• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Perikanan purse seine Pekalongan 4.1.1.1 Kapal purse seine Pekalongan

Secara umum armada penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan adalah jenis kapal motor (KM). Contoh spesifikasi kapal purse seine di Pekalongan seperti disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan

No. Spesifikasi Dimensi

1. Nama kapal KM Buana I

2. Ukuran utama kapal -Panjang (LOA) -Lebar (B) -Depth (D) 23,92 m 7,15 m 2,03 m 3. Mesin induk -Merk -Daya -RPM Nissan RD 8 300 PK 2500 rpm

4. Bahan bakar Solar

5. Gross Tonnage 102 GT

6. Jumlah palka ikan 12

7. ABK 35 – 38 orang

Kapal purse seine terbuat dari bahan kayu dan kebanyakan menggunakan mesin dalam (inboard engine) dan memiliki ukuran diatas 30 GT. Berdasarkan data PPN Pekalongan, kapal purse seine dikelompokkan ke dalam kategori GT kapal yang berbeda, yaitu kelompok ukuran kapal 31-50 GT, 51-70 GT, 71-100 GT, 101-130 GT dan >130 GT. Perkembangan jumlah purse seine dari masing-masing kelompok ukuran GT kapal mengalami kecenderungan menurun. Kelompok ukuran GT kapal antara 101-130 GT, pada tahun 2003 terjadi penurunan jumlah kapal sebesar 29,3 %, yaitu dari 140 unit menjadi 99 unit.

(2)

Selanjutnya pada tahun 2004, terjadi penurunan kembali hingga 5,1 % yaitu dari 99 unit menjadi 94 unit, demikian juga untuk tahun 2005 juga mengalami penurunan sebesar 23,4 %, yaitu dari 94 unit menjadi 72 unit. Demikian seterusnya hingga tahun 2007, jumlah kapal purse seine ukuran 101-130 GT mengalami penurunan jumlah. Demikian juga untuk kapal ukuran >130 GT juga mengalami penurunan jumlah. Sedangkan kapal ukuran 71-100 GT, pada tahun 2007 meningkat dari 95 unit menjadi 145 unit. Perkembangan kapal purse seine dari masing-masing kelompok ukuran GT kapal disajikan dalam Gambar 4.

0 50 100 150 200 250 300 350 2002 2003 2004 2005 2006 2007 J um la h k apa l ( u ni t) 31-50GT 51-70GT 71-100GT 101-130GT >130GT

Gambar 4 Perkembangan jumlah purse seine dari masing-masing kelompok ukuran GT kapal.

4.1.1.2 Alat tangkap purse seine Pekalongan

Dilihat dari segi konstruksinya maka bagian/komponen purse seine yang terdapat di Pekalongan dapat dikelompokkan dalam 4 bagian besar, yaitu : (1) jaring (2) srampad (3) tali temali dan (4) pelampung, pemberat serta swivel. Komponen yang termasuk dalam bagian jaring adalah sayap (kiri dan kanan), badan ke-1 dan ke-2 (kiri dan kanan) dan kantong. Jenis bahan, ukuran dan satuan komponen/bagian tersebut disajikan dalam Tabel 2, sedangkan gambaran konstruksi purse seine seperti disajikan dalam Gambar 5. Bagian jaring purse seine terdiri dari :

1) Bagian jaring

Bagian jaring terdiri dari tiga bagian, yatu ; (a) Jaring utama, bahan nilon 210 D/9, mesh size 1 inci; (b) Jaring sayap, bahan nilon 210 D/6, mesh

(3)

size 1 inci; (c) Jaring kantong mesh size ¾ inci. Srampad (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampad (selvedge) dipasang bagian atas, bawah dan samping dengan bahan dan ukuran mata jaring yang sama, yaitu PA R310 tex, 1 inci.

2) Tali Temali

Tali temali terdiri dari (a) Tali pelampung, bahan PE, Ø 10 mm, panjang 800 m; (b) Tali ris atas, bahan PE, Ø 2 cm, panjang 800 m; (c) Tali ris bawah, bahan PE, Ø 2 cm, panjang 850 m; (d) Tali pemberat, bahan PE Ø 10 mm, panjang 850 m; (e) Tali kolor, bahan kuralon, Ø4 cm, panjang 1200 m; (f) Tali selambar, bahan PE, panjang 50 m.

3) Pelampung

Jumlah pelampung sebanyak 4000 buah yang dibuat dari synthetic rubber. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibandingkan dengan bagian pinggir.

4) Pemberat

Pemberat terbuat dari timah sebanyak 15.500 buah berdiameter 3 cm dan panjang 5 cm dipasang pada tali pemberat.

5) Cincin

Cincin terbuat dari kuningan dengan diameter 11,5 cm sebanyak 150 buah, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya satu meter dengan jarak tiga meter setiap cincin. Kedalam cincin ini dimasukkan tali kolor (purse line).

(4)

Tabel 2 Contoh spesifikasi jaring purse seine di Pekalongan

No. Bagian Material Ukuran Jumlah

A Jaring

1. Sayap kiri dan kanan Nylon multifilament 0,6 mm/d –1 inci 100 m x 400 MD 9 pcs (satu) 11 pcs (dua) 13 pcs (tiga) 2. Badan ke-1 kiri

dan kanan Nylon multifilament 0,9 mm/d – 1 inci 100 m x 400 MD 15 pcs 3. Kantong bagian atas Nylon multifilament 1,5 mm/d–0,75 inci 100 m x 400 MD 3 pcs 4. Kantong bagian bawah Nylon multifilament 0,9 mm/d – 1 inci 100 m x 400 MD 14 pcs B Srampad

1. Srampad atas PE multifilament 0,9 mm/d-1,25 inci

14 MD -

2. Srampad bawah PE multifilament 0,9 mm/d-1,25 inci

17 MD -

3. Srampad kiri dan kanan

PE multifilament 0,9 mm/d-1,25 inci

10 MD -

C Tali Temali

1. Tali penarik PE multifilament 36 mm/d

20 m 2. Tali pelampung

dan tali ris atas

PE multifilament 12 mm/d

800 m 3. Tali pemberat

dan tali ris bawah

PE multifilament 10 mm/d

850 m 4. Tali cincin PE multifilament

10 mm/d

1,5 m 5. Tali kolor PE multifilament

36 mm/d

940 m D. Lain-lain

1. Pelampung Plastik Panjang 17 cm

Ø 11 cm Ø lubang 3cm

2. Pemberat Timah Panjang 4 cm

Ø 2,5 cm

Ø lubang 1,5 cm 350 g

3600 buah

3. Cincin Kuningan Ø dalam 10 cm

Ø luar 14 cm

(5)

Purse seiner

Jaring

Tali pelampung

Selvedge (srampad) Pelampung

Pemberat Tali Pemberat Tali Kolor (purse line)

Cincin

(6)

4.1.1.3 Metode pengoperasian purse seine

Operasi penangkapan purse seine yang ada di Indonesia berdasarkan waktu penangkapan, yaitu :

1) Operasi penangkapan ikan siang hari.

Sifat operasi penangkapan adalah berburu di suatu daerah penangkapan tertentu, sehingga kapal membutuhkan tenaga mesin dan bahan bakar yang besar untuk mengejar kelompok ikan. Bila terlihat adanya tanda-tanda kemunculan ikan di permukaan, maka kegiatan operasi penangkapan mulai dilakukan, seperti mengejar kelompok ikan tersebut dan melakukan persiapan setting alat tangkap. Jumlah kapal yang digunakan ada yang berjumlah 1 kapal (one boat system) dan 2 kapal (two boat system).

2) Operasi penangkapan ikan malam hari.

Sifat operasi penangkapan adalah pasif di suatu daerah penangkapan tertentu. Dikatakan pasif, karena dalam kegiatan operasi penangkapan ikan ada waktu yang digunakan untuk menunggu berkumpulnya ikan dekat dengan permukaan air. Dalam metode pengoperasiannya, digunakan digunakan cahaya lampu dan rumpon portable. Lampu utama ditempatkan pada kapal dan perahu lampu. Rumpon terpasang pada pinggir kapal dan perahu lampu. Kemampuan lampu dan rumpon yang digunakan dalam mengumpulkan ikan akan menjadi faktor keberhasilan penangkapan.

Seperti halnya purse seine di daerah lain, kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di perairan Utara Jawa dan sekitarnya, termasuk kapal-kapal purse seine Pekalongan juga menggunakan lampu dan rumpon sebagai alat bantu pennagkapan. Metode operasi penangkapan purse seine yaitu :

1) Persiapan kapal purse seine membawa perahu kecil dan konstruksi rumpon portable. Komponen rumpon portable terdiri dari pelepah kecil daun kelapa dan tali PE Ø12 cm.

2) Setelah sampai di daerah penangkapan, lampu pada kapal dinyalakan dan rumpon dipasang dan diletakkan pada bagian haluan kapal. Setelah terlihat

(7)

adanya tanda-tanda keberadaan ikan (kira-kira sekitar 8-0 jam drifting) dengan munculnya gelembung-gelembung udara yang bergerak ke arah permukaan,maka perahu kecil diturunkan ke permukaan air. Lampu pada perahu kecil dinyalakan dan rumpon dipindahkan dari kapal purse seine ke perahu kecil. Lampu pada kapal purse seine dimatikan, sehingga lampu hanya ada pada perahu kecil. Perahu kecil dibiarkan hanyut dengan melihat perkiraan jarak yang memungkinkan bahwa jaring purse seine dapat dilakukan pelingkaran dengan sempurna dimana perahu kecil berada di tengah-tengah lingkaran jaring yang di-setting. Harapan pada kondisi ini adalah bahwa ikan berkumpul di bawah sumber cahaya dan rumpon pada perahu kecil.

3) Setelah itu kegiatan setting jaring purse seine dapat dilakukan, yaitu dengan menurunkan ujung jaring pertama yang diberikan pelampung tanda (lampu suar), dilingkarkan hingga kapal bertemu lagi dengan pelampung tanda tadi. Penarikan purse line (tali kolor jaring) dilakukan dengan cepat dengan menggunakan roller capstan pada kapal.

4) Kemudian dilakukan penarikan jaring secara manual oleh ABK baik dari sisi haluan maupun buritan kapal secara bersamaan. Hingga tinggal bagian kantong termpat berkumpulnya ikan hasil tangkapan.

5) Pengambilan hasil tangkapan ikan dengan scoop net.

4.1.2 Perkembangan perikanan purse seine Pekalongan

Perkembangan eksploitasi sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Jawa sangat erat kaitannya dengan perkembangan alat tangkap purse seine. Sejak pelarangan pukat harimau tahun 1980 melalui Keppres No. 39 tahun 1980, perikanan purse seine berkembang menjadi semi industri yang diikuti dengan peningkatan ukuran kapal. Sampai tahun 1990, perikanan purse seine Pekalongan terus mengalami modernisasi teknologi penangkapan dalam bentuk peralatan alat bantu penangkapan seperti rumpon dan menggunakan lampu merkuri dengan daerah operasi sudah mencapai bagian timur Laut Jawa sampai ke Selat Makasar.

Pada tahun 1990, perikanan purse seine mengalami perubahan taktik penangkapan dari rumpon dan lampu merkuri digantikan dengan lampu sorot

(8)

sebagai alat bantu penangkapan. Namun demikian, Potier dan Petit (1997) menyatakan bahwa perubahan strategi penangkapan (dari rumpon menjadi lampu sorot) sebagai alat bantu pengumpul ikan tidak merubah secara drastis komposisi hasil tangkapan, perbedaan komposisi hasil tangkapan sangat tergantung pada musim dan daerah penangkapan.

Sejak tahun 1997, perikanan purse seine dilengkapi dengan alat bantu yang semakin modern seperti radio komunikasi, lampu sorot, global positioning system (GPS) dan fish finder (Atmaja 2006).

Perkembangan perikanan purse seine berupa perubahan ukuran kapal, teknik penangkapan, daerah penangkapan dan jumlah armada penangkapan mempunyai peranan sangat penting yang memungkinkan menuju tingkat eksploitasi yang berlebihan dan membahayakan ketersediaan ikan pelagis yang ada (Sadhotomo et al. 1986).

4.1.2.1 Perkembangan hasil tangkapan purse seine

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hasil tangkapan purse seine berfluktuasi setiap bulannya. Rata-rata bulanan hasil tangkapan mencapai puncak pada bulan Oktober yaitu sebesar 3798,88 ton. Sedangkan hasil tangkapan terendah dicapai pada bulan Maret sebesar 1296,13 ton (Gambar 6 ).

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

R ata-rat a bul anan has il t angk apan ( ton)

Gambar 6 Rata-rata bulanan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN. Pekalongan tahun 2002-2007.

Sementara itu, hasil tangkapan purse seine antar tahun juga berfluktuasi. Hasil tangkapan purse seine tertinggi dicapai pada tahun 2004 (54.127,36 ton),

(9)

sedangkan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2002 (3219,65 ton) (Gambar 7). 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 H a s il tan gk apan ( ton)

Gambar 7 Perkembangan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN. Pekalongan, tahun 2002 – 2007.

4.1.2.2 Perkembangan jumlah upaya

Jumlah upaya penangkapan ikan (kapal purse seine) Pekalongan yang beroperasi di Laut Jawa dan sekitarnya berfluktuasi mengikuti pola kelimpahan ikan. Berdasarkan data jumlah kapal purse seine yang beroperasi selama 6 tahun (2002-2007) ditunjukkan bahwa puncak pengoperasian purse seine terjadi pada bulan Oktober. Puncak pengoperasian purse seine dicapai pada bulan Oktober. Setelah mencapai titik tertinggi, jumlah purse seine yang dioperasikan mengalami penurunan sampai titik terendah, yang dicapai pada bulan April (Gambar 8).

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov

J um lah upay a ( uni t k a pal ) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Total

Gambar 8 Perkembangan jumlah upaya penangkapan ikan (unit kapal purse seine) di PPN Pekalongan tahun 2002-2007.

(10)

4.1.2.3 Hasil tangkapan per unit upaya penangkapan

Gambaran mengenai kelimpahan sumber daya ikan dalam suatu perairan tidak cukup dijelaskan hanya dengan fluktuasi hasil tangkapan saja. Perubahan hasil tangkapan ikan sangat dipengaruhi perubahan jumlah armada penangkapan yang beroperasi, sehingga konsep pembandingan hasil tangkapan terhadap upaya penagkapannya perlu diterapkan. Konsep pembandingan itu disebut sebagai ”catch per unit effort” (CPUE). Dengan diketahuinya nilai CPUE, maka dapat diketahui perubahan hasil tangkapan yang disebabkan oleh perubahan jumlah upaya penangkapannya.

Berbeda dengan nilai hasil tangkapan bulanan, nilai CPUE bulanan mencapai titik tertinggi pada bulan Agustus (36,34 ton/unit) dan nilai terendah pada bulan Maret (18,07 ton/unit) (Gambar 9). Fluktuasi bulanan nilai CPUE tidak membentuk pola yang teratur seperti pada nilai hasil tangkapan rata-rata bulanan. 0 5 10 15 20 25 30 35 40

Des Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov

R at a-rat a bul anan C P U E ( ton/ uni t)

Gambar 9 Rata-rata CPUE bulanan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan, tahun 2002-2007

4.1.2.4 Hasil tangkapan ikan layang (Decapterus spp.) tiap pola musim di Laut Jawa

Gambaran mengenai hasil tangkapan ikan layang tiap musim yang berlaku di Laut Jawa diperoleh dengan cara mengelompokkan data tiap triwulan menurut pola musimnya. Laut Jawa, seperti halnya sebagian besar wilayah Indonesia mengenal adanya dua pola musim, yaitu musim barat dan musim timur serta

(11)

musim peralihan yang terjadi saat pergantian musim diantara dua pola musim tersebut.

Berdasarkan wawancara serta data-data, diperoleh bahwa musim barat berlangsung pada bulan Desember-Februari. Musim peralihan I terjadi pada bulan Maret-Mei. Pada bulan Maret-Mei ini terjadi perubahan arah gerak angin. Pergerakan angin yang sebelumnya menuju ke arah timur akan berbalik menuju ke arah barat, sehingga pergerakan arus tidak menentu. Setelah mengalami musim peralihan, bulan Juni-Agustus terjadi musim timur, dan bulan-bulan berikutnya antara bulan September-November terjadi musim peralihan II.

Hasil tangkapan, jumlah upaya penangkapan maupun CPUE tertinngi dicapai pada musim peralihan II. Nilai hasil tangkapan, upaya penangkapan ikan dan CPUE pada musim ini berturut-turut adalah 32.856,51 ton, 1804 unit kapal dan 18,21 ton/unit kapal (Tabel 3).

Tabel 3 Nilai CPUE ikan layang tiap musim yang tertangkap di Laut Jawa dan sekitarnya yang didaratkan di PPN Pekalongan, tahun 2002-2007

Musim Hasil tangkapan (ton) Jumlah upaya (unit kapal) CPUE (ton/unit kapal) Barat 15.684,83 1310 11,97 Peralihan I 11.260,16 1124 10,02 Timur 23.991,84 1356 17,69 Peralihan II 32.856,51 1804 18,21

Setelah musim peralihan II, hasil tangkapan terus mengalami penurunan, dan nilai terendah dicapai pada musim peralihan I. Menginjak musim timur, hasil tangkapan mengalami kenaikan lagi dan kembali mencapai puncaknya pada musim peralihan II.

4.1.2.5 Daerah penangkapan (fishing ground) kapal purse seine Pekalongan

Wilayah operasi purse seine Pekalongan relatif jauh dibandingkan dengan purse seine yang ada di wilayah pantai utara Jawa lainnya. Saat ini kapal purse seine yang sebelumnya berbasis di Pekalongan dan melakukan penangkapan ikan

(12)

di perairan Laut Jawa dan sekitarnya telah melakukan ekspansi ke perairan Selat Makasar, Laut Cina Selatan dan Natuna.

Berdasarkan hasil penelitian, kapal purse seine yang berbasis di Pekalongan umumnya melakukan penangkapan di perairan sekitar Utara Tegal dan Pekalongan, perairan Kepulauan Karimunjawa, perairan sekitar Pulau Bawean, perairan Kep. Masalembo, perairan P. Matasiri, perairan Pulau Kangean, perairan sekitar P. Pejantan, Natuna, Midai, Tarempa, Tambelan (Laut Cina Selatan) dan perairan Lumu-Lumu, Lari-Larian, Kota Baru (Selat Makasar). Pada musim barat walaupun keadaan cuaca dan gelombang sangat tidak menguntungkan, banyak nelayan yang mengarahkan haluannya menuju ke perairan Selat Makasar (54,47%) demikian juga pada musim peralihan I terkonsentrasi di Selat Makasar (23,53%). Sementara pada musim timur, para nelayan banyak menangkap ikan sampai perairan Laut Cina Selatan (25,34%). Selanjutnya pada musim peralihan II banyak nelayan menuju ke perairan sekitar Kepulauan Masalima (44,21%) (Gambar 10).

Pada umumnya, nelayan pukat cincin (purse seine) di Tegal, Pekalongan dan Juwana telah melakukan penentuan daerah penangkapan berpedoman pada siklus pergerakan ikan pelagis berdasarkan musim dan ukuran ikan. Sesuai dengan sifat umum nahkoda kapal dimana serial pengalaman telah membentuk pengetahuan mengenai fenomena alam (perubahan kondisi lingkungan, ruaya, musim) terhadap daerah penangkapan yang dianggap potensial untuk memberikan peluang mendapatkan hasil tangkapan yang cukup besar pada masa-masa tertentu, demikian pula perubahan komposisi jenis ikan menurut daerah penangkapan (Atmaja dan Nugroho 2003).

(13)

0 10 20 30 40 50 60 Pe rse n ta se ( % ) D A B C E FGH A B C E FGH AB C E FGH A B C E FGH

Barat Peralihan I Timur Peralihan II

D

D D

Gambar 10 Distribusi kapal purse seine Pekalongan pada musim dan daerah penangkapan, tahun 2002-2007.

Keterangan :

A : perairan di sekitar utara Tegal dan Pekalongan B : perairan di sekitar Kep. Karimunjawa

C : perairan di sekitar Pulau Bawean

D : perairan di sekitar Kepulauan Masalembo E : perairan di sekitar Masalima

F : perairan di sekitar Selat Makasar G : perairan di sekitar Pulau Kangean H : perairan di sekitar Laut Cina Selatan

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daerah penangkapan purse seine yang berbasis Pekalongan belum banyak berubah seperti estimasi yang dikemukakan oleh Nugroho (2004) (Tabel 4 dan Lampiran 3).

(14)

Tabel 4 Estimasi posisi geografis daerah penangkapan armada purse seine Pekalongan

Wilayah

Penangkapan Estimasi Posisi Geografis Utara Tegal-Pekalongan 108o 30' 00" - 110o 00' 00" BT 5o 30' 00"- 6o 30' 00" Kep. Karimunjawa 110o 00' 00" - 112o 00' 00" BT 4o 30' 00"- 6o 00' 00" P. Bawean 112o 00' 00" - 114o 00' 00" BT 4o 30' 00"- 6o 30' 00" P. Masalembo 114o 00' 00" - 115o 30' 00" BT 4o 00' 00"- 6o 00' 00" P. Matasiri 115o 30' 00" - 117o 00' 00" BT 4o 30' 00"- 5o 30' 00" P. Lumu-Lumu 116o 30' 00" - 117o 30' 00" BT 3o 00' 00"- 4o 30' 00" P. Kangean 114o 30' 00" - 116o 30' 00" BT 7o 00' 00"- 5o 30' 00" Sumber : Nugroho (2004)

Kegiatan operasi kapal purse seine yang berbasis di Pekalongan berlangsung sepanjang tahun. Berdasarkan data periode tahun 2002-2007, terlihat bahwa intensitas kegiatan operasi penangkapan pada musim barat (Desember- Februari) relatif tinggi. Pada tahun 2002 dan 2003 konsentrasi kapal purse seine terpusat di daerah perairan Masalima pada musim peralihan II. Selanjutnya tahun 2004, konsentrasi terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat dan Masalima pada musim peralihan II. Sedangkan pada tahun 2005, konsentrasi berpindah ke daerah perairan Masalembo dan Selat Makasar pada musim barat dan pada musim peralihan I dan musim timur terpusat di perairan Bawean, Masalembo dan Masalima, Selat Makasar dan Laut Cina Selatan, pada musim peralihan II di perairan Masalima, Selat Makasar dan Kangean. Pada tahun 2006, konsentrasi terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat, perairan Bawean pada musim timur dan perairan Kangean pada musim peralihan II. Sedangkan tahun 2007, konsentrasi kapal terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat dan peralihan II serta di perairan sekitar Kangean pada musim peralihan II. Peta lokasi daerah penangkapan ikan (fishing ground) kapal purse seine Pekalongan tiap musim dan tiap tahun dapat dilihat pada Gambar 11– Gambar 35. Sedangkan persentase konsentrasi kapal purse seine Pekalongan menurut daerah penangkapan tiap musim dapat dilihat pada Gambar 36.

(15)

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tan g 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Utara Tegal

Karimunjawa Bawean Masalembu

S. Makassar

Kangean LCS

S.Karimata

Masalima

Gambar 11 Lokasi daerah penangkapan ikan (fishing ground) kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.

(16)

MUSIM BARAT 8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Lin tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 12 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2002.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 13 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2003.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Lin tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

(17)

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 15 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2005.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 16 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2006.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

(18)

MUSIM PERALIHAN I 8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Lin tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 18 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2002.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 19 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2003.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Lin tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

(19)

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 21 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2005.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 22 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2006.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

(20)

MUSIM TIMUR 8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Lin tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 24 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2002.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 25 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2003.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Lin tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

(21)

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 27 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2005.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 28 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2006.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

(22)

MUSIM PERALIHAN II 8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Lin tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 30 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2002.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 31 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2003.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Lin tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

(23)

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 33 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2005.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

Gambar 34 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2006.

8.0° 6.0° 4.0° 2.0° 0.0° 2.0° 4.0° Li n tang 106.0° 108.0° 110.0° 112.0° 114.0° 116.0° 118.0° 120.0° 122.0° Bujur Timur P. JAWA LAUT JAWA P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to 25 25 to 50 50 to 100 100 to 200 200 to 300

(24)

Musim barat 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2002 2003 2004 2005 2006 2007 P e rs e n ta s e ( % ) Musim peralihan I 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2002 2003 2004 2005 2006 2007 P e rs e n ta s e (% ) Musim timur 0 20 40 60 80 100 120 2002 2003 2004 2005 2006 2007 P e rse n ta s e (% ) Musim peralihan II 0 10 20 30 40 50 60 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Pe rs ent as e ( % )

Ut. Tegal Karimunjaw a Baw ean Masalembu Masalima Mks Kangean LCS

Gambar 36 Persentase konsentrasi kapal purse seine Pekalongan menurut daerah penangkapan pada musim barat, peralihan I, timur dan peralihan II.

(25)

4.1.2.6 Komposisi hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan

Laut Jawa memiliki komoditas sumber daya ikan pelagis kecil yang potensial. Enam dari 16 jenis ikan yang tertangkap merupakan hasil utama tangkapan purse seine (BRPL 2004). Jenis yang paling dominan adalah ikan layang (52%), yang terdiri atas 2 spesies yaitu ikan layang pipih (Decapterus ruselli) dan ikan layang bulat (D. macrosoma). Menyusul ikan siro (Amblygaster sirm), ikan bentong (Selar crumenophthalmus), ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) dan tembang/jui (Sardinella spp.). Jenis ikan tongkol (Auxis thazard – pelagis besar) 5 %; dan jenis-jenis ikan lain 6% (Gambar 37).

Bawal 0% Bentong 8% Layang 52% Siro 12% Tongkol 5% Jui 4% Teros 2% Ayam2 an 4% Tenggiri 0% Lain-lain 6% Banyar 7%

Gambar 37 Komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan tahun 2002 – 2007.

Selanjutnya komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan antar tahun dapat dilihat pada Gambar 38. Dari gambar tersebut nampak bahwa setiap tahun ikan layang selalu mendominasi hasil tangkapan purse seine Pekalongan.

Sementara itu, hasil tangkapan purse seine terbesar terjadi pada tahun 2004 yang mana pada tahun tersebut konsentrasi kapal purse seine terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat dan Masalima pada musim peralihan II. Sedangkan hasil tangkapan terkecil terjadi pada tahun 2002, konsentrasi kapal purse seine terpusat di perairan Masalima.

(26)

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 H a s il T an gk a pa n (T on )

Lain-lain Banyar Bentong Bawal Layang Siro

Jui Tongkol Tenggiri Teros Ayam2 an

Gambar 38 Komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan antar tahun (2002-2007)

Komposisi hasil tangkapan purse seine menurut daerah penangkapan (fishing ground) berbeda-beda. Dari Gambar 39 nampak bahwa hasil tangkapan ikan layang selalu mendominasi di tiap daerah penangkapan. Di perairan Selat Makasar, selain ikan layang, hasil tangkapan lainnya yang dominan adalah ikan siro, bentong dan banyar. Adanya fluktuasi hasil tangkapan ini dimungkinkan sehubungan dengan adanya perubahan musim. Perubahan kondisi lingkungan mempengaruhi beberapa jenis ikan tertentu untuk melakukan ruaya, misalnya layang (Decapterus spp) dan banyar (Rastrelliger kanagurta) yang beruaya mengikuti perubahan salinitas sehingga ikan tersebut selalu beruaya musiman.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 U tar a T eg al K ar im u nj aw a Ba w e a n Ma s a le mb o Ma s a lima M a ka sa r K a ng ea n LC S H a s il t a ng k a pa n ( to n )

Banyar Bentong Bawal Layang Siro

Tongkol Tenggiri Campur Teros Ayam2 an

Gambar 39 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan daerah penangkapan (fishing ground).

(27)

Berdasarkan ukuran kapal (gross tonnage, GT), jumlah hasil tangkapan purse seine yang terbesar pada kelompok kapal berukuran 71-100 GT (95.564,11 ton) dan hasil tangkapan terendah pada kelompok kapal ukuran >30 GT (1828,40 ton) (Gambar 40). Hal ini menunjukkan bahwa kapal purse seine berukuran 71– 100 GT lebih banyak melakukan operasi penangkapan dibandingkan dengan ukuran kapal lainnya, sehingga hasil tangkapan yang diperoleh pun juga lebih banyak. 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 31-50 51-70 71-100 101-130 >130GT H as il t angk apan ( ton)

Banyar Bentong Bawal Layang Siro Jui

Tongkol Tenggiri Campur Teros Ayam2 an

Gambar 40 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan gross tonnage (GT) kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.

4.1.3 Musim penangkapan ikan

Daerah penangkapan ikan purse seine Pekalongan berubah baik secara spasial maupun temporal. Perubahan daerah penangkapan ikan secara spasial didasarkan atas perubahan lokasi penangkapan ikan yang potensial terhadap suatu jenis ikan target penangkapan. Sedangkan perubahan daerah penangkapan ikan secara temporal didasarkan pada bulan-bulan dimana banyak tertangkap ikan-ikan target penangkapan. Faktor utama yang mempengaruhi berubahnya daerah penangkapan ikan baik secara spasial maupun temporal adalah ruaya ikan (baik untuk kepentingan makan, pembesaran, proses reproduksi, berubahnya lingkungan perairan dan lain-lain) serta kondisi lingkungan perairan.

(28)

4.1.3.1 Ikan layang (Decapterus spp.)

Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai Indek musim penangkapan ikan (IMP) menunjukkan bahwa musim ikan layang terjadi sekitar pada bulan Mei sampai dengan September dan November sampai Desember dimana nilai IMP-nya berkisar diatas 100 % (Gambar 41). Indek musim penangkapan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 162,68 %. Sedangkan indek musim penangkapan ikan terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 45,92%. Meskipun pada bulan November dan Desember nilai indeknya sudah diatas 100%, namun pada bulan Oktober nilai indeknya turun lagi dibawah 100%, selanjutnya nilai indek pada bulan Mei sudah diatas 100%.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Des Feb Apr Jun Agt Okt

Bulan Inde ks M us im Indek musim normal

Gambar 41 Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan layang (Decapterus spp.) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.

4.1.3.2 Ikan siro (Amblygaster sirm)

Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Desember – Maret dan November mempunyai nilai IMP diatas 100%. Sedangkan antara bulan April - Oktober nilai IMP-nya dibawah 100% (Gambar 42). Bulan Desember - Maret merupakan musim penangkapan ikan siro yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan April – Oktober adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan siro. Puncak musim penangkapan ikan siro berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan Desember (288,74%). Bulan September merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan siro.

(29)

0 50 100 150 200 250 300 350

Des Feb Apr Jun Ags Okt

Bulan In de ks M us im Indek musim normal

Gambar 42 Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan siro (Amblygaster sirm) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.

4.1.3.3 Ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus)

Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Maret - Juni dan bulan Desember mempunyai nilai IMP diatas 100. Sedangkan antara bulan Juli - Oktober nilai IMP-nya dibawah 100 (Gambar 43). Bulan Maret - Juni dan bulan Desember merupakan musim penangkapan ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan Juli – Oktober adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan selar bentong. Puncak musim penangkapan ikan selar bentong berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan Desember (133,63%). Bulan Oktober merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan selar bentong.

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Des Feb Apr Jun Ags Okt

Bulan Inde k s M u si m Indek musim normal

Gambar 43 Nilai indek musim penangkapan (IMP) selar bentong

(Selar crumenophthalmus) hasil tangkapan kapal purse seine

(30)

4.1.3.4 Ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta)

Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Juli - Oktober mempunyai nilai IMP diatas 100%. Sedangkan antara bulan Januari- Mei nilai IMP-nya dibawah 100% (Gambar 44). Bulan Juli-Oktober merupakan musim penangkapan ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan Januari–Mei adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan kembung banyar. Puncak musim penangkapan ikan kembung banyar berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan September (146,97%). Bulan Mei merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan kembung banyar. 0 20 40 60 80 100 120 140 160

Des Feb Apr Jun Ags Okt

Bulan In de k M u si m Indek musim normal

Gambar 44 Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.

4.1.3.5 Ikan tembang/juwi (Sardinella spp.)

Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Juni-Juli dan September-November mempunyai nilai IMP diatas 100%. Sedangkan antara bulan Desember-Mei, bulan Agustus nilai IMP-nya dibawah 100% (Gambar 45). Bulan Juni-Juli dan September-November merupakan musim penangkapan ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan Desember–Mei dan bulan Agustus adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan tembang/juwi. Puncak musim penangkapan ikan tembang/juwi berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan Juni (156,77%). Bulan Maret merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan tembang / juwi.

(31)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Des Feb Apr Jun Ags Okt

Bulan In d ek s M u si m Indek musim normal

Gambar 45 Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.

4.2 Pembahasan

Hasil tangkapan purse seine Pekalongan selama periode 2002-2007 berfluktuasi baik bulanan maupun tahunan. Perubahan hasil tangkapan bulanan, diduga disebabkan oleh peningkatan jumlah upaya penangkapan dan perubahan pola musim. Peningkatan dan penurunan hasil tangkapan berkorelasi dengan peningkatan dan penurunan jumlah upaya penangkapan (Gambar 46). Peningkatan hasil tangkapan selama bulan Juli-Oktober yang diikuti oleh peningkatan jumlah upaya (kapal purse seine) yang beroperasi dan penurunan hasil tangkapan dari bulan Oktober–Maret disebabkan yang diikuti oleh adanya penurunan jumlah upaya (kapal purse seine) yang beroperasi membuktikan fenomena tersebut.

Respon nelayan purse seine terhadap kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dengan cara menurunkan jumlah upaya penangkapan ikan dan memperbanyak hari operasi di laut, diduga telah menyebakan penurunan jumlah upaya penangkapan. Strategi ini dimaksudkan untuk menghemat biaya transportasi dari dan ke daerah penangkapan (fishing ground), karena biaya operasi penangkapan purse seine sebagian besar berupa bahan bakar (solar) mencapai sekitar 45%nya dari total biaya operasional. Perubahan pola penangkaan ini juga telah mengakibatkan perubahan hasil tangkapan yang didaratkan.

(32)

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 H as il t ang k a pa n (t o n) 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 J u m lah up ay a (un it k ap al ) Hasil tangkapan Upaya

Gambar 46 Perkembangan hasil tangkapan dan jumlah upaya (kapal purse seine Pekalongan) tahun 2002-2007.

Sedangkan perubahan hasil tangkapan tahunan diduga disebabkan oleh perubahan kelimpahan sumberdaya ikan yang ada di laut. Seperti terlihat di Gambar 46 hasil tangkapan tertinggi dicapai pada tahun 2004, hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah upaya (kapal purse seine) yang beroperasi. Apabila kita lihat daerah penangkapannya (fishing ground) pada tahun tersebut kapal purse seine Pekalongan banyak terkonsentrasi di sekitar perairan Selat Makasar dan pada musim peralihan II terkonsentrasi di sekitar perairan Masalima. Sebaliknya penurunan hasil tangkapan disebabkan adanya penurunan jumlah upaya (kapal purse seine) yang beroperasi. Disamping itu juga disebabkan oleh berubahnya komposisi hasil tangkapan. Sesuai dengan pendapat Atmaja et al.(1986) yang menyatakan bahwa ikan layang mendominasi hasil tangkapan purse seine di Laut Jawa, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun komposisi hasil tangkapan antar tahun berubah, ikan layang masih mendominasi hasil tangkapan antar tahun.

Kelimpahan ikan menjadi kunci terhadap kegiatan penangkapan ikan. Bila dalam operasi penangkapan hasil tangkapan yang diperoleh kurang memadai, maka nelayan tidak akan melaut untuk beberapa waktu sampai datang musim ikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditunjukkan bahwa kelimpahan ikan (CPUE) ikan tahunan tertinggi dicapai pada tahun 2003 (Gambar 47), sedangkan jumlah upaya dan hasil tangkapan tertinggi pada tahun 2004 (Gambar 46).

(33)

Apabila kita lihat nilai CPUE bulanan, nilai CPUE tertinggi dicapai pada bulan Agustus (36,34 ton/unit). Tingginya nilai kelimpahan (CPUE) tersebut akan mendorong nelayan untuk melaut, sehingga pada bulan tersebut merupakan puncak musim penangkapan ikan di Laut Jawa dan sekitarnya.

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 H as il t an gk apa n (t o n) 0 5 10 15 20 25 30 35 C P U E ( to n /u n it k a p a l) Hasil tangkapan CPUE

Gambar 47 Perkembangan hasil tangkapan purse seine dengan CPUE ikan yang tertangkap di Laut Jawa tahun 2002-2007.

Berubahnya hasil tangkapan ikan, telah mendorong untuk berkembangnya daerah penangkapan ikan. Hal ini tidak hanya dari semakin bertambah luasnya daerah penangkapan yang diikuti pula dengan perjalanan mencari gerombolan ikan, tetapi juga menambah jumlah hari operasi penangkapan. Sesuai dengan pendapat Atmaja et al.(1986), lama operasi kapal purse seine di laut mengalami perubahan dari rata-rata 4,2 hari pada tahun 1976 menjadi rata-rata 11,2 hari pada tahun 1984, atau terjadi kenaikan sebesar 167%. Bahkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kapal purse seine Pekalongan mempunyai lama operasi di laut rata-rata 73 hari per trip.

Selain dari sisi area dan strategi penangkapan, juga terjadi perluasan waktu operasi penangkapan ikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, pada musim barat (walaupun keadaan cuaca dan gelombang sangat tidak menguntungkan) dan musim peralihan I banyak nelayan yang melakukan penangkapan ikan dan mengarahkan haluannya menuju ke perairan Selat Makasar. Hal ini menurut Sadhotomo (1998) diduga karena secara umum ikan besar cenderung berasosiasi

(34)

dengan sub area Matasiri dan Selat Makasar (Lumu-lumu) pada periode akhir musim timur (November–Desember) dan awal musim barat (Januari- Maret). Sementara pada musim timur, para nelayan banyak menangkap ikan sampai perairan Laut Cina Selatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sadhotomo (1995), yang menyatakan bahwa setiap tahun selama musim peralihan I sampai dengan musim timur (bulan Maret sampai dengan Juli) sejumlah kapal purse seine ukuran besar dari Pekalongan melakukan penangkapan ikan pelagis kecil di Laut Cina Selatan. Selanjutnya pada musim peralihan II banyak nelayan menuju ke perairan sekitar Kepulauan Masalima. Fakta lain dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengoperasian kapal purse seine di Laut Jawa tidak lagi ditentukan oleh musim penangkapan, hal ini didasarkan pada fakta masih beroperasinya kapal-kapal purse seine di tiap daerah penangkapan (fishing ground) pada setiap musim.

Selanjutnya, berdasarkan nilai indek musim penangkapan (IMP), dapat diketahui bahwa puncak musim penangkapan ikan berbeda-beda. Puncak musim penangkaan layang (Decapterus spp.) terjadi pada bulan Agustus (musim timur). Musim penangkapan ikan siro (Amblygaster sirm) dan selar bentong (Selar crumenophthalmus) terjadi pada bulan Desember (musim barat), sedangkan musim penangkapan ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) pada bulan September (musim peralihan II) dan ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) pada bulan Juni (musim timur). Perubahan musim penangkapan ikan tersebut telah mendorong terhadap berubahnya daerah penangkapan ikan. Saat musim barat dimana banyak kapal terkonsentrasi di perairan Selat Makasar (Gambar 10) terjadi puncak musim ikan siro dan bentong. Pada musim timur, dimana kapal purse seine Pekalongan banyak beroperasi di sekitar perairan Laut Cina Selatan, Masalima, Selat Makasar dan Bawean terjadi musim ikan layang dan tembang/juwi.

Perubahan musim penangkapan ikan tersebut, diduga berkaitan dengan sistem musim di Laut Jawa. Wyrtki (1961) menyatakan bahwa pada musim timur di sekitar Laut Banda dan Selat Makasar terjadi up-welling sehingga daerah sekitarnya menjadi subur. Kesuburan perairan tersebut terbawa arus ke Laut Jawa mengakibatkan Laut Jawa selama dan sesudah musim timur menjadi subur.

(35)

Sedangkan pada musim peralihan II banyak kapal purse seine terkonsentrasi di sekitar perairan Masalima dan terjadi puncak musim ikan kembung banyar.

Pada musim timur (Juni-Agustus) arus permukaan di Laut Jawa menuju ke arah barat dan massa air tersebut membawa salinitas yang berkadar tinggi (32%o-33,75%o). Massa air bersalinitas tinggi yang berasal dari Laut Flores tersebut memasuki Laut Jawa, dengan membawa ikan layang yang bersifat stenohaline. Pada tahap awal, ikan layang dari Laut Flores yang masih kecil mengikuti arus sampai Pulau Bawean, sehingga pada bulan Juni-September ikan layang dewasa banyak tertangkap di Laut Jawa (Hardenberg 1937, diacu dalam Wiyono 2001).

Apabila kita lihat dari nilai indek musim penangkapan ikan layang bulan Juni (103,57%) dan nilai CPUE triwulannya (17,69 ton/unit) maka pada bulan Juni khususnya dan musim timur umumnya secara relatif cukup baik untuk penangkapan ikan layang. Kelayakan penangkapan itu juga didukung dengan adanya pola musim yang memungkinkan ikan layang hidup dan berkembang di Laut Jawa dan sekitarnya, sehingga hasil tangkapan ikan layang menguntungkan.

Setelah berakhirnya musim timur, datang musim peralihan II (dari musim timur ke musim barat) pada bulan September-November. Arus permukaan di Laut Jawa pada musim ini tidak menentu, sedangkan salinitas rata-ratanya masih tinggi (34%o). Diduga pengaruh musim timur masih nyata pada awal musim peralihan ini sehingga hasil tangkapan ikan masih sangat tinggi. Keberhasilan hasil tangkapan ikan layang sampai akhir musim peralihan ini karena nutrien yang disuplai dari Laut Banda dan Selat Makasar telah menyuburkan Laut Jawa dan menjadikan plankton yang merupakan makanan pokok ikan layang hidup dengan subur. Apabila dilihat dari perubahan salinitas yang tidak begitu jauh, diduga ikan layang masih mampu mempertahankan aktivitas dan metabolismenya sehingga tidak perlu mengadakan ruaya ke tempat lain. Diduga hal inilah yang menyebabkan banyak kapal purse seine Pekalongan beroperasi di sekitar perairan Masalima pada musim peralihan II (Gambar 10).

Nilai CPUE bulanan terendah dicapai pada bulan Februari-Maret (Gambar 9) atau tepatnya pada akhir musim barat dan awal musim peralihan I. Fenomena ini membawa dampak pada sedikitnya armada purse seine yang beroperasi di Laut Jawa, yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai IMP pada bulan-bulan tersebut.

(36)

Waktu luang tersebut dimanfaatkan oleh nelayan untuk memperbaiki kapal maupun jaringnya.

Bulan Februari merupakan akhir dari musim barat, dan bulan Maret-April adalah musim peralihan dari musim barat menuju musim timur. Asikin (1971) menyatakan bahwa sebelum musim barat tiba terjadi perubahan pola arus di Laut Jawa, yang membawa dampak menurunnya kadar salinitas Laut Jawa dan pada akhirnya mempersempit daerah penyebaran ikan layang, sehingga kelimpahan ikan layang menjadi turun. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada bulan Februari-Maret di Laut Jawa kosong akan ikan layang, karena salinitas permukaan turun oleh desakan air yang berasal dari arah barat yang membawa kadar salinitas rendah. Pada musim barat di Laut Jawa bagian barat berlangsung musim hujan sehingga desakan massa air dari sungai di Sumatera dan air hujan mengakibatkan rendahnya salinitas di perairan tersebut. Diduga hal inilah yang menyebabkan banyak kapal purse seine Pekalongan yang beroperasi di Selat Makasar pada musim barat (Gambar 10).

Pada akhir musim barat sampai musim peralihan I, arah arus tidak menentu dan salinitas permukaan semakin rendah yaitu sekitar 31,25- 32 %o. Ikan layang mulai meninggalkan Laut Jawa dan mencari tempat lain yang kondisi lingkungannya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Sebagai konsekuensinya, hasil tangkapan ikan layang pada akhir musim barat sampai musim peralihan I rendah.

Gambar

Tabel 1   Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan
Gambar  4  Perkembangan jumlah purse seine dari masing-masing kelompok                     ukuran GT kapal
Tabel 2   Contoh spesifikasi jaring purse seine di Pekalongan
Gambar 5  Gambaran konstruksi purse seine.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, kebanyakan penelitian tersebut dilakukan pada UMKM di luar negeri yang telah menerapkan sistem informasi

Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai dengan Bulan Maret, pada musim barat nelayan tidak banyak melakukan operasi penangkapan di laut karena pada musim ini

Pendekatan kuantitatif dimaksudkan untuk membandingkan kondisi eksisting di lokasi penelitian berdasarkan karakteristik lahannya dengan standar atau syarat yang telah ditetapkan

Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah beberapa

Tinggi gelombang laut signifikan pada musim ini lebih tinggi dibandingkan dengan musim peralihan I dan lebih rendah dari musim barat dan musim timur... yang lebih

Semakin besar lebar kapal (nilai B/D yang besar) maka nilai KG-nya akan semakin tinggi (besar) sehingga berdampak negatif terhadap kondisi stabilitas kapal pada ukuran panjang

Dari karakter nyeri kepala pada tabel 5 tersebut, terdapat perbedaan bermakna antara neoplasma supratentorial dengan infratentorial hanya pada variabel nyeri kepala

Pemilihan pelarut menjadi sangat penting, pelarut yang dipilih memiliki sifat antara lain: solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven