

Hasil Uji Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda

No soal Tingkat

Kesukaran Kategori Daya Pembeda

1 57,16 Sedang 55,56

Sumber data: diolah menggunakan Anatest

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest juga

(37)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program SPSS 17 for windows. Kemudian dilakukan analisis untuk

menjawab hipotesis yang diajukan. Berikut analisis yang dilakukan ;

1.1Analisis data

a. uji normalitas data pretest, posttest dan angket.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

tersebut berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data

dibutuhkan untuk menentukan pengujian beda dua rata-rata

yang akan diselidiki. Untuk melakukan uji normalitas,

digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan

5%. Jika data berdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji

homogenitas. Jika tidak, maka data tidak dapat melakukan uji

homogenitas melainkan uji non-parametrik yaitu uji

Mann-Whitney.

b. Uji homogenitas pretest

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat

homogenitas atau kesamaan beberapa bagian sampel atau

seragam tidaknya variansi sampel-sampel yaitu apakah kedua

sampel berasal dari populasi yang sama.

c. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk data pretest,

(38)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka

menggunakan uji-t berpasangan. Jika tidak maka

pengujiannya menggunakan uji non-parametrik yaitu uji

Mann-Whitney.

1.2Analisis data kualitas peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

dan Motivasi.

Analisis data kualitas peningkatan Kemampuan berpikir

kritis menggunakan Uji Indeks Gain. Indeks gain dihitung dengan

rumus gain dari Meltzer (Rahmawati, 2011 : 32) sebagai berikut:

Indeks Gain =

Sedangkan kriteria indeks gain menurut Hake (Rahmawati,

2011 :32) sebagai berikut:

Tabel 3.12

Klasifikasi Indeks Gain

IG Klasifikasi

Tinggi

Sedang

Rendah

2. Data Kualitatif

(39)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara

menyimpulkan hasil pengamatan observer selama proses

pembelajaran berlangsung. Setiap pernyataan dalam lembar

observasi terdiri dari aktivitas guru dan siswa.

F. Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian ini ada beberapa tahap yang dilakukan,

yaitu:

1. Perencanaan dan persiapan penelitian

a. Mengumpulkan studi kepustakaan dan menyusun proposal

b. Seminar proposal dan merevisi

c. Pengajuan Proposal penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI.

d. Mengajukan permohonan penelitian kepada Kepala Sekolah

SMAN 8 Bandung.

e. Setelah diterima dan disetujui oleh Kepala Sekolah yang

bersangkutan, penulis mulai melakukan penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

a. Melakukan konsultasi dengan guru bidang studi yang

(40)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Uji instrumen pada kelas yang sudah menguasai materi

(contohnya : kelas XI).

c. Memilih secara random dua kelas sebagai sampel penelitian.

d. Melakukan pretest pada kedua kelas.

e. Melaksanakan pembelajaran Matematika dengan model

pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solvingpada kelas

eksperimendankelas kontrol diberikan perlakuan metode

pembelajaran ekspositori.

f. Melakukan postest pada kedua kelas.

g. Melakuakan Observasi oleh teman sejawat/guru selama

pembelajaran berlangsung (pada kelas ekperimen).

h. Memberikan angket di akhir pertemuan.

i. Pengolahan dan Penarikan Kesimpulan.

a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.

b. Membuat kesimpulan.

(41)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Studi Kepustakaan

Menyusun Proposal

Seminar Proposal dan Revisi

Penyusunan Instrumen dan Bahan AJar

Uji Instrumen dan Revisi

Pretest

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori

Pembelajaran dengan model TAPPS

Postest/angket

Data

(42)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

(43)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran

Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan

Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

diperoleh kesimpulan “Peningkatan dan Pencapaian kemampuan berpikir

kritis matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Thinking

Aloud Pair Problem Solving lebih baik daripada siswa yang menggunakan

metode pembelajaran ekspositori.”

Berdasarkan hasil skala motivasi belajar matematika diperoleh

kesimpulan “Motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan model

pembelajaran Thingking Aloud Pair Problem Solving lebih baik daripada

siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori.”

B. Saran

Berdasarkan pada penemuan-penemuan peneliti selama melakukan

penelitian, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk guru dan calon guru Matematika, model pembelajaran Thinking

Aloud Pair Problem Solving dapat digunakan sebagai alternatif dalam

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis

(44)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa dapat dilatih untuk mengembangkan cara berpikirnya serta cara

berpikir orang lain. Waktu yang diperlukan dalam menerapkan model ini

cukup banyak sehingga guru harus dapat mempersiapkannya dengan

baik.

2. Untuk siswa, model pembelajaran Thingking aloud pair problem solving

ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan

masalah matematika yang ada. Siswa harus terus berlatih sesuai peranan

model ini agar dapat berpikir kritis lebih baik.

3. Untuk peneliti selanjutnya, waktu yang diperlukan dalam penelitian ini

cukup banyak oleh karena itu peneliti diharapkan mempersiapkan seluruh

hal yang diperlukan agar menguasai model pemnbelajaran Thinking

Aloud Pair Problem Solving ini dengan baik. Dalam pelaksanaannya

guru harus dapat memotivasi siswa karena model pembelajaran ini baru

bagi mereka, pada awal pertemuan siswa akan merasa kesulitan dalam

menentukan masalah dan menjalankan peranannya. Diharapkan untuk

peneliti selanjutnya agar model pembelajaran Thinking Aloud Pair

Problem Solving ini dapat diterapkan dalam berbagai pokok bahasan atau

(45)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, W. (2007). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Konsep

Fisiologi. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Anderson, Krathwohl, Airasian, Cruikshank, Mayer, Pintrich, Raths, dan Wittrock. (2001) A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Longman

Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Arya (2010). Belajar Psikologi. [Online]. Tersedia : http: //belajarpsikologi.com /pengertian-belajar-menurut-ahli/#ixzz1iGtri4ot [2 Januari 2012]

Bachman E. (2005). Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Barkley, P. Cross, dan C.H. Major. (2012). Collaborative Learning Techniques. Bandung : Nusa Media

Bruner, J.S. (1967). On Knowing: Essays For the Left Hand. Cambridge, Mass: Harvard University Press

Danyati, N. (2010). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model

Treffinger terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.

Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Djamarah, S.B. (1998). Studi Tentang Model Peningkatan Motivasi Berprestasi

Siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas

Sriwijaya.

http://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=238

Elianur, R. (2011). Indonesia Peringkat 10 Besar Terbawah dari 65 Negara

Peserta PISA. [Online]. Tersedia : http://edukasi.kompasiana.com

/2011/01/30/indonesia-peringkat-10-besar-terbawah-dari-65-negara-peserta-pisa/ [19 Desember 2012]

(46)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gagne (1977). The Conditions of Learning. New York : Holt

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change / Gain Scores. [Online]. Tersedia :http://www.physics.indiana.edu/~sdi/analyzingchange-gain.pdf [6Januari 2012]

Hamalik, Oemar (2009). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta. Sinar Baru Algensindo

Hasratuddin.(2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kecerdasan

Emosional Siswa SMP melalui Pendekatan Matematika Realistik.

Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Helmi (2010). Memahami Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia : http:

//helm.student.umm.ac.id/2010/08/12/memahami-berpikir-kritis/ [9

Oktober 2012]

Hudoyo, H. (1990) . Strategi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang

_________ (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Jhonson, E. (2011). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar- Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung :Kaifa

Junaidi, W. (2010). Pembelajaran Matematika. [Online].Tersedia :http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/pembelajaran-matematika.html (8 Januari 2013)

Kusumah, Y.S. (2005). Desain dan Pengembangan Courseware Berbasis

Computer dalam Implementasi E-learning Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Munir, S, (2008), Metodologi Penelitian Modul 8. Fakultas Ekonomi.Mercu Buana

Nelson, L.M. (1999). Collaborative Problem Solving. Intructional Designe

Theories A New Paradigm of Intructional Theory. Mahwah : Lawrence

(47)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Puskur Balitbang DEPDIKNAS. Pengembangan Model pendidikan Kecakapan

Hidup SD/MI/SDLB-SMP/MTs/SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK/MAK.

Rahmawati, I. (2011). Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving

(TAPPS) terhadap Kompetensi Strategis. (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 14 Bandung). Skripsi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Rochaminah (2008). Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Keguruan. [Online]. Tersedia

:http://pmt03.wordpress.com [5 Desember 2012]

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta lainnya. CBSA. Bandung :Tarsito.

______________ (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung :Tarsito.

Stice, J.E. (1987). Teaching Problem Solving. [Online]. Tersedia : http://wwwcsi.unian,it/educa/problemsolving/stice-ps.html [5 Januari 2013]

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Guru dan

Mahasiswa Calon Guru. JICA : FPMIPA UPI

____________ (2010). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung :Balai Percetakan dan Penerbitan Universitas Pendidikan Indonesia.

Syukur, M. (2004). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMU

melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open – Ended.

Tesis PPS UPI Bandung :Tidak diterbitkan.

(48)

Irmawan, 2014

Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar

Tabel 1.1 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3                                                    Hasil Uji Validitas tes
+6

Referensi

Dokumen terkait

Buah semusim dan merambat meliputi; stroberi, blewah, semangka, melon, anggur, dan markisa.. Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan signifikan dan berkontribusi

karena itu, dalam penelitian kualitatif diperlukan triangulasi. 330) mengemukakan bahwa “trian gulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

Langkah-langkah penelitian ini adalah: (1) Citra yang telah diambil di reduksi warna dari 24-bit menjadi 8-bit yang berfungsi untuk menyiapkan citra ke dalam format GIF,

Menurut pendapat anda, apa langkah-langkah yang paling Menurut pendapat anda, apa langkah-langkah yang paling mungkin dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam rangka

Menurut Mason (1996, Hal 490), pengertian dari analisis regresi adalah suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua

Sinar Matahari adalah merupakan sumber energi alternatif yang sangat penting karena dengan menggunakan sel surya energi matahari dapat diubah langsung menjadi energi

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan1. Fakultas Farmasi Universitas