• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran dari palkah kapal, penyortiran, penurunan dari dek ke dermaga dan pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke tempat pelelangan ikan. Oleh karena itu, proses pembongkaran harus dilakukan dengan cermat agar ikan hasil tangkapan tidak mengalami cacat fisik selama pembongkaran (Taiban, 1976 vide Haririyah, 2002).

Mekanisme pembongkaran hasil tangkapan yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu adalah sebagai berikut (Djulaeti, 1994) :

a. Sebelum kapal melakukan pembongkaran, nakhoda kapal melapor untuk melakukan pembongkaran dengan membawa surat-surat kapal, yaitu pas biru, surat izin berlayar dan buku lapor kedatangan kapal;

b. Petugas tambat labuh mencatat waktu dan kedatangan kapal di buku lapor kapal serta memberi izin untuk melakukan pembongkaran;

c. Pembongkaran dari palkah diawali dengan pengeluaran hasil tangkapan ikan dari palkah ke geladak dengan diangkat satu persatu untuk ikan- ikan yang berukuran besar seperti cakalang, tuna, tongkol, dan dengan menggunakan keranjang untuk ikan yang berukuran kecil. Jenis ikan yang besar dan berat seperti cucut, pembongkaran ikan dibantu dengan menggunakan tali yang berdiameter dua sampai empat centimeter ke geladak kapal oleh dua sampai tiga orang Anak Buah Kapal (ABK).

Proses pengakutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI dengan menggunakan sarana pengangkut seperti lori dan gerobak. Di PPN Palabuhanratu menggunakan gerobak sebagai sarana pengangkut hasil tangkapan dari dermaga ke TPI.

(2)

2) Pelelangan Hasil Tangkapan

Pelelangan hasil tangkapan merupakan suatu sistem pemasaran ikan di pelabuhan perikanan didalamnya terdapat penjual (nelayan pemilik), juru lelang dan pembeli (bakul/peserta lelang) dimana pembeli/bakul dapat bertransaksi melalui proses lelang sesuai jenis dan mutu ikan yang ditransaksikan.

Fungsi PP/PPI dalam hal pemasaran adalah sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan bagi nelayan maupun pedagang. Adanya kegiatan pelelangan ikan di PP/PPI maka kegiatan tersebut merupakan kegiatan awal dari pemasaran ikan untuk mendapatkan harga yang layak (Lubis, 2005).

Tata cara proses dan pelaksanaan pelelangan ikan di TPI Palabuhanratu (Mahyuddin, 2007):

1) Setelah pemilik kapal/nakhoda melaporkan kedatanggannya ke petugas pelabuhan, maka pemilik kapal akan mendapatkan nomor urut pendaratan di dermaga.

2) Setelah ikan didaratkan di dermaga di depan TPI, pemilik kapal harus melapor kepada petugas TPI.

3) Ikan dicuci dengan air laut, kemudian dipisahkan menurut jenis dan ukuran untuk menentukan harga, dimasukkan ke dalam keranjang yang disediakan oleh pengelola TPI.

4) Ikan ditimbang oleh petugas TPI, kemudian ikan yang sudah ditimbang mendapat label/karcis yang berisikan nama pemilik dan nomor urut lelang.

5) Para bakul/pembeli diijinkan untuk melihat ikan-ikan yang akan dilelang.

6) Lelang dilaksanakan secara terbuka dan bebas. Penawaran dimulai dengan harga terendah. Penawaran tertinggi dinyatakan sebagai pemenang dan menjadi pembeli ikan yang dilelang. Pemenang lelang dicatat dalam karcis lelang.

7) Bakul sebagai pembeli membayar tunai hasil pembeliannya kepada petugas TPI ditambah biaya retribusi lelang sebesar 3 %. Apabila pembayaran tidak tunai, maka harus ada persetujuan dari manajer TPI.

(3)

8) Pihak TPI membayarkan hasil pelelangan kepada nelayan setelah dipotong retribusi sebesar 2 %.

Setelah aktivitas pelelangan selesai, tenaga kerja bongkar muat membawa hasil tangkapan dari TPI ke tempat penampungan pembeli/bakul dan ada juga yang langsung diangkut dengan mobil bak untuk didistribusikan ke tempat pengolahan ikan dan pasar-pasar, baik di sekitar Palabuhanratu maupun di luar daerah Palabuhanratu seperti Sukabumi dan Jakarta.

2.1.2 Penyortiran dan Pengangkutan Hasil Tangkapan

Penyortiran hasil tangkapan adalah memisahkan hasil tangkapan menurut jenis, ukuran dan mutu, selanjutnya di masukkan ke dalam keranjang. Proses penyortiran dilakukan pada saat pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek kapal. Setelah proses penyortiran selesai dilakukan pencucian hasil tangkapan, bahkan pengesan ulang. Proses penyortiran ikan harus dilakukan secara cepat (Nilawati, 1995 vide Rahayu, 2000). Hal itu dimaksudkan agar hasil tangkapan yang telah dikeluarkan dari dalam palkah tidak terkena sinar matahari langsung dalam waktu lama, sehingga dapat menurunkan mutu hasil tangkapan (Mulyadi, 2007).

Hasil tangkapan yang berada di atas dek kapal seharusnya sesegera mungkin langsung dimasukkan ke dalam keranjang agar hasil tangkapan tidak bersentuhan langsung dengan dek kapal yang kotor. Kondisi dek kapal seringkali tidak diperhatikan kebersihannya, biasanya anak buah kapal (ABK) hanya sesekali saja mencuci dek kapal. Ditambah lagi, air yang digunakan untuk mencuci dek kapal oleh ABK adalah air kolam pelabuhan. Air tersebut sudah tidak bersih dan higienis lagi, karena sudah tercemar dengan sampah (limbah) dan genangan oli kapal. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu hasil tangkapan yang berada diatas dek kapal.

Pencucian hasil tangkapan dilakukan setelah hasil tangkapan dimasukkan ke dalam keranjang. Hasil tangkapan yang ada di dalam keranjang biasanya dicuci menggunakan air kolam pelabuhan. Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf di atas, hasil tangkapan yang dicuci dengan air kolam pelabuhan yang kotor akan mengalami penurunan mutu.

(4)

Setelah proses penyortiran dan pencucian, hasil tangkapan dalam keranjang diatas dek di pindahkan ke dermaga dan selanjutnya diangkut ke TPI. Sarana pengangkut yang digunakan di pelabuhan perikanan dalam proses pendaratan hasil tangkapan adalah beragam, seperti gerobak dorong, lori atau dipikul. Di PPN Palabuhanratu, alat bantu yang digunakan dalam pengangkutan hasil tangkapan dapat berupa sarana pengangkut, seperti gerobak dorong dapat juga berupa wadah, diantaranya keranjang, trays (keranjang plastik atau blong) dan tong-tong plastik (Djulaeti, 1994).

Menurut Mulyadi (2007), alat bantu yang digunakan di PPN Pekalongan untuk mengangkut hasil tangkapan dari dermaga bongkar ke TPI adalah kereta dorong (lori). Setiap kereta dorong (lori) dapat memuat tiga unit basket atau dengan kapasitas angkut sekitar 90-120 kg hasil tangkapan.

2.1.3 Penanganan Hasil Tangkapan

Penanganan ikan merupakan suatu perlakuan yang dikenakan terhadap hasil tangkapan yang bertujuan mempertahankan tingkat kesegaran ikan atau memperlambat perkembangan mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kebusukan ikan.

Ikan merupakan salah satu komoditas yang mudah rusak (high perishable food) sehingga penanganan ikan harus menggunakan suhu dingin mendekati 0 oC agar proses pembusukkan bisa diperlambat sehingga dapat mempertahankan mutu hasil tangkapan (Moeljanto, 1982).

Penanganan ikan di suatu pelabuhan perikanan sebaiknya dimulai ketika proses pembongkaran sampai ikan didistribusikan dan tiba ditangan konsumen (Rahayu, 2000). Penanganan ikan di pelabuhan perikanan biasanya dilakukan dengan cara pemberian es untuk ikan segar dan pemberian garam untuk ikan-ikan yang akan dibuat ikan asin.

Untuk menunjang penanganan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan adalah tersedianya sarana es dan air bersih. Penggunaan es dapat membantu menjaga suhu hasil tangkapan agar tetap segar dan air bersih untuk membersihkan hasil tangkapan dari kotoran, lendir dan darah yang menempel di tubuh ikan. Hal tersebut bertujuan agar mutu hasil tangkapan tidak cepat menurun.

(5)

2.2 Basket hasil Tangkapan, Peranan dan Pengelolaannya di Pelabuhan Perikanan

(1) Basket Hasil Tangkapan

Basket hasil tangkapan merupakan wadah atau tempat untuk mengangkut ikan dari dek kapal ke dermaga atau tempat pembongkaran ikan dan selanjutnya ke TPI. Pihak-pihak yang menggunakan basket hasil tangkapan yang tersedia di pelabuhan perikanan ialah nelayan/pengusaha perikanan, pedagang dan pembeli (bakul).

Penyediaan basket hasil tangkapan di pelabuhan perikanan, biasanya disediakan oleh pihak pengelola TPI, namun ada juga yang disediakan sendiri oleh nelayan, pedagang dan pembeli (bakul). Basket yang disewakan oleh pihak pengelola kepada nelayan dikenakan harga sewa yang telah ditentukan sebelumnya oleh pihak pengelola.

Jumlah basket yang akan disewakan harus disesuaikan dengan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan yang dibagi dengan kapasitas satu basket. Hal ini berguna agar banyaknya basket yang disewa tidak kurang atau sangat berlebihan jumlahnya.

(2) Peranan Basket Hasil Tangkapan

Peranan basket hasil tangkapan selain sebagai wadah angkut, juga membantu mempertahankan mutu hasil tangkapan. Hal ini disebabkan karena basket dapat melindungi hasil tangkapan dari sentuhan langsung dengan lantai dermaga dan TPI yang umumnya kotor dan banyak genangan darah dan lendir, bahkan cemaran lainnya seperti sampah. Selain itu, penggunaan basket yang baik dapat membantu meningkatkan kebersihan lantai dermaga dan TPI.

Di tempat pelelangan, ikan tidak boleh diletakkan begitu saja diatas lantai atau dilangkahi, tetapi ikan harus diletakkan dalam sebuah tempat atau wadah/basket agar kebersihan ikan tetap terjaga, ikan tidak terkena kotoran atau mendapat pencemaran dari kotoran yang terdapat di TPI.

(3) Pengelolaan Basket Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan

Basket disewakan kepada nelayan untuk aktivitas pendaratan dan pelelangan hasil tangkapan. Nelayan membayar sewa basket ke pengelola TPI atau KUD

(6)

setelah selesai dipakai untuk proses pendaratan dan pelelangan. Dana hasil penyewaan tersebut nantinya digunakan oleh pengelola TPI atau KUD untuk biaya pemeliharaan basket. Keranjang atau basket ikan juga dibersihkan setiap kali selesai pemakaian, agar ikan yang dimasukkan tidak terkontaminasi oleh bakteri (Lubis, 2005).

Basket di pelabuhan perikanan umumnya dikelola oleh pengelola TPI atau KUD pelabuhan setempat. Pemeliharaan dan pengelola basket hasil tangkapan meliputi (Pane et al, 2008) 1). Kebersihan basket dengan tujuan agar basket- basket yang ada tetap bersih sehingga perlu pembersihan secara kontinu setelah dipakai; 2). Keamanan basket dengan tujuan agar basket-basket tersebut tidak hilang sehingga misalnya perlu adanya nama pelabuhan pada setiap basket dan perlu warna basket yang berbeda untuk setiap pelabuhan; 3). Sistem peminjaman yang mudah dan cepat agar pengguna tidak memerlukan banyak waktu untuk proses meminjam; 4). Harga sewa yang murah yang tidak memberatkan pengguna.

2.3 Sanitasi, Peranan dan Pengelolaannya di Pelabuhan perikanan (1) Sanitasi

Sanitasi adalah suatu upaya pengendalian (mencegah dan atau mengurangi) jasad renik patogen dari faktor lingkungan fisik sekitarnya yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat; sanitasi lingkungan adalah cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara.

Pengertian sanitasi dalam industri pangan yaitu mencakup kebiasaan, sikap hidup, tindakan aseptik dan bersih terhadap benda termasuk manusia yang akan kontak langsung dengan bahan pangan. Dalam industri pangan sanitasi meliputi pengendalian pencemaran, pembersihan dan tindakan aseptik yang merupakan mata rantai dalam produksi (Suekarto, 1990 vide Hasibuan, 2000).

Pengertian sanitasi dalam industri perikanan adalah pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan-bahan baku, peralatan dan pekerja

(7)

untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah, mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusahakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat (Siswati, 2004).

Menurut Departemen Pertanian (2002) vide Rusmali (2004), dalam pengembangan industri perikanan, pelabuhan perikanan merupakan bagian dari rantai produksi yang harus memenuhi persyaratan kelayakan dasar sanitasi dan higiene yang meliputi : 1). Lokasi dan lingkungan; 2). Konstruksi bangunan; 3).

Dinding, penerangan dan ventilasi; 4). Saluran Pembuangan; 5). Pasok air dan bahan bakar; 6). Es; 7). Penanganan limbah; 8). Toilet; 9). kontruksi dan pemeliharaan alat; 10). Peralatan untuk penanganan awal; 11). Pembersihan dan sanitasi; dan 12). Kontrol sanitasi.

Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa sanitasi mencakup berbagai aspek yaitu kebersihan, kesehatan dan keimbangan lingkungan serta pengelolaannya. Hasil yang diharapkan dengan dijalankannya sanitasi di lingkungan pelabuhan perikanan antara lain yaitu terciptanya lingkungan kerja yang bersih, mutu ikan tetap terjaga dan kebersihan pelaku di pelabuhan perikanan.

(2) Peranan Sanitasi

Peranan sanitasi sangat penting dalam menjaga mutu hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan perikanan. Selain itu, sanitasi dapat berperan meningkatkan kebersihan dan kenyamanan lingkungan pelabuhan perikanan.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga sanitasi di lingkungan pelabuhan, antara lain dengan membersihkan lantai TPI setiap aktivitas pelelangan selesai. Selain itu, dapat dilakukan pencegahan terhadap limbah atau buangan yang ditimbulkan oleh hasil tangkapan, yaitu dengan menggunakan basket hasil tangkapan yang memperhatikan kebersihan lingkungan. Hal ini untuk mencegah limbah hasil tangkapan berupa potongan-potongan ikan, tetesan darah dan lendir ikan terdapat di lantai dermaga dan TPI.

Oleh karena itu, dengan mengetahui peran penting sanitasi tersebut diatas, kiranya penjagaan dan pengelolaan terhadap kebersihan lingkungan pelabuhan (khususnya TPI) dapat ditingkatkan. Hal ini membutuhkan peran pengelola PPN Palabuhanratu dalam mengatur berbagai aktivitas pendaratan, pelelangan dan

(8)

pemasaran/pendistribusian hasil tangkapan serta kesadaran dari pelaku pasar (pedagang, pembeli dan pengunjung lainnya) dalam menjaga sanitasi di pelabuhan tersebut.

(3) Pengelolaan Sanitasi di Pelabuhan Perikanan

Pengelolaan sanitasi di pelabuhan perikanan sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur, karena dapat berperan untuk mencegah gangguan kesehatan, meningkatkan kebersihan dan kenyamanan lingkungan pelabuhan; yang nantinya bertujuan untuk menjaga mutu hasil tangkapan.

Pelabuhan perikanan umumnya memiliki bagian pengelola yang memanajemen sanitasi lingkungan pelabuhan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan pelabuhan, antara lain membersihkan TPI dengan air bersih setelah pelelangan selesai. Menurut Lubis (2005), kebersihan fasilitas seperti TPI, seharusnya dibersihkan dengan air tawar setiap selesai di lakukan pelelangan ikan dan seminggu dua kali diberi desinfektan. Sebaliknya jangan mencuci dengan air kolam dari pelabuhan yang umumnya sudah terpolusi.

Penanganan polusi di pelabuhan perikanan harus ditangani dengan cara pengelolaan limbah yang sesuai dan tepat, peraturan yang mendukung dan pendidikan para pengguna. Selain itu, faktor kepedulian dan kesadaran pelaku (nelayan, pedagang ikan dan pembeli/pengunjung) dalam mengontrol sumber pencemaran memiliki peranan yang cukup besar.

Penerapan penanganan kebersihan dan sanitasi di lingkungan pelabuhan perikanan menurut Departemen (2002) vide Rusmali (2004) dibagi ke dalam dua hal, yaitu (1) penerapan kegiatan pembuatan perangkat lunak yang terdiri aspek hukum dan peraturan, aspek pengelolaan kebersihan dan sanitasi dan aspek peran serta masyarakat dan (2) pengadaan sarana dan prasarana, penerapan kegiatan rehabilitasi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan higienis yang meliputi penanganan rehabilitasi sarana dan prasarana air cuci atau penanganan ikan, air bersih/air tawar, penanganan pengolahan air limbah, drainase, dan persampahan serta kegiatan lainnya yang dilakukan bersama-sama bidang perawatan.

Pembuatan perangkat lunak (peraturan dan hukuman) tersebut perlu diterapkan untuk menciptakan lingkungan pelabuhan perikanan yang bersih dan

(9)

nyaman. Upaya tersebut antara lain pemberian sanksi hukum bagi yang melanggar ketentuan, membuat slogan atau spanduk yang mendukung terciptanya kebersihan dan melakukan kegiatan yang turut melibatkan masyarakat sekitar pelabuhan seperti gotong-royong bersama membersihkan lingkungan pelabuhan untuk menciptakan lingkungan pelabuhan perikanan yang bersih dan nyaman.

2.4 Basket Hasil Tangkapan dan Sanitasi di PPN Palabuhanratu (1) Pengguna Basket/wadah Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu

Penggunaan basket hasil tangkapan merupakan salah satu cara untuk membantu mempertahankan mutu hasil tangkapan. Apabila hasil tangkapan didaratkan di pelabuhan perikanan tidak menggunakan basket akan berdampak hasil tangkapan bersentuhan langsung dengan lantai TPI; terlebih-lebih dilangkahi dan diinjak-injak. Hal ini akan menyebabkan mutu hasil tangkapan menurun.

Jenis wadah yang digunakan di PPN Palabuhanratu antara lain blong, keranjang bambu, styrofoam dan jolang. Wadah-wadah tersebut berfungsi sebagai alat bantu mengangkut dan menampung hasil tangkapan baik pendaratan maupun pemasaran.

Wadah blong digunakan oleh nelayan payang sebagai pengganti palkah dalam operasi penangkapan ikan. Setelah kembali ke fishing base, blong yang berisi hasil tangkapan didaratkan ke dermaga, lalu diangkut dengan gerobak ke TPI atau ke tempat pengolahan ikan (pengasinan/pemindangan). Satu gerobak dapat mengangkut tiga unit blong.

Wadah keranjang bambu digunakan oleh nelayan bagan untuk menampung hasil tangkapan saat operasi penangkapan. Pengangkutan keranjang bambu dari dermaga ke TPI atau ke tempat pengolahan ikan dengan cara dipikul, satu pikulan terdapat dua unit keranjang bambu. Selain dipikul, pengakutan keranjang bambu juga bisa menggunakan gerobak. Satu gerobak dapat mangangkut sekitar empat unit keranjang bambu.

Wadah jolang dan styrofoam digunakan untuk menampung hasil tangkapan oleh pedagang ikan di TPI atau di pasar ikan. Jolang menampung hasil tangkapan berukuran kecil seperti ikan tembang dan eteman. Kotak styrofoam menampung hasil tangkapan seperti tongkol, layur dan tuna.

(10)

(2) Kondisi Sanitasi di PPN Palabuhanratu

Pada saat penelitian awal kondisi sanitasi di dermaga pendaratan dan TPI di PPN Palabuhanratu kurang bersih. Hal ini dapat dilihat banyak ikan utuh yang rusak, potongan-potongan ikan, sampah, campuran genangan darah dan lendir yang tercecer di lantai dermaga dan TPI.

Penggunaan basket/wadah yang tidak sesuai ditambah lagi tidak digunakannya basket/wadah menjadi penyebab pencemaran tersebut terjadi.

Basket/wadah yang ada belum dapat menampung berbagai ukuran dan jenis hasil tangkapan yang dominan ada. Bentuk basket/wadah yang ada mengakibatkan darah dan lendir ikan di dalam basket/wadah, menetes membasahi bahkan menggenangi lantai dermaga dan TPI. Apalagi hasil tangkapan yang ditangani dengan tidak menggunakan basket/wadah seperti cucut, limbah dari cucut (darah, isi perut dan lendir) berserakan dilantai dermaga dan TPI.

Kondisi selokan di TPI yang mampat karena limbah potongan ikan dan sampah, membuat aliran pembuangan limbah (darah dan lendir) ikan menjadi tidak lancar.

Kesadaran pelaku (nelayan dan pedagang ikan) akan pentingnya kebersihan masih kurang sehingga mencemari lingkungan pelabuhan. Pelaku masih banyak yang membuang sampah (bungkusan nasi, puntung rokok dan plastik) tidak pada tempatnya.

Lokasi Pelabuhan perikanan yang dekat dengan pasar ikan yang kotor menambah kotornya lingkungan pelabuhan perikanan. Orang (pengunjung) bebas masuk ke dermaga dan TPI tanpa adanya pengawasan kebersihan terhadap pengunjung tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

- direndam dalam HCl 0,1 M selama 24 jam - disaring dengan kertas saring - dicuci dengan aquades hingga bebas dari ion Cl- penambahan AgNO3 pada air pencucian sampel batang jagung

Analisis Dampak Kafein Terhadap Hasil Perhitungan Heart rate Lari 100 M dan Illinoise Agility Kafein mempunyai efek ergogenik yang dapat meningkatkan peforma, terutama

 Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas menyiapkan dan memberikan pelayanan dalam urusan surat menyurat, tata naskah dinas, kearsipan, perlengkapan

Berdasarkan permasalahan yang terjadi diatas, untuk mengusung mata pelajaran senam lantai yang menyenangkan, peran guru sebagai perencana pengajaran dan pengelola

Dengan menggunakan penelitian tindakan kelas ini banyak manfaat yang bisa diperoleh. Khususnya manfaat tersebut dapat berguna untuk guru- guru Sekolah Dasar dalam

Skripsi ini membahas tentang model pelaksanaan ta’zir pada santri Pondok Pesantren Futuhiyyah Suburan Barat Mranggen Demak. Kajian skripsi ini dilatarbelakangi oleh

Biaya Eksplisit adalah biaya yang benar-benar harus dikeluarkan oleh industri pengolahan hasil pertanian untuk menghasilkan produk berupa keripik salak dan manisan

[r]