PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPEJIGSAWDENGAN TIPEMAKE A MATCHPADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA
DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ONANRUNGGU TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013
Oleh :
Hiarohana Pakpahan NIM 409141035
Program Studi Pendidikan Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPE
RATIF TIPE JIGSAWDENGAN TIPEMAKE A MATCH PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA
MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ONANRUNGGU T.P 2012/2013
Hiarohana Pakpahan (NIM 409141035) ABSTRAK
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model Jigsawdan Make A Matchmengenai Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia di Kelas XI SMA N 1 Onanrunggu Tahun Pembelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah seluruh populasi. Kelas eksperimen pertama berjumlah 40 siswa dan kelas eksperimen kedua berjumlah 38 siswa yang ditentukan dengan cara random. Kelas pertama dengan menggunakan model Jigsaw dan kelas yang kedua dengan menggunakan modelMake A Match.
Hasil belajar yang diperoleh dari tes menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia dengan menggunakan model Jigsaw dengan yang menggunakan model Make A Match. Skor rata-rata kelas eksperimen pertama adalah 80, standard deviasi = 8 dan skor rata-rata kelas eksperimen kedua adalah 75,15; standard deviasi = 7,153. Perbedaan peningkatan hasil belajar siswa sebesar 0,52% lebih tinggi di kelas yang menggunakan model Make A Match daripada kelas yang menggunakan model Jigsaw. Selain itu ditemukan juga bahwa ada perbedaan peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 0,52 lebih tinggi di kelas yang menggunakan model Jigsaw(80,52) daripada kelas yang menggunakan modelMake A Match(80).
Uji prasyarat analisis data menunjukkan bahwa data hasil penelitian berdistribusi normal dan kedua kelas sampel memiliki kesamaan varians (homogen). Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji t menghasilkan thitung=
2,82 dan ttabel=1,92 dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan kriteria Ho
diterima jika – t1 – ½ < t < t1 - ½ , maka penelitian ini menolak Ho dan
menerima Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
siswa yang diajar dengan modelJigsaw dengan modelMake A Matchpada materi Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Onanrunggu Tahun Pembelajaran 2012/2013.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Abstract iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 5
1.3 Batasan Masalah 5
1.4 Rumusan Masalah 5
1.5 Tujuan Penelitian 6
1.6 Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Kerangka Teoritis 7
2.1.1 Pengertian Belajar 7
2.1.2 Hasil Belajar Siswa 7
2.1.3 Aktivitas Belajar Siswa 8
2.2 Pembelajaran Kooperatif 9
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif 9
2.2.2 Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Kooperatif 9
2.2.3 Ciri-Ciri dan Unsur Pembelajaran Kooperatif 10
viii
2.3 Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw 12
2.3.1 Langkah-Langkah Model Kooperatif TipeJigsaw 12
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Model KooperatifJigsaw 14
2.4 Pembelajaran Kooperatif TipeMake A Match 15
2.5 Pokok Bahasan Sistem Pencernaan pada Manusia 17
2.6 Kerangka Konseptual 27
2.7 Hipotesis Penelitian 28
BAB III METODE PENELITIAN 30
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 30
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 30
3.3 Variabel Penelitian 30
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian 30
3.5 Prosedur Penelitian 32
3.6 Instrumen Penelitian 34
3.7 Uji Instrumen Penelitian 37
3.7.1 Validitas Tes 37
3.7.2 Reliabilitas Tes 38
3.7.3 Taraf Kesukaran Soal 39
3.7.4 Daya Beda 39
3.8 Analisis dan Pengolahan Data 40
3.8.1 Uji Normalitas 40
3.8.2 Uji Homogenitas 41
3.8.3 Uji Hipotesis 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43
4.1 Hasil Penelitian 43
4.2 Uji Prasyaratan Analisis Data 47
ix
4.4 Pembahasan 49
4.4.1 Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Sistem Pencernaan
Makanan Manusia di Kelas XI IPA-2 dengan ModelJigsaw 49
4.4.2 Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Sistem Pencernaan
Makanan Manusia di Kelas XI IPA-1 dengan Model Make
A Match 50
4.4.3 Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Sistem Pencer
naan Makanan Manusia di Kelas XI IPA-2 dengan Model
Jigsaw 50
4.4.4. Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Sistem Pencer
naan Makanan Manusia di Kelas XI IPA-1 dengan Model
Make A Match 51
4.4.5 Perbedaan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa di Kelas
dengan Model Jigsawdengan Kelas ModelMake A Match 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54
5.1. Kesimpulan 54
5.2. Saran 54
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ilustrasi KelompokJigsaw 14
Gambar 2.2 Organ-organ Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia 18
Gambar 2.3 Jenis-Jenis Gigi 20
Gambar 2.4 Letak Kelenjar Ludah di Dalam Rongga Mulut 21
Gambar 2.5. Bagian-Bagian Lambung 22
Gambar 2.6 Hati dan Pankreas 23
Gambar 2.7 Usus Halus 25
Gambar 2.8 Usus Besar Manusia dan Bagiannya 25
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus 57
Lampiran 2. RPP KelasJigsaw 58
Lampiran 3. RPP KelasMake A Match 65
Lampiran 4. Soal Instrumen Penelitian Awal 71
Lampiran 5. Kunci Jawaban 83
Lampiran 6. Soal Pretes 84
Lampiran 7. Kunci Jawaban Pretes 90
Lampiran 8. Soal Postes 91
Lampiran 9. Kunci Jawaban Postes 98
Lampiran 10. Perhitungan Validitas Butir Soal 99
Lampiran 11. Perhitungan Realibilitas Butir Soal 101
Lampiran 12. Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal 102
Lampiran 13. Perhitungan Daya Beda Soal 104
Lampiran 14. Keterangan Uji Instrumen 106
Lampiran 15. Data Hasil Belajar Siswa KelasJigsaw 108
Lampiran 16. Rata-rata, Standart Deviasi dan Varians Nilai Pretes
dan Postes KelasJigsaw 110
Lampiran 17. Data Hasil Pretes dan Postes Siswa Kelas MAM 112
Lampiran 18. Rata-rata, Standart Deviasi dan Varians Nilai Pretes
dan Postes Kelas Make A M atch 114
Lampiran 19. Perhitungan Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siswa 116
Lampiran 20. Observasi Aktivitas Siswa KelasJigsawPertemuan I 117
Lampiran 21. Observasi Aktivitas Siswa KelasJigsawPertemuan II 119
Lampiran 22. Hasil Observasi Aktivitas Siswa KelasJigsaw 121
Lampiran 23. Observasi Aktivitas Siswa KelasMake A MatchPada
Pertemuan I 122
Lampiran 24. Observasi Aktivitas Siswa KelasMake A MatchPada
xiii
Lampiran 25. Hasil Observasi Aktivitas Siswa KelasJigsaw 125
Lampiran 26. Uji Normalitas 126
Lampiran 27. Uji Homogenitas 128
Lampiran 28. Uji Hipotesis 131
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting
dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi baik sebagai
individu maupun sebagai masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya di Indonesia, maka kegiatan proses belajar mengajar di sekolah juga
harus ditingkatkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing,
pelatih dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana
belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik,
memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif,
dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya. Guru
yang profesional merupakan salah satu faktor penentu proses pendidikan yang
berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, mereka harus mampu
menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan
kaidah-kaidah guru yang profesional.
Rendahnya kualitas pendidikan saat ini merupakan indikasi perlunya
keberadaan guru profesional. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas
menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki interest yang kuat untuk
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kaidah-kaidah profesionalisme guru yang
dipersyaratkan. Guru dalam era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini
bukan hanya sekedar mengajar (transfer of knowleadge) tetapi harus menjadi
manajer dalam kegiatan belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru
diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan
aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode dan
multinarasumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan (Rusman,
2011).
Mata pelajaran biologi adalah salah satu dari mata pelajaran IPA yang
2
terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari serangkaian proses ilmiah,
dimana dalam mempelajari mata pelajaran biologi diperlukan pengajaran efektif
dan efesien untuk memahami setiap materi pelajaran biologi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1
Onanrunggu, guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam kegiatan
belajar mengajar. Kecenderungan penggunaan metode ceramah dapat
menyebabkan siswa kurang aktif dalam belajar biologi. Banyak siswa yang hanya
pendengar saja tanpa ada interaksi timbal balik dengan guru sehingga membuat
proses belajar tersebut terasa membosankan. Beberapa siswa tidak berani
bertanya ketika ada materi yang tidak dipahami, sehingga pertanyaannya yang
tidak terjawab akhirnya membuat siswa tersebut tidak semangat dan kurang
berminat untuk mempelajari materi selanjutnya dan akhirnya semakin banyak
materi yang tidak dipahami, bahkan banyak siswa yang mengaku tidak suka mata
pelajaran biologi karena suasana belajar yang monoton. Dari KKM yang
ditentukan yaitu nilai 70, rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 65.
Rendahnya hasil belajar siswa tidak hanya disebabkan karena metode atau
sistem pengajaran yang monoton tetapi juga disebabkan oleh beberapa faktor lain
diantaranya: kurangnya minat membaca siswa, kurangnya variasi buku panduan
yang dimiliki serta sarana dan prasarana yang sangat terbatas, adanya perbedaan
daya tangkap siswa, kurangnya tenaga pendidik (guru) yang mengajar di sekolah
sehingga banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya termasuk di
sekolah tempat pelaksanaan penelitian dan masih banyak faktor lainnya.
Sudjana (2009) menyatakan bahwa dalam kegiatan proses belajar
mengajar, penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan,
setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil
belajar. Pendidikan tidak berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga kepada
proses. Oleh sebab itu, penilaian terhadap hasil dan proses belajar harus
dilaksanakan secara seimbang. Penilaian terhadap hasil belajar semata-mata tanpa
menilai proses cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing hitam kegagalan
pendidikan. Padahal tidak mustahil kegagalan siswa itu disebabkan oleh
3
Penilaian proses belajar mengajar juga harus memperthatikan sejauh mana
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat
dilihat dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam
pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha mencari berbagai informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melatih diri dalam memecahkan soal
atau masalah, dan lain sebagainya.
Di lain pihak, pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila
perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus hasil dari proses belajar
mengajar yang dialaminya. Setidak-tidaknya apa yang dicapai oleh siswa
merupakan hasil dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan
yang dirancang dan dilaksanakan guru dalam proses mengajarnya.
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu ditelaah kembali proses
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah. Pentingnya
aktivitas siswa dalam PBM hendaknya menjadi perhatian khusus bagi guru,
karena guru wajib membimbing kegiatan belajar siswa sehingga mau aktif.
Model-model yang ada di lingkungan senantiasa memberikan rangsangan kepada
peserta didik yang membuat peserta didik memberikan tindak balas jika
rangsangan tersebut terkait dengan keadaan peserta didik (Suprijono, 2010).
Salah satu pendekatan yang menekankan efektivitas dari peserta didik
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran dengan model
Jigsaw membantu siswa lebih aktif dan melatih siswa untuk dapat bekerja sama
dengan siswa lain dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi serta dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Qudsyi, Hazhira dkk
(2011), peneliti menyarankan pada para guru untuk menggunakan model
kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran tertentu yang memiliki sub bagian
pembahasan yang banyak untuk meningkatkan efektifitas dan mempermudah guru
dalam memberikan pemahaman materi kepada siswa. Para siswa dituntut untuk
4
kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan akademik, melatih
keterampilan berbicara, sekaligus menanamkan moralitas siswa.
Beberapa penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsawmenunjukkan hasil yang cukup memuaskan dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kristiani (2011)
menunjukkan hasil yang memuaskan dalam peningkatan hasil belajar siswa,
bahkan siswa yang semula tidak tuntas dalam pembelajaran Geografi dapat
mencapai ketuntasan 100%.
Selain model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, tipe Make A Match
(MAM) juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif
dalam kelas. Make A Match adalah kegiatan belajar untuk mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya. Siswa yang dapat
mencocokkan kartunya akan diberi point dan yang tidak berhasil mencocokkan
kartunya akan diberi hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama.
Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan ruangan kelas juga perlu ditata
sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012), hasil belajar
siswa dengan menggunakan Make A Match mengalami peningkatan rata-rata
41%. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Ningsih (2010), dimana nilai
siswa meningkat sebesar 47%. Selain itu, hasil penelitian Ayu (2010) dengan
menggunakan proses pembelajaran cooperatif learning tipe Make A Match juga
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang relatif lebih tinggi dan
meningkat secara signifikan pada materi pembelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi padahal sebelum melakukan penelitian, kelas yang diteliti dengan
kelas kontrol memiliki tingkat penguasaan materi yang relatif sama.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis ingin meneliti bagaimana
pengaruh pembelajaran ini dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar
siswa. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Onanrunggu yang
terletak di kabupaten Samosir karena penerapan pembelajaran dengan
5
pernah dilaksanakan dan diteliti di sekolah ini. Untuk menjawab pertanyaan ini
maka penulis melakukan penelitian dengan judul:“Perbedaan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Tipe Make A Match pada Materi Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia di Kelas XI SMA Negeri 1 Onanrunggu Tahun Pembelajaran 2012/2013.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya minat dan keaktifan siswa untuk belajar biologi.
2. Kurangnya variasi buku panduan biologi yang dimiliki serta sarana dan
prasarana yang sangat terbatas.
3. Pemilihan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
4. Hasil belajar biologi siswa terutama pada materi sistem pencernaan makanan
pada manusia yang cenderung rendah.
1. 3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang mempengaruhi hasil belajar siswa, maka
penulis membatasi masalah yang akan diteliti hanya pada perbedaan hasil belajar
dan aktivitas belajar siswa yang menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw
dengan tipeMake A Match (MAM)pada materi Sistem Pencernaan Makanan pada
Manusia di Kelas XI SMA Negeri 1 Onanrunggu Tahun Pembelajaran 2012/2013.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
model kooperatif tipe Jigsaw pada materi Sitem Pencernaan Makanan pada
Manusia di kelas XI SMA Negeri 1 Onanrunggu Tahun Pembelajaran
6
2. Bagaimana hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
model kooperatif tipeMake A Matchpada materi Sitem Pencernaan Makanan
pada Manusia di kelas XI SMA Negeri 1 Onanrunggu Tahun Pembelajaran
2012/2013?
3. Apakah ada perbedaan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan
menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dengan tipe Make A Match pada
Materi Sitem Pencernaan Makanan pada Manusia di kelas XI SMA Negeri 1
Onanrunggu Tahun Pembelajaran 2012/2013?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsawpada materi Sitem
Pencernaan Makanan pada Manusia di kelas XI SMA Negeri 1 Onanrunggu
Tahun Pembelajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeMake A Matchpada materi
Sitem Pencernaan Makanan pada Manusia di kelas XI SMA Negeri 1
Onanrunggu Tahun Pembelajaran 2012/2013.
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan
model menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdengan tipe Make
A Match pada materi Sitem Pencernaan Makanan pada Manusia di kelas XI
SMA Negeri 1 Onanrunggu Tahun Pembelajaran 2012/2013.
1.6. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi guru, untuk dapat meningkatkan strategi mengajar dengan menggunakan
model kooperatif tipeJigsaw danMake A Matchpada saat mengajar di kelas.
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
3. Menjadi bahan perbandingan dan sebagai sumbangan pemikiran bagi
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw pada materi Sitem Pencernaan Makanan pada Manusia di
kelas XI SMA Negeri 1 Onanrunggu tahun pembelajaran 2012/2013
adalah rata-rata 80 dan aktivitas belajar siswa adalah rata-rata 80.
2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipeMake A Matchpada materi Sitem Pencernaan Makanan pada Manusia
di kelas XI SMA Negeri 1 Onanrunggu tahun pembelajaran 2012/2013
adalah rata-rata 75,16 dan aktivitas belajar siswa adalah rata-rata 80,52.
3. Perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe
Jigsaw dengan tipe Make A Match pada Materi Sitem Pencernaan
Makanan pada Manusia di kelas XI SMA Negeri 1 Onanrunggu Tahun
Pembelajaran 2012/2013 adalah rata-rata sebesar 4,84 lebih tinggi di kelas
Jigsawdan rata-rata persentase aktivitas belajar 0,52 lebih tinggi di kelas
Make A Match.
5.2. Saran
1. Untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, guru dapat
menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw dan tipe Make A Match
pada materi lain yang sesuai dengan model tersebut supaya meningkatkan
rasa tanggung jawab, kerja sama dan juga komunikasi yang baik antar
siswa selain untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Bagi peneliti lain perlu lagi meneliti pelaksanaan dan pengembangan
model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw dan tipe Make A Match agar
55
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.
Ayu, S.P., Rohendi, D., dan Waslaluddin., (2010), Penerapan Cooperative Learning Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, Pendidikan Ilmu Komputer UPI,08: 15-18.
Dimyati dan Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Hamalik, O., (2011), Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Istarani., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Media Persada, Medan.
Kristiani, A.W., (2011), Efektivitas Metode Jigsaw dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Pelajaran Geografi, Jurnal Pendidikan Penabur, 16: 55-64.
Ningsih, W., (2010), Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match (MAM) dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sistem Ekskresi Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gebang Tahun Pembelajaran 2009/2010., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Priadi, A., (2010),Biologi SMA Kelas XI,Penerbit Yudhistira, Jakarta.
Priadi, A dan Silawati, T., (2007), Sains Biologi SMA Kelas XI, Penerbit Yudhistira, Jakarta.
Putri, D.H., (2012),Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make A Match dan Peta Konsep pada Materi Ruang Lingkup Biologi di Kelas X SMA Negeri 1 Simpang Empat Asahan Tahun Pembelajaran 2011/2012, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Rusman., (2011), Model-Model Pembelajaran, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
56
Pembelajaran 2010/2011, (Skripsi), Jurusan Biologi FMIPA UNIMED, Medan.
Sudjana, N., (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Suprijono, A., (2012), Cooperatif Learning, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Trianto., (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit Prenada Media, Jakarta.
Qudsyi, H., Indriaty, L., Herawati, Y., Saifullah., Khaliq, I., Setiawan, J., (2011), Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA, Proyeksi 6: 34-49.