• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini semakin tingginya kesadaran khalayak untuk mendapatkan informasi serta perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat dunia jurnalistik berkembang pesat. Media massa yang awalnya hanya media cetak saja kemudian menjadi beragam dengan hadirnya media elektronik seperti televisi dan radio, bahkan sudah merambah ke media internet.

Namun di tengah ketatnya persaingan industri media, media cetak masih tetap diminati oleh masyarakat. Penerbitannya yang berkala (harian, mingguan, tengah bulanan, bulanan, tri wulanan) membuat berita-berita di media cetak ditulis lebih mendalam serta lebih sedikit mengalami ketidakakurasian dalam penyampaian berita. Morissan (2008;4) pun menyebutkan “…. kelebihan dari media cetak adalah dapat dibaca di mana dan kapan saja, dapat dibaca berulang-ulang, dan biaya relatif rendah.”

Era kebebasan pers pasca orde baru dan munculnya otonomi daerah di Indonesia menjadi peluang bagi media cetak untuk tetap eksis dengan menerbitkan pers lokal dan pers regional. Mastoem (2006;34) yang dikutip oleh Yusuf (bincangmedia.wordpress.com) menjabarkan:

(2)

Tren media lokal (provinsi, kabupaten, kota) yang berkembang di dunia sebenarnya sudah lebih dulu mewabah dibanding Indonesia.

Cakupan nasional tidak lagi dilirik karena tingginya biaya distribusi dan liputan. Di Amerika Serikat misalnya, koran-koran lokal semacam Washington Post, The New York Times, Chicago Tribune, atau Los Angeles Times justru merajai konsumsi media di daerah-masing-masing. Menurut Mahtoem Mastoem yang juga Ketua Pelaksana Harian Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat, di Amerika Serikat sudah sangat sulit menebitkan suratkabar nasional karena tiap kota memiliki segmen, kebutuhan dan kebanggaan sendiri-sendiri.

Sejak tahun 1950-an hingga sekarang, sebagian besar koran yang eksis adalah koran lokal atau regional. Amerika Serikat yang sering dijadikan kiblat bagi surat kabar dunia, memiliki lebih banyak state newspaper atau koran negara bagian. Demikian juga di negara–negara Eropa, koran lokal lebih eksis dan berkembang.

Pada pers nasional, mereka lebih banyak mengedepankan isu-isu nasional secara keselurahan, pers lokal dan regional lah yang kemudian berperan besar dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat seputar peristiwa yang terjadi di daerah tersebut. Lebih lanjut Yusuf menjelaskan (bincangmedia.wordpress.com):

“… media lokal mengartikulasikan kebutuhan informasi masyarakat sekaligus mengisi ceruk pasar (market niche). Mengingat kondisi masyarakat yang beraneka ragam, media lokal lahir dengan mengusung keberanekaragaman pula. Fungsi desentralisasi dan local autonomy bagi media daerah ditunjukkan dengan kemampuan mengakomodasi kemajemukan aspirasi masyarakat lokal-komunitas. Desentralisasi media pada tingakan ini melahirkan kemajemukan politik (political variety) yang sangat berguna untuk menyalurkan dan menampung local voice dan local choice.”

Nilai berita kedekatan (proximity) juga menjadi salah satu alasan mengapa pers lokal dan regional mampu meraih hati masyarakat untuk mengonsumsi media lokal tersebut. Kedekatan dalam hal ini mengandung dua arti, kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada berita yang terjadi di sekitar wilayah tempat

(3)

tinggal kita, sedangkan kedekatan psikologis lebih ditentukan dari keterikatan perasaan, pikiran, atau kejiwaan seseorang dengan berita tersebut.

Seperti yang dijelaskan oleh Sumadiria (2005;86) ada dua hal yang harus menjadi pertimbangan dalam menentukan berita bernilai kedekatan geografis dan kedekatan psikologis, yaitu:

Pertama, suatu kejadian atau peristiwa akan dianggap lebih penting sebagai berita bagi orang atau kelompok masyarakat yang berdekatan dengan tempat peristiwa itu terjadi.

Kedua, suatu peristiwa akan tetap memiliki daya tarik dan dianggap penting oleh khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa, jika peristiwa itu berkaitan langsung atau mengandung arti dengan apa yang dipikirkan, dirasakan, diingat atau dikenangnya, walaupun secara fisik geografis tempat peristiwa itu terjadi berjauhan atau tak bisa dijangkau dengan mata secara lahiriah.

Pers regional memang tidak jauh berbeda dengan pers lokal, hanya cakupan wilayahnya saja yang lebih luas. Namun Sumadiria (2005;44) menyebutkan, ada beberapa grup pers regional yang menerbitkan pers-pers lokal berdasarkan zona wilayahnya:

Muncul fenomena menarik ketika grup-grup pers regional menerbitkan pers-pers lokal yang ditentukan antara lain menurut kriteria zona wilayah. Jabar misalnya, dibagi ke dalam 4-5 zona wilayah. Pada empat zona itu, pers lokal sengaja diciptakan untuk pada akhirnya dijadikan sebagai penyangga, atau bahkan sebagai bumper pers regional yang menjadi induknya.

Di Indonesia sendiri, JPNN (Jawa Pos National Network) atau Jawa Pos Group menjadi salah satu jaringan media cetak terbesar yang memasarkan koran-koran lokal di seluruh nusantara. Data pada bulan Agustus 2008 JPNN menerbitkan 134 media cetak yang terdiri dari surat

(4)

informasi ke seluruh pelosok negeri menjadikan mereka sebagai pelopor koran lokal di kota dan kabupaten. (www.JPNN.com)

Kun Wazis (2012:6) menyebutkan dalam bukunya:

Tempo dan Jawa Pos boleh dibilang sebagai prototype media cetak yang memiliki daya magnet luar biasa di tengah-tengah pembaca di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri lagi, dengan strategi penguasaan pasar dan karakteristik berita yang ditampilkan kepada khalayak, Tempo dan Jawa Pos adalah media cetak papan atas di negeri ini.

Lebih lanjut Kun Wazis (2012:20) menjelaskan “… munculnya Radar-radar di seluruh Indonesia yang dibidani lahirnya oleh Jawa Pos semakin memperkuat penguasaan media tersebut kepada potensi lokal.”

Berangkat dari fenomena media lokal yang terus menjamur di Indonesia, penulis ingin meneliti apakah mereka masih berpegang pada definisi awal mereka sebagai media yang selalu mengedepankan berita- berita terkait seputar daerah atau malah justru lebih banyak menampilkan isu-isu nasional layaknya koran nasional.

Penulis memilih koran Radar Banten dan Radar Depok terbitan dari Jawa Pos Group sebagai bahan penelitian. Kedua surat kabar itu penulis pilih karena keduanya adalah media lokal yang sama-sama memiliki filosofi mengedepankan berita daerah setempat. Pertimbangan lain mengapa penulis memilih keduanya karena Banten dan Depok adalah daerah terdekat dari lokasi domisili penulis sehingga memudahkan penulis dalam mengumpulkan bahan penelitian. Penulis menggunakan analisis isi

(5)

sebagai metode penelitian dan periode penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei 2013 hingga bulan Juni 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang, penulis akan melakukan penelitian analisis isi pada dua media koran Radar Banten dan Radar Depok. Melalui penelitian ini penulis ingin meneliti:

• Bagaimana pemunculan berita pada kedua surat kabar dilihat dari cakupan wilayah berita?

• Bagaimana pemunculan berita pada kedua surat kabar dilihat dari

bidang masalah?

Dan untuk menjawab permasalahan yang diutarakan di atas, maka penulis mengambil judul penelitian “Analisis Isi Berita Koran Radar Banten dan Radar Depok Periode Mei 2013-Juni 2013”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah koran Radar Banten dan Radar Depok masih tetap berpegang teguh pada definisi awal mereka sebagai media lokal dan lebih banyak menampilkan berita-berita daerah daripada berita nasional dan berita internasional.

(6)

2. Mengetahui bidang masalah apa saja yang paling sering dimunculkan pada koran Radar Banten dan Radar Depok.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Akademis

1. Sebagai sumbangan penelitian bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi khususnya jurusan Jurnalistik.

2. Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya pengetahuan serta menambah informasi pembaca tentang media lokal.

1.4.2 Praktis

Penulis berharap penelitian ini bisa memberikan faedah bagi para jurnalis di koran Radar Banten dan Radar Depok untuk meningkatkan kualitas kedua media tersebut sebagai sarana informasi agar terus dapat menjaga eksistensinya di tengah-tengah masyarakat setempat.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan mengenai apa yang dibahas dalam skripsi ini, maka peneliti membagi skripsi ke dalam bagian-bagian sebagai berikut:

(7)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang berguna untuk memberikan gambaran umum tentang skripsi ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan kerangka teori yang mendasari penelitian, yaitu meliputi penjelasan teori, konsep yang berkaitan dengan permasalahan serta kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antar konsep.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, bahan penelitian dan unit analisis, serta teknik pengumpulan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dan juga saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Airil Haimi, dibangunkan pula Inventori Psikometrik Keusahawanan Riza-Airil atau IKRA-Azam dengan 270 item yang melihat, mengukur serta menilai kecenderungan serta potensi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan anak

L : Ya Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, hanya oleh karena kasihMu kepada orang berdosa ini. P : Ajarilah kami selalu mengingat Tuhan yang mati di kayu

1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi

Ringkasnya, meskipun struktur kristal serbuk ferit hasil sintesis telah sama dengan produk komersial, namun sifat-sifat magnetik magnet yang dihasilkan masih belum dapat

Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, yang berarti ada hubungan antara kehilangan hubungan dengan teman-teman atau keluarga dengan kualitas hidup

Untuk menjadikan kepentingan dan pengalaman perempuan dan laki-laki menjadi dimensi integral dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian kebijakan-kebijakan dalam

Pendekatan efektifitas dalam mengukur efektifitas menurut Martani dan Lubis (1987) ada 3(tiga) yaitu:.. a) Pendekatan Sumber (Resource Approach) yakni mengukur efektifitas dari