TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
IRMAWAN 1103456
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH PASCASARJANA
iii
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pembelajaran
Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA” ini
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Bandung, 19 Juni 2014
Yang membuat pernyataan,
iii
Tesis dengan Judul:
PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA
IRMAWAN 1103456
Pembimbing I
H. Bana G. Kartasasmita, Ph.D.
Pembimbing II
Dr. Stanley Dewanto, M.Pd
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
iii
PEMBELAJARAN
THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA
Oleh : Irmawan
S.Pd. Universitas Langlangbuana BANDUNG, 2002
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana
© Irmawan 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
JUDUL TESIS ... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
HALAMAN HAK CIPTA ... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... B. Rumusan Masalah... BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori... 1. Hakikat Matematika... 2. Pengertian Belajar... 3. Ciri-ciri Belajar... 4. Belajar dan Pembelajaran Matematika... 5. Model Pembelajaran Ekspositori... 6. Pembelajaran Kolaboratif... 7. Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving.... 8. Kemampuan Berpikir Kritis... 9. Motivasi Belajar... B. Penelitian Terdahulu... 30
C. Anggapan Dasar... 31
D. Hipotesis Penelitian... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian... 1. Populasi dan Sampel... 2. Waktu dan Fokus Penelitian... B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian... 1. Metode Penelitian... 2. Desain Penelitian... C. Teknik Pengumpulan Data... D. Uji Alat Tes Penelitian... E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...
iii
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Prosedur Penelitian... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian... 1. Deskripsi Pembelajaran Kelas Eksperimen... 2. Deskripsi Pembelajaran Kelas Kontrol... 3. Deskripsi Data Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Matematis.. 4. Deskripsi Data Postest Kemampuan Berpikir Kritis Matematis.. 5. Pengaruh Penerapan Model TAPPS... 6. Analisis Data Angket Motivasi Belajar Matematika...
52 52 59 61 66 71 77 B. Pembahasan... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... B. Saran...
83 83
iii
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Keterkaitan Indikator ... 6
2.1 Perbedaan Pembelajaran Kolaboratif dan Ekspositori ... 19
3.1 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 36
3.2 Interpretasi Validitas ... 41
3.3 Hasil Uji Validitas alat tes... 41
3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 42
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa ... 43
3.6 Hasil Uji Reliabilitas alat tes ... 43
3.7 Interpretasi Daya Pembeda ... 45
3.8 Klasifikasi Daya Pembeda ... 45
3.9 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 46
3.10 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 46
3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda... 47
3.12 Klasifikasi Indeks Gain ... 49
4.1 Refleksi Tindakan pada Pertemuan I ... 55
4.2 Refleksi Tindakan pada Pertemuan II ... 58
4.3 Output Tes Normalitas Pretest ... 62
4.4 Output Tes Homogenitas Pretest ... 63
4.5 Output Uji-t Pretest ... 65
4.6 Output Normalitas Posttest ... 67
4.7 Output Ranks Non Parametrik ... 68
4.8 Output Uji Perbedaan Posttest ... 69
4.9 Output Uji Normalitas Gain ... 72
4.10 Output Uji Homogenitas Gain ... 73
4.11 Group Statistics ... 74
4.12 Output Uji-t Gain ... 75
4.13 Output Tes Normalitas Angket ... 77
4.14 Output Tes Homogenitas Angket ... 78
iii
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : BAHAN AJAR
LAMPIRAN B : INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN C : HASIL UJICOBA
LAMPIRAN D : DATA HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN E : ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN F : SURAT PERIJINAN DAN FOTO KEGIATAN
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA
IRMAWAN 1103456
Irmawan (2014). “Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Matematika pada Siswa SMA”. Tesis SPS UPI Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving untuk meningkatan kemampuan berpikir kritis Matematis dan
Motivasi Belajar Matematika pada siswa SMA. Desain penelitian yang digunakan adalah kelompok kontrol pretest – postest. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 8 Bandung dengan sampel kelas X-2 dan X-3. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis Matematika, angket, dan observasi. Penelitian ini dilakukan pada kelas X semester genap dengan pokok bahasan jarak pada Dimensi Tiga. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji-t, dan analisis data observasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran Thinking Aloud
Pair Problem Solving dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori, dan
diuraikan sebagai berikut. (1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis Matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaranThinking Aloud Pair Problem
Solving lebih baik daripada siswa yang menggunakan metode pembelajaran
ekspositori. (2) Motivasi belajar Matematika siswa yang mengguanakan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekpositori.
Kata Kunci : Kemampuan berpikir kritis Matematika, Motivasi Belajar
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
LEARNING THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING ABILITY TO INCREASE CRITICAL THINKING MATHEMATICS AND LEARNING
MATHEMATIC MOTIVATION STUDENT IN HIGH SCHOOL
IRMAWAN
1103456
Irmawan (2014) : "Learning Thinking Aloud Pair Problem Solving Ability to
Increase Critical Thinking Mathematics and Learning Mathematics Motivation Students in High School ". Thesis SPS UPI Bandung. This study aims to gain an overview of the lessons of Thinking Aloud Pair Problem Solving to improve critical thinking skills and Motivation Mathematical Learning Mathematics students in high school. The study design used was a control group pretest - posttest. The population in this study were all students of class X SMAN 8 Bandung with samples of X-2 and X-3. The instrument used is a test of critical thinking skills of Mathematics, questionnaires, and observation. This research was conducted in the second semester of class X with subject distance in Three Dimensions. Analysis of the data in this study using t-test, and analysis of observational data. The results of the study explained that there are different mathematical increase critical thinking skills among students who learn by using learning Thinking Aloud Pair Problem Solving with students using expository method, and is described as follows. (1) The increase in critical thinking skills students learn mathematical Learning Thinking Aloud Pair Problem Solving better than students using the expository method. (2) students' motivation to learn mathematics learning model that used Thinking Aloud Pair Problem Solving better than students whose learning method ekpositori.
Keywords: Critical thinking skills of Mathematics, Mathematics Learning
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup
peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang
beradab dan bermartabat serta mampu bersaing di percaturan dunia
internasional dalam era globalisasi. Perlu kesadaran bersama bahwa
peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi anak
didik agar berani dan mampu menghadapi segala permasalahan tanpa rasa
tertekan, mau dan mampu serta senang mengembangkan diri menjadi manusia
yang unggul. Pendidikan juga diharapkan mampu mendorong peserta didik
untuk memelihara dirinya, meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, lingkungannya dan masyarakat.
Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, ditunjukkan dengan hasil laporan dan
survey beberapa lembaga. Data Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar)
menyebutkan bahwa Ujian Nasional (UN) SMP di Jawa Barat menurun dari
31,19 pada Tahun 2009 menjadi 29,34 Tahun 2010 atau menurun sebesar 1,85
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan data BAPPENAS bahwa partisipasi pendidikan pada jenjang
menengah masih relatif rendah yang ditandai dengan adanya selisih APK
antara sasaran Tahun 2009 sebesar 69,34 % dan capaian terakhir pada Tahun
2007 sebesar 60,51% banyak lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disadari anak usia 16-18 tahun lebih memilih
bekerja dibandingkan melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK (BAPPENAS,
2009).
Peningkatan SDM dalam era globalisasi merupakan suatu hal yang perlu
dilakukan terutama bagi suatu bangsa yang sedang berkembang. Pendidikan
merupakan salah satu unsur penting bagi perkembangan dan perwujudan diri
individu, juga bagi perkembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu, semua
yang menyangkut pendidikan perlu dikembangkan sebaik-baiknya.
Pembelajaran matematika merupakan salah satu aspek penting yang harus
dikembangkan dengan baik dalam pendidikan. Pembelajaran matematika
diantara tujuannya adalah membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Hal
serupa juga diungkapkan oleh Ruseffendi (2006 : 208), “Matematika itu
memegang peranan penting dalam pendidikan masyarakat baik sebagai objek
langsung (fakta, keterampilan, konsep, prinsip) maupun objek tak langsung
(bersikap kritis, logis, tekun, mampu, memecahkan masalah dan lain-lain)”.
Berdasarkan tujuan tersebut, adanya pelajaran matematika dimaksudkan
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut menunjukkan bahwa berpikir kritis
merupakan kompetensi yang sangat penting untuk dikembangkan.
Terdapat indikator dalam berpikir kritis, menurut Ennis (Helmi : 2010),
kemampuan berpikir kritis dikelompokkan menjadi lima besar aktivitas, yaitu:
memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun
keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (inference), memberikan
penjelasan lanjut (advance clarification), dan mengatur strategi dan teknik
(strategics and tactics). Berdasarkan penjelasan tersebut, jelas bahwa siswa
harus memiliki kemampuan berpikir kritis matematika. Namun, kenyataannya
di sekolah kemampuan berpikir kritis matematika siswa masih rendah.
Hasil studi PISA (Progamme for International Student Assesment) tahun
2009 yang dilaksanakan oleh Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD) di Paris (Elianur : 2011) pada bidang Matematika
menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-61 dari 65 negara peserta.
Siswa tersebut hanya mampu memecahkan masalah sederhana, mereka belum
mampu memecahkan masalah yang lebih kompleks, ini dikarenakan
kemampuan berpikir kritis siswa rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2007) juga
menunjukkan hal yang sama, bahwa hasil secara umum berdasarkan status
sekolah menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA di Kota Bandung
masih rendah, untuk SMA negeri sebesar 39,80 % dan SMA swasta sebesar
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam dunia pendidikan guru merupakan seseorang yang secara langsung
mempengaruhi, membimbing, dan mengembangkan kemampuan siswa
termasuk kemampuan berpikir kritis. Guru memegang peran yang sangat
penting dalam kegiatan proses belajar mengajar, artinya guru bertanggung
jawab dan bertugas menyusun dan merencanakan pelaksanaan pembelajaran di
sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus mampu memilih dan
menentukan model pembelajaran yang sesuai guna meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Kenyataann berdasarkan pengamatan peneliti selama
mengajar di SMA bahwa kemampuan mereka baru sekedar menyelesaikan
masalah-masalah sederhana, sedangkan mereka sebagian besar belum bias
menyimpulkan jawaban dan menjelaskan lebih lanjut jawaban mereka, selain
itu mereka kebingungan ketika harus menyelesaikan masalah yang tidak rutin
atau tidak mirip dengan yang dicontohkan guru. Kenyataan itu menunjukan
bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih kurang.
Melihat kondisi pembelajaran tersebut, dampaknya selama proses
pembelajaran siswa kurang termotivasi untuk belajar, siswa merasa kesulitan
dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh
guru, sehingga siswa kurang memiliki rasa percaya diri dalam proses belajar di
kelas, siswa menjadi tidak mandiri, tidak disiplin dan kurang bertanggung
jawab dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dengan
demikian siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran dan kurang
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar siswa. Sementara motivasi adalah salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar, namun kenyataan menunjukan bahwa
motivasi siswa dalam belajar matematika sangat rendah, ini ditunjukan dengan
hasil observasi peneliti yang mengungkapkan bahwa ternyata pendapat mereka
terhadap pembelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, menakutkan,
dan membosankan sehingga terlihat mereka agak malas mengikuti
pembelajaran matematika. Hal ini mengindikasikan bahwa motivasi belajar
matematika siswa SMA masih sangat rendah.
Syukur (Danyati, 2010 : 4) menyatakan bahwa untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis, diperlukan pembelajaran yang
memberikan keleluasaan berpikir kepada siswa. Guru tidak hanya menjadi
pemberi informasi, namun guru juga harus berperan sebagai fasilitator,
motivator, dan pembimbing siswa agar dapat membantu siswa menggunakan
semua kemampuan berpikir kritisnya untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, suatu pembelajaran yang
memberikan keleluasaan berpikir bagi siswa. Salah satu pembelajaran tersebut
adalah Pembelajaran Kolaboratif.
Pembelajaran Kolaboratif merupakan inovasi pembelajaran yang apabila
dilakukan dengan baik akan mewujudkan tercapainya tujuan, khususnya para
siswa secara aktif terlibat dalam membangun pikiran mereka sendiri.
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kolaboratif. Senada yang diungkapkan Nelson (1999), bahwa pembelajaran
kolaborasi dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa,
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan kolaborasi. Pembelajaran
kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja bersama, saling
menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil.
Model pembelajaran yang merupakan bagian dari Pembelajaran
Kolaboratif dan yang dianggap sesuai untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis adalah Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem
Solving (TAPPS). Pada model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem
Solving menurut Rahmawati (2011), “Pasangan-pasangan siswa bekerja
menyelesaikan masalah. Salah satu siswa siswa memecahkan masalah
sementara yang lainnya mendengarkan, sehingga TAPPS ini dapat membantu
siswa mengamati proses berpikir mereka sendiri dan temannya”.
Terdapat keterkaitan antara model pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving dengan kemampuan berpikir kritis. Selain dimotivasi oleh
keinginan untuk menemukan jawaban dan mencapai pemahaman dari proses
berpikir sendiri dan orang lain yang dalam hal ini dapat didukung oleh model
pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving, indikator kemampuan
berpikir kritis menurut Ennis juga dapat dilatih dan dikembangkan oleh
perananyang terdapat pada model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem
Solving yaitu peranan siswa sebagai Problem Solver dan Listener.
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterkaitan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis dengan model
pembelajaranThinking Aloud Pair Problem Solving
Indikator Kemampuan Berpikir
Kritis Peranan
Memberikan penjelasan sederhana
(elementary clarification)
Problem Solver dan Listener
Membangun keterampilan dasar (basic
support)
Problem Solver dan Listener
Menyimpulkan (inference) Problem Solver dan Listener
Memberikan penjelasan lanjut (advance
clarification),
Problem Solver
Mengatur strategi dan teknik (strategics
and tactics)
Problem Solver dan Listener
Berdasarkan berbagai pemikiran yang telah disampaikan, maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pembelajaran Thinking
Aloud Pair Problem Solving untuk Meningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis dan Motivasi Belajar pada Siswa SMA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Apakah peningkatan dan pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Problem Solving lebih baik daripada siswa yang menggunakan model
pembelajaran ekspositori?
2 Apakah motivasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran Thinking
Aloud Pair Problem Solving lebih baik jika dibandingkan dengan yang
menggunakan metode ekspositori ?
Mengingat luasnya permasalahan yang terdapat dalam latar belakang
masalah, perlu adanya batasan masalah agar masalah yang dikaji terarah pada
sasaran penelitian. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai
berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu Thinking Aloud Pair Problem
Solving.
2. Materi yang diteliti dibatasi hanya pada pokok bahasan Dimensi Tiga
(Materi Kelas X semester genap).
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan tentu memiliki tujuan, begitupun
dengan penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Thinking
Aloud Pair Problem Solving terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kritis matematis pada siswa SMA.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran
ekspositori.
3. Untuk mengetahui motivasi belajar matematika siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model
Thinking Aloud Pair Problem Solving.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
berguna khususnya dalam hal pendidikan. Adapun manfaat dilaksanakannya
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan gambaran tentang pengaruh
penggunaan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving
terhadap kemampuan berpikir kritis Matematis pada siswa SMA. Selain
itu penelitian ini juga memberikan pengetahuan mengenai model
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa.
2. Bagi guru, sebagai alternatif dalam menentukan model yang bisa
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya meningkatkan
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagi siswa, memberikan kesempatan kepada siswa dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan belajar secara kelompok, serta memperoleh
pembelajaran matematika yang berbeda dengan yang biasa diterima
sebelumnya.
4. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini akan memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 8
Bandung. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak dua kelas yang diambil
secara random dari populasi. Salah satu kelas dari sampel yang diambil
dijadikan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas yang satu lagi sebagai
kelas kontrol. Kelas yang di random adalah kelas X dan XI, karena kelas XII
akan menghadapi Ujian Nasional.
2. Waktu dan Fokus Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013, yaitu tepat
pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan objek pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 8 Bandung, dengan dua
kelas secara acak dari seluruh kelas X akan dijadikan sampel. Salah satu kelas
dijadikan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan model
pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving, sedangkan satu kelas
lainnya dijadikan sebagai kelas kontrol yang diberikan perlakuan metode
pembelajaran ekspositori. Setelah dilakukan random maka didapat kelas x-2
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen
murni. Pemilihan metode ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
penerapan model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving sebagai
variabel bebas, dan hasil penerapan model tersebut terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis dan motivasi belajar matematika siswa. Menurut
Ruseffendi (2005 : 35), “Penelitian eksperimen atau percobaan (Experimental
Research) penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab akibat.
Perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada
variabel terikat”. Setiap sampel penelitian diberikan perlakuan yang sama
dalam hal penggunaan kurikulum, alokasi waktu KBM, buku sumber, dan
guru yang mengajar.
2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain kelompok
kontrol pretest – posttest yang melibatkan dua kelompok. Pemilihan sampel
tidak acak, adanya pretest dan posttest (O). Kelompok satu tidak memperoleh
perlakuan atau perlakuan biasa sedangkan kelompok yang satu lagi
memperoleh perlakuan menggunakan model pembelajaran Thinking Aloud
Pair Problem Solving (X). Adapun desain penelitiannya adalah sebagai
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
O X O
---O O
Keterangan:
--- : Sampel tidak acak.
O : Pretest dan posttest berupa tes kemampuan berpikir kritis
X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Thinking
Aloud Pair Problem Solving
C.Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
a. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana
yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk
mencapai satu/ lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar.
c. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja siswa merupakan perangkat pembelajaran sebagai
pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. LKS ini
berupa lembaran kertas yang memuat informasi berupa soal- soal yang
harus dijawab oleh siswa.
d. Media Power Point
Sajian Power Point digunakan hanya di salah satu pertemuan guna
mengurangi kejenuhan siswa dalam menagkap materi yang diberikan.
e. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari pretest dan postest.
Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
Matematika siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan postest
digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diberikan perlakuan dan untuk melihat peningkatan yang terjadi. Tes
merupakan soal uraian yang memuat kisi-kisi dari indikator kemampuan
berpikir kritis.
Adapun penskoran tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek yang diukur Respon siswa terhadap soal atau masaah Skor
Memberikan
penjelasan sederhana tentang dimensi tiga
Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.
0
Hanya menjelaskan konsep-konsep yang digunakan tetapi benar.
1
Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dan memberikan alasan yang salah.
2
Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan lengkap dan benar dan memberikan alasan yang kurang lengkap.
3
Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan lengkap dan benar serta memberikan alasan yang lengkap
Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.
0
Hanya mengobservasi masalah saja tetapi benar.
1
Mengobservasi masalah dengan benar tetapi tidak mempertimbangkan hasil observasi dengan benar.
2
Mengobservasi masalah dengan benar tetapi kurang lengkap dalam mempertimbangkan hasil observasi.
3
Mengobservasi masalah dengan benar dan mempertimbangkan hasil observasi dengan lengkap dan benar.
4
Menyimpulkan persoalan tentang dimensi tiga
Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.
0
Mengerjakan soal dengan kurang lengkap dan tanpa menyimpulkan permasalahan.
1
Mengerjakan soal dengan benar tetapi dalam menyimpulkan permasalahan masih kurang lengkap.
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mengerjakan soal dengan benar dan dapat menyimpulkan permasalahan dengan lengkap tetapi masih melakukan kesalahan tetapi tidak banyak.
3
Mengerjakan soal dengan benar dan dapat menyimpulkan permasalahan dengan lengkap dan benar.
4
Memberikan penjelasan lanjut tentang dimensi tiga
Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.
0
Hanya menjelaskan konsep-konsep yang digunakan tanpa memberikan identifikasi asumsi.
1
Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan tetapi memberikan identifikasi asumsi yang kurang jelas.
2
Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dan memberikan identifikasi asumsi yang jelas tetapi kurang lengkap.
3
Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dan memberikan identifikasi asumsi yang jelas dan lengkap.
4
Mengatur strategi dan teknik dalam persoalan dimensi tiga
Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah dan tidak memenuhi harapan.
0
Hanya bisa mengubah soal cerita kedalam bentuk matriks tanpa penyelesaian masalah tetapi benar.
1
Bisa mengubah soal cerita dalam bentuk matriks dan mengerjakannya tetapi tidak dapat memutuskan tindakan dalam permasalahan
2
Mengerjakan soal cerita dengan menggunakan matriks dengan benar tetapi strategi dan teknik kurang lengkap/ tidak tepat.
3
Mengerjakan soal cerita dengan menggunakan matriks dengan benar dan strategi dan teknik benar/ tepat.
4
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skala dalam penelitian ini digunakan sebagai alat tes yang
dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar
matematika siswa baik kelas yang menggunakan model pembelajaran
TAPPS maupun kelas yang tidak menggunakan model TAPPS setelah
memperoleh pembelajaran.
Skala motivasi belajar ini dirancang dalam bentuk pilihan-pilihan
pernyataan yang berkaitan dengan perhatian siswa, respon siswa, percaya
diri siswa dan kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran matematika.
Dimana setiap siswa baik siswa yang mendapat perlakuan model
pembelajaran TAPPS maupun siswa yang tidak mendapatkan perlakuan
atau menggunakan model pembelajaran ekspositori diminta untuk mengisi
kolom jawaban berdasarkan pernyataan yang tersedia.
Skala motivasi belajar ini menggunakan skala Grafis (Grafic rating
Scale), skala grafis merupakan metode pengukuran sikap yang disajikan
dalam bentuk grafis atau gambar. Metode ini menyatakan penelitian
responden terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu dengan angka
yang ada dalam gambar atau grafik penelitian. Dengan kriteria angka 1
menunjukan bahwa responden memberikan tanggapan yang sangat tidak
setuju terhadap pernyataan yang diajukan atau tingkat motivasinya sangat
rendah, sedangkan angka 10 menunjukan sangat setuju terhadap
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
:19). Untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi skor atau
nilai sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pilihan jawaban mulai dari 1 sampai dengan 10. Dengan ketentuan
Bila jawaban ke kiri maka motivasinya cenderung rendah, bila jawaban ke
kanan maka motivasinya cendrung tinggi.
D.Uji Instrumen Penelitian
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes diujicobakan
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran dari instrumen tersebut.
Sebelum dilakukan validitas butir soal dilihat dulu validitas isi yaitu
memeriksa isi instrumen dengan meminta pendapat para ahli, dalam hal ini
adalah Dosen pembimbing, setelah itu validitas muka diperiksa dan dinilai
oleh guru Matematika yang berpengalaman di sekolah tersebut. Adapun
kriterianya sebagai berikut :
1. Validitas Instrumen
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas tes keseluruhan dapat dilihat dari koefisien validitas soal yang
diberikan. Untuk menghitung koefisien validitas tes digunakan rumus korelasi
product momentmemakai angka kasar Pearson (Suherman, 2003 : 121), yaitu :
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N : banyak peserta tes
X : skor tiap butir soal
Y : skor total
Selanjutnya dilakukan penginterpretasian nilai koefisien (rxy) yang
diperoleh. Berikut interpretasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman,
2003 :112) :
Tabel 3.2
Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas sangat rendah
Tidak valid
Hasil uji validitas alat tes dapat dilihat dalam tabel 3.4.
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas tes
Item soal Corrected item-total
correlations
korelasi item total dikoreksi (corrected item-total correlation) tidak semua item
soal memiliki kriteria validitas. Dari 8 butir soal terdapat 5 item memberikan
nilai positif ≥ 0.25, hal tersebut menunjukan 5 item soal valid dan terdapat 3
item soal yang tidak valid. Dengan demikian maka peneliti hanya mengambil
jumlah item soal yang valid.
2. Reliabilitas
Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe
uraian. Oleh karena itu, untuk mencari koefisien reliabilitas ( ) digunakan
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
∑
Keterangan :
r11 : koefisien korelreliabilitas alat evaluasi
n : banyak butir soal
∑ : jumlah varians skor setiap soal
: varians skor total
Selanjutnya dilakukan penginterpretasian nilai koefisien (r11) yang
diperoleh. Berikut interpretasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman,
2003 :112) :
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien
Korelasi
Interpretasi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.
Reliabilitas merujuk kepada konsistensi skor yang dicapai oleh siswa yang
sama ketika mereka diuji ulang dengan soal yang sama pada kesempatan yang
berbeda. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS
versi 17 for windows diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.5.
Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa
Cronbach's Alpha
disimpulkan bahwa alat test tersebut memiliki reliabilitas internal yang
memadai untuk mengukur motivasi belajar siswa.
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel uji reliabilitas di atas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha
yang diperoleh sebesar 0,816 (> 0.70), maka dapat disimpulkan bahwa alat
test tersebut memiliki reliabilitas internal yang memadai untuk mengukur
hasil belajar siswa.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda menunjukkan sejauh mana stiap butir soal
dapatmembedakan siswa yang mampu menguasai materi pembelajaran
dengan siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran. Untuk menghitung
daya pembeda tiap butir soal uraian digunakan rumus sebagai berikut
(Suherman, 2003 :160),
̅̅̅ ̅̅̅̅
Keterangan :
DP : Daya Pembeda
̅̅̅ : rata-rata skor kelompok atas
̅̅̅̅ : rata-rata skor kelompok atas
: skor maksimum ideal
Selanjutnya dilakukan penginterpretasian daya pembeda. Berikut
interpretasi daya pembeda :
Tabel 3.7
Interpretasi Daya Pembeda
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sangat baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat Jelek
Soal tes tertulis setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
selanjutnya dilakukan uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran dengan
maksud untuk mengukur tingkat kualitas soal tes. Daya pembeda soal adalah
kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto,
2007:211). Untuk klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8
Klasifikasi Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 < D ≤ 0,20 0,20 < D ≤ 0,40 0,40 < D ≤ 0,70 0,70 < D ≤ 1,00
Jelek Cukup
Baik Baik sekali
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indeks kesukaran adalah derajat kesukaran butiran soal. Untuk
menghitung indeks kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai
berikut :
̅
Keterangan :
IK : indeks Kesukaran
̅ : rata-rata skor total
: skor maksimum ideal
Klasifikasi interpretasi indeks kesukaran menggunakan kriteria
seperti berikut:
Tabel 3.9
Interpretasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi
Soal terlalu sukar
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
Soal terlalu mudah
Sedangkan analisis tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa sukar sebuah soal yang dibuat sebagai alat tes yang baik
adalah yang mempunyai tingkat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar ataupun
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel. 3.10
Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Batasan Kategori
0,00 ≤ P < 0,30
Daya pembeda soal serta tingkat kesukaran soal dilakukan dengan
bantuan Anatest kemudian dianalisis. Berikut di paparkan hasil pengujian
daya pembeda dan tingkat kesukaran soal alat tes dengan menggunakan
bantuan Anatest.
Tabel 3.11
Hasil Uji Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda
No soal Tingkat
Kesukaran Kategori Daya Pembeda
1 57,16 Sedang 55,56
Sumber data: diolah menggunakan Anatest
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest juga
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
program SPSS 17 for windows. Kemudian dilakukan analisis untuk
menjawab hipotesis yang diajukan. Berikut analisis yang dilakukan ;
1.1Analisis data
a. uji normalitas data pretest, posttest dan angket.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data
dibutuhkan untuk menentukan pengujian beda dua rata-rata
yang akan diselidiki. Untuk melakukan uji normalitas,
digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan
5%. Jika data berdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji
homogenitas. Jika tidak, maka data tidak dapat melakukan uji
homogenitas melainkan uji non-parametrik yaitu uji
Mann-Whitney.
b. Uji homogenitas pretest
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat
homogenitas atau kesamaan beberapa bagian sampel atau
seragam tidaknya variansi sampel-sampel yaitu apakah kedua
sampel berasal dari populasi yang sama.
c. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk data pretest,
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka
menggunakan uji-t berpasangan. Jika tidak maka
pengujiannya menggunakan uji non-parametrik yaitu uji
Mann-Whitney.
1.2Analisis data kualitas peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Motivasi.
Analisis data kualitas peningkatan Kemampuan berpikir
kritis menggunakan Uji Indeks Gain. Indeks gain dihitung dengan
rumus gain dari Meltzer (Rahmawati, 2011 : 32) sebagai berikut:
Indeks Gain =
Sedangkan kriteria indeks gain menurut Hake (Rahmawati,
2011 :32) sebagai berikut:
Tabel 3.12
Klasifikasi Indeks Gain
IG Klasifikasi
Tinggi
Sedang
Rendah
2. Data Kualitatif
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara
menyimpulkan hasil pengamatan observer selama proses
pembelajaran berlangsung. Setiap pernyataan dalam lembar
observasi terdiri dari aktivitas guru dan siswa.
F. Prosedur Penelitian
Dalam prosedur penelitian ini ada beberapa tahap yang dilakukan,
yaitu:
1. Perencanaan dan persiapan penelitian
a. Mengumpulkan studi kepustakaan dan menyusun proposal
b. Seminar proposal dan merevisi
c. Pengajuan Proposal penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI.
d. Mengajukan permohonan penelitian kepada Kepala Sekolah
SMAN 8 Bandung.
e. Setelah diterima dan disetujui oleh Kepala Sekolah yang
bersangkutan, penulis mulai melakukan penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
a. Melakukan konsultasi dengan guru bidang studi yang
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Uji instrumen pada kelas yang sudah menguasai materi
(contohnya : kelas XI).
c. Memilih secara random dua kelas sebagai sampel penelitian.
d. Melakukan pretest pada kedua kelas.
e. Melaksanakan pembelajaran Matematika dengan model
pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solvingpada kelas
eksperimendankelas kontrol diberikan perlakuan metode
pembelajaran ekspositori.
f. Melakukan postest pada kedua kelas.
g. Melakuakan Observasi oleh teman sejawat/guru selama
pembelajaran berlangsung (pada kelas ekperimen).
h. Memberikan angket di akhir pertemuan.
i. Pengolahan dan Penarikan Kesimpulan.
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
b. Membuat kesimpulan.
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Studi Kepustakaan
Menyusun Proposal
Seminar Proposal dan Revisi
Penyusunan Instrumen dan Bahan AJar
Uji Instrumen dan Revisi
Pretest
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pembelajaran dengan model pembelajaran ekspositori
Pembelajaran dengan model TAPPS
Postest/angket
Data
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran
Thinking Aloud Pair Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan
Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
diperoleh kesimpulan “Peningkatan dan Pencapaian kemampuan berpikir
kritis matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Thinking
Aloud Pair Problem Solving lebih baik daripada siswa yang menggunakan
metode pembelajaran ekspositori.”
Berdasarkan hasil skala motivasi belajar matematika diperoleh
kesimpulan “Motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan model
pembelajaran Thingking Aloud Pair Problem Solving lebih baik daripada
siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori.”
B. Saran
Berdasarkan pada penemuan-penemuan peneliti selama melakukan
penelitian, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk guru dan calon guru Matematika, model pembelajaran Thinking
Aloud Pair Problem Solving dapat digunakan sebagai alternatif dalam
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa dapat dilatih untuk mengembangkan cara berpikirnya serta cara
berpikir orang lain. Waktu yang diperlukan dalam menerapkan model ini
cukup banyak sehingga guru harus dapat mempersiapkannya dengan
baik.
2. Untuk siswa, model pembelajaran Thingking aloud pair problem solving
ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan
masalah matematika yang ada. Siswa harus terus berlatih sesuai peranan
model ini agar dapat berpikir kritis lebih baik.
3. Untuk peneliti selanjutnya, waktu yang diperlukan dalam penelitian ini
cukup banyak oleh karena itu peneliti diharapkan mempersiapkan seluruh
hal yang diperlukan agar menguasai model pemnbelajaran Thinking
Aloud Pair Problem Solving ini dengan baik. Dalam pelaksanaannya
guru harus dapat memotivasi siswa karena model pembelajaran ini baru
bagi mereka, pada awal pertemuan siswa akan merasa kesulitan dalam
menentukan masalah dan menjalankan peranannya. Diharapkan untuk
peneliti selanjutnya agar model pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving ini dapat diterapkan dalam berbagai pokok bahasan atau
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, W. (2007). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Konsep
Fisiologi. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Anderson, Krathwohl, Airasian, Cruikshank, Mayer, Pintrich, Raths, dan Wittrock. (2001) A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Longman
Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Arya (2010). Belajar Psikologi. [Online]. Tersedia : http: //belajarpsikologi.com /pengertian-belajar-menurut-ahli/#ixzz1iGtri4ot [2 Januari 2012]
Bachman E. (2005). Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Barkley, P. Cross, dan C.H. Major. (2012). Collaborative Learning Techniques. Bandung : Nusa Media
Bruner, J.S. (1967). On Knowing: Essays For the Left Hand. Cambridge, Mass: Harvard University Press
Danyati, N. (2010). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Model
Treffinger terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.
Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Djamarah, S.B. (1998). Studi Tentang Model Peningkatan Motivasi Berprestasi
Siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas
Sriwijaya.
http://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=238
Elianur, R. (2011). Indonesia Peringkat 10 Besar Terbawah dari 65 Negara
Peserta PISA. [Online]. Tersedia : http://edukasi.kompasiana.com
/2011/01/30/indonesia-peringkat-10-besar-terbawah-dari-65-negara-peserta-pisa/ [19 Desember 2012]
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gagne (1977). The Conditions of Learning. New York : Holt
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change / Gain Scores. [Online]. Tersedia :http://www.physics.indiana.edu/~sdi/analyzingchange-gain.pdf [6Januari 2012]
Hamalik, Oemar (2009). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta. Sinar Baru Algensindo
Hasratuddin.(2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kecerdasan
Emosional Siswa SMP melalui Pendekatan Matematika Realistik.
Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Helmi (2010). Memahami Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia : http:
//helm.student.umm.ac.id/2010/08/12/memahami-berpikir-kritis/ [9
Oktober 2012]
Hudoyo, H. (1990) . Strategi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang
_________ (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Jhonson, E. (2011). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar- Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung :Kaifa
Junaidi, W. (2010). Pembelajaran Matematika. [Online].Tersedia :http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/pembelajaran-matematika.html (8 Januari 2013)
Kusumah, Y.S. (2005). Desain dan Pengembangan Courseware Berbasis
Computer dalam Implementasi E-learning Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Munir, S, (2008), Metodologi Penelitian Modul 8. Fakultas Ekonomi.Mercu Buana
Nelson, L.M. (1999). Collaborative Problem Solving. Intructional Designe
Theories A New Paradigm of Intructional Theory. Mahwah : Lawrence
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Puskur Balitbang DEPDIKNAS. Pengembangan Model pendidikan Kecakapan
Hidup SD/MI/SDLB-SMP/MTs/SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK/MAK.
Rahmawati, I. (2011). Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving
(TAPPS) terhadap Kompetensi Strategis. (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 14 Bandung). Skripsi UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Rochaminah (2008). Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Keguruan. [Online]. Tersedia
:http://pmt03.wordpress.com [5 Desember 2012]
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta lainnya. CBSA. Bandung :Tarsito.
______________ (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung :Tarsito.
Stice, J.E. (1987). Teaching Problem Solving. [Online]. Tersedia : http://wwwcsi.unian,it/educa/problemsolving/stice-ps.html [5 Januari 2013]
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Guru dan
Mahasiswa Calon Guru. JICA : FPMIPA UPI
____________ (2010). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung :Balai Percetakan dan Penerbitan Universitas Pendidikan Indonesia.
Syukur, M. (2004). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMU
melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open – Ended.
Tesis PPS UPI Bandung :Tidak diterbitkan.
Irmawan, 2014
Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu