• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LANDAK TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LANDAK TAHUN 2015"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG

RENCANA KERJA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LANDAK

TAHUN 2015

(2)

PENGANTAR

Berdasarkan Undang Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka daerah diharuskan menyusun dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai dokumen perencanaan tahunan daerah. RKPD Kabupaten Landak tahun 2015, disusun dengan maksud memberikan arah pelaksanaan pembangunan 1 (satu) tahun ke depan serta indikasi besaran dana yang diperlukan. Pengelompokan Urusan Pemerintah dalam penyusunan RKPD Kabupaten Landak pada tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; sedangkan sistematika dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015.

Pembangunan di Kabupaten Landak yang merupakan bagian integral pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam pelaksanaan pembangunannya sangat memerlukan dukungan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat ataupun kalangan swasta. Oleh karena itu kami menyambut baik Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Propinsi Kalimantan Barat dan Musyawarah Perencanaan Nasional yang merupakan agenda propinsi dan nasional dalam rangka meningkatkan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan antara Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten.

Kami berharap RKPD Kabupaten Landak Tahun 2015 yang telah disusun ini dapat dijadikan sebagai masukan yang berharga guna merumuskan kebijakan yang akan diambil untuk dilaksanakan di Kabupaten Landak.

Ngabang, Mei 2014 BUPATI LANDAK,

DR. Drs. ADRIANUS ASIA SIDOT, M.Si

(3)

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

Daftar Gambar v

Daftar Grafik vi

BAGIAN KESATU Peraturan Bupati Landak tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Landak Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Landasan Hukum ... 2

1.3. Hubungan Antar Dokumen ………. 4

1.3. Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD... 5

1.4. Sistematika Penyusunan RKPD ... 6

BAB II CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013 8 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah ... 8

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2013 … 20 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah ... 21

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN ... 28

3.1. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014... 28

3.2. Tantangan serta Arah Kebijakan dan Sasaran Ekonomi Makro Tahun 2015 ……… 32

3.3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah... 35

BAB IV SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 ... 47

4.1. Sasara Makro Pembangunan Daerah……….. 47

4.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah………. 47

BAB V PRIORITAS DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015... 62

5.1. Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2015………. 62

5.2. Program-program Prioritas Pembangunan Daerah…………. 63 BAB VI PENUTUP...

6.1. Kaidah Pelaksanaan ………..

6.2. Tindak lanjut ………..

7575 LAMPIRAN 76

(4)

Tabel 2.1 Banyaknya Desa dan Dusun menurut Kecamatan di Kab. Landak Tahun

2012 ... 8

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kab. Landak Tahun 2011- 2012... 9

Tabel 2.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi... 10

Tabel 2.4 Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Implisit, dan Laju Inflasi Kab. Landak Tahun 2010-2012... 11

Tabel 2.5 PDRB Atas dasar Harga Berlaku dan Kontribusi Sektor Ekonomi (Jutaan/Rupiah/Persen)... 12

Tabel 2.6 Nilai PDRB Perkapita dan Pertumbuhannya di Kab. Landak Tahun 2010- 2012... 13

Tabel 2.7 Pengeluaran Perkapita Kab. Landak 2011-2012... 13

Tabel 2.8 IPM Kab. Landak 2010 – 2012... 14

Tabel 2.9 Angka Kemiskinan Kab. Landak Tahun 2011- 2012... 14

Tabel 2.10 Tingkat Pengangguran Kab. Landak Tahun 2011- 2013... 14

Tabel 2.11 APK, APM, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah di Kab. Landak Tahun 2011-2012... 15

Tabel 2.12 Angka Harapan Hidup Kab. Landak Tahun 2011-2012... 16

Tabel 2.13 Statistik Ketenagakerjaan Kab. Landak Tahun 2011-2012... 16

Tabel 2.14 IDG Kab. Landak tahun 2011... 17

Tabel 2.15 Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Aktif Kab. Landak Tahun 2012... 18

Tabel 2.16 Aspek Layanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Bidang Pendidikan Tahun 2011-2012... 18

Tabel 2.17 Jumlah Sekolah di Lingkungan Diknas Kab. Landak Tahun 2011-2012... 19

Tabel 2.18 Jumlah Puskesmas, Pustu, dan Pusling di Kab.Landak Tahun 2011-2012... 19

Tabel 2.19 Cakupan Puskesmas Per Kecamatan Tahun 2011-2012... 20

Tabel 2.20 Indikator Makro Pembangunan Kab. Landak Tahun 2012-2013 20 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kab. Landak... 32

Tabel 3.2 Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Kab. Landak Tahun 2012-2015. 40 Tabel 3.3 Realisasi dan Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah Kab. Landak Tahun 2012-2015... 41

Tabel 3.4 Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Kab. Landak Tahun 2012- 2015... 43

Tabel 3.5 Realisasi dan Proyeksi Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kab. Landak Tahun 2012-2015... 44

Tabel 3.6 Rekapitulasi Realisasi dan Proyeksi (Pagu Indikatif) Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kab. Landak Tahun 2012- 2015... 45

Tabel 4.1 Sasaran Indikator Mro Pembangunan Kab. Landak... 47

(5)

Gambar 1 Hubungan RPJP, RPJM, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD ... 5 Gambar 2 Hubungan RPJP, RPJM, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD ... 5

(6)

Grafik 1 Kontribusi Sektor dalam Perekonomian di Kabupaten Landak………... 11 Grafik 2 Distribusi Persentase Komponen PDRB Penggunaan Kabupaten Landak

Tahun 2012 ...………... 30

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa penyusunan rencana pembangunan yang mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah baik pusat maupun daerah, menjamin keterkaitan dan konsistensi antar perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasannya serta mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Perencanaan pembangunan juga dimaksudkan untuk menjamin penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan hal-hal tersebut, secara makro perencanaan pembangunan di daerah disusun menurut hirarki yaitu perencanaan jangka panjang, jangka menengah maupun tahunan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun setiap tahunnya dan memuat rancangan prioritas pembangunan, rancangan kerangka makro ekonomi daerah, arah kebijakan keuangan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Penyusunan RKPD ini mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan menjadi pedoman penyusunan Rancangan Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah (RAPBD).

RKPD Kabupaten Landak Tahun 2015 merupakan pelaksanaan tahun ketiga RPJMD Kabupaten Landak Tahun 2012-2016. Penyusunan RKPD ini memperhatikan kinerja pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, kondisi yang ada dan isu strategis yang perlu ditindaklanjuti, mempertimbangkan sinergi antar sektor dan antar wilayah, memperhatikan koordinasi antar SKPD serta berbagai pihak, baik akademisi, DPRD, lembaga non pemerintah, tokoh agama dan masyarakat. Proses penyusunan RKPD Tahun 2015 dilakukan melalui mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten hingga tingkat provinsi, serta memperhatikan hasil Musrenbang di Tingkat Nasional. Terkait dengan mekanisme penyelenggaraan Musrenbang tersebut, juga telah dilaksanakan Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (Forum SKPD) yang menghasilkan Rencana Kerja (Renja) SKPD.

(8)

pemerintahan dan Forum SKPD, maka dokumen RKPD memuat informasi rencana pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 seperti informasi Prioritas Pembangunan Daerah, Program dan Kegiatan, Penanggung jawab program, Indikator hasil serta pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai sasaran program tersebut.

Data dan informasi yang disampaikan dalam RKPD ini, selanjutnya menjadi acuan bagi penganggaran pembangunan yang disusun dalam dokumen APBD.

Hubungan antara RKPD dengan dokumen RPJM Daerah, keterkaitan antara dokumen RKPD dengan Dokumen Perencanaan lainnya terlihat dari keterkaitan antar dokumen perencanaan dalam RPJMD Kabupaten Landak yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; dengan ketentuan sebagai berikut:

1. RPJM Kabupaten Landak mengacu pada RPJM Provinsi Kalimantan Barat dan RPJM Nasional.

2. RPJM Daerah harus memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan (stakeholders) melalui penyelenggaraan musrenbang RPJM Daerah.

3. RPJM Daerah dijabarkan dalam RKPD Daerah yang dijadikan pedoman dalam menyusun RAPBD dan APBD.

4. RPJM Daerah dijadikan pedoman dalam menyusun Renstra SKPD dan Renja SKPD.

5. Renja SKPD harus berpedoman pada Renstra SKPD dan mengacu pada RKPD.

6. Renja SKPD dapat dijadikan pedoman dalam menyusun RKA SKPD dan rincian APBD.

1.2. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 55 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Landak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3904) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 55 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Landak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3970);

(9)

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4567);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2014 (Berita Negara Repubik Indonesia Tahun 2013 Nomor 471);

(10)

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 690).

11. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Landak Tahun 2007 – 2027 (Lembaran Daerah Nomor 11 Tahun 2008; Tambahan Lembaran Daerah Nomor 10);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Landak Tahun 2012-2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Landak Tahun 2012 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Landak Nomor 23).

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Sedangkan Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang juga sering disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Dalam Pasal 25 Undang-undang tersebut, maka RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD. Hubungan dan keterkaitan antar Dokumen perencanaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Hubungan RPJP, RPJM, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD

(11)

diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 2

Hubungan RPJP, RPJM, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD

1.4. Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD 1. Maksud.

a. Sebagai dokumen perencanaan tahunan dan merupakan kompilasi atas Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mendesak untuk ditangani pada Tahun 2015.

b. Sebagai dasar dan acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah Kabupaten Landak, DPRD, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya dalam menentukan prioritas program dan kegiatan yang akan dibiayai dari APBD Kabupaten, APBD propinsi, APBN, dana-dana dekonsentrasi, bantuan luar negeri, dan sumber pendanaan lainnya;

c. Memberikan arahan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Landak dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) secara terpadu, terarah dan terukur pada Tahun 2015.

2. Tujuan.

a. Mewujudkan sinergi antara perencanaan, penganggaran dan pengawasan pembangunan antar wilayah, antar bidang pembangunan, dan antar tingkat pemerintahan.

DaerahRPJM

RKP

DaerahRKP

Renstra

SKPD Renja

SKPD

RAPBD

SKPDRKA

APBD

Rincian APBD

Pedoman

Pedoman Dijabarkan

Pedoman

Pedoman

Diacu

Diserasikan melalui Musrenbang

(12)

prioritas dengan Visi dan Misi Daerah.

c. Menetapkan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan plafon/pagu indikatif pendanaan berdasarkan fungsi SKPD.

1.5. Sistematika Penyusunan RKPD

Rancangan Awal RKPD Kabupaten landak Tahun 2015 dibagi menjadi enam bab dan beberapa sub bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum

1.3. Hubungan Antar Dokumen

1.4. Maksud dan Tujuan Penyusunan RKPD 1.5. Sistematika Penyusunan RKPD

BAB II CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2013 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

3.1. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014

3.2. Tantangan serta Arah Kebijakan dan Sasaran Ekonomi Daerah Makro Tahun 2015

3.3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

3.3.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

3.4.2. Arah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah 3.4.3. Arah Kebijakan Belanja Daerah

3.4.4. Arah Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah

3.4.5. Rekapitulasi Realisasi dan Proyeksi Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah

(13)

4.1. Sasaran Makro Pembangunan Daerah 4.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah

BAB V PRIORITAS DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 5.1. Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2015

5.2. Program-Program Prioritas Pembangunan Daerah BAB VI PENUTUP

6.1. Kaidah Pelaksanaan 6.2. Tindak Lanjut

(14)

BAB II

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2013

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis

Kabupaten Landak adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Pontianak pada tanggal 4 Oktober 1999 dengan UU Nomor 55 Tahun 1999. Ibu kota kabupaten ini terletak di Ngabang, memiliki luas wilayah 9.909,10 km² atau sekitar 6,75 persen dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat.

Kabupaten Landak terbagi menjadi 13 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 156 desa dan 659 dusun.

Tabel 2.1.

Banyaknya Desa dan Dusun Menurut Kecamatan di Kab. Landak Tahun 2012

No. Kecamatan Desa Dusun

1. Sebangki 5 27

2. Ngabang 19 83

3. Jelimpo 13 47

4. Sengah Temila 14 84

5. Mandor 17 57

6. Menjalin 8 41

7. Mempawah Hulu 17 73

8. Sompak 7 23

9. Menyuke 16 81

10. Banyuke Hulu 7 35

11. Meranti 6 35

12. Kuala Behe 11 31

13. Air Besar 16 42

Jumlah 156 659

Sumber : Landak Dalam Angka, 2013

Wilayah Kabupaten Landak terletak pada batas koordinat 0°01’Lintang Selatan-1°02’ Lintang Utara dan 109°5’-110°10’ Bujur Timur, sedangkan batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Landak adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sanggau - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Kubu Raya - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pontianak

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sanggau

(15)

Penduduk Kabupaten Landak pada tahun 2011 berjumlah 336.080 jiwa, dan mencapai 340.635 jiwa pada tahun 2012 (proyeksi pertengahan tahun hasil SP2010). Pada periode 2011 – 2012 laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Kabupaten Landak sebesar 1,59 persen.

Tabel 2.2.

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Landak Tahun 2011-2012

No. Kecamatan Jumlah Penduduk

2011 2012

1. Sebangki 16.920 17.092

2. Ngabang 63.265 65.552

3. Jelimpo 23.685 23.903

4. Sengah Temila 54.154 54.524

5. Mandor 29.046 29.535

6. Menjalin 18.865 19.028

7. Mempawah Hulu 33.182 33.406

8. Sompak 13.791 13.924

9. Menyuke 25.855 25.868

10. Banyuke Hulu 12.077 12.222

11. Meranti 9.180 9.229

12. Kuala Behe 13.799 13.876

13. Air Besar 22.261 22.476

Jumlah Landak 336.080 340.635

Sumber : Proyeksi Pertengahan Tahun Hasil SP2010 (BPS Kabupaten Landak)

Dilihat dari jumlah penduduk antar kecamatan dari tahun 2011 ke 2012, terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat bervariasi, Kecamatan Ngabang dan Sengah Temila merupakan kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya. Pada tahun 2011 jumlah penduduk kedua kecamatan ini masing-masing 63.265 jiwa dan 54.154 jiwa, sedangkan pada tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah penduduk menjadi 65.552 jiwa di Kecamatan Ngabang dan 54.524 jiwa di Kecamatan Sengah Temila. Sedangkan penduduk yang paling sedikit jumlah penduduknya berada di kecamatan Meranti, yaitu sebanyak 9.0180 jiwa pada tahun 2011, dan menjadi 9.229 jiwa pada tahun 2012.

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

1) Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kondisi kinerja pembangunan terkait dengan kesejahteraan dan pemerataan ekonomi di Kabupaten Landak dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2013 dapat digambarkan pada tabel berikut :

(16)

Tabel 2.3.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

No Indikator *) Tahun

2011 2012 2013

(1) (2) (5) (6)

1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,90 6,01 6,05

2. PDRB per Kapita (Rupiah) 9.939.707,65 10.921.627,04 11.968.000

3. Laju Inflasi (%) 5,99 5,05 na

4. Angka Pengeluaran per kapita

(ribu rupiah PPP) 614,58 617,92 na

5. Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) 68,16 69,05 69,60

6. Angka Kemiskinan (%) 13,13 12,41 11,23

7. Angka Pengangguran (%) 3,18 4,80 3,24

a. Pertumbuhan PDRB dan Laju Inflasi

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang penting dalam menganalisis tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya kenaikan produksi barang dan jasa di daerah tersebut.

Pada tahun 2008-2012, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Landak selalu positif.

Hal ini menunjukkan adanya kenaikan produksi barang dan jasa di Kabupaten Landak dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,29 persen, sedangkan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 6,01 persen, sedikit melambat dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 6,90 persen. Dilihat dari trend pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Landak menunjukkan kecendrungan meningkat, walaupun pada tahun 2012 pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding tahun 2011.

Indeks implisit adalah perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. Laju indeks implisit menggambarkan perubahan harga barang dan jasa di tingkat produsen. Inflasi dapat digunakan untuk melihat stabilitas ekonomi suatu daerah. Keadaan ekonomi yang makin stabil ditunjukkan oleh perkembangan laju inflasi yang kecil. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, laju indeks implisit di Kabupaten Landak cukup stabil, kecuali pada tahun 2008 cukup tinggi yaitu 9,01 persen. Pada tahun berikutnya kembali stabil, dan pada tahun 2012 menjadi 5,05 persen. Pertumbuhan Ekonomi, Indeks implisit, dan laju inflasi Kabupaten Landak tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel berikut :

(17)

Tabel 2.4.

Pertumbuhan Ekonomi, Indeks implisit, dan laju inflasi Kabupaten Landak tahun 2010-2012

Uraian Tahun

2010 2011*) 2012**)

Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,13 6,90 6,01

Indeks Implisit 183,8 194,81 204,65

Laju Inflasi (%) 4,95 5,99 5,05

Sumber : Landak Dalam Angka 2013 dan PDRB Kab Landak menurut sektoral 2012 Ket. : *) Angka Sementara, **) Angka Sementara

b. Struktur Ekonomi

Secara umum sektor-sektor ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga sektor utama yaitu sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian, sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor konstruksi, serta sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Struktur perekonomian dapat dilihat dari persentase (proporsi) masing-masing sektor perekonomian terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB ADHB).

Grafik 1.

Sumber : BPS Kabupaten Landak

Pada tahun 2012, struktur perekonomian di Kabupaten Landak masih didominasi oleh sektor primer, terutama sektor pertanian. Sektor primer memberikan

Primer 51,30%

Tersier 35,28%

Sekunder 13,42%

Kontribusi Sektor dalam Perekonomian di Kabupaten Landak Tahun 2012

Primer Tersier Sekunder

(18)

kontribusi sebesar 51,30 persen dari total PDRB. Kontribusi sektor tersier sebesar 35,28 persen, sedangkan kontribusi sektor sekunder sebesar 13,42 persen.

Tabel 2.5.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Kontribusi Sektor Ekonomi (Jutaan Rupiah/Persen)

No. Sektor/Sub Sektor Tahun

2010r) 2011*) 2012**)

1. Pertanian 1.491.336,93 1.678.742,62 1.822.790,54

50,58 50,25 49,00

2. Pertambangan dan

Penggalian 44.575,36 55.991,17 85.632,34

1,51 1,68 2,30

3. Industri Pengolahan 300.498,71 348.366,56 371.456,01

10,19 10,43 9,98

4. Listrik, Gas, dan Air

Bersih 8.940,11 11.173,25 12.493,22

0,30 0,33 0,34

5. Konstruksi 79.444,13 93.261,10 115.566,20

2,69 2,79 3,11

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 640.688,20 708.713,64 797.179,53

21,73 21,22 21,43

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 70.047,42 81.621,28 90.927,19

2,38 2,44 2,44

8. Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 140.087,35 157.685,56 176.011,16

4,75 4,72 4,73

9. Jasa-jasa 172.743,03 204.981,76 248.232,24

5,86 6,14 6,67

PDRB 2.948.361,24 3.340.536,95 3.720.288,43

Sumber : Landak Dalam Angka 2013

Ket : r) Angka Perbaikan, *) Angka Sementara, **) Angka Sementara

Pada tahun 2012, secara lebih rinci, sektor yang memberikan peranan paling besar adalah sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 49,00 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Landak masih sangat tergantung dengan sektor pertanian, terutama komoditas tanaman pangan (padi), dan tanaman perkebunan (karet dan kelapa sawit). Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 21,43 persen, sektor industri pengolahan sebesar 9,98 persen.

Sektor yang memberikan kontribusi paling paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,34 persen.

c. PDRB per Kapita Kabupaten Landak

PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat. PDRB per kapita dihitung dengan membagi

(19)

PDRB dengan jumlah penduduk. Berdasarkan PDRB per kapita ini dapat diketahui besaran pendapatan yang potensial dihasilkan oleh setiap penduduk di wilayah Kabupaten Landak. Pada tahun 2012, PDRB per kapita di Kabupaten Landak mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB per kapita mencapai Rp. 10.922.000,- setahun atau Rp. 910.000,- per bulan.

Persentase peningkatannya hingga 9,88 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tabel 2.6.

Nilai PDRB Perkapita dan Pertumbuhannya di Kab. Landak Tahun 2010-2012

Uraian Tahun

2010 2011 2012

PDRB Perkapita (Rp.) 8.943.941,09 9.939.707,65 10.921.627,04

Pertumbuhan (%) 10,85 11,13 9,88

Sumber : Landak Dalam Angka 2013 d. Pengeluaran per kapita

Pengeluaran per kapita biasa juga disebut dengan standar hidup layak merupakan salah satu komponen pembentuk IPM yang diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Adapun pengeluaran per kapita Kabupaten Landak tahun 2011-2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7.

Pengeluaran Perkapita Kab. Landak 2011-2012

No. Uraian Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (ribu rupiah PPP)

2011 2012*)

1. Kabupaten Landak 614,58 617,92

Sumber : BPS Kalimantan Barat Tahun 2013

*) Data sementara

e. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Secara parsial, keberhasilan kinerja pembangunan dapat dinilai dengan melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menggambarkan kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Angka IPM Kabupaten Landak tahun 2010 sebesar 67,55 kemudian pada tahun 2011 naik sebesar 68,16 dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 69,05.

(20)

Tabel 2.8.

IPM Kabupaten Landak 2010-2012

Uraian IPM

2010 2011 2012*)

Landak 67,55 68,16 69,05

Sumber : Landak Dalam Angka 2013 (BPS (Kab. Landak)

*) Data sementara

Pada tahun 2011, reduksi shortfall IPM Kabupaten Landak sebesar 1,86% yang berarti kecepatan perkembangan IPM Kabupaten Landak menuju ideal sebesar 1,86 persen per tahun. Sedangkan pada tahun 2012 reduksi shortfall IPM Kabupaten Landak meningkat menjadi 2,80% yang berarti kecepatan perkembangan IPM Kabupaten Landak menuju ideal sebesar 2,80 persen. Dengan adanya kenaikan IPM dan percepatan reduksi shortfall IPM Kabupaten Landak menunjukkan terjadi percepatan peningkatan pembangunan manusia di Kabupaten Landak.

f. Angka Kemiskinan dan Kesenjangan

Kinerja penurunan angka kemiskinan Kabupaten Landak pada tahun 2011 hingga 2012 menunjukkan hasil yang cukup baik, dari 13,13 pada tahun 2011 menurun menjadi 12,41 pada tahun 2012. Namun angka tersebut masih berada diatas angka kemiskinan Nasional pada tahun 2012 yang sebesar 11,66.

Tabel 2.9.

Angka Kemiskinan Kabupaten Landak Tahun 2011-2012

No. Kabupaten Angka Kemiskinan (%)

2011 2012*)

1. Landak 13,13 12,41

Sumber : BPS Kalimantan Barat 2013 Ket. : *) Angka Sementara

g. Tingkat Pengangguran

Gambaran mengenai kondisi angka pengangguran di Kabupaten Landak adalah sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.10.

Tingkat Pengangguran Kabupaten Landak 2011-2013

No Kabupaten Angka Pengangguran (%)

2011 2012*) 2013**)

1. Landak 3,18 4,80 3,24

Sumber : BPS Kalimantan Barat 2008-2012 dan BPS RI 2012 Ket. : *) Angka Sementara, **) Angka Sementara

(21)

2) Kesejahteraan Sosial a. Pendidikan

Tabel 2.11.

APK, APM, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Landak Tahun 2011-2012

Indikator Kinerja Satuan Tahun

2011 2012

1 Angka Partisipasi Kasar

- SD/MI % 98,30 109,76

- SLTP/MTsn % 81,46 82,17

- SMU/MAN/SMK % 50,22 53,45

Rata-rata Angka Partisipasi Kasar % 76,66 81,79 2 Angka Partisipasi Murni

- SD/MI % 81,00 98,54

- SLTP/MTsn % 68,87 71,55

- SMU/MAN/SMK % 36,21 40,08

Rata-rata Angka Partisipasi Murni % 62,03 70,06

3 Angka Melek Huruf % 92,51 93,85

4 Rata-rata Lama Sekolah Tahun 7,26 7,54

Sumber : BPS Kab. Landak, Diknas Kab. Landak

Dari tabel diatas terlihat bahwa APK yang tertinggi tahun 2012 adalah pada tingkat SD/MI yaitu 109,76 % dan terendah pada tingkat SMU/MAN/SMK yaitu 53,45%.

Tingginya APK SD/MI disebabkan oleh banyaknya siswa usia di luar usia sekolah yang berada atau bersekolah pada tingkat pendidikan SD/MI.

Untuk APM yang tertinggi tahun 2012 adalah pada tingkat SD/MI yaitu 98,54% dan terendah pada tingkat SMU/MAN/SMK yaitu 40,08%. Tingginya APM pada tahun 2012, menunjukkan bahwa kinerja pada tingkat SD/MI masih lebih baik dari tingkat pendidikan lainnya karena anak usia SD/MI yang bersekolah di tingkat SD/MI paling banyak dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya, diikuti sekolah tingkat SLTP/MTs, SMU/MA, dan terakhir sekolah Kejuruan.

Angka Melek Huruf di Kabupaten Landak menunjukkan trend peningkatan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2011 mencapai 92,51%

sementara tahun 2012 menningkat menjadi 93,85%.

Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Landak pada tahun 2012 mencapai 7,54 tahun. Indikator tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Landak menjalani pendidikan lebih dari 7 tahun atau memutuskan berhenti sekolah ketika kelas 2 SMP. Keadaan ini juga didukung oleh besarnya

(22)

angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun yang mencapai 97,38 persen, selanjutnya untuk kelompok umur diatasnya angka partisipasi sekolah lebih kecil. Angka partisipasi sekolah usia 13-15 tahun hanya sebesar 91,31 persen. Sedangkan angka partisipasi sekolah yang paling rendah adalah usia 16-18 tahun sebesar 53,81 persen.

b. Kesehatan

Tabel 2.12.

Angka Harapan Hidup Kab. Landak Tahun 2011-2012

INDIKATOR TAHUN

2011 2012

Angka Harapan Hidup 65,70 65,93

Sumber : Landak Dalam Angka 2013 (BPS Kabupaten Landak)

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2011, angka harapan hidup Kabupaten Landak yaitu sebesar 65,70%, dan untuk tahun 2012 sebesar 65,93%.

c. Ketenagakerjaan

Kondisi perkembangan penduduk yang bekerja, jumlah angkatan kerja dan tingkat pengangguran di Kabupaten Landak adalah sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.13.

Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Landak Tahun 2011-2012

Kondisi Ketenagakerjaan Satuan Tahun

2011 2012

Angkatan Kerja Jiwa 172.464 162.508

Bekerja Jiwa 166.984 154.709

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 76,57 71,71

Pengangguran Terbuka Jiwa 5.480 7.799

% 3,18 4.80

Sumber : BPS Kabupaten Landak

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Agustus 2012 penduduk usia kerja di Kabupaten Landak berjumlah 226.603 jiwa, terdiri dari 119.180 jiwa laki-laki dan 107.423 jiwa perempuan. Dari penduduk usia kerja tersebut yang termasuk dalam angkatan kerja berjumlah 162.508 jiwa terdiri dari 97.590 jiwa laki-laki dan 64.918 jiwa perempuan. Sedangkan penduduk bukan angkatan kerja

(23)

berjumlah 64.095 jiwa yang terdiri dari 21.590 jiwa laki-laki dan 42.505 jiwa perempuan.

Berdasarkan lapangan pekerjaan, sebagian besar tenaga kerja di Kabupaten Landak bekerja di sektor pertanian dengan persentase sebesar 82,16%. Sementara pekerja di sektor jasa sebesar 13,42 % dan pekerja di sektor pengolahan sebesar 4,41%. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada tahun 2010-2012 mengalami sedikit fluktuasi.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada tahun 2010-2012 mengalami sedikit fluktuasi. Pada tahun 2010 TPAK sebesar 73,36% naik menjadi 76,57% pada tahun 2011, kemudian turun lagi menjadi 71,71% pada tahun 2012. Naik turunnya TPAK tersebut diikuti pula dengan peningkatan tingkat penggangguran terbuka (TPT).

Pada tahun 2010 TPT mencapai 4,61% menurun menjadi 3,18% pada tahun 2011, kemudian naik menjadi 4,80% pada tahun 2012.

d. Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan perempuan dalam pembangunan memegang peranan penting dan strategis seperti bidang parlemen, tenaga manajer, profesi, administrasi, teknis dan mendapat kesempatan dalam berbagai lapangan pekerjaan.

Persentase keterlibatan perempuan di parlemen Kabupaten Landak masih di bawah 10 % sedangkan menurut ketentuan perundang-undangan minimal 30%.

Untuk Indeks Pembanguan manusia berbasis Gender di Kabupaten Landak dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.14.

IDG Kabupaten Landak Tahun 2011 Kabupaten Keterlibatan

Perempuan di Parlemen

(%)

Perempuan sebagai Tenaga Manager,

Profesional, Administrasi Teknis

(%)

Sumbangan Perempuan dalam

Pendapatan Kerja (%)

IDG

Landak 5,71 43,50 34,84 57,65

Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2012

e. Keluarga Berencana

Akseptor KB dalam pembangunan memberikan kontribusi dalam rangka pengendalian jumlah penduduk agar ledakan penduduk dapat terkontrol dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat. Target dan realisasi akseptor

(24)

baru cukup signifikan dalam pencapaiannya. Ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat dalam ber KB cukup baik.

Untuk akseptor aktif masih perlu ditingkatkan pencapaiannya karena realisasi capaian belum mencapai target.

Tabel 2.15.

Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Aktif Kab. Landak Tahun 2012

Kabupaten Baru Aktif

Target Realisasi % Target Realisasi %

Landak 9.387 10.685 113,83 31.393 24.895 79,30

Sumber : BKKBN Prov. Kalbar Tahun 2013

2.1.3 Aspek Pelayanan Umum 1) Layanan Urusan Wajib

a. Pendidikan

Beberapa indikator yang dapat mengindikasikan tingkat kemajuan pelayanan umum di bidang pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.16.

Aspek Layanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Bidang Pendidikan

No Bidang Urusan/Indikator Tahun

2011 2012

1. Angka Partisipasi Sekolah 7-12 thn 96,31 97,38

2. Angka Partisipasi Sekolah 13-15 thn 85,66 91,31 3. Angka Partisipasi Sekolah 16-18 thn 66,70 53,81

4. Rasio Guru terhadap murid SD/MI 16,8 16,2

5. Rasio Guru terhadap murid SMP/MTs 16,2 19,6

6. Rasio Guru terhadap murid SM 16,25 18,18

Sumber : Landak Dalam Angka 2011-2013 (BPS Kabupaten Landak), Diknas Provinsi Kalimantan Barat.

Indikator Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Landak pada tahun 2012 yang men- capai 7,54 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Landak menjalani pendidikan lebih dari 7 tahun atau memutuskan berhenti sekolah ketika kelas 2 SMP. Keadaan ini juga didukung oleh besarnya angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun yang mencapai 97,38 persen, selanjutnya untuk kelompok umur diatasnya angka partisipasi sekolah lebih kecil. Angka partisipasi

(25)

sekolah usia 13-15 tahun hanya sebesar 91,31 persen. Sedangkan angka partisipasi sekolah yang paling rendah adalah usia 16-18 tahun sebesar 53,81 persen.

Pada Tahun 2011 rasio murid-guru Sekolah Dasar sebanyak 17, artinya satu orang guru dibebani mengajar murid sebanyak 17 orang. Tahun 2012, rasio tersebut meningkat menjadi 16. Sedangkan rasio murid/guru SMP pada tahun 2011 sebanyak 16, dan pada tahun 2012 mengalami penurunan mendekati 20.

Sementara untuk rasio murid/guru pada tahun 2011 sebanyak 16, dan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 18.

Perkembangan dunia pendidikan di Kabupaten Landak cukup menggembirakan, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah sarana pendidikan. Jumlah sarana SD menurun dari 438 unit pada tahun 2011 menjadi 437 unit pada tahun 2012. Pada jenjang SMP, jumlah sekolah meningkat dari 97 unit pada tahun 2011 menjadi 98 unit pada tahun 2012. Selanjutnya untuk jenjang SMU/SMK pada tahun 2011 sebanyak 40/8 unit menjadi 41/8 unit di tahun 2012.

Tabel 2.17.

Jumlah Sekolah di Lingkungan Diknas Tahun 2011-2012

Kabupaten SD SMP SMU SMK

2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012

Landak 438 437 97 98 40 41 8 8

Sumber : Kalimantan Barat dalam Angka Tahun 2012-2013

b. Kesehatan

(1) Sarana dan Prasarana Kesehatan

Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Puskesmas Keliling (Pusling) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.18.

Jumlah Puskesmas, Pustu, dan Pusling di Kabupaten Landak Tahun 2011-2012

Kabupaten 2011 2012

Puskesmas, Pustu &

Pusling

Penduduk Rasio Puskesmas, Pustu &

Pusling

Penduduk Rasio

Landak 105 335.452 3,195 107 340.635 3,184

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Kalbar

*) Data Sementara

(26)

Sedangkan cakupan puskesmas per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.19.

Cakupan Puskesmas Per Kecamatan

Uraian Jumlah Kecamatan Jmlh Puskesmas Cakupan (%)

2011 2012 2011 2012 2011 2012

Landak 13 13 16 16 123,08 123,08

Untuk jumlah Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Landak adalah 1 (satu) buah, yaitu : RSUD Landak

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2013

Sub Bab ini memuat uraian dari hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah. Secara umum pelaksanaan program dan kegiatan RKPD 2013 secara umum tergambar melalui pencapaian indicator-indikator makro pembangunan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Landak tahun 2012-2016. Secara ringkas indicator makro pembangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 2.20.

Indikator Makro Pembangunan Kabupaten Landak

No Indikator Satuan 2012 Target Realisasi

2013 2013

1. Pertumbuhan Ekonomi % 6.01 6.05 6,21

2. PDRB per kapita Rp Juta 10.921.627,04 11.968.000 12.054.00

3. Inflasi % 5.05

4. IPM % 69,05 69,60 n.a

5. Tingkat Pengangguran % 4,80 3,24 3,24

6. Angka Kemiskinan % 12,41 11,23 n.a

Berdasarkan evaluasi indikator dimaksud, realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 6,05%. Sedangkan dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 6,01 %, maka pertumbuhan ekonomi tahun 2013 mengalami peningkatan/naik sebesar 0,04%.

Dimana sector pertanian merupakan penyumbang pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 48,89%, kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,83%. Hal ini menunjukkan struktur perekonomian Kabupaten Landak masih didominasi sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

(27)

Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Landak pada tahun 2012 sebesar 4,80% dan tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 3,24%, ini menunjukkan angka pengangguran berkurang atau turun 1,56 %.

Begitu juga dengan penduduk miskin di Kabupaten Landak diprediksi akan mengalami penurunan dari 12,41 pada tahun 2012 menjadi 11,23 pada tahun 2013.

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan di berbagai sektor selama beberapa tahun terakhir ini telah memberikan hasil dan manfaat bagi kehidupan masyarakat secara keseluruhan di Kabupaten Landak. Namun demikian permasalahan yang timbul dalam proses pembangunan menyebabkan tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang memadai belum terealisasi sesuai dengan harapan yang ditetapkan. Pembangunan yang dilaksanakan belum sepenuhnya diikuti oleh penguatan kelembagaan public termasuk alokasi sumber daya yang efisien.

Manfaat pembangunan yang diharapkan belum merata, sehingga kehidupan masyarakat belum sepenuhnya membaik. Keadaan ini timbul sebagai akibat dari berbagai permasalahan yang terjadi baik masa lalu maupun sekarang yang belum teratasi secara maksimal. Berikut ini permasalahan-permasalahan pembangunan di Kabupaten Landak yang disusun berdasarkan bidang-bidang/urusan pembangunan.

1) Bidang Pendidikan

a. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas

Rehabilitasi ruang kelas senantiasa dilaksanakan setiap tahunnya namun rehabilitasi ruang kelas belum sepenuhnya dapat dituntaskan. Selain itu, penyediaan buku mata pelajaran, laboratorium, dan perpustakaan masih terbatas.

b. Kesempatan atau partisipasi pendidikan masih terbtas.

Peningkatan angka partisipasi terjadi di semua jenjang pendidikan, namun belum seluruh anak mendapat pelayanan pendidikan seperti masih ada anak yang putus sekolah, dan partisipasi pada jenjang pendidikan menengah dan atas masih rendah yang disebabkan kendala geografis. Disamping itu meningkatnya cakupan pelayanan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) belum diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan seperti yang diharapkan. Disisi lain keberlanjutan penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun (Wajar 9 Tahun) dan Wajib Belajar 12 Tahun (Wajar 12 Tahun) tidak hanya diarahkan pada segi kuantitas tetapi bagaimana mutu Wajib Belajar 9 Tahun

(28)

c. Profesionalisme guru masih rendah dan distribusinya belum merata.

Proporsi guru yang memenuhi kualifikasi akademik terus mengalami peningkatan.

Namun pencapaian ini masih jauh dari yang diharapkan. Selain itu pemanfaatan guru belum sepenuhnya optimal yang disebabkan oleh distribusi guru yang masih belum merata.

d. Manajemen dan tata kelola pendidikan belum efektif

Perlu ditingkatkannya kapasitas aparatur di Satuan Pendidikan terkait dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) guna mewuudkan tata kelola pendidikan yang efektif

2) Bidang Kesehatan

a. Status kesehatan ibu dan anak masih rendah

Kesehatan ibu yang ditandai dengan indicator AKI (Angka Kematian Ibu), dimana jika dibandingkan dengan angka Nasional maka kematian ibu di Kabupaten Landak masih relative tinggi. Kondisi yang sama juga dengan indikator AKB (Angka Kematian Bayi) masih lebih tinggi dibanding dengan AKB Nasional. Demikian pula dengan AKABA (Angka Kematian Balita) dimana AKABA Kabupaten Landak masih lebih tinggi dari AKABA Nasional.

b. Status gizi masyarakat masih rendah

c. Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas

Tenaga kesehatan untuk dokter, dokter spesialis, dokter gigi, perawat dan bidan mengalami peningkatan namun kesenjangan tenaga kesehatan lebih jelas terlihat antara daerah perkotaan dan pedesaan. Oleh sebab itu penempatan tenaga kesehatan di daerah pedesaan terus ditingkatkan.

d. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit masih tinggi

Beberapa penyakitmenular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Kabupaten Landak diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD) demikian juga dengan penyakit tidak menular yang masih menjadi tantangan.

e. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masyarakat masih terbatas.

f. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

g. Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas masih rendah.

3) Bidang Pekerjaan Umum

a. Terbatasnya jumlah dan buruknya kondisi sarana dan prasarana jalan dan jembatan

(29)

b. Pelayanan air bersih yang belum optimal dan merata

c. Pengembangan dan pengelolaan jaringan/rawa yang belum optimal 4) Bidang Kebudayaan

a. Belum optimalnya pemanfaatan potensi seni budaya

Minimnya sarana dan prasarana untu pagelaran seni budaya mempengaruhi minat masyarakat untuk mengembangkan sanggar-sanggar seni budaya di daerah.

Demikian juga dengan jangkauan layanan pendidikan seni budaya yang masih kurang luas.

b. Kurang tersedianya sarana pertunjukn seni budaya.

Selama ini bidang sei budaya masih belum dianggap prioritas sehingga pembangunan sarana dan prasarana pertunjukkan mengalami perlambatan. Selain itu pagelaran seni budaya dianggap membutuhkan biaya yang cukup tinggi

c. Minimnya minat dan perhatian generasi muda terhadap pengembangan seni budaya.

5) Bidang Kepemudaan dan Olah Raga

a. Peran aktif dan partisipasi pemuda belum optimal

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan urusan pemuda antara lain terjadinya masalah-masalah sosial dikalangan pemuda seperti kriminalitas, penyalahgunaan obat-obatan, tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda.

Selain itu makin maraknya pola pikir pragmatis dan menurunnya nasionalisme di kalangan pemuda turut menjadi masalah dalam pembangunan urusan kepemudaan.

b. Prestasi budaya dan olah raga masih rendah c. Terbatasnya prasarana dan sarana olahraga

d. Kurangnya event olah raga berskala nasional maupun internasional e. Kurangnya pembinaan olah raga usia dini

f. Rendahnya kemampuan kewirausahaan dikalangan pemuda.

g. Rendahnya kegiatan Capacity Building bagi OKP 6) Bidang Perhubungan

a. Besarnya pergerakan kendaraan yang belum diimbangi dengan kapasitas lintas jalan.

b. Belum terbukanya akses jalan sampai ke pelosok daerah 7) Bidang Lingkungan Hidup

a. Penurunan kualitas sumberdaya air dan udara b. Masih terjadinya kerusakan lahan

c. Masih terjadinya degradasi lingkungan dan deforestasi d. Penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

(30)

e. Hilangnya Plasma Nuftah endemik akibat land clearing

f. Belum dijadikannya PDRB Hijau sebagai landasan pengambilan keputusan dalam proses perencanaan pembangunan

8) Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

a. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan di bidang energy antara lain rendahnya kapasitas listrik terpasang, rendahnya rasio desa berlistrik dan masih banyaknya potensi energy baru terbarukan yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

b. Kelangkaan bahan bakar minyak bersubsidi menjadikan roda perekonomian masyarakat menjadi terhambat.

c. Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2010 yang mewajibkan bahan tambang/mineral tidak boleh diekspor dalam keadaan mentah

d. Tidak beroperasinya perusahaan tambang karena adanya kewajiban membangun SMELTER

e. Belum ada terobosan yang berarti dalam mempercepat pembangunan SMELTER 9) Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

a. Belum optimalnya advokasi KIE

b. Akses pelayanan KB dan kesehatan reproduksi belum optimal

c. Belum optimalnya upaya peningkatan kesejahteraan peserta KB dan upaya peningkatan ketahanan keluarga

10) Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak a. Penguatan kapasitas Pengarusutamaan Gender (PUG) b. Peningkatan terhadap perlindungan perempuan

c. Perlindungan dan tumbuh kembang anak belum optimal 11) Bidang Perencanaan Pembangunan

a. Terbatasnya kualitas Sumber Daya Manusia perencana b. Rendahnya kualitas data informasi pembangunan

c. Masih lemahnya keterkaitan system perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

d. Lemahnya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar wilayah, antar waktu, antar urusan pemerintahan, serta antar pusat dan daerah

e. Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang belum optimal 12) Bidang ketenagakerjaan dan Transmigrasi

a. Rendahnya ketersediaan lapangan kerja

(31)

b. Belum optimalnya penanggulangan pengangguran

c. Perlu dipercepatnya pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi 13) Bidang Sosial

a. Belum optimalnya upaya penanggulangan kemiskinan

b. Manajemen dan profesionalisme penyelenggaraan kesejahteraan social perlu ditingkatkan

c. Pemberdayaan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap Penyandang Masalah Kesejaahteraan Sosial (PMKS) belum optimal.

14) Bidang Perindustrian dan Perdagangan

a. Belum optimalnya penigkatan kualitas daya saing produk

b. Kurang memadainya kondisi sarana dan prasarana pasar tradisional c. Inovasi produk belum mampu mengimbangi kebutuhan pasar d. Belum optimalnya dukungan sarana infrastruktur

15) Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menegah

a. Masih minimnya inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan produk yang berdampak pada diversifikasi produk

b. Masih terbatasnya akses modal bagi UMKM

c. Kualitas manajemen pengelolaan usaha bagi UMKM masih perlu ditingkatkan 16) Bidang Penanaman Modal

a. Belum optimalnya pengelolaan promosi investas

b. Keterbatasan infrastruktur seperti jaringan listrik, air bersih, dan aksesibilitas wilayah c. Perlu penguatan kelembagaan yang mengurus pelayanan perizinan

17) Bidang Ketahanan Pangan

a. Belum optimalnya pengelolaan lumbung pangan local b. Belum optimalnya diversifikasi produk pangan local

c. Masih tingginya penggunaan bahan kimia berbahaya untuk pengendalian waktu tanam, penyimpanan, dan pengolahan sehingga dapat membahayakaan konsumen d. Belum optimalnya peran penyuluh pertanian dalam mendampingi petani

18) Bidang Pertanian

a. Sarana dan prasarana produksi pertanian sering tidak terjangkau oleh petani b. Belum optimalnya pengendalian hama dan penyakit pertanian

c. Pengelolaan manajemen agribisnis belum optimal d. Kapasitas kelembagaan pertanian belum optimal

(32)

e. Masih minimnya kemampuan dalam pengelolaan pasca panen dan pemasaran hasil produk pertanian

19) Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

a. Masih rendahnya populasi, produksi, dan produktivitas ternak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daerah

b. Penanganan terhadap penyakit hewan belum optimal 20) Bidang Perikanan

a. Kurangnya sarana dan prasaran tangkap (kuantitas, teknologi, dan SDM) b. Akses permodalan petani perikanan masih kurang

21) Bidang Kehutanan

a. Ancaman kerusakan hutan

b. Berkurangnya luas hutan rakyat akibat kegiatan pemukiman dan penambangan 22) Bidang Komunikasi dan Informatika

a. Belum optimalnya penyediaan dan pemanfaatan sarana, prasarana, dan layanan komunikasi dan informatika

23) Bidang Perpustkan dan Kearsipan

a. Masih rendahnya minat baca masyarakat di Kabupaten Landak

b. Masih rendahnya kemampuan daerah dalam pengarsipan dokumen-dokumen daerah 24) Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik

a. Kesatuan bangsa dan politik

Masih ada potensi benturan antar kelompok warga masyarakat, antar kelompok warga masyarakat dengan aparat dan antara kelompok warga masyarakat dengan sector privat karena adanya kepentingan dan pengaruh negative arus globalisasi yang penuh keterbukaan, juga cenderung mempengaruhi wawasan kebangsaan dan kesadaran bela Negara.

b. Ketentraman dan ketertiban

Gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban masyarakat berpotensi untuk muncul di daerah-daerah yang terkait dengan bidang-bidang seperti perkebunan, pertambangan, serta berkembangnya modus-modus kejahatan baru dengan memanfaatkan teknologi canggih. Sehingga isu strategis terkait ketentraman dan ketertiban yaitu : mendorong masyarakat untuk lebih peduli dalam menciptakan rasa aman dan tertib sebagai modal dasar pembangunan di Kabupaten Landak.

25) Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

(33)

a. Belum optimalnya pelayanan publik b. Belum optimalnya reformasi birokrasi

c. Belum optimalnya penataan kelembagaan dan system ketatalaksanaan d. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

e. Penegakan hukum dan HAM f. Luasnya wilayah

g. Terbatasnya sarana dan prasarana kerja serta SDM yang ada untuk mendukung pelaksanaan tugas pengelolaan administrasi kependudukan, baik sarana teknologi maupun informasi

h. Jangkauan pelayanan cukup jauh antara desa-desa dengan kecamatan

(34)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

3.1. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014

Pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Landak tumbuh sebesar 6,05 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (2012) yang tumbuh sebesar 6,01 persen.

Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,05 % dimaksud adalah merupakan peningkatan PDRB Kabupaten Landak tahun 2013 berdasarkan harga konstan tahun 2000 mencapai Rp.

1.927.902,85, berbanding tahun 2012 sebesar Rp. 1.817.896,65. Sedangkan PDRB Kabupaten Landak atas dasar harga berlaku tahun 2013 naik sebesar Rp. 433.818, 49 yaitu dari Rp.

3.720.288,43 pada tahun 2012 menjadi Rp. 4.154.106,92 pada tahun 2013. Gambaran dari hasil akhir pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan PDRB per kapita Kabupaten Landak berdasarkan harga berlaku tahun 2013 mencapai Rp. 12.054.000. Nilai tersebut meningkat dibandingkan PDRB per kapita tahun 2012 yang mencapai Rp. 10.921.627,04.

Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan sektor-sektor yang membentuk PDRB. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan atau disebut juga pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2012 mencapai 6,01 persen merupakan agregasi dari pertumbuhan sektor dan sub sektor pembentuk PDRB. Selama tahun 2012, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Walaupun semua sektor mengalami pertumbuhan pada tahun 2012, namun jika dibandingkan 2011, ada sebagian sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu: sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sector pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Sedangkan pada tahun 2011 jika dibandingkan pada tahun 2010, ada dua sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu: sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Sementara sektor lainnya mengalami percepatan pertumbuhan.

Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 44,84 persen. Pertumbuhan sektor tersebut terutama didorong oleh penemuan intan yang cukup besar di Kabupaten Landak. Pada tahun 2012, sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan cukup tinggi dengan pertumbuhan diatas lima persen, kecuali sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sektor yang dominan menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Landak pada tahun 2012 adalah sector pertanian. Hal ini dapat dilihat dari sumber pertumbuhan terbesar yang berasal dari sector

(35)

pertanian yaitu sebesar 2,13 persen. Sektor berikutnya yang memberikan sumbangan cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang pertumbuhan sebesar 1,50 persen. Walaupun dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah pada tahun 2012, namun sektor pertanian tetap memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Landak. Kontribusi terbesar sumber pertumbuhan dari sektor pertanian adalah subsektor perkebunan. Dengan peningkatan produksi tanaman perkebunan terutama tanaman kelapa sawit dan karet, memicu pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Landak pada tahun 2012. Sejak Kabupaten Landak berdiri, kontribusi sektor pertanian memang cukup berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Landak. Selain itu sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan juga ikut berperan penting dalam meningkatkan perekonomian di Kabupaten Landak.

Dari pertumbuhan ekonomi sektoral tersebut, kemudian membentuk struktur perekonomian Kabupaten Landak yang dicerminkan oleh kontribusi masing-masing sector terhadap PDRB. Sektor pertanian masih menjadi sektor yang dominan di Kabupaten Landak dengan peranannya sebesar 49,00 persen. Hal ini berarti bahwa naik turunnya pertumbuhan di sector pertanian akan sangat mempengaruhi naik turunnya pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan di Kabupaten Landak. Dengan demikian, sektor pertanian masih menjadi leading sector atau dengan kata lain sebagai sektor pemimpin bagi sektor-sektor produksi lainnya dalam menyumbang perekonomian di Kabupaten Landak. Sektor perdagangan, hotel dan restoran masih tetap menjadi kontributor terbesar kedua setelah sektor pertanian dengan peranannya sebesar 21,43 persen. Sektor-sektor yang lainnya hanya memberikan kontribusi kurang dari 20 persen, yaitu sektor pertambangan dan penggalian memberikan peranan sebesar 2,30 persen; sector konstruksi 3,11 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi 2,44 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 4,73 persen;

sektor jasa-jasa 6,67 persen. Sedangkan sektor listrik, gas dan air minum memberikan kontribusi terkecil. Rendahnya peranan sektor ini disebabkan karena masih terdapat daerah- daerah yang belum mendapatkan pelayanan listrik dan air bersih.

Kemudian dilihat dari sisi PDRB penggunaan, peranan konsumsi rumah tangga masih mendominasi pembentukan PDRB Kabupaten Landak. Sebagai wilayah yang sebagian besar penduduknya masih tinggal dipedesaan, kondisi tersebut tidaklah mengherankan, karena umumnya pola konsumsi masyarakat di pedesaan cenderung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Jika tahun 2008 nilai

(36)

konsumsi rumah tangga mencapai Rp. 1.489,06 milyar dengan persentase 61,38 persen seperti terlihat pada tabel 1, tahun 2012 nilainya mencapai Rp. 2.332,20 milyar atau 62,69 persen dari total PDRB. Indikator ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat di Kabupaten Landak masih belum banyak berubah dan cenderung masih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ketimbang untuk investasi atau yang lainnya.

Dilihat lebih rinci, pengeluaran makanan menjadi pengeluaran utama dibandingkan dengan pengeluaran bukan makanan. Tahun 2012 pengeluaran konsumsi makanan sudah mencapai Rp. 1.371,49 milyar, sedangkan pengeluaran konsumsi bukan makanan Rp. 960,71 milyar. Ini berarti pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Landak sekitar 58 persennya digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan, sedangkan sisanya baru digunakan untuk memenuhi kebutuhan bukan makanan. Dibandingkan komponen lainnya dalam PDRB penggunaan, komponen konsumsi lembaga non-profit di Kabupaten Landak masih sangat kecil peranannya. Hal ini terlihat dari sisi absolut maupun persentasenya paling rendah diantara komponen PDRB yang lain. Tahun 2012, nilai PDRB komponen lembaga non profit hanya mencapai Rp. 17,01 milyar atau sekitar 0,46 persen dari total PDRB. Dari segi jumlah, lembaga non profit yang ada di Kabupaten Landak masih sedikit sehingga pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut belum terlalu besar.

Grafik 2.

Distribusi Persentase Komponen PDRB Penggunaan Kabupaten Landak

Tahun 2012

62.69

0.46 14.42

16.36

0.69 6.77

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan modal Tetap/Domestik Bruto

Perubahan Stok

Ekspor - Impor Barang dan Jasa

(37)

Peranan konsumsi pemerintah di Kabupaten Landak tahun 2012 tercatat mencapai 14,42 persen atau senilai Rp. 536,33 milyar. Angka tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya tercatat Rp 483,52 milyar atau 14,47 persen dari total PDRB.

Konsumsi pemerintah sebenarnya dapat menjadi pemicu meningkatnya komponen PDRB penggunaan yang lain. Dari belanja pegawai misalnya tentu akan mendorong tingkat konsumsi rumah tangga, sementara dari belanja barang dapat mendorong pembentukan modal di daerah.

Komponen pembentukan modal tetap/domestik bruto (PMTB) juga memiliki peran yang cukup besar dalam PDRB. Secara absolut nilai PMTB terus meningkat, demikian pula peranannya cenderung meningkat. PMTB tahun 2011 tercatat Rp. 537,44 milyar atau 16,09 persen dari total PDRB. Pada tahun 2012 peranannya meningkat menjadi 16,36 persen dengan nilai Rp. 608,51 milyar.

Dalam perekonomian suatu daerah, selain investasi, perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah, dalam hal ini ekspor dan impor juga mempunyai peran penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2008 sampai 2012, terjadi peningkatan ekspor barang dan jasa. Namun jika dilihat dari kontribusinya, maka kontribusi ekspor menurun terhadap total PDRB. Pada tahun 2012 peranannya sebesar 17,39 persen senilai Rp. 646,86 milyar. Sedangkan peranan komponen impor sebesar 10,62 persen dengan nilai Rp. 394,98 milyar. Sehingga peranan ekspor netto ( ekspor-impor ) di Kabupaten Landak mencapai 6,77 persen.

Dari uraian sebelumnya tampak bahwa peranan pengeluaran konsumsi rumah tangga di Kabupaten Landak masih lebih tinggi dibandingkan investasi yang tercermin dari PMTB. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di Kabupaten Landak merupakan daerah yang berpeluang untuk lebih maju dan dapat dikembangkan mengingat letak Kabupaten Landak yang strategis karena dilalui jalan internasional yang tentunya akan berpengaruh dalam kelancaran transportasi dan perdagangan. Namun dilihat dari pola konsumsi masyarakat, bisa dikatakan masih terbelakang. Hal ini terlihat, dari tingkat pendapatan yang diterima penduduk masih rendah dan pola pengeluarannya bersifat konsumtif, yaitu pendapatan yang diterima lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian dan perumahan.

Selanjutnya berdasarkan realitas pergerakan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, dapat diperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Landak tahun 2014

(38)

masih dalam pengertian pertumbuhan sedang sebagaimana tahun sebelumnya yaitu dalam kisaran 5-6 persen.

Tabel 3.1

Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Landak

No Indikator Makro Ekonomi

Realisasi Proyeksi

Tahun 2011 Tahun 2012 Angka Sementara Tahun 2013

Data Proyeksi Tahun 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PDRB Berlaku ( Jutaan Rupiah) 3.340.536.95 3.720.288,43 4.154.106,92 4.552.000,00

2. PDRB Konstan ( Jutaan Rupiah) 1.714.765,87 1.817.896,65 1.927.902,85 2.037.000,00

3. Pertumbuhan Ekonomi (% ) 6,90 6,01 6,05 5,86

4. Laju Inflasi ( % ) 5,99 5,05 na Na

5. Angka Kemiskinan ( % ) 13,13 12,41 11,23 10,21

6. Tingkat Pengangguran ( % ) 3,18 4,80 3,24 3,94

7. Disparitas Pendapatan Regional yang dilihat dari perbedaan:

- PDRB Perkapita/ Tahun (Rupiah) 9.939.707,65 10.921.627,04 12.054.000,00 12.997.000,00

- Besaran IPM 68,16 69,05 69,60 70,17

3.2. Tantangan serta Arah Kebijakan dan Sasaran Ekonomi Makro Tahun 2015

Adapun tantangan pokok daerah yang perlu mendapat perhatian di tahun 2015 adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan daya saing Kabupaten Landak yang masih lemah karena belum berkembangnya hilirisasi industri;

2. Mengoptimalkan pengembangan sumber daya manusia yang ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang secara nasional masih berada dibawah rata-rata nasional;

3. Meningkatkan infrastruktur kebutuhan dasar yang menghambat pengembangan usaha dan pelayanan publik;

4. Mengoptimalkan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan;

5. Mengoptimalkan investasi swasta dalam mendukung perkembangan perekonomian daerah;

6. Degradasi lingkungan dan deforestasi masih terus terjadi antara lain akibat dari kegiatan illegal antara lain Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI);

Referensi

Dokumen terkait

Performa solusi yang dihasilkan Algoritme Genetika pada optimasi komposisi pupuk tanaman jagung dapat diukur dengan pengujian yang telah dilakukan, yaitu

Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa Indonesia terutama didaerah Puger kabupaten Jember Jawa Timur adalah penghasil bahan baku gipsum alam yang potensial

Κεί μενα περί Γιγάντων από τα Χειρόγραφα τη Νεκρά θάλασσα ΤΟ ΒΙΒΛΙΟ ΤΩΝ ΓΙΓΑΝΤΩΝ 4Q203,1Q23,2Q26,4Q530-532,6Q8 ΕΙΣΑΓΩΓΗ ΚΑΙ ΣΧΟΛΙΑ Θα ήταν δίκαιο

Menurut Azwar (1999), banyak faktor yang berperan dalam dinamika penyebaran penyakit DBD yang mencakup interaksi Host-Agent-Environment, penderita demam

Penerapan good governance didasarkan 9 prinsip meliputi adanya keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan kerangka hukum yang tanpa pandang bulu,

Integrated Academic Information System Perpustakaan Bagian Sidang Sarjana Program Studi Bagian Transkrip -Data Mahasiswa - Data Matakuliah - Data Nilai Data keikutsertaan

Data yang digunakan dalam inferensi diperoleh dari jawaban yang diberikan pengguna atas pertanyaan mengenai gejala atau hasil-hasil tes yang diajukan oleh

Dalam konteks Revolusi mental melalui pendidikan kewarganegaraan, menurut Karlina Supelli (2014) ada beberapa pertanyaan penting yang harus diperhatikan, yaitu