DUKUN PATAH BAWANG PENGOBATAN TRADISIONAL
MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA PANAH
KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
LISA CARSELA BR.S
NIM. 309122034
PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Lisa Carsela Sembiring, NIM : 309122034, Dukun Patah Bawang Pengobatan Tradisional Masyarakat Karo di Desa Tiga Panah Kabupaten Karo, Skripsi. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2013.
Inti dari penelitian ini adalah dukun patah bawang masih tetap bertahan dan eksis hingga sekarang di kalangan masyarakat Karo walaupun sudah terdapat pengobatan medis yang sudah modern dan menggunakan teknologi yang canggih. Namun pada kenyataannya masyarakat Karo lebih mempercayai pengobatan tradisional yang merupakan warisan budaya yang telah ada sejak dulu kala dalam upaya pemeliharaan kesehatan.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah pengobatan Dukun Patah Bawang, ramuan dan alat yang digunakan dalam proses pengobatan, proses ataupun cara pengobatan serta faktor
– faktor yang menyebabkan masih bertahannya pengobatan tradisional Dukun Patah Bawang.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap dukun patah tulang, pasien, keluarga dukun patah tulang serta masyarakat yang mengetahui pengobatan tradisional patah tulang maka penelitian ini memberikan suatu gambaran pengobatan patah tulang mayarakat Karo.
Melalui keterampilan mengurut disertai adanya pemberian ramuan khusus dukun patah tulang dapat menyatukan kembali tulang pasien yang telah patah. Selain itu, ada beberapa faktor yang membuat Dukun Patah bawang masih dapat bertahan hingga sekarang yakni biaya lebih murah, adanya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dukun, dan proses penyembuhan yang resikonya lebih rendah dibandingkan pengobatan medis yang dilakukan melalui operasi.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur terlebih dahulu penulis panjatkan kepada Tuhan
yang Maha Esa karena atas berkatnya yang tidak terhingga, akhirnya skripsi yang
berjudul Dukun Patah Bawang : Pengobatan Tradisional Masyarakat Karo di
Desa Tiga Panah Kabupaten Karo dapat terselesaikan. Tulisan ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
didalamnya, hal ini tentunya disebabkan karena segala keterbatasan yang dimiliki
oleh penulis baik material maupun non material. Penulis berharap kiranya tulisan
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya telah melibatkan begitu banyak
pihak. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
- Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
- Bapak Dr. H. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
- Ibu Puspitawati M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan
Antropologi.
- Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari MS selaku Dosen Pembingbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
- Bapak – bapak dan ibu – ibu dosen Prodi Pendidikan Antropologi yang
telah membekali, membingbing, dan mengarahkan selama mengikuti
perkuliahan dan juga selama penyelesaian skripsi ini.
- Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Bapak Sinuhaji
selaku pengobat tradisional (dukun patah tulang) beserta keluarga, para
pasien yang sedang menjalani proses pengobatan, dan seluruh
masyarakat Desa Tiga Panah yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
- Afril, Apri, Devi, Iman, selaku kawan – kawan seperjuangan yang
selalu memerikan kata – kata semangat serta rekan – rekan stambuk
2009 Prodi Pendidikan Antropologi.
Teristimewa buat Ayahandaku Darwin Sembiring dan Ibundaku Marlina
Br. Barus yang tiada pernah letih bekerja dan berdoa siang dan malam untuk
selesainya studi penulis, serta buat adik dan kakakku tercinta (Achy dan K’Uwo),
tawa kalian adalah penyemangatku.
Semoga segala kerja keras dalam penyelesaian skripsi ini dapat
memberikan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak. Amin
Medan, Agustus 2013
Penulis
iv
2.2.4. Pengobatan Tradisional Masyarakat Karo ... 18
2.2.5. Jenis Pengobatan Tradisional Di Indonesia ... 20
2.3. Kerangka Teori ... 22
v
BAB III. METODE PENELITIAN ... 26
3.1.Lokasi Penelitian ... 26
3.2.Metode Penelitian ... 26
3.3.Subjek Dan Objek Penelitian ... 27
3.4.Teknik Pengumulan Data ... 28
3.4.1. Observasi (Pengamatan) ... 28
3.4.2. Interview (Wawacara) ... 29
4.2. Sejarah Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Karo ... 40
4.3. Pengobatan Tradisional Karo ... 45
4.4. Sejarah Pengobatan Tradisional Dukun Patah Bawang ... 49
4.5. Alat-Alat Serta Ramuan Yang Digunakan ... 56
4.5.1. Alat Yang Digunakan ... 56
4.5.2. Ramuan Yang Digunakan ... 60
4.6. Proses Pengobatan Patah Tulang ... 71
4.7. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Masih Bertahannya Pengobatan Dukun Patah Bawang ... 80
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101 5.1. Kesimpulan ... 101
5.2. Saran ... 102
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas wilayah menurut penggunaan lahan ………..34
Tabel 2. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin ………...……35
Tabel 3. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok usia ……….…35
Tabel 4. Komposisi penduduk berdasarkan agama……… ..36
Tabel 5. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian ………....38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengobat Tradisional ……….51
Gambar 2. Curu – curu ………...57
Gambar 3. Minak urut yang dipakai untuk mengobati pasien ………61
Gambar 4. Tawar yang harus dimakan oleh pasien ………67
Gambar 5. Cairan yang digunakan untuk tulang patah ………...69
Gambar 6. Pasien yang mengalami patah tulang dibagian lengan …………..72
Gambar 7. Ramuan yang digunakan untuk mengobati luka terbuka………....73
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hampir setiap komunitas masyarakat mempunyai pengetahuan yang
diturunkan secara turun – temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya,
dikembangkan dan dilestarikan dengan cara – cara yang tradisional. Masyarakat
dalam mengembangangkan pengetahuannya selalu dipengaruhi oleh alam
lingkungan dimana mereka bertempat tinggal.
Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut sering merupakan
pengetahuan yang sangat dasar, berasal dari pengalaman kehidupan sehari – hari
dan pada umumnya ditandai dengan satu ciri yaitu “ tradisional “ yang nampak
dari bahan serta alat – alat yang digunakan. Dengan menggunakan cara “ coba –
coba “ masyarakat tradisional memanfaatkan sumber daya biologis yang ada di
sekitar lingkungan tempat tinggal mereka dan mengembangkan pengetahuannya
untuk menunjang dan mempertahankan kelangsungan hidup mereka.
Suku Karo sebagaimana suku – suku lainnya juga memiliki pengetahuan
tersendiri. Masyarakat Karo merupakan salah satu komunitas masyarakat yang
berdiam di daerah Kabupaten Karo. Masyarakat Karo sebagaimana komunitas
masyarakat lain juga memiliki pengetahuan yang menjadi ciri khas tersendiri,
2 beberapa ciri yang menandakan masyarakatnya Karo adalah adanya satu
bahasayang sama, memiliki kebudayaan yang sama sehingga disebut kebudayaan
Karo, pada zaman dulu memiliki satu kepercayaan yang sama, terdiri atas lima
merga, dan memiliki wilayah serta rakyat yang secara emosional terikat satu sama
lainnya.
Adapun kebudayaan Karo setelah masuknya pengaruh Islam dan Kristen
kepada masyarakat Karo yang berdiam di Tanah Karo hanya sedikit memberikan
pengaruh bagi masyarakat Karo. Setelah masuknya agama Islam, Protestan dan
Khatolik yang merupakan suatu kebudayaan baru bagi masyarakat Karo ternyata
masih banyak masyarakat Karo yang sekalipun telah memeluk agama masih tetap
percaya dan terikat terhadap kepercayaan tradisionalnya.
Dahulu ketika ada anggota keluarga yang jatuh sakit, maka akan
diipanggil Guru Sibaso (dukun) untuk mengobatinya. Proses penyembuhan akan
dilakukan melalui ritual erpangir kul lau (berlangir ke sungai) untuk
menghilangkan segala penyakit yang ada dalam tubuh orang yang sakit.
Sekarang ritual erpangir ku lau sudah jarang dilakukan oleh masyarakat
Karo, akan tetapi ketika ada anggota keluarga yang sakit masyarakat Karo masih
tetap saja melakukan perobatan kepada dukun. Walaupun sudah terdapat beberapa
pelayanan medis namun masyarakat Karo lebih memilih pengobatan tradisional.
Desa Tiga Panah merupakan salah satu desa yang masyarakatnya sebagian
besar terdiri dari masyarakat Karo. Hampir seluruh masyarakat Karo yang
3 masing – masing. Terdapat puskesmas dan poliklinik sebagai salah satu pelayanan
kesehatan masyaakat, namun terdapat juga pengobatan tradisional yang dijadikan
sebagai pengobatan utama oleh sebagian masyarakat maupun dijadikan
pengobatan alternatif oleh sebagian masyarakat lain.
Masuknya berbagai agama ternyata tidak membawa perubahan yang besar
terhadap kepercayaan pemena dikalangan masyarakat Karo. Kata pemena berarti
asli yang berasal dari kata bena yang berarti awal atau yang pertama (asli). Agama
pemena sendiri merupakan kepercayaan asli pertama masyarakat Karo sebelum
masuknya pengaruh agama baru seperti Islam, Protestan, dan Khatolik.
Bagi masyarakat Karo penyakit merupakan salah satu bentuk persepsi
budaya yang dianut oleh masyarakatnya, sehingga ketika penyakit datang
dimaknai sebagai gangguan hidup. Penyakit timbul dikarenakan adanya
ketidakseimbangan unsur – unsur kesatuan bersama yang terdiri dari kula (tubuh),
tendi (jiwa), pusuh peraten (perasaan), kesah (nafas), dan ukur (pikiran). Selain
itu penyakit juga bisa disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara unsur
– unsur kesatuan bersama dengan lingkungan alam, kesatuan sosial dan dunia
gaib.
Ketika ada anggota keluarga yang jatuh sakit, maka proses penyembuhan
biasanya dilakukan oleh seorang dukun yang mampu mendeteksi dan
mendiagnosa penyebab keadaan sakit atau keadaan tidak seimbang dalam diri
individu (pasien). Selanjutnya dukun akan menentukan jenis obat – obat yang
4 Masyarakat Karo menganggap bahwa dukun adalah orang yang dianggap
memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan dan kejadian yang
dialami oleh manusia. Salah satu kejadian yang dialami manusia ialah masalah
sakit – penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam diri
seseorang maupun dari lingkungannya. Untuk menyembuhkannya, maka
masyarakat Karo melakukan proses pengobatan yang dilakukan oleh seorang
dukun. Hal ini dikarenakan dukun yang memiliki peranan untuk mengembalikan
keseimbangan orang yang sakit.
Pengobatan tradisional Karo terdiri dari berbagai jenis pengobatan
tradisional seperti oukup, dukun patahdan lain – lain. Dukun patah merupakan
salah satu dari sekian banyak pengobatan Karo yang masih tetap eksis hingga
sekarang. Selain itu pengobatan tradisional dukun patah Karo tidak hanya berada
di pedesaan saja, tapi juga sudah banyak terdapat di kota.
Dukun Patah Bawang merupakan salah satu pengobatan tradisional patah
tulang yang berada di desa Tiga Panah.Posisinya tepat berada di pinggir jalan
besar sehingga memudahkan pasien dan masyarakat untuk melakukan perobatan
ke tempat tersebut.
Desa Tiga Panah dalam observasi awal menunjukkan bahwa praktik
pengobatan tradisional dukun patah bawang masih tetap diminati oleh masyarakat.
Informasi tersebut diperoleh dari beberapa informan yang telah mengenal dan
mengetahui pengobatan tradisional bahkan ada juga yang telah merasakan
5 Berdasarkan uraian tersebut masih terdapat beberapa pengetahuan
masyarakat yang memiliki peranan penting dalam upaya pemeliharaan kesehatan,
salah satunya adalah pengobatan tradisional patah tulang. Walaupun metode
pengobatan patah tulang yang digunakan sifatnya tidak rasionalistis dan
sistematis, tetapi masih tetap diminati oleh masyarakat hingga sekarang. Oleh
karena itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Dukun
Patah Bawang Pengobatan Tradisional Masyarakat Karo di Desa Tiga
6 1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
penelitian, sebagai berikut :
1. Sejarah Pengobatan Tradisional Dukun Patah Bawang di Desa Tiga Panah.
2. Ramuan dan alat yang digunakan dalam Pengobatan Tradisional Dukun
Patah Bawang di Desa Tiga Panah.
3. Proses Pengobatan Tradisonal Dukun Patah Bawang di Desa Tiga Panah.
4. Eksistensi Pengobatan Tradisional Dukun Patah Bawang di Desa Tiga
Panah.
5. Faktor pendorong masyarakat Karo memilih Pengobatan Tradisional
Dukun Patah Bawang di Desa Tiga Panah.
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian maka perlu diberi batasan – batasan
terhadap masalah yang akan di bahas dan untuk meringankan segala faktor
yang dihadapi seperti waktu, tenaga dan biaya. Tujuannya agar dalam
melaksanakan penelitian terarah, maka penulis membatasi masalah penelitian
ini pada “ Dukun Patah Bawang : Pengobatan Tradisional Masyarakat
7 1.4. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sejarah Pengobatan Tradisional Dukun Patah Bawang di
Desa Tiga Panah?
2. Ramuan dan alat apa saja yang digunakan dalam Pengobatan
Tradisional Dukun Patah Bawang di Desa Tiga Panah?
3. Bagaimana proses Pengobatan Tradisional Dukun Patah Bawang di
Desa Tiga Panah ?
4. Faktor – faktor yang menyebabkan masih bertahannya Pengobatan
Tradisional Dukun Patah Bawang di Desa Tiga Panah.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Sejarah Pengobatan Tradisonal Dukun Patah Tulang Bawang di Desa
Tiga Panah .
2. Ramuan dan alat yang digunakan dalam Pengobatan Tradisional Dukun
Patah Tulang Bawang di Desa Tiga Panah.
3. Proses Pengobatan Tradisional Patah Tulang Bawang di Desa Tiga
Panah.
4. Faktor – faktor yang menyebabkan masih bertahannya pengobatan
8 1.6. Manfaat Penelitian
1. Memperluas wawasa pengtahuan penulis tentang pengobatan tradisional
patah tulang.
2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pengobatan
tradisional patah tulang.
3. Sebagai studi perbandingan bagi penulis lainnya yang bermaksud
melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama.
4. Sebagai penambah perbendaharaan perpustakaan Universitas Negeri
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sejarah pengobatan tradisional dukun patah bawang dimulai dari desa Bawang
dan terus mengalami perkembangan sehingga membuka cabang baru di desa Tiga
Panah. Pengetahuan yang didapat oleh dukun patah diturunkan dari generasi ke
generasi berikutnya.
2. Ramuan yang digunakan oleh pengobatan tradisional dukun patah bawang
terdiri dari tiga ramuan yakni minak urut (minyak kusuk), tawar dan cairan.
Semua bahan – bahan yang akan dijadikan ramuan didapat dari kerangen (hutan). Sementara peralatan yang digunakan ialah curu – curu (bambu), kapas, dan
perban.
3. Proses pengobatan dilakukan dengan cara mengurut yakni menyusun kembali
tulang yang telah patah. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit dan ngilu
maka diberi ramuan. Dalam proses penyembuhan dukun patah tulang
menggunakan tabas – tabas (mantra-mantra) yang diucapkan pada saat meramu
102 4. Faktor – faktor yang menyebabkan masih bertahannya pengobatan tradisional dukun patah bawang diantaranya : a) biaya pengobatan relatif lebih murah
dibandingkan dengan pengobatan medis. b) proses pengobatan lebih aman dan
memiliki resiko yang lebih kecil karena tidak melakukan operasi. c) sikap dukun
patah bawang yang ramah dan bersahabat kepada setiap pasien. d) adanya
kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dukun patah tulang.
5.2. Saran
1. Pengobatan tradisional dukun patah bawang merupakan kebudayaan karo yang
harus dipelihara dan dilestarikan agar tetap dapat bertahan dalam upaya
pemeliharaan kesehatan masyarakat.
2. Tanah karo sebagai dataran tinggi yang memiliki tanah yang subur dan udara
yang sejuk membuat banyak tanaman – tanaman obat dapat tumbuh subur. Oleh karena itu, masyrakat karo harus melestarikan tanaman obat dan
mempergunakannya dengan bijaksana.
3. Diperlukan kerja sama dan hubungan yang baik antara pengobatan tradisional
dengan pengobatan medis agar pelayanan terhadap masyarakat semakin baik dan
resiko pengobatan bagi pasien semakin kecil.
4. Hendaknya pemerintah tidak memandang sebelah mata pengobatan tradisional
dan lebih memperhatikan keberadaan pengobatan tradisional patah tulang agar
103 DAFTAR PUSTAKA
Agoes Azwar dan Jakob T. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia Jilid I
Pengobatan Tradisional. Jakarta : Penerbit EGC
Bangun Tridah, 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta : Inti Idayu Press.
Causey, Andrew. 2003. Danau Toba Pertemuan Wisatawan dengan Batak Toba
di Pasar Suvenir. Medan : Bina Media Perintis.
Dumatubun. 2002. Kebudayaan Kesehatan Orang Papua dalam Antropologi
Kesehatan. Jurnal Antropologi Papua.
Foster Anderson, 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Gintings, E.P, 1999. Religi Karo. Kabanjahe : Abdi Karya.
Ihromi T.O, 2006. Pokok – Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Ilham. 2012. Eksistensi Pengobatan Dukun Patah Tulang pada Masyarakat Gayo
di Desa Gelelungi Kec. Pegasing Kab. Aceh Tengah. Skripsi
Koentjaraningrat, 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian
Rakyat.
Koentjaraningrat. 1982. Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat. Jakarta :
PT. Gramedia
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
104 Prinst Darwan dan Prinst Darwin, 1986. Sejarah dan Kebudayaan Karo. Bandung
: CV. Yrama.
Purba, Jamalludin. 2008. Pengobatan Tradisional Karo (suatu studi pengobatan
patah tulan ). Tesis
Sembiring, Atmaja Pehulisa. 2010. Eksistensi Pengobatan Tradisional Patah
Tulang P. Guru Singa di Jln. Setia Budi Pasar I Tanjung Sari Medan. Skripsi
Sembiring, Sri Alem. 2002. Tabib dalam Masyarakat Karo. Jurnal
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2008. Kapita Selekta Teori – Teori Antropologi
dan Sejarah Sosiologi. Medan : Bina Media Perintis.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wicara.
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R n D. Bandung :
Alfabeta.
SY Pahmi , 2010. Perspektif Baru Antropologi Kesehatan. Jakarta : Gaung
Persada Press.
Tarigan, Filipus. 2003. Determinan Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Dukun
Patah Tulang Bagi Pasien Patah Tulang di Kota Medan Tahun 2003. Skripsi
Tarigan Guntur Henry, 1990. Percikan Budaya Karo. Kabanjahe : Yayasan Merga
105 Sumber lain :
http://www.scribd.com/doc/30972002/Undang-Undang-No-36-Tahun-2009-tentang-Kesehatan. Diakses pada 3 Maret 2013.
http://drwadda.com/p=428. Diakses pada 5 Maret 2013.
http://zona-prasko.blogspot.com/2011/08/pengertian-obat-tradisional.html.
Diakses pada tanggal 5 Maret 2013.
106 Data Informan
1. Nama : Pak Roni Ginting
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : Petani
2. Nama :Pak Damanik
Usia : 35 tahun
Pekerjaan :Wiraswasta
3. Nama :Pak Sehat Tarigan
Usia : 22 tahun
Pekerjaan : Petani
4. Nama : Ibu Emia Ginting
Usia : 42 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Nama : Pak Suranta Sembiring
Usia : 43 tahun
107 6. Nama : Pak Edi Sinuhaji
Usia : 34 Tahun
Pekerjaan : Petani dan dukun patah tulang.
7. Nama : Bernesius Karo – karo
Usia : 32 Tahun
Pekerjaan : Petani
8. Nama : Abil Tarigan
Usia : 35 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
9. Nama : Bervacu Ginting
Usia : 40 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
10. Nama : Dadang
Usia : 37 Tahun
108 Pedoman Wawancara
Untuk pengobat :
1. Bagaimana cara memperoleh pengetahuan tentang pengobatan patah tulang ?
2. Apakah selain menjadi pengobat bapak memiliki pekerjaan lain ?
3. Sejak kapan bapak menjadi pengobat patah tulang ?
4. Apa factor pendorongnya bapak menjadi pengobat patah tulang ?
5. Apa saja jenis patah tulang yang bapak ketahui ?
6. Jenis patah tulang yang bagaimanakah yang bisa bapak tangani ?
7. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengobati pasien yang mengalami
patah tulang ?
8. Apa saja alat yang digunakan selama melakukan proses pengobatan ?
9. Apa saja ramuan yang bapak gunakan untuk mengobati pasien ?
10. Bagaimana cara meramu obat tersebut ?
11. Dari mana bapak memperoleh tanaman obat tersebut ?
12. Adakah pantangan yang harus dipatuhi oleh pasien selama menjalani proses
109 13.Apakah dalam proses pengobatan bapak menggunakan mantra - mantra ?
14.Apakah sudah ada hubungan kerja sama antara pengobatan tradisional dengan
pengobatan medis modern ?
Untuk informan / pasien / masyarakat:
1. Apa yang anda ketahui tentang pengobatan patah tulang ?
2. Apa yang anda ketahui tentang pengobatan patah tulang bawang ?
3. Darimana anda mengetahui tentang pengobatan tradisional patah tulang
bawang?
4. Siapa yang merekomendasikan anda untuk berobat ke pengobatan ini dan apa
alasannya ?
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Azwar dan Jakob T. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia Jilid I
Pengobatan Tradisional. Jakarta : Penerbit EGC
Bangun Tridah, 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta : Inti Idayu Press.
Causey, Andrew. 2003. Danau Toba Pertemuan Wisatawan dengan Batak Toba
di Pasar Suvenir. Medan : Bina Media Perintis.
Dumatubun. 2002. Kebudayaan Kesehatan Orang Papua dalam Antropologi
Kesehatan. Jurnal Antropologi Papua.
Foster Anderson, 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Gintings, E.P, 1999. Religi Karo. Kabanjahe : Abdi Karya.
Ihromi T.O, 2006. Pokok – Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Ilham. 2012. Eksistensi Pengobatan Dukun Patah Tulang pada Masyarakat Gayo
di Desa Gelelungi Kec. Pegasing Kab. Aceh Tengah. Skripsi
Koentjaraningrat, 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian
Rakyat.
Koentjaraningrat. 1982. Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat. Jakarta :
PT. Gramedia
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Prinst Darwan dan Prinst Darwin, 1986. Sejarah dan Kebudayaan Karo. Bandung
: CV. Yrama.
Purba, Jamalludin. 2008. Pengobatan Tradisional Karo (suatu studi pengobatan
patah tulan ). Tesis
Sembiring, Atmaja Pehulisa. 2010. Eksistensi Pengobatan Tradisional Patah
Tulang P. Guru Singa di Jln. Setia Budi Pasar I Tanjung Sari Medan. Skripsi
Sembiring, Sri Alem. 2002. Tabib dalam Masyarakat Karo. Jurnal
Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2008. Kapita Selekta Teori – Teori Antropologi
dan Sejarah Sosiologi. Medan : Bina Media Perintis.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wicara.
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R n D. Bandung :
Alfabeta.
SY Pahmi , 2010. Perspektif Baru Antropologi Kesehatan. Jakarta : Gaung
Persada Press.
Tarigan, Filipus. 2003. Determinan Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Dukun
Patah Tulang Bagi Pasien Patah Tulang di Kota Medan Tahun 2003. Skripsi
Tarigan Guntur Henry, 1990. Percikan Budaya Karo. Kabanjahe : Yayasan Merga
Sumber lain :
http://www.scribd.com/doc/30972002/Undang-Undang-No-36-Tahun-2009-tentang-Kesehatan. Diakses pada 3 Maret 2013.
http://drwadda.com/p=428. Diakses pada 5 Maret 2013.
http://zona-prasko.blogspot.com/2011/08/pengertian-obat-tradisional.html.
Diakses pada tanggal 5 Maret 2013.