• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Budaya Masyarakat yang Ditransmisikan Guru pada Pembelajaran IPS 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Budaya Masyarakat yang Ditransmisikan Guru pada Pembelajaran IPS 1."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Nilai-Nilai Budaya Masyarakat yang Ditransmisikan Guru pada Pembelajaran IPS

1. Nilai Toleransi

Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok- kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi

“kelompok” yang lebih luas , misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.

Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.

Toleransi merupakan sikap atau sifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,

65

(2)

kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. ; dua batas penyimpangan ukuran yang diijinkan.

Hasil Observasi di lapangan menggambarkan di SMP Negeri 2 Arjawinangun, dalam kehidupan sosial siswa di sekolah diperlukan sikap toleransi, sebagai salah satu sikap hidup untuk mewujudkan kehidupan sosial sekolah yang tentram. Upaya untuk mewujudkan sikap toleransi itu dilatar belakangi oleh keberagaman bangsa Indonesia, antara lain, dalam hal suku, bangsa, agama, dll. Sikap toleransi tersebut merupakan cerminan pola kehidupan sosial sekolah yang bermoral.

Toleransi bermakna sebagai suatu bentuk sikap atau kondisi kemasyarakatan. Toleransi sebagai suatu kondisi kemasyarakatan berhubungan erat dengan sikap yang dianut secara luas dikalangan masyarakat. Sebagai bagian dari penilain yang dilakukan oleh masyarakat, sikap toleransi akan dinilai sama sebagi suatu sifat yang diinginkan oleh masyarakat dalam kehidupannya. Oleh karena itu, guru salah satu elemen yang akan mendidik peserta didiknya untuk menilai dan melatih sikap toleransi (UNESCO; 1994: 19).

Hasil wawancara dengan pak Nurudin guru IPS pada hari senin, tanggal 21 April 2015 menuturkan:

Nurudin mengatakan bahwa ”untuk mewujudkan sikap toleransi tersebut, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah pembelajaran mendidikkan nilai-nilai toleransi, yang menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran yang didesain agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif”.

Pada level pendidikan nilai, toleransi yang dikaji adalah toleransi dalam tataran fakta historis. Untuk dapat mendidikkan nilai-nilai toleransi dalam pembelajaran diperlakukan strategi pelajran yang mampu mengangkat realita kehidupan, salah satunya melalui studi kasus dan dialog, yang terjadi tentang pelaksanaan kehidupan toleransi dan tindakan- tindakan nir toleransi.

(3)

Ketika nilai-nilai toleransi dididikkan kepada para peserta didik melaui pembelajaran di lembaga pendidikan formal, para peserta didik diharapkan mampu memahami, menginternalisasikan dan menerepkan sikap hidup toleransi sekaligus nilai-nilai instrumental dalam kehidupan sosial kemasyarakatan mereka. Dimulai dari belajar di lembaga pendidikan formal, usaha untuk mewariskan nilai-nilai toleransi dapat menjadi bekal positif bagi para pelajar dalam memjalani kehidupan sosial kemasyarakat pada saat ini dan pada masa mendatang.

2. Nilai Keteladanan

Guru kencing berdiri murid kencing berlari , demikian pepatah lama yang sangat populis dikalangan dunia pendidikan. Sebait kalimat tersebut mengandung makna filosofis bahwa pekerjaan mendidik yang dilakukan oleh seorang guru sangatlah erat kaitannya dengan keteladanan. Hal ini memiliki konsekuensi akan tanggung jawab yang berbeda di emban oleh seorang yang berprofesi sebagai pendidik dengan profesi yang lain.

Berbicara tentang keteladanan, maka ada tiga hal yang harus diperhatikan : Pertama, keteladanan mensyaratkan komitmen untuk memberikan contoh terbaik dalam setiap tingkah laku seorang pendidik yang mau jujur dengan tidak dibuat-buat, tetapi asli muncul kepermukaan sebagai sebuah kepribadian. Kedua, keteladanan juga menuntun seseorang untuk menyikapi sebuah persoalan dengan bijak serta dengan kesadaran penuh berusaha untuk tetap selalu konsisten. Ketiga, seseorang yang diteladani tidak pernah berharap untuk disanjung, dipuji karena keteladanannya dan jika orang segan dengan kharismanya maka itu hanyalah efek dari keteladanannya tanpa pernah membuatnya ujub dan sombong.

Menjadi guru favorit tentunya menjadi dambaan bagi setiap insan guru. Banyak diantara murid kita yang mengagumi gurunya hanya dari wajah yang rupawan, murah dalam memberikan nilai, ataupun killer sehingga menimbulkan sensasi untuk menghadapinya. Ketika murid

(4)

melihat guru favorit dari sudut pandang tersebut, tentunya ada sebuah pelajaran berharga, yaitu guru mempunyai kekuatan dahsyat dalam membentuk pribadi siswa lewat sikap dan tindakannya.

Guru adalah sosok penting yang cukup menentukan dalam proses pembelajaran. Walaupun sekarang ini ada berbagai sumber belajar alternative yang lebih kaya, seperti buku, jurnal, majalah, internet, maupun sumber belajar lainnya, tetapi guru tetap menjadi kunci untuk optimalisasi sumber-sumber belajar yang ada. Guru tetap menjadi sumber belajar yang utama. Tanpa guru, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalanan secara maksimal (Roqib; 2009: 27).

Hasil Observasi di lapangan menggambarkan guru IPS SMP Negeri 2 Arjawinangun merupakan sosok yang seharusnya mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam proses pembelajaran dalam makna yang luas, toleran dan senantiasa berusaha menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik.

Secara prinsip, mereka yang disebut sebagai guru bukan hanya mereka yang memiliki kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh lewat jenjang pendidikan di perguruan tinggi saja, tetapi yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif menjadikan siswa cerdas dalam aspek intelektualnya, ranah afektif menjadikan siswa mempunyai sikap dan perilaku yang sopan, dan ranah psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktifitas secara efektif dan sefesien, serta tepat guna.

Di sinilah letak pentingnya peranan seorang guru.

Hasil wawancara mendeskripsikan ketika penulis mewawancarai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan Mustofa pada hari Senin, tanggal 21 April 2015. menuturkan bahwa:

(5)

“Nilai keteladanan guru menjadi senjata untuk mengatasi berbagai macam problematika moral siswa yang kini sedang di ambang krisis. Gejala terhadap krisis moral tengah mengancam generasi muda kita beberapa bulan belakangan ini, seperti meningkatnya kasus tawuran antar sekolah, kekerasan siswa, gank motor, mewabahnya virus game online yang destruktif, menggejalanya video seks yang diperankan siswa, dan kehidupan glamour yang dicontohkan tayangan televisi. Keteladanan guru bukan hanya ditunjukkan lewat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi semata, akan tetapi aspek moral dan spiritual menjadi sumber kekuatan utama guru dalam membentuk pribadi siswa yang tangguh dan bermartabat. Kekuatan moral dan spiritual guru juga berfungsi untuk menangkal efek negatif dari pengaruh modernisasi jaman. Secara tidak sadar, euforia perkembangan teknologi dan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan guru menyeret guru untuk masuk dalam kubangan tersebut. Guru lebih suka bermain- main dengan gadget daripada membaca ataupun menulis, guru lebih banyak membicarakan masalah sertifikasi daripada mengajar dengan hati dan cinta. Semua itu tidak terlepas dari semakin pudarnya niatan awal seorang guru dari sebuah panggilan jiwa menjadi sebuah panggilan harta”.

Nilai-nilai moralitas di sekolah tidak begitu saja hadir dengan sendirinya. Ia butuh proses yang perlu dilaksanakan oleh semua komponen yang ada di sekolah. Proses ini secara sadar dan penuh tanggungjawab dilakukan oleh semua individu, terutama guru. Karena guru-lah sosok sentral yang akan dilihat, dipandang dan dicontoh oleh anak didiknya.

Guru harus memiliki kekuatan gravitasi kepribadian yang kuat bagi siswanya sehingga ada kesempatan bagi guru untuk menebar nilai-nilai kebaikan yang kemudian akan menjadi kekuatan magnet tersendiri bagi siswanya. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap siswa akan mengerjakan kebaikan yang hampir atau persis sama sebagaimana gurunya melakukan.

Gambar 1.

Kegiatan wawancara

dengan bapak Mustofa

(6)

Keteladanan adalah alat pendidikan yang sangat efektif bagi kelangsungan komunikasi nilai-nilai luhur. Konsep keteladanan dalam pendidikan Ki Hajar Dewantara mendapat tekanan utamanya yaitu „ing ngarso sung tulodo‟, melalui ing ngarso sung tulodo guru menampilkan keteladannya dalam bentuk tingkah laku, pembicaraan, cara bergaul, amal ibadah, tegur sapa dan sebagainya. Nilai-nilai luhur yang ditampilkan tersebut akan diinternalisasikan sehingga menjadi bagian dari dirinya, yang kemudian ditampilkannya pula dalam pergaulannya di lingkungannya.

Keteladanan guru harus tetap membumi seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan pendidikan yang ada di negeri ini.

Membumikan keteladanan guru dapat dimulai dari dalam diri guru sendiri, keteladan harus dimulai dari siapapun tidak harus menanti sampai orang lain mengawalinya. Bila setiap pribadi guru memiliki kepedulian akan hal ini, tentunya semua akan dengan mudah terwujud pribadi-pribadi guru yang tangguh dan berkarakter. Selanjutnya dalam membumikan keteladanan dapat dimulai dari hal-hal yang paling kecil, meskipun kelihatan sepele, namun dari hal yang terkecil inilah akan muncul suatu kekuatan besar yang dahsyat dalam memperbaiki kualitas pendidikan. Setelah hal yang terkecil bisa dilakukan maka langkah selanjutnya adalah konsistensi, dimana pelaksanaan harus dilakukan secara rutin dan terus menerus untuk mewujudkan sebuah tradisi yang baik.

3. Nilai Budi Pekerti

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata budi pekerti, namun pengertian ini nampaknya hanyalah sebuah definisi yang hanya dapat kita temukan di literatur-literatur sekolah, padahal sejatinya nilai budi pekerti ini dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-

Gambar 2. Keteladanan murid kepada guru

(7)

hari baik dalam kehidupan ranah individu, masyarakat, dan bernegara.

Budi pekerti sendiri merupakan sebuah nilai yang akan mendasari seluruh perilaku kita dari segi etika, norma, tatakrama dsb. Semua nilai-nilai tersebut akan bernilai baik jika lahir dari budi pekerti yang telah dibina secara baik sehingga nantinya akan menghasilkan perilaku yang baik pula.

Di lihat dari segi definisi, secara umum budi pekerti mempunyai arti yaitu moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan dan secara harfiah mempunyai pengertian perbuatan (Pekerti) yang dilandasi atau dilahirkan oleh Pikiran yang jernih dan baik (Budi) (Widiastini, 2010). Dengan definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa pikiran dan perbuatan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Jika pikirannya baik, maka perbuatan yang akan dihasilkan pun akan baik pula karena menurut Syeikh Taqiyudin An-Nabhani kepribadian seorang individu di pengaruhi oleh pola pikir (aqliyah) dan nafsiyah (pola sikap) yang baik dan selaras. Agar tercipta pola pikir dan pola sikap yang selaras kita harus menanamkan nilai-nilai budi pekerti semenjak dini. Nilai-nilai budi pekerti sendiri mencakup 14 nilai-nilai yang kemudian tertulis dalam buku Pedoman Suasana Sekolah yang Kondusif dalam Rangka Pembudayaan Budi Pekerti Bagi Warga Sekolah yang diterbitkan oleh Depdiknas yaitu mencakup keimanan, ketakwaan, kejujuran, keteladanan, suasana demokratis, kepedulian, keterbukaan, kebersamaan, keamanan, ketertiban, kebersihan, kesehatan, keindahan, dan sopan santun. (An- Nabhani, As-Syeikh Taqiyuddin. 2008:53)

Nilai-nilai budi pekerti tersebut kemudian haruslah diketahui esensinya karena pada saat ini hal tersebut merupakan sebuah kebutuhan dalam rangka menghadapi era globalisasi yang secara definitif menurut Selo Soemardjan dalam carapedia.com “globalisasi adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama”. Dengan demikian, dengan adanya era globalisasi yang juga ditandai dengan seiringnya

(8)

kemajuan teknologi, kita harus menyiapkan, minimal dari diri kita sendiri untuk menghadapi proses globalisasi yang harus disertai oleh kepribadian kita yang santun karena seperti yang kita ketahui bahwa masalah terbesar yang ada seiring dengan kemajuan teknologi di abad 21 ini adalah adanya degradasi moral yang tercermin dalam kejahatan ringan maupun besar yang melibatkan diri sendiri ataupun orang lain. Dengan demikian, nilai budi pekerti ini perlu dibangun pada abad ini untuk menyeleraskan kemajuan teknologi dan juga etika dari Sumber Daya Manusia nya.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam hal ini tentunya harus melibatkan individu, masyarakat, dan negara yang terfokus pula pada lembaga formal dan non formal serta media sosial. (S.Soemardjan,

"Carapedia.com." diunduh pada tanggal 26 Agustus 2015).

Dalam aspek individu dan masyarakat (keluarga), budi pekerti ini mencakup hal-hal mendasar yang sangat diperlukan oleh individu yaitu kesadaran untuk bertingkah laku baik dan selalu menjaga nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai dasar sesungguhnya dapat diajarkan melalui media dan lembaga apapun serta akan lebih baik jika di ajarkan ketika kita masih dini oleh keluarga kita sendiri. Namun tak dapat dipungkiri, pada era globalisasi seperti ini, media menjadi sarana yang paling efektif untuk membentuk kepribadian individu baik media sosial seperti facebook, twitter, dan blog ataupun media pembelajaran berbasis penceritaan seperti dongeng dan mitos untuk anak-anak usia dini yang sejatinya telah ditanamkan oleh orang tua kita semenjak kita masih kecil.

Tugas kita pada saat ini adalah memilih nilai budi pekerti yang harus diprioritaskan dalam mengatasi permasalahan di abad ke-21 ini terutama dalam masalah degradasi moral ketika moral tidak diselaraskan dengan kemajuan teknologi. Dalam media sosial, kita bisa memilah grup- grup yang memotivasi kita agar menjadi lebih baik dan grup yang senantiasa memberikan tips-tips untuk menghadapi perkembangan zaman yang dinamis ini karena kita sadari , semakin banyak kita melihat dan mendengar tayangan yang bernilai positif, maka tingkah laku kita pun

(9)

akan positif, namun apabila kita lebih sering melihat dan mendengar hal yang negatif, maka tingkah laku kita pun akan meniru hal-hal yang demikian. Sehingga, dalam dunia media sosial pun, interaksi menjadi bagian yang paling penting seperti hal nya di dunia nyata sehingga kita harus berhati-hati ketika kita berteman di dunia maya, karena secara tidak langsung hal tersebut dapat membentuk kepribadian kita, apakah akan berbudi pekerti luhur dalam arti menanamkan nilai-nilainya dan memahami esensinya ataukah sebaliknya, membentuk kepribadian kita yang tidak selaras dengan budi pekerti luhur.

Oleh karena itu, pendekatan nilai-nilai budi pekerti harus diajarkan melalui beberapa pendekatan seperti keluarga dan media sosial selain individu sendiri yang harus menanamkan kesadaran yang tumbuh secara alami. Dalam hal ini, keluarga berfungsi untuk membina dan mengontrol segenap anggota keluarga agar memiliki nilai budi pekerti yang luhur.

Keluarga memiliki peranan yang besar dalam membentuk karakter individu dengan cara yang komunikatif antaranggota keluarganya. Fungsi setiap anggota keluarga sangatlah penting seperti fungsi ayah, ibu, dan anak yang semuanya memiliki potensi untuk membentuk kepribadian satu sama lain. Ayah sebagai kepala keluarga merupakan orang pertama yang bertugas mendidik istri dan anak akan nilai-nilai budi pekerti dan ibu kemudian akan mengomunikasikan kembali pada anak serta anak dapat memberikan pengaruh pada lingkungan sekitar dimana ia berada akan pengajaran yang telah ia dapat dari keluarganya.

Hal inilah yang nantinya akan membedakan pendekatan budi pekerti melalui keluarga dan pendidikan formal, yaitu dari segi komunikasi yang tidak memandang posisi ia dalam keluarga, namun fungsi mereka adalah sama-sama mengontrol agar nilai-nilai budi pekerti itu terimplementasi dalam keluarga mereka. Dengan demikian, keluarga dalam hal ini dapat disebut pendidikan non-formal yang artinya pengajaran tidak dilakukan melalui lembaga namun keluarga lah yang memegang aspek paling mendasar yaitu sebagai madrasah utama dari

(10)

pengajaran, sehingga nantinya kita pun akan mendapatkan dua hal yang berbeda dan saling melengkapi dari pendidikan non-formal dan formal.

Hasil wawancara dengan Pak Nurudin Guru IPS SMP Negeri 2 Arjawinangun pada tanggal 2 Maret 2015 menuturkan bahwa “Dalam pendidikan formal, nilai budi pekerti dapat diperoleh melalui pengajaran guru ke muridnya yang terkadang berjalan satu arah saja antara keduanya.

Namun, dalam pendidikan non-formal, komunikasi dapat berjalan dua arah dan tidak bersifat kaku sehingga pembelajaran akan terasa menarik tanpa batasan komunikasi seperti hal nya di lembaga pendidikan. Namun, kedua hal ini mempunyai kesamaan, yaitu baik guru di sekolah maupun orang tua dirumah harus memberikan teladan bagi murid dan anak- anaknya sebagai bekal agar mereka dapat menyampaikan esensi nya kepada lingkungan sekitarnya karena nilai-nilai budi pekerti pun ternyata dapat dibentuk melalui lingkungan. Kita sadari, bahwa lingkungan yang positif akan menjadikan diri kita berkepribadian baik dan lingkungan yang negatif akan membentuk kepribadian kita menjadi tidak baik.

Sehingga, kita pun harus dapat memilah hal-hal yang positif dan juga negatif bagi diri kita.”

Selain nilai individu dan masyarakat yang dalam hal ini mencakup keluarga serta lembaga pendidikan, salah satu faktor yang penting dalam membangun karakter yang berbudi pekerti luhur adalah adanya peran negara yang juga membantu dalam mengimplementasikan program ini.

Negara dengan sifatnya yang memaksa harus tegas dalam memberikan sanksi bagi warga yang melanggar norma serta etika yang apabila dirasa sudah mengganggu kehidupan bermasyarakat. Negara pun harus memfasilitasi kebutuhan masyarakat agar terciptanya masyarakat yang berbudi pekerti luhur sehingga akan mengatasi masalah degradasi moral yang terjadi di abad ini.

(11)

Dengan demikian, nilai-nilai budi pekerti luhur bukanlah nilai-nilai yang hanya tersimpan dalam literatur dan dihapal saja, namun juga perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta masyarakat yang juga menjunjung tinggi norma dan etika sehingga akan mengentaskan masalah-masalah sosial ringan dan berat pada abad ini.

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka pembudayaan budi pekerti luhur ini tentunya harus melibatkan semua pihak, baik itu individu, masyarakat, dan negara terutama yang melibatkan lembaga formal dan non formal serta media sosial.

4. Nilai Musyawarah

Nilai musyawarah menjadi nilai budaya yang harus ditransmisikan sejak dini kepada siswa. hal ini dilakukan guna mewujudkan demokrasi yang substansial. Dalam kaitannya musyarawah sering berkaitan langsung dengan organisasi, organisasi adalah sekelompok manusia yang diatur untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Musyawarah sendiri dilakukan untuk menetapkan keputusan bersama. Keputusan bersama adalah keputusan yang melibatkan semua orang yang berkepentingan. Keputusan bersama melibatkan semua anggota organisasi. Keputusan bersama harus dilakukan karena dalam organisasi terdapat banyak orang. Dalam organisasi, keputusan tidak bisa diserahkan kepada satu orang. Keputusan juga tidak boleh diserahkan kepada ketua organisasi saja. Semua warga organisasi harus terlibat dalam pengambilan keputusan.

Hasil wawancara dengan Aisyah pada hari Rabu, tanggal 6 Mei 2015, menuturkan bahwa:

“musyawarah disekolah sebenarnya memang membantu, biar masalah yang ada cepet kelar atau memutuskan sesuatu.”

Ada beberapa nilai dasar yang harus diperhatikan dalam melakukan musyawarah. Beberapa nilai dasar tersebut antara lain:

kebersamaan, persamaan hak, kebebasan mengemukakan pendapat, penghargaan terhadap pendapat orang lain, dan pelaksanaan hasil

(12)

keputusan secara bertanggung jawab. Nilai dasar tersebut menjadi tumpuan untuk mewujudkan demokrasi yang sesuai pancasila, yang pada saat ini sangat bertolak belakang dengan keadaan demokrasi yang sudah kita bangun pasca reformasi.

Dalam bermusyawarah, semua peserta harus mendapat persamaan hak. Maksudnya seluruh peserta musyawarah diberi hak yang sama untuk mengemukakan pendapat. Mereka bebas mengungkapkan ide. Maksud bebas adalah tidak mendapat paksaan dari orang lain. Ia bebas mengutarakan pendapatnya. Dalam berpendapat, seseorang tidak boleh dipaksa oleh orang lain. Keputusan sebuah organisasi disebut keputusan bersama. Keputusan tersebut mewadahi semua pendapat yang muncul.

Keputusan bersama haruslah mewakili kepentingan seluruh anggota organisasi. Dalam musyawarah tidak boleh ada pemaksaan kehendak.

Keputusan bersama haruslah menguntungkan semua pihak.

Dalam sebuah organisasi, keputusan bersama dapat diambil melalui dua cara yaitu:

a. Musyawarah untuk mufakat

Musyawarah untuk mufakat adalah bentuk pengambilan keputusan bersama yang mengedepankan kebersamaan. Musyawarah dilakukan dengan cara mempertemukan semua pendapat yang berbeda-beda. Setelah semua pendapat didengar dan ditampung, pendapat yang paling baik akan disepakati bersama. Dari berbagai pendapat, tentunya tidak mudah menentukan pendapat yang terbaik.

Biasanya semua orang akan bahwa pendapatnyalah yang terbaik.

Ketika seluruh pendapat sudah dikemukakan, pembicaraan pun terjadi. Setelah dipertimbangkan akhirnya satu pendapat disepakati.

Itulah yang kemudian disebut mufakat atau kesepakatan bersama.

Dengan jalan mufakat, diharapkan keputusan bersama yang diambil mancerminkan semua pendapat. Dengan demikian, tidak ada anggota yang merasa bahwa pendapatnya tidak diperhatikan.

(13)

Musyawarah untuk mufakat biasanya dilakukan dalam organisasi yang jumlah anggotanya sedikit. Mereka berkumpul disuatu pertemuan atau majelis, semuanya duduk bersama membahas persoalan yang perlu mereka musyawarahkan.

b. Pemungutan suara

Cara musyawarah untuk mufkat tidak selalu membuahkan hasil.

Hal ini terjadi bila ada perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan. Misalnya, beberapa pendapat dianggap sama baiknya atau karena beberapa pendapat tidak menguntungkan semua pihak.

Jika demikian, ditempuhkah pemungutan suara atau voting.

Tujuannya untuk mendapatkan keputusan bersama. Pemungutan suara biasanya disepakati oleh tiap-tiap pendukung suara yang berbeda.

Sebelum dilakukan diadakan kesepakatan. Yakni setiap anggota akan menerima pendapat yang didukung oleh suara terbanyak.

Voting merupakan cara kedua jika musyawrah untuk mufakat gagal dilakukan. Sebelum voting dilaksanakan, perlu diperhatikan beberapa hal berikut:

1) Voting ditempuh setelah cara musyawarah untuk mufakat sudah dilaksanakan.

2) Voting dilakukan karena ketidakmungkinan untuk menempuh musyawarah untuk mufakat lagi. Ketidakmungkinan ini disebabkan munculnya beragam pendapat yang bertentangan.

3) Voting dilakukan karena sempitnya waktu, sementara keputusan harus segera diambil.

4) Voting dilakukan setelah semua peserta musyawarah mempelajari setiap pendapat yang ada.

5) Voting dilakukan jika peserta musyawarah hadir mencapai kuorum. Kuorum adalah jumlah paling sedikit peserta musyawarah yang harus hadir agar voting dapat dilaksanakan dan keputusannya dianggap sah. Biasanya, kuorum dalam

(14)

musyawarah adalah 2/3 dari total yang berhak mengikuti musyawarah.

6) Voting dianggap sah sebagai keputusan jika separuh lebih peserta yang hadir menyetujuinya.

Dalam voting, pendapat yang memperoleh suara terbanyak menjadi keputusan bersama. Dengan demikian pendapat lain yang mendapat suara lebih sedikit terpaksa diabaikan.

Voting tidak hanya ditempuh pada saat kata mufakat tidak ditemukan. Pemungutan suara juga dilakukan pada pengambilan keputusan yang tidak dapat dimusyawarahkan. Misalnya pemilihan kepala pemerintahan.

c. Aklamasi

Adakalanya keputusan bersama tidak diambil dengan cara mufakat atau voting, tetapi dengan cara aklamasi. Aklamasi adalah pernyataan setuju secara lisan dari seluruh anggota kelompok.

Pernyataan setuju ini dilakukan untuk melahirkan keputusan bersama.

Pernyataan setuju dilakukan tanpa melalui pemungutan suara.

Aklamasi terjadi karena adanya pendapat yang dikehendaki oleh semua anggota kelompok.

Mengingat betapa pentingnya nilai musyawarah untuk ditransmisikan, guru sebagai sang inspirator mengimplementasikannya melalu pemilihan ketua kelas, osis dan organisasi ekstrakulikuler.

Dengan maksud, supaya siswa terbiasa dengan langsung terlibat aktif dalam proses musyawarah tersebut.

5. Nilai Kedisiplinan

Disiplin yang diartikan dalam kaitannya dengan ancaman dan hukuman dari sisi lain disiplin juga erat kaitannya dengan pengawasan atau kontrol dan proses belajar. Prinsip mengontrol diri sendiri merupakan hal yang penting dalam disiplin siswa yang menunjukkan kebiasaan

(15)

selalu menepati ketentuan, peraturan dan nilai-nilai, berarti dapat mengontrol diri sendiri untuk tidak melanggar ketentuan dan peraturan ataupun nilai yang brelaku. Sebaliknya atlet yang tidak bisa mengontrol diri akan sering melakukan sesuatu yang bertentangan atau melanggar ketentuan dan nilai.

Hasil wawancara dengan Ragil pada hari Rabu Tanggal 6 Mei 2015, menuturkan bahwa:

“Disiplin itu memang baik, tapi kadang kan siswa yang lain masih suka telat sampai sekolah, alas an bangun sianglah, disuruh ibu lah.

Cuma aku mah enggak”.

Disiplin ada hubungannya dengan sikap penuh rasa tanggung jawab, karena siswa yang disiplin cenderung untuk menepati, mendukung dan mempertahankan nilai-nilai yang diantutnya. Rasa tanggung jawab untuk memenuhi dan mematuhi dan mematuhi nilai-nilai tersebut akan berkembang menjadi sikap dan berdampak panjang terhadap kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, melalui program olahraga dilingkungan pesantren atau dimasyarakat merupakan program investasi menyeluruh yang akan berdampak panjang hingga manusia itu dewasa.

Disiplin bukan sikap yang dibawa sejak lahir, meskipun sifat-sifat kepribadian sejak lahir juga akan ikut menentukan. Disiplin latihan merupakan salah satu aspek psikologis yang sangat penting bagi atlet.

Menurut Sudibjo, disiplin seseorang terlihat dari kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap nilai-nilai yang berlaku. Disiplin siswa adalah kesadaran dan ketaatan siswa terhadap ketentuan-ketentuan dan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan sekolah dan diluar sekolah.

6. Nilai Kerjasama

Kerjasama atau kooperasi (cooperation) adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama (polak, M. 1985). Kerjasama dan pertentangan merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial dimasyarakat, diantara person

(16)

dengan person, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan person.

Pada umumnya kerjasama menganjurkan persahabatan, akan tetapi kerjasama dapat dilakukan diantara dua pihak yang tidak bersahabat, atau bahkan bertentangan. Kerjasama atau kooperasi diantara dua pihak yang bertentangan dinamakan “antagoniccooperation”, merupakan suatu kombinasi yang amat produktif dalam masyarakat modern.

Hasil wawancara dengan Adit pada hari Rabu, tanggal 6 Mei 2015, mengatakan bahwa:

“guru suka ngajak bersih-bersih bareng-bareng teman-teman yang lain, gurunypun ikut bersih-bersih, jadinya bikin semangat kita-kita buat bersih-bersih, tapi ada aja yang gak bantuin juga.”

Sifat ketergantugan manusia memungkinkan dan mengharuskan setiap insan / kelompok social untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain. Hubungan dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam suatu hubungan yang bermakna adalah hubungan kerjasama.

Pencapaian kerja sama menurut persyaratan tertentu yang harus dipengaruhi oleh anggota yang terlibat. Syarat-syarat tersebut adalah : Kepentingan yang sama, keadilan, saling pengertian, tujuan yang sama, saling membantu, saling melayani, tanggung jawab, penghargaan, dan kompromi. (http://irman-fauzie.blogspot.com/2011/07/olahraga-dalam- membina-nilai-nilai.html. diunduh pada tanggal 28 agustus 2015)

(17)

B. Proses Transmisi Nilai-nilai Budaya Masyarakat pada Pembelajaran IPS 1. Pembelajaran dalam Kelas

Sebagaimana tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, agar manusia Indonesia menjadi manusia yang bermartabat dan dapat bersaing dengan bangsa lain. Oleh karenanya diperlukan tenaga pendidik yang profesional yang mampu menciptakan iklim pembelajaran yang tidak hanya mampu melakukan transfer pengetahuan tetapi mampu melakukan transfer nilai dan karakter yang baik terhadap anak didik. Sehingga mampu melahirkan anak didik yang cerdas secara intelektual dan berkarakter baik serta memiliki pemahaman yang baik dalam menjalankan nilai dan norma yang ada di masyarakat.

Pendidikan adalah aset masa depan dalam membentuk sumber daya manusia (SDM). Dengan demikian pendidikan memegang peranan kunci dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas, bahkan sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembangunan bangsa. Guna memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Jaman dulu seorang guru sangat disegani oleh siswanya, jarang sekali bahkan hampir tidak ada kasus siswa berani melawan guru. Sementara siswa zaman sekarang kebanyakan hanya menebar manisnya ketika di depan guru saja, di luar itu sangat memprihatinkan, termasuk siswa yang

(18)

memiliki prestasi dan kemampuan dalam bidang akademik, dapat terjerat oleh arus permasalahan pendidikan.

Hasil observasi di lapangan menunjukan bahwa SMP Negeri 2 Arjawinangun - Kabupaten Cirebon adalah sebuah lembaga pendidikan yang memiliki visi, misi, dan strategi berikut:

a. Perumusan Visi

“Menjadi SMP yang berprestasi dalam bingkai inovasi, kompetisi dan demokrasi ”.

b. Perumusan Misi

Sebagai penjabaran dari visi, SMP Negeri 2 Arjawiangun - Kecamatan Arjawinangun - Kabupaten Cirebon mempunyai misi sebagai berikut : 1) Mendorong tercapainya kegiatan pembaharuan dalam bidang

Akademis maupun Non Akademis

2) Mengembangkan model pembelajaran PAIKEM 3) Membina dan mengembangkan kegiatan life skill

4) Mengembangkan semangat kerjasama antar warga sekolah, masyarakat dan dunia usaha.

5) Menumbuhkan pola pemberdayaan kapasitas personil dalam tugas keprofesian

6) Memupuk sikap dan rasa kepedulian sesama antara sesama 7) Membangun prilaku hidup sehat dan cinta lingkungan

8) Menumbuh kembangkan pola berfikir produktif dalam melakukan tugas dan kewajiban

Guna memperoleh data tentang implementasi pendidikan dan pengajaran yang berbasis budaya masyarakat maka perlu melakukan wawancara dengan beberapa responden. Adapun responden dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru IPS dan siswa-siswi kelas VIII.

Upaya guru dalam proses belajar mengajar IPS di SMP Negeri 2 Arjawinangun lebih menekankan pada penanaman nilai-nilai budaya masyarakat, kesadaran dan kewaspadaan yakni dengan memotivasi dan

(19)

membiasakan siswa bersikap sopan dan santun, menjunjung tinggi solidaritas sesama teman, serta bersikap disiplin diri dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagai usaha guru di SMP Negeri 2 Arjawinangun untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang berakhlak dan berbudaya.

Guru adalah profesi yang pada mulanya dianggap oleh masyarakat Indonesia sebagai pekerjaan yang mulia dan luhur, karena mereka adalah orang yang berilmu, berakhlak, jujur, baik hati, disegani serta menjadi teladan masyarakat. Pullias dan Young (1977), menunjukkan bahwa guru itu paling tidak mempunyai 22 peran, di antaranya sebagai: pembimbing, modernis, perantara antar generasi, model, peneliti, pencipta, dan empunya kekuasaan dalam ilmu pengetahuan.( Hadiyanto, 2004 :2).

Meskipun mereka berubah menjadi lebih baik bukan karena mau mendengarkan ucapan guru melainkan karena takut tidak dapat nilai, meskipun demikian siswa adalah siswa yang perlu diberikan pemahaman bukan dalam materi saja tetapi akhlak juga. Terlebih siswa pada tingkat Menengah Pertama di sini peranan para guru hanya sebagai fasilitator dan motivator, yakni seorang guru harus memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan tekun dan ini harus diberikan perhatian lebih.

Guru adalah sosok penting yang cukup menentukan dalam proses pembelajaran. Walaupun sekarang ini ada berbagai sumber belajar alternative yang lebih kaya, seperti buku, jurnal, majalah, internet, maupun sumber belajar lainnya, tetapi guru tetap menjadi kunci untuk optimalisasi sumber-sumber belajar yang ada. Guru tetap menjadi sumber belajar yang utama. Tanpa guru, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalanan secara maksimal (Roqib; 2009: 27).

Hasil wawancara menunjukan, ketika penulis melakukan wawancara dengan Guru IPS SMP Negeri 2 Arjawinangun Nining Suningsih pada hari Senin, 21 April 2015 pada pukul 10.00

WIB bahwa:

“Pada dasarnya semua mata pelajaran seperti Matematika, B. Inggris, B.

Indonesia, PKN apalagi IPS itu merupakan ilmu pengetahuan umum yang bersifat dinamis jadi sangat

Gambar 3 Kegiatan Wawancara dengan ibu Nining Suningsih

(20)

penting dalam memberikan materi-materi yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya masyarakat. Jadi guru sangat berperan penting dalam menyampaikan nilai-nilai kebudayaan agar menjadi karakter individu yang bermartabat. Hal ini sesuai dengan apa yang kita lakukan sehari-hari tidak akan lepas dengan yang namanya masyarakat. Pada umumnya pendidikan dan kebudayaan menjadi sentral dalam membangun peradaban bangsa.

sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam Undang- undang nomor 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu juga beliau mengatakan dengan diberlakukannya kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) berharap dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan siswa baik dalam bidang prestasi akademik maupun non akademik siswa serta yang terpenting adalah bisa membentuk karakter siswa yang berbudaya dan mampu menjaga nilai-nilai budaya tersebut demi mencapai karakter bangsa yang bermartabat”.

Pengajaran IPS seyogyanya tidak lagi terlalu menekankan pada pengajaran hafalan fakta serta afektif doktriner tetapi lebih sarat dengan latihan berpikir kritis analitis. Dengan pendekatan baru ini siswa (terutama jenjang sekolah yang lebih tinggi) dibiasakan untuk melihat atau menerima gambaran pelajaran IPS dengan logika historis kritis (tidak pasif reseptif).

Sehingga tidak harus selalu dituntun oleh guru dalam memaknai berbagai peristiwa pelajaran IPS. Dalam skenario pengajaran IPS baru ini perlu disediakan porsi yang lebih banyak untuk membiasakan murid membahas (mereview) materi pelajaran.

Selama beberapa periode ini memang pembelajaran IPS memiliki permasalahan yang krusialnya adalah pada metode, pendekatan dan profesinalisme guru. Dari permasalahan tersebut perlu adanya revitalisasi pembelajaran IPS. Pembelajaran IPS bisa menggunakan motode coperative learning, metode ekspository, metode inquiry, metode PAKEM, metode Pembelajaran berbasis masalah, diskusi dan lain-lain.

(21)

Agar mata pelajaran IPS bisa menjadi pelajaran yang menyenangkan dan memiliki daya tarik sendiri sebagaimana pelajaran yang lainya.

Hasil yang bisa diharapkan dari pendekatan tersebut diatas diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan/keterampilan pada murid untuk bisa belajar berdemokrasi disetiap pembelajaran IPS seperti mengemukakan pendapatnya.

Senada dengan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 20 “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian belajar”.

Pada tahap ini silabus, RPP, dan bahan ajar disusun, baik silabus, RPP dan bahan ajar dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajaranya berwawasan karakter. Cara yang mudah untuk membuat silabus, RPP dan bahan ajar yang berwawasan pendidikan karakter adalah dengan mengadaptasi silabus, RPP dan bahan ajar yang telah dibuat dengan menambahkan/ mengadaptasi kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, disadari pentingnya nilai-nilai budaya masyarakat.

a. Silabus

Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat SK, KD, materi pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar yang dirumuskan didalam silabus pada dasarnya ditunjukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP secara umum tersusun atas SK, KD, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. Seperti yang terumuskan pada silabus, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

(22)

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar dan penilaian yang dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD.

Agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam menciptakan pembelajaran yang berwawasan dan pengembangan karakter, RPP tersebut diadaptasi. Seperti adaptasi terhadap silabus, adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi hal-hal berikut:

a. Penambahan dan modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan yang mengembangkan karakter.

b. Penambahan dan modifikasi indikator pencapaian sehingga ada indikator yang terkait dengna pencapaian peserta didik dalam hal karakter.

Penambahan dan modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan mengukur perkembangan karakter (Majid; 2011: 58).

Pengajaran di ruang kelas di SMP Negeri 2 Arjawinangun merupakan satu usaha proses pendidikan kepada siswa. Pengetahuan, konsep dan ketrampilan membaca, menulis, berhitung, dan sikap yang tepat sebagai alat untuk belajar lebih lanjut yang harus dibangun pada awal pendidikan siswa yang secara luas yang disebut ketrampilan dasar dalam pembelajaran.

Menyampaikan informasi yang terkandung pada pengetahuan kedalam kegiatan pendidikan sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Guru harus menyampaikan pengalaman yang siap pakai, mengerjakan tugas-tugas administrasi, mengadakan pedekatan kepada siswa dan sebagainya. Dalam proses pengajaran, guru harus menanamkan

“how to” bukan “what to”.

Sebagai tenaga profesional, guru harus menyiapkan perencanaan pengajaran yang aplikatif. Merencanakan pengajaran dalam bentuk persiapan mengajar yang diturunkan

dari silabus, membutuhkan ketrampilan profesional guru dalam mencari dan

Gambar 4. Kegiatan pembelajaran di kelas

(23)

menafsirkan kompetensi-komptensi untuk mengimplementasikan kurikulum tersebut. Perencanaan pengajaran harus dilakukan secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya dan praktif bisa dilaksanakan (Majid;

2011: 252).

Pendidikan IPS merupakan wahana penting dalam mentransmisikan nilai-nilai budaya masyarakat kepada siswa. Hal ini karena melalui pendidikan IPS generasi muda belajar mengenai permasalahan- permasalahan yang terjadi pada masa lalu, masa kini, dan menyelesaikan masalah tersebut, serta generasi muda belajar untuk mengambil pengalaman dari peristiwa masa lalu untuk dijadikan cermin menatap masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan IPS memiliki fungsi yang strategis untuk mengembangkan jiwa dan berbudaya.

Nining Suningsih adalah guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 2 Arjawinangun, beliau mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 2012. Dalam mendeskripsikan suasana pembelajaran IPS, beliau mengutarakan ada sedikit perubahan yang terjadi dalam dunia mengajar, ketika dulu masih sangat jarang sekali orang yang dapat menggunakan media internet sehingga materi yang diberikan berdasarkan apa yang ada di buku saja. Berbeda dengan sekarang, materi yang ada di buku paket bisa dipadukan dengan wawasan guru dan siswa yang diperoleh dari media internet. Media pengajaran sekarang sudah menggunakan power point, karena di SMP Negeri 2 Arjawinangun mempunyai ruangan multimedia. Jadi intinya secara pembelajaran sudah mengalami perubahan yang lebih baik namun dalam menanggapi sulitnya mendidik siswa sudah sepatutnya seorang guru berbuat yang terbaik untuk para siswanya.

Pada saat ini pembelajaran IPS dihadapkan pada perkembangan jaman yang memberikan serba kemudahan dan banyaknya sumber pembelajaran yang semestinya mampu menghasilkan kualitas pembelajaran yang lebih baik serta dituntut untuk menyajikan skema pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan bagi peserta didiknya.

(24)

Dalam proses belajar mengajar IPS ini guru SMP Negeri 2 Arjawinangun lebih mengembangkan pendekatan CBSA (cara siswa belajar aktif) melalui diskusi di sini hendaknya tidak semata-mata menekankan aktifnya siswa dalam belajar, tetapi lebih dari itu perlu diperhatikan maknanya yang lebih luas seperti pengembangan sikap kritis analitis dan demokratis dalam menerima uraian guru atau dalam mengamati pelajaran.

Materi pelajaran IPS biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai budaya msyarakat. Guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai budaya masyarakat. Juga guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai.

Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Strategi pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Arjawinangun dikelompokan menjadi 3 yaitu: pertama, strategi pengorganisasian materi ajar. Materi IPS harus diorganisasikan melalui pendekatan kelompok sehingga menjadi bangunan struktural materi ajar IPS. kedua, strategi penyampaian materi ajar, yang sering di istilahkan dengan matode pengajaran. Ketiga, hasil pembelajaran akan ditentukan oleh kondisi pembelajaran yang meliputi siswa, bidang studi dan metode pengajaran yang digunakan.

Sedangkan metode pembelajaran IPS yang dilakukan di SMP Negeri 2 Arjawinangun menjadi tiga bagian besar yaitu metode ekspository dan metode inquiry, hanya sebatas kepada metode pembelajaran untuk ranah kognitif. Untuk ranah afektif terdapat metode lain seperti metode diskusi, sosiodrama, metode klarifikasi nilai, metode simulasi, metode brainstorming dan lain sebagainya. Metode pembelajaran untuk ranah psikomotorik terdapat sejumlah metode praktiku, metode proyek, metode role playing dan lain sebagainya. Dan semua metode itu harus dikuasai oleh semua guru terutama guru ilmu sosial.

(25)

Sedangkan prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan demokrasi mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya masyarakat sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

2. Pembelajaran Diskusi

Transmisi Budaya adalah suatu upaya atau proses dalam menyampaikan sikap, keyakinan, nilai-nilai, pengetahuan dan juga ketrampilan dari suatu generasi kepada generasi selanjutnya, sehingga budaya tersebut dapat tetap dipertahankan nilai-nilainya.

Hasil Observasi di lapangan menunjukan di SMP Negeri 2 Arjawinangun mempelajari IPS dapat memahami transmisi nilai-nilai budaya masyarakat. Sebab IPS meliputi sejarah, ekonomi, sosiologi dan geografi dengan mempelajari disiplin ilmu tersbut mampu memberikan kesadaran kebersamaan dan saling menghormati sesama makhluk sosial dalam kehidupan kita dan kita dapat merenungi, menghayati dan mendiskusikannya di dalam kelas, bahkan sampai mengikuti apa yang sekiranya baik mengingat tantangan hidup kedepan yang samakin komplek untuk menjadi warga negara dan warga dunia yang baik.

Untuk menjadi warga negara dan warga dunia yang baik merupakan tantangan bagi masyarakat global yang selalu mengalami perubahan yang besar setiap saat, untuk itulah pengetahuan sosial harus dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus.

Setelah penulis melakukan wawancara dengan guru IPS dan beberapa siswa SMP Negeri 2 Arjawinangun, pada hakikatnya mempelajari IPS

(26)

merupakan hal yang menarik karena ilmu pengetahuan umum bersifat dinamis dan tidak lepas dari kehidupan sehari-hari.

Hasil wawancara dengan dengan guru Mata Pelajaran IPS ibu Nining pada hari Senin, tanggal 21 April 2015, Mengatakan bahwa:

“Karakter siswa khususnya di SMP Negeri 2 ini, sama halnya dengan di sekolah lain memiliki karakteristik yang berbeda. Setiap anak (siswa) memiliki sikap, sifat dan tingkat kecerdasan (kompetensi) yang berbeda dalam mengikuti pembelajaran, namun demikian secara umum mereka mampu menerima pembelajaran dengan antusias, mungkin karena belajar IPS tidak sesulit pelajaran eksak, seperti halnya matematika ataupun IPA yang mungkin bagi sebagian besar siswa tak dapat mengikutinya dengan baik. Belajar IPS bagi mereka mudah karena berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari dan nyata, dan proses transmisi ini dilakukan dengan memasukan kedalam RPP dan di transmisikan melalui kegiatan belajar mengajar dengan membiasakannya”.

Dalam hal ini siswa dibiasakan melihat dan menerima gambaran IPS dengan logika historis kritis (tidak pasif reseptif) sehingga tidak selalu dituntun oleh guru.

Hasil wawancara setalah penulis melakukan wawancara dengan beberapa siswa diantaraya yaitu:

Uyun Elwafa, Siswi kelas VIII B SMP Negeri 2 Arjawinangun pada hari Rabu, tanggal 6 Mei 2015, mengatakan bahwa:

“Belajar IPS sangat menarik, karena ketika belajar diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan menghargai pendapat teman sehingga bisa saling berbagi ide dalam berdiskusi pada pembelajaran IPS.”

Dalam standar kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Depdiknas (2003:5) menyatakan “melalui mata pelajaran pengetahuan sosial, peserta didik diarahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga negara dunia yang baik.

Dunia di sekitar kita berubah dengan cepat. Para siswa yang akan menjadi warga negara masa depan, hidup dan belajar di tengah-tengah kancah eksploitasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tiada bandinganya dengan sejarah umat manusia sebelumnya. Mereka tidak dapat mempelajari semuanya atau seluruhnya bahan materi yang akan mereka

(27)

perlukan selanjutnya, kecuali pedoman kemampuan, keterampilan dan sikap yang akan diperlukan untuk menghadapi jaman tersebut. Pemanfaatan secara efektif kurikulum yang kualitasnya baku, harus disertai dengan kualitas kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih bahan, menciptakan lingkungan belajar yang berkualitas, memperhatikan dan mengikuti perkembangan pengetahuan dan penelitian yang mutakhir dan menunjukan perhatian dan kepedulian terhadap perkembangan siswa dalam membangun pengetahuan dan ilmunya.

Sebagai pemacu belajar guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah, guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembanganya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan pada saat ia meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembanganya, demikian halnya peserta didik.

Melihat realita yang ada sekarang yakni perubahan sosial yang terjadi begitu cepat dan bersifat multidimensional bahkan belum pernah terjadi sebelumnya, disini diperlukan betapa besarnya peran dan jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan bangsa dan negara.

Kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS ini memang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti motivasi, kematangan, hubunganya peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.

Sehubungan dengan hal itu seorang guru harus berusaha membuat segala sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam

(28)

memecahkan masalah. Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran mata pelajaran IPS yaitu sebagai berikut:

1. Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.

2. Mendefinisikan: meletakan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.

3. Menganalisa: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian.

4. Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas kedalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti hubungna antara bagian yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.

5. Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan socrates.

6. Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.

Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.

7. Mendengarkan: memahami peserta didik dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi bagi guru maupun peserta didik.

8. Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.

9. Memberikan pandangan bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah adalam kombinasi yang bervariasi.

(29)

10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar.

11. Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik dengna kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.

12. Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran lebih bermakna dan hidup melalui antusias dan semangat (Mulyasa; 2011: 65).

Itulah perlunya dilakukan 12 langkah tersebut oleh guru dalam memperhatikan kebutuhan dan minat siswa agar lebih bergairah dalam belajar IPS.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di lapangan terdapat proses transmisi nilai-nilai budaya masyarakat yang dilakukan oleh guru pada siswa pada pembelajaran IPS melalui pembiasaan di SMP Negeri 2 Arjawinangun diantaranya kegiatan pembelajaran IPS dengan metode diskusi dan kesadaran diri peserta didik akan kebersamaan pada saat belajar.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan menunjukkan bahwa ada sebagian dari siswa yang mempunyai kesadaran diri akan pentingnya kebudayaan di masyarakat yang cukup tinggi dibandingkan dengan teman yang lain.

Kesadaran diri sendiri merupakan tonggak utama yang memberikan kekuatan dan pembentukan sikap bangga dengan budayanya. Dengan pembentukan sikap bangga dengan budayanya siswa yang dimulai dari diri sendiri, diharapkan nantinya dapat memberikan contoh atau teladan kepada yang lain.

Sedangkan faktor yang menghambat dalam pelaksanaan transmisi nilai- nilai budaya masyarakat melalui pembiasaan diantaranya yaitu lingkungan, dan sarana prasarana. Lingkungan adalah sarana untuk melakukan aktifitas sehari-hari, sehingga lingkungan dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif. Faktor penghambat dalam pelaksanaan transmisi nilai-nilai

(30)

budaya masyarakat melalui pembiasaan berasal dari lingkungan. Karena kita hidup di lingkungan masyarakat yang beraneka ragam, dan tidak semua dari lingkungan tersebut memberikan hal yang positif karena di lingkungan merupakan tempat bersosialisasinya seseorang.

Lingkungan di sekitar anak juga tidak memberikan keteladanan yang baik, sehingga menjadi faktor penghambat dalam transmisi nilai-nilai budaya masyarakat kepada siswa. Sarana dan prasarana menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan transmisi nilai-nilai budaya masyarakat melalui pembiasaan. Keberadaan sarana dan prasarana sunguh sangatlah penting dalam menunjang proses pelaksanaan transmisi nilai-nilai budaya masyarakat melalui pembiasaan.

3. Kegiatan Ekstrakurikuler

Melalui kegiatan ekstrakurikuler secara tidak langsung terjadinya proses penyaluran transmisi nilai-nilai budaya. Karena ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh para siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik.

Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa- siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.

Hasil observasi di lapangan menunjukan kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 2 Arjawinangun merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler dan intrakurikuler.

Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah

Gambar 5. Kegiatan wawancara dengan siswa

(31)

bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan alat sebagai penyalur nilai-nilai kebersamaan, solidaritas dan budaya gotong royong.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap dan nilai-nilai.

Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olah raga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri.

Hasil wawancara menunjukan ketika mewawancarai Figur Rogetene murid kelas VIII B di SMP Negeri 2 Arjawinangun pada hari Jum‟at, tanggal 8 Mei 2015. mengatakan bahwa:

“Dengan mengikuti beberapa kegiatan ekstrakulikuler seperti PMR, paskibra dan pramuka di sekolah, saya bertemu banyak teman-teman yang memiliki kepribadian yang berbeda namun kita dilatih untuk memiliki rasa

kebersamaan, kekeluargaan, disiplin dan saling menghargai antar sesama”.

Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan institusi sekolah. Kegiatan ektrakurikuler sendiri bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas siswa dalam rangka mengembangkan pendidikan siswa seutuhnya. Secara khusus kegiatan ektrakurikuler bertujuan untuk :

Gambar 6. Kegiatan ekstrakulikuler pramuka

(32)

a. Menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa didik untuk mengembangkan potensi, bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

b. Memandu (artinya mengidentifikasi dan membina) dan memupuk (artinya mengembangkan dan meningkatkan) potensi-potensi siswa secara utuh.

c. Pengembangan aspek afektif (nilai moral dan sosial) dan psikomotor (ketrampilan) untuk menyeimbangkan aspek kognitif siswa.

d. Membantu siswa dalam pengembangan minatnya, juga membantu siswa agar mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan rasa tanggung jawabnya sebagai seorang manusia yang mandiri (Eka; 2011: 16).

Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum.

Dengan Demikian, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menyalurkan nilai-nilai budaya masyarakat. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah.

Dari tujuan ekstrakurikuler di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrakulikuler erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa. Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas dan biasanya yang membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah guru bidang studi yang bersangkutan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Salah satu ciri kegiatan ekstrakurikuler adalah keanekaragamannya, hampir semua minat remaja dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler.

Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran ekstrakurikuler dan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada mata pelajaran

(33)

tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler akan terampil dalam berorganisasi, mengelola, memecahkan masalah sesuai karakteristik ekstrakurikuler yang digeluti.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa kegiatan upaya pembiasaan guru dalam mentransmisikan nilai-nilai budaya masyarakat yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Arjawinangun sangat relevan karena dalam kegiatan pembiasaan itu dapat menyalurkan nilai budaya masyarakat kepada siswa. Pelaksanaan kegiatan pembiasaan ini dilakukan melalui beberapa pendekatan, strategi, metode dan model. Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan transmisi nilai-nilai budaya masyarakat melalui pembiasaan dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan pemberian keteladanan dan kegiatan ekstrakulikuler yang terprogram.

Keteladanan merupakan segala sesuatu yang terkait dengan perkataan, perbuatan, sikap, dan perilaku seseorang yang dapat ditiru atau diteladani oleh orang lain. Keteladanan para pendidik di sekolah merupakan contoh yang baik dari para pendidik yang berhubungan dengan sikap, perilaku, tutur kata, maupun yang terkait dengan akhlak dan moral yang patut dijadikan contoh oleh peserta didik. Hal ini penting dimiliki oleh seorang pendidik untuk dijadikan dasar dalam membangun etika, moral dan akhlak yang baik.

Nilai-nilai budaya masyarakat disalurkan kepada peserta didik dalam setiap kegiatan berbeda-beda. Misalnya pada saat upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin itu, nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara bendera diantaranya membiasakan siswa untuk bersikap tertib dan disiplin, membiasakan siswa berpenampilan rapi, meningkatkan kemampuan mempimpin, membuat siswa patuh pada aturan yang ada, dan menanamkan rasa tanggung jawab. Sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan rutin yang dilakukan di sekolah diharapkan kian

(34)

mempertebal semangat kebangsaan, demokratis peran siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kegiatan rutin yang dilakukan diwujudkan sebagai bentuk keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengenal kebersihan dan kesehatan, berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan, bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, menjaga kebersihan lingkungan, dan melatih keberanian. Adapun bentuk kegiatan rutin yang dilakukan pelaksanaan pendidikan dalam mempertahankan nilai budaya masyarakat melalui pembiasaan antara lain upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin dan hari-hari besar nasional, senam pagi, kerja bakti, jadwal piket harian, dan kegiataan sebelum proses belajar mengajar.

Selama kegiatan rutin itu dilakukan guru selalu berusaha mendampingi siswa. Seperti pada saat kegiatan kerja bakti dan senam pagi, guru turut serta mendampingi siswa dengan mengikuti kegiatan tersebut. Pada saat upacara bendera juga guru mengajarkan untuk bersikap disiplin dan tertib. Semua siswa harus mengikuti kegiatan pembiasaan rutin di sekolah. Apabila ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut maka akan diberi teguran atau sanksi dari guru.

Pembiasaan dalam kegiatan spontan dilakukan dengan cara spontanitas, misalnya saling menyapa antar teman maupun antar guru, membuang sampah di tempatnya, memungut sampah yang berserakan, mengucapkan terima kasih. Siswa diajarkan untuk saling menghormati dan menyayangi antar sesama serta sudah menjadi nilai yang berlaku dimasyarakat dan harus dipertahankan.

Sikap ini terlihat pada saat masuk ke sekolah, siswa mengucapkan salam dan mencium tangan saat bertemu dengan bapak/ibu guru. Selain itu, siswa diajarkan untuk membersihkan kelasnya sendiri yang sudah diberikan jadwal supaya proses KBM berjalan lancar. Cinta kebersihan merupakan implementasi dari sikap tertib, disiplin, toleran dan gotong royong.

(35)

4. Pengaplikasian Nilai-Nilai Budaya Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

Berbagai upaya dilakukan oleh para guru, dengan cara penyetaraan pendidikan, pendidikan dan pelatihan, bergabung dalam forum ilmiah, mengikuti seminar, kursus, dan lain-lain, demi satu tujuan yaitu menjadi guru yang profesional. Guru yang professional memiliki empat kompetensi guru yaitu Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional dan Kompetensi Sosial. Tentunya itu menjadi langkah awal yang baik dalam dunia pendidikan, hingga akhirnya guru mampu menjadi tenaga pendidik yang professional dan ideal di era global.

Usaha pewarisan budaya ini perlu dilakukan dengan sungguh- sungguh. Caranya adalah dengan melibatkan berbagai institusi sosial yang ada, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai lembaga atau seseorang penyalur informasi. Namun, disini hanya membahas mengenai sekolah dan guru yang mentransmisikan nilai-nilai budaya masyarakat. Adapun pengaplikasian nilai-nilai budaya masyarakat dengan mencontohkan dan dijadikan patokan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya tersebut, dengan membiasakan ataupun menjadi agenda rutin seperti, bersih-bersih yang termasuk gotong royong atau kerjasama, menjadi teladan yang baik, datang kesekolah maupun kekelas tepat waktu, berpakaian yang sopan, karena siswa merasa menghormati gurunya dilihat dari penampilan, tutur kata yang lemah lembut, sopan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upaya Guru dalam Transmisi Nilai- Nilai Budaya Masyarakat

Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang lain, terlebih pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan

(36)

multibudaya, kehadiran teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup kompleks dan unik.

Guru juga mempunyai tugas agar nilai-nilai budaya dapat disampaikan dan menjadi penggerak dalam transmisi nilai-nilai budaya, adapun Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup, merupakan hal yang menjadi variabel pembeda antara manusia dengan makhluk lain yang ada dimuka bumi ini. Dalam prosesnya ada dua faktor yang mempengaruhi upaya guru dalam mentransmisikan nilai-nilai budaya masyarakat, antara lain :

1. Faktor Pendukung a. Nilai Budaya

Menurut koentjaraningrat (1987), nilai budaya terdiri dari konsepsi- konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. System nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternative, cara-cara, alat-alat, dan tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia.

Nilai budaya merupakan konsep yang beruang lingkupnya luas, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain berkaitan dan merupakan sebuah sistem. Sistem ini menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional. Oleh sebab itu, nilai di samping merupakan pedoman juga sekaligus merupakan tujuan.

Beberapa nilai budaya yang bersifat dinamik dan cenderung mempengaruhi tingkat sosial budaya, antara lain sebagai berikut:

1) Bidang agama. Sikap dan tingkah laku para penyelenggara Negara dalam menghadapi kecenderungan aliran kepercayaan kepada Tuhan yang maha Esa di satu pihak dan umat beragama di lain pihak dapat mempengaruhi tingkat ketahanan bangsa.

Referensi

Dokumen terkait

Butir pertanyaan wawancara tersebut diantaranya adalah Apakah mahasiswa memiliki keampuan menggunakan teknologi komputer dan internet, apa saja aplikasi belajar yang

Apakah guru kamu memberi salam saat akan mulai pembelajaran.. Apakah guru kamu memimpin doa saat akan mulai

siswa untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang sedang disajikan, objek yang ditampilakan terlihat konkret nyata, penyajian power point yang variatif karena

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administratif atas SKPDKB BPHTB, SKPDKBT BPHTB dan STPD BPHTB

5) Dalam mesin ATM juga terdapat denominasi, yaitu satuan uang kertas dalam mesin ATM dan limit penarikannya. Kartu Debit adalah perkembangan lebih lanjut dari kartu ATM

Dati penjelasan di atas bahwa hadis ini merupakan seruan kepada hamba Allah yang saat berpuasa manusia tidak hanya sekedar berpuasa dari makan dan minum saja, “ tapi

• Estimator didapat dari proses pengambilan sampel, maka distribusi yang diperoleh dinamakan sebagai distribusi sampling

Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Djatmika (2005), yang mengatakan bahwa Leader-member Exchange berpengaruh terhadap kepuasan