• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH. RASULULLAH Shallallahu alaihi wa sallam. Mencintai dan Meneladani dengan membaca Riwayat Kehidupannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEJARAH. RASULULLAH Shallallahu alaihi wa sallam. Mencintai dan Meneladani dengan membaca Riwayat Kehidupannya"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

0 |

SEJARAH

RASULULLAH Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Mencintai dan Meneladani dengan membaca Riwayat Kehidupannya

(2)

1 |

SEJARAH RASULULLAH shallalahu alaihi wa sallam Mencintai dan Meneladani dengan membaca Riwayat Kehidupannya

Penulis: Kunkun Kuntara

Desain Sampul: Dimas Irfan Anshari

Edisi Revisi 12 Rabiul Awwal 1442 H / 29 Oktober 2020 M

Pernerbit :

PT Jalinan Mulia Utama, Bandung

Dilarang memperbanyak isi buku ini tanpa izin dari penulis All Right Reserved

(3)

2 |

Kata Pengantar

Menuliskan kembali riwayat kehidupan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam seperti tidak akan ada habisnya, meskipun begitu banyak buku yang menulis sejarah kehidupan beliau, seperti halnya buku ini yang dibuat dalam format e-book.

Meskipun penulis menyadari buku ini masih banyak kekurangannya, namun semoga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan sejarah kehidupan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, sehingga dapat mencintai dan meneladani kehidupannya.

Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Cimahi, 27 Rabiul Awwal 1440 H / 5 Desember 2018

Kunkun Kuntara

(4)

3 |

Daftar Isi

Bagian 1 Periode sebelum kelahiran Rasulullah ...…. 6

Doa Nabi Ibrahim a.s. tentang Nabi Muhammad SAW ………… 6

Ramalan tentang kelahiran Rasulullah SAW ………. 6

Sejarah dan Asal Usul Berhala di Mekkah ………. 8

Kota Mekkah ………. 9

Kisah penyerangan Abrahah .………. 10

Abdul Muththalib Kakek Nabi ...………. 12

Abdullah bin Abdul Muththalib ... 12

Aminah Mengandung Rasulullah SAW ……… 13

Bagian 2 Periode Mekkah ….…..……….…... 14

Kelahiran Rasulullah SAW ……… 14

Masa Penyusuan Nabi ……….………. 16

Masa Kanak-kanak ……… 16

Masa Pembedahan dada ………...……. 18

Ibu dan kakeknya wafat ……… 18

Menggembala Ternak ……… 19

Kisah Pendeta Bahira ……… 20

Nabi menziarahi makam Ibunda …...……… 23

Penjagaan Allah SWT Terhadap Nabi-Nya Sebelum Diutus ….. 24

Pernikahan dengan Khadijah r.a. ……… 28

Partisipasi Nabi Muhammad SAW dalam Pembangunan Ka’bah 29 Rasulullah SAW Menerima Wahyu Pertama ………. 31

(5)

4 |

Nama-Nama Nabi SAW ……… 34

Dakwah Sembunyi-sembunyi ………....………... 37

Orang-orang Pertama yang memeluk Islam ………...……….. 39

Hijrah Pertama ke Habasyah ... 50

Kisah Isra’ dan Mi’raj ………..……… 52

Bagian 3 Periode Madinah ……..………….………....…….… 53

Hijrah ……… 53

Istri-istri Nabi SAW ……….………. 64

Peperangan ………...………. 86

Perang Badar ………..………. 87

Perang Uhud ……….. 99

Perang Dzatur Riqa’ ……….. 105

Perang Khandaq ……… 116

Perang Bani Quraizha ……….. 128

Perjanjian Hudaibiyah ………131

Perang Khaibar dan Wadil Qura ………. 140

Penaklukan Mekkah ……….. 150

Perang Hunain ... 158

Perang Thaif ... 1

Perang Tabuk ... 1

Haji Wada ……… 1

Sakitnya Rasulullah SAW ………. 148

Wasiat-wasiat terakhir Nabi SAW ……… 1

Rasulullah SAW wafat ………... 1

(6)

5 |

Pemakaman Rasulullah SAW ………... 1 Karakteristik Nabi Muhammad SAW ……… 1 Kewajiban Mencintai Nabi Muhammad SAW …………..………… 162 Shalawat atas Nabi Muhammad SAW ……….………..… 163 Daftar Pustaka

Tentang Penulis

(7)

6 |

PERIODE SEBELUM KELAHIRAN RASULULLAH shallalahu alaihi wa sallam

Doa Nabi Ibrahim alaihi salam tentang Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa sallam

“Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS Al-Baqoroh, 2: 129)

Ramalan tentang Kelahiran Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada

(8)

7 |

mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, serta membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung,” (QS Al-A’raf, 7:

157)

“Dan (Ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil!

Sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS As-Shaf, 61: 6)

Peryqlytos Artinya ‘Ahmad’

“Aku akan minta kepada Bapa, dan Dia akan memberikan kepadamu lagi seorang Penolong (Periqlytos), supaya Dia menyertai kamu selama-lamanya.” (Yohanes, XIV: 16)

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu bahwa salah satu yang dikabarkan Isa bin Maryam dalam Injil untuk orang-orang Kristen tentang sifat Rasulullah yang diterima dari Allah, ialah apa yang ditegaskan Yohanes Al-Hawari kepada orang- orang Kristen, ia ketika menulis Injil untuk mereka dari zaman Isa bin Maryam a.s..

Di dalam-nya dijelaskan tentang kedatangan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam kepada mereka. Yohanes Al-Hawari mengabarkan bahwa Isa bin Maryam bersabda,“Barang siapa yang membuatku marah, sama saja membuat marah Tuhan.

Andai aku tidak melakukan di depan mereka tindakan-tindakan yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun sebelum aku, pastilah mereka tidak memiliki dosa.

Namun sejak kini mereka sombong dan mengaku mengagungkan aku Tuhan.

Namun kalimat yang tertera dalam Namus (sebutan bagi Jibril oleh orang Kristen Arab) itu harus terealisir. Mereka telah membuatku marah tanpa mendapatkan apa-

(9)

8 |

apa. Andai saja Al-Munhammana telah datang kepadaku, dia yang diutus kepada kalian dari sisi Tuhan dan Ruhul Qudus, dan dia yang berasal dari Tuhan telah keluar, ia menjadi saksi atas aku juga atas kalian. Karena sejak dulu kalian senantiasa bersamaku dalam hal ini maka aku kabarkan ini kepada kalian, agar kalian tidak berkeluh kesah.”

Dalam bahasa Ibrani Al-Munhammana berarti Muhammad, sedangkan Muhammad dalam bahasa Romawi ialah Paraclet.

Sejarah dan Asal Usul Berhala di Mekkah

Sepeninggal Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. pada awalnya bangsa Quraisy masih taat pada syariat Allah yang diajarkan oleh Ibrahim a.s. dan Ismail a.s.. Mereka masih tetap menyembah Allah yang Esa sampai zamannya Amru bin Amir Al Khuzaiy, dia adalah orang pertama yang menyesatkan bangsa Quraisy untuk menyembah berhala dan membuat syariat yang menyimpang dari syariat Allah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.. Pada mulanya Amru bin Amir ini pergi ke kota Syam. Di sana dia melihat suatu kaum yang menyembah berhala yang terbuat dari batu dan kayu. Amru sangat tertarik sekali pada cara persembahan berhala itu.

Sehingga dia membawa sejumlah berhala ke kota Mekkah dan mengajak penduduknya untuk menyembahnya.

Diriwayatkan, Amru bin Amir melewati kota Patra dalam perjalanan ke Syam. Patra adalah kota yang terletak di wilayah Yordania sekarang. Kota ini merupakan kota yang sangat maju sekali dalam bidang perindustrian. Sehingga bangsa Yunani dan Romawi pernah berusaha untuk menguasainya. Penduduk kota ini sangat terkenal dengan menyembah berhala. Sebagian riwayat mengatakan bahwa patung Latta adalah patung paling besar yang disembah oleh penduduk Hijaz sebelah utara, yang dibeli dari kota Patra.

Kota Mekkah

Kota Mekkah terletak di dasar sebuah lembah yang dikelilingi oleh gunung-gunung dari berbagai arah. Di sebelah timur terbentang Gunung Abu Qabis, di sebelah barat dibatasi oleh Gunung Qaiqa’an. Dua gunung tersebut memanjang berbentuk bulan sabit mengelilingi bangunan-bangunan kota Mekkah. Dataran rendah lembah itu dikenal dengan nama Al-Bath-ha’, di tengahnya terdapat Ka’bah yang dikelilingi oleh rumah-rumah suku Quraisy. Adapun dataran tingginya dikenal dengan nama Ma’la. Sementara di ujung antara dua gunung yang membentuk bulan sabit, Nampak rumah-rumah sangat sederhana milik kaum Quraisy pedalaman yang

(10)

9 |

miskin dan suka melakukan tindak kekerasan, tetapi mereka tidak termasuk suku Quraisy yang berkembang baik dari segi budaya, kekayaan maupun kedudukan.

Mekkah secara geografis terletak antara 39-40 BT dan 21-22 BR, terletak ± 330 m di atas permukaan laut, lahannya menempati sebuah lembah kering yang dikelilingi gunung-gunung batu yang tandus, panjang lembah ini dari barat ke timur sekitar 3 km dan dari utara ke selatan sekitar 1,5 km.

Jarak beberapa kota dari kota Mekkah :

Jeddah 74 km

Thaif 80 km

Madinah 498 km

Riyadh 990 km

Kisah Penyerangan Abrahah ke Mekkah

Abrahah Ash-Shabbah Al-Habsi, gubernur yang berkuasa di Yaman dari Najasy, membangun sebuah gereja yang sangat besar di Shan’a, karena dia melihat bangsa Arab yang melaksanakan haji di Ka’bah. Dengan adanya gereja yang sangat besar itu dia menginginkan untuk mengalihkan pusat kegiatan haji di sana. Seseorang dari Bani Kinanah mendengar niat Abrahah ini. Maka ketika tengah malam tiba, dengan cara mengendap-ngendap, dia masuk ke dalam gereja dan melumurkan kotoran ke pusat kiblatnya. Tentu saja Abrahah sangat murka setelah mengetahui hal ini.

Dengan membawa pasukan yang jumlahnya mencapai enam puluh ribu prajurit, dia menuju Ka’bah untuk menghancurkannya. Untuk kendaraannya, dia memilih seekor gajah yang paling besar, di samping sembilan atau tiga belas ekor gajah yang lain di tengah pasukannya dan gajahnya, siap untuk menginvasi Mekkah.

Sesampainya di Wadi Muhassir, yaitu antara Muzdalifah dan Mina, tiba-tiba gajahnya menderum dan tak mau bangkit lagi mendekati Ka’bah. Setiap kali mereka mengalihkannya ke arah selatan, utara, timur, atau barat yang berlawanan dengan arah Ka’bah, gajah itu mau berdiri dan hendak lari. Namun, jika dialihkan ke arah Ka’bah lagi, maka dia pun menderum. Tatkala keadaan mereka seperti itulah Allah mengirimkan burung-burung itu menyerupai Khathathif dan Balsan.

Setiap burung membawa tiga biji batu yang dipatuknya, dan dua batu di kedua kakinya, yang besarnya seperti kacang. Batu-batuan itu jika mengenai salah seorang

(11)

10 |

di antara mereka, mengakibatkan sendi-sendi tulangnya terlepas dan tak lama kemudian dia pun mati. Tidak semuanya terkena batu-batu itu. Akhirnya mereka melarikan diri, sebagian menabrak yang lain hingga banyak yang jatuh terinjak- injak dan mereka mati bergelimpangan.

Tentang Abrahah sendiri, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirim penyakit kepadanya, sehingga sendi-sendi tulangnya lepas. Setibanya di Shan’a dia tidak ubahnya anak burung, dadanya terbelah hingga terlihat jantungnya lalu diapun mati.

Sementara saat itu orang-orang Quraisy berpencar menjadi beberapa kelompok dan mengungsi ke atas gunung, karena takut terhadap invasi pasukan Abrahah. Setelah pasukan Abrahah mengalami kejadian seperti itu, mereka pun kembali lagi ke rumah dalam keadaan selamat.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram, lima puluh atau lima puluh lima hari sebelum kelahiran Nabi shallalahu alaihi wa sallam, atau tepatnya pada akhir Februari atau awal Maret 571 M. Peristiwa ini merupakan prolog yang dibukakan Allah untuk Nabi dan Bait-Nya. Sebab selagi pandangan kita terarah ke Baitul Maqdis, maka kita akan melihat musuh-musuh Allah yang musyrik menguasai kiblat ini, sekalipun rakyatnya orang-orang Muslim, seperti peristiwa Bukhtanashar pada tahun 587 SM dan orang-orang Romawi pada tahun 70 M. Tetapi Ka’bah tidak pernah dikuasai orang-orang Nasrani (yang saat itu mereka disebut orang-orang Muslim), sekalipun penduduknya orang-orang musyrik.

(12)

11 |

Pasukan Gajah (sumber: https://muhandisun.files.wordpress.com)

Peta Wadi Muhassir (sumber: https://ekliptika.files.wordpress.com)

(13)

12 |

Nasab (Garis Keturunan) Nabi shallalahu alaihi wa sallam

Hadis yang menjelaskan tentang kemuliaan nasab beliau. Di antaranya seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Nabi shallalahu alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah SWT memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari bani Hasyim.”

Imam Al-Bukhari telah menyebutkan nasab Nabi shallalahu alaihi wa sallam. Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murah bin Ka’b bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’add bin Adnan.”

Imam Adz-Dzhahabi berkata, “Adnan adalah salah satu keturunan Ismail bin Ibrahim A.S., menurut ijmak orang banyak. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat tentang (siapa mereka) para orang tua antara Adnan dan Ismail.”

Abdul Muththalib Kakek Nabi shallalahu alaihi wa sallam

Abdul Muththalib mempunyai sepuluh anak laki-laki : Al-Harits, Az-Zubair, Abu Thalib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahb, Al-Ghhaidaq, Al-Muqawwim, Shaffar, Al- Abbas. Ada yang berpendapat, anaknya ada sebelas, yaitu ditambah Qatsam. Ada pula yang berpendapat, anaknya ada tiga belas. Mereka yang berpendapat seperti itu menambahkan Abdul Ka’bah dan Hajla. Ada yang berpendapat, Abdul Ka’bah adalah Al-Muqawwim, dan Hajlah adalah Al-Ghaidaq. Sementara itu, tak ada seorang di antara anak-anaknya yang bernama Qatsam. Sedangkan anak perempuannya ada enam: Ummul-Hakim atau Al-Baidha, Barrah, Atikah, Shafiyyah, Arwa, dan Umaimah.

Abdullah bin Abdul Muththalib

Dia adalah bapak Nabi shallalahu alaihi wa sallam, Ibunya adalah Fathimah binti Amr bin A’idz bin Imran bin Makhzum bin Yaqzhab bin Murrah. Abdullah adalah anak Abdul Muththalib yang paling bagus dan paling dicintainya. Abdul Mutthalib pernah bernazar untuk menyembelih salah seorang anaknya, yaitu Abdullah.

Abdul Muththalib menikahkan anaknya, Abdullah dengan Aminah binti Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab, yang saat itu Aminah dianggap wanita paling terpandang di kalangan Quraisy dari segi keturunan maupun kedudukannya.

Bapaknya adalah pemuka Bani Zuhrah. Abdullah hidup bersamanya di Mekkah.

Kemudian Abdul Muththalib mengutusnya pergi ke Madinah untuk mengurus

(14)

13 |

kurma. Namun dia meninggal di sana. Ada yang berpendapat, Abdullah pergi ke Syam untuk berdagang, lalu bergabung dengan kafilah Quraisy. Lalu dia singgah di Madinah dalam keadaan sakit, dan meninggal di sana dan dikuburkan di darun- Nabighah Al-Ja’di. Saat itu umurnya dua puluh lima tahun. Abdullah meninggal dunia sebelum Rasulullah SAW dilahirkan. Begitu pendapat mayoritas pakar sejarah. Ada pula yang berpendapat, Abdullah meninggal dunia dua bulan setelah Rasulullah lahir. Warisan yang ditinggalkan Abdullah berupa lima ekor unta, sekumpulan domba, pembantu wanita Habsy, yang namanya Barakah, dan berjuluk Ummu Aiman, dialah yang mengasuh Rasulullah.

Aminah Mengandung Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam

Ibnu Ishaq berkata: Banyak orang mengatakan, dan hanya Allah yang lebih tahu, bahwa Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bercerita: Saat mengandung, ia bermimpi didatangi seseorang kemudian orang itu berkata kepadanya: “Sesungguhnya engkau sedang mengandung penghulu umat ini.

Jika dia telah lahir ke bumi, maka ucapkanlah: “Aku berlindung kepada Allah Tuhan Yang Esa dari keburukan semua pendengki,’ dan namakanlah dia Muhammad.” Saat mengandung, ia melihat cahaya keluar dari perutnya yang dengannya dia bisa melihat istana-istana Bushra di wilayah Syam.

Tak berapa lama kemudian Abdullah bin Abdul Muththalib, ayahanda Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam meninggal dunia, saat sedang berada dalam kandungan ibundanya.

(15)

14 |

PERIODE MEKKAH Rasulullah lahir dan masa kanak-kanak

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam dilahirkan di tengah keluarga Bani Hasyim di Mekkah pada Senin pagi, tanggal 12 Rabi’ul Awwal, permulaan tahun dari peristiwa gajah, dan empat puluh tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan, atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April tahun 571 M. Berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-Muansshurfuri dan peneliti astronomi Mahmud Basya.

Rasulullah hidup bersama ibunda tercinta sampai beliau berumur enam tahun.

Mengenai tahun ketika Nabi shallalahu alaihi wa sallam dilahirkan, beberapa ahli berlainan pendapat. Sebagian besar mengatakan pada tahun Gajah (570 Masehi).

Ibn Abbas juga mengatakan beliau dilahirkan pada Tahun Gajah itu.

Terdapat juga perbedaan pendapat mengenai waktu kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian juga tempat kelahirannya di Mekkah. Caussin de Perceval menyatakan, bahwa Nabi shallalahu alaihi wa sallam dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan di Mekah di rumah kakeknya Abd’l-Muttalib.

“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu). Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

(QS Ad-Duha, 93: 6-7)

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin. Jika mereka bepaling (dari keimanan) maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, Tiada ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung’. (QS At-Taubah, 9: 128-129)

(16)

15 |

Rumah Kelahiran Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, Mekkah. Sekarang menjadi tempat perpustakaan. (Foto sebelum perluasan Masjidil haram).

Masa Penyusuan Nabi

Pada awalnya Nabi disusui oleh Suaibah budak wanita Abulahab selama beberapa hari. Kemudian Abdul Muthalib memberikan cucunya yang paling disayangi itu kepada seorang ibu susu yang datang dari dusun seperti kebiasaan bangsa Arab.

Bangsa Arab lebih senang untuk menyusukan anaknya kepada seorang ibu susu dari dusun karena keadaan di dusun udaanya lebih bersih untuk pertmbuhan anak kecil.

Di samping pengaruh dusun sangat baik sekali untuk pertumbuhan akhlak si bayi dan bahasa di dusun lebih fasih daripada bahasa di kota.

Waktu itu ada beberapa wanita datang dari dusun Bani Saad untuk mencari pekerjaan menyusukan anak bayi. Wanita Bani Saad sangat terkenal dengan pekerjaan mereka yang satu ini dan terkenal dengan kefasihan bahasanya. Di antara mereka yang datang itu adalah Siti Halimah Sa’diyyah, dia datang karena waktu itu di desa-nya sangat miskin. Pada umumnya para ibu susu itu mencari bayi dari keluarga orang kaya agar mereka mendapat upah yang besar. Pada mulanya setiap kali bayi Abdul Muthalib itu ditawarkan pada setiap orang mereka selalu menolak termasuk juga Siti Halimah yang pada waktu itu juga mencari bayi dari keluarga yang kaya. Namun Siti Halimah tidak mendapatkan bayi orang kaya karena itu lalu terpaksa menerima bayi Abdul Muthalib yang miskin dan yatim.

Setelah bayi Abdul Muthalib itu diterima oleh Siti Halimah, Allah memberikan rasa cinta di hati Siti Halimah, sehingga beliau amat sayang sekali pada bayi yatim dan

(17)

16 |

miskin itu. Dan Allah juga memberikan rezeki dan keberkatan bagi keluarga Halimah yang fakir.

Sore harinya, kambing Halimah selalu pulang dipenuhi dengan air susu, kemudian ia memerah dan meminumnya. Sebelum ada beliau, mereka tidak pernah melihat hal seperti ini. Para tetangga Halimah pernah berkata kepada penggembala kambing mereka, “Gembalalah ke tempat penggembalaan kambing Binti Abu Dzu’aib.”

Namun ternyata, kambing mereka tetap kelaparan dan tidak mengandung air susu.

Sedangkan air susu kambing Halimah tetap penuh.

Sehingga banyak kaum wanita yang menyusui bayi keluarga orang kaya yang merasa heran terhadap rezeki dan keberkatan yang diberikan kepada keluarga Siti Halimah. Untuk itu mereka banyak berkata kepada Halimah,”Hai Halimah sungguh beruntung sekali kamu dengan menerima bayi yang membawa keberuntungan bagimu.”

Nabi berada di dusun Bani Saad selama dua tahun. Selama itu keluarga Siti Halimah hidupnya sangat berbahagia sekali. Karena rezekinya makin lama makin bertambah kaya. Dan keluarga itu sangat bersyukur kepada Allah yang melimpahkan rahmat-Nya kepada sang bayi dan keluarga Siti Halimah. Sedangkan Muhammad makin lama makin tumbuh baik dan sangat dikagumi sekali oleh teman sebayanya.

Waktu Nabi berumur dua tahun beliau dibawa oleh keluarga Siti Halimah berkunjung ke rumah ibunda Nabi di kota Mekkah. Kemudian keluarga Siti Halimah memohon kepada ibunda Nabi agar rela mengembalikan Nabi sekali lagi ke rumah Halimah di dusun sampai anak itu agak besar. Permintaan itu dikabulkan oleh ibunda Nabi dan akhirnya Nabi kembali lagi ke dusun Siti Halimah.

Masa Pembedahan Dada

Pada suatu ketika Nabi masih diasuh di dusun Bani Saad didatangi oleh dua orang Malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk membelah dada Nabi dan membersihkannya dari segala tabiat yang buruk sebagai persiapan untuk menerima tugas risalah di masa yang akan datang.

Dari Khalid bin Ma’dan al-Khila’I bahwa beberapa sahabat Rasulullah berkata,“Wahai Rasulullah, berceritaralah kepada kami tentang diri Anda!”

Rasulullah bersabda: “Boleh, aku adalah jawaban dari do’a bapakku Ibrahim dan aku adalah kabar gembira (tentang Nabi terakhir) yang diberitakan oleh saudaraku Nabi Isa (kepada kaumnya). Ibuku bermimpi sewaktu mengandungku bahwa ada cahaya yang keluar darinya yang menerangi istana-istana yang ada di Syam, aku

(18)

17 |

menyusui pada kabilah Sa’ad bin Bakar. Pada waktu aku bersama saudara susuanku menggembala kambing di belakang rumah keluarganya, tiba-tiba datanglah dua orang berpakaian putih. Mereka membawa bejana dari emas berisi salju. Mereka memelukku kemudian membedah dadaku dan mengeluarkan jantungku. Kemudian mereka membedahnya dan mengeluarkan darinya gumpalan hitam. Mereka membuang gumpalan hitam itu, kemudian mencuci jantungku itu dan perutku dengan salju yang mereka bawa. Setelah itu salah satu di antara mereka berkata:

“Coba timbang dia dengan dengan sepuluh orang dari umatnya!.” Ternyata beratku melebihi mereka. Kemudian dia berkata lagi: Timbanglah dia dengan umatnya sebanyak seratus orang!.” Kemudian mereka menimbangnya dan beratku tetap unggul. Mereka berkata lagi: Timbanglah dia dengan seribu dari umatnya!,” dan ternyata beratku tetap mengungguli mereka. Kemudian dia berkata: “Sudahlah, demi Allah kalau kamu menimbangnya dengan seluruh umatnya sekalipun, maka pasti dia lebih berat!”.

Ibu dan Kakeknya Wafat

Ibnu Ishak berkata, “Abdullah bn Abi Bakar bin Hazm berkata kepada kami,“Ibu Rasulullah meninggal dunia ketika beliau berusia enam tahun. Hal itu terjadi di Abwa tempat yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Kepergian bundanya itu itu membawa pengaruh besar sekali bagi kejiwaan beliau. Beliau sangat rindu sekali kepada bundanya yang baru saja mengasuhnya, namun kejadian itu tak lain adalah suatu cobaan yang telah diderita oleh Nabi sejak hari kelahiran beliau.

Kemudian beliau dibawa pulang oleh Ummu Aiman ke Mekkah untuk diserahkan kepada kakeknya Abdul Muththalib bin Hasyim. Karena Abdul Muthalib adalah seorang tokoh terkemuka, maka disediakan baginya di dekat Ka’bah sebuah sofa untuk duduk. Tidak seorangpun dari anaknya yang berani duduk di atasnya dan mereka selalu duduk di sekitar sofa itu hingga bapaknya Abdul Muthalib datang dan duduk di atasnya. Namun Rasulullah pada waktu itu langsung duduk di atas sofa itu ketika datang. Paman-paman beliau yang melihatnya langsung mengambilnya untuk memindahkannya. Namun kakeknya yang menyaksikan hal itu berkata, “Biarkan dia duduk di atas sofa itu, demi Allah anakku ini akan mengukir sejarah.”

Setelah beliau berusia delapan tahun Abdul Muthalib meninggal dunia. Kini beliau merasakan pahitnya sebagai yatim sekali lagi bahkan yang kedua ini dirasa jauh lebih pahit dari yang pertama. Sejak kecil beliau telah ditinggal mati oleh ayahnya.

Sehingga beliau tidak pernah sedikitpun merasakan belas kasih ayahnya.

Selanjutnya beliau dipelihara oleh pamannya Abu Thalib. Bapak Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah dan Abu Thalib adalah saudara seayah dan seibu.

(19)

18 |

Menggembala Ternak

Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang umum dilakukan oleh para nabi dan rasul, seperti Musa, Daud dan Isa alaihissalam. Menurut catatan sejarah di masa kecil Muhammad SAW pernah menggembala ternak milik penduduk Mekkah.

Dalam hadis Abid bin Umair, beliau bersabda, “Tidak ada nabi, kecuali telah menggembala kambing.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana denganmu wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Termasuk aku.” Dalam hadis Abu Hurairah, beliau bersabda, “Allah SWT tidak mengutus seorang Nabi kecuali (sebelumnya) menjadi penggembala kambing.” Selanjutnya beliau bersabda, “Dan aku menggembala milik penduduk Mekkah dengan imbalan beberapa kirat.”

Kisah Pendeta Bahira

Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asyar’ri, dia berkata,“Abu Thalib dan Nabi SAW pergi ke negeri Syam bersama para pembesar suku Quraisy. Ketika mereka hampir sampai di kediaman sang pendeta, merekapun turun dari kendaraan dan membongkar kendaraan mereka. Keluarlah sang pendeta kepada mereka. Padahal, biasanya mereka yang akan mendatanginya dan dia tidak keluar menjumpai mereka, bahkan tidak menoleh. Namun, hari itu ketika mereka sedang membongkar muatan, datanglah sang pendeta masuk ke kelompok yang baru datang ini dan mencari-cari seseorang, hingga akhirnya dia bertemu dengan Nabi. Dia pun mengambil tangan Rasululullah SAW dan berkata, “Ini adalah pemimpin alam, ini adalah utusan Tuhan semesta alam. Allah akan mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Kemudian para sesepuh Quraisy pun berkata, “Dari mana kamu tahu itu?’ Dia menjawab, “sesungguhnya ketika kalian mendekati tanjakan, tidak ada pohon ataupun batu yang menunduk sujud. Mereka tidak sujud, kecuali kepada seorang Nabi. Aku mengetahuinya dari tanda keNabian yang berada pada punggungnya yang berbentuk seperti buah apel.”

Kemudian sang pendeta kembali ke gerejanya dan membuatkan mereka makanan.

Ketika dia datang membawa makanan kepada mereka dan Nabi SAW menjaga unta-unta mereka, dia berkata, “Bawalah dia kemari.” Nabi SAW pun datang dengan naungan awan di atas kepalanya. Ketika sudah dekat dengan kumpulan orang-orang, Nabi SAW melihat mereka sudah lebih dahulu berada di bawah naungan pohon. Ketika beliau duduk, bayangan pohon tersebut berpindah kepadanya. Pendeta Bahira berkata, “Lihatlah, naungan bayangan pohon berpindah kepadanya.”

(20)

19 |

Tiba-tiba sang pendeta berdiri di antara mereka dan bersumpah supaya mereka tidak membawanya ke negeri Romawi. Sebab, apabila mereka tahu dengan ciri-ciri keNabian Nabi SAW tersebut, mereka akan membunuhnya. Sang pendeta menoleh, ternyata terlihat dari kejauhan tujuh orang dari Romawi dan mereka pun mendatanginya. Pendeta berkata, “Apa yang membuat kalian datang ke sini?

Mereka menjawab, “Kami diberi kabar bahwa Nabi keluar pada bulan ini, tidak ada satu jalanpun, kecuali diutus sejumlah orang untuk menangkapnya. Kami sudah diberi tahu tentang kabarnya, kami pun diutus ke jalanmu ini”. Pendeta kembali bertanya, “Apakah di belakang kalian ada seseorang yang lebih mulia dari kalian?”

Mereka menjawab, “Sungguh, kami memilih yang terbaik untukmu menuju jalanmu ini.” Pendeta berkata, “Apa pendapat kalian, suatu perkara yang sudah Allah inginkan untuk terjadi, apakah ada seseorang dari manusia untuk menolaknya terjadi?” Mereka menjawab, “Tidak” merekapun membaiat setia sang pendeta dan tinggal bersamanya.

Pendeta berkata kepada sesepuh Quraisy, “Demi Allah siapakah penjaga anak ini?”

mereka berkata,“Abu Thalib”. Dia pun terus bersumpah kepada Abu Thalib sehingga Abu Thalib memulangkan Nabi SAW, lalu mengutus Abu Bakar dan Bilal bersamanya. Sang pendeta membekali beliau dengan ka’ak (sejenis biskuit) dan minyak (HR Turmudzi).

Nabi Muhammad SAW pun pulang dari perjalanan ini untuk kembali memulai kehidupan yang berat dan bukanlah termasuk kebiasaan lelaki untuk duduk dan diam. Para rasul sebelumnya juga makan dari hasil jerih payah mereka dan bekerja dengan keahlian yang bermacam-macam untuk membiayai hidup mereka.

(21)

20 |

Kuil Pendeta Bahira, Damaskus, Suriah (sumber: http://lintangeayu.blogspot.com)

Pohon Sahabi, Yordania, tempat Nabi Muhammad SAW sewaktu kecil berteduh Muhammad Al-Amin

Sebuah julukan diberikan kepada Muhammad remaja oleh penduduk Mekkah.

Mereka kerap memanggilnya al-Amin yang berarti “orang yang dapat dipercaya”.

Al-Amin juga berarti “selalu dicintai dan dihormati”, dan “orang yang selalu memiliki sesuatu yang baik".

Julukan itu diberikan karena kepribadian Muhammad yang luhur. Dia tidak pernah berbohong, berdusta dan berkhianat. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya berisi kebenaran. Dimana-mana, penduduk Mekkah tidak pernah absen membincangkannya. “Muhammad tidak pernah berbohong. Kita tidak akan memercayai orang lain sebagaimana kita memercayai Muhammad,” kata penduduk Mekkah.

Nabi shallalahu alaihi wa sallam menziarahi makam Sang Bunda

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, “Nabi shallalahu alaihi wa sallam menziarahi makam ibundanya, beliau menangis, dan membuat orang di sekitarnya turut menangis. Beliau bersabda, ‘Aku memohon izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan kepadanya, tetapi tidak memberikan izin, dan aku meminta

(22)

21 |

izin untuk menziarahi kuburnya maka Dia mengizinkanku. ‘maka ziarahilah kubur karena sesungguhnya itu mengingatkan kematian.” (HR Muslim)

Makam Aminah, Ibunda Nabi shallalahu alaihi wa sallam

Masjidil Haram 1297 H / 1880 M

Penjagaan Allah SWT Terhadap Nabi-Nya Sebelum Diutus

Sesungguhnya Allah Subhanu Wa Taala melindungi Nabi-Nya dari kesyirikan jahiliyah dan penyembahan berhala. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya, ia berkata,“Telah bercerita kepadaku seorang tetangga Khadijah bahwa ia mendengar Nabi shallalahu alaihi wa sallam sedang berkata kepada Khadijah,“Wahai Khadijah, demi Allah aku tidak akan menyembah Latta dan demi Allah akupun tidak akan menyembah ‘Uzza selamanya.”

(23)

22 |

Beliau juga tidak makan sembelihan yang dipersembahkan untuk berhala. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh Zaid bin ‘Amr bin Nufail.

Allah SWT telah menjaga beliau pada masa mudanya dari kecenderungan anak muda biasanya dan alasan-alasan bebas yang secara naluri kepemudaan cenderung kepadanya. Akan tetapi, tabiatnya tidak merendahkan kehormatan orang-orang yang memberi petunjuk dan kemuliaan orang-orang yang memberi bimbingan.

Ali bin Abi Thalib r.a. meriwayatkan, Nabi shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

“Aku tidak pernah tertarik dengan hal buruk yang dulu diperhatikan orang-orang jahiliyah, kecuali dua kali seumur hidup. Pada keduanya Allah telah menyelamatkanku darinya. Pada suatu malam, aku berkata kepada seorang pemuda yang bersamaku dari Quraisy di ujung kota Mekkah di tempat kambing-kambing keluarganya yang ia gembalakan, ‘Tolong awasi kambingku, Aku akan mendengarkan obrolan pada malam ini di Mekkah, seperti obrolannya dua pemuda.’

Ia berkata, ‘Baik’. Lalu aku pergi keluar dan aku datangi rumah terdekat di Mekkah.

Aku mendengar nyanyian, pukulan, rebana, dan seruling. Aku bertanya, ‘Apa ini?’

lalu mereka berkata, ‘Si fulan menikah dengan si fulanah,’ seorang dari Quraisy menikah dengan perempuan dari Quraisy. Kemudian aku terbuai dengan nyanyian dan suara itu hingga aku merasa mengantuk dan tertidur. Tidak ada yang membangunkanku selain panasnya sinar matahari, lalu aku pulang.

Setelah itu, temanku berkata, ‘Apa yang tadi malam kamu perbuat?’ Lalu aku ceritakan padanya, kemudian aku katakan padanya pada malam lainnya seperti itu juga. Ia melakukan yang sama, lalu aku pergi ke luar dan aku mendengar hal yang sama dengan malam sebelumnya, lalu aku terbuai dengan apa yang aku dengar hingga kau merasa mengantuk dan tertidur. Tidak ada yang membangunkanku selain sentuhan matahari. Kemudian aku pulang ke tempat temanku dan ia bertanya,

‘Apa yang tadi malam kamu perbuat?’ lalu kujawab, ‘Aku tidak melakukan apa- apa’.”

Nabi SAW bersabda, “Demi Allah, setelah itu aku tidak memiliki keinginan untuk berbuat keburukan seperti yang dilakukan orang-orang jahiliyah hingga akhirnya Allah memuliakanku dengan nubuwah (kenabian) dari-Nya.”

Perang Fijar

Sewaktu Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam berusia lima belas tahun, beliau menyaksikan pecahnya peperangan antara Quraisy yang didukung Kinanah melawan Qais Ailian. Rasululullah SAW bersabda, “Ketika itu aku memanah

(24)

23 |

melindungi paman-pamanku. “Perang tersebut dinamakan “Perang Fijar” karena kedua kampung tersebut, yaitu Kinanah dan Qais Ailian, telah menghalalkan perkara yang semula diharamkan di antara mereka.

Sejarah tidak memberikan kepastian berapa usia Muhammad pada waktu pecah Perang Fijar. Ada yang mengatakan usia beliau saat itu adalah lima belas tahun, ada juga yang berpendapat dua puluh tahun. Kemungkinan perbedaan ini muncul karena perang tersebut berlangsung selama empat tahun. Pada tahun permulaan, beliau berusia lima belas tahun dan pada tahun berakhirnya perang itu beliau sudah memasuki usia dua puluh tahun.

Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa sallam menjalankan perdagangan Khadijah r.a.

Ibnu Ishaq berkata, “Khadijah binti Khuwailid adalah seorang saudagar wanita yang bermartabat tinggi dan kaya raya. Dia mempekerjakan sejumlah lelaki untuk menjalankan hartanya dan menginvestasikan untuknya dengan upah yang dia berikan kepada mereka. Adapun suku Quraisy adalah kelompok saudagar.”

Berita perihal Rasulullah SAW tentang kejujuran perkataannya, kebesaran amanahnya, dan kemuliaan akhlaknya sampai kepada Khadijah. Kemudian Khadijah mengutus utusan dan menawarkan Muhammad untuk pergi membawa hartanya ke negeri Syam sebagai seorang saudagar. Khadijah memberikan Muhammad harta terbaik yang belum pernah dia berikan kepada orang lain, bersama seorang budak miliknya yang bernama Maisarah. Rasulullah SAW pun menerima amanah itu dan pergi bersama budaknya Khadijah, Maisarah. Setelah mendapat nasehat paman-pamannya, Muhammad pergi dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itu pun berangkat menuju negeri Syam, dengan melalui Wadi’l-Qura, Madyan dan Dhiar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Thalib tatkala umurnya baru dua belas tahun.

Rasulullah SAW berteduh di naungan sebuah pohon dekat gereja salah seorang rahib. Sang Rahib pun mendatangi Maisarah dan berkata kepadanya, “Siapakah lelaki yang berteduh di bawah pohon ini? Maisarah menjawab, “Dia seorang lelaki dari suku Quraisy penduduk haram.” Sang Rahib berkata kepadanya, “Tidaklah berteduh di bawah pohon ini, kecuali dia adalah seorang Nabi.”

Kemudian Nabi shallalahu alaihi wa sallam menjual dagangannya yang dia bawa dan membeli apa yang ingin dia beli. Nabi SAW pulang kembali ke Mekkah bersama Maisarah. Apabila tengah hari tiba dan terik matahari sangat panas, Maisarah- seperti sebagian ulama katakan- melihat dua malaikat menaungi Nabi

(25)

24 |

SAW dari terik matahari dan beliau saat itu sedang naik untanya. Ketika sesampainya di Mekkah dan ke tempat Khadijah dengan membawa apa yang telah dibeli Nabi SAW, Khadijah mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda atau hampir dua kali lipat.

Ketika Maisarah bertemu Khadijah, ia menceritakan perihal perkataan sang rahib dan apa yang dia saksikan tentang naungan dua malaikat di atasnya. Khadijah adalah seorang wanita yang tegar, mulia, dan pintar, di samping kemuliaan yang akan Allah berikan kepadanya?

Dia adalah seorang wanita yang mulia dari garis keturunannya, kaya raya, serta terkenal tegar dan kepintarannya. Sosok seperti Khadijah menjadi incaran bagi para pemimpin suku Quraisy untuk dijadikan pendamping hidup. Akan tetapi, Khadijah menganggap ada kehinaan dalam diri sejumlah lelaki. Sebab, mereka adalah para pencari harta, bukan pencari jati diri sehingga pandangan mereka terhadap Khadijah hanya sebatas keinginan untuk menguasai kekayaannya meskipun perkawinan itu adalah tanda akan ketamakan ini.

Pandangan tersebut akan sangat berbeda ketika Khadijah mengetahui Nabi SAW.

Dia melihatnya sebagai sosok yang sangat berbeda dari kebanyakan lelaki.

Menurutnya, Nabi SAW adalah seorang lelaki yang tidak terpedaya oleh kebutuhan (cinta duniawi), bahkan lebih baik hidup fakir. Alasannya, Nabi SAW sering mendapati dalam sebuah perdagangan terdapat kekikiran dan penipuan, hal inilah yang membuat beliau tidak semata-mata memikirkan untuk mencari keuntungan.

Sebab, Nabi SAW adalah seorang lelaki yang memiliki kemuliaan yang tinggi, bias bersikap arif, dan tidak berlebihan. Nabi SAW pun tidak mencari-cari sesuatu hanya demiharta dan kecantikan Khadijah. Nabi SAW telah menunaikan apa yang menjadi tanggungannya dan pergi dengan kepuasan dan keikhlasan hati.

Pernikahan dengan Khadijah r.a.

Dalam kebingungan dan perasaan tidak menentu itulah, datang teman Khadijah- Nafisah binti Munabbih- duduk bersamanya dan bertukar cerita hingga akhirnya Khadijah menyingkap rahasia yang terpendam dalam rangkaian ceritanya.

Nafisah menenangkan kekhawatiran Khadijah dan perasaannya. Dia juga mengingatkan bahwa Khadijah adalah seorang dari keturunan orang terpandang, bernasab mulia, kaya raya, dan cantik jelita. Nafisah mengatakan seperti itu karena bukti yang tampak nyata bahwa banyak pelamar yang datang dari pemimpin- pemimpin Quraisy.

(26)

25 |

Tidak lama kemudian setelah mendengar cerita Khadijah, Nafisah pun dari sisi Khadijah. Dia mendatangi Nabi SAW dan berbicara kepadanya untuk menikahi Khadijah. Dia berkata,“Wahai Muhammad, apa yang mencegahmu untuk menikah?” Nabi SAW bersabda,“Aku tidak memiliki apa pun untuk menikah.”

Nafisah, “Seandainya engkau dicukupkan dan dilamar oleh seorang wanita yang memiliki harta, kecantikan, kemuliaan, dan kafa’ah, apakah engkau akan menerima?”

Beliau menjawab dengan nada penuh tanda tanya, “Siapa?”

Nafisah menjawab, “Khadijah binti Khuwailid.”

Beliau berkata, “Jika dia setuju, aku menerimanya.”

Nafisah pun pergi untuk mengabarkan berita gembira ini kepada Khadijah.

Kemudian Nabi SAW memberitahukan kepada para pamannya akan keinginannya untuk menikah dengan Khadijah. Akhirnya, pergilah Abu Thalib, Hamzah, dan yang lainnya ke tempat paman Khadijah-‘Amr ibn Asad- dan melamar putri saudaranya untuk Nabi SAW. Mereka juga membawa sejumlah mahar.

Perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah, Umar bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya sudah meninggal sebelum Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinya telah membantah apa yang biasa dikatakan, bahwa ayahnya ada tapi tidak menyetujui perkawinan itu dan bahwa Khadijah telah memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan dengan begitu perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan.

Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW.

Dimulainya kehidupan itu sebagai suami-istri yang harmonis dan indah dari kedua belah pihak, dan sebagai ibu-bapa yang telah merasakan pedihnya kehilangan anak sebagaimana pernah dialami Muhammad yang telah kehilangan ibu-bapa semasih ia masih kecil.

Ibnu Ishaq berpendapat bahwa usia Khadijah ketika itu baru mencapai 28 tahun, sedangkan riwayat Al-Waqidi menyatakan bahwa usia Khadijah sudah mencapai 40 tahun. Dari hasil pernikahan tersebut, mereka diakrunia dua orang putra dan empat orang putri, demikian yang kuat diriwayatkan Ibnu Ishaq. Dan biasanya jika wanita mencapai umur 40 tahun, ia sudah tidak bisa lagi melahirkan anak.

Partisipasi Nabi Muhammad SAW dalam Pembangunan Ka’bah

(27)

26 |

Ketika Muhammad SAW berusia tiga puluh lima tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk merenovasi bangunan Ka’bah, memperbaiki kerusakan akibat terbakar dan banjir besar yang memecahkan dinding-dindingnya. Dan bangunannya masih seperti dulu yang dibangun oleh Ibrahim a.s., berbentuk batu yang ditumpuk di atas rangka bangunan, lalu mereka hendak membongkarnya untuk meninggikan bangunannya dan membuat langit-langitnya. Akan tetapi, mereka tidak berani membongkarnya.

Maka Walid bin Mughirah pun berkata, “Saya yang akan memulai membongkarnya,” lalu ia mengambil cangkul, kemudian ia berdiri di atas sambil berdoa, “Ya Allah, kami tidak bermaksud menyimpang dan tidak menghendaki kecuali kebaikan.”

Ia pun membongkar dari dua sisi rukun (tiang utama). Lalu orang-orang menunggu pada malam itu dan berkata, “Kami akan menunggu. Jika ia mendapat musibah, kami tidak akan membongkarnya sedikit pun dan kami kembalikan seperti semula.

Namun, jika ia tidak mendapat musibah apa-apa maka berarti Allah telah meridhai apa yang kita perbuat. "Maka keesokan harinya Walid membongkar, dan orang- orang ikut membongkar bersamanya. Hingga sampai pada sebuah batu hijau, seperti punuk unta, ia mengambilnya satu sama lain.

Mereka membagi tugasnya masing-masing. Setiap suku memegang satu sisi, para pemimpin dan pembesar Quraisy bersama-sama memindahkan dan mengangkat batu itu. Nabi shallalahu alaihi wa sallam dan paman beliau, Al-‘Abbas juga turut serta dalam membangun Ka’bah. Mereka berdua ikut memindahkan batu itu. Al-

‘Abbas berkata kepada Nabi SAW, “Angkat sarungmu ke atas lututmu supaya tidak terkena batu itu.” Lalu beliau melakukannya dan kemudian jatuh ke tanah dan kedua matanya memandang ke langit, kemudian beliau bangun dan berkata,

“sarungku, sarungku,” kemudian beliau menarik sarungnya.

Ketika mencapai tempat Hajar Aswad, mereka pun berselisih. Masing-masing suku ingin mengangkat ke tempatnya, tanpa yang lainnya. Bahkan mereka hampir berkelahi satu sama lain, jika tidak karena Abu Umayyah bin Mughirah berkata,

“Wahai orang-orang Quraisy, jadikanlah orang yang pertama masuk dari pintu masjid sebagai penengah di antara kalian tentang persoalan yang kalian perselisihkan itu.” Dan ketika mereka semua telah sepakat hal itu, masuklah Muhammad SAW. Ketika mereka melihat beliau, mereka pun berkata, “Ini adalah Al-Amin (orang yang dipercaya). Kami telah ridha.”

Ketika mereka menceritakan persoalan itu, beliau lalu berbicara, “Berikan aku sebuah kain.” Merekapun memberikannya, lalu beliau meletakkan batu itu di

(28)

27 |

atasnya dengan kedua tangan beliau. Kemudian beliau berkata,“Silahkan masing- masing suku memegang satu sisi dari kain itu, kemudian angkatlah bersama-sama.”

Mereka pun melakukannya, hingga apabila mereka sampai di tempatnya, beliau meletakkannya dengan tangannya kemudian membangun di atasnya.

Rasulullah SAW Menerima Wahyu Pertama

Pada bulan Ramadhan, setelah melalui usia kesempurnaan, yakni usia empat puluh , yakni pada tahun ke-41 dari usia Nabi Muhammad SAW (empat puluh tahun dan enam bulan), beliau melakukan kebiasaan ber-tahannuts dan menyendiri di Gua Hira.

Pada malam ketujuh belas Bulan Ramadhan, tepatnya 6 Agustus 610 M, turunlah Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dari ibunda Aisyah r.a., ia berkata, “Tanda kenabian yang pertama kali diterima Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar. Beliau tidak pernah bermimpi dalam tidurnya, kecuali mimpi itu datang seperti cahaya subuh. Kemudian Allah SWT menjadikan beliau orang yang suka menyendiri di Gua Hira dan ber-tahannuts di dalamnya. Bermalam-malam beliau beribadah di sana. Jika perbekalan habis, beliau pulang ke rumahnya dan mengambil perbekalan sekedarnya. Khadijah r.a.

membawakan perbekalan untuk beliau, bahkan tak jarang perut beliau dalam keadaan kosong. Begitulah yang terjadi di setiap Ramadhan, hingga beliau mendapatkan kebenaran yang dicari selama ini di Gua Hira.”

Lalu Malaikat Jibril datang kepadanya, seraya berkata,”Bacalah!” Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Rasulullah SAW kemudian bercerita, “Dia lalu mencengkeramku dan mencekik leherku sampai aku merasakan kepayahan, kemudain melepaskanku. Malaikat Jibril berseru, “Bacalah!” Aku kembali menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Untuk kedua kalinya Malaikat Jibril mencengkeram dan mencekik leherku hingga aku merasakan kepayahan, kemudian dia melepaskan, seraya berkata, “Bacalah!” Lagi-lagi menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Untuk ketiga kalinya Malaikat Jibril mencengkeram dan mencekik leher Muhammad shallalahu alaihi wa sallam hingga merasakan kepayahan, kemudian dia melepaskan, seraya berkata:

(29)

28 |

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,”

“ Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”

“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,”

“yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.”

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq: 1- 5)

Beliau pulang dengan hati bergoncang dan tubuh menggigil karena ketakutan, lalu masuk ke kamar istrinya, Khadijah binti Khuwailid, r.a., seraya berkata,

“Selimutilah aku! Selimutilah aku!” Khadijah segera menyelimuti beliau hingga hilang rasa takutnya. Kemudian beliau berkata kepada Khadijah dan menceritakan peristiwa yang dialami kepadanya, “Sungguh, aku takut pada diriku sendiri.”

Khadijah menjawab,“Sekali-kali jangan! Demi Allah, Allah SWT tidak akan menghinakanmu selamanya, karena sesungguhnya engkau senang bersilaturrahim, menjamu tamu, menanggung beban, mengupayakan apa yang belum ada, dan membantu orang-orang yang benar.”

Selanjutnya Khadijah r.a. membawa beliau pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani semasa jahiliyah. Dia menulis buku dalam bahasa Ibrani dan juga menulis Injil dalam bahasa Ibrani. Dia sudah tua dan buta.

Khadijah berkata kepada Waraqah, “Wahai sepupuku, dengarkanlah kisah dari saudaramu (Rasulullah SAW).

(30)

29 |

Waraqah bertanya kepada beliau,“Apa yang pernah engkau lihat wahai saudaraku?”

Rasulullah SAW mengabarkan apa saja yang telah dilihatnya. Akhirnya Waraqah berkata, “Ini adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan saja aku masih muda pada masa itu. Andaikan saja aku masih hidup tatkala kaummu mengusirmu.”

“Benarkah mereka mengusirku?” Beliau bertanya.

“Benar. Tak seorang pun pernah membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada masamu nanti, tentu aku akan membantumu secara sungguh-sungguh.” Waraqah meninggal dunia pada saat-saat turun wahyu.

Gua Hira di Jabal Noor, Mekkah

Gambaran Ketika Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu dari malaikat Jibril

“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa).

Sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat, sehingga jaraknya (sekitar) dua busur tanah atau lebih dekat (lagi). Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah diwahyukan Allah. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (QS An-Najm, 53: 3-11)

(31)

30 |

Nama-Nama Nabi SAW

Jubair bin Muth’im meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku memiliki lima nama. Aku adalah (1) Muhammad, (2) Ahmad, (3) aku juga Al-Mahiy (penghapus), maksudnya Allah menghapuskan kekafiran melalui perantaraanku, (4) Aku juga Al- Hasyir (penghimpun), maksudnya manusia akan berhimpun di bawah kakiku, dan aku juga (5) Al-Aqib, yang artinya tidak ada seorang Nabi pun sepeninggalku.” (HR Bukhari)

Akhlak Nabi SAW

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang yang banyak mengingat Allah.” (QS Al-Ahzab, 33: 21)

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS Al- Qalam, 68: 4)

“Sa’ad bin Hisyam berkata, ”Aku mendatangi ‘Aisyah r.a. seraya bertanya kepadanya,’Wahai Ummul Mukminin, beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah SAW?” Dia menjawab, “Sesungguhnya akhlaknya adalah Al-Qur’an.

Tidakkah kamu membaca dalam QS Al-Qalam 4?” (HR Muslim dan Al-Hakim).

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata tentang sifat Nabi shallalahu alaihi wa sallam,

“Kulit beliau berwarna putih kemerah-merahan, kedua matanya sangat hitam dan lebar, rambutnya lebat, rambut dadanya tipis dan indah, kedua pipinya sangat halus, jenggotnya lebat dan subur seakan lehernya seperti kendil yang terbuat dari perak.

(32)

31 |

Beliau mempunyai rambut yang tumbuh dari leher sampai pusar laksana pedang yang tajam. Tidak ada rambut lain yang tumbuh di perut maupun dadanya selain itu.

Kedua telapak tangan dan kakinya tebal. Apabila berjalan seperti turun dari tempat yang landai. Apabila melangkah seperti turun dari tanah yang berbatu. Apabila menoleh, berbalik seluruh badannya. Bukan hanya terhadap orang tua, tetapi juga yang masih belia. Keringat di wajahnya adalah butiran-butiran mutiara, dan aroma keringatnya sungguh amat wangi daripada minyak misik yang wanginya menyengat. Aku belum pernah merasakan aroma seperti itu sebelumnya dan sesudahnya.”

Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa agama itu pasti seorang manusia yang sempurna dalam segala hal-ihwalnya, sempurna rohaninya dan sempurna perilaku serta akhlaknya.

Dalam hadits Ikrimah dari Ibnu Abbas r.a., “Bahwasanya beliau tidur sehingga terdengar dengkurannya, lalu bangun untuk mendirikan salat dan beliau tidak melakukan wudhu.” Ikrimah berkata, “Karena beliau mahfuzh (terjaga) (HR Ahmad).

Dan dikisahkan pula bahwa beliau bersabda, “Bahwasanya aku, demi Allah, bisa melihat segala sesuatu di belakangku sebagaimana aku melihat yang ada di depanku.” (HR Muslim).

Kasih sayang Nabi SAW

Kasih sayang (rahmah) adalah salah satu sifat Allah. Di antara bentuk keagungan kasih sayang Allah adalah Dia mengutus Muhammad SAW sebagai kasih sayang untuk seluruh umat manusia dan untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, Hal tersebut seperti apa yang difirmankan Allah SWT:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya, 21: 107)

Rasulullah bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.” (HR Ad-Darimi, Al-Hakmi, dan Ath-Thabrani)

(33)

32 |

Di adalam Al-Qur’an ditemukan bahwa sifat akhlak yang paling sering muncul di dalam Al-Qur’an adalah akhlak kasih sayang (rahmah), seperti pada diagram berikut:

Nabi SAW memiliki kasih sayang beliau kepada orang tua dan anak-anak, seperti dalam sabdanya,“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak kasih sayang kepada yang lebih muda, dan tidak menghormati kepada yang lebih tua” (HR At- Tirmidzi, Ahmad, Al-Hakim, Ath-Thabrani dan Abu Ya’la).

Sudah selayaknya kita umat muslim meneladani akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Dakwah Sembunyi-sembunyi

Dakwah Islam dimulai di Mekkah, Rasulullah SAW melakukan dakwah secara rahasia yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, baik keluarga beliau maupun teman-teman yang beliau anggap dapat menerima ajaran Islam atau minimal tidak menimbulkan reaksi yang dapat menghalangi lajunya dakwah.

Ibnu Ishaq dan Al-Waqidi menegaskan bahwa periode dakwah dengan sembunyi- sembunyi ini berjalan tiga tahun. Sedangkan menurut Al-Baladzari periode ini berjalan empat tahun.

Kasih sayang;

315

Jujur; 145 Sabar; 90

Maaf; 43 Dermawan; 42

Amanah; 40 Percaya; 29

Adil; 24 Murah hati; 15

(34)

33 |

Orang-orang Pertama yang memeluk Islam 1. Khadijah ra

Hadits mengenai permulaan wahyu menunjukkan bahwa Khadijah ra adalah orang yang pertama kali mengetahui berita kenabian dan turunnya wahyu.

Dia membenarkan kerasulan Nabi SAW. Tidak mengherankan jika dialah orang yang pertama yang beriman sebagaimana dikatakan oleh Az-Zuhri dan Ibnu Ishaq.

2. Ali bin Abi Thalib

Ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak kecil.

Ketika itu ia berusia sepuluh tahun. Allah SWT telah memberi kenikmatan kepadanya dengan menjadikannya berada dalam asuhan Rasulullah SAW sebelum Islam. Nabi SAW mengambilnya dari pamannya, Abu Thalib dan mengajaknya tinggal bersama beliau. Ali bin Abi Thalib adalah orang ketiga yang mengerjakan salat, setelah Rasulullah SAW dan Khadijah ra.

3. Abu Bakar ra

Abu Bakar Ash-Shiddiq ra adalah orang pertama yang beriman kepada Nabi SAW dari kalangan laki-laki yang merdeka dan terpandang. Ia adalah sahabat Nabi SAW yang paling utama sebelum beliau diutus. Rasulullah SAW bersabda tentangnya: “Tidaklah aku mengajak seseorang untuk masuk Islam melainkan ia memiliki kebimbangan serta keraguan, dan memikirkan dahulu, kecuali Abu Bakar, ia tidak diam menunggu ketika aku mengajaknya dan tidak pula ragu-ragu.”

Keutamaan Abu Bakar

Diriwayatkan dari Jabir bin Muth’im r.a., dia berkata: Seorang perempuan menemui Nabi SAW, kemudian menyuruh kembali lagi di lain waktu.

Perempuan itu bertanya, “Bagaimana jika saya nanti tidak bertemu Anda?”

(sepertinya perempuan itu bermaksud, “Bagaimana jika Anda sudah wafat?”). Nabi SAW bersabda, “Jika kamu tidak bertemu denganku, temuilah Abu Bakar r.a.!” (HR Bukhari).

4. Zaid bin Haritsah

Ia adalah orang yang pertama kali beriman dengan dakwah Nabi SAW dari kalangan budak. Kekasih Nabi SAW, budak miliknya, dan anak angkatnya:

Zaid bin Haritsah al-Kalbi, yang mengutamakan Rasulullah SAW atas ayahnya dan keluarganya.

5. Bilal bin Rabah

(35)

34 |

6. Utsman bin Affan (Dzun Nurain/pemilik dua cahaya karena menikahi dua putri Nabi SAW),

7. Az-Zubair bin al-Awwam, yaitu hawari (orang dekat), 8. Abdurrahman bin Auf

9. Sa’ad bin Abi Waqqash, paman Nabi SAW dari garis ibunda,

Telah turun ayat Al-Qur’an yang menceritakan tentang keislaman Sa’ad sebagaimana ia ceritakan: “Ibu Sa’ad bersumpah tidak akan mengajaknya berbicara untuk selamanya sehingga ia (Sa’ad) keluar dari agamanya bahkan ibunya berusaha untuk mogok makan dan minum, ibunya berkata,

“Engkau mengaku bahwa Allah SWT memerintahkanmu untuk berbuat baik kepada orang tuamu dan saya adalah ibumu dan sekarang saya menyuruhmu (untuk keluar dari agamamu)’, Sa’ad melanjutkan ceritanya,

“Ia (ibu Sa’ad) menjalani sumpahnya sampai tiga hari, sehingga iapun jatuh pingsan karena kepayahan, lalu anaknya yang bernama ‘Ammarah menolongnya dengan memberinya minum, setelah siuman ia lalu mendo’akan kecelakaan bagi Sa’ad, lalu Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi,

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) pada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah dan menyapihnya selama dua tahun agar kamu bersyukur kepada- Ku dan berterima kasih kepada kedua ibu bapakmu, dan hanya kepada-Ku tempat kembali. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan perlakukan mereka di dunia dengan baik.” (QS Luqman: 14-15)

Ia berkata,“Maka mereka jika hendak memberi makan ibu Sa’ad, mereka membuka mulutnya dengan kayu lalu memasukkan makanan ke dalamnya.”

10. Thalhah bin Ubaidillah 11. Ja’far bin Abi Thalib 12. Abu Ubaidahbin Jarrah 13. Amir Ibn l-jarrah 14. Abu Salamah 15. Abu Dzar al-Ghifari 16. Anis

17. Al-Arqam bin al-Arqam

Ketika orang-orang yang masuk Islam bertambah sampai berjumlah 30 (laki-laki dan perempuan), Rasulullah memilih rumah salah seorang dari mereka untuk tempat berkumpul bersama demi kepentingan pengarahan dan pelajaran, yaitu rumah al-‘Arqam bin Abil Arqam.

(36)

35 |

Islamnya Jin

Muhammad SAW diutus untuk dua alam, alam jin dan manusia. Jin pada asalnya merupakan makhluk yang tersembunyi dari pandangan mata manusia, sekalipun demikian mereka sanggup muncul dalam bentuk fisik dan muncul dalam berbagai bentuk.

Al-Qur’an dan Sunnah menyatakan bahwa, sekelompok jin melihat Rasulullah SAW di sebuah tempat bernama Makhlah, ketika sedang menuju pasar Ukadz. Di saat itu, ada suatu hal yang membuat jin terhalang sehingga tidak bisa mencari informasi dari langit, maka mereka menuju bumi mencari penyebabnya. Mereka pun mendengarkan Rasulullah SAW yang sedang mengimami salat Subuh, beserta para sahabatnya. Akhirnya merekapun beriman dan kembali kepada kaumnya.

Seraya berkata,“Wahai kaumku, sesungguhnya kami telah mendengar Al-Qur’an yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, kamipun lalu beriman padanya dan tidak sama sekali menyekutukan Tuhan kami dengan sesuatupun”. Kemudian turunlah ayat Al-Qur’an Surat Al-Jin, 72: 1 :

“Katakanlah (Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan), lalu mereka berkata,“Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur’an)”.

Maksud yang diwahyukan kepada beliau adalah ucapan jin tersebut, dan Rasulullah SAW tidaklah melihat jin dalam peristiwa kali ini dan tidak membacakan sesuatupun pada mereka. Yang memberitahukan kepada mereka dengan sebatang pohon. Kemudian diwahyukan kepada beliau berita tentang mereka. Sebuah riwayat yang mursal menyebutkan jin itu bukan dari golongan Nasbain (suka menggoda).

Setelah peristiwa tersebut, Rasulullah SAW pernah diajak oleh Jin saat beliau sedang berkemah dengan para sahabat di luar kota Mekkah, maka pergilah Rasulullah dengan mereka dan membacakan pada mereka ayat-ayat Al-Qur’an.

Kemudian Rasulullah menunjukkan kepada para sahabatnya bekas-bekas mereka dan bekas apinya, mereka itu utusan Jin Nasbain.

(37)

36 |

Dakwah Secara Terbuka

Kemudian Allah menurunkan kepada Nabi SAW ayat,

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 15: 94) Semenjak itu beliau mengumumkan dakwah secara terbuka atau terang-terangan.

Konsekuensinya beliau pun secara terang-terangan dimusuhi oleh kaumnya. Mereka semakin keras dalam menyakiti beliau serta kaum muslimin.

Satu persatu manusia masuk ke dalam Islam. Sementara orang-orang Quraisy tidak kuasa memungkiri kenyataan ini. Beliau mulai berani mencela agama mereka, dan mengecam tuhan-tuhan mereka yang nyatanya memang tidak sanggup menimpakan mudharat maupun mendatangkan manfaat. Pada saat itulah, mereka semakin gencar melancarkan teror dan permusuhan terhadap beliau dan sahabat-sahabatnya. Namun Allah berkenan melindungi Rasululah SAW melalui jasa pamannya Abu Thalib, karena ia adalah seorang bangsawan yang sangat dihormati di tengah-tengah kaum Quraisy, dan juga ditaati di tengah-tengah keluarganya. Sehingga, penduduk Mekkah tidak ada yang berani secara terang-terangan menyakiti beliau.

Tentang sahabat-sahabat Nabi SAW yang punya sanak keluarga, mereka akan dilindungi oleh keluarganya. Tetapi bagi sahabat-sahabat yang tidak memiliki keluarga, ia menjadi sasaran teror dan siksaan orang-orang kafir Quraisy.

Di antara yang bernasib seperti itu adalah Ammar bin Yasir, Samiyah sang ibunda, dan anggota keluarganya. Mereka disiksa karena tetap beriman kepada Allah. Setiap kali melewati mereka yang sedang disiksa dengan sangat kejam, Rasulullah hanya bisa berkata menghibur, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir !, karena sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah surga.”

Selain itu adalah Bilal bin Rabah. Ia juga disiksa dengan sangat kejam karena tetap beriman kepada Allah. Namun ia mengabaikan kaumnya supaya keluar dari Islam, meski untuk itu ia harus rela mengorbankan jiwanya. Dan di tengah menahan pedihnya siksaan, ia tetap mengucapkan,”Ahad .. Ahad.” Mendapati apa yang dilakukan oleh Bilal ini, Waraqah yang sedang lewat sempat menghampiri dan bertanya, “Demi Allah, apa maksud ucapanmu itu, wahai Bilal?” Waraqah kemudian menghampiri orang-orang Quraisy yang sedang menyiksa Bilal dengan

(38)

37 |

biadab dan berkata,”Sekalipun kalian telah membunuhnya, aku akan menganggap ia sebagai orang yang penuh kasih sayang.”

Pada suatu hari, sang musuh Allah Abu Jahal lewat dan mendapati Samiyah ibunda Ammar bin Yasir, suami dan puteranya sedang disiksa. Ia menghampiri wanita malang itu lalu menikam kemaluannya dengan menggunakan tombak hingga mereka tewas.

Ketika melewati beberapa orang budak sedang disiksa dengan sangat biadab, Abu Bakar merasa sangat kasihan. Ia lalu membeli salah seorang mereka yang kemudian ia merdekakan. Di antara budak-budak malang itu, ialah Bilal, Amir bin Furairah, Ummu Ubais, Zanirah, Nahdiyah berikut putrinya, dan seorang budak perempuan milik keluarga Bani Adi disiksa oleh Umar (sebelum memeluk Islam) karena memilih mengikuti Nabi SAW. Ayah Abu Bakar berkata kepadanya, “Wahai putraku, kenapa kamu memerdekakan budak-budak yang lemah? Bukankah lebih bermanfaat kalau kamu memerdekakan budak-budak yang kuat yang bisa membelamu?.” Abu Bakar menjawab,“Aku menginginkan sesuatu yang aku inginkan.”

Orang yang Pertama Kali membaca Al-Qur’an Secara Terbuka di Depan Umum Orang yang pertama kali membaca Al-Qur’an secara terbuka di depan umum di Mekkah setelah Rasulullah SAW adalah Abdullah bin Mas’ud r.a. Pada suatu ketika, sahabat-sahabat Rasulullah SAW berkumpul. Mereka berkata, “Demi Allah, orang-orang Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur’an yang dibaca di depan umum. Siapakah yang berani memperdengarkannya kepada mereka? Abdullah bin Mas’ud berkata,“Aku!” Mereka berkata: “Kami khawatir akan nyawa. Kami ingin ada orang yang mempunyai keluarga yang dapat melindunginya dari kaum tersebut jika ternyata nanti mereka berbuat jahat.” Abdullah bin Mas’ud berkata:

“Biarkanlah aku melakukannya, karena Allah akan melindungiku. “Kemudian Abdullah bin Mas’ud pergi ke Maqam pada waktu Dhuha pada saat orang-orang Quraisy sedang berada di balai pertemuan mereka.

Abdullah bin Mas’ud berdiri di Maqam tersebut, lalu membaca dengan suara nyaring.

“Tuhan yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur’an.” (QS Ar-Rahman, 55: 1-2). Abdullah bin Mas’ud melanjutkan bacaannya, sedang orang-orang Quraisy merenungkannya bahkan sebagian dari mereka berkata,”Apa yang dibaca anak Ummu Abd ini?” Sebagian dari mereka berkata,”Dia sedang membaca sebagian yang dibawa Muhammad”. Mereka bangkit bergerak mendatangi Abdullah bin Mas’ud lalu menghajarnya, tapi Abdullah bin Mas’ud tak bergeming dia tetap

(39)

38 |

membaca surat tersebut sampai ayat tertentu. Setelah itu, Abdullah bin mas’ud pergi menemui sahabat-sahabatnya dengan wajah terluka. Mereka berkata kepadanya Itulah yang kami khawatirkan atas dirimu.” Abdullah bin Mas’ud berkata: “Musuh- musuh Allah itu tidak lebih hina dalam pandanganku daripada mereka sejak sekarang. Jika kalian mau, besok pagi aku akan melakukan hal yang sama.” Mereka berkata,”Jangan! cukuplah engkau telah memperdengarkan kepada mereka sesuatu yang tidak mereka suka.”

Hamzah Masuk Islam

Pada suatu hari ketika Rasulullah sedang berdakwah di bukit Shafa seperti biasanya, Abu Jahal datang ke tempatnya dan memakinya dengan makian yang tidak pantas.

Namun makian tersebut didiamkan saja oleh Nabi, dan Nabi hanya berlalu dari tempat itu.

Makian yang diucapkan oleh Abu Jahal didengar oleh seorang budak wanita dari Abdullah bin Jud’an. Ketika Hamzah bin Abu Muthalib baru saja pulang dari berburu, budak wanita itu melaporkan kejadian tersebut kepada Hamzah. Budak itu berkata,“Tidakkah kamu tahu bahwa Abil Hakam telah menyakiti hati Muhammad dan dia hanya diam saja?”.

Ketika Hamzah mendengar ucapan budak wanita itu hatinya merasa tak tahan terhadap perbuatan seseorang kepada Muhammad, keponakannya. Karena itu beliau langsung pergi ke Masjidil Haram menuju tempat Abu Jahal yang sedang berkumpul dengan kaumnya. Beliau langsung berdiri di depan Abu Jahal dan langsung memukul kepala Abu Jahal dengan busur panah yang ada di tangannya sampai kepala Abu Jahal berdarah. Beliau berkata, “Apakah kamu berani menghina Muhammad padahal aku dalam seagama dengan dia. Aku percaya dengan apa yang dikatakannya.

Ucapan Hamzah itu tidak dibalas sedikitpun oleh Abu Jahal yang merasa bersalah karena takut pada Hamzah. Dengan kejadian ini maka Hamzah segera menyatakan keislamannya. Keislaman Hamzah ini sangat ditakuti oleh kaum musyrikin, karena Hamzah sangat terkenal keberaniannya.

(40)

39 |

Tahun Duka Cita

Disebut tahun duka cita atau (‘Amul Huzni) karena pada tahun ini istri Nabi SAW Sayyidah Khadijah binti Khuwailid r.a. dan paman beliau Abu Thalib meninggal dunia. Peristiwa duka itu terjadi tiga tahun sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah.

Terhadap Khadijah r.a., Rasulullah SAW terus menunjukkan cinta dan kesetiaannya meski dia telah meninggal dunia. Khadijah r.a. telah dipanggil Allah dengan membawa agama iman dan Islam.

Rasulullah SAW memujinya dan berkata,“Banyak pria yang mencapai kesempurnaan, sedangkan perempuan hanya Asiyah istri Fir’aun, Maryam putri Imran, dan Khadijah binti Khuwailid. Keutamaan Aisyah atas para wanita, seperti keutamaan bubur dari seluruh makanan.” (HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibnu Majah, dari Abu Musa)

Sedangkan terhadap Abu Thalib, Rasulullah SAW telah berusaha semaksimal mungkin menuntun pamannya itu mengucapkan kalimat tauhid sebelum ajal menjemputnya, namun usaha itu tidak membuahkan hasil. Abu Thalib meninggal tanpa mengucapkan kalimat yang dituntunkan oleh Nabi. Rasulullah SAW hanya bisa memohonkan ampunan kepada Allah SWT untuk sang paman, hingga turunlah firman Allah SWT:

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengaruh Keterampilan Berproses Metode Pemecahan Masalah Model Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas III SDN 02 Kiping Gondang Tulungagung

saat ini penggunaan video klip sebagai media promosi sudah banyak digunakan dan semakin berkembang,dengan menggunakan metode multimedia sebagai salah satu cara

Penelitian sebelumnyayang relevan terhadap pembiayaan murabahah konsumtif, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Diantaranyaadalah penelitian yang dilakukan

EEiE iIE?EaEEiEEB iEBEiEiii

FAKUI-TAS PE'IERNAICAN UN]\,tsRSITAS ANDAI-AS... suse dc@i

Ketua Tim Pengendali DAK sub bidang KB Provinsi (Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi) dan Ketua Tim Pengendali DAK SKPD KB Provinsi secara berkala melakukan

Dari tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa banyak capaian target dari program kerja penulis tidak tercapai, hal ini dikarenakan deadline waktu yang diminta oleh user

Faktor eksternal yang berupa peserta didik yang belum beradaptasi, pendekatan scientific yang masih sulit dilakukan, materi yang tidak sampai mendalam, sarana prasarana yang