• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL PENGASUH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK PANTI ASUHAN USIA REMAJA DI PANTI ASUHAN MAMIYAI AL-ITTIHADIYAH MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL PENGASUH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK PANTI ASUHAN USIA REMAJA DI PANTI ASUHAN MAMIYAI AL-ITTIHADIYAH MEDAN."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Agus Salim Mamana S.Torong, Nim 109371003. Pengaruh Dukungan Sosial

Pengasuh Terhadap Motivasi Belajar Anak Panti Asuhan Usia

Remaja Di Panti Asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan.

Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan,

2014.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1)Rendahnya motivasi belajar,

(2)Kurang tercukupinya sarana dan kebutuhan belajar, (3)Tidak terselenggaranya

program PLS, (4)Terjadinya beberapa perilaku menyimpang pada anak usia

remaja di panti asuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)Seberapa

tinggi dukungan sosial yang diberikan pengasuh kepada anak panti asuhan usia

remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan. (2)Seberapa tinggi

motivasi belajar yang dimiliki anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan, dan

(3)seberapa besar pengaruh yang diberikan dukungan sosial pengasuh terhadap

motivasi belajar anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai

Al-Ittihadiyah Medan.

Dasar penelitian ini menggunakan teori dukungan sosial (Sheridan &

Radmacher 1992) dan teori pengklasifikasian dukungan sosial (Cohen Syme

1985). Kemudian menggunakan teori motivasi belajar (Sardiman 1996).

Jenis penelitian ini yaitu penelitian Assosiatif dalam bentuk kausal (sebab

akibat) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel ditentukan dengan

menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden 40 orang. Alat

pengumpulan data dengan menggunakan angket skala Likert. Teknik analisis data

dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment dan Regresi Linier

Sederhana.

(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Identifikasi Masalah ... 11

C.

Pembatasan Masalah ... 11

D.

Rumusan Masalah ... 11

E.

Tujuan Penelitian ... 12

F.

Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI ………. 13

A.

Kajian Teori ... 13

1. Dukungan Sosial ... 13

1.1

Pengertian Dukungan Sosial ... 13

1.2

Klasifikasi Dukungan Sosial ... 14

1.3

Sumber Dukungan Sosial ... 17

1.4

Manfaat Dukungan Sosial ... 21

2. Motivasi Belajar Anak Panti Asuhan ... 22

2.1

Pengertian Motivasi Belajar ... 22

2.2

Kondisi Anak di Panti Asuhan ... 27

2.3

Teori-teori Motivasi ... 32

2.4

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 35

2.5

Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 38

(3)

vii

B.

Kerangka Konseptual ... 45

C.

Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A.

Jenis Penelitian ... 48

B.

Populasi Dan Sampel... 48

C.

Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 49

D.

Teknik Atau Alat Pengumpulan Data ... 50

E.

Teknik Analisis Data ... 54

F.

Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A.

Hasil Penelitian ... 56

1.

Pengujian Persyaratan Analisis ... 56

1.1

Uji Validitas ... 56

1.2

Uji Reliabilitas ... 57

2.

Hasil Analisis Dukungan Sosial Pengasuh ... 57

3.

Hasil Analisis Motivasi Belajar Anak Panti Asuhan

Usia Remaja……….………...………... 60

4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 64

4.1 Uji Linieritas ... 64

4.2 Uji T ... 65

B. Pembahasan Penelitian ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 69

A.

Kesimpulan ... 73

B.

Saran ... 72

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Kisi-kisi Angket Penelitian

…….………... 51

Tabel Perhitungan Data Angket Dukungan Sosial Pengasuh

……….. 58

Tabel Perhitungan Data Angket Motivasi Belajar

(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Kerangka Konseptual

………..…. 47

Gambar Grafik Histogram Dukungan Sosial Pengasuh

………..…… 59

Gambar Grafik Histogram Motivasi Belajar Anak Panti

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 : Angket Penelitian ... 75

Lampiran

2 : Tabel Penyebaran Nilai angket Dukungan Sosial Pengasuh dan M otivasi Belajar Anak Panti Asuhan Usia Remaja ... 81

Lampiran

3 : Perhitungan Uji Validitas Angket Dukungan Sosial Pengasuh .... 83

Lampiran

4 : Perhitungan Uji Validitas Angket M otivasi Belajar Anak Panti Asuhan Usia Remaja ... 85

Lampiran

5 : Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Dukungan Sosial Pengasuh ... 87

Lampiran

6 : Tabel Hasil Sebaran Angket Penelitian ... ... 92

Lampiran

7 : Perhitungan Uji Linieritas Angket ... 95

Lampiran

8 : Tabel Distribution Critical Values ... 98
(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal,

pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan

yang sistematis dan terstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar

hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

spesialisasi dan latihan profesional yang dilakukan terus menerus. Pendidikan

informal ialah proses yang berlangsung sepanjang usia, sehingga orang mendapat

pendidikan nilai, sikap, keterampilam, dan pengetahuan yang bersumber dari

pengalam hidup, lingkungan, keluarga, tetangga, lingkungan pekerjaan, pasar,

perpustakaan, media massa dan lain-lain. Pendidikan nonformal adalah kegiatan

terorganisasi, sistematis dan diluar persekolahan yang mapan. Dilakukan secara

mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas yang sengaja

dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya.

Program pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah mempunyai

karakteritik yang berbeda yakni; Pendidikan sekolah mempunyai tujuan untuk jangka

panjang dan umum, berorientasi pada pemilikan ijazah, waktu yang relatif lama,

berorientasi ke masa depan, menggunakan waktu penuh dan terus-menerus,

kurikulum diatur oleh pusat dan seragam, bersifat akademis, persyaratan peserta

(8)

2

kehidupan peserta didik, struktur program ketat, berpusat pada pendidik, daya dukung

maksimal, pengendalian dilakukan pengelola di tingkat lebih tinggi berdasarkan

kekuasaan. Sementara pendidikan luar sekolah bertujuan jangka pendek dan khusus

serta kurang menekankan pentingnya ijazah, waktu relatif singkat, menekankan

waktu sekarang dan tidak terus menerus. Kurikulum sesuai kepentingan peserta,

mengutamakan aplikasi, persyaratan peserta longgar, belajar berpusat di masyarakat,

struktur program luwes, berpusat pada peserta didik, menggunakan sumber yang

tersedia, pengendalian dilakukan oleh pelaksana program dan peserta didik serta

menggunakan pendekatan demokratis.

Komponen, proses dan tujuan pendidikan luar sekolah mempunyai perbedaan,

komponen meliputi dunia kerja, dunia usaha, yang diintegrasikan dalam kerangka

pembangunan masyarakat. Hubungan fungsional antara komponen, proses dan tujuan

diantaranya; masukan lingkungan yang terdiri dari unsur-unsur lingkungan yang

menunjang dan mendorong program seperti sumber daya hayati, non hayati flora dan

fauna. Masukan sarana atau fsilitas seperti metode dan teknik, media dan tenaga

pendidik. Dan terakhir adalah masukan mentah atau peserta didik. Proses pendidikan

luar sekolah terdiri atas kegiatan pembelajaran, penyuluhan dan evaluasi. Pendidikan

luar sekolah juga tidak menekankan penggunaan pendidikan andragogi dan

(9)

3

Tujuan pendidikan luar sekolah lebih menekankan kepada output yang

mencakup kuantitas dan kualitas lulusan, perubahan tingkah laku yang meliputi

kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibutuhkan oleh peserta didik seperti

pengetahuan, sikap, keterampilan dan aspirasi.

Panti asuhan adalah salah satu lembaga pendidikan dan perlindungan anak

yang berfungsi melayani, mengasuh, mendidik, dan memenuhi hak-hak anak yang

tidak memiliki salah satu orang tua (yatim/ piatu), tidak memiliki kedua orang tua

(yatim-piatu) maupun anak yang terlantar kehidupannya dikarenakan keadaan

ekonomi orang tua yang lemah.

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:6)

yaitu : (1) Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja

sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah

perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga

mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung

jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. (2) Tujuan penyelenggaraan

pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya

manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja

yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan

(10)

4

(Monks & Knoers, dalam Sarlito Sarwono, 2009: 67), yang menyatakan

bahwa perkembangan anak yang sehat secara fisik, psikologis, dan sosial

membutuhkan suatu hubungan yang harmonis antara tiga unsur pokok, yaitu: (1)

hubungan antara ibu dan anak, (2) hubungan antara anak dan keluarga, (3) serta

hubungan antara anak dan lingkungan sosialnya.

Selain itu, Margareth seorang ahli Psikologi Sosial dalam laporan hasil

penelitiannya juga menyimpulkan bahwa Perawatan anak di yayasan panti asuhan

sangat tidak baik,karena anak dipandang sebagai makhluk biologis bukan sebagai

makhluk psikologis dan makhluk sosial. Padahal selain pemenuhan kebutuhan

fisiologis, anak membutuhkan kasih sayang bagi perkembangan psikis yang sehat

seperti

halnya

vitamin

dan

protein

bagi

perkembangan

biologisnya.

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terlantar

semakin meningkat, sementara hanya sebagian kecil dari mereka (kira-kira 15%)

yang mampu ditampung di panti asuhan, baik swasta maupun pemerintah. Realitas

juga menunjukkan bahwa mereka yang beruntung (diasuh di panti asuhan) saja

menunjukkan perkembangan kepribadian dan penyesuaian sosial yang kurang

memuaskan, dapat dibayangkan keadaan yang lebih memprihatinkan lagi pada

anak-anak terlantar yang belum terjangkau penanganan dari pihak yang berwenang.

Sementara masyarakat sering memberi cap negatif pada anak-anak panti asuhan tanpa

melihat lebih jauh, kenapa atau bagaimana hal-hal negatif itu bisa terjadi. Oleh

karenanya, dengan mendasarkan diri pada persepsi masyarakat dan pendapat

(11)

5

lingkungan yang sehat bagi perkembangan psikologisnya, maka kiranya kita perlu

mengetahui kebutuhan-kebutuhan psikologis anak panti asuhan agar mereka

mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan psikologis yang mereka

butuhkan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan dengan perkembangan psikologis

dan sosialnya. Karena, perkembangan yang sehat dalam hal perkembangan fisik,

psikologis dan sosial anak-anak panti asuhan sangatlah diperlukan agar mereka

mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat luas terutama setelah mereka

harus melampaui pasca terminasi (harus keluar dari lingkungan panti asuhan setelah

mampu hidup mandiri/setamat SMU).

Keluarga dan orangtua merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

munculnya motivasi belajar, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Oleh karena itu

orangtua berkewajiban menciptakan lingkungan dan suasana keluarga yang kondusif

bagi munculnya motivasi belajar. Agar hal itu terlaksana maka orangtua diharapkan

mampu memahami tugas perkembangan anak-anaknya, sehingga pemenuhan tugas

perkembangan itu menjadi lebih lancar. Dalam proses pemahaman dan pemenuhan

tugas perkembangan itu, suatu interaksi sosial antara keduanya sangat dibutuhkan.

Dalam interaksi sosial tersebut masing-masing pihak saling memberikan rangsang

dan tanggapan, sehingga timbul perhatian emosional, penilaian, pemberian informasi

yang dibutuhkan anak, dan bantuan instrumen pada anak. Inilah yang disebut dengan

(12)

6

(Murray, dalam Sarlito Sarwono, 2009) Kebutuhan adalah suatu keadaan yang

ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan

melalui suatu usaha atau tindakan. Kebutuhan-kebutuhan psikologis dalam diri

individu merupakan sesuatu hal yang akan memberikan warna khusus/ ciri khas pada

individu tersebut. Oleh karena itu, individu dengan dominasi kebutuhan-kebutuhan

tertentu mempunyai kecenderungan untuk ingin lebih memuaskan

kebutuhan-kebutuhan tersebut. Sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, minum,

tidur, berolah raga dan lain sebagainya yang harus dipenuhi secara baik agar fisik

dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan baik. Demikian juga kebutuhan

sosial seseorang yang membutuhkan hubungan dengan orang lain agar dapat

mencapai perkembangan optimal, dan juga kebutuhan kognitif yang membutuhkan

rangsangan dari luar agar mampu berkembang optimal juga, maka kebutuhan

psikologis pada seseorang juga harus terpenuhi agar dirinya mampu berkembang

secara baik dan sehat secara psikologis. Ada beberapa kebutuhan psikologis pada diri

seorang individu agar individu tersebut mampu mengembangkan kepribadiannya

secara sehat diantaranya; (1) Adanya kebutuhan untuk dihargai atas prestasi yang

dicapainya, (2) Adanya kebutuhan untuk dapat menyesuaikan diri dengan tata

cara/aturan-aturan lingkungannya, (3) Adanya kebutuhan untuk bertanggung jawab

atas tugas-tugas yang telah dilaksanakannya, (4) Adanya kebutuhan untuk dapat

diterima apa adanya oleh lingkungannya, (5) Adanya kebutuhan untuk mandiri, (6)

Adanya kebutuhan untuk mendapatkan teman-teman dan orang-orang yang dapat

menjalin pergaulan secara hangat dan harmonis, (7) Adanya kebutuhan untuk terlibat

(13)

7

dimanjakan oleh orang lain, (9) Adanya kebutuhan untuk mengadakan suatu

perubahan ke arah yang lebih baik, (10) Adanya kebutuhan untuk dapat menyalurkan

dorongan emosinya.

Terdapat berbagai macam masalah sosial dan ekonomi yang harus dipecahkan

oleh panti asuhan. Terlihat pada beberapa anak di panti asuhan yang sering kali

merasa hidupnya tidak berarti, entah itu karena sebagian masyarakat memberi cap

negatif, karena faktor psikologis, atau karena pelayanan panti asuhan yang tidak

memuaskan. Artinya pelayanan dari panti asuhan memang tidak bisa menggantikan

peran orang tua seutuhnya.

Ketika anak memasuki usia remaja, masalah kebutuhannya sering terabaikan

serta psikologis yang dialaminya terasa berat bagi remaja, tapi perlu diketahui bahwa

dukungan dari masyarakat, motivasi dari kalangan- kalangan yang peduli seperti

mahasiswa, tokoh agama, bisa membantu remaja dalam menghadapi masalah

tersebut.

Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila seorang remaja tidak

mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh

karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu sehingga semangat untuk belajar dapat

termotivasi. Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk

belajar, yaitu: Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini

terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk

(14)

8

belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau

lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

Diketahui bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi pada remaja

adalah: (1)Minat; bila anak yang bersangkutan memiliki minat yang tinggi pada

kegiatan belajar yang berlangsung maka motivasi belajar akan tinggi. (2)Kebutuhan;

anak yang memaknai belajar sebagai suatu kebutuhan untuk masa depannya, maka ia

akan termotivasi untuk belajar. (3) Nilai; anak yang berorientasi belajar, menganggap

belajar memiliki nilai yang tinggi baginya. (4) Sikap (perasaan terhadap sesuatu);

sikap yang diambil anak terhadap kegiatan belajar, akan mempengaruhi motivasinya

dalam mengikuti kegiatan belajar tersebut. (5) Aspirasi; anak yang memiliki aspirasi

tinggi mengenai pendidikannya,misalnya ingin kuliah sampai S3 atau ingin jadi

dokter, maka akan termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. (6) Insentif (imbalan);

Contohnya seorang anak yang dijanjikan akan dibelikan hadiah bila mendapat nilai

yang bagus maka akan termotivasi untuk rajin belajar agar mendapatkan hadiah dari

orang tuanya.

Panti asuhan Mamiyai Al-itthidaiyah yang berada di jalan Bromo, No.25,

Medan merupakan salah satu panti asuhan yang tertua di kota Medan yang telah

berdiri dari tahun 1948. Sekarang terdapat 103 anak yang diasuh bersama dipanti

tersebut, diantaranya 63 orang anak yatim, 2 orang piatu, 5 orang yatim piatu dan 33

orang anak ekolem atau dari golongan keluarga yang kurang mampu. 49 anak masih

duduk di bangku SD, 32 anak di bangku SMP, 8 anak telah duduk di bangku SMA

(15)

9

Terdapat penyelenggaraan pendidikan formal di panti asuhan ini kemudian

diberikan juga pendidikan nonformal seperti pelatihan keterampilan kerajinan tangan,

kursus komputer, pelatihan olahraga dan pembinaan keagamaan. Panti Asuhan adalah

salah satu lembaga sosial yang mendidik dan membina anak yang memiliki masalah

sosial seperti kemampuan ekonomi, kurangnya salah satu dari kepala keluarga atau

keduanya, sehingga lingkungan keluarga tidak lagi dapat memberikan solusi terhadap

permasalahan kehidupan yang membuat mereka merasa tidak memiliki masa depan

yang jelas. Melalui panti asuhan anak-anak panti diasuh, dibina dan didik dengan

berbagai pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mengembalikan kepercayaan

diri berdasarkan pengetahuan dan berbagai kreativitas yang dipelajari sehingga

anak-anak merasa memiliki masa depan yang jelas.

Pada situasi remaja yang masih berada di lingkungan keluarga yang utuh

maka orang tua dapat memberikan berbagai dukungan sosial berupa nasihat, arahan,

kepedulian, penghargaan positif, serta dukungan materi terhadap remaja sehingga

motivasi belajarnya bertambah, namun jika seorang remaja yang tidak lagi memiliki

keluarga yang utuh dan tidak mendapatkan dukungan sama sekali dari orang tua tentu

motivasi belajarnyapun tidak maksimal. Motivasi belajar remaja yang tinggi tentu

memberikan dampak positif dalam bentuk prestasi belajar yang baik, namun jika

motivasi belajar remaja rendah cenderung menunjukkan prestasi belajar yang kurang

(16)

10

Remaja yang berada di panti asuhan mendapat dukungan sosial dari

orang-orang yang berada di sekeliling mereka khususnya pengasuh panti asuhan yang

berusaha untuk menggantikan peran orang tua. Dukungan sosial orang tua

berpengaruh signifikant terhadap motivasi belajar remaja, bagaimana yang terjadi jika

dukungan sosial diberikan orang-orang yang menggantikan peran orang tua

memberikan dukungan sosial berupa nasihat, arahan, kepedulian, penghargaan

positif, serta dukungan materil, apakah juga berpengaruh signifikan terhadap motivasi

belajar remaja.

Dalam penelitian ini yang menjadi sudut pandang dukungan sosial yang ingin

diteliti adalah bentuk-bentuk dukungan sosial yang mencakup dukungan informasi,

dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan appraisal yang diberikan

pengasuh di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan dalam rangka megasuh,

membimbing, dan mendidik anak-anak panti asuhan. Kemudian satu hal lagi yang

ingin dilihat adalah motivasi belajar anak panti asuhan tersebut dalam rangka

melaksanakan semua aktifitas pembelajaran dengan tanpa adanya perhatian maupun

dukungan sosial orang tua di sekitar kehidupan mereka.

Dari penyampaian uraian di atas dan permasalahan yang penulis temui di

lapangan, penulis merasa hal ini penting untuk diteliti yaitu ; “Pengaruh Dukungan

Sosial Pengasuh Terhadap Motivasi Belajar Anak Panti Asuhan Usia Remaja di

(17)

11

B. Identifikasi Masalah

1.

Rendahnya motivasi belajar anak panti asuhan.

2.

Kurang tercukupinya sarana dan kebutuhan belajar di panti asuhan.

3.

Tidak terselenggaranya program PLS pada panti asuhan.

4.

Terjadinya beberapa perilaku menyimpang pada anak usia remaja.

C.

Pembatasan Masalah

Dari identifikasi beberapa masalah di atas, maka dibuatlah pembatasan

masalah penelitian pada “Pengaruh Dukungan Sosial Pengasuh Terhadap Motivasi

Belajar Anak Panti Asuhan Usia Remaja (SMP dan SMA) Di Panti Asuhan Mamiyai

Al-Ittihadiyah Medan”.

D.

Rumusan Masalah

Bentuk rumusan masalah yang dibuat adalah rumusan masalah asosiatif dalam

bentuk hubungan kausal, yaitu :

1.

Seberapa tinggi dukungan sosial yang diberikan pengasuh kepada anak panti

asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan ?

2.

Seberapa tinggi motivasi belajar yang dimiliki anak panti asuhan usia remaja

di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan ?

3.

Seberapa besar pengaruh dukungan sosial pengasuh terhadap motivasi belajar

anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah

(18)

12

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui seberapa tinggi dukungan sosial yang diberikan pengasuh

kepada anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah

Medan.

2.

Untuk mengetahui seberapa tinggi motivasi belajar yang dimiliki anak panti

asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan.

3.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dukungan sosial pengasuh

terhadap motivasi belajar anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan

Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan.

F.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Praktis: yaitu manfaat atau kegunaan yang dapat dipakai secara

langsung baik pihak terkait dengan masalah penelitian, baik objek lembaga

yang diteliti maupun lembaga sejenis dengan objek penelitian.

2.

Manfaat konseptual: yaitu manfaat dalam bentuk konsep atau premis baru

yang dihasilkan dapat dijadikan acuan bagi pengembangan ilmu dalam bidang

yang diteliti atau bidang ilmu si peneliti (mahasiswa). Konsep atau premis

baru yang dihasilkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain jika akan

melakukan penelitian dengan tema-tema yang sama dalam lingkup masalah

(19)

73

DAFTAR PUSTAKA

Uno, H.B. (2008). Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Analisis di Bidang

Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, Sayodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Emzir. (2008). Metodologi Penelitian, Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Tim Penyusun. (2013). Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan.

Medan: Universitas Negeri Medan Fakultas Ilmu Pendidikan.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Purba, P. (2010). Statistik Sosial II. Medan: Universitas Negeri Medan

(UNIMED).

Dimyati dan Mujiyono. (2002). Motivasi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Purwanto, N. (1990). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Suryabrata, S. (2006). Psikologi pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Syah,M.(2006). Psikologi belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Uno, H.B. (2007). Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis dibidang

pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugianto. (2011). Teori Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Wlodkowski, R.J., & Jaynes, J.H. (2004). Motivasi belajar. Jakarta: Cerdas

Pustaka.

(20)

Sarwono, S.W., & Meinarno E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.

Utsman, F.R. (2013). Panduan Statistika Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press.

Usman, H., & Akbar, S.P. (1995). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel Kisi-kisi Angket Penelitian …….…………………………………............................    51
Gambar Kerangka Konseptual ………………………………………………………………..….

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir Program Sarjana Strata Satu (S1) dengan judul: “ Analisis Pengaruh Atribut Produk (Merek, Kualitas, Kemasan) terhadap Keputusan Pembelian Rokok Marlboro pada

Pada saat ini, PPNI Jawa Tengah sedang berupaya agar semua perawat dipermudah dalam mendapatkan STR (surat tanda registrasi) khusus bagi perawat yang baru

Bubur instan merupakan bahan makanan yang mengalami proses pengeringan air sehingga mudah larut dan mudah disajikan hanya dengan menambahkan air panas.Beberapa kriteria

Merupakan suatu jenis komputer yang bisa digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif (sangat banyak jumlahnya). Komputer Hibrid

Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang mewakili Pemegang Saham untuk melakukan fungsi pengawasan atas pelaksanaan kebijakan

M aka t indakan yang dapat dilakukan oleh pemerint ah adalah mengurangi jumlah uang beredar dan meningkat kan persediaan barang.. perubahan fisik

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Za one kotirajuće moguće je izračunati tržišne pokazatelje bankovne profitabilnosti koji se ujedno mogu i nazvati alternativni pokazatelji kvalitete poslovanja