ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA
(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh: Yiuliani Octariana
NIM : 132114066
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA
(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh: Yiuliani Octariana
NIM : 132114066
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
You can’t change the wind.
But you can adjust sails to reach your destination
(Paulo Coelho)
Kupersembahkan untuk:
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA (Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 14 Maret 2017 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Maret 2017 Yang membuat pernyataan,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama :Yiuliani Octariana Nomor Mahasiswa :132114066
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA
(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 31 Maret 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Albertus Yudi Yuniarto, SE., M.B.A, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA selaku Kepala Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
4. Ilsa Haruti Suryandari, SE., S.I.P., M.Sc., Ak., CA selaku Pembimbing Skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah sabar membantu, membimbing, dan memberikan saran serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan studi.
6. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.
7. Pandita Lusia Anggraini selaku Pimpinan Vihara Bodhicitta Maitreya yang memberikan izin untuk melakukan penelitian serta Thanzu Mimi, Thanzu Meixiu, Foyuan Nita, dan Foyuan Wendy yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di Vihara Bodhicitta Maitreya.
8. Papa saya Ferdy Lesmana, Ibu saya Ai Tju, adik saya Erlyta Agustine Noviyanti dan Johnny Indo, atas doa, motivasi, dan bantuannya.
9. Yulius Somali, Susanti, dan Sevi Mega Andriani yang selalu membantu dan mendengarkan keluh kesah saya serta memberikan dorongan dan motivasi.
10. Teman-teman saya yang selalu memberikan bantuan dan masukan saat mengerjakan skripsi, Dika, Jalu, Donny, Enggar dan Lukas.
11. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013, teman-teman kelas B angkatan 2013 (Siska, Alma, Eci, Lidya, Tata, dan lain-lain), teman-teman MPAT kelas E, dan teman-teman Service Learning Program 2016.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Maret 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR... vii
B. Sistem Informasi Akuntansi... 10
C. Business Process Diagram... 22
D. Pengendalian Internal... 23
E. Kelayakan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi... 47
1. Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)... 47
2. Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)... 48
3. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)... 49
G. Ajaran Buddha Maitreya... 53
1. Kebenaran Mulia Mazhab Kasih Maitreya... 53
2. Dharma Hati Ajita... 57
3. Teknologi, Peradaban, dan Hati Nurani... 63
H. Penelitian Sebelumnya... 64
BAB III METODE PENELITIAN... 69
A. Objek Penelitian... 69
B. Metode dan Desain Penelitian... 69
C. Teknik Pengumpulan Data... 71
1. Wawancara... 71
A. Lokasi Vihara Bodhicitta Maitreya... 80
B. Sejarah Vihara Bodhicitta Maitreya... 80
C. Visi dan Misi Vihara Bodhicitta Maitreya... 84
D. Sejarah Ajaran Buddha Maitreya... 85
E. Struktur Organisasi di Vihara Bodhicitta Maitreya... 89
F. Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya... 97
G. Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya... 98
H. Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia dan Alur Pelaporan Keuangan...101
I. Kegiatan-kegiatan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya...103
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...105
A. Sistem Informasi Akuntansi Vihara...105
1. Siklus Penerimaan...105
3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Penggajian... 115
B. Pengendalian Internal dalam Vihara... 116
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment).... 116
2. Penaksiran Risiko...132
3. Aktivitas Pengendalian...137
4. Informasi dan Komunikasi... 142
5. Aktivitas Pengawasan...145
C. Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi yang Baru dan Lama... 146
1. Siklus Penerimaan... 146
2. Siklus Pengeluaran... 152
3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian... 157
D. Analisis Kelayakan Sistem Baru... 158
1. Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)... 158
2. Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)...160
3. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)... 162
E. Analisis Kesiapan dalam Penerapan Sistem Baru...163
BAB VI PENUTUP...173
A. Kesimpulan...173
B. Keterbatasan Penelitian... 174
C. Saran...174
DAFTAR PUSTAKA... 176
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik... 9 Tabel 2.2 Simbol Business Process Diagram... 23 Tabel 5.1 Perbedaan Siklus Penerimaan Antara Sistem Lama dan Sistem
Baru...152 Tabel 5.2 Perbedaan Siklus Pengeluaran Antara Sistem Lama dan Sistem
Baru...152 Tabel 5.3 Perbedaan Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Vihara Bodhicitta Maitreya... 90
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya... 97
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya... 98
Gambar 4.4 Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia...101
Gambar 5.1 Business Process Diagram Sumbangan Umat Hari Besar Keagamaan...105
Gambar 5.2 Business Process Diagram Penjualan Koperasi Vihara...108
Gambar 5.3 Business Process Diagram Pengeluaran Kas Kecil...110
Gambar 5.4 Business Process Diagram Pengeluaran Melalui Bendahara Langsung...113
ABSTRAK
ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA
(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta Maitreya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan saran kepada Vihara Bodhicitta Maitreya mengenai kelayakan dan kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru. Lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk vihara dalam mengantisipasi kelemahan sistem informasi akuntansi yang baru.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini juga menggunakan teknik triangulasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis, penerapan sistem informasi akuntansi Vihara Bodhicitta Maitreya yang baru sudah layak secara teknis, ekonomis, dan operasional. Kemudian, peneliti menyimpulkan bahwa Vihara Bodhicitta Maitreya sudah siap melakukan perubahan dalam mengimplementasikan sistem informasi akuntansi yang baru.
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FEASIBILITY AND READINESS FOR CHANGE IN IMPLEMENTATION OF ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM IN
VIHARA
(Case Study in Vihara Bodhicitta Maitreya)
Yiuliani Octariana NIM: 132114066 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
This research aims to discover the feasibility and readiness for change in implementing a new accounting information system in Vihara Bodhicitta Maitreya. This research intends to provide descriptions and suggestions to Vihara Bodhicitta Maitreya about the feasibility and readiness for change in implementing the new accounting information system. Furthermore, this research is expected to be a reference for vihara to anticipate the weaknesses of the new accounting information system.
This research used a qualitative method using a case study approach. This research also used a triangulation technique. Data collection techniques in this research were interviews, observation, and documentation.
Based on the analysis results, the implementation of the new accounting information system was technically, economically, and operationally feasible. Besides, the current researcher concluded that Vihara Bodhicitta Maitreya was ready to change by implementing a new accounting information system.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Mahsun et al. (2006:12), jangkauan organisasi sektor publik
di setiap negara biasanya tidak sama. Tidak ada definisi yang menyeluruh dan
lengkap yang dapat digunakan untuk seluruh sistem pemerintahan. Wilayah
organisasi sektor publik dapat berubah tergantung pada kejadian historis dan
suasana politik yang sedang terjadi di suatu negara. Organisasi sektor publik
di Indonesia merupakan organisasi yang dananya berasal dari masyarakat dan
penggunaan dananya untuk masyarakat. Menurut Bastian (2010:11), di
Indonesia terdapat beberapa macam organisasi sektor publik yang biasanya
dikenal, antara lain: organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai
politik, LSM, yayasan, lembaga pendidikan, lembaga pelayanan kesehatan,
dan tempat peribadatan. Tempat peribadatan yang ada di Indonesia, meliputi:
masjid, gereja, vihara, pura, dan kelenteng.
Vihara merupakan tempat beribadah bagi umat beragama Buddha.
Sebagai sebuah tempat ibadah, vihara mempunyai berbagai macam kegiatan.
Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada di vihara tentunya terdapat
transaksi yang berkaitan dengan uang. Transaksi tersebut dapat berupa
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Saat terjadi transaksi yang
berkaitan dengan penerimaan ataupun pengeluaran kas, biasanya suatu
dilakukan ini tidak terlepas dari penggunaan sistem informasi akuntansi.
Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi yang
berkaitan dengan transaksi keuangan (Diana dan Setiawati, 2011:4).
Saat berbicara tentang sistem informasi akuntansi, orang-orang juga
akan mengaitkannya dengan pengendalian internal. Menurut AICPA
(American Institute of Certified Public Accountants), pengendalian internal
terdiri dari kebijakan, praktek, dan prosedur yang digunakan oleh organisasi
untuk mencapai 4 (empat) tujuan umum, yaitu: mengamankan aset organisasi,
menjamin keakuratan dan keandalan informasi dan pencatatan akuntansi,
meningkatkan efisiensi dalam operasi organisasi, dan mengukur kepatuhan
terhadap prosedur dan kebijakan yang ditentukan manajemen (Hall, 2013:
112). Menurut Diana dan Setiawati (2011:82), suatu sistem informasi yang
tidak memasukkan unsur pengendalian internal di dalam penerapannya,
kemungkinan besar membuat penerapan sistem informasi tersebut tidak
berguna.
Vihara sebagai suatu organisasi sektor publik seharusnya melakukan
pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan. Dalam pelaksanaan pencatatan
dan pelaporan terdapat penggunaan sistem informasi akuntansi. Saat
organisasi vihara ini menggunakan sistem informasi akuntansi tentunya perlu
ditelaah kembali apakah pengendalian internal diterapkan. Selain itu, vihara
sebagai tempat beribadah umat beragama Buddha tentunya menggunakan
Salah satu aliran agama Buddha di Indonesia adalah Maitreya.
Maitreya merupakan calon Buddha yang dipercayai lahir ke bumi untuk
menyelamatkan umat manusia. Buddha Maitreya dikenal dengan Buddha
akhir zaman. Inti dari ajaran agama Buddha Maitreya ini berfokus kepada
cinta kasih dan hati nurani. Salah satu ajaran Buddha Maitreya yaitu “dipukul tak melawan, dimarah tak membalas”. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu tidak ada yang menandingi cinta kasih dan hati nurani.
Vihara yang menganut aliran agama Buddha Maitreya banyak terdapat
di Indonesia, salah satunya adalah Vihara Bodhicitta Maitreya yang berada di
D.I. Yogyakarta. Sama halnya dengan organisasi pada umumnya, saat terjadi
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas di Vihara Bodhicitta Maitreya juga
dilakukan pencatatan atas transaksi tersebut. Terjadinya aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas ini menunjukkan bahwa ada suatu sistem informasi
akuntansi yang diterapkan di Vihara Bodhicitta Maitreya. Selain itu, dengan
diterapkan sistem informasi akuntansi ini juga terdapat kemungkinan bahwa
ada penerapan pengendalian internal di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya,
terlepas dari lemah atau kuatnya pengendalian internal tersebut. Dari
ajaran-ajaran Buddha perlu dibahas dan digali lebih jauh dan mendalam mengenai
kesesuaian ajaran-ajaran Buddha dengan penerapan sistem informasi
akuntansi, khususnya pengendalian internal. Hal ini karena sebagai organisasi
religius yang mengikuti ajaran Buddha, vihara tentunya dianggap perlu untuk
menerapkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Buddha.
mengubah sistem informasi akuntansi yang telah ada. Perubahan sistem ini
dilakukan karena pihak vihara ingin mengembangkan sistem tata kelola
keuangan vihara menjadi lebih baik. Sistem yang baru ini diharapkan dapat
memenuhi tujuan kepatuhan. Penggunaan teknologi dalam sistem yang baru
ini juga disebabkan oleh tuntutan zaman sehingga tata kelola keuangan vihara
dapat tetap terjaga eksistensi dan keberlanjutannya. Perubahan sistem
informasi akuntansi dari yang lama menjadi yang baru tentunya memerlukan
kesiapan dari para pengabdi yang mengurusi bagian keuangan. Perubahan
sistem tidaklah mudah karena suatu organisasi perlu memastikan terlebih
dahulu apakah sistem yang akan diterapkan layak. Selain itu, organisasi juga
perlu mengidentifikasi apakah organisasi tersebut memiliki kesiapan atas
perubahan terhadap sistem informasi akuntansi.
Hal-hal tersebut menarik bagi peneliti sebab analisis kelayakan untuk
organisasi religius mungkin akan berbeda dengan organisasi lain. Begitu pula
dengan halnya kesiapan perubahan bagi organisasi religius, sebab sumber
daya manusia yang ada di organisasi religius khususnya vihara merupakan
mereka yang secara sukarela bersedia mengabdi untuk vihara dan hanya
diberi sedikit tunjangan per bulan. Selain itu, kurangnya penelitian terkait
dengan akuntansi organisasi religius khususnya vihara, mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian terhadap vihara.
Berdasarkan penjabaran di atas, terdapat beberapa hal yang dapat
dibahas lebih lanjut oleh peneliti. Dengan mempertimbangkan beberapa hal,
akuntansi dalam vihara dan penerapan pengendalian internal yang terjadi
selama ini, serta kesesuaian antara ajaran Buddha dan penerapan
pengendalian internal untuk sistem informasi akuntansi yang lama. Selain itu,
peneliti juga merasa perlu untuk membandingkan antara penerapan sistem
informasi akuntansi yang lama dan baru agar bisa melihat bagaimana
perbedaan kedua sistem. Kemudian, mengenai perubahan penerapan sistem
informasi akuntansi yang baru, peneliti menganggap bahwa perlu
dilakukannya analisis atas kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi
yang baru dan kesiapan perubahan atas sistem informasi akuntansi tersebut.
Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Analisis
Kelayakan dan Kesiapan Perubahan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi di
Vihara” dengan melakukan studi kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya yang
berlokasi di Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan rumusan masalah,
yaitu:
1. Bagaimana kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di
Vihara Bodhicitta Maitreya?
2. Bagaimana kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi di
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang
baru di Vihara Bodhicitta Maitreya.
2. Untuk mengetahui kesiapan perubahan penerapan sistem informasi
akuntansi di Vihara Bodhicitta Maitreya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Vihara Bodhicitta Maitreya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Vihara
Bodhicitta Maitreya, khususnya mengenai pengendalian internal serta
kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem informasi akuntansi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
sistem informasi akuntansi dan pengendalian internal vihara agar bisa
membantu pengembangan vihara dalam hal akuntansi.
2. Bagi Pembaca
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan
dan penjelasan mengenai sistem informasi akuntansi, pengendalian
internal, serta kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem
informasi akuntansi, khususnya Vihara Bodhicitta Maitreya.
3. Bagi Peneliti
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini
informasi akuntansi, pengendalian internal, serta kelayakan dan kesiapan
penerapan perubahan sistem informasi akuntansi organisasi religius,
khususnya vihara. Selain itu, peneliti juga berharap agar ilmu yang
didapatkan dapat dikembangkan saat melakukan penelitian ini.
E. Sistematika Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti membagi penulisan menjadi beberapa
bab yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III
Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian, Bab V
Analisis Data dan Pembahasan, dan Bab VI Penutup. Berikut merupakan isi
dari bab-bab tersebut, antara lain:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini, peneliti menguraikan teori-teori yang berkaitan
dengan topik penelitian dan ajaran-ajaran Buddha Maitreya yang
dapat dikaitkan dengan penerapan pengendalian internal. Teori-teori
yang berkaitan dengan topik penelitian, seperti organisasi sektor
publik, sistem informasi akuntansi, business process diagram,
pengendalian internal, kelayakan penerapan sistem, kesiapan
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian, metode dan desain
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian
Bab ini membahas mengenai pengenalan objek penelitian, seperti
lokasi tempat penelitian, latar belakang atau sejarah berdirinya
Vihara Bodhicitta Maitreya, visi dan misi vihara, sejarah ajaran
Buddha Maitreya, struktur organisasi vihara, pembagian tugas
masing-masing jabatan dalam struktur organisasi, dan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh vihara.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang deskripsi data penelitian dan analisis
data yang dibandingkan dengan teori terkait.
Bab VI Penutup
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Organisasi Sektor Publik
Kata “publik” (public) berarti masyarakat atau rakyat, yang biasanya,
merupakan kelompok binaan, donatur, konstituen, atau umat (Bastian,
2010:11). Hal ini berarti bahwa masyarakat atau rakyat dalam arti kata publik
juga termasuk bagian-bagian yang berperan untuk memberikan atau
menyumbangkan dana dan/atau juga merupakan pihak yang mendapatkan
manfaat dari penggunaan dana tersebut. Oleh karena itu, organisasi sektor
publik di Indonesia adalah organisasi yang dananya berasal dari masyarakat
dan kemudian penggunaannya juga bermanfaat bagi masyarakat. Menurut
Bastian (2010:11), jenis organisasi sektor publik yang ada dan dikenal di
Indonesia, antara lain: organisasi pemerintah pusat, organisasi pemerintah
daerah, organisasi partai politik, organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat,
organisasi yayasan, oganisasi pendidikan (seperti sekolah), organisasi
kesehatan (seperti puskesmas dan rumah sakit), dan organisasi tempat
peribadatan (seperti masjid, gereja, vihara, pura, dan kelenteng).
Tabel 2.1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik
Tujuan Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar, dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani.
Aktivitas Pelayanan publik (public services) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik, dan penyedia pangan.
Tabel 2.1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik (Lanjutan)
serta pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang berlaku.
Pola Pertang-gungjawaban
Bertanggungjawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan masyarakat, seperti dalam organisasi pemerintahan yang meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta dalam yayasan dan LSM seperti dewan pengampu.
Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan anggaran program publik dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat. Dan akhirnya disahkan oleh wakil masyarakat di DPR, DPD, DPRD, majelis syuro partai, dewan pengurus LSM, atau dewan pengurus yayasan.
Stakeholder Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai
organisasi, para kreditor, para investor, lembaga-lembaga internasional termasuk lembaga donor internasional (seperti Bank Dunia (World Bank), International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nation Development
Program (UNDP), USAID, dan pemerintah luar negeri.
(Sumber: Indra Bastian, 2010)
B. Sistem Informasi Akuntansi
Kata sistem berasal dari Bahasa Latin, yaitu systema dan Bahasa
Yunani, yaitu sustema yang berarti suatu kesatuan elemen atau komponen
yang dihubungkan secara bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi, atau energi (Mardi, 2011:3). Menurut Romney dan Steinbart (2014:3),
“sistem (system) adalah serangkaian dua atau lebih komponen yang saling
setiap sistem terdiri dari struktur dan proses. Struktur sistem adalah
unsur-unsur yang membentuk sistem, sedangkan proses sistem merupakan cara
kerja setiap unsur sistem dalam mencapai tujuan dari sistem tersebut.
Data merupakan fakta yang masih belum diolah atau mentah yang
dikumpulkan, disimpan, dan diproses oleh sistem informasi menjadi suatu
informasi. Informasi (information) adalah data yang sudah dikelola dan
diproses, yang memiliki arti dan berguna untuk proses pengambilan
keputusan. Nilai informasi (value of information) adalah manfaat yang
dihasilkan oleh informasi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan dan memproses informasi tersebut. Menurut Romney dan
Steinbart (2014:4) keuntungan dari suatu informasi adalah berkurangnya
ketidakpastian, peningkatan kualitas pengambilan keputusan, dan
meningkatkan kemampuan dalam merencanakan dan menjadwalkan aktivitas.
Menurut Romney dan Steinbart (2014:5) terdapat tujuh karakteristik
informasi yang berguna, antara lain:
1. Relevan
Informasi yang relevan merupakan informasi berhubungan dengan yang
diperlukan. Informasi yang relevan dapat mengurangi ketidakpastian,
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, dan menegaskan atau
memperbaiki ekspektasi sebelumnya.
2. Reliable
Informasi yang reliable berarti informasi yang dapat dipercaya atau dapat
bebas dari kesalahan atau bias dan menyajikan suatu kejadian atau
aktivitas organisasi secara akurat.
3. Lengkap
Informasi yang lengkap berarti dalam penyajian informasi tersebut tidak
menghilangkan aspek penting dari suatu kejadian atau aktivitas yang
diukur.
4. Tepat waktu
Informasi harus tepat waktu yaitu diberikan pada waktu yang tepat pada
pengambil keputusan untuk mengambil keputusan. Informasi harus tepat
waktu sebab jika informasi tersebut terlambat bisa menyebabkan
informasi tersebut tidak lagi berguna atau mengurangi kualitas informasi
tersebut.
5. Dapat dipahami
Informasi disajikan dalam format yang dapat dimengerti oleh pengguna
informasi dan jelas.
6. Dapat diverifikasi
Informasi dapat diverifikasi yang mana jika ada dua atau lebih orang
yang independen dan berpengetahuan di bidang yang sama, mereka dapat
menghasilkan informasi yang sama.
7. Dapat diakses
Informasi dapat diakses maksudnya adalah jika informasi tersedia untuk
pengguna saat mereka membutuhkan informasi tersebut dan dalam
Menurut Romney dan Steinbart (2014:11) “Akuntansi adalah proses identifikasi, pengumpulan, dan penyimpanan data serta proses
pengembangan, pengukuran, dan komunikasi informasi”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntansi adalah sistem
informasi. Hal ini karena sistem informasi akuntansi juga mengumpulkan,
mencatat, menyimpan, dan memproses data akuntansi dan data lainnya untuk
membuat data tersebut menjadi suatu informasi yang dapat digunakan oleh
pembuat keputusan.
Menurut Romney dan Steinbart (2014:11) terdapat enam komponen
dari sistem informasi akuntansi, yaitu: (1) pengguna sistem; (2) prosedur dan
instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan
data; (3) data tentang organisasi dan aktivitas bisnisnya; (4) perangkat lunak
(software) yang digunakan untuk mengolah data; (5) infrastruktur teknologi
informasi, meliputi komputer, perangkat keras (hardware), dan perangkat
jaringan komunikasi yang digunakan dalam SIA; dan (6) pengendalian
internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data sistem informasi
akuntansi.
Romney dan Steinbart juga berpendapat (2014:11) bahwa enam
komponen SIA tersebut memungkinkan SIA untuk melaksanakan tiga fungsi
bisnis, yaitu:
1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai kegiatan atau aktivitas,
2. Mengolah data menjadi informasi sehingga manajemen dapat
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi
kegiatan, sumber daya, dan personel.
3. Melakukan pengendalian internal yang memadai untuk mengamankan
aset dan data organisasi.
Menurut Romney dan Steinbart (2014:7) dalam sistem informasi
akuntansi terdapat berbagai macam business process atau transaction cycle
seperti siklus penerimaan, siklus pengeluaran, dan siklus produksi. Berikut ini
siklus-siklus yang terdapat dalam organisasi religius, khususnya vihara:
1. Siklus Penerimaan
Menurut Mulyadi (2016:380), penerimaan kas untuk penjualan
tunai dapat dilakukan dengan prosedur penerimaan kas dari
over-the-counter sales. Prosedur yang dilakukan dalam penerimaan kas ini yaitu:
pembeli datang ke toko atau perusahaan lalu memesan barang atau
produk yang akan dibeli kepada wiraniaga di bagian penjualan. Lalu
pembeli akan melakukan pembayaran kepada bagian kasir. Pembayaran
dapat dilakukan dengan uang tunai, kartu kredit, cek pribadi (personal
check), atau kartu debit. Kemudian, bagian penjualan memerintahkan
bagian pengiriman untuk menyerahkan pesanan kepada pembeli dan
bagian pengiriman menyerahkan barang tersebut. Setelah itu, bagian
kasir menyetorkan kas yang diterima ke bank. Transaksi ini kemudian
jurnal penjualan dan penerimaan kas dicatat dalam jurnal penerimaan
kas.
Menurut Mulyadi (2016:386), dokumen yang dibutuhkan dalam
melakukan transaksi penerimaan kas, antara lain:
a. Faktur penjualan tunai
Dokumen ini digunakan untuk merekam informasi terjadinya
transaksi penjualan tunai oleh perusahaan. Dokumen ini diisi oleh
fungsi yang kemudian digunakan sebagai pengantar kepada fungsi
kas saat pembeli akan membayar.
b. Cash register tape
Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas saat menerima pembayaran
dari pembeli dengan menggunakan cash register.
c. Credit card sales slip
Dokumen ini merupakan dokumen yang dicetak oleh bank yang
menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan yang
menjadi anggota dari kartu kredit tersebut. Dokumen ini diisi oleh
fungsi kas yang berfungsi untuk menagih uang tunai dari bank yang
menerbitkan kartu kredit atas transaksi pembelian yang dilakukan
oleh pemegang kartu kredit.
d. Bill of lading
Dokumen ini digunakan sebagai bukti penyerahan barang dari
perusahaan penjualan barang kepada perusahaan jasa pengantar
e. Bukti setor bank
Dokumen ini digunakan sebagai bukti penyetoran kas ke bank yang
dibuat oleh fungsi kas.
f. Rekapitulasi beban pokok penjualan
Dokumen ini berfungsi sebagai daftar untuk meringkas harga pokok
produk yang dijual dalam periode tertentu.
2. Siklus Pengeluaran
Menurut Diana dan Setiawati (2011:122) secara umum, lima jenis
pembelian yang dilakukan dalam perusahaan, antara lain:
a. Pembelian barang dagangan
Barang dagangan merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan
untuk dijual kembali, tanpa merubah bentuk dari barang tersebut
ataupun memberi nilai tambah pada produk tersebut.
b. Pembelian bahan baku dan bahan pembantu
Bahan baku dan bahan pembantu adalah bahan atau material yang
digunakan oleh perusahaan untuk membuat atau memproduksi suatu
produk yang kemudian dapat dijual.
c. Pembelian supplies (bahan habis pakai)
Bahan habis pakai (supplies) merupakan barang yang diperlukan
oleh perusahaan untuk membantu jalannya kegiatan operasional
usaha dan barang tersebut biasanya habis digunakan dalam jangka
d. Pembelian peralatan
Peralatan merupakan barang yang digunakan oleh perusahaan yang
biasanya jangka waktu pemakaiannya dapat lebih dari satu tahun.
e. Pembelian aktiva tetap
Aktiva tetap merupakan barang yang memberi manfaat di masa
depan yang dibeli dan digunakan oleh perusahaan yang umur
ekonomisnya lebih dari satu tahun.
Terdapat dua jenis pembelian yang biasanya dilakukan, antara lain:
a. Pembelian tunai
1) Proses bisnis dalam siklus pembelian tunai
Bagian yang kehabisan barang atau membutuhkan barang
membuat Surat Permintaan Pembelian. Kemudian bagian
tersebut memberikan Surat Permintaan Pembelian kepada
bagian pembelian. Setelah menerima Surat Permintaan
Pembelian, bagian pembelian mengajukan kasbon kepada
pengelola kasbon untuk mendapatkan uang tunai yang
dibutuhkan untuk membeli barang tersebut. Lalu, bagian
pembelian membeli barang-barang yang dibutuhkan sesuai
dengan informasi yang dicantumkan dalam Surat Permintaan
Pembelian. Bagian pembelian memberikan barang tersebut
kepada pihak yang membutuhkan dan kemudian pihak tersebut
membubuhkan tanda tangan pada Faktur Pembelian. Tanda
menerima barang dari bagian pembelian. Selanjutnya, bagian
pembelian membuat pertanggungjawaban atas kasbon tersebut
dan menyerahkan sisa uang kepada pengelola kasbon.
2) Dokumen dalam Pembelian Tunai
Menurut Diana dan Setiawati (2011:124-125), dokumen yang
digunakan dalam transaksi pembelian tunai, yaitu:
a) Surat Permintaan Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk merekam permintaan
pembelian dari departemen lain yang membutuhkan barang
kepada bagian pembelian.
b) Blanko Kasbon
Blanko kasbon ini berfungsi untuk meminta kas dari bagian
pengelola kasbon yang jumlah kas yang diminta
berdasarkan perkiraan dalam Surat Permintaan Pembelian.
c) Faktur Pembelian Tunai
Dokumen ini merupakan dokumen yang berasal dari toko
atau pemasok di mana perusahaan melakukan pembelian
secara tunai.
d) Blanko Penyelesaian Kasbon
Dokumen ini digunakan untuk membuat
pertanggungjawaban atas kasbon yang kemudian diserahkan
b. Pembelian Kredit
1) Proses Bisnis dalam Siklus Pembelian Kredit
Bagian yang kehabisan barang atau membutuhkan barang
membuat Surat Permintaan Pembelian. Kemudian bagian
tersebut memberikan Surat Permintaan Pembelian kepada
bagian pembelian. Setelah menerima Surat Permintaan
Pembelian, bagian pembelian memesan barang ke pemasok
menggunakan Surat Order Pembelian, yang dibuat berdasarkan
Surat Permintaan Pembelian. Saat barang pesanan datang,
bagian yang membutuhkan barang dan bagian pembelian
mengecek barang tersebut. Jika barang yang dipesan tidak sesuai
dengan yang tercantum dalam Surat Order Pembelian, bagian
akuntansi akan membuat nota retur dan mengembalikan
barang-barang tersebut. Jika pesanan yang datang sesuai, maka barang-barang
akan diserahkan kepada bagian yang membutuhkan. Bagian
akuntansi, khususnya yang menangani utang usaha menerima
tagihan dari pemasok. Menjelang tanggal jatuh tempo, bagian
akuntansi akan menyiapkan Bukti Kas Keluar untuk membayar
utang ke pemasok. Kepala Bagian Keuangan mengotorisasi
Bukti Kas Keluar dan slip transfer atau cek dan Bukti Kas
Keluar dan cek atau slip transfer diserahkan kepada bagian kasir.
Keluar dan copy cek atau slip transfer diserahkan kepada bagian
akuntansi untuk dicatat.
2) Dokumen dalam Pembelian Kredit
Menurut Diana dan Setiawati (2011:132) dokumen yang
digunakan dalam transaksi pembelian kredit, antara lain:
a) Surat Permintaan Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk merekam permintaan
pembelian dari departemen lain yang membutuhkan barang
kepada bagian pembelian.
b) Surat Order Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk memesan barang yang ingin
dibeli kepada pihak pemasok yang dibuat oleh bagian
pembelian.
c) Nota Retur
Dokumen ini digunakan untuk pengembalian barang yang
dikirim oleh pemasok jika barang yang diterima tidak sesuai
dengan yang dipesan. Dokumen ini dibuat oleh bagian
akuntansi.
d) Faktur Pembelian
Dokumen ini merupakan dokumen tagihan yang diterima
e) Bukti Kas Keluar
Dokumen ini dibuat oleh bagian akuntansi berdasarkan
informasi yang ada dalam faktur dan Surat Order Pembelian
yang merupakan permintaan pembayaran utang kepada
pemasok.
3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian
Menurut Diana dan Setiawati (2011:182), dokumen yang
digunakan dalam pembayaran gaji, antara lain:
a. Kartu waktu
Kartu waktu digunakan untuk merekam kehadiran karyawan setiap
harinya, yakni jam karyawan tersebut datang dan pulang dari kantor.
b. Daftar gaji
Daftar gaji ini berisi besar gaji seluruh karyawan yang bekerja di
perusahaan sehingga perusahaan bisa mengetahui total beban gaji
yang dikeluarkan.
c. Slip gaji
Dokumen ini berisi rincian gaji karyawan yang bertujuan agar
karyawan mengetahui komponen-komponen pemberian gaji kepada
mereka, serta agar tidak terjadi salah pemberian gaji.
d. Daftar transfer
Dokumen ini digunakan sebagai surat perintah kepada bank untuk
mengirimkan atau mentransfer uang dengan nominal tertentu kepada
Berikut proses penggajian melalui transfer menurut Diana dan
Setiawati (2011:185), yaitu: bagian personalia merekam atau mencatat
kehadiran karyawan setiap hari, bisa juga menggunakan alat sidik jari
atau kartu waktu. Kemudian, bagian penggajian menghitung gaji dari
karyawan tersebut beserta dengan Pajak Penghasilan pasal 21, lalu
bagian penggajian menyusun daftar gaji, daftar transfer, dan slip gaji.
Bagian penggajian lalu menyerahkan slip gaji dan daftar gaji kepada
bagian akuntansi untuk dibuatkan Bukti Kas Keluar. Bagian akuntansi
memeriksa penghitungan daftar gaji dan mengecek kesesuaian antara
daftar gaji dengan slip gaji. Lalu, bagian akuntansi menyerahkan slip gaji
kepada setiap karyawan sesuai dengan nama yang tercantum. Bukti Kas
Keluar yang dilampiri dengan daftar gaji dan slip gaji diberikan kepada
bagian keuangan. Bagian keuangan mengecek kesesuaian informasi yang
ada di dalam daftar gaji dan daftar transfer kemudian menandatangani
daftar gaji dan daftar transfer. Setelah itu, daftar transfer diserahkan ke
bank terkait untuk mengirimkan gaji masing-masing karyawan.
C. Business Process Diagram
Menurut Romney dan Steinbart (2014:73) “Diagram Proses Bisnis
(DPB-Business Process Diagram) adalah cara visual untuk menjelaskan
langkah-langkah atau aktivitas-aktivitas dalam proses bisnis”. Aktivitas yang digambarkan dalam business process diagram memudahkan pemahaman
menggambarkan business process diagram yang dibuat oleh Business Process
Modeling Initiative Notation Working Group. Berikut ini beberapa simbol
untuk menggambarkan business process diagram yang dapat digunakan untuk
menghasilkan diagram yang mudah dibuat dan dipahami.
Tabel 2.2 Simbol Business Process Diagram
Simbol Nama Penjelasan
Mulai Mulai atau permulaan proses diwakili oleh lingkaran kecil. Akhir Akhir proses direpresentasikan oleh
lingkaran kecil bergaris tebal.
Aktivitas dalam proses
Aktivitas dalam proses diwakili oleh persegi yang sisinya tumpul. Penjelasan aktivitas ditempatkan dalam persegi.
Keputusan Keputusan yang dibuat selama proses diwakili oleh sebuah wajik. menjelaskan proses bisnis yang dimasukkan ke dalam diagram dan jika dibutuhkan, panah yang tebali digambarkan dari penjelasan simbol.
(Sumber: Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart, 2014:74)
D. Pengendalian Internal
Salah satu komponen dari sistem informasi akuntansi adalah
pengendalian internal. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of
pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
direksi, manajemen, dan personel lainnya yang dirancang untuk menyediakan
jaminan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan yang berkaitan
dengan operasi (operations), pelaporan (reporting), dan kepatuhan
(compliance). Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa pengendalian
internal dirancang untuk mencapai tujuan pengendalian. Menurut Commitee
of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013:
15-16) terdapat tiga jenis tujuan pengendalian, yaitu:
1. Tujuan Operasi (Operations Objectives)
Tujuan pengendalian dalam hal operasi adalah melakukan operasi secara
efektif dan efisien. Hal ini termasuk tujuan organisasi dalam hal kinerja
keuangan dan operasional, serta menjaga aset organisasi agar tetap aman.
2. Tujuan Pelaporan (Reporting Objectives)
Tujuan pengendalian dalam hal pelaporan adalah berkaitan dengan
pelaporan baik secara keuangan maupun non keuangan internal dan
eksternal. Selain itu hal ini juga meliputi syarat yang di tetapkan oleh
pembuat kebijakan, penyusun standar atau kebijakan organisasi, seperti
reliabilitas, ketepatwaktuan, transparansi, dan sebagainya.
3. Tujuan Kepatuhan (Compliance Objectives)
Tujuan pengendalian mengenai kepatuhan berkaitan dengan ketaatan
organisasi atas hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway
pengendalian internal, antara lain:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan seperangkat standar, proses, dan
struktur yang menyediakan dasar untuk melaksanakan pengendalian
internal untuk semua organisasi. Dalam Commitee of Sponsoring
Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013:56), terdapat
lima prinsip yang berkaitan dengan lingkungan pengendalian antara lain:
a. Organisasi menunjukkan komitmen untuk integritas dan nilai-nilai
etika.
Manajemen dan dewan direksi diharapkan untuk memberikan
contoh dalam hal mengembangkan nilai-nilai, filosofi, dan gaya
operasi untuk organisasi. Mereka dipengaruhi oleh norma sosial dan
etika dalam pasar dimana entitas beroperasi. Untuk membantu
pemahaman dan kepatuhan persyaratan legal dan pengaturan,
manajemen dan dewan direksi melakukan pengukuran yang spesifik
untuk menetapkan pola dalam hal moral, sosial, lingkungan atau
bentuk lain yang termasuk tanggung jawabnya. Integritas dan
nilai-nilai etika merupakan pesan utama dalam komunikasi organisasi dan
pelatihan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:86),
terdapat empat poin penting berhubungan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Menetapkan pola atau gaya di tingkat puncak.
menunjukkan melalui arahan, tindakan, dan perilaku mereka
mengenai pentingnya integritas dan nilai-nilai etika untuk
mendukung fungsi sistem pengendalian internal.
2) Menetapkan standar yang dilakukan.
Ekspektasi dewan direksi dan manajemen senior mengenai
integritas dan nilai-nilai etika didefinisikan dalam standar entitas
dengan melakukan dan memahami semua level organisasi dan
penyedia jasa dari luar dan rekan bisnis.
3) Mengevaluasi ketaatan untuk standar yang dilakukan.
Proses untuk mengevaluasi kinerja individu dan tim dalam
menerapkan standar yang telah ditetapkan.
4) Membicarakan penyimpangan pada waktu yang tepat.
Penyimpangan dari standar yang diharapkan entitas
diidentifikasi dan diperbaiki secara konsisten dan tepat waktu.
b. Dewan direksi menunjukkan dia independen (tidak tergantung) dari
manajemen dan melakukan pengawasan atas pengembangan dan
kinerja pengendalian internal.
Dewan direksi mempunyai otoritas untuk merekrut maupun
memecat saat diperlukan dan menetapkan rangkaian perencanaan
untuk Chief Executive Officer atau setaranya yang kemudian
ditugaskan dengan seluruh pelaksanaan strategi entitas, pencapaian
tujuan, dan keefektivitasan sistem pengendalian internal. Dewan
tantangan perbaikan untuk manajemen. Dewan direksi independen
dari manajemen dan menunjukkan kemampuan dan keahlian yang
relevan dalam melaksanakan tanggung jawab pengawasannya.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:95),
terdapat empat poin yang fokus pada pentingnya karakteristik yang
berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Menetapkan tanggung jawab pengawasan.
Dewan direksi mengidentifikasi dan menerima tanggung jawab
pengawasan dalam hubungan untuk menetapkan persyaratan dan
ekspektasi.
2) Menggunakan keahlian yang relevan.
Dewan direksi mendefinisikan, memelihara, dan secara periodik
mengevaluasi keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan di
antara anggota-anggotanya untuk memampukan mereka
menanyakan pertanyaan pemeriksaan dari manajemen senior
dan mengambil tindakan yang cocok.
3) Mengoperasikan secara independen.
Dewan direksi mempunyai anggota yang cukup yang
independen dari manajemen dan bertujuan dalam mengevaluasi
dan membuat keputusan.
4) Menyediakan pengawasan untuk sistem pengendalian internal.
Dewan direksi memberikan tanggung jawab pengawasan untuk
internal.
c. Manajemen menetapkan dengan badan pengawas, struktur, alur
pelaporan, dan otoritas dan tanggung jawab yang tepat dalam
pencapaian tujuan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:102), terdapat
tiga poin penting berhubungan dengan karakterisik prinsip ini, yaitu:
1) Mempertimbangkan seluruh struktur dalam entitas.
Manajemen dan dewan direksi mempertimbangkan berbagai
struktur yang digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan.
2) Menetapkan alur pelaporan.
Manajemen mendesain dan mengevaluasi alur pelaporan untuk
setiap struktur entitas untuk mampu melaksanakan otoritas dan
tanggung jawab dan mengalirkan informasi untuk mengatur
aktivitas entitas.
3) Mendefinisikan, memberikan, dan membatasi otoritas dan
tanggung jawab.
Otoritas memberikan wewenang kepada seseorang untuk
berperilaku seperti yang dibutuhkan, namun otoritas seseorang
juga perlu untuk mendefinisikan batasan wewenangnya.
Manajemen dan dewan direksi mendelegasikan wewenang,
mendefinisikan tanggung jawab, dan menggunakan proses dan
teknologi yang tepat untuk menempatkan tanggung jawab dan
d. Organisasi menunjukkan komitmen untuk menarik,
mengembangkan, dan memelihara orang-orang yang kompeten
sejalan dengan tujuan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:109), terdapat
empat poin penting yang berhubungan dengan prinsip ini, antara
lain:
1) Menetapkan kebijakan dan praktek.
Kebijakan dan praktek mencerminkan ekspektasi kompetensi
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
2) Mengevaluasi kompetensi dan membicarakan kekurangan.
Dewan direksi dan manajemen mengevaluasi kompetensi untuk
sumber daya manusia dalam organisasi maupun penyedia jasa
dari luar (outsourcing) dalam relasi untuk menetapkan kebijakan
dan praktek, dan membicarakan kekurangan-kekurangan jika
diperlukan.
3) Menarik, mengembangkan, dan memelihara individu-individu
atau sumber daya manusia.
Organisasi menyediakan konsultasi dan pelatihan yang
dibutuhkan untuk menarik, mengembangkan dan memelihara
personel ataupun penyedia jasa dari luar yang cukup dan
kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan.
4) Perencanaan dan persiapan untuk penggantian.
kemungkinan rencana untuk tugas dari tanggung jawab yang
penting dalam pengendalian internal.
e. Organisasi memiliki orang-orang yang bertanggungjawab untuk
tanggung jawab pengendalian internal mereka sejalan dengan tujuan.
Dalam Internal Control-Integrated Framework yang disusun
oleh COSO (2013:116), terdapat lima poin penting berhubungan
dengan karakteristik prinsip ini, antara lain:
1) Menjalankan akuntabilitas melalui struktur, otoritas, dan
tanggung jawab.
Akuntabilitas mengarah ke kepemilikan wewenang untuk
kinerja pengendalian internal dalam pencapaian tujuan dengan
mempertimbangkan risiko-risiko yang dihadapi oleh entitas.
Manajemen dan dewan direksi menetapkan mekanisme untuk
mengkomunikasikan dan memiliki individu yang
bertanggungjawab untuk kinerja tanggung jawab pengendalian
internal seluruh organisasi dan mengimplementasikan tindakan
perbaikan jika dibutuhkan.
2) Menetapkan pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan.
Manajemen dan dewan direksi menetapkan pengukuran kinerja,
insentif, dan penghargaan lain yang tepat untuk tanggung jawab
pada semua level pada entitas, mencerminkan dimensi yang
tepat dari kinerja dan mengharapkan standar dilaksanakan, dan
jangka pendek.
3) Mengevaluasi pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan
secara relevan dan terus-menerus.
Manajemen dan dewan direksi menyepakati insentif dan
penghargaan dengan penyelesaian tanggung jawab pengendalian
internal dalam mencapai tujuan.
4) Mempertimbangkan tekanan yang terlalu banyak.
Manajemen dan dewan direksi mengevaluasi dan menyesuaikan
tekanan yang diasosiasikan pencapaian tujuan dengan mereka
memberikan tanggung jawab, mengembangkan pengukuran
kinerja, dan mengevaluasi kinerja.
5) Mengevaluasi kinerja dan penghargaan atau kedisiplinan
individu.
Manajemen dan dewan direksi mengevaluasi kinerja tanggung
jawab pengendalian internal, termasuk ketaatan terhadap standar
dilakukan dan mengharapkan level-level kompetensi dan
menyediakan penghargaan atau pelatihan tindakan disiplin yang
tepat.
2. Penaksiran Risiko
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan berefek
negatif dengan pencapaian tujuan organisasi. Penaksiran risiko meliputi
proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan
mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam lingkungan eksternal
dan dalam model bisnisnya sendiri yang mungkin mengganggu
kemampuannya untuk mencapai tujuan. Menurut Commitee of
Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:57),
ada empat prinsip yang berkaitan dengan penaksiran risiko, yaitu:
a. Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk
mampu mengidentifikasikan dan menaksir risiko yang terkait dengan
tujuan.
Dalam prinsip ini, tujuan-tujuan berkaitan dengan tujuan operasi,
tujuan pelaporan (baik internal maupun eksternal), dan tujuan
kepatuhan.
1) Hal-hal yang berhubungan dengan tujuan operasi, yaitu:
mencerminkan pilihan manajemen, mempertimbangkan batas
toleransi yang dapat diterima untuk risiko, memasukkan tujuan
kinerja operasi dan keuangan, dan membentuk suatu dasar untuk
menjalankan sumber daya.
2) Poin-poin yang berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan
kepada pihak eksternal antara lain: patuh dengan standar
akuntansi yang dapat diterapkan, mempertimbangkan
materialitas, dan mencerminkan aktivitas entitas.
3) Hal-hal yang berhubungan dengan tujuan pelaporan
non-keuangan kepada pihak eksternal, terdiri dari: patuh dengan
mempertimbangkan level ketelitian yang dibutuhkan, dan
mencerminkan aktivitas entitas.
4) Poin-poin yang berkaitan dengan tujuan pelaporan internal,
antara lain: mencerminkan pilihan manajemen,
mempertimbangkan level ketelitian yang dibutuhkan, dan
mencerminkan aktivitas entitas.
5) Hal-hal yang berkaitan dengan tujuan kepatuhan, yaitu:
mencerminkan hukum dan regulasi eksternal dan
mempertimbangkan toleransi yang dapat diterima atas risiko.
b. Organisasi mengidentifikasi risiko untuk mencapai tujuan untuk
semua entitas dan menganalisis risiko sebagai dasar untuk
menentukan bagaimana risiko seharusnya diatur.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:139), terdapat
lima poin penting yang berhubungan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Memasukkan level entitas, cabang, divisi, unit operasi, dan
fungsional.
Organisasi mengidentifikasi dan menilai risiko pada level
entitas, cabang, divisi, unit operasi, dan fungsional yang relevan
dengan pencapaian tujuan. Identifikasi risiko merupakan proses
yang berulang dan biasanya diintegrasikan dengan proses
perencanaan.
2) Menganalisis faktor internal dan eksternal.
internal dan pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Faktor
eksternal, terdiri dari: ekonomi, lingkungan alam, regulasi,
sosial, teknologi, dan operasi di negara asing (foreign
operation). Sedangkan faktor internal, terdiri dari: infrastruktur,
struktur manajemen, personel, akses atas aset, dan teknologi.
3) Melibatkan level manajemen yang tepat.
Organisasi memasukkan mekanisme penaksiran risiko yang
efektif dengan melibatkan level manajemen yang tepat.
4) Mengestimasi risiko signifikan yang dapat diidentifikasi.
Risiko yang diidentifikasi dianalis melalui suatu proses
termasuk mengestimasi risiko signifikan yang potensial.
5) Menentukan bagaimana respon terhadap risiko.
Penaksiran risiko termasuk mempertimbangkan bagaimana
risiko sebaiknya diatur entah itu diterima, dihindari, dikurangi,
ataupun dibagi.
c. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan dalam
penaksiran risiko untuk mencapai tujuan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:151), ada empat
poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Mempertimbangkan berbagai jenis kecurangan (fraud).
Penaksiran kecurangan mempertimbangkan pelaporan yang
curang, kemungkinan kehilangan aset, dan korupsi yang
bisa terjadi.
2) Menaksir dorongan dan tekanan.
Dorongan dan tekanan biasanya dihasilkan dari lingkungan
pengendalian. Hal ini dapat merupakan pengaruh yang potensial
untuk risiko kecurangan.
3) Menaksir kesempatan.
Kesempatan mengacu pada kemampuan untuk sebenarnya
memperoleh, menggunakan, atau membuang aset, yang
mungkin disertai dengan perubahan pencatatan entitas.
Kesempatan diciptakan oleh aktivitas pengendalian dan
pengawasan yang lemah, pengawasan manajemen yang buruk,
dan penolakan kontrol manajemen.
4) Menaksir perilaku dan rasionalisasi.
Penaksiran risiko kecurangan mempertimbangkan bagaimana
manajemen dan personel lainnya mungkin terlibat dalam dan
membenarkan tindakan yang salah.
d. Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan-perubahan yang
bisa berpengaruh pada sistem pengendalian internal secara
signifikan.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:159), terdapat 3
poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, antara lain:
1) Menaksir perubahan dalam lingkungan eksternal.
regulasi, ekonomi, dan lingkungan fisik di mana entitas
beroperasi.
2) Menaksir perubahan dalam model bisnis.
Organisasi mempertimbangkan pengaruh potensial dari jenis
bisnis baru, secara dramatis mengubah komposisi dari jenis
bisnis yang telah ada, memperoleh atau melepaskan operasi
bisnis pada sistem pengendalian internal, pertumbuhan yang
cepat, perubahan dalam geografi asing, dan teknologi baru.
3) Menaksir perubahan dalam kepemimpinan.
Organisasi mempertimbangkan perubahan dalam manajemen
dan tindakan masing-masing dan filosofi dalam sistem
pengendalian internal.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah tindakan menetapkan kebijakan dan
prosedur untuk membantu menjamin bahwa perintah manajemen untuk
mengurangi risiko dalam rangka pencapaian tujuan dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian dilaksanakan di semua level entitas dan pada
berbagai tingkatan dalam proses bisnis, dan berakhir di lingkungan
teknologi. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway
Commission (COSO) (2013:57-58), terdapat tiga prinsip yang
berhubungan dengan aktivitas pengendalian, antara lain:
a. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian
pada level yang dapat diterima.
Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework
(2013:166), terdapat enam poin penting yang berkaitan dengan
prinsip ini, yaitu:
1) Mengintegrasikan dengan penaksiran risiko.
Aktivitas pengendalian membantu menjamin bahwa respon
risiko yang menyebut dan mengurangi risiko dilakukan.
2) Mempertimbangkan faktor spesifik entitas.
Manajemen mempertimbangkan bagaimana lingkungan,
kompleksitas, alam, dan bidang operasi, maupun karakteristik
organisasi yang spesifik mempengaruhi pemilihan dan
pengembangan aktivitas pengendalian.
3) Menetapkan proses bisnis yang relevan.
Manajemen menetapkan proses bisnis yang relevan yang
memerlukan aktivitas pengendalian.
4) Mengevaluasi campuran tipe pengendalian internal.
Aktivitas pengendalian termasuk susunan dan berbaga
pengendalian dan mungkin termasuk suatu keseimbangan untuk
mengurangi risiko, mempertimbangkan kontrol secara manual
ataupun otomatisasi, dan kontrol pencegahan dan detektif.
5) Mempertimbangkan pada level apa aktivitas diterapkan.
Manajemen mempertimbangkan aktivitas pengendalian pada
6) Adanya pemisahan tugas.
Manajemen melakukan pemisahan tugas antara tugas-tugas yang
berpotensi untuk terjadinya kecurangan. Tugas-tugas yang
biasanya dipisahkan adalah fungsi otorisasi, fungsi pemegang
harta, dan fungsi pencatat.
b. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian
yang umum melalui teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan.
Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework
(2013:178), terdapat empat poin penting yang berkaitan dengan
prinsip ini, yaitu:
1) Menentukan ketergantungan antara kegunaan teknologi dalam
proses bisnis dan teknologi dalam pengendalian umum.
Manajemen memahami dan menetapkan ketergantungan dan
hubungan antara proses bisnis, aktivitas pengendalian yang
otomatis, dan pengendalian teknologi secara umum.
2) Menetapkan infrastruktur teknologi aktivitas pengendalian yang
relevan.
Manajemen memilih dan mengembangkan aktivitas
pengendalian melalui infrastruktur teknologi yang didesain dan
diimplementasikan untuk membantu menjamin kelengkapan,
3) Menetapkan aktivitas pengendalian dalam proses keamanan
manajemen yang relevan.
Manajemen memilih dan mengembangkan aktivitas
pengendalian yang didesain dan diimplementasikan untuk
membatasi hak akses atas teknologi untuk mengotorisasi
pengguna yang sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan mereka
dan untuk melindungi aset entitas dari ancaman eksternal.
4) Menetapkan proses akuisisi, pengembangan, dan pemeliharaan
aktivitas pengendalian yang relevan.
Manajemen memilih dan mengembangkan aktivitas
pengendalian melalui akuisisi, pengembangan, dan
pemeliharaan teknologi dan infrastruktur untuk mencapai tujuan
manajemen.
c. Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan
yang menetapkan apa yang diharapkan dan prosedur yang
memasukkan kebijakan dalam tindakan.
Menurut COSO (2013:184-185), terdapat enam poin penting yang
berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk mendukung
penyebaran arahan manajemen.
Manajemen menetapkan aktivitas pengendalian yang dibangun
menjadi proses bisnis dan aktivitas karyawan sehari-hari melalui
dengan prosedur yang relevan.
2) Menetapkan tanggung jawab untuk pelaksanaan kebijakan dan
prosedur.
Manajemen menetapkan tanggung jawab untuk aktivitas
pengendalian dengan manajemen unit bisnis atau fungsi yang
memiliki risiko yang relevan.
3) Melaksanakan dalam cara yang tepat waktu.
Tanggung jawab personel melaksanakan aktivitas pengendalian
dalam cara yang tepat waktu didefinisikan dengan kebijakan dan
prosedur.
4) Mengambil tindakan perbaikan.
Tanggung jawab personel menginvestigasi dan bertindak dalam
persoalan yang diidentifikasi sebagai hasil pelaksanaan aktivitas
pengendalian.
5) Pelaksanaan menggunakan personel yang kompeten.
Personel yang kompeten dengan otoritas yang cukup
melaksanakan aktivitas pengendalian dengan rajin dan fokus
terus-menerus.
6) Menaksir kembali kebijakan dan prosedur.
Manajemen secara periodik mereview aktivitas pengendalian
untuk menetapkan keberlangsungan yang relevan dan
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dibutuhkan entitas untuk melakukan tanggung jawab
pengendalian internal untuk mendukung pencapaian tujuan. Manajemen
menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas
dari sumber eksternal dan internal untuk mendukung fungsi dari
pengendalian internal. Komunikasi merupakan proses yang berulang
untuk menyediakan, membagi, dan menghasilkan kebutuhan informasi.
Komunikasi internal adalah informasi yang disebarkan dalam seluruh
organisasi, ke atas, ke bawah, dan semua entitas. Sedangkan komunikasi
eksternal ada dua macam, yaitu memungkinkan datangnya komunikasi
dari informasi eksternal yang relevan dan menyediakan informasi untuk
pihak eksternal dalam reaksi sebagai keperluan dan ekspektasi. Menurut
Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission
(COSO) (2013:58), ada tiga prinsip yang berkaitan dengan informasi dan
komunikasi, yaitu:
a. Organisasi menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan
dan berkualitas untuk mendukung fungsi pengendalian internal.
Menurut COSO (2013:193), terdapat lima poin penting yang
berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Mengidentifikasi keperluan informasi.
Suatu proses untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan
dan diharapkan untuk mendukung fungsi komponen lain dari
2) Mendapatkan sumber data internal dan eksternal.
Sistem informasi menangkap sumber data internal dan eksternal.
3) Memproses data yang relevan menjadi informasi.
Sistem informasi memproses dan mentransformasi data yang
relevan menjadi informasi.
4) Memelihara kualitas melalui pemrosesan.
Sistem informasi memproduksi informasi yang tepat waktu,
sekarang, akurat, lengkap, dapat diakses, dilindungi, dan dapat
diverifikasi dan dipelihara. Informasi direview untuk
relevansinya dalam mendukung komponen pengendalian
internal.
5) Mempertimbangkan biaya dan manfaat.
Sifat, jumlah, dan ketelitian dalam mengkomunikasikan
informasi disetarakan dan mendukung pencapaian tujuan.
b. Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi, termasuk
tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal yang
diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian internal.
Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:201), terdapat
empat poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:
1) Mengkomunikasikan informasi pengendalian internal.
Suatu proses untuk mengkomunikasikan informasi yang
dibutuhkan untuk memampukan seluruh personel memahami