• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM PENGGUNAAN SPECIAL PURPOSE COMPANY UNTUK PENGELOLAAN DANA INVESTASI REAL ESTATE DALAM KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF SKRIPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASPEK HUKUM PENGGUNAAN SPECIAL PURPOSE COMPANY UNTUK PENGELOLAAN DANA INVESTASI REAL ESTATE DALAM KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF SKRIPSI."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK HUKUM PENGGUNAAN SPECIAL PURPOSE COMPANY UNTUK PENGELOLAAN DANA INVESTASI REAL ESTATE DALAM

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

SUCI PUSPITA NINGRUM NIM.140200224

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapakan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Univessitas Sumatera Utara.

Adapun skripsi ini berjudul “Aspek Hukum Pengunaan Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif ”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak.oleh karena itu, penulis berterimakasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Supriyadi dan Ibunda Susilawati ysng selalu memberikan fasilitas serta senantiasa mendukung dan mendoakan penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis juga turut menghanturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Dekan fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Dr. OK saidin, S.H., M.Hum. selaku pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Puspa Melati hasibuan, S.H.,M.Hum. selaku pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum. selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Univesritas Sumatera Utara

6. Bapak Prof. Dr Bismar Nasution, S.H., M.H. selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing penulis yang memberikan bantuan serta arahan kepada penulis dalam penyelesaian ini

7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

8. Ibu Detania Sukarja, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing penulis sekaligus yang menjadi dosen favorit penulis yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan , serta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

9. Seluruh Dosen pengajar yang mengabdikan diri mangajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala perkuliahan penulis selama menjalani urusan perkuliahan

10. Seluruh pegawai, dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

11. Kepada keluarga tercinta kedua orang tua, Ibunda Susilawati dan Ayahanda Supriyadi beserta Kakak dan adik Mbak Lia dan Bima yang telah memberikan dorongan baik moril,materil maupun spritual

12. Kepada sahabatku tersayang Ririn Ayu Novella yang selalu menyemangatiku dan memberi motivasiku

(5)

13. Kepada Upilers tersayang Intani Kristin Manullang, Bima Prayoga dan Islah Nasution yang telah menjadi teman seperjuangan dan memberikan hari-hari paling menyenangkan selama diperkuliahan.

Medan, Oktober 2018 Penulis

Suci Puspita Ningrum

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Rumusan Masalah ... 6

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

C. Keaslian Penulisan ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metode Penulisan ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II ASPEK HUKUM SPECIAL PURPOSE COMPANY DI INDONESIA .. 19

A. Tinjauan Umum Special Purpose Company ... 19

B. Perkembangan Special Purpose Company... 36

C. Pengaturan Special Purpose Company ... 41

BAB III KONTRAK INVESTASI TERKAIT DANA INVESTASI REAL ESTATE ... 45

A. Kontrak Investasi Kolektif Terkait Pengelolaan Dana Investasi Real Estate ... 45

B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dengan Kontrak Investasi Kolektif ... 50

(7)

BAB IV ASPEK HUKUM PENDIRIAN SPECIAL PURPOSE COMPANY UNTUK PENGELOLAAN DANA INVESTASI REAL ESTATE DALAM

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF ... 66

A. Faktor Pendirian Special purpose Company Dalam Kontrak Investasi Kolektif ... 66

B. Manfaat Pendirian Special Purpose Company ... 71

C. Aspek Hukum Pendirian Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam kontrak Investasi Kolektif ... 74

BAB V PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan... 87

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(8)

ABSTRAK

ASPEK HUKUM PENGUNAAN SPECIAL PURPOSE COMPANY UNTUK PENGELOLAAN DANA INVESTASI REAL ESTATE DALAM

KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.*

Dr. Detania Sukarja, SH.,LLM.**

Suci Puspita Ningrum.***

Special Purpose Company (SPC) merupakan suatu badan hukum yang didirikan untuk tujuan khusus. Special Purpose Company juga dikenal dengan beberapa istilah seperti Special Purpose Entity, dan Special Purpose Vehicle.

Tidak seperti suatu Trust, Special Purpose Company adalah merupakan suatu legal entity atau badan hukum tertentu sesuai dengan tujuan dan keinginan pemodal dan hukum/regulasi yang berlaku dalam yurisdiksi dimana SPC itu didirikan. Bisa berbentuk limited partnership, trust atau bentuk hukum lainnya.

Dari keterangan diatas Special Purpose Company sama seperti Special Purpose Vehicle .

SPC merupakan perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki oleh Dana Investasi Real Estate (DIRE) berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) paling sedikit 99,9 % (sembilan puluh sembilan koma Sembilan persen) dari modal disetor.SPC merupakan sebuah perusahaan dengan tujuan atau fokus yang terbatas. Perusahaan ini dibentuk oleh suatu badan hukum untuk melakukan aktivitas khusus atau bersifat sementara.SPC mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Badan Hukum pada umumnya. Permasalahan yang mendasar mengenai SPC, adalah UU PT tidak mengatur mengenai bentuk SPC ini.

KIK adalah kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. DIRE adalah salah satu sarana investasi baru yang secara hukum di Indonesia berbentuk KIK . DIRE berbentuk KIK dilarang meminjam Dana melalui penerbitan Efek bersifat utang.

Kata Kunci : Special Purpose Company, Dana Investasi Real Estate, Kontrak Investasi Kolektif

*Dosen Fakultas Hukum Univessitas Sumatera Utara

**Dosen Fakultas Hukum Univessitas Sumatera Utara

***Mahasiswa Fakultas Hukum Univessitas Sumatera Utara

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, memerlukan pembiayaan baik dari pemerintah atau masyarakat.1Penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional diperoleh dari pajak dan penerimaan lainnya,sedangkan, dari masyarakat dapat diperoleh dana untuk berinvestasi melalui perbankan, lembaga pembiayaan, dan pasar modal. Pasar modal merupakan alternatif pendanaan baik bagi pemerintah maupun swasta. Pemerintah atau swasta dalam hal ini merupakan perusahaan yang membutuhkan dana dapat menerbitkan obligasi atau surat utang dan menjualnya ke masyarakat melalui pasar modal.2

Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang. Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi bangunan) merupakan aktivitas investasi yang sering dilakukan. 3

Salah satu kunci keberhasilan investasi adalah tersedianya dana investasi yang secara teratur dapat disisihkan dari penghasilan.4

1Tavinayati dan Yulia Qamariyanti,” Hukum Pasar Modal Di Indonesia”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 1.

2Ibid .

3 Eduardus Tandelilin,”Portofolio dan investasi teori dan aplikasi “(Kanisius:

Yogyakarta, 2010) hlm. 2.

4 Eko Priyo Pratomo,“Reksa Dana Solusi Perencanaan investasi di Era Modern “ (Gramedia: Jakarta, 2001) hlm. 7.

(10)

Terdapat berbagai cara berinvestasi, diantaranya ada yang dikenal Investment Company. Berinvestasi dengan cara investment company adalah mempercayakan nasib investasi kepada perusahaan investasi. Yang dimaksud perusahaan investasi adalah perusahaan yang profesinya mengelola investasi.

Yang termasuk perusahaan investasi adalah reksadana (mutual fund) dan kontrak investasi kolektif (trust). Cara ini dapat dikatakan bahwa investor menitipkan uang untuk dikelola oleh perusahaan investasi. Menitipkan disini bukan berarti investor menyerahkan uang, melainkan membeli surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan investasi.5

Sebagai contoh daripada investment company jika investor membeli reksadana atau real estate investment trust, karena pengelolaan investasi dilakukan perusahaan investasi, sementara investor hanya menunnggu hasil investasi. Cara investasi seperti ini disebut strategi investasi pasif. Maka dapat diketahui terdapat perusahaan lain selain perusahaan utama yang menjalankan kegiatan investasi serta adanya kontrak yang dilaksanakan saat investor membeli reksadana atau real estate investment trust. 6

Dana Investasi Real Estate (selanjutnya disebut DIRE) merupakan bentuk investasi yang paling baru dan terhitung sukses. Dilihat dari sisi investor DIRE tidak jauh berbeda dengan reksa dana,karena di dalam DIRE aset yang menjadi dasar penerbitan merupakan properti atau setiap jenis tanah dan bangunan yang menghasilkan (income generating property), sedangkan di reksa dana yang

5 Sawidji Widoatmodjo, Provesional Investing (Gramedia: Jakarta, 2008). Hlm. 48

6 Ibid. hlm. 49

(11)

umumnya diperdagangkan mendasari penerbitan reksa dana tersebut adalah dengan produk pasar modal.7

Di dalam pasal 12 angka (1) POJK DIRE berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (selanjutnya disebut KIK) dapat menginvestasikan dananya pada aset Real Estate secara langsung dengan atau tanpa menggunakan Special Purpose Company (selanjutnya disebut SPC) yang dibentuk untuk kepentingan DIRE berbentuk KIK.8

Dalam pasal 1 angka (10) POJK DIRE menjelaskan definisi SPC adalah perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki oleh DIRE berbentuk KIK paling sedikit 99,9% (sembilan puluh sembilan koma sembilan persen) dari modal disetor.9 Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) merupakan suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri atas saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham-saham yang dimilikinya.10

Mengetahui fakta tersebut, SPC dalam Pasal 1 ayat (2) PMK Nomor 258/PMK.03/2008 mendefinisikan SPC sebagai “Perusahaan Antara”

(SPC atau conduit company) yang dibentuk untuk tujuan penjualan atau pengalihan saham perusahaan yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perhitungan pajak (Tax Haven Country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di

77

Dinda Mutia Rachmania, dkk, “Perlindungan Investor Dalam Penerbitan Dana Investasi Real Estat (Dire)”, Diponegoro Law Journal Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, hlm 2

8 Indonesia (POJK DIRE) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 64 /POJK.04/2017 Tentang Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, LN Tahun 2011 Nomor 111, TLN Nomor 5253.

9 Ibid. Pasal 1 angka (10).

10Adrian Sutedi,” Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas” (Jakarta : Raih Asa Sukses,2015),hlm.6.

(12)

Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia. Sehingga perusahaan itu menjadi bagian dari pajak.11

Karena dalam POJK DIRE dikatakan bahwa SPC merupakan Perseroan Terbatas,12 definisi SPC serupa dengan perusahaan holding yang merupakan suatu badan hukum (legal entity) yang mandiri dan terpisah dengan badan hukum lainnya. Anak perusahaan juga memiliki pengertian yang sama yang juga memiliki kedudukan mandiri yang umumnya berbentuk perseroan terbatas.13

Merujuk pada definisi di atas, Shell Corporation adalah sebuah perusahaan tanpa aktivitas bisnis atau aset signifikan. Shell corporation umumnya didirikan dalam rangka memulai bisnis rintisan dan juga sebagai upaya penghindaran pajak.14 Hal ini berkenaan dengan Offshare dan onshare company. Dalam bukunya, Andre menuliskan bahwa shell corporation merupakan perusahaan cangkang dimana perusahaan tersebut didirikan untuk pencucian uang.15

Meski UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak menjangkau offshore company, namun dalam kondisi tertentu perusahaan tersebut terikat dengan aturan hukum di Indonesia. Kalau offshore masuk ke Indonesia dan terdaftar sebagai perusahaan investasi dalam menjalankan aktivitas bisnisnya di Indonesia dia terikat dengan perangkat aturan di Indonesia. Tapi dasar hukum pendirian perusahaan ini (offshore) bukan di Indonesia. Jadi yang mengikat dia itu

11 Hukum Online, “Begini Hukum Indonesia Memandang Perusahaan Cangkang “, Diakses dari https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5707dd59b9f3c/begini-hukum- indonesia-memandang-perusahaan-cangkang pada tanggal 8 April 2016, pukul 18.02.

12 Indonesia (POJK DIRE)., op.cit. Pasal 1 angka (10)

13Munir Fuady, “Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis”(Bandung : Citra Aditya Bakti,2003)hlm.129.

14 Hukum Online, “Begini Hukum Indonesia Memandang Perusahaan Cangkang “.,op.cit.

15 Andre Resep, Police Speak Police Dictionary (CV Andi Offset: Jakarta, 2016) hlm.

408.

(13)

hanya aktivitas bisnisnya tapi tidak pada subjek hukumnya sendiri karena PT didirikan.16

Dalam perkembangannya banyak sekali diskusi dan penelitian teori perusahaan transnasional, secara khusus mengenai hubungan kepemilikan saham.

Hubungan tersebut menyebabkan hukum Negara dari induk perusahaan dapat dikenakan kepada SPC, bahkan atas tindakan SPC di luar Negara tersebut.17

Keberadaan SPC ini sudah diakomodasi dalam undang-undang SBSN, namun hanya berlaku untuk sukuk negara. Dengan demikian, keberadaan SPC untuk penerbitan sukuk korporasi perlu diatur dalam undang-undang.18

SPC mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Badan Hukum pada umumnya. Permasalahan yang mendasar mengenai SPC, adalah UUPT tidak mengatur mengenai bentuk SPC ini.19

offshore company merupakan sesuatu yang lumrah dalam hal bisnis.

Secara hukum, kedudukan perusahaan ini juga bukanlah ilegal.

baik onshore ataupun offshore, keduanya merupakan alternatif yang bisa dipilih oleh pengusaha dengan beragam motivasi di balik penentuan pilihan tersebut.20

Di Indonesia keberadaan DIRE termasuk dalam kerangka Kontrak Investasi Kolektif (selanjutnya disebut KIK). Kontrak Investasi Kolektif (KIK) merupakan kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat

16 Hukum Online, “Begini Hukum Indonesia Memandang Perusahaan Cangkang “.,op.cit.

17S.J. Rubin and Don Wallace, Jr. (eds), United Nations Library on Transnational Corporation Volume 19 (Transnational Corporations and National Law), (London: Routledge, 1994), hlm. 64.

18Ibid

19Ridovi Kemal,” Pengaturan Badan Hukum Special Purpose Vehicle dan

Pemindahtanganan Barang Milik Negara Di Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara Dan Menurut Hukum Islam”,Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2013,hlm 8.

20Hukum Online, “Begini Hukum Indonesia Memandang Perusahaan Cangkang “, op.cit.

(14)

pemegang unit penyertaan di mana manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan Penitipan Kolektif.21

Namun karena SPC tidak di atur secara signifikan di dalam UUPT dan POJK DIRE, hal ini akan menjadi persoalan hukum, terutama terkait dengan aspek korporasi, bisnis dan bahan perpajakan. Karena tidak di atur secara jelas bagaimana perjalanan kontrak antara investor serta tidak diketahui secara jelas undang- undang yang mengatur SPC sehingga tidak dapat diketahui ketentuan dan sinkronisasi pengaturan SPC dengan peraturan lain. Serta menyinggung definisi SPC dalam POJK DIRE, tidak dijelaskan mengapa dana investasi real estate berbentuk kontrak investasi kolektif paling sedikit 99,9% dari modal di setor.

. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengangkat judul dari penulisan skripsi ini yaitu, ”Aspek Hukum Penggunaan Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aspek hukum Special Purpose Company di Indonesia?

2. Bagaimana Kontrak Investasi Kolektif terkait Dana Investasi Real Estate?

3. Bagaimanakah aspek hukum pendirian Special Purpose Company untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif ?

21Dinda Mutia Rachmania, dkk., loc.cit.

(15)

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui aspek hukum Special Purpose Company di Indonesia.

2. Untuk mengetahui Kontrak Investasi Kolektif terkait Pengelolaan Dana Investasi Real Estate.

3. Untuk mengetahui aspek hukum Penggunaan Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif.

D. Manfaat Penulisan

Dalam melakukan penulisan tentu sangat diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk penulis maupun pihak-pihak lain. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta memberikan wawasan bagi pembaca berkaitan dengan Penggunaan Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif.

2. Manfaat praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan dan solusi pada pada pembaca, masyarakat yang ingin melakukan pengelolaan investasi aturan hukum dalam Penggunaan Special Purpose Company untuk Pengelolaan Dana

(16)

Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif, serta masukan kepada pemerintah terkait kegiatan investasi dalam Special Purpose Company.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas yang ada di Indonesia bauk secara fisik maupun online skripsi yang berjudul Aspek Hukum Penggunaan Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif, belum pernah dilakukan oleh penulisan sebelumnya.

F.Tinjauan Pustaka 1. Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban. Perseroan Terbatas adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal yang terdiri atas saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya.22

Perseroan Terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri.

Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilikan saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas,yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila perusahaan mendapat keuntungan,keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilikan saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut

22 Adrian Sutedi,”Buku Pintar Perseroan Terbatas”(Katalog dalam terbitan:

Jakarta,2015) hlm.6.

(17)

dividen yang nominalnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.23

2. Saham

Saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Melakukan jual beli saham maupun menjaminkan saham untuk suatu uatang merupakan transaksi bisnis,karena dibalik setiap transaksi tersebut pelakunya selalu memperhitungakan untung dan ruginya. 24

Berbicara tentang saham tidak dapat dilepaskan tentang modal dan perusahaan yang berbentuk PT karena, PT sebagai pelaku bisnis membutuhkan banyak modal dan modalnya terbagi atas sejumlah saham. Modal menjadi persoalan pokok pada PT karena, bentuk perusahaan ini pada intinya sebagai persekutuan modal.25

3. Pasar Modal

Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal.

Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah. Perusahaan yang masuk ke pasar modal akan lebih dikenal karena setiap hari bursa akan selalu terbaru. Modal pinjaman dalam bentuk obligasi jauh lebih murah dari pada kredit jangka panjang perbankan. Perusahaan yang pada awalnya memiliki utang yang lebih tinggi dari pada modal, dapat berbalik memiliki modal

23 Ibid.hlm. 7.

24 Gatot Supramono,”Transaksi Bisnis Saham dan Penyelesaian sengketa Melalui Pengadilan”(Kencana:Jakarta,2014) hlm.2 .

25 Ibid. hlm 4

(18)

sendiri yang lebih tinggi dari pada utang apabila memasuki pasar modal. Jadi pasar modal merupakan sarana untuk memperbaiki struktur permodalan perusahaan.26

4. Special Purpose Company

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.010/2016 tanggal 23 Agustus 2016 menegaskan bahwa Special Purpose Vechicle merupakan perusahaan antara yang didirikan semata-mata untuk menjalankan fungsi khusus tertentu untuk kepentingan pendirinya, seperti pembelian dan/atau pembiayaan investasi dan tidak melakukan kegiatan usaha aktif.27

Dalam bukunya, Atep Adya Barata menyebutkan wajib pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian yaitu SPC,dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang wajib pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain. Penjualanan atau pengalihan saham perusahaan antara ( conduit company atau SPC )yang didirikan atau bertempat kedudukan dinegara yang memberikan pajak ( Tax haven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.28

26 Mohamad Samsul,” Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio”(Gelora Aksara Pratama:Surabaya,2006) hlm.45

27 Chairil Anwar Pohan, “Pedoman Lengkap Pajak Internasional Konsep,Strategi,dan Penerapan” (Gramedia : Jakarta,2018) Hlm.398.

28 Atep Adya Barata,” Panduan Lengkap Pajak Penghasilan” (Transmedia Pustaka : Jakarta Selatan,2011) hlm.145

(19)

5. Pengelolaan Dana Investasi Real Estate

DIRE merupakan salah satu instrument yang memfasilitasi investor dengan modal jutaan untuk berinvestasi pada properti yang membutuhkan dana miliar. DIRE juga menawarkan keunggulan likuiditas seperti reksa dana, yaitu bisa dijual belikan kapan saja.29 Reksa Dana adalah inisiatif dari manejer investasi melaukan negoisasi.30

6. Kontrak Investasi Kolektif

Kontrak Investasi Kolektif (KIK) merupakan kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang menigkat pemegang unit penyertaan di mana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank custodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.31

Kontrak Investasi Kolektif (KIK) adalah kontrak yang dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi kolektif.32

Menurut penjelasan Pasal 18 ayat (1) huruf b UUPM bahwa kontrak investasi kolektif adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan di mana Manajer Investasi diberi

29 Rudiyanto,”Sukses Finansial dengan Reksa Dana”( Gramedia :Jakarta,2013) hlm.52

30 Adler Haymans manurung,” Panduan Lengkap reksa Dana Investasiku” (Kompas Media Nusantara: Jakarta,2008) hlm.176

31 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 64/POJK.04/2017, op. cit., Pasal 1 angka 2

32Eko Priyo.P. dan Ubaidillah Nugraha, Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 48-49

(20)

wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan Penitipan Kolektif.33

Kontrak Investasi Kolektif (KIK) adalah kontrak yang dibuat antara manajerinvestasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi kolektif.34

Dari sisi proses pembentukannya, Reksa Dana KIK lebih sederhana dibandingkan dengan PT. Reksa Dana. Dalam proses pembentukan Reksa Dana KIK, Manajer Investasi akan mengambil inisiatif untuk menerbitkan Reksa Dana melalui proses pernyataan pendaftaran kepada Bapepam agar dapat menjual Unit Penyertaan kepada investor publik, tanpa perlu membentuk suatu perseroan.

Sebelum melaksanakan proses pernyataan pendaftaran manajer investasi harus terlebih dahulu menentukan Bank Kustodian, untuk dapat membuat Kontrak Investasi Kolektif.35

G. Metode Penulisan

Metodologi penelitian merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam suatu penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,36 tujuannya adalah agar setiap penulisan dapat memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti.

Dalam usaha pengumpulan data- data untuk melengkapi dan menyusun skripsi ini,

33 Indonesia,(UUPM),” Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal”LN 1995 Nomor 64,TLN Nomor 3608

34Eko Priyo.P. dan Ubaidillah Nugraha, Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 48-49

35Ibid., hlm 49

36 Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), hlm. 7.

(21)

penulis telah mengumpulkan bahan- bahan yang dirasa perlu untuk dapat mendukung penulisan skripsi dan pada akhirnya hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktirn-doktrin hukum untuk menjawab permasalah hukum yang dihadapi.37

2. Sifat penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yurisdis, dengan tujuan menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.38

3. Sumber data

Penelitian ini bersumber pada studi kepustakaan (library research),yaitu suatu penelitian dimana buku,dokumen,jurnal,catatan,surat dan lain-lain menjadi sumber utama dalam suatu penelitian.39 sehingga jenis data yang akan dikaji

37 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana,2005), hlm. 35.

38 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 116-117.

39 Bungaran Antonius Simanjuntak,”Metode Penelitian Sosial”,(Bina Media Printis:

Jakarta.2014) hlm.8.

(22)

adalah data sekunder.40 Dalam penelitian ini jenis data sekunder yang peneliti gunakan terdiri dari :

a. Bahan hukum primer: merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas, yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi. Bahan hukum primer tersebut merupakan bahan yang terkait dengan pelarangan eksport konsentrat meliputi :

1) Undang-Undang Nomor 8 tahun1995 tentang Pasar Modal

2) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal 3) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, 4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.03/2008 tentang

Pemotongan Pajak Penghasilan Dari Penjualan atau Pengalihan Saham Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 18 Ayat (3c), Undang-Undang Pajak Penghasilan Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri

5) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 64/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Real Estate Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, 6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.010/2016 tentang

Pengampunan Pajak

7) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19 /POJK.04/2016 Tentang Pedoman Bagi Manajer Investasi Dan Bank Kustodian Yang Melakukan Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

40 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 12.

(23)

8) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 200/Pmk.03/2015 Tentang Perlakuan Perpajakan Bagi Wajib Pajak Dan Pengusaha Kena Pajak Yang Menggunakan Skema Kontrak Investasi Kolektif Tertentu Dalam Rangka Pendalaman Sektor Keuangan.

b. Bahan hukum sekunder, merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti misalnya undang- undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan jurnal serta artikel. Penelitian ini menggunakan bahan hukum sekunder yang terdiri dari buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

c. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, kamus Bahasa Indonesia dan ensiklopedia.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan secara studi kepustakaan (library research) artinya data yang diperoleh melalui penelusuran kepustakaan berupa data sekunder ditabulasi yang kemudian disistematisasikan dengan memilih perangkat-perangkat hukum yang relevan dengan objek penelitian.41 Penelitian kepustakaan yaitu melakukan penelitian terhadap buku-buku, literatur-literatur, serta peraturan perundang-undangan yang erat kaitannya dengan Aspek Hukum Penggunaan Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate dalam Kontrak Investasi Kolektif.

5. Analisis data

41 Ibid

(24)

Analisa data adalah pengolahan data yang diperoleh baik dari penelitian pustakan. Terhadap data primer yang didapat dari lapangan terlebih dahulu diteliti kelengkapannya dan kejelasannya untuk diklasifikasi serta dilakukan penyusunan secara sistematis serta konsisten untuk memudahkan melakukan analisis. Data primer inipun terlebih dahulu di korelasi untuk menyelesaikan data yang paling relevan dengan perumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Data sekunder yang didapat dari kepustakaan dipilih serta dihimpun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis. Dari hasil data penelitian pustaka dilakukan pembahasan secara deskriptif.42

Deskriptif merupakan pemaparan hasil penelitian dengan tujuan agar diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh namun tetap sistematis terutama mengenai fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Analitis artinya gambaran yang diperoleh tersebut dilakukan analisis dengan cermat sehingga dapat diketahui tentang tujuan dari penelitian ini sendiri yaitu membuktikan permasalahan sebagaimana telah dirumuskan dalam perumusan permasalahan tersebut.

Tahap berikutnya merupakan pengolahan data yaitu analisis yang dilakukan dengan metode kualitatif yaitu “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang diteliti, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,

42 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op.cit, hlm 86

(25)

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.43 Maksud dari metode kualitatif yaitu menguraikan hasil penelitian pustaka.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini berkjudul Aspek Hukum Penggunaan Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif. Guna memudahkan penulis membagi skripsi ini menjadi 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi pula atas beberapa sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini secara singkat adalah, yaitu:

Bab I, Pendahuluan, merupakan awal dari penelitian yang berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan

Bab II, Pengaturan Special Purpose Company, berisikan pengertian Special Purpose Company, Perkembangan Special Purpose Company di Indonesia, dan Pengaturan Special Purpose Company.

Bab III, Kontrak Investasi Kolektif terkait Pengelolaan Dana Investasi Reasl Estate, pihak-pihak yang terlibat dengan Special Purpose Company dalam kontrak kolektif

Bab IV, Aspek Hukum Pendirian Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif, Faktor- faktor Pendirian Special Purpose Company,dan Aspek Hukum Pendirian Special Purpose Company Untuk Pengelolaan Dana Investasi Real Estate Dalam Kontrak Investasi Kolektif,

43 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 9

(26)

Bab V, Penutup, merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

(27)

BAB II

ASPEK HUKUM SPECIAL PURPOSE COMPANY DI INDONESIA

A. TINJAUAN UMUM SPECIAL PURPOSE COMPANY

Menurut Investorpedia, SPC adalah anak perusahaan dengan struktur aset kewajiban dan status hukum yang membuat kewajiban aman walaupun perusahaan induknya bangkrut. SPC juga merupakan anak perusahaan yang dirancang untuk menjadi counterparty untuk swap dan instrumen derivatif sensitif lainnya. SPC digunakan untuk mengisoalsi resiko keuangan karena accounting loopholes. 44

SPC dapat dibentuk melalui kemitraan terbatas, kepercayaan, perusahaan, perseroan terbatas atau entitas lainnya. SPC dapat dirancang untuk kepemilikan, pengelolaan, dan pendanaan perusahaan secara independen; sebagai pelindung proyek dari masalah operasional atau kepailitan; atau untuk menciptakan lease sintesis yang dibebankan pada laporan laba rugi perusahaan dari pada dicatat sebagai kewajiban di neraca. SPC membantu perusahaan dalam sekuritisasi aset, menciptakan usaha patungan (joint ventures), mengisolasi aset perusahaan atau melakukan transaksi keungan lainnya.45

SPC merupakan suatu badan hukum yang didirikan untuk tujuan khusus.

SPC juga dikenal dengan beberapa istilah seperti Special Purpose Entity, dan Special Purpose Vehicle. Tidak seperti suatu Trust, SPC adalah merupakan suatu legal entity atau badan hukum tertentu sesuai dengan tujuan dan keinginan

44 Chairil Anwar Pohan,”Pedoman Lengkap Pajak Internasional”, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2018), hlm.397.

45Ibid.

(28)

sponsor dan hukum/regulasi yang berlaku dalam yurisdiksi dimana SPC itu didirikan.46Bisa berbentuk limited partnership, trust atau bentuk hukum lainnya.

Dari keterangan diatas SPV sama seperti SPC.47

SPC merupakan perseroan terbatas yang sahamnya dimiliki oleh DIRE berbentuk KIK paling sedikit 99,9 % (sembilan puluh sembilan koma Sembilan persen) dari modal disetor.48

Dari pengertian di atas SPC dalam POJK DIRE-KIK berbentuk perseroan terbatas. SPC merupakan sebuah perusahaan dengan tujuan atau fokus yang terbatas. Perusahaan ini dibentuk oleh suatu badan hukum untuk melakukan aktivitas khusus atau bersifat sementara.49 Perusahaan ini biasanya, hampir dikuasai sepenuhnya oleh badan hukum yang menjadi pemodal. Oleh sebab itu SPC ini harus dijauhkan dari pemodal baik dalam bidang manajemennya maupun pemilikannya karena bisa mengakibatkan tidak jelasnya pemisahan atau perbedaan legalitas badan hukumnya dengan SPC.50

Suatu PT mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 51

a) Adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing persero (pemegang saham) dengan tujuan untuk membentuk jumlah dana sebagai jaminan bagi semua perikatan perseroan.

46Deni Daruri, Djony Edward, BPPN, Garbage In Garbage Out” “SPV kendaraan bisnis yang mengundang kontroversi” (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm 232.

47 Ibid

48 Indonesia(POJK DIRE KIK).,op.cit. Pasal 1 angka 10

49 Surahmat, R.,” Bunga Rampai Perpajakan”(Jakarta: Salemba Empat, 2007), hlm 28.

50 Robert L. Symonds,Jr,”Delaware Business Trusts : The preferred Special Purpose Vehicle For Structured Financings By Financially Healthy Businesses and Reorganizing Companies” (2013),hlm.221.

51Agus Budiarto,” Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas”

(Jakarta: Ghalia Indonesia,2002)hlm.24.

(29)

b) Adanya persero atau pemegang saham yanggung jawabnya terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua di dalam rapat umum pemegang saham (RUPS),merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi perseroan, yang berwenang mengangkat dan memberhentikan direksi dan komisaris berhak menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan menjalankan perusahaan,menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar dan lain-lain.

c) Adanya pengurus(direksi) dan pengawas( komisaris) yang merupakan satu kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan tanggung jawabnya terbatas pada tugasnya, yang harus sesuai dengan anggaran dasar atau keputusan RUPS.

Demikian pula setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, juga tidak ditemukan secara tegas di dalam pasal- pasalnya dengan klasifikasi yang bagaimana sehingga suatu badan usaha itu dapat dikategorikan sebagai perseroan terbatas.52

Yang dimaksud dengan perseroan terbatas adalah suatu perusahaan dalam bentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian dari para pendirinya,untuk melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar, dimana modal dasar tersebut dibagi kedalam saham-saham, dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang yang terkait dan peraturan perundangan- undangan lainnya. Lihat di Pasal 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas. 53

52 Ibid.

53 Munir Fuady,op.cit. hlm.1.

(30)

Definisi-definisi lain yang diberikan kepada suatu perseroan terbatas adalah sebagai berikut:54

1. Suatu manusia semu (artificial person) atau badan hukum (legal entity) yang diciptakan oleh hukum,yang dapat saja (sesuai hukum setempat) hanya terdiri dari satu orang anggota saja beserta para ahli warisnya, tetapi yang lebih lazim terdiri dari sekelompok individu sebagai anggota, yang oleh hukum badan hukum tersebut dipandang terpisah dari para anggotanya di mana keberadaannya tetap eksis terlepas dari saling bergantinya para anggota, badan hukum mana dapat berdiri untuk waktu yang tidak terbatas (sesuai hukum setempat),atau berdiri untuk jangka waktu tertentu, dan dapat melakukan kegiatan sendiri untuk kepentingan bersama dari anggota,kegiatan mana berada dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh hukum yang berlaku.

2. Suatu manusia semu yang diciptakan oleh hukum yang terdiri dari, baik satu orang anggota (jika hukum memungkinkan untuk itu), yakni yang disebut dengan perusahaan satu orang (corporation sole) maupun yang terdiri dari sekumpulan atau beberapa orang anggota,yakni yang disebut dengan perusahaan banyak orang (corporation agregate).

3. Suatu badan intelektual (intellectual body) yang diciptakan oleh hukum, yang terdiri dari beberapa orang individu, yang bernaung di bawah nama bersama, di mana perseroan terbatas tersebut sebagai badan intelektual tetap sama dan eksis meskipun para anggotanya saling berubah-ubah.

54 Ibid.,hlm.2.

(31)

Kontruksi perusahaan grup55 merupakan suatu kesatuan ekonomi yang tersusun dari perusahaan-perusahaan berbadan hukum mandiri yang dipandang sebagai induk dan anak perusahaan.56 Legitimasi kepada suatu perseroan melakukan perbuatan hukum untuk memiliki saham pada perseroan lain atau mengambil alih saham yang menyebabkan berahlihnya pengendalian perseroan lain sehingga berimplikasi kepada lahirnya keterkaitan induk dan anak perusahaan.57

Induk perusahaan memiliki kewenangan untuk menjadi pimpinan sentral yang mengendalikan dan mengordinasikan anak-anak perusahaan dalam suatu kesatuan ekonomi. Atas kewenangan induk perusahaan untuk mengendalikan anak perusahaan, induk perusahaan dianggap menjalankan fungsi sebagai holding company.58

Apabila mengacu kepada terminologi yang digunakan pada Public Utility Holding Company Act di Amerika Serikat,definisi holding company adalah: 59

“A corporation formed the express purpose of controlling other corporations by the ownership of a majority of their voting capital stock. In common usage, the term is applied to any corporations which does in fact control other corporations commonly referred to as subsidiaries.”

Sementara itu Ray August menyatakan bahwa holding company adalah perusahaan yang dimiliki oleh induk perusahaan atau beberapa induk perusahaan yang bertugas untuk mengawasi, mengoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan usaha anak-anak perusahaan.60

55 Emmy Pangaribuan,”Perusahaan Kelompok”(Yogyakarta: Seri Hukum Dagang Fak.Hukum Universitas Gadjah Mada,1994),hlm.5

56 Sulistiowati,”Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia”(Jakarta : Erlangga,2010),hlm.23.

57 Ibid.,hlm.24.

58 Ibid.

59Ibid.

60Ibid.

(32)

Terdapat dua model pengendalian perusahaan ditinjau dari kegiatan usaha induk perusahaan, yaitu sebagi berikut.61

1. Investment Holding Company

Pada investment holding company, induk perusahaan hanya melakukan penyertaan saham pada anak perusahaan, tanpa melakukan kegiatan pendukung ataupun kegiatan operasional. Induk perusahaan memperoleh pendapatan hanya dari dividen yang diberikan oleh anak perusahaan.

2. Operating Holding Company

Pada operating holding company, induk perusahaan menjalankan kegiatan usaha atau mengendalikan anak perusahaan. Kegiatan usaha induk perusahaan biasanya akan menentukan jenis izin usaha yang harus dipenuhi oleh induk perusahaan tersebut.

Hubungan saling memegang saham antar perseroan terbatas,maka dalam suatu perseroan terbatas dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kategori sebagai berikut:62

a. Perusahaan induk (holding)

Perusahaan induk (holding) adalah suatu perseroan terbatas yang ikut memegang saham dalam beberapa perusahaan lain. Apabila yang dipegang adalah lebih dari 50% (lima puluh persen) saham,maka perusahaan holding tersebut dapat mengontrol anak perusahaan, demikian juga perusahaan pengontrol. Sebuah perusahaan holding dapat memegang saham di beberapa anak perusahaan, yang kesemua perusahaan tersebut bernaung dalam satu kelompok perusahaan.

61 Ibid,.hlm.25.

62Munir Fuady,op.cit. hlm.18.

(33)

Perusahaan kolongmerat adalah kelompok-kelompok perusahaan yang memiliki jumlah anak perusahaan yang sangat banyak,dengan bisnisnya yang sangat beraneka ragam, meskipun kelompok-kelompok tersebut biasanya tetap mempunyai bisnis inti di bidang tertentu. Namun, meskipun kesemua anak perusahaan dimiliki oleh satu perusahaan (holding) sehingga terjadi satu kesatuan secara ekonomis,secara hukum,masing-masing anak perusahaan tersebut tetap dianggap terpisah satu sama lain, karena masing-masing anak perusahaan merupakan suatu badan hukum, sendiri-sendiri. Karena itu, kecuali dalam hal-hal yang sangat khusus, pihak ketiga hanya dapat mengugat terhadap anak perusahaan yang mempunyai masalah dengannya, tidak dapat diperlebar terhadap anak perusahaan lain atau terhadap perusahaan holding-nya.

b. Perusahaan anak (subsidiary)

Sebaliknya, perseroan terbatas mempunyai saham-saham yang dipegang oleh perusahaan holding disebut dengan anak perusahaan atau perusahaan anak.

c. Perusahaan terafiliasi (affiliate)

Hubungan antar anak perusahaan dalam satu induk perusahaan disebut hubungan terafiliasi. Dengan demikian, dilihat dari hubungan tersebut, maka perusahaan yang bersangkutan disebut dengan perusahaan terafiliasi (affiliate) atau yang sering juga disebut dengan perusahaan saudara ( sister company ).

Controlled Foreign Company (CFC) adalah perusahaan terkendali yang dimiliki oleh Wajib Pajak dalam negeri yang berada di negara- negara yang

(34)

mengenakan pajak rendah atau tidak mengenakan pajak sama sekali (tax haven country) yang dibentuk dengan maksud untuk menunda pengakuan penghasilan dalam rangka penghindaran pajak (tax avoidance).63

Penghindaran pajak oleh WPDN (catatan perpajakan) ini dilakukan dengan mengalihkan penghaasilan dari luar negeri ke perusahaan CFC yang sengaja dibentuk di negara tax haven country. Agar tidak dikenakan pajak, laba dari perusahaan CFC ini tidak dibagikan kepada pemegang sahamnya, yaitu WPDN.

Dengan kata lain, WPDN tidak meminta haknya atas laba yang diperoleh CFC.64 Adanya fenomena SPC telah ditunjukkan pada UU PPh Pasal 18 ayat (3b) yang menyatakan:65

“Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (SPC), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga”

Pada penjelasan di atas disebutkan bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penjegahan pajak oleh Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham/ penyertaan pada suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut.66

Untuk mencegah penyelewengan (penghindaran pajak oleh Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau penyertaan saham pada suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut), maka berdasarkan Pasal 18 ayat (3b) UU PPh, Wajib Pajak

63 Chaiiril Anwar,”Pedoman Lengkap Pajak Internasional”,(Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2018),hlm.391.

64 Ibid.

65 Indonesia (UUPPh), Pasal 18 ayat (3b)

66 Chairil Anwar Pohan, op.cit. hlm. 399.

(35)

yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (SPC), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut, sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut terdapat ketidakwajaran dalam penetapan harga.67

Sebagai peraturan pelaksananya, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.30/2010 sebagai berikut:68

1. Pembelian saham atau aktiva Wajib Pajak badan dalam negeri oleh suatu pihak atau badan yang dibentuk khusus untuk maksud demikian (SPC) dapat ditetapkan sebagai pembelian yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri lainnya sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian dimaksud sepanjang Wajib Pajak dalam negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut mempunyai Hubungan Istimewa dengan pihak atau badan yang dibentuk untuk maksud melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga pembelian.

2. Saham atau aktiva perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah saham atau aktiva yang sebelumnya dimiliki dan/atau dijaminkan oleh Wajib Pajak dalam negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian, sehubungan dengan perjanjian utang piutang, atau aktiva yang merupakan aset kredit (piutang) kepada Wajib Pajak dalam

67 Chairil Anwar Pohan, op.cit, hlm. 398.

68 Ibid. hlm. 399.

(36)

negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian, sehubungan dengan perjanjian utang piutang.

3. Pihak atau badan yang dibentuk untuk maksud melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan (SPC) sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan pihak atau badan yang tidak mempunyai substansi perusahaan dan yang dibentuk oleh Wajib Pajak dalam negeri yang bertujuan antara lain untuk membeli saham atau aktiva Wajib Pajak dalam negeri lainnya.69

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.010/2016 Tanggal 23 Agustus 2016 menegaskan bahwa SPC merupakan perusahaan antara yang didirikan semata-mata untuk menjalankan fungsi khusus tertentu untuk kepentingan pendirinya seperti pembelian dan/atau pembiayaan investasi dan tidak melakukan kegiatan usaha aktif.

Sebagai contoh dalam SPC yaitu:70

PT ABC dimiliki oleh XYZ Ltd. Hong Kong melalui anak perusahaannya SPV XYZ Ltd. yang berada di Caymand Island. Apabila dipandang sudah tidak menguntungkan lagi, PT ABC dapat dijual di perusahaan lainnya. Namun yang dijual adalah saham XYZ Ltd. Hong Kong di SPV XYZ Ltd. Caymand Island, bukan saham SPV XYZ Ltd. di PT ABC. Konsekuensinya, PPh final 5% sesuai keputusan Menteri Keuangan Nomor 434/KMK.04/1999 tentang Pajak Penghasilan Pasar 26 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap atas penghasilan berupa keuntungan dari

69 Ibid. hlm. 398.

70 Ibid.

(37)

penjualan saham tidak dikenakan karena kepemilikan saham PT ABC secara langsung tetap sama PT ABC secara langsung tetap sama (tidak berubah), yaitu milik SPV XYZ Ltd. di Cayman Island.

SPC bukanlah objek hukum yang sering dikaji secara akademik di Indonesia, walaupun dalam praktik bisnis, penggunaannya tidaklah asing sama sekali bagi para pengusaha. SPC secara keuangan dan perdagangan mendapat garansi dari lembaga-lembaga keuangan independen yang terlibat seperti Finance Consultant, Appraisal, Tax Consultant dan lain-lain.71

Dalam praktiknya, SPC dapat digunakan untuk menyamarkan identitas dari pemiliknya melalui konsep pemisahan pemilik dengan badan hukum Korporasi .Penyamaran identitas ini umumnya dilakukan dengan jalan mendirikan belasan, puluhan atau mungkin lebih banyak lagi SPC dan menciptakan struktur kepemilikan atas SPC tersebut yang berlapis-lapis di berbagai yurisdiksi (yang tentunya melibatkan banyak negara).72

Penyamaran identitas melalui SPC ini, ditambah dengan keberadaan konsep tanggung jawab terbatas, dapat memberikan insentif negatif kepada pihak- pihak tertentu untuk melakukan pelanggaran hukum termasuk dalam bentuk pencucian uang, korupsi, transaksi orang dalam, penggelapan pajak, dan sebagainya.73

71 Reza Zaki, http://business-law.binus.ac.id/2016/10/16/special-purpose-vehicle-spv-di- dalam-uu-tax-amnest/, diakses pada tanggal 9 oktober 2018 pada pukul 12:19.

72 Ibid.

73Ibid.

(38)

SPC,jika diterjemahkan secara harfiah dalah kendaraan khusus yang digunakan untuk tujuan tertentu. Belum ada definisi secara baku khusus tentang istilah SPV ini karena dalam prakteknya tidak ada definisi yang persis sama untuk setiap kondisi terkait dengan aktivitas bisnis sebagaimana juga maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam pendiriannya berbeda-beda.74

Di Indonesia beberapa kegiatan yang dilakukan untuk meminimalisasi beban pajak melalui tax havena, antara lain :

1. Transfer pricing yang dimanfaatkan dalam membeli barang dengan harga murah/rendah (under pricing) dan menjual kembali dengan harga tinggi, sehingga laba dari negara produsen dan konsumen di gerus ke tax heaven.

Badan yang didirikan di tax haventersebut sepertinya berfungsi sebagai “brass plate” company

2. Captive insurance companiesyang didirikan di tax havensebagai perusahaan asuransi atau reasuransi seluruh anggota perusahaan grup dengan premi yang dibayar sebagai pengurang penghasilan perusahaan grup dari penghasilan.

3. Captive banking dengan memanfaatkan kemudahan dari fasilitas yang kondusif untuk pusat keuangan maka banyak cabang atau anak perusahaan perbankan yang dioperasikan di tax haven(cayman inslands). Bank demikian umumnya berfungsi sebagai pusat pencatatan (booking centre) karena transaksi nyata dilakukan dimana saja, karena beban pajak minimal, rekayasan transaksi melewati (channeling) captive banking ini akan menguntungkan grup perusahaan.

74Ibid

(39)

4. Pelayaran dengan bendera tax havens. Banyak negara yang menyediakan bendera pelayaran (flag of convenience) demikian seperti Singapura, Hongkong, Malaysia, Liberia, Cyprus, Nederland Antili, Panama dan Vanuatu. Mereka membentuk perusahaan di negara imaksud dan kepemilikan kapal diserahkan ke perusahaan tersebut.75

5. Back to back loandan paralel loanuntuk menghindari ketentuan penangkal minimalisasi capital (thin capitalization). Minimalisasi potongan pajak atas bungadan rekaraterisasi utang sebagai modal dapat dilakukan melalui rekayasa back to back loan demikian, dengan rekayasa seperti mendepositokan uang ke captive bankdi tax havendan bank tersebut meneruskan dana tersebut ke perusahaan lain anggota grup dalam bentuk pinjaman.

6. Holding companiessecara meluas dimanfaatkan untuk melakukan investasi di negara berkembang. Praktek yang dilakukan ialah mendirikan dan mendanai perusahaan di tax havens kemudian perusahaan holding tersebut menanam modal (atau kadang kala memberikan pinjaman) ke perusahaan negara berkembang. Rekayasa lain ialah dengan mendirikan perusahaan antara (SPC) di tax havensantara perusahaan induk di negara maju dengan perusahaan anak di negara berkembang.

7. Perusahaan lisensi. Rekayasa minimalisasi pemajakan atas royalty dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan di tax havensyang mengelola harta tidak berwujud (patens, copyrights, trademarks, formulas, dan resep lainnya) yang sebetulnya milik perusahaan di negara lain76

75Gunadi.Pajak Internasional. Edisi Revisi, (Jakarta: FEUI, 2007), hlm 285

76Ibid.

(40)

SPC sendiri merupakan perusahaan yang 99,9 persen sahamnya dimiliki secara kolektif dengan modal berasal dari dana masyarakat pemodal (DIRE).

77Pada DIRE diwajibkan untuk menginvestasikan minimum 80% dari dana kelolaannya ke aset yang berhubungan dengan real estate. Dan minimum 50%

dari dana kelolaannya harus berbentuk aset real estate seperti mal, perkantoran, apartemen, dan perumahan yang dapat disewakan.Sebagaimana diketahui, pemerintah akan menerbitkan peraturan pemerintah (PP) yang mengatur besaran pajak penghasilan final sebesar 0,5% untuk DIRE. Di samping itu, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) juga akan dipangkas dari 5% menjadi 1%.

Alhasil, total pajak yang dibebankan dalam instrumen DIRE akan tersisa 1,5%, lebih rendah dari pajak yang diterapkan Singapura sebesar 3%. Dana Investasi Real Estat (DIRE) adalah Dana Investasi Real Estat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.M.1 tentang Pedoman bagi Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang Melakukan Pengelolaan Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.78

Secara umum EBA mempunyai konstruksi yang sama di semua negara, namun pengaturannya terutama mengenai bentuk special purpose vehicle-nya berbeda untuk masing-masing negara. Di Amerika misalnya bentuk hukum SPC dalam EBA merupakanTrust atau corporation. Namun bentuk hukum trust ini tidak dikenal dalam sistem hukum di Indonesia, dan karenanya perlu ditetapkan bentuk hukum yang lain yang sesuai untuk suatu SPC. pihak yang mengajukan

77http://kabargress.com/2016/05/25/lokakarya-edukasi-dana-investasi-real-estate-dan- paket-kebijakan-ekonomi-xii/diakses tanggal 21 Juni 2018

78Ibid.

(41)

agar SPC dalam efek beragun aset mempunyai bentuk hukum PT . Namun jika SPC berbentuk hukum PT maka ia mempunyai organ-organ yang terdiri atas komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham.

Pada penjelasan diatas dapat diketahui terdapat pihak yang menjadi pemilik sebenarnya atas manfaat ekonomis (beneficial owner) dari penghasilan adalah penerima penghasilan yang:79

a. bertindak tidak sebagai Agen,

agen (agent) adalah orang atau badan yang bertindak sebagai perantara dan melakukan tindakan untuk dan/atau atas nama pihak lain;

b. bertindak tidak sebagai Nominee,

nominee adalah orang atau badan yang secara hukum memiliki (legal owner) suatu harta dan/atau penghasilan untuk kepentingan atau berdasarkan amanat pihak yang sebenarnya menjadi pemilik harta dan/pihak yang sebenarnya menikmati manfaat atas pengahsilan;

c. bukan perusahaan Conduit

perusahaan conduit adalah suatu perusahaan yang memperoleh manfaat dari suatu P3B sehubungan dengan penghasilan yang timbul di negara lain, sementara manfaat ekonomis dari penghasilan tersebut dimiliki orang-orang di negara lain yang tidak

79 Chairil Anwar Pohan, op.cit, . hlm. 387.

(42)

akan dapat memperoleh hak pemanfaatan P3B apabila penghasilan tersebut diterima langsung.

Menurut ketentuan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1a) UU PPh 1984 menyebutkan bahwa negara domisisli dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau yang melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia adalah negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).80

Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap Indonesia yang menerima penghasilan dari Indonesia ditentukan berdasarkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak yang sebenarnya yang menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner) oleh karena itu, negara domisili tidak hanya ditentukan berdasarkan Surat Keterangan Domisili tetapi juga tempat tinggal atau tempat kedudukan dari penerima manfaat dari penghasilan dimaksud.81

Dalam hal penerima manfaat adalah orang pribadi, negara domisilinya adalah negara tempat orang pribadi tersebut bertempat tinggal atau berada, sedangkan apabila penerima manfaat adalah badan, negara domisilinya adalah negara tempat pemilik atau lebih dari 50% pemegang saham baik sendiri- sendiri maupun bersama- sama berkedudukan atau efektif manajemennya berada.82

80 Ibid. hlm.388.

81 Ibid.

82 Ibid.

(43)

Lebih lanjut dalam Pasal 10 Peraturan Dirjen Pajak Nomor 10/PJ/2017 Tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, menegaskan tentang syarat sebagai beneficial owner.83

Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan yang di dalam pasal P3B terkait mengatur persyaratan beneficial owner.84

WPLN memenuhi ketentuan (syarat) sebagai beneficial owner, dalam hal:85

a. Bagi WPLN orang pribadi tidak bertindak sebagai Agen atau Nominee, atau

b. Bagi WPLN badan, tidak bertindak sebagai Agen, Nominee, atau Conduit, yang harus memenuhi ketentuan:

1. Mempunyai kendali untuk mengunakan atau menikmati dana, aset atau hak yang mendatangkan penghasilan dari Indonesia;

2. Tidak lebih dari 50% penghasilan badan digunkan untuk memenuhi kewajiban kepada pihak lain;

3. Menanggung resiko atas aset, modal, atau kewajiban yang dimiliki;

4. Tidak mempunyai kewajiban baik tertulis maupun tidak tertulis untuk meneruskan sebagian atau seluruh penghasilan yang diterima dari Indonesia kepada pihak lain.

83 Ibid. hlm. 389.

84Ibid.

85Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan substansial dalam pelaksanaan perjanjian kredit pada kegiatan pinjaman bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Kelurahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kulit coklat sebagai alkali pada proses pembuatan sabun natural dan mengetahui sifat-sifat sabun natural yang

Sistem chatbot tidak dapat menentukan semester mahasiswa ketika mengambil cuti kuliah, sehingga chatbot bisa tidak akurat dalam menjawab pertanyaan yang

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait materi pengertian integral tak tentu sebagai kebalikan dari turunan fungsi (anti turunan)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2019 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman

Wilayah Kabupaten Maros sebagai daerah pesisir dengan kontribusi pada sektor perikanan di Sulawesi Selatan cukup besar, terutama dalam memenuhi kebutuhan wilayah

MENTER! KEUANGAN REPUBLlK INQONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK 010/2021 TENTANG PENETAPAN JENIS KENDARMN BERMOTOR YANG DIKENAI PAJAK PENJUALAN