• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN WARGA NEGARA DEMOKRATIS : Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN WARGA NEGARA DEMOKRATIS : Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK. ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang ... 1

B.Rumusan Masalah... 16

C.Tujuan Penelitian ... 17

D.Manfaat Penelitian ... 18

E.Sistematika Penelitian... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A.Pendidikan Kewarganegaraan ... 21

B.Pendidikan Multikultural ... 55

C.Warga Negara ... 77

D.Warga Negara Demokratis ... 79

E.Peran PKn sebagai Wahana Pendidikan Multikultural dalam Membangun Warga Negara Demokratis. ... 87

F. Hasil Penelitian Terdahulu ... 97

G.Paradigma Penelitian ... 106

BAB III METODE PENELITIAN ... 108

A.Lokasi dan Subjek . ... 108

B.Pendekatan dan Metode ... 111

C.Definisi Konseptual ... 115

D.Teknik Pengumpulan Data ... 119

E.Analisis Data... 124

F. Uji Validitas Data ... 126

BAB IV. HASIP PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 128

(2)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiv

1. Visi, Misi dan Tujuan Universitas Negeri Jakarta ... 129

2. Fungsi dan Kompetensi Lulusan Universitas Negeri Jakarta ... 131

B.Hasil Hasil Penelitian ... 132

1. Pengembangan Materi Multikultural melalui PKn di Jurusan PGSD FIP UNJ ... 132

2. Desain Pembelajaran PKn sebagai Wahana Pendidikan Multikultural di Jurusan PGSD FIP UNJ ... 137

a. Perencanaan Pembelajaran ... 137

b. Tujuan Pembelajaran ... 138

c. Strategi dan Pendekatan Pembelajaran ... 144

d. Sumber dan Bahan Belajar ... 150

e. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran ... 153

3. Pelaksanaan Pembelajaran PKn sebagai Wahana Pendidikan Multikultural di Jurusan PGSD FIP UNJ ... 158

4. Evaluasi Hasil Pembelajaran PKn sebagai Wahana Pendidikan Multikultural di Jurusan PGSD FIP UNJ ... 169

a. Evaluasi Hasil Proses Pembelajaran ... 170

b. Evaluasi hasil Belajar ... 179

C.Pembahasan ... 142

Pengembangan Materi Multikultural melalui PKn di Jurusan PGSD FIP UNJ ... 189

1. Desain Pembelajaran PKn Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural di Jurusan PGSD FIP UNJ ... 218

a. Perencanaan pembelajaran ... 221

b. Tujuan Pembelajaran ... 226

c. Strategi pembelajaran ... 238

d. Bahan dan Sumber Belajar ... 242

e. Evaluasi pembelajaran ... 247

2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural di Jurusan PGSD FIP UNJ ... 251

a. Kondisi Pendekatan dan strategi pembelajaran serta Sumber belajar ... 261

b. Kondisi dalam Proses Pembelajaran ... 267

3. Evaluasi Hasil Pembelajaran PKn sebagai wahana pendidikan Multikultural di Jurusan PGSD FIP UNJ ... 276

a. Evaluasi Hasil Proses Pembejaran ... 279

b. Evaluasi hasil belajar ... 283

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 293

A.Kesimpulan Umum ... 293

(3)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xv

C.Rekomendasi ... 298 DAFTAR PUSTAKA ... 300 LAMPIRAN- LAMPIRAN ... 308 RIWATAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pendapat Dosen Tentang Materi Mata Kuliah PKn Berbasis

Pendidikan Multikultural ... 132 Tabel 4.2 Pendapat Mahasiswa Mengenai Materi yang Diperolah

Berkiatan dengan Multikulturalisme dan Pendidikan

Multikultural ... 133 Tabel 4.3 Pendapat Mahasiswa Mengenai Materi yang Dianggap Relevan

dengan Multikulturalisme atau Pendidikan Multikultural ... 134 Tabel 4.4 Pengembangan Materi Pembelajaran PKn Berbasis Pendidikan

Multikultural ... 136 Tabel 4.5 Tanggapan Mahasiswa Mengenai Silabus Perkuliahan dan

Agenda Perkuliahaan PKn berbasis Pendidikan Multikulural ... 137 Tabel 4.6 Pendapat Mahasiswa Mengenai Tujuan Pembelajaran PKn

Berbasis Pendidikan Multikultural ... 138 Tabel 4.7 Tanggapan Dosen Tujuan Pembelajaran PKn Berbasis

Pendidikan Multikultural ... 139 Tabel 4.8 Tujuan Pembelajaran PKn Berbasis Pendidikan Multikultural ... 143 Tabel 4.9 Pendapat Dosen Mengenai Metode Pembelajaran Yang

Digunakan ... 144 Tabel 4.10 Tanggapan Dosen Mengenai Penyesuaiaan Metode Perkuliahan

Dengan Cara Belajar Mahasiswa ... 146 Tabel 4.11 Tanggapan Mahasiswa Tentang Penyesuaiaan Metode

Perkuliahan Dengan Cara Belajar Mahasiswa ... 145 Tabel 4.12 Tanggapan Mahasiswa Mengenai Metode Pembelajaran PKn

dalam Perkuliahan ... 148 Tabel 4.13 Pendapat Mahasiswa Mengenai Metode yang Relevan dengan

Kompetensi Kewarganegaraan ... 149 Tabel 4.14 Sumber dan Bahan Belajar yang Digunakan Oleh Mahasiswa... 150 Tabel 4.15 Tugas Evaluasi Hasil Belajar Perkuliahan PKn Berbasis

Pendidikan Multikultural ... 154 Tabel 4.16 Desain Pembelajaran PKn Sebagai Wahana Pendidikan

Multikultural ... 156 Tabel 4.17 Tanggapan Mahasiswa Mengenai Bahan Perkuliahan, Metode

(4)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xvi

Tabel 4.19 Tanggapan Mahasiswa Mengenai Peran Dosen

Mengintegrasikan Berbagai Budaya dan Kelompok... 164 Tabel 4.20 Pelaksanaan Pembelajaran PKn Berbasis Pendidikan

Multikultural di Jurusan PGSD FIP UNJ. ... 167 Tabel 4.21 Tanggapan Mahasiswa Mengenai Metode Perkuliahan

Mengembangkan Kompetensi Kewarganegaraan Multikultural ... 171 Tabel 4.22 Bentuk Sikap Toleransi Mahasiswa Dalam Proses Perkuliahan

PKn Di Jurusan PGSD FIP UNJ ... 173 Tabel 4.23 Tanggapan Dosen Tentang Penerapan Pembelajaran PKn

Berbasis Pendidikan Multikultural di Perguruan Tinggi ... 175 Tabel 4.24 Tanggapan Dosen Tentang Penerapan Perkuliahan PKn

Berbasis Pendidikan Multikultural di Perguruan Tinggi ... 176 Tabel 4.25 Kendala-Kendala Penerapan Pembelajaran PKn berbasis

Pendidikan Multikultural ... 177 Tabel 4.26 Pendapat Mahasiswa Mengenai Harapan Tujuan, Cita-Cita dan

Kecintaan Pada Tanah Air dan Perwujudannya ... 180 Tabel 4.27 Pendapat Mahasiswa mengenai Multikulturalisme Sebagai Asas

Jati Diri Bangsa Indonesia yang Berbhineka Tunggal Ika ... 182 Tabel 4.28 Pendapat Dosen Tentang Perilaku Mahasiswa Dalam

Perkuliahan PKn Berbasis Pendidikan Multikultural ... 185 Tabel 4.29 Hasil-Hasil Evaluasi Pembelajaran PKn Berbasis Pendidikan

(5)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xvii

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

(6)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang

kajian dalam konteks pendidikan nasional yang memiliki peran strategis bagi

pembentukan karakter bangsa (nation and character building) di tengah

heterogenitas masyarakat Indonesia. Realitas pluralitas dan heterogenitas tesebut

tergambar dalam prinsip berbhineka, tetapi integrasi dalam kesatuan. Untuk itu,

PKn menemukan momentumnya menjadi topik sentral dalam membangun

negara bangsa Indonesia. Dengan demikian, Masyarakat multikultural Indoensia

tidak bisa dibangun secara taken for granted atau trial and error, sebaliknya

harus diupayakan secara sistematis, programatis, integrated dan

berkesinambungan. Salah satu strategi yang bisa dilakukan dalam konteks

tersebut adalah melalui pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan

kewarganegaraan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pendidikan

kewarganegaraan dalam arti luas (citizenship education) yang memiliki

perspektif kewarganegaraan dunia abad ke-21 yang terkenal dengan sebutan

kewarganegaraan multidimensi yang salah satu cirinya memiliki karakteristik

multikultural (Cogan, 1998:116).

Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat dimaknai bahwa PKn memiliki

peran yang sangat strategis dalam membentuk generasi muda sebagai warga

(7)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyatakan bahwa:

Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (through schooling, teaching, and learning) in that preparatory process atau, “citizenship or civics education (Kerr, 1999:17)

Dari pengertian tersebut, tergambar bahwa PKn memiliki peran dalam

membina warga negara Indonesia agar menjadi masyarakat yang memahami tugas

dan tanggung jawabnya sebagai warga negara terhadap kehidupan berbangsa dan

bernegara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

memegang perinsip Bhinneka Tungga Ika. Untuk itu, PKn memiliki peranan

yang sangat penting dalam upaya mengembangkan masyarakat multikultural.

Hal ini sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menyatakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan nama mata pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan matakuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi (Pasal 37 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003)

Selain itu, dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun

2003 secara prinsip telah termaktub di pasal (4), di mana dijelaskan bahwa

“pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM), nilai-nilai keagamaan

dan kultural”. Berdasarkan konsepsi tersebut, pendidikan tinggi/perguruan tinggi

merupakan salah satu instrument dalam konteks pendidikan nasional dalam

memprogramkan secara kurikuler PKn sebagai wadah dalam membina warga

(8)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pilihan setting penelitian ini, karena merupakan salah satu wadah dalam

membentuk warga negara yang akan memahami nilai demokrasi dan prinsip

multikultural itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan Zuhria (2011:13) yang

mengungkapkan bahwa:

Perguruan tinggi dan lembaga pendidikan adalah tempat persemaian wacana multikulturalisme dan demokrasi. Strategi taktik pendidikan multikul-turalisme diabdikan untuk menciptakan generasi-generasi yang sadar akan keragaman budaya, di samping memberikan landasan teoretik untuk mencari sebab-sebab konflik dan kekerasan yang bersinggungan dengan keragaman itu.

Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan formal dipandang sebagai

pintu gerbang untuk melaksanakan tugas pengembangan budaya bagi mahasiswa.

maka perguruan tingi harus memiliki kekuatan strategis untuk menciptakan

budaya positif sesuai dengan falsafah masyarakat. Mengapresiasikan falsafah

masyarakat yang didalamnya menghargai pluralitas berarti terdapat ciri-ciri

pendidikan yang berorientasikan kepentingan multikultural. Apabila

pendekatan-pendekatan pendidikan multikultural tersebut dapat dilaksanakan, dengan

sendirinya lahir kebudayan perguruan tinggi yang kuat dalam menghadapi

masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Dengan demikian, perguruan tinggi

harus merupakan suatu motor penggerak dalam perubahan struktur masyarakat

yang timpang.

Disamping itu perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam

menggunakan sekaligus mengimplementasikan pendidikan yang mempunyai

visi-misi untuk menghargai pluralitas, demokrasi dan humanisme. Melalui

(9)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang selalu menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan, keadilan, kebersamaan,

kesetaraan, kepedulian, humanistik, kejujuran, tanggung jawab dalam berprilaku

sehari-hari. Pembudayaan ini hanya dapat dilakukan oleh perguruan tinggi yang

memiliki power yang dibangun dari esensi pendidikan multikultural.

Dalam bukunya Multicuktural Education: A Teacher Guide to Linking

Context, Process and content, karya seorang pakar pendidikan multikultural di

Califonia State University, Amerika Serikat, Hilda Hernandez mengartikan

pendidikan multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas politik, sosial,

dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan

manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya

budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi,

politik dan pengecualian dalam proses pendidikan (Hernandez, Hilda 1989:6)

Pandangan tersebut dapat dimaknai bahwa ruang pendidikan sebagai media

transpormasi ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) hendaknya mampu

memberikan nilai-nilai multikulturalisme dengan saling menghargai dan

menghormati atas realitas yang beragam (pluralis), baik latar belakang maupun

basis sosial budaya yang melingkupinya.

Berdasarkan pemikiran tersebut, perguruan tinggi merupakan jenjang

pendidikan yang sangat strategis dalam mengembangkan pendidikan multikultural

melalui wadah PKn yang diprogramkan secara kurikuler yang lebih sistematis

(10)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kurikuler seperti apa yang dibutuhkan sehingga mampu berperan dalam

membagun warga negara demokratis khususnya di perguruan tinggi?

Sementara disisi lain, bahasan yang diungkapkan pada bagian awal

dinyatakan bahwa masyarakat dan negara-bangsa Indonesia terdiri dari berbagai

keragaman yaitu sejumlah besar kelompok etnis, budaya, agama, aspirasi politik

dan lain sebagainya, sehingga masyarakat dan negara-bangsa Indonesia secara

sederhana dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”. Dengan kata lain,

tujuan PKn kedepan diharapkan mampu membentuk warga negara yang sadar

akan nilai demokrasi dan mampu membentuk kewarganegaraan multikultural.

Konsep multikultural berperan untuk mempersatukan budaya bangsa.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Ravitch (1996) menemukan bahwa

Compare California's pluralistic and New York's particularistic approaches;

argues for an education that appreciates diversity and supports commitment

to a unified American culture”. Artinya, melalui pendekatan perbandingan

komunitas New York dan California yang pluralistik, mereka menganggap bahwa

pentingya multikultural untuk pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan

dukungan tanggung jawab untuk suatu persatuan budaya Amerika.

Multikultural yang berperan dalam upaya mempersatukan budaya bangsa,

sesuai dengan motto kenegaraan mereka E Pluribus Unum atau Unity in

Diversity, yang serupa dengan Bhineka Tunggal Ika-nya di Indonesia

(11)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Konsep ini senada dengan apa yang dikemukakan Blum bahwa

multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan, dan penilaian

atas budaya seseorang , dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang

budaya etnis orang lain. la meliputi penilaian terhadap

kebudayaan-kebudayaan orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek atas

kebudayaan-kebudayaan tersebut, melainkan mecoba melihat bagaimana

kebudayaan tertentu mengekspresikan nilai bagi anggota-angotanya sendiri.

(Blum, 2001:16). Sejalan dengan terminologi tersebut, Supardan (2004:8)

mengemukakan bahwa kata kunci dalam multikulturalisme ini adalah “perbedaan

dan penghargaan”, dua kata yang selama ini sering dikonfrontasikan.

Beberapa konsep yang dikemukakan tersebut, secara mendalam dapat pula

dimaknai bahwa pada dasarnya konsep multikulturalisme mengulas berbagai

permasalahan yang mendukung ideologi, politik, demokrasi, keadilan, penegakan

hukum, kesempatan kerja dan usaha, hak asasi manusia, hak budaya komuniti dan

golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, tingkat serta mutu

produktivitas serta berbagai konsep lainnya yang lebih relevan relevan (Rex Jhon

1985, Fay Brian 1996; dan Suparlan, 2002). Dalam konteks pendidikan, hal ini

sejalan dengan padangan Hilda Hernandes (1989) yang mengartikan pendidikan

multikultural sebagai sebuah konsep pendidikan tidak hanya menyangkut tentang

budaya tetapi bagaimana kebudayaan itu bekerja melalui pranata-pranata sosial.

Sebagai sesuatu ide atau ideologi, multikulturalisme terserap ke dalam berbagai

(12)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kehidupan ekonomi, dan bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya

di dalam masyarakat yang bersangkutan.

Pemikiran dan konsepsi tentang multikulturalisme yang diuraikan tersebut,

harus diakui bahwa multikulturalisme kebangsaan Indonesia belum sepenuhnya

dipahami oleh segenap masyarakat sebagai sesuatu yang given, takdir Tuhan, dan

bukan bentukan manusia. Memang masyarakat telah memahami sepenuhnya

bahwa setiap manusia terlahir berbeda, baik secara fisik maupun non fisik, tetapi

nalar kolektif masyarakat belum bisa menerima realitas bahwa setiap individu

atau kelompok tertentu memiliki sistem keyakinan, budaya, adat, agama,

ekonomi, sosial, politik yang berbeda.

Nalar kolektif masayarakat tentang multikultural kebangsaan Indonesia

masih terkooptasi oleh logosentrisme tafsir hegemonik yang syarat akan

prasangka, kecurigaan, bisa kebencian, dan reduksi terhadap kelompok yang

berada diluar dirinya (the other). Akibatnya ikatan-ikatan sosial melalui

kolektivitas dan kerjasama hanya berlaku didalam kelompoknya sendiri (in

group), tidak berlaku bagi kelompok lain (other group). Buktinya, konflik dan

kekerasan hingga kini masih terjadi dalam bentuk dan motif yang beragam di

beberapa wilayah Indonesia, termasuk di lingkungan perguruan tinggi.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Jumadi tahun 2009 tentang “dinamikan

konflik sosial dalam bentuk tawuran mahasiswa yang berujung pada perilaku

kekerasan yang terjadi di kota Makassar. Dalam studi tersebut, dihasilkan

(13)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

negatif, dengan munculnya prasangka sosial, diskriminasi, dominasi, sensitivitas

kepercayaan, etnocenterisme di antara kelompok yang berbeda, meningkatkan

situasi dan kondisi krisis dan konflik yang mengarah pada kecenderungan dari

sikap konflik berubah menjadi perilku desktruktif. Kondisi dan situasi tersebut

menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial antar mahasiswa yang

berujung pada tindakan kekerasan. Disamping itu tidak berfungsinya secara

epektif norma dan nilai yang mengikat antara pelaku dan aktor berpontensi

konflik sosial ini berujung pada tindakan atau perilaku destruktif. Dinamika sosial

tawuran mahasiswa sebagai suatu fenomena sosial dari konflik sosial yang

berujung pada perlaku destruktif, menarik untuk dikaji dan mencari solusi yang

tepat untuk mencegah konflik berikutnya yang juga rentan terjadi di wilayah

Indonesia lainnya. Hal ini tentu menjadi persoalan bagi pendidikan Indonesia,

khususnya di pendidikan tinggi/perguruan tinggi.

Selain itu, konflik dan anarkis kelompok masyarakat pada beberapa

wilayah di Indonesia, baik sebelum pelaksanaan pemilukada 23 juni 2010 maupun

hari “H” dan pasca-pelaksanaan telah mengakibatkan kerusakan dan kerugian

pada masyarakat maupun fasilitas publik. Itu terjadi antara lain di Sulawesi

Selatan, Jawa Timur, Kalimantan dan sejumlah daerah lainnya. Realitas ini rentan

dipicu karena pemilih masih terjebab pada pragmatisme kepentingan dan masih

kuatnya hubungan etnisitas, agama dalam menentukan pilihannya. (Arsyad,

2010). Untuk mengantisipasi potensi negatif secara berkepanjangan di masa

(14)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kelompok prodemokrasi melakukan pendidikan multikultural kepada warga

negara. Hal ini dimaksudkan agar warga negara memiliki kepekaan dalam

menangkap dan menghadapi gejala dan masalah sosial politik yang berkar pada

perbedaan cara pandang dan poros politik yang berbeda.

Belajar dari “pesta demokrasi lokal” dapat ditarik kesimpulan bahwa

implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah menjadi spirit baru

terbangunnya kesadara komunalitas berdasarkan emosi komunitas ras, etnis,

agama dan budaya yang cenderung “semu” superior dan eksklusif. Selanjutya

rentan menjadi pemicu konflik (disadari atau tidak disadari). Salah satu upaya

strategis dan epektif dalam mendorong penguatan proses demokrasi lokal yang

berkualitas dan bermafaat pada kehidupan masyarakat adalah melaksanakan

pendidikan berbasis multikulturalsme yang menekankan pada penyadaran sikap

dan perilaku masyarakat yang simpatik, respek, apresiatif, dan empati yang pada

gilirannnya dapat membentuk kesadaran berdemokrasi bagi warga negara.

(Arsyad, 2010). Hal ini sejalan dengan pandangan Azra bahwa

“multikulturalisme merupakan landasan budaya yang terkait dengan pencapaian

civility (keadaban), yang amat esensial bagi terwujudnya demokrasi yang

berkeadaban, dan keadaban demokrasi” (Budimansyah dan Suryadi, 2008:30).

Untuk itu, dalam kontek membangun tatanan masyarakat dan tatanan

sosial yang kokoh, nilai-nilai kearifan (kearifan sosial dan kearifan budaya) dapat

dijadikan sebagai tali pengikat dalam upaya bersosialisasi dan berinteraksi antar

(15)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kelompok. Dengan nilai kearifan sosial dan kearifan budaya, akan berusaha

mengeliminir berbagai perselihan dan konflik budaya yang kurang kondusif.

Tatanan kehidupan sosial masyarakat yang multikultural akan terwujud dalam

perilaku yang saling menghormati, menghargai perbedaan keanekaragaman

kebudayaan dalam kesederajatan dan menjaga satu dengan lainnya dalam

prinsip-prinsip perbedaan tersebut. Untuk itu, harus berusaha untuk mengeliminir atau

menghilangkan hal yang selalu menjadi emberio atau mendasari terjadinya

konflik, yaitu ”(1) prasangka historis, (2) diskriminasi, dan (3) perasaan

superioritas in-group feeling yang berlebihan dengan menganggap inferior pihak

yang lain (out-group)” (Puwasito, 2003:147).

Mengacu pada pandangan dan konsep yang dikemukakan di atas, konsep

multikulturalisme mempunyai relevansi makna dan fungsi yang tepat. Konsep

multikulturalisme menjadi penting untuk dikembangkan dan diinternalisasikan

dalam proses transformasi nilai-nilai masyarakat dan bangsa yang beragam ini.

Sebab prinsip-prinsip dasar multikulturalisme mengakui dan menghargai

keberagaman kelompok masyarakat seperti etnis, ras, budaya, gender, strata

sosial, agama, perbedaan kepentingan, keinginan, visi, keyakinan dan tradisi yang

akan sangat membantu bagi terwujudnya perubahan format perilaku sosial yang

kondusif dan sangat menjanjikan ditengah kehidupan masyarakat dan bangsa yang

majemuk. Sarana terbaik dan strategis yang digunakan untuk membangun dan

mensosialisasikan konsep multikulturalisme agar melahirkan perilaku sosial

(16)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah melalui “pendidikan multikultural”. Dimana pendidikan multikultural

mengakui adanya keragaman etnik dan budaya dari masyarakat suatu bangsa,

sebagaimana dikatakan stavenragen:

Religious, linguistic, and national minoritas, as well as indigenous and tribal peoples were often subordinated, sometimes forcefully and against their will, to the interest of the state and the dominandt society. While many people…had to discard their own cultures, langues, religions and traditions, and adapt to the alien norms and customs that were consolidated and reproduced through national institutions, incluiding the educational and legal system. (Stavenhagen, 1996: 15)

Dalam literatur penelitian Internasional telah banyak disimpulkan tentang

kekuatan pendidikan multikultural dapat menekan konflik etnik pada sebuah

masyarakat yang berbudaya plural (cultural pluralism). Hawkins (1972)

menunjukkan bahwa pendidikan multikultural sangat epektif untuk meningkatkan

kesadaran terhadap persamaan derajat (equality), demokratis, toleransi dan

rasionalitas antar budaya. Hawkins juga menyimpulkan dengan rancangan

kurikulum pendidikan multikultural yang baik, maka kekuatan purbasangka dan

diskriminasi etnik dapat ditekan secara maksimal. Pendidikan multikultural

dilaporkan juga sangat epektif sebagai alat pengakomodasi “dominasi kekuasaan”

salah satu etnik atau budaya (Suparlan, 2002:27).

Studi lain yang dilakukan oleh Nurul Zuhria tahun 2011, dengan

melakukan penelitian tentang pengembangan model PKn multikultural berbasis

kearifan lokal, menghasilkan beberapa hal diantaranya adalah model pendidikan

kewarganegaraan multikultural berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan

(17)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tinggi. Keefektipan model PKn multikultural berbasis kearifan lokal untuk

meningkatkan kompotensi kewarganegaraan multikultural mahasiswa tergantung

pada penggunaan desain, metode, dan sintak pembelajaran inkuiri sosial secara

benar dan kontekstual dalam proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan.

Dari berbagai studi dan kajian terdahulu maka peran Departemen

Pendidikan Nasional Republik Indonesia dalam mengadopsi pendidikan

multikultural, untuk dipikirkan bagaimana diberlakukan dalam pendidikan

sekolah dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dimana pelaksanaanya

dapat dilakukan sebagai pelajaran ekstra-kulikuler atau menjadi bagian kurikulum

sebagai mata pelajaran terpisah, berdiri sendiri (separated) atau sebaiknya terpadu

atau terintegrasi (integrated). (Azra, 2002)

Dalam konteks ini, salah satu bidang kajian yang dapat menjadi wahana

bagi pendidikan multikultural adalah PKn. Mahfud menegaskan bahwa Indonesia

sebagai negara majemuk, baik dalam segi agama, suku bangsa, golongan, maupun

budaya lokal, perlu menyusun konsep pendidikan multikultural sehingga menjadi

pegangan untuk memperkuat identitas Nasional. Pelajaran PKn yang telah

diajarkan di sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sebaiknya disempurnakan

dengan memasukkan pendidikan multikultural, seperti budaya lokal antar daerah

kedalamnya, agar generasi muda bangga sebagai bangsa Indonesia. (Mahfud,

2010: 224). Dalam temuan Arif juga menegaskan bahwa PKn (civic education),

baik sebagai program kurikuler, program sosial kultural, maupun program

(18)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Indonesia. (Arif, 2008: 224). Sejalan dengan pandangan tersebut Budimansyah

dan Suryadi (2008:31) mengemukanan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan

yang berperan penting dalam pendidikan multikultural mempersiapkan peserta

didik menjadi warganegara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten

untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang

diajarkan disemua jenjang dan jenis sekolah secara pragramatik memiliki

psyco-pedagogis, yaitu membina warga negara yang demokratis dalam ruang lingkup

pendidikan di lembaga pendidikan fomal maupun formal, Sapriya dan

Winataputra (2010:1.2), menyatakan bahwa tugas PKn dengan paradigma barunya

mengembangkan tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga

negara (civic intelegence), membina tanggungjawab warga negara (civic

responsibility) dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation).

Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk membentuk warga negara

yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dalam dimensi

spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan

multidimensional. Oleh karenanya, PKn dengan paradigma baru mengamanatkan,

agar demokrasi dilaksanakan secara cerdas dan berbudaya. Jadi, bukan demokrasi

yang dilaksanakan dengan cara memaksakan kehendak tanpa dikemas dalam

bingkai peraturan perundang-undangan. Apabila demokrasi diterjemahkan dengan

cara destruktif, intimidatif dan tidak menggunakan akal sehat, maka akan terjadi

(19)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tujuan PKn sebagaimana tercantum dalam standar Isi PKn (2006: 2) yang hendak

mengembangkan kemampuan:

1) berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, 2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi; 3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; 4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Melalui PKn sebagai wahana pendidikan multikultural, yang tidak hanya

menanamkan pemahaman lebih benar tentang demokrasi, HAM, pluralitas, respek

dan toleransi diantara berbagai komunitas, tetapi juga pengalaman berdemokrasi

keadaban dan multikultural. Maka dengan pendidikan multikultural diharapkan

dapat mendukung pengembangan demokratis yang tengah tumbuh di tengah

masyarakat Indonesia yang multi etnis, suku bangsa, budaya, agama, ekonomi,

politik untuk menuju masyarakat madani Indonesia atau Indonesia baru yang

dicita-citakan yang mampu membentuk warga negara yang memiliki kesadaran

demokratis.

Hanya saja kenyataan praksis di lapangan saat ini, bahwa PKn yang

merupakan salah satu ujung tombak dan bagian dari proses membangun cara

hidup multikultural dalam memperkuat wawasan kebangsaan dan

penghargaan akan keragaman serta bentukan warga negara yang sadar akan nilai

demokrasi justru belum menggembirakan, kurang mengembangkan dimensi

(20)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

psikologi kognitif yang terjebak pada penguasaan pengetahuan (knowledge)

belaka sementara dimensi lain (apektif dan psikomotorik) terabaikan.

Permasalahan lainnya yang sedang dihadapi oleh PKn sebagai program

kurikuler masih menyisahkan sejumlah kendala. Pertama, proses pembelajaran

dan penilaian dalam PKn lebih menekankan pada dampak instruksional

(instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content matery) atau

dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja, sedangkan

pengembangan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan

pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai “hidden curriculum

belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Kedua, pengelolaan kelas

belum mampu menciptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan

pengalaman belajar kepada peserta didik melalui perlibatannya secara proaktif

dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra

dan ekstra kurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang

bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku

peserta didik/mahasiswa. Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai

wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” juga belum

memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara

penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam

berkehidupan yang demokratis (Budimansyah, 2009). Berbagai persoalan

tersebut, merupakan masalah empirik bagi peran PKn sebagai lokomotif dalam

(21)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Salah satu yang diduga menjadi penyebab, karena belum adanya konsep

yang jelas bagi pengembangan PKn berbasis pendidikan multikultural yang lebih

sistematis dan komprehensif di perguruan tinggi, sehingga para praktisi di

lapangan belum secara sunguh-sungguh menerapkan PKn berbasis multikutural

bagi pembentukan warga negara demokratis.

Dari latar belakang pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

kajian tentang analisis kebutuhan pendidikan multikultural melalui PKn berbasis

kompotensi dalam membangun warga negara demokratis. Penelitian ini dibatasi

pada sebuah studi atau kajian yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi,

melakukan analisis kebutuhan pembelajaran PKn sebagai wahana pendidikan

multikultural secara akademis dan kurikuler sehingga mampu menemukan konsep

dan strategi implementasi pendidikan multikultural melalui PKn di perguruan

tinggi.

Salah satu perguruan tinggi yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini

adalah perguruan tinggi kota Jakarta yakni Universitas Negeri Jakarta pada

jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendididkan (PGSD FIP).

Pemilihan setting penelitian ini dikarenakan di Jurusan PGSD FIP UNJ sudah

mulai menerapkan pembelajaran PKn sebagai wahana pendidikan multikultural

dan juga telah ada program mata kuliah peminatan PKn yakni Pendidikan

Multikultural sebagai mata kuliah pilihan yang dikembangkan oleh dosen pada

(22)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang relatif heterogen dilihat dari segi suku, agama, tingkatan sosial dan ekonomi

sehingga sesuai dengan kajian yang akan diteliti oleh peneliti.

B. RUMUSAN MASALAH

Penelitian ini merupakan sebuah investigasi terkendali yang dirancang

dengan melakukan suatu analisis kebutuhan untuk mengkaji PKn sebagai wahana

pendidikan multikultural (multicultural education) sebagai salah satu wadah bagi

pembangunan kesadaran berdemokrasi bagi warga negara khususnya di perguruan

tinggi. Untuk itu, secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana konsep dan implementasi pembelajaran PKn sebagai wahana

pendidikan multikultural dalam membangun warga negara demokratis di

perguruan tinggi? Untuk mempermudah penulis dalam meneliti, pokok

permasalahan tersebut dijabarkan menjadi sub permasalahan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengembangan materi multikultural melalui pembelajaran PKn

dalam membagun warga negara demokratis di di Jurusan PGSD FIP UNJ?

2. Bagaimana desain pembelajaran PKn sebagai wahana pendidikan multikultural

dalam membagun warga negara demokratis di Jurusan PGSD FIP UNJ?

3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PKn sebagai wahana pendidikan

multikultural dalam membagun warga negara demokratis di Jurusan PGSD

(23)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Bagaimana evaluasi hasil pembejalaran PKn sebagai wahana pendidikan

multikultural dalam membagun warga negara demokratis di Jurusan PGSD

FIP UNJ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Sebagaimana yang terdapat dalam rumusan masalah dalam penelitian

maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep dan

implementasi pembelajaran PKn sebagai wahana pendidikan multikultural dalam

membangun warga negara demokratis di perguruan tinggi.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penlitian ini adalah untuk mengetahui

diantaranya:

a. Pengembangan materi multikultural melalui pembelajaran PKn dalam

membagun warga negara demokratis di di Jurusan PGSD FIP UNJ.

b. Desain pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan

multikultural dalam membagun warga negara demokratis di Jurusan PGSD FIP

UNJ.

c. Pelaksanaan pembelajaran PKn sebagai wahana pendidikan multikultural

dalam membagun kesadaran warga negara demokratis di Jurusan PGSD FIP

UNJ.

d. Evaluasi hasil pembejalaran PKn sebagai wahana pendidikan multikultural

dalam membagun kesadaran warga negara demokratis di Jurusan PGSD FIP

(24)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis bagi pengembangan model pendidikan kewarganegaraan

sebagai wahana pendidikan multikultural dalam membangun warga negara

demokratis di perguruan tinggi.

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberi konstribusi dalam

membangun ide dan konsep-konsep dasar tentang kebutuhan pendidikan

multikultural melalui PKn. Lebih lanjut hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan pengembangan model pendidikan yang lebih memperhatikan

kebutuhan pebelajar, baik secara akademik maupun sosio-kultural.

2. Manfaat Praktis

Signifikansi praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat

dimanfaatkan oleh beberapa pihak, diantaranya adalah:

a. Dapat dijadikan pengetahuan oleh kalangan pendidikan tentang cara

mengembangkan ide dan konsep yang sesuai dengan kebutuhan pebelajar

menjadi sebuah kurikulum di perguruan tinggi.

b. Dapat menjadi proto tipe untuk memprogramkan suatu mata kuliah

Pendidikan Multikultural ke dalam kurikulum perguruan tinggi atau

terintegrasi dalam beberapa mata mata kuliah yang terkait.

c. Temuan penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan panduan/modular untuk

memantau dan menilai kebutuhan akademik dan sosio-kultural pebelajar di

(25)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Hasil penelitian ini bisa juga dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti lain

yang ingin mengangkat kajian tentang PKn sebagai wanaha pendidikan

multikultural.

e. Secara khusus hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dan referensi

teoritis-empiris bagi masyarakat dan pemerintah dalam mematangkan

kebijakan yang terkait dengan sosialisasi dan penyiapan pendidikan

multikultural di sekolah dan perguruan tinggi.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan tesis ini, penulis akan menyusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I tentang pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan dalam beberapa

sub bab antara lain; (1) Latar Belakang, (2) Rumusan masalah, (3) Tujuan

penelitan, (4) Manfaat Penelitian dan (5) Sistematika penulisan.

Bab II membahas kajian teoritis/kajian pustaka yang berisi deskripsi,

analisis dan rekonseptualisasi peneliti. Pada bab ini terbagi dalam sub bab antara

lain; (1) Pendidikan Kewarganegaraan, (2) Pendidikan Multikultural, (3) Warga

Negara, (4) Perkembangan Demokrasi, (5) Warga Negara Demokratis, (6) Peran

PKn Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga

Negara Demokratis, (7) Hasil Penelitian Terdahulu, dan (8) Kerangka Pemikiran.

Bab III membahas metode penelitian. Dalam bab ini terbagi dalam sub bab

(26)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Konseptual, (4) Teknik Pengumpulan Data, (5) Analisis Data, dan (6) Uji

Validitas Data.

Bab IV membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab

ini terbagi dalam sub bab antara lain; (1) Deskripsi Lokasi Penelitian (2) Hasil

Penilitian dan (3) Pembahasan.

Bab V membahas simpulan. Dalam bab ini terbagi dalam sub bab antara

(27)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

(28)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi disalah satu perguruan

tinggi yang berada di kota Jakarta, yang memiliki karakteristik mahasiswa yang

heterogen atau multikultural. Adapun perguruan tinggi tersebut adalah Universitas

Negeri Jakarta, khususnya di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Ilmu Pendidikan (PGSD FIP UNJ). Ada dua hal yang mendasari pilihan lokasi

penelitian ini. Pertama, Perguruan tinggi ini berada di sebuah kota besar di

Indonesia dan merupakan ibi kota negara, yang dengan demkian memiliki

karakteristik mahasiswa yang multikultural, khsusunya jurusan PGSD FIP UNJ,

memiliki mahasiswa yang berasal dari daerah seperti: Jakarta, Bali, Sulawesi,

Kalimantan, NTB, Papua Barat, Jawa barat, Jawa Tengah, Aceh dan lain

sebagainya. Kedua, sejak tahun 2008 hingga sekarang, pengembangan PKn

berbasis multikultural telah dilakukan, hal ini terbukti dari mata kultiah peminatan

PKn untuk kelas tinggi dapat memilih mata kuliah Pendidikan Multikultural, dan

pada kurikulum tahun ajaran 2012 telah menjadi mata kuliah wajib.

Berdasarkan kedua alasan tersebut, maka lokasi obesrvasi penelitian ini di

Universitas Negeri Jakarta khsusnya di Kampus E UNJ di Jalan Setiabudi No. 1

Jakarta Selatan.Tentunnya dengan karakteristik tersebut, peneliti kemudian

(29)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut melalui upaya observasi atau studi lapangan demi mengkonfirmasi

temuan yang akan diperoleh dari sumber informasi (subjek) penelitian meliputi

para ahli Pendidikan Kewarganegaraan, sosiologi, dosen serta mahasiswa sesuai

dengan pokok masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Hal ini didasari oleh

pemikiran Creswell yang mengungkapkan bahwa “gagasan di balik penelitian

kualitatif adalah memilih dengan sengaja dan penuh perencanaan para partisipan

dan lokasi (dokumen-dokumen atau materi visual) penelitian yang dapat

membantu peneliti memahami masalah yang diteliti” (Creswell, 2010:266).

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, teknik penentuan subjek penelitian dimaksudkan

untuk mengembangkan informasi yang diperlukan sebagai landasan dan

desain yang timbul dari teori yang mendasar (grounded theory) yang

muncul dari telaah ini (Lincoln dan Guba, 1985: 201). ”Terdapat beberapa

kriteria yang digunakan dalam penetapan subjek penelitian, yakni latar (setting),

para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses (process)” (Miles

dan Huberman, 2007:57; Alwasilah, 2003:145-146).

Krteria pertama adalah latar, yang dimaksud adalah situasi dan tempat

berlangsungnya proses pengumpulan data, yakni di dalam dan diluar forum

seminar, di kelas perkuliahan, wawancara di kantor, wawancara formal dan

informal, bekomunikasi resmi, dan berkomunikasi tidak resmi. Krtieria kedua,

pelaku yang dimaksud adalah pakar/dosen yang berlatar keilmuan terkait dengan

dimensi pendidikan kewarganegraan dan serta banyak menaruh perhatian yang

(30)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

demokrasi, Dosen dan Mahasiswa Jurusan PGSD FIP UNJ. Krteria ketiga adalah

peristiwa, yang dimaksud adalah pandangan, pendapat dan penilaian tentang

peranan pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan multikultural

bagi warga negara yang disampaikan secara individu baik dalam kegiatan

pertemuan, seminar dan pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas yang membahas

mengenai PKn sebagai wahana pendidikan multikultural. Keriteria keempat

adalah proses, yang dimaksud wawancara peneliti dengan subjek penelitian

berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap fokus masalah dalam

penelitian ini.

Sumber responden (human resources) dipilih secara purposive sampling

dari berbagai kalangan berdasarkan kepakaran yang terkait dengan bidang kajian

pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan multikultural. Adapun sumber

responden ini terdiri atas: pakar PKn dan pakar Sosiologi untuk penguatan

pendidikan multikultural dan konsep multikulturalisme. Untuk mengkontruksi

pendidikan kewarganegaran sebagai wahana pendidikan multikultural, peneliti

melakukan wawancara terhadap para narasumber sebagai informan yang

berlabelakang keilmuan terkait dengan dimensi pendidikan kewarganegaran serta

banyak menaruh perhatian yang tinggi terhadap konsep pendidikan multikultural .

Selain para pakar tersebut, subjek penelitian ini juga terdiri dari mahasiswa dan

dosen yang telah melaksanakan pembelajaran mata kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan di Jurusan PGSD FIP UNJ. Yang terdiri dari 12 Mahasiswa, 3

(31)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu sampling.

B.Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu “suatu

pendekatan yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik

atau bentuk hitungan lainnya, melainkan lebih menekankan kepada kajian

interpretatif” (Strauss dan Corbin, 2009:4). Pendekatan kualitatif yang

digunakan dalam penelitian ini berimplikasi pada penggunaan ukuran-ukuran

kualitatif secara konsisten, artinya dalam pengolahan data, sejak mereduksi,

menyajikan, memverifikasi dan menyimpulkan data tidak menggunakan

perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik, melainkan lebih

menekankan pada kajian interpretatif. Creswell (1998: 15) mendefinisikan

penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian

kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi

metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau

manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis

(32)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melakukan penelitian dalam situasi alamiah. Karakteristik pokok yang

menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah kepedulian terhadap

”makna”. Dalam hal ini penelitian kualitatif tidak peduli terhadap persamaan

dari obyek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan

tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari

oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang berbeda-beda. Maka

tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang

unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen. Lincoln dan

Guba (1985:199) menyatakan bahwa:

“...the human-as-instrument is inclined toward methods that are extensions of normal human activities: looking, listening, speaing,

reading, and the like”.

Dari pernyataan ini semakin jelas bahwa keunggulan manusia sebagai

instrumen dalam penelitian naturalistik karena alat ini dapat melihat,

mendengar, membaca, merasa, dan sebagainya yang biasa dilakukan manusia

umumnya. Sesuai dengan fokus masalah yang hendak diteliti, pendekatan

kualitatif menjadi pilihan peneliti untuk dijadikan sebagai alat istrumen dalam

penelitian ini.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode grounded theory yaitu metode

penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna

mengembangkan teori grounded yang disusun secara induktif tentang suatu

(33)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang diteliti, bukan sekedar sederet angka atau sejumlah tema yang kurang

berkaitan. Tujuan metode grounded theory adalah “menyusun teori yang

sesuai dengan masalah dan menjelaskan tentang bidang yang diteliti”

(Strauss dan Corbin, 2009:12). Lebih lanjut dijelaskan bahwa grounded theory

memberikan peluang sangat besar untuk menemukan teori baru, disusun dan

dibuktikan melalui pengumpulan data sistematis, dan analisis data yang

berkenaan dengan fenomena itu. Pengumpulan data, analisis data, dan teori

saling terkait dalam hubungan timbal balik. Peneliti tidak memulai penyelidikan

dengan pegangan pada suatu teori tertentu lalu membuktikannya, melainkan

dengan pegangan pada suatu bidang kajian dan hal yang terkait dengan bidang

tersebut (Strauss dan Corbin, 2009: 10-11).

Beberapa alasan yang mendasari penggunaan metode grounded theory

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, sesuai dengan permasalahan

bagaimana konsep PKn sebagai wahana pendidikan multikultural bagi warga

negara dalam membangun kesadaran demorasi, kajian ini bersifat konseptual

teoretik tentang filsafat keilmuan khususnya menyangkut epistimologi.

Kedua, setelah dibahas melalui analisis data yang peneliti lakukan, peneliti

dapat menemukan teori-teori grounded atas penelitian yang peneliti lakukan

secara epistimologi tersebut, mengingat dalam penelitian ini diperlukan

kepekaan yang dalam untuk menyingkap makna yang dituangkan melalui

interaksi peneliti dengan subjek. Ketiga, penelitian ini mengkaji sebuah fenomena

(34)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hasil temuan grounded yang bermanfaat bagi pengembangan pembalajan PKn

sebagai wahana pendidikan multikultural di perguruan tinggi.

Penelitian groundad teory memiliki tiga macam sistem pengkodean, yakni

open coding (pengkodean terbuka), axial coding (pengkodean berporos), dan

selective coding (pengkodean selektif) (Straus dan Corbin, 2003:51-54;Creswell,

(1998:57). Dalm konteks penelitian ini, sistem pengkodean yang digunakan

adalah pengkodean terbuka (open coding) dengan urutan langkah-langkah

sebagaimana dikemukakakn Straus dan Corbin (2003:57-71) sebagai berikut:

pelabelan fenomena, penemuan kategori, penamaan kategori, penyusunan

kategori, memilih pengkodean yang digunakan, menyajikan data, dan membuat

interpretasi. Selanjutnya langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut.

Dalam langkah pelabelan fenomena sebagai langkah awal analisis data,

peneliti dituntut untuk peka dengan pengenalan konsep-konsep atau

konseptualisasi data dengan memberi nama kegiatan/aktivitas informan yang

dilakukan selama diamati, ditanya ataupun diwawancarai. Setelah konseptualisaisi

data, selanjutnya adalah penemuan kategori. Pada langkah ini, konsep-konsep

dikategorikan, dikelompokkan berdasarkan persamaan-persamaanya. Oleh karena

itu, langkah ini sering pula disebut “pengkategorian” berdasarkan jumlah

pengelompokannya. Setelah pengkategorian konsep, peneliti memberikan nama

terhadap kategori-kategori yang relevan dengan data yang diperoleh, dan

menyusun kategori yang ada berdasarkan sifat masing-masing kategori sebagai

(35)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Langkah selanjutnya dalah memilih pengkodean yang digunakan. Dalam

hal ini, peneliti memilih pengkodean terbuka, artinya semua fenomena

diidentifikasi terlebuh dahulu tanpa memandang jenis, sifat dan substansinya.

Setelah itu penelitian dapat memlulai menganalisis data baik dengan analisisi

baris perbaris yang memerlukan pengujian frase-perfrase bahkan kata demi kata

secara rinci. Cara kedua dapat dilakukan dengan paragraf, dimana tujuannnya

untuk memahami makna yang terkadung dari paragraf itu.

Langkah terkahir adalah menyajikan data dan membuat interpretasi. Pada

langkah ini peneliti menyajikan data yang sedapat mungkin mudah dipahami oleh

pembaca sehingga alur berpikir peneliti dapat diikuti pembaca. Akhirnya, peneliti

berusaha menemukan suatu jawaban dari interpretasi yang peneliti lakukan

sebagai temuan teori groundad atau lapangan.

C. Definisi Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, dan

untuk itu agar menghindari terjadinya salah tafsir, maka perlu diberikan definisi

operasional terhadap istilah-istilah tersebut.

1)Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah Pendidikan Kewarganegaraan dalam arti luas (citizenship education)

yang memiliki perspektif kewarganegaraan dunia abad ke-21 yang terkenal

dengan sebutan kewarganegaraan multidimensi yang salah satu cirinya

memiliki karakteristik multikultural (Cogan, 1998:116). Dengan demikian

(36)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

difokuskan pada pendidikan yang dikembangkan sebagai: (1) tujuan utama

dari sistem pendidikan dipersyaratkan untuk seluruh tingkatan sekolah; (2)

menerapkan pembelajaran yang berkualitas tinggi; (3) menggunakan

pendekatan yang bersifat interdisipliner dan metode pembelajaran yang bersifat

interaktif; (4) desain kurikulum yang menitikberatkan pada “bagaimana

berpikir daripada apa yang dipikirkan”; (5) merefleksikan kenyataan di

masyarakat; (6) mencakup materi “historical” dan “contemporary”; (7)

memperlakukan kelas sebagai laboratorium demokrasi; (8) kontribusi

masyarakat dalam “civic education”; dan (9) pelibatan siswa dalam

masyarakat untuk mendapatkan pengalaman warga negara di dalam

masyarakat.

Untuk lebih memfokuskan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka

Pendidikan Kewarganegaraan yang disorot adalah setting Pendidikan

Kewarganegaraan di perguruan tinggi sebagai program kurikuler dengan sejumlah

bahan kajian yang diamananahkan untuk diajarkan kepada mahasiswa meliputi :

1) Filsafat Pancasila, 2) Identitas Nasional, 3) Hak dan Kewajiban Warga

Negara, 4) Negara dan Konstitusi, 5) Demokrasi Indonesia, 6) Hak Asasi Manusia

dan Rule of Law, 7) Geopolitik Indonesia dan 8) Geostrategi Indonesia. (SK.

Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata

Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi).

2)Pendidikan Multikultural

Menurut Bank, pendidikan multikultural adalah konsep atau ide sebagai

(37)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya

hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi dan kesempatan-kesempatan

pendidikan dari individu, kelompok maupun negara (Bank, 2001: 28). Pendidikan

itu sangat diperlukan terutama oleh negara demokrasi baru seperti Indonesia,

untuk melakukan rekontruksi sosial dengan mengembangkan civic skill, yakni

keterampilan menjadi warga dari masyarakat demokratis yang di antaranya

mampu bersikap toleran dan mengakomodasi berbagai jenis perbedaan untuk

kesejahteraan bersama.

Dengan demikian, pendidikan multikultural yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau

sekelompok orang (warga negara) dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik yang menghargai

pluralitas dan heterogenitas secara humanistik. Peserta didik tidak hanya mampu

memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya, tetapi diharapkan

memiliki karakteristik yang kuat untuk bersikap demokratis, pluralis dan humanis.

3)Multikulturalisme

Multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan, dan

penilaian atas budaya seseorang, dan sebuah penghormatan dan keingintahuan

tentang budaya etnis orang lain. la meliputi penilaian terhadap

kebudayaan-kebudayaan orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek atas

kebudayaan-kebudayaan tersebut, melainkan mecoba melihat bagaimana

kebudayaan tertentu mengekspresikan nilai bagi anggota-angotanya sendiri"

(38)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian ini adalah suatu pemahaman, pandangan dan penghargaan atas

keberagaman, perbedaan dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis, agama

dan lain sebagainya.

4)Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pendidikan Multikultural

Pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan multikultural

yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah peran pendidikan kewarganegaraan

dalam mengembangkan pendidikan multikultural sebagai program kurikuler dan

akademik di perguruan tinggi sehingga perlu upaya untuk mengkonstruksi

pendidikan kewarganegaraan dari segi desain perencanaan dan tahapan

pengembangan serta upaya yang dapat dilakukan dalam mengitegrasikan

pendidikan multikultural dalam sebuah program yang lebih sistematis dan

komprehensif sehingga dapat di impelementasikan dalam konteks pendidikan

kewarganegaraan di Indonesia khususnya dalam jenjang pendidikan tinggi.

5)Warga Negara

Pasal 2 dalam UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaran Republik

Indonesia tertulis bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang-orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

undang-undang sebagai warga negara. Dengan demikian, warga negara yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mendiami negara

Indonesia baik orang asli Indonesia maupun orang asing yang secara

Undang-undang dan aturan akademik sebagai peserta didik di perguruan tinggi.

(39)

Candra, 2012

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Multikultural Dalam Membangun Warga Negara Demokratis

: Penelitian Grounded Theory di Universitas Negeri Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk membangun kesadaran warga negara demokratis yang ditandai oleh

warga negara yang aktif berpartisipasi melalui PKn sebagai wahana pendidikan

multikultural maka sejumlah kompetensi kewarganegaraan perlu dibelajarkan

kepada setiap warga negara. Sejumlah kompetensi yang diperlukan, yang

terpenting adalah (1) penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu;

(2) pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; (3)

pengembangan karakater dan sikap mental tertentu; dan (4) komitmen yang

benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi konstitusional (Sapriya dan

Winataputra, 2003: 13)

Dapat kita pahami bahwa warga negara demokratis memiliki sejumlah

Gambar

Gambar 4.1 Kerucut pengalaman dari Wyatt dan Looper (1999)  .........................  263

Referensi

Dokumen terkait

Paparan ringkas tentang model pembelajaran PKn yang perlu dikembangkan di Indonesia, menunjukan bahwa upaya membentuk warga negara yang baik (demokratis)

Hasil penelitian menunjukan jika peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membangun konsep penegakan hukum pada generasi muda adalah dapat menjadi wahana dalam

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tentang praktik pendidikan demokrasi di SMAN 4 Bojonegoro dalam membentuk warga negara yang demokratis maka dapat

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan karakter warga negara yang baik di SMP Negeri 8 Purwokerto, (2)

“fungsi dan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang baik ( to be a good citizenship ) serdas, terampil, dan berkarakter

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tentang praktik pendidikan demokrasi di SMAN 4 Bojonegoro dalam membentuk warga negara yang demokratis maka dapat

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) bertujuan untuk membangun karakter (character building) bangsa Indonesia, membentuk kecakapan partisipatif warga yang

Hal lain yang menjadi titik tekan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mendidik generasi muda untuk menjadi warga negara Indonesia yang kritis, aktif, demokratis, dan beradab dengan