• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONTRIBUSI PEMINDAHAN DANA HAJI TERHADAP KINERJA KEUANGAN BNI SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KONTRIBUSI PEMINDAHAN DANA HAJI TERHADAP KINERJA KEUANGAN BNI SYARIAH"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KONTRIBUSI PEMINDAHAN DANA HAJI TERHADAP KINERJA KEUANGAN BNI SYARIAH

SKRIPSI

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN D4

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PADA JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

OLEH :

HALIMAH A04130011

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

JURUSAN AKUNTANSI 2017

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Halimah

NIM : A04130011

Tempat Tanggal Lahir : Banjarmasin, 19 Agustus 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Terminal Handil Bhakti Luar RT. 009 Rw.

002

Nama Orang Tua (Ayah) : Abdul Halim Nama Orang Tua (Ibu) : HJ. Misnawati

Riwayat Pendidikan : SDN Mawar 7, (2007)

MTsN Sampit (2010) MAN Sampit (2013)

Pengalaman Organisasi : Anggota Pramuka MAN Sampit

Ketua Umum Putri Pramuka Poliban 2014-2015

(5)

v MOTTO

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi MahaPenyayang dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi denganjudul “Analisis Efektivitas Pemindahan Dana Haji Terhadap Kinerja Keuangan BNI Syariah”inidengan baik dan lancar. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW,beserta keluarga, sahabat serta pengikut beliau hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kuliah D4 Jurusan Akuntansi Program Studi Akuntansi LembagaKeuangan Syariah Politeknik Negeri Banjarmasin.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis masih menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada terhingga kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan saya dukungan moral dan materi serta adik-adik saya yang telah memberi saya dorongan motivasi dan tujuan untuk berjuang tanpa menyerah.

Pada kesempatan kali ini, penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan bimbingan serta pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu antara lain:

(8)

viii

1. Bapak H. Edi Yohanes ST. MT, selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin.

2. Ibu Andriani SE, M.M, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin.

3. Bapak H. Mairijani M.Ag selaku Ketua Program Studi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah Politeknik Negeri Banjarmasin sekaligus Dosen Pembimbing yang telah membimbing saya dan memberikan semangat yang luar biasa dalam proses penyusunan skripsi.

4. Ibu Basyirah Ainun SE, MM, Ak, CA selaku wali kelas Program Studi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah Angkatan 2013 yang telah bersedia mendampingi dan mendidik kami selama masa kuliah.

5. Ibu LusianaHandayani SE, CIFP, Ak, CA selaku dosen pembimbing kedua saya yang telah membimbing saya dan memberikan semangat yang luar biasa dalam proses penyusunan skripsi.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat sertatelah membantu saya selama masa kuliah.

7. Seluruh keluarga saya yang ikut memberikan dukungan moral serta materi kepada penulis.

8. Seluruh sahabat saya di ALKS angkatan 2013 yang telah mendampingi saya dalam melewati hari-hari penuh kenangan yang tak terlupakan, serta

(9)

ix

bersama-sama berjuang menimba ilmu di bangku kuliah dari awal sampai akhir perjalanan.

9. Semua orang yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, serta bagi perkembangan dunia perbankan syariah untuk kedepannya.

Banjarmasin, Agustus 2017

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv

MOTTO ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7

1. Manajemen Dana Bank Syariah ... 7

2. Laporan Keuangan ... 9

(11)

xi

3. Analisis Laporan Keuangan ... 11

4. Dana Pihak Ketiga ... 14

5. Rasio Keuangan Bank ... 5

6. Kinerja Keungan Bank ... 22

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel... 29

B. Jenis Penelitian ... 30

C. Jenis dan Sumber Data ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 32

F. Kerangka Pemikiran ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 34

1. Sejarah singkat BNI Syariah ... 35

2. Visi dan Misi BNI Syariah ... 35

3. Struktur Organisasi ... 36

4. Perkembangan Keuangan BNI Syariah ... 38

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43

1. Pengaruh Dana Haji terkait dana pihak ketiga ... 43

2. Pengaruh Dana Haji terkait analisis rasio keungaan ... 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Simpulan ... 57

B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Struktur Organisasi BNI Syariah ... 36 2. Neraca BNI Syariah 2012 -2016 ... 40

(13)

xiii

DAFTAR GRAFIK

1. Dpk Bni Syariah ... 44

2. Pembiayaan & Dpk Bni Syariah 2014-2016 ... 45

3. Pertumbuhan Laba Bersih BNI Syariah 2012- 2016 ... 47

4. FDR BNI Syariah 2012 -2016 ... 49

5. BOPO BNI Syariah 2012 -2016 ... 52

6. ROA BNI Syariah 2012 -2016 ... 53

7. CAR BNI Syariah 2012 -2016 ... 55

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

1. Produk dan Layanan BNI Syariah ... 37

2. Rasio Keuangan BNI Syariah 2012 – 2016 ... 40

3. Kontribusi dana haji dalam dana pihak ketiga tahun 2014 -2016 ... 45

4. Perbandingan Pendapatan dan Beban Operasional ... 52

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar Bimbingan Tugas Akhir/Skripsi

2. Lembar Saran Ketua Penguji Tugas Akhir/Skripsi 3. Lembar Saran Anggota Penguji 1 Tugas Akhir/Skripsi 4. Lembar Tanda Terima Penilaian Pembimbingan

5. Peraturan Kementrian Agama No 30 Tahun 2013 Tentang “ Bank penerima Setoran Biaya Penyelenggara Ibadah Haji

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan perbankan syariah dalam kurun waktu lima tahun terakhir tergolong cukup pesat, khususnya pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang mendominasi aset perbankan syariah. Upaya pengembangan pasar perbankan syariah yang telah dilakukan Bank Indonesia dan pelaku industri yang tergabung dalam iB Campaign mampu memperbesar market share perbankan syariah mencapai 4,81% di tahun 2013 dari 4,21% pada periode yang sama di tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa terlepas dari kondisi ekonomi Indonesia yang tidak menentu, perbankan syariah tetap mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Ditahun 2015 Aset perbankan syariah pada triwulan IV/2015 sebesar Rp296.262 miliar meningkat sebesar Rp23.919 miliar atau tumbuh sebesar 8,78% dari Rp272.343 miliar pada periode yang sama tahun 2014. Dengan pertumbuhan tersebut, maka pangsa pasar aset perbankan syariah terhadap perbankan nasional adalah sebesar 4,83%.

Dari sisi penyaluran dana, pembiayaan di perbankan syariah pada Desember 2015 sebesar Rp212.996 miliar, tumbuh sebesar 6,86% atau Rp13.666 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp199.330 miliar. Pangsa pasar pembiayaan perbankan syariah terhadap perbankan nasional menyumbang 5,38%. Dilihat dari

(17)

kualitasnya, Non Performing Financing (NPF) pembiayaan perbankan syariah tahun 2015 berada di bawah 5% yaitu sebesar 4,34%. Industri perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang lebih baik. Hingga akhir tahun 2016 pertumbuhan industri perbankan syariah mencapai 20,33% (posisi Desember 2016) dengan pangsa pasar sebesar 5,30%.

Hal ini salah satunya disebabkan keberhasilan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Aceh yang melakukan konversi secara menyeluruh menjadi Bank Umum Syariah (BUS) pada September 2016.

Adapun per Juli 2016, pangsa pasar perbankan syariah telah mencapai 4,86%, meningkat dari Juli 2015 sebesar 4,64%. Secara nominal, aset perbankan syariah pun meningkat sebesar 18,49% secara dari Rp272,6 triliun per Juli 2015 menjadi Rp323 triliun per Juli 2016.

Kenaikan aset tersebut, lanjutnya, didorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) bank syariah sebesar 19,37% dari Rp216 triliun per Juli 2015 menjadi Rp257 triliun per Juli 2016. Kenaikan DPK ini mendorong penyaluran pembiayaan yang juga naik sebesar 12,51%

dari Rp204,8 triliun per Juli 2015 menjadi Rp230,4 triliun per Juli 2016. (www.bnis.co.id Laporan Tahunan 2012-2016, BNIS, diakses maret 2017)

Peningkatan aset yang cukup signifikan tersebut sebagian besar merupakan kontribusi dari bank syariah yang merupakan anak usaha bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), antara lain Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS), Bank Negara

(18)

3

Indonesia Syariah (BNI Syariah) dan Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Tabungan Negara (BTN).

Seiring dengan adanya aturan Kementrian Agama yang menetapkan peraturan tentang bank penerima setoran biaya penyelenggara ibadah haji, dalam peraturan menteri agama no 30 tahun 2013 pemerintah memutuskan Bank Penerima Setoran Baiya Penyelenggara Ibadah Haji yang selanjutnya disingkat BPS BPIH adalah bank syariah dan atau bank umum nasional yang memiliki layanan syariah. Dengan adanya peraturan tersebut setiap perbankan yang sebelum nya menerima setoran haji dan tidak memiliki layanan maupun unit usaha syariah melakukan pemindahan dana haji ke perbankan syariah, unit usaha syariah dan layanan syariah secara bertahap. Di tahun 2014 pemindahan dana haji dari bank-bank konvensioanal ke bank syariah sudah mulai dilakukan oleh beberapa bank besar seperti BRI, Mandiri, dan BNI.

Bagi perbankan syariah pemindahan dana haji merupakan anugerah luar biasa. Selain sebagai penyeimbang, dana haji tergolong dana yang bisa membantu menjaga likuiditas perbankan syariah.

Termasuk salah satu bank penerima dana haji adalah BNI Syariah.

Dengan masuknya dana tersebut tentunya akan menambah nilai asset maupun Dana pihak Ketiga (DPK) BNI Syariah. Dengan adanya pemindahan dana tersebut perbankan akan menetapkan kebijaksanaan di bidang usaha pengerahan dana, pengelolaan dan pengalokasian

(19)

kedalam berbagai aktiva berdasarkan skala prioritasnya untuk mencapai tingkat laba yang optimal dengan tetap memelihara tingkat likuiditas yang sehat dengan batasan batasan yang ditetapkan oleh regulasi.

BNI Syariah adalah Bank Umum Syariah terbesar ketiga berdasarkan aset di Indonesia dengan total aset per Desember 2016 mencapai sebesar Rp28,31 triliun. Total aset ini mencapai sebesar 7,94% dari total aset perbankan syariah atau meningkat dari pangsa pasar tahun 2015 sebesar 7,77% seiring dengan peningkatan aktivitas pembiayaan BNI Syariah. Selain itu, pertumbuhan aset BNI Syariah sebesar 23,01% pada tahun 2016 atau mampu melebihi pertumbuhan aset perbankan syariah yang tumbuh lebih rendah sebesar 20,33%.

Dengan penjabaran diatas penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Efektivitas Pemindahan Dana Haji Terhadap Kinerja Keuangan BNI Syariah”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis melakukan penelitian terkait bagaimana tingkat efektivitas pemindahan dana haji terhadap kinerja keuangan di BNI Syariah.

(20)

5

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pembahasan pada ruang lingkup tingkat efiktivitas pemindahan dana haji terhadap kinerja keuangan BNI Syariah dari tahun 2012 sampai dengan 2016.

D. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis bertujuan untuk menjelaskan tingkat efektivitas pemindahan dana haji terhadap kinerja keuangan di BNI Syariah.

E. Manfaat Penulisan 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat bernilai lebih untuk menambah dan memperluas wawasan atau keilmuan pengetahuan serta pengalaman didalam menganalisis laporan keuangan bank, dimana penulis dapat menerapkan teori teori yang diperoleh selama perkuliahan

2. Bagi Bank Syariah

Penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai catatan atau koreksi untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja perbankan yang sudah bagus, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.

(21)

3. Bagi Akademisi

Penelitian oini diharapkan digunakan sebagai sumber informasi atau dapat dipakai sebagai data sekunder dan bahan sumbangan pemikiran tentang peran dan fungsi manajemen keuangan, khususnya dalam salah satu fungsi yaitu mengetahui kinerja bank.

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Manajemen dana bank syariah

Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki Bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan (Kasmir:2007). Menurut Muchdarsyah Sinungan (2000) manajemen dana bank adalah sebagai suatu proses pengelolaan penghimpunan dana-dana masyarakat ke dalam bank dan pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat pada umumnya serta pemupukannya secara optimal melalui penggerakan semua sumber dana yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku.

Manajemen dana bank syari’ah adalah upaya yang d ilakukan oleh lembaga bank syari’ah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan tetap mampu memenuhi criteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitasnya. Sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank syari’ah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit- unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit

(23)

Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara bank syari’ah dengan nasabahnya bukan hubungan antara debitur dengan kredit, melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana (shahibul mal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba Bank Syari’ah bukan saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap hasil-hasil yang dapat diberikan kepada nasabah menyimpan dana. Dengan demikian, kemampuan manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan harta, pengusaha dan pengelola investasi yang baik akan sangat nenentukan usahanya sebagai lembaga intermediary dan kemampuanya menghasilkan laba.

Bank syari’ah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan sebagai lembaga keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk itu, bank syari’ah harus mengelola dana yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Kekayaan bank syari’ah dalam bentuk:

1) Kekayaan yang menghasilkan (Aktiva Produktif) yaitu pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana dibank atau investasi lain yang menghasilkan pendapatan.

2) Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan investasi (harta tetap).

b. Modal bank syari’ah berasal dari:

(24)

9

1) Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan hibah, infaq/shadaqah.

2) Simpanan/hutang dari pihak lain.

c. Pendapatan usaha keuangan bank syari’ah berupa bagi hasil atau mark up dari pembiayaan yang diberikan dan biaya administrasi serta jasa tabungan bank syari’ah di bank.

d. Biaya yang harus dipikul oleh bank syari’ah yaitu biaya operasi, biaya gaji, manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah penabung.

2. Laporan keuangan

Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank suatu waktu (periode) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi suatu perusahaan baik informasi mengenai jumlah dan jenis aktiva, kewajiban (hutang) serta modal, yang kesemuanya ini tergambar dalam neraca. Laporan keuangan juga memberikan gambaran hasil usaha perusahaan dalam suatu periodetertentu yang dikeluarkan dalam laporan laba rugi.

Kemudian laporan keuangan juga memberikan gambaran arus kas suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan arus kas (Kasmir, 2002).

Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-

(25)

pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan salah satu alat untuk memperoleh informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dari sebuah laporan keuangan dapat diketahui apakah kinerja perusahaan tersebut baik atau buruk. Salah satu fungsi dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai kinerja perusahaan.

Kinerja merupakan keadaan atau kondisi keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan dari tahun ke tahun. Kinerja perusahaan perlu di analisis untuk mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan. Laporan keuangan juga merupakan alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan tersebut.

Pihak-pihak tersebut antara lain adalah pemilik perusahaan, manajer, investor, kreditur, karyawan, dan pemerintah (Munawir, 2002).

Menurut Kasmir (2015:16) dikatakan bahwa :

Laporan keuangan belum dapat dikatakan mencerminkan keadaaan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang belum atau tidak tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Sebagai contoh seperti adanya kontrak kontrak penjualan atau pembeliaan yang telah disetujui, atau pesanan yang tidak dapat dipengaruhi, namun belum dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode tersebut. Kemudian ada hal-hal yang tidak dinyatakan dalam angka-angka seperti reputasi, prestasi manajernya danlainnya.

Oleh karena itu, setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Berikut ini beberapa keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan.

(26)

11

1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana ada data-data yang diambil dari masa lalu.

2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan hanya untuk pihak tertentu saja.

3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu

4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidak pastian.

5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.

Berikut adalah secara umum ada lima jenis laporan keuangan yang biasa disusun yaitu :

1. Neraca (balance sheet)

2. Laporan laba rugi (income statement) 3. Laporan perubahan modal

4. Laporan arus kas

5. Laporan catatan atas laporan keuangan 3. Analisis laporan keuangan

Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilaksanakan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi

(27)

keuanagan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang sudah direncanakan sebelumnya atau tidak.

Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar benar tepat pula kesalahan dalam memasukn angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya.

Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan –tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahanapa saja yang menjadi kekurangan perusahaan

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

(28)

13

5. Untuk melakukan penilain kinerjaa manajemen kedepan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

Adapun langkah atau perosedur yang dilakukan dalam analisis keuangan adalah :

1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap mungkin, baik untuk satu periode maupun beberapa periode

2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan dengan rumus-rumus tertentu, sesuai dengan standar yang biasa digunakan secara dan teliti, sehingga hasil yang diporeleh benar benar tepat

3. Melakukan perhitungan dengan memasukan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan secara cermat

4. Memberikan interprestasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dihapus

5. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan

6. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungkan dengan hasil analisis tersebut

(29)

4. Dana Pihak Ketiga

a. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)

Bagi sebuah bank sebagai lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan utama.

Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa- apa artinya tidak dapat berfungsi sama sekali. Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Dana yang dimiliki atau yang dikuasai bank tidaklah berasal dari milik bank sendiri, tapi juga ada dana pihak lain. Dana yang dikuasai bank bersumber dari:

1) Dana modal sendiri, dana yang bersumber dari modal bank sendiriatau berasal dari para pemegang saham. Dana ini disebut dana pihak pertama.

2) Dana pinjaman dari pihak luar. Ini disebut dana pihak kedua.

3) Dana dari masyarakat. Dana ini disebut dengan dana pihak ketiga

Dana dari pihak luar atau dana dari pihak ketiga adalah dana yang dimiliki bank secara tidak permanen. Dana tersebut yang sewaktu-waktu ditarik kembali. Jadi, dana pihak ketiga adalah sejumlah uang yang dimiliki bank dan berasal dari pihak luar yang menyimpan uangnya. Denngan kata lain, uang yang dimiliki bukan milik bank sendiri tapi titipan dari pihak luar. Bank hanya sebagai

(30)

15

lembaga yang menghimpun kemudian akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.

b. Jenis – Jenis Produk Penghimpunan DPK

Pada Prinsipnya, proses pemnghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukann oleh bank syariah hampir sama dengan bank konvensional, artinya dalam sistem perbankan syariah dikenal produk-produk berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), deposito (time deposit) sebagai sarana untuk menghimpun dana masyarakat. Perbedaannya adalah bahwa dalam sistem perbankan syariah tidak dikenal adanya bunga sebagai kontraprestasi terhadap nasabah deposan, melainkan melalui mekanisme bagi hasil dan bonus yang bergantung pada jenis produk apa yang dipilih oleh nasabah. Dengan demikian, produk penghimpunan dana (funding) yang ada dalam sistem perbankan syariah adalah:

1) Tabungan, Sama seperti bank konvesional, pada bank syariah terdapat produk tabungan. Meski sama, tentu saja ada perbedaan yang ada pada tabungan syariah dimana tidak menggunakan sistem bunga. Berdasarkan Fatwa DSN nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 bahwa terdapat dua jenis tabungan yang dibenarkan sesuai dengan prinsip syariah, yaitu berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.

(31)

2) Deposito Melihat Fatwa DSN nomor 03/DSN-MUI/IV/2000, deposito yang dibenarkan sesuai dengan prinsip syariah harus berdasarkan akad mudharabah. Secara teori, deposito mudharabah tidak begitu jauh berbeda dengan tabungan mudharabah. Hanya saja, simpanan di bank penarikannya hanya dapat dilakukan di waktu–waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak penyimpan dengan bank yang bersangkutan, sedangkan tabungan mudharabah tidak.

Biasanya, waktu penyimpanan dana deposito dilakukan dalam periode bulanan sebagaimana deposito di bank konvensional.

Maka dari itu, nasabah dapat melakukan penarikan dana hanya saat tanggal jatuh tempo. Pada tanggal yang bersamaan juga bagi hasil sesuai dengan nisbah dari hasil investasi yang telah dilakukan oleh bank dibagikan.

3) Giro, Berdasarkan Undang – Undang no. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.12 Jadi, melalui produk giro, nasabah memungkinkan melakukan perintah kepada pihak bank untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah uang dari rekening seseorang kepada rekening yang dituju dalam surat tersebut. Dalam Fatwa DSN nomor 01/DSN-

(32)

17

MUI/IV/2000 dinyatakan bahwa terdapat dua jenis giro berdasarkan prinsip syariah yang dibenarkan, yakni giro wadiah dan giro mudharabah.

c. Hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK) Dengan Pembiayaan

Secara teknis yang dimaksud dengan simpanan adalah seluruh dana yangdihasilkan dari produk penghimpunan dana dari masyarakat pada bank syariah, seperti: giro wadiah, tabungan wadiah dan deposito mudharabah. Salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk menyalurkan pembiayaan adalah simapanan, sehingga semakin meningkat sumber dana yang ada maka akan dapat meningkatkan peyaluran pembiayaan kepada masyarakat. Seperti teori pembiayaan yang menyebutkan salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan (financing) adalah modal sendiri (equity), sehingga semakin besar sumber dana yang terkumpul maka bank dapat menyalurkan pembiayaan dalam batas maksimum yang lebih besar pula.

Pembiayaan merupakan salah satu aktiva produktif yang merupakan lawan daripada Dana Pihak Ketiga (DPK). Karenanya permintaan dan penawaran terhadap pembiayaan juga haruslah mempertimbangkan faktor likuiditas dalam penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), karena dengan semakin meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dikumpulkan maka kemungkinan semakin meningkat pula pembiayaan atau penyaluran dana yang

(33)

akan diberikan bank kepada masyarakat.

d. Hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK) Dengan Return On Assets (ROA)

Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan dimana kegiatan sehari- harinya adalah bergerak di bidang keuangan maka, sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank memiliik keuntungan.

5. Rasio Keuangan Bank

Rasio keuangan yang digunakn oleh bank dengan perusahaan non bank sebenarnya relatif tidak jauh berbeda. Perbedaannya terutama terletak pada jenis rasio yang jumlahnya lebih banyak. Sama seperti perusahan non bank, untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodek. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Laporan ini sangat berguna terutama bagi pemilik, manajemen, pemerintah dan masyarakat sebagai nasabah guna mengetahui kondisi bank tersebut pada waktu tertentu.

(Kasmir:2015)

(34)

19

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio adalah suatu rasio yang menunjukkan sampai sejauh mana kemampuan permodalan suatu bank untuk mampu menyerap risiko kegagalan kredit yang mungkin terjadi sehingga semakin tinggi angka rasio ini, maka menunjukkan bank tersebut semakin sehat begitu juga dengan sebaliknya. Sementara menurut Peraturan Bank Indonesia, CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.

Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja bank, karena kerugian-kerugian. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

CAR = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑇𝑀𝑅 ... (1)

(35)

b. Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO)

Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau yang sering disebut BOPO. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya. Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

BOPO = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 ... (2) c. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah

(36)

21

pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke Dana Pihak Ketiga (DPK). Dengan penyaluran Dana Pihak Ketiga (DPK) yang besar maka pendapatan bank Return on Asset (ROA) akan semakin meningkat, sehingga Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA).

Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika angka rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada pada angka di bawah 80% (misalkan 60%), maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun. Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi (perantara) antara pihak yan kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) 60%

berarti 40% dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik.

Kemudian jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank mencapai lebih dari 110%, berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank

(37)

dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan pembiayaannya dengan efektif). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

FDR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 × 100 ... (3)

6. Kinerja Keuangan

a. Pengertian Kinerja Keuangan

Istilah kinerja atau performance sering dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Sukhemi bahwa kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan karena mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber

(38)

23

dayanya. Berdasakan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu:

1) Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam presentase (relatif).

2) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.

3) Analisis Presentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui presentasi investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.

4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.

5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu 6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan

untuk mengetahui hubungan diantara pos tertentu dalam

(39)

neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.

8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

b. Profitabilitas

Profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengahsilkan keuntungan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mandapatkan laba melalui senua kemampuan dan sumber daya yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Selain itu, rasio profitabilitas digunakan sebagai salah satu tolak ukur menilai kinerja manajemen dalam upaya menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Profitabilitas bank tidak hanya penting bagi pemilik, tetapi juga bagi pihak- pihak lain. Bila bank berhasil meningkatkan laba dan dana cadangan guna memperkuat posisi modal bank, maka nasabah (deposan) tidak perlu merasa was-was terhadap keamanan dananya di bank. Peningkatan laba bank juga penting bagi

(40)

25

pemerintah dan masyarakat karena bertambahnya laba bank mencerminkan terjaminnya arus lalu lintas keuangan (penghimpunan dan penyaluran dana dari dan ke masyarkat) secara timbal balik dapat berjalan dengan baik. Bank syariah adalah salah satu lembaga keuangan yang berorientasi laba (profit) dimana laba tersebut bukan hanya untung kepentingan pemilik, tetapi juga untuk pengembangan usaha bank syariah. Agar memperoleh hasil yang optimal, bank syariah dituntut untuk meningkatkan kapabilitasnya dalam mencetak laba termasuk mengelola dana yang dikumpulkan secara efektif dan efisien. Hal tersebut sangat penting dilakukan karena keuntungan yang rendah merupakan hambatan bagi pertumbuhan bank yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank. Begitupun sebaliknya.

c. Return On Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank, karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah ROA. ROA penting bagi bank karena

(41)

ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan mamanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, kerena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Rumus perhitungan Return On Assets (ROA) menurut Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut:

(ROA) = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑆𝐸𝑇 × 100% ... (4) Rentabilitas atau profitabilitas bank adalah suatu kemampuan bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Profitabilitas atau rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingka efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.12 Profitabilitas atau sering dis ebut juga dengan rentabilitas menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas atau profitabilitas bank yang diukur dengan dua rasio yang bobot sama. Bank Indonesia menilai kondisi profitabilitas perbankan di Indonesia didasarkan pada dua indikator yaitu:

1) Return on Asset (ROA) atau tingkat pengembalian aset, dan

(42)

27

2) (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Suatu bank dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi sehat apabila:

1) Rasio tingkat pengembalian atau Return on Asset (ROA) mencapai sekurang-kurangnya 1,2% dan

2) Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak melebihi 93,5%.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), dan Return On Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2011) ditulis oleh Wuri Arianti N.P (2011) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance (NPF), dan Return On Asset (ROA) terhadap besarnya pembiayaan perbankan syariah Dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial hanya DPK yang berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan, sedangkan CAR, NPF, dan ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan. Secara simultan variabel DPK, CAR, NPF, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.

Dalam penelitian Dina Mardianingsih yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah (PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri),

(43)

(2013) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ini, dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan mudharabah. Dari hasil perhitungan uji korelasi pengaruh dana pihak ketiga, diperoleh r = 0,848 (korelasi positif). Sedangkan dari hasil uji t dengan taraf kesalahan 5% dan df = 32-1- 1 =30 diperoleh harga ttabel = 1,697 dan thitung = 8,762 artinya thitung lebih besar dari ttabel (8,762>1,697), maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya terdapat pengaruh dana pihak ketiga terhadap pembiayaan mudharabah. Koefisien determinasi sebesar 71,91% ini berarti pembiayaan mudharabah akan berubah 71,91% karena dana pihak ketiga, sedangkan sisanya sebesar 28,09% dipengaruhi oleh faktor lain.

Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM Dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan ditulis oleh Pandu Hardian (2008) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA serta BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sementara untuk variabel NPL memiliki pengaruh negatif terhadap ROA, akan tetapi tidak signifikan. Dari keempat variable yang signifikan, variable BOPO mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap ROA yaitu dengan koefisien -3,404. Dengan demikian pihak bank (emiten) diharapkan lebih memperhatikan tingkat efisiensi operasinya untuk meningkatkan profitabilitas pada kinerja keuangannya. Kemudian penjelasan mengenai

(44)

29

tidak signifikannya variable NPL terhadap ROA adalah selama periode penelitian, fungsi intermediasi bank tidak berjalan dengan baik.

(45)

30 BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel

Dana Haji yang dimaksud adalah dana setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji. Bank penerima setoran biaya penyelenggara ibadah haji yang kemudian disingkat BPS BPIH adalah bank umum syariah dan atau unit usaha syariah yang ditunjuk oleh Badan Pengelola Keuangan Haji.

Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga efektifitas yang dimaksud adalah sejauh mana rencana BNI Syariah berjalan dalam mengelola dana haji agar mencapai laba atau pertumbuhan yang baik untuk keuangan BNI Syariah.

Kinerja Keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas. (Jumungan,2006)

Kinerja keuangan dalam penelitian ini dilihat dari analisis rasio keuangannya, rasio yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional dan Pendapatan Opersional (BOPO) dan Return On Assets (ROA

(46)

31 B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualititatif dimana data berupa angka-angka dalam laporan keuangan atau laporan tahunan diolah dan dideskripsikan oleh peneliti.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk menjelaskan tingkat efektivitas pemindahan dana haji terhadap kinerja keuangan BNI Syariah dengan membandingkan laporan keuangan periode 2012 sampai dengan 2016.

C. Jenis dan Sumber Data 1) Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Menurut Mukhtar (2013:103), data kuantitatif dan data kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka.

Namun demikian tidak semua data angka mencerminkan kuantitas yang sebenarnya. Contoh data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, rasio keuangan.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif umumnya adalah data yang berupa non angka, seperti kalimat-kalimat / catatan foto, rekaman suara dan

(47)

32

gambar. Contoh data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjelasan produk, kebijakan perusahaan, profil perusahaan, buku, tulisan ilmiah, artikel, laporan perkembangan perbankan syariah dan peraturan kemetrian agama .

2) Sumber Data

Sumber Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Mukhtar (2013:100), data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, tapi tidak berjenjang melalui sumber tangan kedua atau ketiga.

Data sekunder BNI Syariah diperoleh dari Laporan Keuangan Tahunan maupun Triwulan, Laporan Keuangan , Laporan Laba Rugi dan Lapaoran Rasio keuangan.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kepustakaan dan Dokumentasi.

1. Metode Dokumentasi

Pengumpulan data sekunder mengenai BNI Syariah terkait yang dipublikasikan seperti laporan keuangan , laporaan tahunan , laporan rasio keuangan dan dokumen lainnya.

2. Metode Kepustakaan

Studi ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, dasar-dasar teoritis ini di peroleh dari literatur-literatur, tulisan ilmiah, buku,peraturan-

(48)

33

peraturan,laporan keuangan tahunan,laporan perkembangan perbankan yang berhubungan dengan kinerja keuangan dan analisa laporan keuangan dan sejarah perkembangan BNI Syariah .

E. Metode Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analasis rasio keuangan (financial ratio analiysis). Analisis rasio merupakan bagian dari analisis keuangan, yang dilakukan dengan cara menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Analisis rasio keuangan ini dapat mengungkapkan hubungan yang penting antar perkiraan laporan keuangan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Analisis ini didasarkan pada data yang bersifat kuantitatif yaitu data berupa angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Analisis keuangan yang digunakan adalah permodalan, likuiditas, Efisiensi Rentabilitas. Langkah- langkah analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis laporan keuangan perbankan dengan menggunakan analisis rasio keuangan permodalan, manajemen likuiditas, efisiensi dan rentabilitas.

a. Melakukan analisis rasio permodalan yang bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan perbankan dalam menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank

(49)

34

yang di sebabkan oleh aktiva berisiko yang diukur melalui Capital Adequacy Ratio (CAR)

b. Melakukan analisis yang bertujuan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengendalikan pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadapa Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diukur melalui Financing to Deposit Ratio (FDR).

c. Melakukan analisis rasio efisiensi yang diukur dengan Biaya Operasional dan Pendapatan Opersional (BOPO) untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. (Bank Indonesia, 2011)

d. Melakukan analisis rasio rentabilitas bertujuan untuk menganalisis atau mengukur tingkat kemampuan perbankan untuk menghasilkan laba dengan jumlah modal yang dimiliki bank, analisis ini diukur melalui Return On Assets (ROA).

2. Melakukan analisis internal dengan melihat pertumbuhan rasio keuangan BNI Syariah dari tahun sebelum masuknya dana haji dan tahun sesudah masuk nya dana haji (2012-2016)

3. Mendiskripsikan hasil analisis pertumbuhan rasio pada BNI Syariah yang terkait dana haji

4. Membuat kesimpulan dari hasil analisis rasio yang terkait dengan kinerja keuangan BNI Syariah

(50)

35 F. Kerangka Pemikiran

Pengelolaan Dana Haji di BNI syariah merupakan Bank yang ditunjuk oleh Kementerian Agama RI sebagai BPS BPIH sejak 28 Desember 2010 dan ditunjuk kembali sejak tanggal 2 Januari 2014.

Kemudian sesuai dengan KMA No. 405 tahun 2015 tanggal 22 Desember 2015, BNI Syariah juga ditunjuk sebagai salah satu Bank Syariah Pengelola Dana Abadi Umat. Dalam hal ini, BNI Syariah menghadirkan layanan penerimaan setoran awal BPIH yang berasal dari jamaah haji yang penyelenggaraan hajinya dilakukan oleh Kementerian Agama RI.

PENGELOLAAN DANA HAJI

BNI SYARIAH

LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS RASIO

ROA BOPO FDR

O NPF

CAR

KINERJA KEUANGAN

(51)

36

Dalam penulisan ini penulis akan menjelaskan tingkat efektivitas pemindahaan dana haji terhadap kinerja keuangan BNI Syariah saat adanya peraturan yang menunjukan bahwa BNI syariah sebagai salah satu penerima setoran awal Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH).

(52)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat BNI Syariah

Dengan adanya krisis moneter pada tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil.

Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 mei mengenai pemberian izin usaha

(53)

PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga meningkat.

Per Juni 2016 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 68 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point.

2. Visi dan Misi BNI Syariah a. Visi

“Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja”.

b. Misi

1) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan.

(54)

2) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah.

3) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.

4) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebgai perwujudan Ibadah.

5) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi dikelompokan dan dikordinasikan secara formal. Berikut adalah struktur organisasi BNI Syariah

Gambar 1

Struktur Organisasi BNI Syariah

(55)

Sumber: dari annual report 2012-2016

Tabel 1`

Produk dan Layanan BNI Syariah

PRODUK DANA

 Tabungan iB Hasanah

 Tabungan iB Prima Hasanah

 Tabungan IB Bisnis Hasanah

 Tabungan iB Tapenas Hasanah

 Giro iB Hasanah

 Deposito iB Hasanah

 Tabungan iB Tunas Hasanah

 Tabungan Ku iB

PRODUK PEMBIAYAAN KONSUMTIF

 Griya iB Hasanah

 Fleksi iB Hasanah

 Multiguna iB Hasanah

 Multijasa iB Hasanah

 Pembayaran emas iB Hasanah

 Oto iB Hasanah

 iB Hasanah Card

 CCF iB Hasanah

PRODUK PEMBIAYAAN PRODUKTIF

 Tunas usaha iB Hasanah

 Wirausaha iB Hasanah (WUS)

 Usaha kecil iB Hasanah

 Usaha Besar iB Hasanah

 Linkage Program iB Hasanah

 Kopkar/kopeg iB Hasanah

(56)

PRODUK JASA

 Payroll Gaji

 Cash Management

 Pembayaran pajak & penerimaan Negara Bukan Pajak

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

4. Perkembangan Keuangan BNI Syariah

Kondisi keuangan BNI Syariah setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan salah satunya bisa dilihat dari Pembiayaan BNI Syariah di tahun 2012 tumbuh sebesar 43.72% atau Rp2,32 triliun dari posisi tahun 2011 sebesar Rp 5,31 triliun menjadi Rp7,63 di tahun 2012. Pertumbuhan ini lebih besar jika dibandingkan dengan industri perbankan syariah yang tumbuh sebesar 43.68% pada periode yang sama.DPK BNI Syariah sebesar Rp 8,98 triliun meningkat 32.91% atau Rp2,22 triliun dari posisi tahun 2011 sebesar Rp 6,75 triliun. Pada periode yang sama DPK perbankan syariah tumbuh 27.81% dari Rp115,42 triliun di tahun 2011 menjadi Rp147,51 triliun. Pangsa pasar DPK BNI Syariah terhadap perbankan nasional pada 2012 sebesar 6.09%, mengalami sedikit penurunan dari periode sebelumnya sebesar 5.85%. Dari 45 bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, DPK BNI Syariah menduduki peringkat ke 4 (empat).

Di tahun 2013 menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, dimana aset meningkat sebesar Rp4,06

(57)

triliun naik 38,17% dari tahun sebelumnya, laba bersih tumbuh sebesar Rp15,57 miliar naik 15,28% dari tahun sebelumnya, demikian juga dengan pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga (DPK), masing-masing tumbuh sebesar Rp3,61 triliun naik 47,30% dari tahun sebelumnya, pada pembiayaan dan sebesar Rp2,51 triliun atau 27,93% pada dana pihak ketiga. Dengan kondisi tersebut menunjukkan bahwa kinerja BNI Syariah tetap membaik dan meningkat secara konsisten.

Kemudian untuk tahun 2015 meskipun di tengah tantangan kondisi perekonomian yang kurang mendukung, kinerja keuangan BNI Syariah di tahun 2015 secara keseluruhan menunjukkan pencapaian yang membanggakan dan semakin meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Beberapa pencapaian yang membanggakan antara lain adalah aset yang mencapai Rp23,02 triliun atau tumbuh 18,09%, laba bersih yang mencapai Rp228,53 miliar atau meningkat 39,98%, demikian juga dengan pembiayaan yang mencapai peningkatan Rp2,72 triliun atau meningkat 18,09% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp3,08 triliun atau meningkat 18,94%. Pencapaian tersebut secara langsung menunjukkan bahwa kinerja BNI Syariah dari tahun ke tahun tetap membaik dan meningkat secara konsisten.

Di tahun 2016 di tengah tantangan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global

(58)

yang belum membaik. BNI Syariah mampu membukukan pertumbuhan aset sebesar 23,01% menjadi Rp28.314 miliar ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar 15.36% menjadi Rp20.494 miliar dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai sebesar Rp24.233 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 25,41%. Selain itu, laba bersih mampu tumbuh sebesar 21,38% menjadi Rp277 miliar ditopang terutama oleh peningkatan aktivitas pembiayaan BNI Syariah. Pencapaian ini menunjukkan bahwa BNI Syariah mampu secara konsisten memperbaiki kinerjanya d tengah tantangan perekonomian domestik dan global.Berikut ini data yang menunjukan perkembangan kinerja keuangan BNI Syariah dari tahun 2012 sampai tahun 2016 :

Gambar 2

Neraca BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data dari annual report 2012-2016

(59)

Rasio Keuangan BNI Syariah 2012-2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa pertumbuhan kinerja keuangan BNI Syariah terus mengalami perbaikan dan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2012 sampai dengan 2016. Pertumbuhan aset BNI Syariah dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebesar 27,31%. BNI Syariah berhasil membukukan total aset sebesar Rp28.314 miliar per 31 Desember 2016 ditengah tantangan perlambatan ekonomi nasional atau tumbuh 23,01% dibandingkan total aset pada tahun sebelumnya sebesar Rp23.018 miliar.Jumlah liabilitas BNI Syariah mencapai sekitar Rp4.685 miliar per 31 Desember 2016, tumbuh 41,51% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan liabilitas ini ditopang oleh kemampuan BNI Syariah untuk mendapatkan dana pihak ketiga lebih besar dengan simpanan nasabah naik sebesar 46,69% menjadi Rp4.079

2012 2013 2014 2015 2016

FDR 84.99% 97.86% 92.58% 91.94% 84.57%

DPK 8.98 11.49 16.25 19.32 24.23

CAR 14.10% 16.23% 18.42% 15.48% 14.92%

NPF 2.02% 1.86% 1.86% 2.53% 2.94%

BOPO 85.39% 83.94% 85.03% 89.63% 87.67%

ROA 1.48% 1.37% 1.27% 1.43% 1.44%

(60)

miliar untuk menopang pertumbuhan pembiayaan yang diberikankepada para nasabahnya.

Kemudian secara khusus pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI Syariah terdiri dari simpanan nasabah dan dana syirkah temporer bank. Secara keseluruhan, DPK dari kedua sumber ini pada tahun 2016 meningkat sebesar Rp4.910 miliar atau tumbuh 25,41% dari posisi tahun 2015. Posisi dana syirkah temporer bank masih memiliki peran dominan atas struktur DPK bank dengan kontribusi sebesar 83,17% sedangkan simpanan nasabah memiliki porsi lebih rendah sebesar 16,83% pada tahun 2016. Pertumbuhan berkelanjutan DPK BNI Syariah terutama ditopang oleh peningkatan dana yang berasal dari deposito mudharabah yang mencapai Rp12.691 miliar pada tahun 2016, lebih tinggi dari pencapaian tahun 2015 sebesar Rp10.405 miliar. Namun demikian, secara keseluruhan, struktur DPK BNI Syariah terdiversifikasi dengan baik dengan posisi deposito mudharabah terhadap total DPK bank mencapai 52,37% ditambah dana giro dan tabungan sebesar 8,74% dan 38,89%

pada tahun 2016 dibandingkan komposisi tahun 2015 masing-masing sebesar 7,80%: 38,35%.

Hal ini tidak lepas dari peran BNI Syariah yang merupakan salah satu bank penerima setoran biaya penyelenggara ibadah haji (BPS-BPIH) yang ditunjuk oleh Kementrian Agama Republik Indonesia sebagai BPS

(61)

BPIH sejak 28 desember 2010 dan ditunjuk kembali sejak tanggal 2 januari 2014 berdasarkan Peraturan Menteri Agama No 30 th 2013.

Seiring dengan pelimpahan setoran penyelenggaraan ibadah haji atau dana haji dari Kementrian Agama Republik Indonesia kepada BNI Syariah, maka hal ini merupakan kesempatan yang sangat strategis bagi BNI syariah dalam meningkatkan kinerja keuangannya secara keseluruhan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan kondisi umum kinerja keuangan BNI Syariahyang telah dipaparkan oleh penulis pada poin sebelumnya, maka penulis menganalisa beberapa poin terkait efektivitas dana haji di dalam BNI Syariah pada poin- poin berikut ini:

1. Perkembangan Dana Haji terkait Dana Pihak Ketiga

Seperti yang penulis sudah jelaskan diatas, lima tahun terakhir BNI Syariah mengalami perkembangan keuangan yang cukup baik. Hal ini tidak lepas dari peningkatan yang signifikan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK). Kepercayaan masyarakat terhadap BNI Syariah juga semakin meningkat. Ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah Dana Pihak Ketiga sebesar 32.91% dibanding tahun sebelumnya. Hingga akhir Desember 2012, DPK BNI Syariah mencapai Rp 8,98 triliun, di tahun berikutnya meningkat 27,80% sebesar Rp2.496 triliun menjadi Rp11.476 triliun di

(62)

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

2012 2013 2014 2015 2016

8,98 11,49

16,25

19,32

24,23 DPK BNI Syariah

(triluin rupiah)

akhir tahun 2013. Seiring masuknya dana haji di tahun 2014 Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 42,24% menjadi Rp16,25 triliun, di tahun 2015 DPK BNI syariah mencapai angka Rp.19.323 miliar atau 102.24% dari target tahun 2014. Kemudian terakhir pada tahun 2016 nilai DPK juga naik menjadi 24,23 triliun atau naik sebesar 25,41% dari tahun 2015.

Grafik 1

DPK BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

Pencapaian yang baik ini tidak terlepas dari keberhasilan pemindahan dana haji dari perbankan konvensional ke perbnkan syariah, serta ditunjang dengan program-program marketing kerja sama bisnis dengan pihak ketiga, dan inovasi produk serta diluncurkan kartu haji dan umroh indonesia yang dapat digunakan oleh jamaah haji

(63)

dan umroh untuk menarik uang tunai di ATM jaringan MasterCard di Arab Saudi.

Kenaikan DPK tersebut tentunya berkaitan erat dengan penerimaan dana haji dari kementerian agama Republik Indonesia dimana BNI Syariah menjadi salah satu penerima dana haji untuk dikelola. Diungkapkan di dalam laporan tahunan BNI Syariah bahwa tahun 2014 bank mengelola dana haji sebesar 2,4 triliun, kemudian tahun 2015 sebesar 5,6 triliun, dan untuk tahun 2016 sebesar 6,52 triliun (Annual Report BNI Syariah 2014-2016).

Dana haji memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan DPK BNI Syariah dari tahun ke tahun, tercatat peningkatan yang signifikan tersebut dimulai dari tahun 2014 dimana dana haji tersebut mulai masuk dan dikelola, berikut adalah kontribusi dana haji terhadap DPK BNI Syariah dari tahun 2014 sampai dengan 2016.

(64)

Tabel 3

Kontribusi Dana Haji BNI Syariah 2014 s/d 2016 (Dalam jutaan rupiah, kecuali din nyatakan lain )

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2014 -2016

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa dana haji memberikan konstribusi yang signifikan terhadap angka DPK BNI Syariah dari tahun ketahun sejak 2014. Hal ini berarti menunjang BNI Syariah dalam meningkatkan kinerja, khususnya pada pembiayaan.

Seperti telah disebutkan diatas, peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terus menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun juga membawa pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pembiayaan.

Pertumbuhan nilai Deposito BNI Syariah dan pembiayaan yang disalurkan setelah masuknya dana haji dapat kita lihat dari grafik dibawah ini.

TAHUN DANA HAJI DPK %

2014 2,400,000 16,246,000 14.77%

2015 5,600,000 19,323,000 28.98%

2016 6,520,000 24,233,000 26.91%

(65)

Grafik 2

Pembiayaan & DPK BNI Syariah 2014 – 2016

Sumber: Annual report BNI Syariah 2016

Kenaikan DPK mendorong penyaluran pembiayaan yang disalurkan oleh bank BNI Syariah yang terus meningkat seiring dengan masuknya dana haji pada awal tahun 2014, jumlah pembiayaan yang disalurkan sebelum dana haji masuk adalah Rp11,242 triliun di tahun berikutnya setelah dana haji itu masuk jumlah pembiayaan naik signifikan menjadi Rp 15,044 triliun, tumbuh sebesar 34 % dari tahun 2013 kemudian kenaikan pembiayaan juga terjadi di tahun 2016 15,36

% dari Rp. 17,765 triliun menjadi Rp. 20,494 triliun.

Kenaikan dari sisi pembiayaan juga menunjang pertumbuhan diberbagai aspek terutama aspek aset yang tentunya menyebabkan kenaikan laba juga. Dari grafik berikut ini kita bisa lihat Sebelum atau

Referensi

Dokumen terkait

Laporan laba rugi komprehensif (statement of compherensive income) PSAK 1 memperkenalkan laba rugi komprehensif yaitu laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN) di Kelurahan Barusari belum optimal, ini dipengaruhi oleh rendahnya tingkat

Tehnik pelaksanaan pengembangan mutu tenaga Pendidik melalui kegiatan kolokium dapat digambarkan sebagai berikut. Tenaga pendidik yang memiliki penemuan penemuan baru

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel Dana Pihak Ketiga DPK, Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Financing Gross NPF Gross, Return on Asset ROA,

KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

9.2.2 Bukti yang merupakan lampiran formulir permohonan sertifikasi kompetensi (FM.BST/01/01.00) dan formulir aplikasi asesmen mandiri (FM.BST/01/08.00) diperiksa dan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran yang bervariasi dalam pengembangan kognitif melalui media berbasis alam sangatlah penting bagi anak TK Pertiwi Kroyo

Pada kenyataannya kendala yang dihadapi guru mata pelajaran Geografi dalam menggunakan laboratoriumm IPS-Geografi untuk pembelajaran cukup beraneka ragam, meliputi