• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler

Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak (Murtidjo, 2006).

Rasyaf (2004) menyatakan bahwa ayam broiler mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ayam broiler pertumbuhannya sangat fantastik sejak umur satu minggu hingga lima minggu. Pada saat berumur tiga minggu ternak sudah menunjukkan pertumbuhan bobot badan yang memuaskan, menurut Lestari (1992) bahwa ayam pedaging adalah ayam yang berumur enam minggu, mempunyai pertumbuhan yang cepat dengan berat akhir antara 1,5–2 kg. Ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada usia lima sampai enam minggu dengan bobot hidup antara 1,3 sampai 1,6 kg per ekor (Rasyaf, 2004). Namun demikian kebanyakan masyarakat di Indonesia lebih banyak menyukai daging ayam broiler yang tidak begitu besar terutama untuk konsumsi rumah makan dan pasar-pasar tradisional.

Sebenarnya istilah ayam broiler merupakan istilah asing yang menunjukkan cara memasak ayam di negara–negara barat (Rasyaf, 2002).

Sehingga sampai saat ini belum ada istilah yang tepat untuk mengantikannya,

5

(2)

masyarakat dari pedesaan hingga pelosok sampai saat ini tetap menyebut dengan istilah ayam broiler.

Usaha Ternak Ayam Pedaging

Usaha peternakan ayam pedaging atau ayam broiler pada awalnya merupakan usaha sampingan dari usaha peternakan ayam petelur. Seiring dengan berjalannya waktu, industri peternakan ayam broiler saat ini telah banyak berdiri.

melalui aktivitas bisnisnya yaitu memproduksi ayam pedaging, yang meliputi budidaya ayam broiler (farming operation) dan industri pengolahan daging ayam, industri peternakan ayam broiler telah memberikan peranan yang nyata terhadap perkembangan subsektor peternakan di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari segi tingkat efisiennya. Banyak para pelaku usaha menekuni usaha peternakan ayam broiler, baik secara sistem mandiri maupun secara sistem plasma. alasannya adalah selain jumlah permintaan daging ayam yang terus meningkat, perputaran modal yang sangat cepat merupakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan ayam broiler ini. Alasan lainnya adalah tersedianya faktor-faktor produksi dalam jumlah yang banyak (Hafsah, 2003).

Khusus untuk usaha peternakan ayam broiler dengan sistem plasma, faktor-faktor produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan, vaksinasi, dan vitamin tidak harus dibayar langsung. Faktor-faktor produksi tersebut sudah bisa dipakai untuk diproduksi selama masa produksi yaitu selama 30-40 hari dan baru bisa dibayar setelah ayam broiler dipanen. Usaha peternakan ayam broiler dapat

(3)

diusahakan dalam berbagai skala produksi, baik skala besar maupun skala kecil (Kadarsan, 1993).

Saat ini telah banyak para pelaku usaha ayam broiler yang menggabungkan beberapa unit usaha menjadi satu kesatuan unit usaha yang terintegrasi (integrated). misalnya usaha pembibitan ayam bergabung dengan usaha pakan ternak, usaha beternak ayam broiler komersial, dan proses pemotongan ayam. Bahkan banyak diantaranya yang menggabungkan usahanya dengan usaha pengolahan ayam, sehingga ayam potong yang dijual tidak hanya dalam bentuk ayam hidup ataupun dalam bentuk karkas tetapi bisa berupa produk hasil olahan seperti fillet atau nugget. Produk hasil olahan ini diproduksi berdasarkan permintaan konsumen yang terus berkembang (Rasyaf, 2004).

Usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternak rakyat, Pengusaha Kecil Peternakan, dan Pengusaha Peternakan (Anonimus, 1996).

Peternak Rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Pengusaha peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode (Rasyaf, 2004).

Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena didukung oleh perkembangan industri peternakan terutama ayam ras dan sapi potong. Pelaku dua komoditi tersebut berpotensi dijadikan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam sektor pertanian. Salah satu komoditas peternakan yang memiliki potensi yang

(4)

cukup tinggi di Indonesia adalah peternakan ayam ras pedaging (broiler), perkembangan jumlah populasi ayam broiler mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan adanya peluang tersebut maka perlu ditingkatkan daya saing komoditi hasil ternak (Ilham, 2006).

Peternakan Ayam Pedaging

Peternakan adalah suatu usaha pembibitan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan atau peternakan rakyat, yang dilakukan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersil atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu, serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan.

Peranan penting peternakan menyebabkan peternakan menjadi sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan bisnis sumber penghasilan utama maupun sampingan. Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam broiler karena memiliki permintaan yang tinggi (Rasyaf, 1989).

Pengusaha peternakan ini bahkan memiliki kelebihan yaitu berhak mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan bahwa Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang

(5)

ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan (Hafsah, 2003).

Peternakan ayam pedaging mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat). Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kegiatan tersebut. tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip- prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging yang memiliki beberapa keunggulan diantaranya, laju perputaran modal yang cepat dan waktu pemeliharaan yang singkat yaitu dalam lima minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot 1,5 kg/ekor. Hal inilah yang mendorong banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler. (Rasyaf, 2004).

Tinjauan Umum Kemitraan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman,kawan kerja, pasangan kerja, rekan, sementara kemitraan mempunyai arti perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Pengertian kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep kemitraan usaha jangan sampai

(6)

ada pihak yang diuntungkan di atas kerugian pihak lain yang merupakan mitra usahanya. Menurut Hafsah (1999), kemitraan bertujuan untuk memperbaiki semua aspek yaitu ekonomi, sosial budaya, teknologi manajemen. Pada aspek ekonomi bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan

c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional e. Memperluas kesempatan kerja

f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

Pada aspek sosial budaya tujuan yang ingin dicapai adalah pemberian pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil, sehingga dapat tumbuh, dan berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri.Pada akhirnya diharapkan akan disertai dengan tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru sebagai upaya pemerataan pendapatan sehingga dapat mencegah kesenjangan sosial.

Tujuan dalam konteks teknologi adalah terjadinya perbaikan teknologi mitra yang lemah dan berskala kecil menjadi lebih baik melalui bimbingan dan transfer teknologi dari perusahaan besar. diharapkan secara manajemen dapat tercapai perbaikan manajemen usaha kecil kearah yang lebih baik yaitu peningkatan produktivitas individu yang melaksanakan kerja, dan peningkatan produktivitas organisasi didalam kerja yang dilaksanakan.

(7)

Kemitraan pertanian adalah usaha pertanian berdasarkan azas persamaan kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra melalui perwujutan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan (Anonimus, 1997). Saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan hasil produksi dan kelompok mitra memerlukan pasokan bahan baku dan bimbingan dari perusahaan.

Saling memperkuat artinya kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis. Saling menguntungkan yaitu baik kelompok mitra dan perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan, dan kesinambungan usaha. Pola kemitraan usaha pertanian terdiri dari tiga macam yaitu :

1. Pola Inti Plasma, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma. Kelebihan pola ini adalah:

a. kepastian sarana produksi b. pelayanan/bimbingan c. menampung hasil.

Kekurangan pola ini adalah:

a. inti plasma menyediakan operasional

b. kegagalan dalam panen menjadi kerugian plasma.

2. Pola Sub Kontrak, adalah hubungan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang didalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahan mitra sebagai bagian dari produksinya.

(8)

3. Pola Dagang Umum, adalah hubungan kemitraan antara kelompok dengan perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra, atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan mitra (Anonimus, 1997).

Sementara itu pada agribisnis peternakan, khususnya peternakan broiler dilakukan dalam bentuk pola kemitraan inti plasma. Pola kemitraan inti plasma adalah hubungan kemitraan dimana perusahaan mitra sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Perusahaan inti menjamin penyediaan sarana produksi, menampung dan membeli hasil produksi, mengolah hasil dan pemasaran serta melaksanakan bimbingan teknis/manajemen kepada peternak serta mengusahakan permodalan. Sedangkan peternak sebagai plasma melakukan budidaya ternak (Saragih, 2000).

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti kemitraan adalah :

1. Peternakan mempunyai kandang dan perlengkapan, kontrak maupun sendiri, lengkap dengan perizinannya,

2. Peternak mengajukan pendaftaran kerjasama dengan perusahaan serta mencantumkan data seperti total luas kandang, peralatan, sarana-sarana pendukung lainnya.

3. Pihak perusahaan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk meninjau layak atau tidaknya kandang tersebut untuk dinilai dalam kerjasama tersebut.

4. Bukti perjanjian antara plasma dengan pihak perusahaan, plasma wajib memberikan jaminan perusahaan, berupa sertifikat, uang kontan, garansi bank atau surat berharga (Kamaludin, 2011).

(9)

Ada aturan (norma-norma) yang harus dilaksanakan oleh inti-plasma adalah sebagai berikut (Amin, 2012) :

Kewajiban inti

1. Menyediakan sarana produksi berupa pakan, bibit (DOC), obat, vaksin dan peralatan lainnya.

2. Mengambil dan memasarkan ayam pedaging hasil budidaya peternak.

3. Membantu peternak dalam proses budidaya.

Kewajiban plasma

1. Menyediakan lahan dan kandang.

2. Penyedia sarana produksi.

3. Melaksanakan kegiatan budidaya dengan sebaik-baiknya.

4. Menyerahkan hasil budidaya.

5. Tidak boleh menjual hasil budidaya selain pada inti.

Harga kontrak atau garansi pemiliharaan ayam berdasarkan kontrak yang ditawarkan oleh perusahaan. Harga sapronak, DOC, Pakan dan vaksin sudah tertera dalam perjanjian kontrak. Peternak akan memperoleh sisa hasil usaha dari perhitungan penjualan ayam dikurangi biaya-biaya yang diberikan oleh pihak inti.

Suatu pola kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak antara mitra (peternak) dan inti berdasar ikatan kerjasama. Jika sebagai peternak mempunyai modal kerja namun masih mengalami kesulitan pengadaan sapronak (DOC, Pakan, Obat, Vaksin dan Desinfektan) dan pemasaran hasil produksi maka inti sanggup membantu dalam usaha budidaya (Hafsah, 2003).

(10)

Suharno (2003) menyatakan bahwa perkembangan usaha ayam broiler tersebut didukung oleh makin kuatnya industri hulu, seperti perusahaan pembibitan (breeding farm), perusahaan pakan ternak (feed mill), perusahaan obat hewan, dan peralatan peternakan.

Analisa Ekonomi

Menurut Suprapti (2005), analisa ekonomi adalah gambaran mengenai perputaran keuangan dalam suatu kegiatan usaha. Dengan analisa ekonomi, dapat diketahui besarnya modal yang harus dikeluarkan dan besarnya pemasukan serta keuntungan yang dapat diharapkan dari suatu proses produksi.

1. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang terlibat dalam produksi dan tidak berubah meskipun ada perubahan jumlah daging yang dihasilkan. Termasuk biaya penyusutan, seperti penyusutan alat-alat kandang (tempat makan, tempat minum dan lain-lain), penyusutan kandang, bunga atas pinjaman, pajak dan sejenisnya dan biaya lain-lainnya. Rasyaf (2001) menyatakan, biaya tetap dalam usaha peternakan ayam broiler adalah biaya tetap yang terlibat dalam proses produksi.

Biaya Penyusutan Kandang

Biaya penyusutan kandang merupakan komponen biaya tetap tertinggi yang dikeluarkan peternak selama produksi. Perhitungan nilai penyusutan kandang dilakukan dengan cara: harga pembuatan kandang dikurangi harga akhir dibagi umur ekonomi (Siregar, 2008).

(11)

Biaya penyusutan peralatan

Tidak hanya kandang yang mengalami penyusutan tetapi peralatan kandang juga mengalami penyusutan seiring dengan berjalannya waktu, penyusutan peralatan termasuk dalam biaya tetap karena nilai peralatan kandang dari ke tahun menyusut meskipun kandang dikosongkan Arto (2013).

Bunga Modal

Bunga modal adalah sebuah pengembalian modal dalam bentuk sejumlah uang yang didapat seorang investor atau pemberi modal dalam periode waktu tertentu (Feriyanto, 2011).

PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)

Pajak bumi dan bangunan (PBB) termasuk dalam biaya tetap karena peternak wajib membayar pajak bumi dan bangunan meskipun tidak ada kegiatan produksi. Biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) yaitu jumlah luas kandang dibagi dengan luas lahan kandang dikali dengan jumlah pajak yang dibayar (Rasyaf, 2001).

2. Biaya Tidak Tetap (variable cost)

Dalam peternakan ayam broiler biaya tidak tetap meliputi pembelian DOC, biaya pakan, biaya gas, biaya sekam, biaya obat-obatan, biaya listrik, desinfektan dan gaji pegawai.

Menurut Cahyono (2004), berdasarkan klasifikasinya biaya variabel terdiri atas 4 macam:

a) Biaya bibit ayam yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli bibit ayam pedaging. Jumlah DOC bibit ayam yang dibutuhkan

(12)

dikalikan dengan harga DOC itu. Porsinya antara 10 – 16% dari total biaya produksi.

b) Biaya pakan meliputi 70 – 80 % dari total biaya produksi. Biaya pakan ini akan tercipta dari hasil perkalian antara jumlah konsumsi ransum dengan harga makanan. Harga pakan sudah ditentukan dari kekuatan pasar, sedangkan konsumsi ransum harus sesuai standar dari pembibit yang bersangkutan.

c) Biaya kesehatan dalam kondisi normal, porsi biaya kesehatan hanya 1- 2%. Biaya itu untuk membeli berbagai vaksin dan obat-obatan penting lainya. Dalam hal ini tidak termasuk biaya pengobatan dimasukkan dalam biaya peternakan, bukan biaya produksi.

d) Biaya pemeliharaan misalnya untuk membeli energi (minyak, gas, atau listrik) bagi indukan anak ayam, upah tenaga vaksinator dan lainya.

Total Biaya

Menurut Bambang dan Widyaningsih (2007), total biaya adalah jumlah seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut total biaya dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC

TC = Biaya total (total cost) FC = Biaya total (fixed cost)

VC = Biaya variabel (variable cost)

(13)

Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan

Penerimaan dari usaha ayam pedaging diperoleh dari penjualan ayam, penjualan pupuk dan penjualan karung pakan. Menurut Rasyaf (2001).

Penerimaan ialah jumlah produk yang dihasilkan dari suatu usaha dikalikan dengan harga yang berlaku.

Pendapatan

Pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi. Apabila hasil pengurangan antara penerimaan dan biaya produksi tersebut positif maka usaha tersebut akan memperoleh keuntungan sedangkan jika hasilnya negatif maka usaha tersebut akan rugi (Rasyaf, 1996), Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan dari kegiatan usaha seseorang sebagai imbalan atas kegiatan yang dilakukan.

Return Cost Ratio (R/C Ratio)

Analisis R/C Ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan biaya. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula keuntungan dari usaha tersebut (Munawir, 2010). Menurut Suastina dan Kayana (2015) return cost ratio adalah jumlah ratio yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif yang akan didapatkan dalam sebuah usaha pada dasarnya sebuah usaha akan dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai R/C yang didapatkan lebih besar daripada 1. Hal ini bias terjadi karena semakin tinggi R/C dari sebuah usaha, maka tingkat keuntungan yang akan didapatkan suatu usaha juga semakin tinggi.

(14)

Menurut Prawironegoro (2008), analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dengan kriteria hasil

1. R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan secara efisien

2. R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas / Break Event Point (BEP)

3. R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak.

Rentabilitas

Rentabilitas ditujukan dari besarnya perbandingan antara laba dan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Nikmat (2004) rentabilitas adalah suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal. Jika diperoleh nilai R > dari suku bunga Bank yang berlaku maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan.

BEP (Break Event Point )

Analisis break event point merupakan suatu analisis yang digunakan oleh pelaku usaha dalam mengambil sebuah keputusan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kaitan antara biaya dan volume penjualan yang nantinya digunakan untuk menentukan titik impas dimana usaha tidak mengalami kerugian maupun tidak mendapatkan keuntungan. Analisa break event point sangat membantu manajemen dalam berbagai hal, misalnya dalam dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, atau dampak peningkatan harga terhadap laba. Analisis ini sangat berguna bagi manajemen didalam perencanaan dan pengambilan keputusan (Sigit, et al. 2002).

(15)

Impas adalah suatu keadaan dimana jumlah total penghasilan besarnya sama dengan total biaya atau besarnya laba kontribusi sama dengan total biaya tetap, dengan kata lain usaha tersebut tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita rugi (Supriyono, 2000). Analisis break event point biasanya lebih sering digunakan apabila sebuah usaha memproduksi sebuah produk tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen (Khasmir, 2012).

Menurut Kuswadi (2005) analisis break event point memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan volume penjualan (produksi), harga jual, biaya produksi dan biaya-biaya lain serta mengetahui laba rugi sebuah usaha.

2. Sebagai sarana merencanakan laba.

3. Sebagai alat pengendalian (controlling) kegiatan operasi yang sedang berjalan.

4. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil perhitungan analisis finansial menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga 18%, nilai BCR pada penangkaran rusa timor di HP Dramaga selama 10 tahun sebesar 1,42 atau lebih

Pemantauan proses dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan proses kegiatan dengan rencana kegiatan termasuk penerapan ketentuan yang telah ditetapkan dalam RMK

Tujuan penerapan prinsip stratejik manajemen ini bagi UPBJJ-UT Kupang adalah untuk meningkatkan keberhasilan manajemen dengan meningkatkan peluang bisnis sebagai eksternal faktor

Menurut Edhy Sutanta (2003 : 9-10) Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai

Hasil yang diperoleh dari penulisan hukum ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan tumpang tindih dengan

Penelitian dilaksanakan dengan menganalisis kandungan karbohidrat, protein dan lemak pada batang atas yang akan digunakan untuk grafting, serta mengamati dan mengukur

Penyedia berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan pungutan lain yang dibebankan oleh hukum yang berlaku atas pelaksanaan SPK. Semua pengeluaran perpajakan