• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Karaktersitik Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Desa Karaktersitik Desa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No Desa Karaktersitik Desa 1 Desa Purworejo

Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak

Merupakan desa pesisir utara jawa, dimana Kecamatan Bonang terkenal dengan salahsatu kawasan pusat kemiskinan di Demak. Sebagian besar pendduuk berprofesi sebagai buruh nelayan tangkap dnegan hasil yang cenderung kecil dan rentan ketika musimk badai tidak bisa melaut.

Kawasan rawan banjir rob sehingga sebagian besar infrastruktur rusak, biaya tinggi. Secara ekonomi ada potensi ikan tangkap dan olahan ikan. Selama ini hanya diolah menjadi ikan asin, ikan segar, basah/mentah, atau olahan tradisional lainnya yang cenderung tidak tahan lama dan harga rendah. Penyebab kemiskinan terutama karena infrastruktur rusak, akses sulit, dan pola pikir/pola hidup yang kurang produktif. Ada potensi olahan ikan, tersedia tenaga kerja/SDM (ibu-ibu). Ada keinginan untuk meningkatkan perekonomian melalui indsutri olahan ikan, terutama ikan kering yang tahan lama dan sesuai sleera pasar. Kepala Desa sudah memiliki komitmen untuk mendorong masyarakat mengolah ikan, siap mengalokasikan sumberdaya untuk peningkatan usaha pengolahan ikan.

2 Desa Cingkrong Kecamatan Purwodadi,

Kabupaten Grobogan

Merupakan desa di pinggiran kota Purwodadi, sebagai kawasan pertanian pangan (palawija), serta sebagian buah dan sayuran tertentu. Namun sebagian besar warga hanya memiliki tanah sempit, pertanian kurang diminati kalangan muda, banyak yang merantau. Kawasan daatran rendah yang rawan banjir saat musim hujan, namun agak kering di musim hujan. Terdapat embung alami dan saluran, sebagai penguat potensi lahan pertanian. Kemiskinan utamanya terjadi karena mininya lapangan kerja, lahan kurang subur di musim kemarau, kepemilikan lahan kecil. Kepala Desa sudah memanfaatkan embung alami yang merupakan tampungan air banjir namun tetap bertahan meskipun kemarau. Aset ini milik pemerintah desa, loksi berada di belakang Balai Desa.

Saat ini sudah dikembangkan menjadi wahana wisata keluarga, terdapat kuliner, outbond, kolam ciblon dan spot foto. Sistem pengelolaan wahana dengan tiket (@ 5 ribu rupiah), dikelola oleh BUMDes dengan beberapa pengurus.

Saat ini mempekerjakan sekitar 40 orang secara bergantian.

Pekerja adalah para pemdua yang meminta lapangan pekerjaan kepada Kades. Hal ini menunjukkan mentalitas pemuda yang lebih mengharapkan menjadi tenaga kerja atau bruuh ketimbang berkreasi, perlunay semangat wirausaha pemuda, dan rasa memiliki potensi wisata desa, tidak sekedar beekrja pada BUMDes. Selain embung tersebut, ada potensi lahan pertanian untuk buah dan sayur yang juga bsia menjadi wahana wisata, selain aset olahan makanan. Kepala desa memiliki keinginan untuk memajukan wiata menjadi desa wisata dengan memberdayakan para pemuda.

3 Desa Gunungsari Kecamatan Pulosari,

Desa di lereng Gunung Slmaet bagian utara, masuk dalam Kecamatan Pulosari yang sudah dietapkan sebagai kawasan

(2)

No Desa Karaktersitik Desa

Kabupaten Pemalang wisata oleh Pemerinath Kabupaten Pemalang. Memiliki potensi alam pegunungan, bentang alam dan pemandangan, namun mengalami kesultan air. Ada potensi kopi arabica yang dikembangkan oleh masyarakat, selain itu pemerintah desa juga mengembangkan perkebunan kopi kerjasama dengan perhutani. Dengan demikian kopi arabica akan menjadi produk unggulan, selain olahan panagn dan kesenian. Secara umum memiliki potensi wisata alam pegunungan, kopi dan olahan pangan lainnya serta kesenian.

Pengembangan wisata selama ini terhambat kesulitan air.

Pengembangan kopi sudah dilakkan, ebebrapa bantuan dari peemrintah pusat, provinsi, dan kabupaten sudah turun, namun sebagian tidak berkembang. Sudah ada kelompok pengolah kopi, namun belum begitu berkembang. Ada kendala dimana jiwa kewirausahaan masih kruang dna terlalu mengharapkan bantuan. Kemiskinan karena kurangnya kreativitas mengolah potensi, sangat tergantung bantuan pihak luar, dan kesulitan air.

Pemerintah desa menginginkan agar potensi-potensi tersebut dikembangkan, namun pergerakan BUMDes masih lamban, begitu juga dengan kelompok pemuda.

4 Desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora

Desa ini terletak di sebelah selatan pusat kota Blora, merupakan wilayah pinggiran didominasi lahan pertanian tadah hujan dan kawasan hutan jati. Di desa ini terdapat waduk Bentolo memiliki potensi wisata terutama pemancingan. Lahan cenderung kering, kapamilikan lahan sempit karena sebagian adlaah lahan perhutani, sehingag pertanian kurangdiminati pemuda, dans ebagain besar merantau. Kemiskinan terutama terjadi karema lahan kering dan kurang produktif, lapangan kerja terbatas, sehingga banyak merantau. Namun demikian, ada potensi sekelompok pemuda yang memiliki kreativitas kerajinan berbahan kayu, batok kelapa, dan bambu. Akan tetapi semangta pemuda rendah yang menurut mereka karena kurangnya kepedulian pemerintah desa. Di sisi lain ada potensi pasar namun belum tergarap dengan baik, akibatnya produktivitas rendah, sehingga banyak pemuda yang memilih merantau karena di desa tdiak ada harapan penghasilan. Ada pendamping desa yang mencoba mendorong mereka, namun karena kontrak selesai maka pendampingan tidak optimal. Mereka mengharapkan agar ada dukungan dan perhatian kepada mereka supaya semgat naik kembali

5 Desa Babadan, Kec.

Pagentan, Kabupaten Banjarnegara

Terletak di kawasan pegunungan dieng barat masuk dalam kawasan dieng. Memiliki potensi lahan pegunungan yang subur, produk unggulan berupa kopi, tembakau, dan hortikultura. Potensi alam terdiri dari bentang lahan pertanian, air terjun, perbukitan yang bisa dikembangkan sebagai wisata. Embrio wisata ini sduah pernah ada dan disadari masyarakat. Sudah pernah dikunjungi wisatawan

(3)

No Desa Karaktersitik Desa

asing, namun tidak berlanjut. Semangat pemuda yang masih kurang sehingga promosi wisata dan kegiatan tidak berlanjut, karena belum memiliki mindset wisata. Secara infrastruktur terdapat kesulitan akses masuk ke desa, terutama karena kondisi jawan yang sempit dan rusak, namun sudah ada upaya perbaikan dari peemrintah Kabupaten Banjarnegara dan desa. Kemiskinan terutama terjadi karena kreativitas yang kurang untuk mengangkat potensi yang ada, keterbatasan akses transportasi, serta semangta wirauaha yang kurang. Peemrintah desa memiliki keinginan agar pemdua bergerak mengembangkan potensi wisata tersebut sehingga bsia menggeakkan ekonomi masyarakat. Kelompok sadar wisata sudah eprnah dibentuk tetapi tidak aktif, beum ada aktifitas yang bisa menggerakkan mereka. Masih mengalami kebingungan konsep, keetrbatasan ide dan kreasi, sumberdaya masih kurang, jaringan trbatas dan kepercayaan diri belum muncul 6 Desa Ngargosari Kec.

Sumberlawang, Kabupaten Sragen

Merupakan desa yang terletak di kawasan Waduk Kedung Ombo berbatasan denan Purwodadi dan Boyolali. Memiliki potensi wisata (dusun Boyolayar) berbasis wahana air dan produk perikanan. Sudah ada aktifitas pariwisata yang muncul, wahan air (perahu), spot foto, kuliner (warung) dan olahan ikan lainnya, namun belum terorganisir dengan baik, dan belum tersentuh inovasi. Ada peluang dengan ditutupnya obyek wisata waduk kedung ombo, beralih ke Boyolayar. Lahan pertanian tadah hujan, ladang kering (pohon jati). Kemiskinan karena lahan kering dan belum bisa mengoptimalkan potensi waduk kedung ombo, lapangan kerja terbatas.

Pemerintah desa yang didukung kecamatan memiliki komitmen untuk pengembangan kawasan Boyolayar, melakukan revitalsiasi kawasan dan melibatkan lebih banyak pihak. Selain itu wilayah-wilayah di luar Boyolayar perlu dilibatkan dalam mendukung wisata, antara lain melalui produk olahan, jasa wisata, dan akomodasi. Perlu adanya perbaikan infrastruktur kawasan.

7 Desa Karangasem Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang

Desa yang berada di kawasan selatan Rembang, berupa wilayah perbukitan berbatasan dengan Blora. Akses transportasi relatif tidak sulit, namun agak jauh dari pusat kota Rembang maupun Blora. Lahan mayoritas tadah hujan meskipun ada sebagian dialiri sumber air dan sungai.

Sebagain besar lahan merupakan kawasan perhutani yang bida dikelola karena suah ada kesepakatan. Topografi berupa perbukitan dan hutan jati yang sebagian ditanai palawija, serta terdapat situs religi (makam, maat air, goa bedug) dimana dilakukan ritual rutin tahunan mendatangkan banyak orang. Namun kedatangan banyak orang etrsebut belum dikelola berdasarkan prinsip pariwisata, beum ada manajemen yang mengarah ke pelayanan wisata, bahkan

(4)

No Desa Karaktersitik Desa

tempat parkir di pekarangan milik warga tidak dikelola misalnya dengan retribusi. Terdapat potensi wisata namun belum ada program yang disusun. Kemiskinan karena lahan kering, lapangan kerja terbatas, dan belum optimalnya pengelolaan potensi. Pemerintah desa memiliki komitmen untuk mengembangkan potensi tersebut menjadi kegiatan wisata, namun belum menguasai konsep desa wisata. Akan dilakukan pembenahan kawasan situs religi misalnya fasilitas dan akomodasi, serta semangat pemuda membuka jalur pendakian menuju goa bedug dan camping ground di atas bukit.

8 Desa Wlahar

Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes

Desa ini berada di bagian selatan – tengah kabupaten Brebes, merupakan kawasan pertanian dataran rendah berupa sawah tadah hujan, dan lahan kering meskipun ada potensi saluran irigasi. Produktivitas pertanian tanaman pangan tidak terlalu besar, sebagian pendduk memanfatkan lahan sekitar saluran irigasi untuk pembuatan batu bata. Sebagian lain mengembangkan tanaman perkebunan sereh. Potensi besar adalah tanaman sereh wangi yang masih diolah dengan tradisional, harga rendah pasar terbatas. Ada sekitar 40 ha lahan yang ditanami sereh. Kemsikinan terjadi karena minimnya lapangan kerja, minomnya kepemilikan swaah, sehingga banyak yang merantau. Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna memiliki inisiatif untuk meningkatkan nilai produk sereh dengan berbagai olahan.

Mereka sudah mengikuti pelatihan pembuatan sabun, karbol dan beebrapa pemebrsih lainnya dari minyak sereh. Produksi dalam ujicoba dan peluang pasar belum ada kepstian.

Harapannya adalah produktivitas semakin baik dan peluang pasar jelas, serta mengembangkan produk lain yang juga lebih bernilai.

9 Desa Karangtengah, Kec. Baturraden, Kabupaten Banyumas

Desa Karangtengah merupakan wilayah di dataran agak tinggi, masuk dalam kawasan wisata Baturaden. Potensi alam terdiri dari lahan subur, air melimpah, aneka ragam tanaman hias, kayu dan bambu. Potensi ekonomi berupa pertanian, perikanan, jasa, kerajinan, dan pariwisata. Potensi industri kreatif cukup besar, namun belum dimanfaatkan masyarakat. Masyarakat cenderung kurang kratif dan jiwa kewirausahaan rednah. Mereka lebih senang peekrjaans ederhana dan langsung mendapatkan uang. Sebagian besar juga cenderung mengharapkan bantuan. Pemerintah desa di sisi lain juga kurang memiliki visi yang jelas dalam pemberdayaan, banyak diperlukan perubahan mentalitas baik masyarakat maupun pemerintah desa. Kemiskinan terjadi karena minimya budaya kreatif dan produktif, akses lapangan kerja, mininya kemampuan berwirausaha, minimnya inisitaif. Desa ini merupakan binaan Bappeda Provinsi Jawa Tengah dalam progam “satu perangkat daerah satu desa”, oleh karena itu perlu ada upaya peningkatan

(5)

No Desa Karaktersitik Desa

kesadaran masyarakat untuk bangkit. Kepala desa memiliki keinginan agar muncul usaha-usaha kreatif masyarakat seperti kerajinan, jasa, olahan dan sejnisnya. Selain itu juga sudah ada program untuk pengelolaan smapah, mengingat sampah menajdi salahsatu maslaha lingkungan. Sudah diajukan rencana pembelian peralatan pencacah sampah (bantuan Provinsi), namun belum ada pendukung seperti unit pengolahan, kelembagaan, dan sarpras lainnya.

10 Desa Karangasem, Kec. Cawas, Kabupaten Klaten

Desa ini terletak di ujung selatan Klaten, berbatasan dengan DIY. Merupakan wilayah dataran rendah, sedangkan sebelah selatan (DIY) adalah perbukitan. Ketika musim hujan air mengalir dari perbukitan maupun sungai sehingga menybabkan daerah ini rawan banjir saat musim hujan, banjir tersebut juga merusak tanaman pertanian. Namun demikian kekeringan juga kerap melanda di musim kemarau.

Desa ini juga mengalami kesulitan air bersih. Kemiskinan terjadi karena kurangnya air dan bencana banjir yang merusak tanaman. Saat ini sudah terbentuk Pamsimas dan terdapat 2 sumur, namun masih snagat kekuarangan untuk emmenuhi kebutuhan seluruh desa, serta kualits air yang belum ememnuhi standar. Pemerintah desa dalam hal ini kepala desa menginginkan agar Pamsimas diperkuat, peneydiaan air bersih ditingkatkan antara lain dengan penambahan sumur dan kualitas air, sehingga Pamsimas melayani sleuruh masyarakat, dan tidka perlu ada PDAM masuk. Dengan demikian ada potensi besar penghasilan Pamsimas sebagai laternatif pendapatan bagi desa.

11 Desa Tegalsari, Kec.

Bruno, Kab.

Purworejo

Desa ini berada di sebelah utara Purworejo ebrbatasan dengan Wonosobo. Kawasan ini merupakan kawasan perbukitan dan persawahan. Lahan cukup subur, ketersediaan air baik dan pertanian tanaman pangan baik.

Memiliki potensi buah-buahan seperti pisang, durian, jambu, kelapa, namun belum diolah dengan baik, sebagian ebsar masih dijual mentah. Pernah diadakan pelatihan pengelolaan namun tidak berlanjut ke produksi, hanya satu orang yang berjalan pembauatan keripik piang. Terdapat pasar desa yang cukup berkembang, namun menghasilkan smapah yang cukup banyak dan tidak terkelola sehingga menghasilkan dampak lingkungan. Kemsikinan terjadi karena akses yang jauh, tingkat pendidikan rendah, dan kreatifitas serta kemandirian rendah. Ada rencana pemerintah desa untuk melakukan pengolahan sampah, terutama sampah pasar menjadi pupuk organik dan akan dijual ke pembuat pupuk sebagai pednapatan desa. Selain itu ada potensi pengelolaan lainnya seperti bank sampah namun pengetahuan terkait dengan manajemen atta kelola masih etrbatas. Selain itu infrastruktur dan sarprasnya juga belum ada. Ada lahan epemrintah desa yang akan digunakan sebagai lokasi pengolahan.

(6)

No Desa Karaktersitik Desa 12 Desa Lamuk, Kec.

Kalikajar, Kab.

Wonosobo

Desa ini terletak di lereng gunung Sumbing bagian barat, memiliki potensi tanaman horikultura (sayur), tembakau, dan kopi arabika. Bentang alam cukup bagus, kawasan pegunungan, perbukitan, sumber air, dan potensi pendakian gunung. Ada potensi wisata berbassi produk perkebunan (kopi), hortikultura, makanan olahan, dan bentang alam (pendakian, tracking) dan sumber air, namun msih belum memiliki konsep pengelolaan. Sudah memiliki BUMDes dan eebrapa kegiatan seperti pengolahan sampah, ternak, Pamsimas, namun belum optimal menghasilkan pednapatan, kaerna sebagian besar usaha etrsebut aggal. Kemiskinan terjadi karena pendidikan yang rendah, pengelolaan sumberdaya belum optimal. Ada upaay peemrintah desa untuk mengoptimalkan potensi-potensi etrsebut melalui kegiatan wisata, namun amsih terkendala konsep dan perencanaan. Pemerintah desa sudah mengembangkan budidaya kopi sebagai salahsatu lahan pendapatan desa dan juga wisata. Akan dialokasikan anggaran untuk penguatan BUMDes dan kelompok pengelola wisata

13 Desa Sindangbarang, Kec. Karangpucung, Kab. Cilacap

Desa ini terletak di bagian utara Cilacap, berbatasan dengan Banyumas. Berada di kawasan perhutani dan adanya kawasan persawahan, memiliki potensi pertanian, hortikultura dan kawasan ini merupakan salahsatu pusat domba di Jawa Tengah. Potensi tanaman pangan dan buah- buahan juga cukup besar. Kemiskinan terjadi karena belum optimalnya pengelolaan sumberdaya yang ada. Kepala desa memiliki rencana pengemabngan lahan kas desa yang berdampingan dengan lahan pertanian warga sebagai kawasan agorwisata. Saat inis edang dilakukan penataan kawasan, pembangunan infrastruktur dan penanaman ebebrapa jenis buah (trutama durian). Di kawasan yang diberi nama “lima jari” ini juga akan diintgrasikan dengan peetrnakan domba perah, dimana ada kemungkinan didirikan lahan peetrnakan, lahan pakan, dan pabrik susu kambing dengan cara bekerjasama dengan investor. Namun rencana tersbeut masih belum berjalan kaerna belum ada kepastian dari investor.

14 Desa Krakal Kec.

Alian, Kab. Kebumen

Desa ini terketak di bagian utara, termausk kawasan perbuktian, perekonomian didukung oleh industri kecil dan perdagangan. Meskipun ada pertanian, namun lahan tdika terlalu laus karena sebagian besar lahan kering. Terdapat potensi agroindustri tanaman Genitri, kerajinan genitrim, serta industri oalhan tahu yang terkenal dengan tahu krakal.

Maslahnya tahu ini hanya tahan 1 hari karna dijual dalam bentuk basah di pasar tradisional setempat. Akses tidak terlalu sulit, dan tidak terlalu jauh dari kota. Kemiskinan terjadi karena minimnya inovasi, kurnagnya kreatifitas dan lapangan kerja. Adanya keinginan dari masyarakat baik pembuat tahu maupun pedagang tahu utnuk melakukan

(7)

No Desa Karaktersitik Desa

inovsi produk tahu yang lebih awet atau tahan lama sehingga bisa dijual ke luar daerah, potensi pasar lebih luas, dan harga lebih tinggi.

15 Desa Tumanggal, Kec. Pengadegan Kab.

Purbalingga

Terletak di bagian timur-utara Purbalingga, merupakan kawasan perbukitan, didominasi ladang. Akses tidak terlalu sulit, kondisi infratsruktur jalan bagus dan merupakan jalur utama antar kecamatan. Terdapat potensi sumber air, namun ebagian besar lahan kurang produktif, dan kepemilikan lahan kecil. Penduduk mengandalkan pendapatan sebagai tenaga kerja industri seperti pemintalan benang dan pembuatan bulu mata. Merupakan sentra pemintalan benang kapas limbah pabrik yang dikenal denga benang Tumanggal yang sejak awal dikelola oleh satu keluarga sebagai juragan, dan masyarakat sekitar bahkan luar desa mengambil bahan baku berupa kapas limbah industri untuk dipintal menjadi benang dengan upah 23 ribu rupiah per kg. Pekerja akan menyelesaikan dalam waktu 1-2 hari untuk setiap kg nya, lalu dikembalikan lagi ke juragan. Kemiskinan terjadi karena upah tenaga kerja yang sangat rendah, belum ada kreativitas yang memiliki nilai tambah, seperti pengolahan benang menjadi produk lain. Adanya keinginan dari masyarakat ntuk meningkatkan pendapatan, salahsatunya mengolah benang tumanggal menjadi beberapa kerajinan agar nilainya meningkat.

16 Desa Langkap, Kec.

Kertanegara, Kab.

Purbalingga

Desa ini berada di sebelah utara Purbalingga, di kawaan perbukitan, dengan akses transportasi yang relatif mudah.

Memiliki potensi hutan, sumber air atau air terjun, perbukitan, pertanian pangan dan hortikultura, serta kerajinan dan olahan lainnya. Selain itu ada aktivitas unik seperti perburuan babi dan adu babi. Di kawasan hutan juga tedapat satwa langka dan endemik daerah tersebut. Potensi untuk wisata alam dan produk lokal sangat tinggi, namun belum memahami cara mengelolanya. Kemiskinan terjadi karena minimnya kreatifitas masyarakat dalam mengelola potensi yang ada. Kepala desa menginginkan agar potensi- potensi tersebut dikelola menjadi atraksi wisata, harapanya bisa mengangkat perekonomian masyarakat. Pemerintah desa siap mengalokasikan anggaran untuk penataan kawasan, penguatan kapasitas SDM dan kelembagaan.

Sudah dibentuk embrio kelompok pengelola wisata desa.

17 Desa Wonoharjo, Kec.

Rowokele, Kab.

Kebumen

Desa ini berada di sebelah barat-utara Kebumen, berbatasan dengan Banyumas dan Banjarnegara, berada di kawasan perbukitan, hutan, sumber air (air terjun), bentang alam perbukitan. Potensi ekonomi berupa pertanian pangan dan hortikultura, kerajinan dan olahan lainnya. Sumberdaya sosial cukup menarik, dimana terdapat tradisi, adat, dan kehidupan sosial yang unik. Kehidupan berdampingan antara pemeluk Islam dan Budha secara damai. Di tempat ini terdapat fasilitas pelatihan yang dikelola oleh LSM @Worm

(8)

No Desa Karaktersitik Desa

dimana peserta dari berbagai negara kerap hadir disini untuk beberapa bulan. Di desa ini juga terdapat fasilitas meditasi yang dikelola komunitas Budha, pengunjung dari berbagai negara untuk bermeditasi. Desa ini kerap dikunjungi orang dari berbagai negara, sehingga potensi untuk wisata alam, adat budaya dan produk lokal sangat tinggi, namun belum dikelola. Kemiskinan terjadi karena pengelolaan potensi belum optimal. Pemerintah desa menginginkan agar potensi- potensi tersebut dikelola dengan baik. Sudah dibentuk kelembagaan pengelola wisata, desa sudah menganggarkan dana untuk penataan kawasan, pembukaan akses jalan dan kerjasama dengan lembaga terkait di desa. Masih memerlukan dukungan penguatan SDM dan konsep wisatanya.

18 Kecamatan Salem, Kab. Brebes (fokus Desa Banjaran)

Kawasan ini terletak di bagian selatan Brebes, berbatasan dengan Cilacap, terkurung oleh deretan pegunungan. Berada di kawasan jalur Bandung – Purwokerto. Merupakan wilayah yang dikelilingi perbukitan dan persawahan yang subur, kawasan perhutani, dan lahan subur, air cukup melimpah. Potensi tanaman pangan, hortikultura, ternak, olahan pangan dan kerajian. Merupakan masyarakat suku Sunda dengan berbagai tradisi yang unik. Potensi wisata berbasis alam dan budaya sangat tinggi, namun masih belum dikelola dengan optimal. Kemiskinan karena pendidikan dan akses yang sulit dari kota. pemerintah Kecamatan dan desa sekitar menginginkan adanya upaya pengelolaan kawasan ini menjadi kawasan wisata yang lengkap baik alam, sosial budaya, kuliner, kerajinan dan tradisi. Konsep pengelolaan yang dibutuhkan adalah kerjasama atau kolaborasi antar desa yang dipusatkan di Kecamatan Salem, ada pembagian peran antar desa.

19 Desa Sikasur, Kec.

Belik, Kab. Pemalang

Desa Sikasur terletak di sebelah selatan Pemalang, berada di dataran tinggi (lereng Gunung Slamet bagian utara) dengan potensi pertanian, perikanan, hortikultura, ternak, kerajinan, olahan pangan (nanas), dan pariwisata. Desa ini memiliki sumber air yang cukup melimpah baik mata air (sendang sialting) maupun sungai (curug bengkawah dan aliran sungai), pertanian berkembang baik, serta adanya potensi bentang alam.potensi etrsbeut bisa sudah ada embrio diekloela wisata, bahkan sendang sialting sebelumnya dikelola Pemda Pemalang namu tidak berkembang. Mulai tahun 2020 akan diserahkan ke pemerintah desa..

Kemiskinan terjadi karena mininya kapasitas SDM untuk mengelola SDA, lebih memilih menjadi tenaga kerja di luar daerah. Kepala desa menginginkan agar pptensi yang ada dikelola oleh menjadi kosnep wisata pedesaan yang melibatkan msyarakat sehingga kesejahteraan bisa menngkat. Opeemrintah desa sudah mengalokasikan anggaran untuk penatan kawasan, menujuk kelompok

(9)

No Desa Karaktersitik Desa

pemuda untuk mengelola, serta membangun kesepaktan dengan warga untuk menjaga kelestarian lingkunagn di sekitar kawasan wisata.

20 Desa Slukatan, Kec.

Mojotengah, Kab.

Wonosobo

Desa Slukatan terletak di bagian selatan kawasan dieng menjadi bagian kawasan dieng. Merupakan daerah pegunungan dan memiliki potensi tanaman perkebunan (kopi, tembakau), hortikutura, adanya sumber air dan wisata alam berupa pendakian gunung, sumebr air (air terjun dan telaga), jembatan gantung dan hutan bambu. Wisata pendakian gunung sudah diresmikan Gubernur dan sudah brjalan, namun pengelolaan belum optimal. Tamu yangd atang dan enginap di rumah warga belum dilayani dan ditarik retribusi. Selain itu pengelolaan masih terbatas pada kelompok pecinta alams aja, belum melibatkan masyarkat dan pemrintah desa. Kawasan ini memiliki keterbatasan akses menuju kota, karena kualitas jalan yang balum baik.

Namun demikian aktivitas wisata pendakian menuju gunung Bismo sudah berjalan. Kemiskinan terjadi karena kurang optimalnya pengelolaan sumberdaya alam yang ada, pendidikan rendah serta sulitnya akses jalan. Pemeintah desa menginginkan agar penegllaan wisata bisa dilakukandalam satu lembaga dan satu pintu dengan melibatkans sienrgi seluruh aktor. Belum ada lembaga BUMDes atau Pokdarwis yang dibentuk, oleh karena itu ada keingingan untuk membtnuknya.

21 Desa Balun, Kec.

Wanayasa, Kab.

Banjarnegara

Desa ini terletak di bagian utara Banjarengara, kawasan pegunungan, berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan.

Berada di jalur Pekalongan – Banajrnegara – Dieng dengan akss transportasi yang baik meskipun jauh dari pusat kota.

Potensinya adalah tanaman hortikultura, tembakau, peternakan (sapi) dan yang sedang berkambang beberapa tahun terakhir adalah kopi. Kendala kopi masih dijual biji (chery) atau biji kering (ose). Para petani maish belum bernai mengolah snediri selain karena modal juga katrena akses pasar. Pengolaan kopi masih dimonopoli oleh segelintir aktor yang mengaussi pasar dan modal.

Kemiskinan terjadi karena mininnya inisiatif wirausaha, dan kurangnya inovasi. Tumbuhnya keinginan dari sebagian besar masyarkat untuk menaam kopi. Peemrintah desa juga sudah beekrjasama dengan Perhutani untuk penanman kopi di lahan perhutani. Adanya keinginan untuk meningkatkan kualitas kopi dan megolahnya snediri sehinggakeuntungan lebih tinggi. Akan tetapi karena adanya keterbatasan penegtahuan budiaday dan pengolahan, keetrbatasan modal, keetrbatasan alat produksi dan teknologi,s erta jaringan paar, maka pengolahan belum bisa dilakukan.

22 Desa Karangmangu, Kec. Sarang, Kab.

Rembang

Desa ini terletak di ujung timur Rembang, berbatasan dengan Tuban (Jawa Timur). Terlatak di jalur utama pantura jawa dengan akse trasportasi yang baik dan potesni psar

(10)

No Desa Karaktersitik Desa

yang besar. Merupakan kawasan pantai dengan potensi perikanan tangkap dan olahan hasil laut. Terdapat banyak pondok pesantren sebagai peluang pasar diaman banayk orang berkunjung baik ekluarga santri maupun pengunjung pondok pesantern lainnya. Hanya saja belum ada manfat langsung keberadaan pantai, produk ikan dan pondok peantren terhadap perekonomian warga. Bahkan keebradaan pondok pesantren turut menyumbang permasalahan sampah di desa ini. Belum berkemang olahan ikan serta belum adanya lokasi sebagai pasar produk-produk olahan ikan yang strategis. Kemiskinan terjadi karena pola hidup dan minimnya akses lapangan kerja dengan upah yang layak.

Pemerintah desa dalam hal ini kepala desa menginginkan adanya satu kawasan di pesisir pantai yang merupakan tanah kas desa dan berada di pinggir jalan raya untuk dimanfaatkan sebagai pasar. Selain itu perlunya inoavsi olahan ikan yang variatif dan layak sebagai oleh-oleh khas daerah tersebut, mengingat banyaknya pondok pesnatren adalah poensi pasar yang ebsar karena banyaknya pengunjung

Referensi

Dokumen terkait

Pada awal setelah aplikasi strangulasi dan BAP, diameter batang tanaman masih memiliki ukuran yang tidak berbeda antar perlakuan namun pada 14 MSP terdapat perbedaan

Undang-undang tanah di Malaysia khususnya negeri-negeri di Semenanjung Malaysia terkandung dalam undang-undang tanah utama iaitu Kanun Tanah Negara

Pola hidup masyarakat yang konsumtif memungkinkan kebutuhan masyarakat akan sebuah kredit cukup tinggi, hal ini rupanya juga dilirik oleh perusahaan pendanaan selain bank

Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: hasil wawancara dengan Ketua Program Akselerasi, para guru Pendidikan Agama Islam di kelas

Kemudian, data disusun dan dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis yakni menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah diperoleh dari lapangan terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan dan telah penulis jelaskan dalam pembahasan hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:

Berdasarkan simpulan yang te- lah diuraikan perlu mengajukan sa- ran-saran sebagai berikut: (1) bagi siswa, hendaknya lebih bersemangat dalam belajar dan berperan

capsici yang menunjukkan paling peka terjadi pada nomor genotipe 12 dengan diameter Lesio 3,6 cm dan yang paling tahan dengan kriteria sangat tahan berdiameter