• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH INDUSTRI DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH INDUSTRI DI SURABAYA."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

Anggit Ardhana Reswary 0611010015/FE/IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR

(2)

Segala puji da Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat

serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban sebagai

mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur Fakultas Ekonomi

khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam Penulisan skripsi ini penulis

mengambil judul “ Anilisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Industri

Di Surabaya “

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini

masih banyak kekurangan. Hal ini di sebabkan karena masih terbatasnya

kemampuan dan pengetahuan yang ada walaupun demikian berkat bantuan dan

bimbingan yang di terima dari Ibu Drs. Ec. Niniek Imaningsih, MP, Selaku

Sebagai Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah

mengarahkan dari wala untuk memberi bimbingan kepada peneliti, sehingga

skripsi ini dapat tersusun dan mampu terlesaikan dengan baik.

Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Doedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

(3)

Timur dan juga sebagai selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing dan memberikan

masukan – masuka positif dan berbobot yang berarti bagi penulis

4. Segenap staf pengajar dari staf kantor Universitas Pembangunan Nasional

“ Veteran “ Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan

serta pelayanan akademik bagi penulis dan semua mahasiswa / i UPN

5. Keluarga tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan dengan

penuh kasih sayang baik secara moral, material maupun spiritual atas

ukungan dan kesabarannya hingga mampu terselesaikannya skripsi ini

serta teman – teman HMC yang tak mungkin di sebutkan satu persatu

karena suatu keterbatasan

Akhir kata yang dapat terucap semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi

pembaca dan pihak – pihak lain yang membutuhkan, semoga ALLAH S.W.T

memberikan balasan setimpal.

Wassalamuaikum Wr. Wb

Surabaya, Mei 2012

(4)

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN HALAMAN 2.1. Hasil penelitian terdahulu ... 6

2.1.1 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Tenaga Kerja ... 11

2.2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 11

2.2.1.2. Pengertian Angkatan kerja ... 12

2.2.1.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja ... 13

2.2.1.4. Permintaan Tenaga Kerja ... 15

2.2.1.5. Penawaran tenaga Kerja ... 17

2.2.1.6. Hubungan Jumlah Tenaga kerja Dengan

(5)

2.2.2.1. Pengertian Kurs Valas………. 20

2.2.2.2. Permintaan dan Penawaran Valuta Asing... 20

2.2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs Mata Uang ……... 21

2.2.2.4 Fungsi Pasar Valuta Asing... 23

2.2.2.5 Hubungan Kurs Valas Dengan Analisis Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Industri di Surabaya ... 23

2.2.3. Pengertian Investasi ... 24

2.2.3.1. Teori Investasi ... 26

2.2.3.2. Investasi Melalui Penanaman Modal Asing ... 28

2.2.3.3. Fakto-faktor yang Menentukan Investasi ... 30

2.2.3.4. Dampak Investasi Melalui PMA ………... 32

2.2.3.5. Suku Bunga... 33

2.2.3.6. Teori Suku Bunga ... 34

2.2.3.7. Hubungan Investasi Dengan Analisis Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Industri Di Surabaya... 37

2.2.4. Tinjauan Inflasi ... 37

2.2.4.1. Pengertian Inflasi ... 37

(6)

2.2.4.5. Cara Mengatasi Inflasi ……… 44

2.2.4.6. Hubungan Inflasi Dengan Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Industri Di Surabaya... 47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 51

3.2. Teknik Penentuan Data ... 52

3.3. Jenis Dan Sumber Data ... 52

3.3.1. Jenis Data ... 52

3.3.2. Sumber Data ... 53

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 54

3.5.1. Teknik Analisis ... 54

3.5.2. Uji Hipotesis ... 55

3.6. Uji Asumsi Klasik ... 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Definisi Obyek Penelitian ... 64

4.1.1. Gambaran Geografis Surabaya ... 64

4.1.2. Keadaan Alam Surabaya... 66

(7)

4.2.2. Perkembangan Kurs Valas di Surabaya... 69

4.2.3. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Surabaya ... 70

4.2.4. Perkembangan Inflasi di Surabaya ... 71

4.3. Analisis dan Uji Hipotesis ... 72

4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Sesuai denganAsumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)... 72

4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi ... 77

4.3.3. Uji Hipotesis secara Simultan ... 78

4.3.4. Uji Hipotesis secara Parsial ... 80

4.3.5. Pembahasan ... 86

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 89

5.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA

(8)
(9)

Gambar 1 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja ... 14

Gambar 2 Kurva Permintaan Tenaga Kerja ... 16

Gambar 3 Kurva Penawaran Tenaga Kerja ... 17

Gambar 4 Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja... 18

Gambar 5 Tingkat Suku Bunga Keseimbangan di Pasar Investasi (Loanable Found) Dalam Satu Periode ... 35

Gambar 6 Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Sektor Perdagangan di Surabaya... 39

Gambar 7 Kurva distribusiPenolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Simultan ... 40

Gambar 8 Kerangka Fikir Analis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyarapan Kerja Sektor Industri Di Surabaya ... 49

Gambar 9 Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Simultan ... 56

Gambar 10 Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Parsial ... 58

Gambar 11 Kurva Durbin-Watson... 60

Gambar 12 Kurva Statistik Durbin-Watson ... 74

(10)

Gambar 15 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor

Kurs Valas (X2) terhadap Jumlah Industri di Surabaya ( Y ) .... 83

Gambar 16 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor

PMA (X3) terhadap Jumlah Industri di Surabaya ( Y ) ... 84

Gambar 17 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor

(11)

SURABAYA

Oleh

Anggit Ardhana Reswary

ABSTRACT

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan variabel yang dominan dari faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah industri di Surabaya. Variabel penelitian adalah Tenaga Kerja, Kurs Valas, Investasi, Inflasi, Industri. Pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel dengan Tenaga Kerja, Kurs Valas, Investasi, Inflasi, dan Industri di peroleh dari instansi BPS Kota Surabaya. Teknik analisis untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat di gunakan analisis regresi linier berganda. Uji hipotesis untuk menguji pengaruh secara simultan anatara variabel bebas terhadap variabel terikat maka di pergunakan uji F, pengujian secara parsial menggunakan uji t.

Hasil penelitan dapat di simpulkan bahwa secara simultan bahwa Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap analisis faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah industri di Surabaya. Secara parsial Kurs Valas, Investasi, Inflasi, Industri tidak berpengaruh atau tidak signifikan secara negative terhadap analisis faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah industri di Surabaya, Sehingga dapat di simpulkan secara keseluruhan yang berpengaruh secara signifikan yang mempengaruhi terhadap analisis faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah industri di Surabaya adalah variabel Tenaga Kerja, karena variabel ini memeliki koefisien Determinasi paling besar dari nilai keempat variabel lainnya.

Kata Kunci : Tenaga Kerja, Kurs Valas, Investasi, Inflasi, industri

(12)

1.1. Latar Belakang

Industrialisasi merupakan alur pokok pembangunan nasional dan

pembangunan daerah yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang maju

dan mandiri. Selain berperan strategis untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan

produktifitas masyarakat, juga berperan menciptakan lapangan usaha serta

memperluas lapangan usaha serta memperluas kesempatan kerja,

meningkatkan serta meratakan pendapatan masyarakat dan mengentaskan

kemiskinan. (Rasyid, 2007 : 2).

Pembangunan industri, sebagai motor penggerak perekonomian,

akan terus didorong perannya karena telah terbukti memberi kontribusi

yang berarti terhadap pembangunan nasional. Berbagai upaya perbaikan

untuk mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap kemerosotan kinerja

sektor industri telah dilakukan, namun kinerja itu tampaknya belum

sepenuhnya pulih. Hal ini disebabkan adanya permasalahan yang

membutuhkan perhatian dan perlu segera diatasi. (Wahyudi, 2008 : 3).

Namun demikian, industri masih menghadapi tantangan yang harus

segera diatasi. Belum berkembangnya industri bahan baku dan industri

penunjang di dalam negeri merupakan masalah utama yang dihadapi.

(13)

hilir, sehingga struktur industri secara keseluruhan menjadi rentan.

Dampaknya tercermin dari besarnya ketergantungan komponen impor

bahan baku dan setengah jadi pada industri kimia, otomotif, dan

elektronika. (Kuncoro, 2000 : 2-3).

Masalah lain yang menuntut perhatian bersama adalah lemahnya

penguasaan teknologi industri. Fakta di pasar menunjukkan bahwa

sebagian besar produk lokal dihasilkan oleh industri berbasis teknologi

rendah, yakni industri yang menghasilkan nilai tambah relatif rendah.

Kondisi ini juga disebabkan oleh belum terpadunya pengembangan iptek

di lembaga-lembaga penelitian yang tersebar di berbagai instansi dengan

dunia industri. Ketertinggalan atas penguasaan teknologi membuat daya

saing produk industri lemah dalam menghadapi persaingan yang semakin

ketat. Di pasar lokal, daya saing produk kita semakin terancam akibat

belum meluasnya penerapan standarisasi nasional. (Mashudi, 2001 : 9).

Dalam persaingan global yang semakin tajam, industri manufaktur

suatu negara dituntut untuk mampu menghasilkan output secara efisien

jika ingin tetap dapat bertahan. Efisiensi dalam produksi dapat tercapai

jika sumber daya yang tersedia dapat dialokasikan secara efektif dan

efisien. Hal ini dapat dikembangkan dengan adanya peran pemerintah ikut

campur dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kapabilitas

nasional. (Porter, 1990 : 15).

Atas dasar uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengamati

(14)

lagi tentang ”Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Industri Di

Surabaya ”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah tenaga kerja, kurs valas, investasi ( PMA ), inflasi

berpengaruh terhadap analisis faktor yang mempengaruhi jumlah

industri di surabaya

b. Diantara tenaga kerja, kurs valas, investasi ( PMA ), inflasi manakah

yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap analisis faktor

yang mempengaruhi jumlah industri di surabaya

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di

tenaga kerja, kurs valas, investasi ( PMA ), inflasi kemukakan

sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui apakah variabel berpengaruh terhadap analisis

faktor yang mempengaruhi jumlah industri di surabaya

b. Untuk mengetahui diantara variabel investasi, kurs valas, dan

(15)

terhadap analisis faktor yang mempengaruhi jumlah industri di

surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil

manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan

sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan

wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan

Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

b. Bagi Sektor Industri Dan Sektor Perdagangan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi

atau masukan terhadap analisis faktor yang mempengaruhi jumlah

industri di surabaya serta sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan pembangunan ekonomi industri yang

berhubungan dengan masalah analisis faktor yang mempengaruhi

(16)

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan

karya ilmiah yang baik khususnya peneliti dan dapat dipakai

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang

dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang

berkaitan dengan analisis beberapa faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap pendapatan industri di Surabaya, antara lain :

a. Heriawan (2000) dengan judul penelitian ”Beberapa faktor Yang

Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri

Pengolahan Kayu Di Jawa Timur”. Berdasarkan hasil uji secara

simultan diperoleh hasil F hitung = 52,978 > F tabel = 4,76 yang

berarti bahwa variabel jumlah unit usaha, tingkat upah dan jumlah

nilai produksi secara bersama-sama berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja. Secara persial untuk variabel jumlah unit

usaha (X1) diperoleh hasil t hitung = 2,718 > t tabel = 2,447 yang

berarti variabel jumlah unit usaha berpengaruh secara positif

terhadap penyerapan tenaga kerja. Variable tingkat upah (X2)

diperoleh hasil t hitung = 3,653 > t tabel =2,447 yang berarti variabel

tingkat upah berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga

kerja, variabel nilai produksi berpengaruh secara nyata terhadap

(18)

b. Handoko (2000) dengan judul penelitian ” Analisis beberapa

Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Sektor Industri Kecil Di Kota Mojokerto” dengan hasil penelitian

sebagai berikut : secara simultan (uji F) diperoleh hasil F hitung =

609,367 dan F tabel = 3,29 artinya F hitung > F tabel, dengan kata lain

jumlah unit usaha (X1), nilai produksi (X2), dan Investasi (X3)

secara simultan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja

pada industri kecil (Y). Secara parsial (Uji t) diperoleh hasil t tabel =

3,567 masing masing berpengaruh terhadap penyerapan tenaga

kerja. Dan untuk nilai produksi (X2) t hitung = -1,103 tidak

berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga kerja dengan

t hitung = 12,180

c. Widodo (2002) dengan judul penelitian ”Analisis Yang

Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri

Menengah Ke Atas Di Propinsi Jawa Timur”. Dalam pengujian

hipotesis dengan menggunakan uji F secara simultan diperoleh

hasil F hitung = 71,90 > F tabel = 4,53 yang berarti variabel bebas

yaitu nilai investasi, tingkat upah, Produk Domestik Regional

Bruto, dan unit industri secara serempak berpengaruh terhadap

variabel terikat yaitu tenaga kerja yang diserap pada industri

menengah ke atas di propinsi jawa timur. Demikian juga hasil

analisis secara parsial diperoleh t hitung dari nilai investasi (X1)

(19)

secara individu tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah

tenaga kerja yang terserap, hal ini disebabkan investasi kurang

maksimal digunakan untuk meningkatkan proses produksi.

Variabel tingkat upah (X2) berpengaruh secara nyata terhadap

variabel jumlah tenaga kerja yang terserap dengan t hitung -2,471 <-t

tabel = -2,447, variabel Produk Domestik Regional Bruto (X3)

diperoleh t hitung 2,705 > t tabel = 2,447 yang berarti bahwa Produk

Domestik Regional Bruto berpengaruh secara nyata terhadap

jumlah tenaga kerja yang diserap.

d. Yunita (2004) dengan judul penelitian ”Analisis Beberapa faktor

Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil

Di Kabupaten Sidoarjo” dengan hasil penelitian sebagai berikut :

Untuk mengetahui pengaruh antar variabel bebas yang terdiri dari

jumlah industri kecil (X1) nilai produksi (X2) investasi (X3)

dengan variabel terikat penyerapan tenaga kerja diperoleh hasil

secara simultan nilai F hitung = 22,395 > F tabel = 4,76 jadi secara

simultan variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat. Sedangkan secara parsial jumlah industri Kecil (X1) t hitung

=-1,182 > t tabel =-2,4469 berareti tidak berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja dan untuk Nilai Produksi (X2) t hitung =

3,020 Investasi (X3) = 2,708 > t tabel = 2,4469 yang berarti

(20)

e. Kristiawan (2004) dengan judul penelitian ”Analisis Beberapa

Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Industri Kecil Di Surabaya” dengan hasil penelitian sebagai

berikut: Untuk mengetahui pngaruh antara variabel bebas yang

terdiri dari modal usaha (X1), jumlah industri kecil (X2), dan

jumlah angkatan kerja (X3) terhadap penyerapan tenaga kerja di

surabaya (Y). Dengan menggunakan uji f diperoleh t hitung =

202,233 > F tabel =3,59 dan secara parsial menunjukkan modal

usaha industri kecil (X1) dan jumlah angkatan kerja (X3)

berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja di surabaya

(Y), dimana t hitung (X1) = 12.000 dan t hitung (X3) = 6,695 > t tabel =

2,201 sedangkan jumlah industri kecil (X2) tidak berpengaruh

terhadap penyerapan tenaga kerja di kota surabaya. Dimana

diperoleh t hitung (X2) = 0,244 < t tabel = 2,201

f. Tindage (2006) dengan judul jurnal penelitian ”Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor

Perdagangan Di Jatim”. Dengan hasil penelitian sebagai berikut

Untuk mengetahui pengaruh antar variabel bebas yang terdiri dari

investasi (X1), nilai produksi (X2), dan unit usaha (X3) dengan

variabel terikatnya yaitu penyerapan tenaga kerja pada sektor

perdagangan di Jatim (Y) dengan menggunakan uji F secara

simultan variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel

(21)

parsial diketahui bahwa variabel bebas investasi (X1) tidak

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor

perdagangan di Jatim (Y) dengan t hitung =1,164 < t tabel =2,201

sehingga secara parsial nilai produksi tidak berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan di Jatim. Untuk

variabel unit usaha (X3) diperoleh t hitung =8,786 > t tabel =2,201

sehingga secara parsial diketahui bahwa unit usaha (X3)

berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor

perdagangan di Jatim.

2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti terdahulu yaitu pada kurun waktu, ruang lingkup, tempat

penelitian dan jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian.

Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas,

yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul

“Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Industri Di Surabaya”,

dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis faktor yang mempengaruhi jumlah industri di surabaya (Y),

sedangkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tenaga Kerja (X1), kurs valas (X2), Investasi ( PMA ) (X3), dan inflasi

(22)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Tenaga Kerja

2.2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia

kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan negara

lain. Batas usia yang di anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun

tergolong sebagai tenaga kerja. (Dumairy, 1997 : 74).

Tenaga kerja (man power) adalah kemampuan manusia untuk

mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan

jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. (Suroto, 1992 : 17).

Tenaga kerja yaitu penduduk pada usia kerja yaitu antara 15

sampai 64 tahun. Penduduk pada usia kerja ini digolongkan menjadi dua

yaitu angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja.

(Suparmoko, 1992 : 114).

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup

bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk

diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran

berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja,

dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada

kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).

Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang

bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti

(23)

terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga)

walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan

sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. (Simanjuntak, 1995 : 2).

2.2.1.2. Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia

melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga

hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat

dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak

memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia

untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti

orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas

kemauannya sendiri mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75).

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang

belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan

pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja

adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun

tidak bekerja penuh. (Suparmoko, 1992 : 67).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan

(24)

atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak

mencari pekerjaan.

2.2.1.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak

bekerja atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).

Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam

usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak

mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang

sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi

barang dan jasa yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan

menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya

sekolah.

b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang

mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah.

c. Golongan lain-lain, yaitu :

1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan

sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan,

seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa

atas hak milik.

2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.

Konsep memilah-memilah tenaga kerja seperti ini disebut

(25)

diperkenalkan oleh International Labour Organization

(ILO). (Dumairy, 1997 : 74)

Gambar 1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Bukan Angkatan Kerja

Penerima Pendapatan Mengurus

Rumah Tangga Sekolah

Setengah Pengangguran Bekerja Penuh

Bekerja Pengangguran

Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah

Tidak Kentara Kentara (yang kerja sedikit)

Angkatan Kerja

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Penduduk

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.

Keterangan :

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan

(26)

dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai

macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan

tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan

bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak

semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur.

Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada

penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah

pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran

tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang

rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal

karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi

mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang

tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan

pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya.

(Simanjuntak, 1995 : 16) 2.2.1.4 Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan

atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian

kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan

dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi,

(27)

yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga

kerja yang bersangkutan. (Suroto, 1992 : 21).

Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Upah

VMPPL

D

w1

w

w2

D = MPPL X P

0

A N B Penempatan

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 75.

Keterangan :

Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value

marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100

orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya

(28)

tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh karena itu laba perusahaan

akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat

terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga

ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P

sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan

2.2.1.5 Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum

dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran

tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini

pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan

tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu.

(Suroto, 1992 : 22).

Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga kerja

Upah Ns (Pe = 2.0)

W2 Ns (Pe = 1.0)

W1

0 N1 Tenaga kerja

(29)

Keterangan :

Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka

jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan

naik menjadi Pe = 2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang

sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N1.

Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik,

yakni apabila upah nominal naik menjadi W2 sedang yang diharapkan

tetap tidak berubah pada Pe = 1.0

Gambar 4 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja

Upah

Nominal NS (P1)

W1

W2

W3 ND (P1)

N2 N1 N3 L Tenaga Kerja

bit BPFE UGM,

karta, Halaman 16.

Keter

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Pener Yogya

angan :

Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat

(30)

ditawarkan. Pada gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah

(nominal) W1 dengan jumlah tenaga kerja N1 pada harga P1. Jika upah

nominal turun menjadi W2, dengan harga tetap P1 berarti upah riil turun,

jumlah tenaga kerja yang diminta (N3) melebihi yang ditawarkan (N2).

Kelebihan jumlah tenaga kerja yang diminta ini akan mendorong tingkat

upah naik sampai ke W1 kembali dimana tingkat upah riil juga kembali

2.2.1.6. nalisis Faktor Yang

Mem

nambah analisis faktor yang mempengaruhi

di surabaya

2.2.2.1. Peng

sama seperti semula.

Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Dengan A pengaruhi Jumlah Industri Di Surabaya

Tenaga merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

analisis faktor yang mempengaruhi jumlah industri di surabaya karena

semakin banyak jumlah tenaga kerja dipakai maka produktivitas untuk

setiap proses produksi atau dalam menciptakan serta memperbesar nilai

suatu barang akan meningkat dan hasil produksinya juga semakin besar

sehingga nantinya akan me

jumlah industri

2.2.2. Kurs Valas

ertian Kurs Valas

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga

atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang

negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah

(31)

dibutu

(

luar

ternasional. Sedangkan kurs adalah harga

mata

au membiayai transaksi ekonomi

keua

mendapatkan maka harus

mata uang negara lain agar

hkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Sukirno, 2006 : 397).

Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang

negeri (asing) atau ratio antara satu unit satuan mata uang dengan

jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu.(Salvatore, 1994 : 140).

Valuta asing adalah mata uang asing yang diperlukan untuk

melaksanakan transaksi in

uang suatu negara diukur dengan mata uang negara lain.

(McEachern, 2001: 436).

Valuta asing ( valas ) atau foreign exchange ( forex ) atau foreign

currency adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang

digunakan untuk melakukan at

ngan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada

bank sentral. (Hamdy, 1998 : 16).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurs merupakan

perbandingan antara mata uang yang berbeda yang didalamnya terdapat

perbandingan nilai sehingga untuk

menukarkan mata uang tersebut dengan

memperoleh satu unit mata uang asing.

2.2.2.2.Permintaan dan Penawaran Valuta Asing

A. Permintaan Valuta Asing

Permintaan valuta asing merupakan keingginan dari penduduk suatu

(32)

tersebut memberikan gambaran tentang besarnya jumlah suatu

valuta asing tertentu yang ingin diperoleh penduduk suatu negara.

Dengan tujuan digunakan untuk membayar atau membiayai

pembelian barang-barang dari luar negeri dan asset-aset di luar

negeri. Keingginan penduduk yang bertambah besar untuk

kan menurunkan permintaan

B.

, tetapi

negara murah,

p

2.2.2.3.F

intaan dan penawaran suatu valuta, yang

luta disebabkan oleh

banyak faktor, diantaranya :

a).

memperoleh barang dari suatu negara a

valuta asing. (Sukirno, 1998 : 292).

Penawaran Valuta Asing

Merupakan keingginan dari penduduk suatu negara untuk membeli

mata uang asing atau negara lain. Keingginan tersebut menunjukkan

banyaknya (jumlah) mata uang suatu negara yang akan digunakan

untuk membeli produk-produk atau barang negara lain dan

ditawarkan kepada penduduk negara lain. Maka semakin mahal

harga mata uang suatu negara, makin banyak penawarannya

sebaliknya apabila harga mata uang suatu

enawarannya akan semakin sedikit. (Sukirno, 1998 : 359).

aktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Mata Uang

Perubahan dalam perm

selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs va

Perubahan dalam citarasa masyarakat

Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka maka

(33)

diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan

kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan

pengimpor berkurang dan ia dapat pula menaikkan ekspor.

ng impor menyebabkan

b).

ga barang ekspor dan impor akan menyebabkan

permintaan atas mata uang negara

c).

aruhnya pada kurs pertukaran valuta asing.

runkan

d).

menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan perbaikan kualitas barang-bara

keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar.

Perubahan harga barang ekspor dan impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang

menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor.

Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang

relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik

maka ekspornya akan berkurang. Dengan demikian perubahan

harga-har

perubahan dalam penawaran dan

tersebut

Kenaikan harga umum (inflasi)

Inflasi sangat besar peng

Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menu

nilai suatu valuta asing.

Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting

peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan

(34)

Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang

tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu.

. 2.2.2.4.F

dalam

ta asing serta pemindahan dana

ntuk

gi

2.2.2.5 Hubungan Kurs Valas Dengan Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah

ila kita mengekspor barang /

jasa ke Luar Negeri. (Salvatore, 92 : 116).

(Sukirno, 2006 : 402) ungsi Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok

membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional yaitu :

1) Mempermudah penukaran valu

dari satu negara ke negara lain.

2) Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu

segera diselesaikan pembayaran dan penyerahan barangnya, maka

pasar valuta asing memberikan kemudahan u

dilaksanakannya perjanjian / kontrak jual beli dengan kredit.

3) Memungkinkan dilakukannya hedging. Hedging dilakukan

apabila pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli valuta

asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan / menguran

resiko kerugian akibat perubahan kurs. (Nopirin, 1994 : 234).

Industri Di Surabaya.

Pada umumnya, kurs mata uang asing ditentukan oleh

perpotongan kurva permintaan dan penawaran pasar dari mata uang

asing. Permintaan timbul bila negara mengimpor barang / jasa dari luar

(35)

Menurut Nopirin, menyebutkan bahwa makin tinggi tingkat

perubahan pendapatan (relatif terhadap negara lain), maka besar

kemungkinan untuk mengekspor berarti makin besar permintaan akan

kurs valuta asing cenderung naik (harga mata uang Rupiah menurun).

(Nopirin,1995 : 242).

2.2.3. Pengertian Investasi

Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”,

apabila dalam memperlancar bahasa Indonesia investasi adalah

“penanaman modal” investasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting

bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat

dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam proses produksi.

Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman

Rosyidi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi

mengatakan bahwa investasi itu penambahan barang-barang modal baru,

sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah investasi

(Rosyidi, 1994 : 158).

Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk

meningkatkan atau mmpertahankan stok barang modal. Stok barang

modal terdiri dari pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang

digunakan dalam proses produksi. (Dornbusch dan Fischer, 1995 : 46).

Menurut (Sukirno,2001:107). investasi diartikan sebagai

pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk

(36)

untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa

yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk

mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun

tertentu, yang digolongkan sebagai investor (atau pembentukan modal

atau penanaman modal), meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai

berikut:

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan

peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri

dan perusahaan.

b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan

kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan

mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir

tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2001: 107).

Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi investasi tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang

disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang

modal, selain itu bisa diartikan sebagai uasaha membina industri supaya

dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi

kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam

(37)

2.2.3.1. Teori Investasi

Masalah investai adalah suatu masalah yang langsung berkaitan

dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal

dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor

terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut

(Suparmoko 2000 : 84 ) terdapat 2 teori, yaitu :

a. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas

batas (marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut

teori ini besarnya modal yang akan di investasikan dalam proses

produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan

tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan

bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi

daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal

itu dipinjamkan dan tidak di investasikan.

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh

para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip

maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu

perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan

sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada

jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu

(38)

1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi

lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi

merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir

tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah

bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi

itu.

b. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan

untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep

Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu

akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga.

Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu

(Suparmoko, 2000: 84) :

1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam

masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu,

semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi

maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI

menurun.

2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang

(39)

2.2.3.2. Investasi Melalui Penanaman Modal Asing ( PMA )

Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang

pembagiannya sebagai berikut:

1. Autonomous Invesment dan Induced Investment

Autonomous Investment ( investasi otonomi ) adalah investasi yang

besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat

berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar

pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang

mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat

teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan

sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau investasi terimbas

adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang

dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Public

investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal,

investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private

Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di

dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan

diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan

peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi.

(40)

lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan

bagi rakyat banyak.

3. Domestik Investment dan Foreign Investment

Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri,

sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing.

Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam

atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor

produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelolah sumber-

sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar

sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang

diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan

demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada

atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai

negatif. Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih

antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi

bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi

selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta, maka itu berarti

bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp. 15 juta.

(41)

2.2.3.3. Faktor – Faktor Yang Menentukan Investasi

a. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang

barang-barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan

apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada

waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan

barang dan jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik

modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa

tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan

yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau

menimbulkan kerugian, maka para pemilik modal harus membuat

ramalan-ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang.

b. Tingkat bunga.

Bagi perusahaan yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan

memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang

perkembangan tingkat bunga yang dapat mempengaruhi

beropeasinya setiap perusahaan oleh karena itu tingkat bunga dapat

digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan

menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para

pengusaha.

c. Perubahan dan perkembangan teknologi.

Kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha

(42)

Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan teknologi,

maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang

dilakukan oleh para pengusaha.

d. Tingkat pendapatan Nasional dan perubahan - perubahannya.

Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa akhir

ini berbagai penemuan dan pembaharuan sangat besar peranannya.

Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara

pendapatan nasional dan investasi merupakan cenderung untuk

mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional

semakin besar jumlahnya. Demikian pula sebaliknya, apabila

pendapatan nasional rendah biasanya nilai investasinya juga rendah.

e. Keuntungan yang dicapai perusahaan.

Setiap perusahaan yang sangat berkembang salah satu faktor

penting yang dapat menentukan untuk kegiatan / pengembangan

investasi adalah keuntungan yang diperolehnya. Apabila

perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan

menggunakan tabungannya / modal kas, maka perusahaan yang

harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya. Ini berarti di samping

mengurangi biaya investasi yang akan di lakukan secara otomatis

akan menambah modal / keuntungan perusahaan-perusahaan yang

(43)

2.2.3.4. Dampak Investasi Melalui PMA :

Kehadiran penanaman modal asing di Negara kita bukan merupakan sesuatu

yang baru bagi Negara dan masyarakat Indonesia. Penanaman modal asing secara

langsung sempat menjadu primadona dalam mitra pembangunan saat Negara kita

melaju pada tingkat percepatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di atas 7 % per

tahun. saat belum krisis perekonomian terjadi. Bersama dengan investasi

masyarakat dan PMDN, penenemen modal secara keseluruhan telah tumbuh

rata-rata sekitar 10 % per tahun pada periode 1991-1996 dengan kontribusi hamper

mencapai 30 % terhadap Produk Domestik Bruto.

Kinerja penanaman modal yang kurang baik sejak tahun 1996 menyebabkan

lambatnya proses pemulihan ekonomi Negara kita beberapa tahun setelah krisis.

Beberapa tantangan yang dihadapi untuk memberdayakan penanaman modal telah

diakui Pemerintah dalam buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional 2004-2009. Kendala dan tantangan tersebut antara lain :

a. Persaingan kebijakan investasi yang dilakukan oleh Negara pesaing

seperti China, Vietnam, Thailand dan Malaysia.

b. Masih rendahnya kapasitas hukum, karena berlarutnya RUU Penanaman

Modal.

c. Lemahnya insentif investasi.

d. Kualitas SDM yang rendah dan terbatasnya infrastruktur.

e. Tidak adanya kebijakan yang jelas untuk mendorong pengalihan

teknologi dari PMA.

(44)

keamanan dan penyalah gunaan wewenang.

g. Meningkatnya nilai tukar riil efektif rupiah.

h. Belum optimalnya pemberian insentif dan fasilitasi.

Tantangan dan kendala di atas lambat laun mulai dapat diatasi oleh

Pemerintah pada beberapa tahun terakhir ini. Pemerintah bertekad dalam program

pembangunan yang sedang berjalan untuk mewujudkan iklim infestasi yang sehat.

Restrukturisasi lembaga pemerintahan segera dilakukan dengan menuntaskan

sinkronisasi peraturan antar sector dan antar pusat daerah. Peningkatan efisieni

pelayanan ekspor impor ke pelabuhan, kepabeanan dan administrasi ekspor dan

import telah menjadi prioritas penanganan oleh Instansi Pemerintah terkait.

Pemangkasan prosedur perijinanpun telah dilakukan sekaligus dengan

dikeluarkannya berbagai paket insentif investasi pada tahun 2006 ini.

2.2.3.5. Suku Bunga

Pengertian Suku Bunga

Bunga tidak hanya terdapat dalam kredit bank, tetapi pada setiap

kegiatan simpan pinjam selalu terkandung adanya pungutan bunga.

( Sinungan, 2001 : 42 )

Definisi suku bunga adalah jangka waktu tertentu atau bias di

pandang sebagai sewa atas dasar penggunaan uang untuk jangka waktu

tertentu ( Boediono , 2000 : 2 )

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank peminjam

lainnya atas pemanfaatan uang selama jangka waktu pinjaman (misalnya

(45)

variabel. Ada bunga yang aman karena berasal dari obligasi ang terjamin

(seperti obligasi pemerintah) dan ada pula bunga dari obligasi

“rongsokan“ yang berasal dari perusahaan yang hampir bangkrut. (

Samuelson dan Nordhaus,1993:332 )

Suku bunga adalah tingkat harga dari uang yakni berapa persenkah

dari sejumlah uang tertentu yang harus dikembalikan atau dibayarkan

karena terpakainya uang itu.

2.2.3.6. Teori Suku Bunga

Ada pun teori mengenai suku bunga, yaitu :

1. Teori Klasik

Pengertian dasar dari suku bunga, yaitu sebagai harga dari

penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu, sedangkan menurut

teori klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar investasi

(loaneble found). Pasar dana investasi ini dapat di ilustrasikan

sebagai anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi

kebutuhan konsumsinya selama periode tertentu dan mereka ini

disebut kelompok “ penabung “ di mana bersama – sama jumlah “

tabungan “ membentuk suplai dan penawaran (loaneble found). Di

lain pihak, pada periode yang sama ada anggota masyarakat yang

membutuhkan dana, mereka adalah pengusaha yang membutuhkan

dana untuk operasi atau perluasan usahanya. Mereka adalah

“ investor ” dan jumlah seluruh kebutuhan mereka akan dana

(46)

penabung dan para investor bertemu di pasar dana investasi

(loaneble found), dan dari proses tawar menawar di antara mereka

akhirnya di hasilkan suku bunga kesepakatan atau keseimbangan.

( Boediono, 2000 : 76 )

Gambar 5 : Tingkat Suku Bunga Keseimbangan Di Pasar Investasi ( Loanable Found ) dalam Satu Periode

Tingkat Bunga (%)

R

0

F

S

I

Dana Investasi

Sumber : Boediono 2000, Ekonomi Moneter, Edisi keempat, Badan Penerbit

Fakultas Ekonomi, Universitass Gajah Mada, Yogyakarta Hal 77

Keterangan : I : Investor

S : Penabung

R : Suku Bunga

(47)

Penawaran akan dana investasi ( S ) bertemu dengan permintaan

akan dana investasi ( I ) di pasar investasi ( loaneble found ) dan

terciptalah suku bunga keseimbangan ( di mana S = I ). Faktor utama dari

penentu dari kurva S adalah rate of time preference pada penabung atau

premi yang harus di bayarkan kepada pemilik dana agar ia mau

meminjamkan uangnya. Sedangkan fackor penentu utama dari kurva I

adalah marginal product dari kapital jadi tingkat bunga dalam teori klasik

berubah apabila kedua factor penentu utama berubah.

( Boediono, 2000 : 82 )

2. Teori Keynes

Menurut teori Keynes adalah suku bunga di pengaruhi permintaan

dan penawaran uang. Ada tiga motif menurut teori ini yaitu motif

transaksi, berjaga – jaga, dari spekulasi. Taga motif tersebut sumber

timbulnya “ permintaan akan uang “ yang di beri nama liquidity

preference. Liquidity Preference mempunyai makna bahwa permintaan

akan uang menurut Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa uang pada

umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif

tersebut. Preferensi atau keinginan untuk tetap likuid membuat orang

bersedia untuk membayar harga tertentu untuk penggunaan uang.

Teori keynes menekankan adanya hubungan langsung antara

kesediaan orang untuk membayar harga uang ( tingkat bunga ) dengan

(48)

apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila tingkat bunga

tinggi. ( Boediono, 2000 : 83 )

2.2.3.7. Hubungan Investasi Dengan Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Industri Di Surabaya.

Pengaruh jumlah industri memberikan peran yang penting dalam

mendorong kemajuan investasi, di antaranya jumlah industri yang

melimpah dengan penanaman modal asing dan memperbanyak produksi

yang di hasilkan dengan asumsi bahwa stabilitas politik dan ekonomi

yang stabil. Dengan kestabilan itu maka akan berpengaruh pada

meningkatnya investasi. ( Irawan Dan Suparmoko, 1992 :80 )

2.2.4. Tinjauan Inflasi 2.2.4.1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu kondisi, ketika tingkat harga (agrept)

meningkat secara terus menerus dan mempengaruhi individu, dunia

usaha dan pemerintah. (Puspopranoto, 2004 : 38).

Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang dan jasa secara

terus-menerus pada suatu periode tertentu. (Nopirin, 2000 : 25).

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk kenaikkan

secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua

jenis barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut

meluas kepada sebagian besar dari harga-harga yang lain. (Boediono,

(49)

Beberapa pengertian yang patut digaris bawahi dalam definisi

inflasi tersebut adalah mencakup tip aspek yaitu :

1. Adanya kecenderungan (tendency) harga-harga untuk meningkat,

yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu

tertentu naik dibandingkan dengan sebelumnya.

2. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus (sustained),

yang berarti peningkatan harga tersebut bukan hanya terjadi pada

suatu waktu tertentu atau sekali waktu saja, melainkan secara.

Terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.

3. Mencakup pengertian tingkat harga umum (general level prices),

yang berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada satu

atau beberapa komoditi saja. (Anonim, 2000: 11).

2.2.4.2. Jenis -Jenis Inflasi

Inflasi bisa ditinjau dari tiga segi. Pertama, berdasarkan tingkat

keparahannya. Kedua, berdasarkan penyebabnya, yang sangat berkaitan

erat dengan arus uang dan barang. Ketiga, berdasarkan asalnya.

a. Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dibedakan atas beberapa

macam, yaitu .

 Inflasi ringan (dibawah 10% setahun).

 Inflasi sedang (antara 10-30% setahun).

 Inflasi berat (antara 30-100% setahun).

(50)

b. Berdasarkan Penyebab

Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu :

1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan

berbagai barang bertambah terlalu kuat akibat tingkat harga

umum naik (misalnya karena bertambahnya pengeluaran

perusahaan).

Gambar 6 : Terjadinya Demand Pull Inflation

Sumber : Boediono, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 156.

Sebagaimana dalam gambar perekonomian dimulai

pada PI dan tingkat output riil dimana (P1,Q1) berada pada

(51)

penawaran S. Kurva permintaan bergeser keluar D2

pergeseran seperti itu dapat berasal dari faktor kelebihan

pengeluaran permintaan.

Pergeseran kurva permintaan menaikkan output riil

(dari Q1 ke Q2) dan tingkat harga (dari P1 ke P2) maka inilah

yang disebut demand pull inflation (inflasi tarikan

permintaan) yang disebabkan penggeseran kurva permintaan

menarik keatas tingkat harga dan menyebabkan inflasi.

2. Inflasi Dorongan Penawaran (Cost Push Inflation)

Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi biasanya

ditandai dengan kenaikan harga barang serta turunnya

produksi (misalnya kenaikan harga Wang baku yang

didatangkan dari luar negeri, kenaikan harga-harga BBM)

Gambar 7 :Terjadinya Cost Push Inflation S2

(52)

Pada gambar diatas bahwa bila ongkos produksi

naik (misalnya kenaikan sarana produksi naik dari luar negeri

atau karena harga bahan bakar minyak) maka kurva

penawaran masyarakat bergeser dari S1 ke S2, harga tentu saja

naik dan menyebabkan inflasi dorongan biaya.

c. Berdasarkan Asal dari Inflasi

Dari segi asalnya, inflasi dapat dibedakan atas :

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena

defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang

baru, panenan yang gagal dan sebagainya.

2. Inflasi yang berasal dari luar negri (Imported Inflation)

Inflasi yang berasal dari luar negri adalah inflasi yang timbul

karena kenaikan harga-harga yaitu inflasi diluar negri atau di

negara-negara langganan berdagang negara kita.

2.2.4.3. Dampak Inflasi

Menurut Sukirno, akibat buruk dari inflasi dapat dibedakan

menjadi dua aspek :

a. Akibat Buruk pada Perekonomian

Inflasi yang sangat tinggi dan tidak terkendali dapat mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi negara, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor

(53)

1. Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif

kepercayaan pada nilai uang yang semakin turun menyebabkan

masyarakat pemilik modal menanamkan uangnya pada

investasi yang bersifat spekulatif, misal : tanah, bangunan dan

benda berharga.

2. Tingkat bunga meningkatkan dan akan menggurangi investasi,

untuk menghindari merosotnya nilai modal yang dipinjamkan

perbankan kepada debitur, maka institusi perbankan akan

meningkatkan bunga kreditnya sehingga akan mempengaruhi

penurunan investasi.

3. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan

ekonomi dimasa yang akan datang

4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran, inflasi

menyebabkan harga barang impor lebih murah dibandingkan

dengan barang produksi dalam negeri.

b. Akibat Buruk pada Individu dan Masyarakat

1. Memperburuk distribusi pendapatan

Dalam masa inflasi nilai harga tetap seperti rumah, tanah dan

bangunan akan meningkat pesat, sedangkan bagi masyarakat

yang tidak memiliki harta pendapatan riilnya akan semakin

merosot.

2. Pendapatan riil merosot bagi penduduk yang berpenghasilan

(54)

barang yang selalu mendahului peningkatan pendapatan

masyarakat. (Sukirno, 2002: 307).

2.2.4.4 Teori-Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi,

masing -masing menyoroti aspek-aspek tertentu yang mencakup semua

aspek penting dari proses inflasi atau kenaikan harga. Teori-teori inflasi

antara lain sebagai berikut :

a. Teori Kuantitas

Adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, inti dari teori ini adalah

sebagai berikut :

1. Inflasi hanya bisa. terjadi kalau ada penambahan volume uang

yang beredar (apakah berupa penambahan uang kartal atau uang

giral tidak menjadi soal). Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi

akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebab musabab awal dari

kenaikan harga tersebut.

2. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar

dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga- harga di

masa. mendatang.

b. Teori Keynesian

Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup

diluar atas kemampuan ekonominya. Teori ini juga menyoroti

(55)

menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah

barang yang tersedia yaitu I > S.

c. Teori Strukturalis

Teori ini disebut juga teori jangka panjang adalah teori yang menyoroti

sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi,

khususnya ketegaran supply bahan makan dan barang-barang ekspor.

Karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi barang-barang

ini terlalu lambat di banding dengan pertumbuhan kebutuhannya,

sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kalangan devisa.

Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga

terjadi inflasi yang relative berkepanjangan bila pembangunan sektor

penghasilan bahan pangan dan industri barang ekspor tidak dibenahi

atau ditambah (Putong, 2003 : 261).

2.2.4.5 Cara Mengatasi Inflasi

Inflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat

dilakukan pemerintah dengan cara melakukan beberapa kebijakan yang

menyangkut bidang moneter, fiskal dan non moneter. Adapun penjelasan

kebijakan tersebut akan diuraikan di bawah ini.

a. Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlah

uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah uang yang

(56)

jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal.

Untuk menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia menjalankan

beberapa politik/kebijakan yaitu politik diskonto, politik pasar

terbuka dan menaikkan cash ratio.

1. Politik Diskonto ditujukan untuk menaikkan tingkat bunga

karena dengan bunga kredit tinggi maka aktivitas ekonomi

yang menggunakan dana pinjaman akan tertahan karena

modal pinjaman menjadi mahal.

2. Politik Pasar Terbuka dilakukan dengan cara menawarkan

surat berharga ke pasar modal. Dengan cara ini diharapkan

masyarakat membeli surat berharga tersebut seperti SBI yang

memiliki tingkat bunga tinggi, dan ini merupakan upaya agar

uang yang beredar di masyarakat mengalami penurunan

jumlahnya.

3. Cash Ratio artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank

Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung

kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan

menaikkan perbandingan antara uang yang beredar dengan

uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan

kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang

(57)

b. Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan

finansial pemerintah. Bentuk kebijakan ini antara lain:

1. Pengurangan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran

keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan.

2. Menaikkan pajak, akan mengakibatkan penerimaan uang

masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli

masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan

barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.

c. Kebijakan Non Moneter

Kebijakan non moneter dapat dilakukan dengan cara menaikkan

hasil produksi, kebijakan upah dan pengawasan harga dan

distribusi barang.

1. Menaikkan hasil produksi, cara ini cukup efektif mengingat

inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi

tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh

karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau

memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan

bakar, produksi beras.

2. Kebijakan upah, tidak lain merupakan upaya menstabilkan

upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering

dinaikkan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan

(58)

meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara

keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.

3. Pengawasan harga dan distribusi barang dimaksudkan agar

harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan

pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran

tertinggi / HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan

berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang baik

biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari

pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan

dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui

Bulog atau KUD.

2.2.4.6 Hubungan Inflasi Dengan Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Industri Di Surabaya

Inflasi, yang ditandai dengan kenaikan harga barang-barang

adalah peristiwa moneter yang penting dan biasa dijumpai di hampir

semua negara. Inflasi dapat menimbulkan keresahan bagi industri dan

perdagangan. apalagi jika hal itu terjadi secara terus-menerus

(berkepanjangan). Kenaikan harga akan menyulitkan jumlah industri yang

mempunyai jumlah tenaga kerja yang sedikit dan yang jumlah tenaga

kerjanya tetap. Misalnya, sebelum terjadi inflasi, penyerapan tenaga kerja

sektor industri dan sektor perdagangan pada Agustus 2007 masing-masing

sebesar 8.39 juta orang dan 10.34 juta orang namun pada akhir Agustus

(59)

mengalami penurunan sekitar 1 ribu orang. Jadi, dengan analisis faktor

yang mempengaruhi jumlah industri di surabaya . Oleh karena itu inflasi

diharapkan agar turun supaya tidak mengurangi jumlah indsutri yang akan

mempengaruhi jumlah industri di Surabaya.

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini membahas “Analisis

Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Industri Di Surabaya”, dalam

pembahasan ini variabel yang mempengaruhi yaitu Tenaga Kerja, Kurs

Valas, Investasi ( PMA ), dan Inflasi. Untuk mengetahui keterkaitan

hubungan antar variabel maka dapat dijelaskan dalam uraian sebagai

berikut :

1. Tenaga Kerja ( X1 )

Penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja

berbeda-beda antara negara satu dengan negara lain. Batas usia yang di

anut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun tergolong sebagai tenaga

kerja

2. Kurs Valas Asing ( X 2 )

Adalah nilai mata uang asing ( USD ) terhadap mata uang rupiah yang

digunakan untuk melakukan transaksi – transaksi atau membiayai

transaksi keuangan internasional yang memiliki nilai ukur atau harga

konstan sesuai dengan standart dari setiap Negara. Apabila Kurs Valas

(60)

turun sehingga Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Industri

akan mengalami peningkatan.

3. Investasi ( X3 )

Investasi yang tertanam pada sektor jumlah industri yang dapat

meningkatkan tenaga kerja dan memperluas lapangan kerja

4. Inflasi ( X4 )

Kecenderungan dari harga-harga untuk kenaikan secara umum dan terus

menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang saja tidak

disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian

besar dari harga-harga yang lain. Apabila inflasi turun hal ini dapat

menyebabkan barang dan jasa meningkat sehingga Analisis Faktor Yang

Mempengaruhi Jumlah Industri juga mengalami peningkatan.

Gambar 8 : Kerangka Pikir Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Industri Di Surabaya

Tenaga kerja ( X1)

Jumlah Industri

( Y ) Kurs valas

(X2)

Investasi (X3)

Inflasi (X4)

Gambar

Gambar 1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja
Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja
Gambar 4 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja
Gambar 5 : Tingkat Suku Bunga Keseimbangan Di Pasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Tujuan penelitian peng- embangan ini adalah menghasilkan modul interaktif dengan menggunakan learning content development system pada materi pokok usaha dan energi untuk

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Hospital/health post (Tools: secondary data review, transect walk) Infrastructure types Types of Health Centre Numbe rs of Health Center s Numb er of Health worke rs

Organisasi Lini dan Staf adalah kombinasi dari organisasi lini dan organisasi fungsional.Pelimpahan wewenang dalam organisasi ini berlangsung secara

Mata kuliah pada kelompok ini wajib diambil oleh seluruh mahasiwa Program Studi Sosio Ekonomi Perikanan Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

- Guru menugasi siswa untuk mencari badan-badan kerja sama ekonomi antara negara yang penting bagi