PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: Alia Nurfitri
0907094
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA SMA
Oleh: Alia Nurfitri
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
© Alia Nurfitri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh ya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA SMA
Oleh : Alia Nurfitri NIM 0907094
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,
Drs. Yuyu Rachmat Tayubi, M.Si. NIP.195806081987031003
Pembimbing II,
Drs. Waslaluddin, M.T. NIP. 196302071991031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
IMPLEMENTATION OF CREATIVE-PRODUKTIVE LEARNING MODEL ON PHYSICS LEARNING TO INCREASE LEARNING
OUTCOME OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT Alia Nurfitri
NIM: 0907094
Pembimbing I: Drs. Yuyu Rachmat Tayubi, M.Si Pembimbing II: Drs. Waslaluddin, M.T
ABSTRACT
Research of implementation creative-productive learning model on physics learning to increase learning outcome of senior high school student is motivated by the low of student learning outcomes in physics. Learning physics in schools are still using the conventional method which teacher centered learning. Low optimizing of KIT management in school is also a factor of this research. Through the implementation of creative-productive learning model, the learning of physics can be expected to involve students actively in learning, it can also be an alternative solution to the problem of low optimizing KIT. Implementation of this model is try to increase student learning outcomes in physics and also can achieve the aim of physics learning which include process, product and attitude. This research use quasi-experimental research design with one group pretest-posttest design. The subjects were 36 students in one class at first grade of senior high school in Bandung, second semester of academic year 2012/2013. Increase of student learning outcomes in knowledge domain are calculated by the pretest and posttest scores. Acquisition average normalized gain is equal to 0.565 with a moderate increase in the category. While the profile of student learning outcomes in the process of science domain with an average GPA group amounted to 77.26% with the skilled category, the profile of learning outcomes in the creativity domain with an average GPA group amounted to 83.20% with skilled categories, and the profile of learning outcomes in attitudinal domian with an average GPA group amounted to 80.86% with a good category.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA SMA Alia Nurfitri NIM: 0907094
Pembimbing I: Drs. Yuyu Rachmat Tayubi, M.Si Pembimbing II: Drs. Waslaluddin, M.T
ABSTRAK
Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika. Pembelajaran fisika di sekolah masih menggunakan metode konvensional yang cenderung berpusat pada guru. Pengelolaan KIT di sekolah yang kurang optimal juga menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi penelitian ini. Melalui penerapan model pembelajaran kreatif-produktif ini, diharapkan pembelajaran fisika dapat lebih melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, juga dapat menjadi alternatif solusi untuk masalah rendahnya optimalisasi KIT yang ada di sekolah. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika, juga dapat mencapai tujuan pembelajaran fisika yang meliputi proses, produk dan sikap. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X disalah satu SMA Negeri di kota Bandung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 36 siswa. Peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain diketahui dengan menghitung skor pretes dan postes. Perolehan rata-rata gain ternormalisasi adalah sebesar 0,565 dengan kategori peningkatan sedang. Sedangkan profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain dengan rata-rata IPK sebesar 77,26% dengan kategori terampil, profil hasil belajar pada domain kreativitas/creativity domain dengan rata-rata IPK sebesar 83,20% dengan kategori terampil, dan profil hasil belajar pada domain sikap/attitudinal domian dengan rata-rata IPK sebesar 80,86% dengan kategori baik.
DAFTAR ISI
E. Definisi Operasional ... 10
F. Tujuan Penelitian... 11
G. Manfaat Penelitian... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Model Pembelajaran... 12
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 12
2. Ciri-ciri Model Pembelajaran ………... 12
3. Fungsi dan Peran Model Pembelajaran ... 13
B. Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 14
1. Pengertian dan Landasan Pengembangan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif... 14
2. Karakteristik Model Pembelajaran Kreatif-Produktif... 14
3. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif... 16
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kreatif-Produktif... 17
2. Domain Proses Sains... 20
3. Domain Kreativitas ... ... 20
4. Domain Sikap ... 21
5. Domain Aplikasi ... ... 22
D. Hubungan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif dengan Peningkatan Hasil Belajar... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
A. Metode Penelitian...26
E. Instrumen Penelitian ... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
G.TeknikPengolahan Data ... 32
1. Validitas ... 32
2. Reliabilitas ... 33
3. Tingkat Kesukaran ... 34
4. Daya Pembeda ... 35
5. Pengolahan Data Hasil Tes ... 36
6. Pengolahan Lembar Observasi Kinerja Siswa ... 37
7. Pengolahan Lembar Observasi Keterlaksanaan ... 39
8. Hasil Uji Coba Instrumen... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 41
B. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Domain Pengetahuan ... 48
C. Profil Hasil Belajar Siswa pada Domain Proses Sains ... 55
D. Profil Hasil Belajar Siswa pada Domain Kreativitas ... 63
E. Profil Hasil Belajar Siswa pada Domain Sikap... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B.Saran ... 72
LAMPIRAN ... 81
LAMPIRAN A ... .... 81
LAMPIRAN B ... 84
LAMPIRAN C... ... 106
LAMPIRAN D... .. 157
LAMPIRAN E... 192
RIWAYAT HIDUP ... 205
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Keterkaitan Model Pembelajaran Kreatif Produktif dengan Hasil
Belajar ... 24
Tabel 3.1 One Group Pretest-Posttest Desaign ... 26
Tabel 3.2 Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi ... 32
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas...33
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 34
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 35
Tabel 3.6 Kriteria Nilai Gain Yang Dinormalisasi... 37
Tabel 3.7 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok... 38
Tabel 3.8 Skala Kategori Sikap Ilmiah ... 38
Tabel 3.9 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran... 39
Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Instrumen Domain Pengetahuan... 40
Tabel 4.1 Presentase Keterlaksaan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ...42
Tabel 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Domain Pengetahuan... 49
Tabel 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Domain pengetahuan Untuk Setiap Aspek ... 49
Tabel 4.4 Profil Hasil Belajar Siswa pada Domain proses sains ... 56
Tabel 4.5 Hasil Belajar SiswaDomain kreativitas... 63
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 29
Gambar 4.1 Nilai Gain Setiap Aspek pada Domain Pengetahuan ... 50
Gambar 4.2 Grafik Hasil Belajar pada Domain Proses Sains... 56
Gambar 4.3 Grafik Hasil Belajar pada Domain Kreativitas... 63
Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar pada Domain Sikap... 68
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman A. STUDI PENDAHULUAN
1. Format Angke Studi Pendahuluan ... 82
2. Rekapitulasi Hasil Angket... 83
B. PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. RPP ... 85
2. LKS ... 98
C. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 107
2. Soal Uji Coba ... 122
3. Kisis-kisi Soal Pretest-Posttest ... 128
4. Soal Pretest-Posttest... 138
5. Lembar Observasi Keterlaksanaan ... 141
6. Lembar Observasi Kinerja Siswa... 150
D. ANALISIS DATA 1. Rekapitulasi Lembar Observasi Keterlaksanaan ... 158
2. Rekapitulasi Hasil Belajar pada Domain Pengetahuan ... 166
3. Rekapitulasi Hasil Belajar pada Domain Proses Sains ... 172
4. Rekapitulasi Hasil Belajar pada Domain Kreativitas ... 174
5. Rekapitulasi Hasil Belajar pada Domain Sikap ... 176
6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 178
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Pada dasarnya hakekat fisika, yaitu sebagai proses, produk, dan sikap. Fisika sebagai produk dapat terlihat dari adanya temuan-temuan hasil penyelidikan berupa fakta,hukum, konsep, dan prinsip dalam fisika. Selanjutnya fisika sebagai proses dapat dimaknai bahwa dalam fisika kita mempelajari tentang fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan dan publikasi yang selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan keterampilan proses sains(KPS) pada diri siswa. Fisika sebagai sikap dapat tergambar dari sikap-sikap yang muncul sebagai dampak dari proses dan kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam pembelajaran fisika, seperti rasa percaya diri, teliti, demokratisan, kerjasama dan kreatif.
Ketiga hakekat fisika tersebut perlu dijadikan sebagai dasar pemikiran dalam pencapaian tujuan pembelajaran fisika. Dengan memaknai hakekat fisika sebagai produk, proses dan sikap diharapkan kita mampu mempelajari fisika secara utuh, tidak parsial. Tercapainya tujuan pembelajaran fisika, salah satunya dapat ditandai dengan adanya hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran fisika.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang muncul pada diri siswa setelah mengalami proses belajar, baik itu kemampuan dalam aspek pengetahuan, keterampilan proses sains, maupun sikap. Hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan biasa ditentukan melalui nilai yang diberikan guru kepada siswa sebagai hasil proses pembelajaran fisika di sekolah.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan disalah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bandung, diperoleh data bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika masih tergolong rendah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Munadi (Rusman, 2012), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental.
Beberapa faktor utama yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar diantaranya adalah faktor internal berupa minat siswa yang juga masih rendah terhadap pelajaran fisika. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil angket yang disebar saat studi pendahuluan, baru sebesar 62% siswa yang menyukai pelajaran fisika. Berdasarkan hasil pengolahan data pada angket yang disebar, faktor penyebab rendahnya minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran fisika disebabkan karena siswa merasa terlalu banyak rumus yang harus dihafal dalam fisika.
Selain faktor internal, hasil belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor eksternal yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor instrumental.
untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.‟
Dengan mengacu pada kutipan diatas diketahui bahwa ada 3 faktor utama yang secara eksternal dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu kurikulum, sarana dan guru. Guru merupakan salah satu komponen utama dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Pengaruh Guru dalam kegiatan pembelajaran biasanya ditentukan oleh metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat menggambarkan secara garis besar bagaimana pengalaman belajar yang akan dialami siswa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, guru di sekolah tersebut masih menerapkan metode konvensional dalam pembelajaran fisika. Hal tersebut mungkin dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika. Metode konvensional dalam hal ini meliputi metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Secara tidak langsung, metode konvensional ini juga dapat mempengaruhi minat siswa terhadap pembelajaran fisika di sekolah.
Selain memperoleh insformasi mengenai rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika, studi pendahuluan yang dilakukan melalui penyebaran angket disalah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bandung ini juga menunjukkan bahwa metode pembelajaran fisika dengan eksperimen adalah metode pembelajaran yang paling dirasa efektif oleh siswa.
ini karena siswa merasa lebih mudah memahami materi fisika melalui metode eksperimen dibanding menggunakan metode lain seperti ceramah, dan diskusi. Hasil quisioner juga menunjukkan bahwa salah satu alasan siswa menyukai pelajaran fisika karena adanya eksperimen dalam penyampaian konsep fisika. Dengan eksperimen, siswa merasa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran dan dapat lebih mudah memahami pelajaran fisika karena dapat mempraktekan secara langsung apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian, harusnya penyampaian materi fisika akan menjadi lebih mudah dengan melalui metode eksperiman.
Metode eksperimen ini tentu sangat kental dengan hakikat fisika sebagai proses. Melalui metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari fenomena fisika tertentu, belajar untuk mengamati,mengukur dan kegiatan lainnya yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Selain untuk membantu siswa memahami konsep fisika, metode eksperimen ini juga diharapkan akan mampu memunculkan sikap ilmiah (scientific attitude) dari diri siswa. Sementara itu hakikat fisika sebagai produk diperoleh dari konsep-kosep yang ada dibalik eksperimen yang dilakukan siswa. Dengan demikian, hakekat fisika secara integral dapat tercermin pada metode eksperimen yang diterapkan dalam pembelajaran fisika. Pembelajaran yang melibatkan kerja praktek siswa dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari pendidikan sains di sekolah “There is a widely held belief that practical work
is a necessary and integral part of science education in school” (Toplis& Allen, 2012)
meningkat. Hal ini seiring dengan yang diungkapkan oleh Erickson(Toplis& Allen, 2012) “...practical work increase understanding of scientific knowledge,
and exactly how this learning occurs.”
Walaupun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Ian Abraham dan Robert Millar menunjukkan bahwa kegiatan praktikum secara umum efektif untuk membuat siswa melakukan apa yang ditujukan dengan objek fisik. Tetapi masih kurang efektif dalam membuat mereka menggunakan ide/kerangka pikir ilmiah yang ditujukan untuk mengarahkan aksi dan refleksi terhadap data yang
dikumpulkan.
Practical work was generally effective in getting students to do what is intended with physical objects, but much less effective in getting them to use the intended scientific ideas to guide their actions and reflect upon the data they collect. There was little evidence that the cognitive challenge of linking observables to ideas is recognized by those who design practical activities for science lessons” (Abraham dan Millar, 2008)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ian Abraham dan Robert Millar(2008) dapat disimpulkan bahwa kegiatan praktikum/eksperimen yang ada saat ini hanya efektif dalam hal mempelajari objek fisik yang dipraktikumkan, akan tetapi kurang efektif dalam mengarahkan aksi dan refleksi siswa terhadap data yang telah diperoleh dari kegiatan praktikum/eksperimen tersebut. Dengan demikian, tentu diharapkan ada suatu desain baru pada kegiatan praktikum yang dilakukan dalam pembelajaran fisika, yang dapat mengarahkan aksi dan refleksi siswa terhadap data yang telah diperoleh. Sehingga kegiatan praktikum dalam pembelajaran fisika dapat lebih efektif.
pelajaran fisika. Walaupun memiliki Laboratorium fisika yang cukup memadai, namun pengelolaan KIT di sekolah tersebut masih kurang baik sehingga dapat menyebabkan rendahnya optimalisasi KIT yang ada di sekolah tersebut. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu faktor penghambat keterlaksaan metode eksperimen yang mungkin saja ingin dilakukan oleh guru. Dengan demikian, jelas bahwa sarana yang ada di sekolah dapat menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa secara umum faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika adalah minat siswa yang masih rendah terhadap pelajaran fisika, guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran fisika, dan rendahnya optimalisasi sarana yang ada di sekolah. Dengan demikian, diperlukan adanya suatu strategi lain sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika.
Strategi pembelajaran tersebut dapat berupa adanya suatu model pembelajaran lain yang didalamnya masih menggunakan metode eksperimen sebagai salah satu metodenya, yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan mengajarkan siswa untuk dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman yang dimilikinya. Dengan diterapkannya model tersebut, diharapkan adanya peningkatan pada hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika. Sehingga tujuan dari pembelajaran fisika dapat tercapai.
untuk dapat merencanakan kegiatan dan merefleksi apa yang telah diperoleh dari kegiatan praktikum tersebut melalui adanya tahap re-kreasi pada model pembelajaran ini.
Dengan demikian, metode praktikum tidak hanya efektif dalam memahami objek fisik yang dipelajari, tetapi juga efektif untuk mengarahkan ide ilmiah yang dapat memandu kegiatan siswa dan merefleksi pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Sehingga, pelajaran fisika akan lebih mudah untuk difahami oleh siswa. Selain itu juga sekaligus dapat menyiasati permasalahan rendahnya pengelolaan alat yang ada di sekolah dengan adanya salah satu tahap dalam model pembelajaran kreatif-produktif ini yang mengharuskan siswa membuat alat yang dibuat sendiri oleh siswa secara berkelompok. Dengan demikian diharapkan tujuan pembelajaran fisika yang mengacu pada hakekat fisika sebagai produk,proses, dan sikap dapat terwujud dengan baik. Ketercapaian tujuan pembelajaran fisika tersebut dapat direpresentasikan dengan adanya hasil belajar siswa yang lebih baik lagi melalui penerapan model pembelajaran kreatif-produktif ini.
(Made wena, 2009) menyatakan bahwa :
Pembelajaran kreatif-produktif merupakan strategi yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pendekatan tersebut antara lain belajar aktif dan kreatif(CBSA) yang juga dikenal dengan strategi inkuiri(Suchman,1962; Joni,1984; Black, 2003), strategi pembelajaran konstruktif(Murphy, 1997; Brooks.& Brooks, 1993), serta strategi pembelajaran kolaboratif dan koperatif (Molyneux, 1992; Lie, 2002).
menunjukkan bahwa siswa merasa pembelajaran fisika lebih efektif ketika meraka dapat terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut.
Selain itu, model ini memungkinkan siswa untuk dapat berinteraksi secara langsung dengan sumber belajar. Hal ini dapat menjadi alternatif solusi dari masalah penggunaan metode konvensional oleh guru di sekolah. Dengan harapan melalui model ini, hasil belajar siswa dapat meningkat dibanding pembelajaran fisika saat menggunakan metode konvensional tersebut. Karena dengan adanya keterlibatan siswa secara langsung dengan sumber belajar, akan memungkinkan siswa untuk dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dimilikinya. Model ini memungkinkan pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring dari suatu pembelajaran sehingga memungkinkan penilaian hasil belajar yang utuh dan komprehensif yang mungkin sebelumnya tidak terlaksana ketika Guru menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran fisika.
Selain itu, berdasarkan penelitian (Bambang, 2011) dapat disimpulkan bahwa: Penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Nganjuk. Strategi pembelajaran ini memiliki implikasi positif bagi guru, karena dipandang sangat cocok diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka hendak dilakukan penelitian dengan judul : “ Penerapan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA “
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika?
2. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika?
3. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa pada domain kreativitas/creativity domain dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika?
4. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa pada domain sikap/attitudinal domain dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika?
C. Batasan Masalah
pengetahuan/knowledge domain yang dibatasi pada aspek pemahaman (C2), aspek penerapan(C3), dan asepk analisis(C4) pada taksonomi Bloom. Peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dibatasi dengan perolehan nilai gain yang dinormalisasi dengan kategori berdasarkan Richard R. Hake.
b. Profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain dan kreativitas/creativity domain akan diolah secara kuantitatif dengan perhitungan indeks prestasi kelompok yang selanjutnya akan ditafsirkan secara kualitatif berdasarkan kategori panggabean. Sedangkan domain domain sikap/attitudinal domain akan diolah secara kuantitatif dengan menghitung indeks prestasi kelompok dan selajutnya akan ditafsirkan secara kualitatif berdasarkan kategori menurut syah.
D. Variabel Penelitian
a. Variable bebas : Model Pembelajaran Kreatif-produktif b. Variable terikat : Hasil Belajar siswa
E. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran kreatif-produktif
Keterlaksanaan penerapan model pembelajaran kreatif-produktif ini akan dinilai menggunakan instrumen berupa lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran kreatif-produktif oleh guru dan siswa. 2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah berbagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar yang akan diukur pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang mengacu pada taksonomi untuk pendidikan sains yang meliputi empat ranah berikut ini : domain pengetahuan/knowledge domain, domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/creativity domain, dan domain sikap/attitudinal domain
Hasil belajar untuk domain pengetahuan/knowledge domain pada penelitian ini diukur melalui skor pretes dan posttes yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda. Selanjutnya peningkatan hasil belajar domain pengetahuan/knowledge domain ini akan diukur dengan menggunakan nilai gain yang dinormalisasi. Sedangkan untuk mengetahui profil hasil belajar pada domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/creativity domain, domain sikap/attitudinal domain akan diukur melalui lembar observasi. Skor pada lembar observasi tersebut akan diolah secara kuantitatif dengan menghitung indeks prestasi kelompok(IPK) yang selanjutnya akan ditafsirkan secara kualitatif.
F. Tujuan Penlitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa SMA pada domain pengetahuan/ knowledge domain, serta mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/ creativity domain, dan domain sikap/
G. Manfaat Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian quasi experimental design. Metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam hal ini, penilitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh treatment berupa penerapan model pembelajaran kreatif-produktif terhadap hasil belajar siswa.
Quasi experimental design merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Metode penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
B. Desain Penelitian
Bentuk design dari quasi experiment yang akan digunakan pada penelitian ini adalah One-group Pre-test-posttest Design karena dalam desain ini terdapat pre-test(test awal) sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2010)
Tabel 3.1 One Group Pretest-Posttest Design
Pretest Treatment Posttest
O1 X1 O2
Keterangan :
X1: Treatment(perlakuan) berupa penerapa model pembelajaran kreatif-produktif)
O2 : Posttest (tes akhir) setelah perlakuan
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa di salah satu kelas X di SMA tersebut.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik bertujuan/purposive sampling. Teknik ini merupakan salah satu jenis teknik nonprobability sampling. Teknik ini tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi pertimbangan adalah saran dari guru mata pelajaran fisika yang mengetahui keadaan siswa di setiap kelas.
D. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini terdiri dari : a. Studi literatur terkait teori yang akan mendukung penelitian ini b. Menelaah SK dan KD yang akan digunakan dalam penelitian c. Menentukan objek penelitian
d. Membuat surat izin penelitian e. Melakukan studi pendahuluan f. Menyusun RPP
g. Membuat instrument penelitian berupa soal pretest, posttest, dan lembar observasi
i. Melakukan revisi pada instrument yang telah di-judgement
j. Menguji coba instrument pretest, dan posttest di sekolah yang menjadi objek penelitian
k. Menganalisis hasil uji coba instrument (soal pretest, dan posttest) l. Melakukan revisi terhadap instrument penelitian yang kurang
sesuai.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pretest pada kelas yang akan diteliti
b. Melaksanakan perlakuan/treatment berupa penerapan model pembelajaran kreatif-produktif. Selama melaksanakan treatment, keterlaksanaan model pembelajaran dan kinerja siswa akan dinilai oleh observer dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran dan lembar observasi kinerja siswa
c. Pelaksanaan posttest pada kelompok yang diteliti 3. Tahap Penyelesaian
a. Mengolah data hasil penelitian(pretest, posttest, dan lembar observasi)
b. Menganalisis data hasil penelitian
Gambar 3.1 alur penelitian
E. Instrumen
1. Soal Pretest dan Posttest
Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal. Soal yang digunakan dalam pretest dan posttest merupakan soal yang sama. Setiap jawaban yang benar akan diberi poin 1 sedangkan soal yang salah diberi poin 0. Skor hasil pretest dan postest ini akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain. Instrument ini akan digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain, yang akan diukur melalui perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dengan menggunakan data skor pada pretest dan posttest.
2. Lembar Observasi
a. Lembar Observasi Keterlaksanaan
Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur keterlaksanaan model pembelajaran kreatif-produktif, lembar observasi ini berisi daftar kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa saat proses pembelajaran. Serta dilengkapi dengan kolom keterangan yang dapat digunakan untuk menuliskan kekurangan dalam pelaksaan
Analisis data Pengolahan data
pembelajaran, sehingga dapat dijadikan acuan untuk pelaksaan pembelaajaran berikutnya yang lebih baik.
b. Lembar Observasi Kinerja Siswa
Lembar observasi kinerja siswa digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/creativity domain dan domain sikap/attitudinal domain. Lembar observasi tersebut berisi aspek-aspek yang akan dinilai, deskripsi dari setiap aspek tersebut, serta kolom poin yang diperoleh siswa pada setiap aspeknya.
3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) akan diberikan oleh guru pada setiap siswa sebagai panduan dalam pelaksanaan tahap-tahap model pembelajaran yang akan diterapkan. LKS dapat memberikan gambaran bagaimana siswa akan melaksanakan pembelajaran didalam kelas. Selain itu, LKS juga dapat dijadikan salah satu sumber penilaian untuk menilai desain produk yang dibuat siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Data kuantitatif
hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika.
2. Data kualitatif
a. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran
Penilaian pada lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran dilakukan dengan cara pemberian besar persentase keterlaksanaan pada setiap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran. Kekurangan dalam pembelajaran dapat terlihat dari kolom keterangan pada lembar observasi yang diisi oleh observer, untuk perbaikan pada pembelajaran berikutnya.
b. Lembar observasi kinerja siswa
Lembar observasi penilaian kinerja siswa digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain, domain kreativitas/creativity domain, dan domain sikap/attitudinal domain. Pada lembar observasi ini berisi deskripsi penilaian untuk setiap aspek dalam tiap domain yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa selama proses pembelajaran.
G. Teknik Pengolahan Data 1. Validitas
rxy = koefisien korelasi variable X dan variable Y X= skor tiap butir soal
Y = skor total tiap butir soal N= jumlah siswa
Tabel 3.2 Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi(r)
Nilai rxy Kriteria
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten, tidak berubah-ubah (Munaf, 2001). Tes yang reliable adalah tes yang dapat dipercaya, tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas yang digunakan adalah KR-20 dengan rumus (Arikunto, 2009)
r11 = (
)(
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab iten dengan salah
(q = 1-p)
= jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes(standar deviasi adalah akar varians)
Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Batasan Kriteria
0,80 <r11< 100 Sangat Tinggi 0,60 <r11< 0,80 Tinggi 0,41 <r11< 0,60 Cukup 0,20 <r11< 0,4 Rendah
< 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2012)
3. Taraf kesukaran
1,0. Semakin tinggi indeks kesukaran, semakin mudah soal tersebut (Daryanto, 1997).
Rumus untuk mencari indeks kesukaran(P) adalah :
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tingkat kesukaran diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan seperti yang dipaparkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Batasan Kategori
0,00 – 0,30 Soal sukar 0,31 – 0,70 Soal sedang 0,71 – 1,00 Soal mudah
(Arikunto, 2012)
4. Daya pembeda
diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :
Keterangan :
= banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok atas
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik
0,71- 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 2012)
5. Pengolahan Data Hasil Test
Pemberian skor pada setiap soal pilihan ganda yang benar akan diberi poin 1 dan soal yang salah akan diberi poin 0. Setelah itu dihitung persentase jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa. Pemberian skor yang sama digunakan pada saat penskoran hasil pretest dan posttest. Skor yang diperoleh dari pretes dan postes ini akan digunakan untuk mencari nilai gain dan nilai gain yang dinormalisasi untuk mencari peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/knowledge domain)
b. Nilai Gain
Nilai gain merupakan besar selisih antara hasil pretest dan posttest yang secara matematis dirumuskan dengan persamaan berikut :
G = skor post-test – skor pre-test c. Nilai Gain yang Dinormalisasi
Peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dapat ditentukan dengan menghitung rata-rata gain yang dinormalisasi berdasarkan kriterian efektivitas pembelajaran menurut Richard R.Hake (2002). Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang dinormalisasi adalah :
= rata-rata gain yang dinormalisasi
= rata-rata skor posttest
Tabel 3.6. Kriteria Nilai Gain Yang Dinormalisasi Nilai (g) Kriteria
0,70 ≤ <g> Tinggi 0,30≤ <g> <0,70 Sedang <g>< 0.30 Rendah
Richard R.Hake (2002)
6. Pengolahan Lembar Observasi Kinerja Siswa
a. Domain proses sains/process of science domain dan domain kreativitas/ creativity domain
Untuk mengetahui profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of science domain dan domain kreativitas/ creativity domain, akan dilakukan pengukuran dengan menggunakan lembar observasi kinerja siswa pada kedua domain tersebut. Skor yang diperoleh siswa akan diolah secara kuantitatif dengan cara menghitung indeks prestasi kelompok(IPK) yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini :
i. Menghitung skor rata-rata setiap aspek domain II siswa dari setiap kelompok yang diamati.
ii. Menentukan skor ideal (SMI)
iii. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus:
̅
Tabel 3.7. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok No Kategori IPK Interprestasi
1 0,00% - 30,00% Sangat kurang terampil 2 31,00% - 54,00% Kurang terampil 3 55,00% - 74,00% Cukup terampil
4 75,00% - 89,00% Terampil
5 90,00% - 100,00% Sangat terampil
(Panggabean, 1996) b. Domain sikap/attitudinal domain
Skor yang diperoleh pada lembar observasi penilaian kinerja siswa pada domain sikap/attitudinal domain akan diolah secara kuantitatif dengan langkah pengolahan sebagai berikut :
i. Menghitung skor rata-rata setiap aspek domain kreativitas/ creativity domain dan domain sikap/attitudinal domain siswa dari setiap kelompok yang diamati.
ii. Menentukan skor ideal (SMI)
iii. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan menggunakan rumus:
̅
Selanjutnya IPK yang diperoleh untuk domain III ini akan ditafsirkan secara kualitatif berdasarkan kategori sikap ilmiah menurut syah sebagai berikut :
Tabel 3.8 Skala Kategori Sikap Ilmiah Persentase (%) Kategori
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 30 Kurang
< 20 Sangat kurang
(Syah dalam Perwarna, 2012) 7. Pengolahan Lembar Observasi Keterlaksanaan
Data hasil lembar observasi keterlaksanaan adalah data yang diperoleh untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran yang akan terlihat dari banyaknya jumlah kegiatan yang dilakukan guru didalam pembelajaran. Setiap kegiatan yang terlaksana akan diberi rentang poin antara 0% - 100% berdasarkan tingkat keterlaksanaan setiap kegiatan tersebut. Persentase keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung melalui rumus berikut :
Keterlaksanaan model
Tabel 3.9. Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran No % Kategori
Keterlaksanaan Model
Interpretasi
1. KM=0 Tidak satupun kegiatan terlaksana
2. 0<KM≤25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana
3. 25<KM≤50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
4. KM=50 Setengah kegiatan terlaksana
5. 50<KM≤75 Sebagian besar kegiatan terlaksana
75<KM<100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM=100 Seluruh kegiatan terlaksana
8. Hasil Uji Coba Instrumen Domain Pengetahuan/knowledge domain
No Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran keterangan reliabilitas Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi skor klasifikasi
24 0,224 Rendah 0,16 Jelek 0,45 Sedang dibuang
25 0,275 Rendah 0,16 Jelek 0,18 Sukar dipakai
26 0,103
Sangat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang mengenai penerapan model pembelajaran kreatif-produktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA, yang dilakukan disalah satu SMA di kota Bandung diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA dengan kategori peningkatan sedang. Berikut uraian lengkap dari hasil penelitian dan pengolahan&analisis data yang dilakukan :
1. Model pembelajaran kreatif-produktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA pada domain pengetahuan/knowledge domain dengan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,565 dengan kategori peningkatan sedang. Peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan/ knowledge domain untuk aspek pemahaman (C2) dengan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,625 dengan kategori peningkatan sedang, aspek penerapan (C3) dengan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,474 dengan kategori peningkatan sedang, dan aspek analisis (C4)sebesar 0,343 dengan kategori peningkatan sedang 2. Profil hasil belajar siswa pada domain proses sains/process of
antarvariabel(DII6) rata-rata dari pertemuan pertama dan kedua adalah sebesar 77,26% dengan kategori terampil
3. Profil hasil belajar siswa pada domain kreativitas/creativity domain yang meliputi aspek mendesain produk DIII1, aspek membuat produk DIII2, dan aspek produk DIII3 rata-rata semua aspek dari pertemuan pertama dan kedua adalah sebesar 82,30% dengan kategori kemampuan terampil
B. Saran
1. Perhatikan kesesuaian antara instrumen yang akan digunakan sebagai alat
ukur dengan domain yang akan diukur. Pastikan instrumen yang dibuat
memiliki acuan pada penelitian sebelumnya dan memiliki alasan yang
rasional untuk dapat digunakan. Pada penelitian ini, terjadi mispersepsi
antara instrumen yang digunakan pada penelitian ini dengan instrumen
yang dirujuk pada jurnal utama yang dijadikan sebagai acuan. Hal ini
disebabkan karena kekurangan yang terjadi pada tahap studi literatur pada
alur penelitian. Studi literatur yang dilakukan kurang mendetail dan
kurang menekankan aspek klarifikasi pada sumber-sumber yang dijadikan
acuan. Berdasarkan studi literatur yang lebih detail saat setelah penelitian,
diperoleh temuan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian
sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini adalah berupa instrumen tes
untuk semua domain. Akan tetapi tes yang digunakan memiliki
karakteristik yang berbeda untuk setiap domain. Berikut ini uraian lebih
rinci mengenai mispersepsi instrumen yang digunakan pada penelitian ini:
a. Domain pengetahuan/ knowledge domain
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengukur
domain pengetahuan/knowledge domainadalah instrumen berupa soal
tes yang masih menjadikan taksonomi Bloom sebagai acuan. Aspek
pemahaman(C2), penerapan(C3), dan analisis(C4). Reliabilitas soal
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 0,815 dengan
kategori reliabilitas sangat tinggi. Pemilihan instrumen ini didasari
atas pemahaman yang dimiliki peneliti akan taksonomi untuk
pendidikan sains yang merupakan pengembangan atas taksonomi
Bloom. Akan tetapi, studi literatur lebih lanjut memberikan temuan
bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian sebelumnya, yang
menjadi acuan pada penelitian ini dapat mengacu pada informasi
umum dan garis besar materi yang terdapat pada textbook dengan
reliabilitas instrumen mendekati 0,9.“Both have test reliability
approaching 0.90. These instruments are typical in their survey of topics from the various disciplines of science and the focus upon information common to course outlines and textbook series”(McCormack&Yager, 1989).
b. Domain proses sains/process science domain
in Science). Ketiga kemampuan dasar tersebut dikembangkan menjadi 9 aspek kemampuan penyelidikan, yaitu perpustakaan penggunaan (library usage), indeks dan daftar isi(index & tabel of content), skala (scale), rata-rata, persentase, dan proporsi (Averages, percentage, proportions), diagram dan tabel (Charts & tables), grafik (Graphs), pemahaman pada bacaan sains (Comprehension of science reading), mendesain prosedur praktikum (Design of experimental procedures), kesimpulan dan generalisasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, instrumen tes ini memiliki reliabilitas sebesar 0,82.
c. Domain kreativitas/creativity domain
mengembangkan jenis tes untuk mengukur domain kreativitas ini. Diantaranya melalui pemberian tugas-tugas yang dapat mengasah kreativitas siswa. Reliabilitas yang dimiliki oleh tes pada penelitian sebelumnya adalah sebesar 0,51-0,93.
d. Domain sikap/attitudinal domain
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini masih terdapat mispersepsi antara instrumen yang digunakan pada penelitian ini dengan instrumen yang seharusnya digunakan menurut jurnal acuan. Diharapkan pada penelitian-penelitian selanjutnya mispersepsi ini tidak terulang kembali, dan dapat diperbaiki sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.
2. Munculkan penilaian yang dapat mengukur adanya peningkatan hasil belajar siswa pada domain pengetahuan melalui tahap re-kreasi pada penerapan model pembelajaran kreatif-produktif dalam pembelajaran fisika. Instrumen peningkatan hasil belajar pada domain pengetahuan harus mencakup kemampuan siswa dalam membuat produk.
3. Perhatikan alokasi waktu dalam penerapan model pembelajaran kreatif produktif agar keterlaksanaan penerapan model dapat berjalan dengan
baik
4. Perhatikan jenis produk yang akan dibuat pada tahap re-kreasi. Pastikan kualifikasi produk yang dibuat sesuai dengan tingkat kesulitan materi
yang dipelajari, dan sesuai dengan jenjang pendidikan. Selain itu, pastikan
pemilihan produk sesuai dengan alokasi waktu yang dimiliki selama
proses pembelajaran.
5. Perhatikan fasilitas dan ketersediaan alat praktikum yang ada di sekolah agar tidak menghambat keterlaksanaan pembelajaran
6. Optimalkan fasilitas dan ketersediaan KIT di sekolah agar pembelajaran fisika dapat berjalan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Ian&Robin Miller. (2008). “Does Practical Work Really Work? A Study of The Effectiveness of Practical Work As A Teaching And Learning Method in School Science.” Science Education Journal. 73, (1), 45-58
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, R W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : RINEKA CIPTA
Fraser, Barry J.( 1980).” Development and Validation of a Test of Enquiry Skills”. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 17, No. 1, Pp. 7-16
Hidayat, Rahmat.(2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa Smp Dan Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Level Of Inquiry. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud
Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan FIsika FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Kraus International Publications.(1992). Science Curriculum Resource Handbook : A Practical Guide for K-12 Science Curriculum. New York : Kraus International Publication
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: FPMIPA UPI
Panggabean, L.P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.
Perwana, Agita Setia. (2011). Analisis Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Pembelajaram Fisika Yang Menggunakan Metode Praktikum. Skripsi Sarjana pada FMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on
Mathematics and Spatial Visualization.Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.
Richard, W. Moore. “The Development, Field Test and Validation of an Inventory of Scientific Attitudes”. Journal Of Research In Science Teaching. Vol. 7, PP. 85-94 (1970)
Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung:ALFABETA.
Rogie, Evelien. Torrance Test of Creative Thinking – TTCT. [Online]. Tersedia : http://www.creashock.be/media/DOWNLOADS/Torrance Test of Creative Thinking Creativititeitstest TTCT [27 Agustus 2013]
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers
Sudjana.(2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif . Surakarta : Yuma Pustaka Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D,Bandung:
ALFABETA
Sukardi. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Suparno,P. (1996). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan,Yogyakarta:KANISIUS. Suprayogi, Bambang.(2011). Penerapan strategi pembelajaran kreatif produktif untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Nganjuk. ., [Online]. Tersedia:
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=48181 [20 November 2012] Toplis, Rob.,& Michael Allen.(2011). I do and I understanding?Practical work anda
laboratory use in United Kingdom schools, United Kingdom : Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education.
Trianto. (2010). Model-model Pembelajaran Terpadu. Surabaya : Sinar Grafika Offset Urbančič, Matej&Saša A. Glažar. (2011). Impact of Experiments on13-year-old Pupils’
Wena, Made.(2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara Wibowo, F Catur. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kreatif. Tesis Magister Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan