Halaman
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ………. 10
1. Tujuan penelitian ……….. 10
2. Manfaat Penelitian ……… 10
D. Batasan Istilah ……… 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ………. 13
1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar …………. 13
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ……… 14
3. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbicara ……… 23
4. Metode PembelajaranBerbicara ……….. 24
5. Media Pembelajaran Berbicara ……… 27
D. Temuan Hasil yang Relevan ………. 28
E. Hipotesis Tindakan ………. 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 30
1. Tahap Perencanaan Tindakan ……… 38
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ……… 38
a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ………. 67
b. Paparan Data Pelaksanaan siklus II ……….. 68
c. Paparan Data Hasil Siklus II ………. 79
d. Analisis dan Refleksi Siklus II ………. 81
C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ……….. 83
1. Paparan Pendapat siswa ………. 83
2. Paparan Pendapat Guru ………. 84
D. Pembahasan ………. 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 97
B. Saran ………. 101
DAFTAR PUSTAKA ……… 103
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……… 105
Halaman
Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Siswa ……… 4
Tabel 3.1 Keadaan Siswa SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang ………... 32
Tabel 3.2 keadaan Guru SDN Cibodas I kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang ………. 33
Tabel 3.3 Daftar Siswa kelas I SDN Cibodas I Tahun Pelajaran 2012/2013.. 34
Tabel 4.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ………. 48
Tabel 4.2 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ……… 57
Tabel 4.3 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Siklus I ……….. 58
Tabel 4.4 Observasi Kinerja Guru Siklus I ………... 61
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Berbicara Mendeskripsikan Siklus I ……… 62
Tabel 4.6 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ……….. 75
Tabel 4.7 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Siklus II ……… 76
Tabel 4.8 Observasi Kinerja Guru Siklus II ……… 78
Tabel 4.9 Hasil Penilaian Berbicara Mendeskripsikan Siklus II ……… 80
Tabel 4.10 Data Hasil Pengamatan Kinerja Guru Setiap Siklus ……….. 92
Tabel 4.11 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus …….. 93
Tabel 4.12 Perbandingan Tingkat ketuntasan Siswa pada Setiap Siklus …….. 94
Halaman Lampiran A Instrumen Penelitian
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………. 105
Lampiran A.2 Lembar Observasi Kinerja Guru ……... 116
Lampiran A.3 Format Observasi Aktivitas Siswa …... 117
Lampiran A.4 Format Penilaian hasil Belajar …... 119
Lampiran A.5 Lembar Kegiatan Siswa ………... 121
Lampiran A.6 Pedoman Wawancara Untuk Guru ……... . 122
Lampiran A.7 Pedoman Wawancara Untuk Siswa ………... 124
Lampiran B Data Awal Lampiran B.1 Hasil Tes Awal ……… 125
Lampiran C Pembelajaran Siklus I Lampiran C.1 RPP Siklus I ……… 126
Lampiran C.2 Observasi Kinerja Guru Siklus I ………. 132
Lampiran C.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I …………. 133
Lampiran C.4 Hasil Penilaian Berbicara Siklus I ………….. 134
Lampiran D Pembelajaran Siklus II Lampiran D.1 RPP Siklus II ………. .. 139
Lampiran D.2 Observasi Kinerja Guru Siklus II …………... 144
Lampiran D.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II …………. 145
Lampiran D.4 Hasil Penilaian Berbicara Siklus II ………….. 146
Lampiran D.5 Pedoman Wawancara Untuk Guru ………. 151
Foto 2 Guru memberikan penjelasan ……… 154
Foto 3 Siswa berbicara dalam kelompok ……… 155
Foto 4 Guru berkeliling mengawasi siswa ……… 155
Foto 5 Siswa memilih nomor untuk mendeskripsikan ………… 156
Foto 6 siswa memilih nomor untuk mendeskripsikan …………. 156
Lampiran F Arsip-Arsip Lampiran F.1 SK Pembimbing ………. 158
Lampiran F.2 Surat Izin Penelitian ………. 159
Lampiran F.3 Surat Keterangan Penelitian dari SD ……… 160
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kegiatan berbicara adalah kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam
keseharian kehidupan kita sebagai manusia. Dengan berbicara maka segala
unek-unek, gagasan, ide dan pendapat akan tersampaikan. Apabila isi dari pembicaraan
seseorang mendapat tanggapan yang baik dari si penyimak maka akan
menciptakan efek kepercayaan diri yang lebih dari si pembicara untuk selanjutnya
berkreasi menyampaikan gagasan lainnya. Melalui penyampaian gagasan akan
berdampak pada daya imajinasi siswa dalam mengolah pikirannya sehingga akan
meningkatkan daya pikir dan logika. Tak ayal lagi hanya melalui melatih siswa
dalam berbicara mereka akan lebih terampil.
Berbicara merupakan salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh
siswa, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan,
1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat
diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap
manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal
memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer
(Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang
efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap
individu maupun kelompok.
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang
ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Berbicara berarti
mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi
agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur.
Setiap manusia pada dasarnya diberikan keterampilan berbicara namun
dan benar. Oleh karena itu, pelajaran berbicara seharusnya mendapat perhatian
dalam pengajaran keterampilan berbahasa di sekolah dasar.
Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan
bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan
bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi,
masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai
kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan
berbicara harus dilakukan sedini mungkin.
Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga
diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki
keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial
maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial
antar individu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu
menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan
fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan
berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan
ide atau gagasan kepada orang lain.
Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar
juga dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran
keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan
kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir
mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan,
mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada
orang lain secara lisan.
Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar
karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar
siswa di Sekolah Dasar.
maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pendapat tersebut juga didukung oleh Farris (Supriyadi, 2005: 179) yang menyatakan bahwa “pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang siswa akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak.”
Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka
mengorganisasikan, mengonsepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan
ide kepada orang lain secara lisan. Dengan kata lain, dalam kehidupan sehari-hari
siswa selalu melakukan dan dihadapkan pada kegiatan berbicara.
Pengembangan kemampuan berbicara siswa sekolah dasar, meliputi
berbagai jenis dan bentuk kegiatan berbicara, yaitu: memperkenalkan diri,
menyapa orang lain, menceritakan pengalaman, mendeskripsikan benda atau
seseorang, bercakap-cakap, menanyakan sesuatu, menceritakan kegiatan
sehari-hari, melaporkan peristiwa yang dilihat, mendeskripsikan teman, memberikan
tanggapan dan saran terhadap masalah, berbicara melalui telepon, bermai peran,
menjelaskan petunjuk penggunaan, memeranka drama yang pendek, menceritakan
hasil pengamatan, membahas isi buku, mengritik, memuji sesuatu, berpidato,
berdiskusi, dan sebagainya.
Kenyataannya, pembelajaran berbicara di sekolah sering kurang dianggap
perlu dan kurang ditangani serius, sebab dianggap setiap siswa sudah bisa
berbicara dan dapat dipelajari secara informal di luar sekolah. Karena sudah dapat
berbicara itulah, guru menganggap tidak perlu memberikan penekanan kegiatan
berbicara dalam kurikulum sekolah dasar. Pembelajaran bahasa lebih ditekankan
pada membaca dan menulis. Suatu studi yang dilakukan Galda (dalam
Widayati,1997:3) hanya sedikit perhatian yang diberikan pada pengembangan
berbicara di sekolah.
Pada waktu siswa masuk sekolah, tentunya dengan kemampuan berbicara
yang beragam. Guru bertanggung jawab untuk menguatkan kemampuan berbicara
yang beragam tersebut. Namun hal itu perlu waktu, karena sikap berubah secara
perlahan dan dipengaruhi berbagai faktor, baik dalam maupun luar lingkungan
sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran berbicara di sekolahdasar perlu
direncanakan dan dikembangka oleh guru. Masa usia sekolah dasar masa yang
sangat baik untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa.
Hal ini terbukti dari hasil observasi pembelajaran berbicara untuk
mendeskripsikan benda-benda disekitar pada siswa kelas I SDN Cibodas I masih
terdapat siswa yang tidak bisa berbicara untuk mendeskripsikan benda dengan
benar dan tepat, beberapa siswa kesulitan untuk mengeluarkan ide dan gagasan
yang ada dalam pikirannya. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari Tabel
Dari 21 siswa terdapat 9 siswa atau 43% belum tuntas dan sisanya 12
siswa atau 57% sudah tuntas memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu 65.
Dengan demikian pembelajaran ini harus mendapatkan perbaikan sebab
pembelajaran telah dikatakan berhasil bila 75% dari jumlah siswa telah tuntas.
Gambaran tersebut peneliti peroleh dari hasil refleksi setelah pelaksanaan
pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar pada siswa kelas I SDN
Cibodas I. Dari hasil refleksi pembelajaran mendeskripsikan benda di sekitar
diperoleh temuan bahwa ada beberapa permasalahan yang jadi penyebab siswa
kesulitan dalam mendeskripsikan benda antara lain sebagai berikut:
1. Banyak siswa yang kurang terampil dan kurang tepat dalam mendeskripsikan
benda karena kurangnya pembendaharaan kosakata yang dimiliki siswa.
Sehingga siswa kesulitan untuk mengungkapkan ide dan gagasannya.
Menurut guru, kegiatan berbicara selama ini masih kurang mendapat perhatian.
Karena pembelajaran berbicara menyita waktu yang cukup lama bila
dipraktikkan secara individu.
2. Volume suara siswa dalam mendeskripsikan benda beraneka ragam dan
sebagian besar siswa berbicara dengan volume yang rendah, sehingga apa yang
siswa sampaikan tidak bisa disimak dengan baik oleh seluruh penyimak.
Siswa kurang percaya diri untuk berbicara di depan kelas di depan
rekan-rekannya. Hal ini terjadi karena kurangnya latihan berbicara di depan umum.
3. Kedua hal tersebut diatas mengakibatkan kelancaran berbicara siswa dalam
mendeskripsikan benda disekitar terhambat. Selain itu pemilihan media dan metode
pembelajaran yang digunakan kurang sesuai sehingga siswa kurang bersemangat
dalam belajar. Pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan
daya imajinasi siswa dan kreativitas siswa dalam berbahasa maupun bersastra.
Model pembelajaran berbicara yang sering digunakan guru adalah
penugasan secara individu sehingga banyak menyita waktu pembelajaran Bahasa
Indonesia yang hanya 5 jam pelajaran dalam satu minggu. Untuk mengoptimalkan
hasil belajar, terutama keterampilan berbicara, diperlukan model pembelajaran
yang lebih menekankan pada aktivitas belajar aktif dan kreativitas para siswa
Menurut Suprijono ( 2009: 46) “Model pembelajaran ialah suatu pola yang digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.” Dan menurut Arends (Suprijono 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk
didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
dapat digunakan dalam kegiatan berbicara. Salah satu metodenya adalah metode
tebak kata. Permainan tebak kata merupakan sebuah permainan yang
mengondisikan siswa menggunakan kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata
keterangan dalam keadaan realistis. (Lubis, 1988:40) Dengan mengintregasikan
permainan permainan dalam pembelajaran diharapkan siswa tidak merasa
dibebani dengan muatan materi yang begitu padat, karena permainan mengandung
makna edukatif yang sangat bermanfaat bagi terbentuknya sifat peka terhadap
keinginan dan perasaan orang lain, serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan
yang menjadi landasan bagi pembentukan perasaan sosial.
Model pembalajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang
menggunakan media kartu teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan
cara siswa mendeskripsikan sebuah kata yang ada pada kartu soal sehingga kata
itu bisa dijawab oleh pasangannya dengan tepat.
Permainan tebak kata ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam
mengingat dan menggunakan konsep yang telah dipelajari dan bahkan yang baru
diketahui atau ditemukan pada saat permainan berlangsung, tanpa ragu atau takut
salah, dan tentunya sekaligus melatih berbicara siswa dan bagaimana
mengidentifikasikan sesuatu dengan membuat kalimat-kalimat (Nurarti, 2006).
Metode permainan tebak kata diterapkan dalam penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan
Tanjungkerta Kabupaten Sumedang dalam mendeskripsikan benda di sekitar
dengan judul penelitian “Penerapan Metode Permainan Tebak Kata untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbicara untuk Mendeskripsikan Benda Pada Siswa
B.Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran penerapan metode permainan tebak
kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan benda
pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten
Sumedang?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran penerapan metode permainan tebak
kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan benda
pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten
Sumedang?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran penerapan metode permainan
tebak kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda
pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten
Sumedang?
2. Pemecahan Masalah
Masalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas I SDN Cibodas I
Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang dalam mendeskripsikan benda
ditindaklanjuti oleh guru dengan mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari perencaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut, dilakukan dengan suatu
pembelajaran yang inovatif dan diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.
Pembelajaran inovatif dalam penelitian ini menggunkan metode permainan tebak
kata .
Yang dimaksud dengan permainan disini adalah cara mempelajari bahasa
melalui permainan. Permainan berbahasa bukanlah merupakan aktifitas tambahan
pembelajaran dan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengaplikasikan kemahiran bahasa yang telah dipelajari.
Salah satu metode pembelajaran yang dilatarbelakangi permainan dalam
salah satu situs Depdiknas adalah metode Crush Word (tebak kata
)(www.dikmegnum.go.id ). Tebak kata di maksudkan untuk melatih siswa dalam
mengingat dan menggunakan konsep yang telah dipelajari bahkan yang baru
diketahui pada saat permainan berlangsung, tanpa ragu atau takut salah, dan
tentunya sekaligus melatih berbicara siswa dan bagaimana mengidentifikasikan
sesuatu dengan menbuat kalimat – kalimat.
Jika metode permainan tebak kata diterapkan pada pembelajaran berbicara
mendeskripsikan benda dengan baik, maka dapat menghasilkan beberapa hal
sebagai berikut: 1) Menyingkirkan keseriusan yang menghambat proses belajar.
2) Menghilangkan stres dalam lingkungan belajar. 3) Mengajak orang terlibat
secara penuh. 4) Meningkatkan proses belajar. 5) Membangun kreativitas diri. 6)
Mencapai tujuan dengan ketidaksadaran. 7) Meraih makna belajar melalui
pengalaman, dan 8) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.
Dengan permainan tebak kata siswa dapat menuangkan ide dan
gagasannya tanpa ragu dan malu sehingga volume suara yang mereka keluarkan
tidak rendah lagi dan akan dengan mudah di simak oleh siswa lainnya. Kosa kata
pun akan bertambah dan akan menambah ketepatan deskripsi siswa sehingga
siswa akan lancar mendeskripsikan benda yang ada disekitar kelas.
Pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok 4 orang.
2. Guru mengatur posisi duduk siswa. Siswa duduk berdampingan dengan
teman sekelompoknya.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru menunjukan gambar-gambar benda
5. Siswa menyebutkan nama-nama benda tersebut
7. Guru meberikan karton berbentuk prisma segi tiga, sisi depan diberi nomor
berupa nomor 1-5 sedangkan sisi belakangnya berupa sebuah gambar dan
sebuah kata yang ditutup, pada setiap kelompok.
8. Setiap siswa dalam kelompok bergiliran memilih nomor dengan cara
menusuk nomor yang diinginkan.
9. Kemudian membuka gambar dan kata yang ada dibaliknya.
10. Setelah diberi waktu beberapa saat siswa tersebut mulai mendeskripsikan
benda yang ada pada gambar secara lisan dan anggota kelompok yang lain
menebaknya.
11. Siswa yang berhasil menebak mendapat giliran untuk memilih nomor dan
mendeskripsikannya.
12. Begitu seterusnya sampai semua anggota mendapat giliran mendeskripsikan.
Selain itu, target yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah
memperbaiki proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berbicara untuk
mendeskripsikan benda di kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta
Kabupaten Sumedang. Adapun rincian target yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut.
1. Target Proses a. Kinerja Guru
1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dan
berpartisipasi dalam pembelajaran.
2) Pembelajaran dengan menerapkan metode bermain tebak kata dengan
media kartu membuat siswa merasa lebih senang dalam pembelajaran
mendeskripsikan benda.
b. Aktivitas Siswa
1) Siswa menunjukan sikap antusias, partisipatif dan motivasi dalam
pembelajaran mendeskripsikan benda.
2) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
3) Siswa dapat terampil berbicra untuk mendeskripsikan benda- benda di
2. Target Hasil
Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini sekurang-kurangnya 75%
siswa mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan, maka kemampuan
mendeskripsikan benda sudah dianggap berhasil
Dengan penelitian tindakan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dalam pencapaian tujuan
tersebut di atas 65, siswa diharapkan dapat memperoleh nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) bahasa Indonesia aspek berbicara kelas I semester
2yang telah dibuat dan ditentukan oleh SDN Cibodas I, yakni 65.
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perencanaan pembelajaran penerapan metode permainan tebak
kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan benda
pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten
Sumedang
2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran penerapan metode permainan tebak
kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan benda
pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten
Sumedang.
3. Mengetahui peningkatan hasil pembelajaran penerapan metode permainan
tebak kata untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan
benda pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten
Sumedang.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
meningkatkan dan memperbaiki mutu pembelajaran berbicara dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas I semester 2 dengan
karton berbentuk prisma segi tiga yang berisi sebuah kata dan gambar
benda.
b. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa
Memberikan pengalaman bagi siswa dalam pembelajaran berbicara
untuk mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan lebih
menyenangkan dan menarik.
b) Bagi Guru
Memberikan manfaat bagi guru, yakni dapat memberikan pengalaman
dan wawasan bagi guru bahwa dalam membelajarkan bahasa Indonesia
pada aspek berbicara, khususnya bagi siswa kelas rendah yang
membutuhkan suatu pendekatan dalam pembelajaran sehingga dapat
memberikan rasa nyaman dan rasa senang pada siswa pada saat
pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat termotivasi dalam belajar
dan akan berakibat pada pencapaian prestasi belajar yang maksimal
dan sesuai dengan harapan.
c) Bagi Sekolah
Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai tolok ukur dalam
peningkatan dan perbaikan mutu pembelajaran menulis di sekolah.
D.Batasan Istilah
Menghindari terjadinya kesalahan penafsiran istilah dalam memahami inti
masalah dalam penelitian ini, ditegaskan arti dari beberapa istilah yang digunakan.
Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penerapan adalah hal, cara atau hasil kerja menerapkan. (Badudu, 1994:1487).
2. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dilaksanakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. (Suharjo, 2006 : 68)
3. Permainan tebak kata merupakan sebuah permainan yang mengondisikan siswa
menggunakan kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata keterangan dalam
4. Meningkatkan adalah proses upaya-upaya kegiatan yang dilakukan supaya
terjadi suatu perubahan ke arah yang lebih baik dan atau bertambahnya sesuatu
perubahan dari segi jumlah/kuantitas.
5. Mendeskripsikan adalah memaparkan, menggambarkan seperti apa yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi/tempat melaksanakan penelitian ini adalah di SDN Cibodas I, yang
beralamat di dusun Ceuri Desa Kertaharja Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten
Sumedang.
Pemilihan SDN Cibodas I sebagai tempat dilaksanakannya penelitian
didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu sebagai berikut.
a. Adanya permasalahan mengenai pembelajaran berbicara mendeskripsikan
benda di sekitar kelas sehingga perlu upaya penyelesaiannya melalui
penerapan metode permainan tebak kata.
b. Peneliti merupakan salah seorang staf pengajar di SDN Cibodas I, sehingga
peneliti lebih memahami keadaan, karakteristik dan permasalahan yang
dihadapi sekolah ini jika dibandingkan dengan mengadakan penelitian di
sekolah lain.
c. Penelitian yang dilaksanakan tidak akan mengganggu tugas utama peneliti
sebagai guru.
d. Penelitian dilaksanakan di kelas sendiri dengan alasan tidak akan mengubah
aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang
berlaku.
Adapun secara lebih rinci, lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Kondisi Sekolah
Bangunan ini terdiri dari delapan ruang belajar, satu ruang guru, ruang
kepala sekolah, perpustakaan, kantin, dua ruang gudang gudang dan WC. Seperti
Gambar 3.1 Denah SDN Cibodas I
RB
RB
RB
RB
RB
RB RK RG
KANT
IN
RB
RB GD
PERPUS
W
C
W
C
W
C
W
C
W
C
b. Kondisi Siswa
Keadaan siswa SDN Cibodas I pada tahun pelajaran 2012/2013 adalah
sebanyak 225 orang siswa dengan jumlah siswa perempuan sebanyak 104 orang
siswa dan jumlah siswa laki-laki sebanyak 121 orang siswa. Dengan rincian
sebagai berikut.
Tabel 3.1
Keadaan Siswa SDN Cibodas I
Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2012/2013
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 I 11 10 21
2 II 22 19 41
3 III 27 22 49
4 IV 19 17 36
5 V 23 24 24
6 VI 19 12 26
Jumlah keseluruhan 121 104 225
c. Kondisi guru
SDN Cibodas I memiliki 12 orang guru kelas, 3 orang guru agama, 2
orang guru olahraga seorang penjaga serta kepala sekolah. Daftar pendidik dan
Tabel 3.2
Lamanya waktu yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian ini
kurang lebih sekitar lima bulan. Pada pembelajaran semester dua tahun pelajaran
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Cibodas I
Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2012/2013 yang
terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan sehingga jumlah
seluruhnya adalah 21 orang siswa.
Adapun alasan pemilihan subjek penelitian ini didasari oleh rendahnya
kemampuan siswa dalam berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas.
Tabel 3.3
C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif mempunyai sejumlah ciri yang dapat membedakan dari
pendekatan lain, sehingga pendekatan kualitatif dapat dijadikan pendekatan untuk
mengolah data sesuai dengan karakteristik. Menurut Sugiyono (2005:1)
Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data dilakukan secara induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dengan demikian, prosedur dan langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini
mengikuti prinsip-prinsip penelitian tindakan yang telah umum dilakukan.
Menurut Suhardjono (Arikunto, dkk, 2006:58) „Penelitian Tindakan Kelas
adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu
praktek pembelajaran di kelasnya‟. Sedangkan menurut Arikunto (2006:91),
menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas”.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Somadayo, 2013: 144) “Proses
penelitian tindakan adalah proses siklus atau daur ulang yang diawali dengan
perencanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (perenungan pemikiran dan
evaluasi). Pemberian tindakan pada bagian penelitian tindakan kelas dapat berupa
penerapan suatu teori tertentu. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada model Kemmis dan M.C Taggart.
Dari beberapa definisi tersebut diatas, penelitian tindakan kelas dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan
praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa mendapat
hasil belajar yang lebih baik.
Penelitian Tindakan Kelas ini atas dasar permasalahan yang ditemukan
kekurangan selama proses pembelajaran dikelas, dalam pelaksanaan penelitian ini
peneliti memerlukan bantuan pengamat atauobserver.
Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digolongkan
menjadi empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
observasi dan tahap refleksi.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau gambaran bentuk penelitian yang
akan diikuti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Ada beberapa macam
model penelitian tindakan kelas yang dapat digunakan. Model yang efektif
digunakan oleh guru dikelas adalah penelitian tindakan model siklus. Model
tindakan kelas ini dikembangkan oleh Kemmis dan MC Taggart (Wiriaatmadja,
2005 : 66) yaitu “model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang, bisa dua
atau tiga siklus sesuai dengan keberhasilan atau tercapainya target. Semakin lama,
diharapkan semakin meningkat perubahannya atau pencapaian hasilnya.”
Berikut bagan model spiral Kemmis dan Taggar
Gambar 3.2
Pada hakekatnya bagan ini berupa perangkat-perangkat atau
untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan
(planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku sebagai solusi. Permasalahan penelitian
difokuskan kepada strategi, pengamatan terhadap data awal, menyusun strategi
dan merancang strategi; pelaksanaan tindakan (action) yaitu sesuatu yang akan
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan, perubahan dan peningkatan yang
diinginkan; Mengobservasi (observe) yaitu aktivitas mengamati proses dan hasil
dari suatu tindakan yang dilakukan; Dan melakukan refleksi (reflection) yaitu
suatu kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil dari suatu
tindakan, maka rencana tindakan yang dilaksanakan berikutnya mengulang suatu
tindakan dengan cara memperbaiki atau mengoptimalkan dari suatu tindakan
sebelumnya. Demikian seterusnya sampai target yang ditetapkan tercapai.
Berdasarkan model siklus diatas, maka dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa siklus yaitu:
a. Siklus 1, memperbaiki permasalahan yang ditemukan pada saat observasi
dengan penerapan metode permainan tebak katapada pembelajaran berbicara
mendeskripsikan benda di sekitar kelas.
b. Siklus 2, memperbaiki permasalahan yang timbul pada proses perbaikan siklus
1 yang telah dilaksanakan, sehingga permasalahan yang ditemukan dapat
diperbaiki pada siklus ini sampai hasilnya sesuai dengan harapan.
Pengertian siklus ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
D. Prosedur Penelitian
Dalm bagian ini diuraikan secara umum langkah-langkah dalam penelitian
yaitu terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur
penelitian yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berbentuk
siklus, setiap siklus terdiri dari 1 pertemua (2 jam pelajaran). Pada akhir
baik. Pengertian siklus pada kesempatan ini ialah suatu putaran kegiatan yang
terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas melalui beberapa proses yang dinamis dan
komplementari yang terdiri dari empat momentum esensial. Adapun tahapan
penelitian untuk setiap siklus pada pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda
di sekitar kelas pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahapn perencanaan tindakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan
untuk memperbaiki pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar
kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata terdiri dari beberapa
tahap. Rencana tindakan disusun untuk menguji secara empirik ketetapan
hipotesis tindakan yang diajukan. Pada tahap ini, berbagai masalah yang mungkin
terjadi pada saat pelaksanaan tindakan dipersiapkan antisipasinya. Adapun
langkah-langkah kegiatan dalam tahap perencanaan tindakan adalah sebagai
berikut.
a. Melakukan observasi dan wawancara terhadap guru untuk mendapatkan
gambaran awal tentang keadaan keseluruhan SDN Sukatani sebagai lokasi
penelitian dan keadaan proses belajar Bahasa Indonesia.
b. Mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran dalam hal
ini menyusun dan membuat skenario pembelajaran dengan menerapkan
metode permainan tebak kata.
c. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
d. Menyiapkan alat evaluasi pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di
sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak gambar.
e. Mempersiapkan instrument untuk merekan dan menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap penerapan tindakan ini, yaitu penerapan tindakan terhadap
pelaksanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas
Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. kegiatan yang
dilaksanakan dalam tahapan pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:
a. Peneliti dan guru melaksanakan pembelajaran berbicara mendeskripsikan
benda di sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata pada
siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.
b. Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran berbicara dilaksanakan
observasi untuk menggali dan merekam serta mendokumentasikan setiap
proses dan hasil penerapan metode permainan tebak kata. Hal ini dilakukan
karena walaupun persiapan telah disusun semaksimal mungkin, tidak
menutup kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaannya
di lapangan sehingga memerlukan solusi pemecahannya.
Apabila dalam pelaksanaan siklus pertama tujuan pembelajaran belum
tercapai, maka diperbaiki pada pelaksanaan siklus kedua sampai tujuan dan target
tercapai. Adapun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
penerapan metode permainan tebak kata tertuang dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat. (terlampir).
3. Tahap Observasi
Observasi sebagai alat pemantau merupakan bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari tindakan setiap siklus. Observasi merupakan teknik
mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung
dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati dan
diteliti, yaitu untuk memantau dan mencatat setiap tindakan yang dilakukan oleh
guru sesuai dengan masalah PTK itu sendiri. Selain itu observasi dilakukan untuk
mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku siswa sebagai pengaruh
tindakan yang dilakukan guru.
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang berupa
check list untuk mengetahui sejauh mana minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan motivasi-motivasi yang diberikan guru, untuk mengetahui
aktifitas siswa dalam pembelajaran, aktifitas siswa dalam kelompok, serta tingkat
4. Tahap Refleksi
Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan
dan refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan, serta
kriteria dan rencana tindakan pada siklus berikutnya.kegiatan refleksi terhadap
penelitian ini meliputi hal-hal yang tercantum di bawah ini:
a. Mengecek data yang diperoleh dan terkumpul dari hasil observasi
berdasarkan hasil lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran membaca. Data yang sudah terkumpul kemudian
ditindaklanjuti dengan melakukan analisis dan interpretasi, sehingga
diketahui hasil dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan
interpretasi dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi agar dapat diketahui
berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang
diharapkan, sekaligus untuk memperoleh gambaran terhadap siklus pertama.
b. Mendiskusikan langkah selanjutnya dari hasil data yang diperoleh.
c. Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada
hasil analisis tindakan sebelumnya.
Peneliti menganalisis semua informasi yang terekam dalam proses
pembelajaran melalui format observasi dan hasil evaluasi yang telah dilakukan.
Kemudian memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I
untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen yang berupa instrumen kunci dan instrumen penunjang. Instrumen
kunci adalah peneliti sendiri yang berperan mengumpulkan, menyeleksi, menilai,
dan menentukan data. Bogdan (Somadoyo 2013:149) menyatakan bahwa peneliti
sebagai instrumen kunci merupakan orang yang mengetahui seluruh data dan cara
menyikapinya, sedangkan instrumen penunjang penelitian kualitatif ini adalah
1. Pedoman observasi
Pada umumnya observasi menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 104)
adalah “tindakan yang merupakan penafsiran dari teori”. Agar observasi dapat
berhasil dengan baik, maka diperlukan alat atau instrument observasi. Instrument
Observasi dalam penelitian tindakan kelas merupakan pedoman bagi observer
untuk mengamati hal-hal yang akan diamati. Diantaranya untuk mendapatkan data
tentang pelaksanaan dari rancangan tindakan selama situasi pembelajaran pada
saat pelaksanaan tindakan.
Kegiatan observasi difokuskan pada hal pengumpulan data guna
memperoleh gambaran dan informasi proses pembelajaran berbicara mengenai
kinerja guru dan aktivasi siswa dalam penerapan metode permainan tebak kata
pada siswa kelas I SDN Cibodas I dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti,
hingga kegiatan akhir pembelajaran. Sedangkan kegiatan siswa yang diobservasi
adalah aktivitas dan motivasi siswa.
Pengisian lembar pengamatan tersebut cukup dengan memberikan tanda
chek (√) pada kolom yang sudah disediakan. Chek list merupakan alat observasi
yang praktis untuk digunaka sebab semua aspek yang akan diteliti sudah
ditentukan terlebih dahulu. Instrumen untuk melakukan observasi ini tertuang
dalam pedoman observasi. (format terlampir).
2. Pedoman wawancara
Wawncara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan
hal-hal yang dipandang perlu. Denzin (Wiriaatmadja, 2005 : 117).
Wawancara yang dilakukan merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan
informasi tentang pelaksanaan pembelajaran mendeskripsikan benda dengan
menerapkan metode permainan tebak kata.
Teknik wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pandangan,
pendapat, apa saja yang diperoleh pada saat pembelajaran berlangsung. Instrument
ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pandangan guru dan siswa tentang
proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan wawancara peneliti dapat
observasi. Informasi tersebut salahsatunya adalah jawaban yang bersifat pribadi
dan pendapat kelompok, atau informasi alternative dari suatu kegiatan
penting.(format terlampir)
3. Tes hasil belajar
Lembar tes hasil belajar merupakan alat pengukur. Teknik tes dalam
penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang hasilnya akan diolah dengan
analisis statistik. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
dijadikan penetapan skor. Menurut Sanjaya (2009:99) “ Tes adalah instrumen
pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau
tingkat penguasaan materi pembelajaran.”
Lembar tes digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
pembelajaran mendeskripsikan benda-benda disekitar siswa dengan metode
permainan tebak kata. Sebelum dan sesudah tindakan dilaksanakan dengan cara
membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan KKM ( Kriteria Ketuntasan
Minimal ) yang ditetapkan oleh guru. Tes yang dilakukan adalah tes individual
secara lisan yaitu siswa mendeskripsikan benda secara lisan di depan kelas. Alat
tes yang digunakan berupa soal dan format penilaian.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dari hasil
wawancara, observasi, dan tes hasil belajar yang dilakukan terhadap siswa kelas I
SDN Cibodas I kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. pengolahan data
dimulai pada saat peneliti dan observer melakukan refleksi dari setiap siklusnya.
Proses ini merupakan penentu baik atau tidaknya proses PTK.
Data pada penelitian ini dibedakan menjadi data proses dan data hasil.
Teknik pengolahan data proses dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Sedangkan pengolahan data hasil dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai
a. Data Proses
Data proses berupa deskripsi pelaksanaan tindakan pada pembelajaran
mendeskripsikan benda yang meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa.
Pengolahan data proses diperlukan untuk meneliti tahap-tahap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan observasi, wawancara yang instrumennya
berbentuk pedoman observasi, dan pedoman wawancara.
1) Teknik Pengolahan data kinerja guru
Aspek kinerja guru yang diamati dalam proses pelaksanaan pembelajaran
menerapkan metode permainan tebak kata dilakukan dengan cara menentukan
perolehan skor dari aspek perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi.
Kriteria penilaian yang digunakan adalah baik (B) bila memenuhi 3 deskriptor,
cukup (C) bila memenuhi 2 deskriptor dan kurang (K) bila hanya memenuhi 1
deskriptor saja. Semua keterangan yang diperoleh dari tiap aspek dijumlahkan dan
dipresentasikan.
Dengan presentase tersebut dapat terlihat peningkatan kualitas kinerja guru
pada proses pembelajaran atau pada pelaksanaan tindakan dan dapat dijadikan
bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
Adapun kriteria interpretasi untuk menentukan tingkat keberhasilan
kinerja guru pada saat proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
B : 65% - 100%
C : 35% - 64%
K : 0%- 34%
2) Teknik pengolahan data aktivitas siswa
Aktivitas siswa yang diamati dalam proses pembelajaran dengan
penerapan metode permainan tebak kata meliputi dua aspek penilaian yaitu
keaktifan dan motivasi. Cara penaksiran aspek ini dengan melihat dan mengacu
pada indicator atau descriptor yang tampak. Masing-masing aspek yang dinilai
memiliki skala skor 3-2-1-0 dengan deskriptor penilaian yaitu siswa mendapat
skor tiga apabila semua indikator dilaksanakan, siswa mendapat skor dua apabila
hanya dua indikator dilaksanakan, siswa mendapat skor 1 apabila hanya satu
semua indikator. Dalam menetukan kriteria penilaian terhadap siswa,
pengolahannya menggunakan rentang yakni sebagai berikut:
Rentang Skor Kriteria Penilaian
5 – 6 Baik
3 – 4 Cukup
0 – 2 Kurang
Target yang ingin dicapai adalah ≥ 70% untuk interpretasi dengan kategori
baik (B).
b. Data hasil
Pengelolaan data hasil belajar dilakukan melalui tes tetulis. Dalam
mengolah data belajar, maka terlebih dahulu harus menentukan aspek-aspek yang
akan di nilai. Setelah itu diberi skor dan terakhir membandingkan dengan batas
nilai yang ditentukan yaitu melalui KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal). Berikut
ini paparan pengolahan data hasil.
Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Pengolahan data dilakukan dengan analisis data secara kualitatif. Data hasil
belajar diolah dengan menggunakan penghitungan sebagai berikut :
Skor perolehan siswa
Nilai = X 100
Skor maksimal
Kriteria Penafsiran
T = Tuntas
TT = TidakTuntas
Yang dijadikan rentangan batas ketuntasan adalah dengan mengunakan
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan oleh guru I SDN
Cibodas I adalah 65. Siswa yang mendapat skor 65 atau lebih dikatakan tuntas.
Siswa yang mendapat skor kurang dari 65 dikatakan belum tuntas.
Langkah selanjutnya menghitung berapa orang siswa yang tuntas atau
siswa, sehingga peneliti dapat menentukan tindakan selanjutnya yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki tindakan sebelumnya.
2. Analisis Data
Analisis Data menurut Patton (Moleong, 2002 : 103) adalah
Proses mengatur urutan data, mengorganisasi kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian”
Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan
mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai instrument penelitian.
Kemudian data tersebut direduksi ddengan jalan membuat abstrak yaitu
merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Selanjutnya data
tersebut disusun dan dikategorikan, disajikan, dimaknai,dan terakhir diperiksa
kebenarannya. Kegiatan akhir yang dilaksanakan adalah dengan mengadakan
pemeriksaan validasi data.
G. Validasi Data
Keabsahan data penelitian dapat dilihat dari kemampuan menilai data dari
aspek validasi data penelitian. Validasi data pada penelitian ini merujuk pada
pendapat Hopkins (Wiriaatmadja, 2005 : 170) sebagai berikut:
1. Triangulasi
Triangulasi yaitu pengecekan keabsahan data dengan cara memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data sebagai pembanding. Tujuannya untuk
mengecek keabsahan data dan derajat kepercayaan data yang maksimal.
Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan reflektif kolaboratif dengan peneliti
mitra dan siswa. Dalam penelitiaan ini, triangulasi yang digunakan yaitu
triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu untuk mendapatkan data
tentang kemampuan siswa dalam mendeskripsikan benda digunakan
instrument dengan obsevasi, tes, wawancara dan catatan lapangan.
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Yaitu teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, tetapi
melakukan sumber wawancara tersebut tidak hanya pada satu sumber
(beberapa orang) untuk hal yang sama, yakni kepada guru, siswa dan
observasi dari teman sejawat.
2. Member check
Member check adalah cara untuk mencari keabsahan data terhadap kebenaran
data yang diperoleh setelah selesai mengumpulkan data, yakni dengan cara
mengkonfirmasikan kepada subjek penelitian maupun sumber lain yang
berkompeten. Member check dilakukan untuk mengemukakan hasil temuan
sementara untuk memperoleh tanggapan, pendapat dari guru atau dari siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di
sekitar kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata sehingga
diperoleh data yang akurat.
3. Audit Trail
Audit Trail atau penulusuran audit adalah cara pemeriksaan keabsahan data
dengan cara diskusi, diskusi ini bisa dilakukan dengan kepala sekolah,
praktisi, dan guru-guru sebagai rekan sejawat.
4. Expert Opinion
Expert Opinion data terakhir terhadap kesahihan temuan di lapangan kepada
pakar professional, dilakukan dengan cara mengonsultasikan temuan-temuan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan
pada siswa kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang
dengan menerapkan metode permainan tebak kata dalam upaya meningkatkan
kemampuan siswa pada pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar
kelas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar
kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata direncanakan dengan
tahapan sebagai berikut. Sebelum dilaksanakannya penelitian, peneliti melakukan
survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan
kegiatan survey ini, peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil
pembelajaran berbicara mendeskripsikan pada siswa kelas 1 SDN Cibodas I
Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang masih tergolong rendah.
Selanjutnya, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas 1 untuk mengatasi masalah
tersebut dengan menerapkan metode permainan tebak kata dalam proses
pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut.
Mengajukan permohonan izin kepada kepala sekolah dan guru kelas I SDN
Cibodas I kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang bahwa akan
dilaksanakan tindakan untuk memperbaiki hasil belajar siswa, kinerja guru, serta
aktivitas siswa dalam pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar
kelas, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mendesain alat
evaluasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan rencana
pembelajaran yang sudah disusun, mempersiapkan lembar observasi,
Memberikan informasi kepada guru mengenai cara penerapan metode
permainan Tebak Kata dalam pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di
sekitar kelas.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar
kelas dengan menerapkan metode permainan tebak kata telah mampu
memperbaiki aktivitas siswa, kinerja guru dan kemampuan siswa. Adapun
tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut. Langkah pertama, untuk
kegiatan awal alokasi waktu sekitar kurang lebih lima menit. Guru mengucapkan
salam, melaksanakan tugas harian kelas. Kemudian mengondisikan siswa ke arah
pembelajaran yang kondusif. Lalu berdoa bersama-sama. Setelah itu, guru
menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat mendeskripsikan
benda-benda disekitar kelas dengan tepat. Kemudian setelah menyampaikan
tujuan pembelajaran guru melakukan apersepsi dan memotivasi siswa. Untuk
menghangatkan suasana guru bersama siswa menyanyikan lagu balonku ada lima.
Siswa Nampak antusias untuk bernyanyi lagu balonku.
Setelah selesai menyanyikan balonku berlanjut pada langkah kedua yaitu
kegiatan inti pembelajaran yakni melaksanakan tahap-tahap pelajaran berbicara
mendeskripsikan benda di sekitar kelas dengan alokasi waktu sekitar kurang lebih
45 menit. Adapun kegiatan adalah sebagai berikut. Guru memperkenalkan
pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda di sekitar kelas,Kegiatan
selanjutnya guru menjelaskan tentang prosedur pembelajaran yang akan dilakukan
siswa.
Kemudian guru mengatur posisi duduk siswa menjadi berkelompok setiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, pembagian kelompok ini disesuaikan
dengan tempat duduknya namum dicampur setiap kelompoknya antara siswa
perempuan dan siswa laki-laki. Setelah semua duduk dengan rapi dan tertib, guru
mengeluarkan beberapa gambar yang berhubungan dengan benda yang ada di
sekitar kelas. Gambar tersebut dipegang oleh guru dan siswa memperhatikan.
bertanya jawab kemudian guru memberikan contoh cara mendeskripsikan benda
secara lisan.
Setelah siswa benar-benar paham. Guru meberikan karton berbentuk
prisma segi tiga, sisi depan diberi nomor berupa nomor 1-5 dan tulisan sedangkan
sisi belakangnya berupa sebuah benda disekitar kelas, pada setiap kelompok.
Setiap siswa dalam kelompok bergiliran memilih nomor dengan cara menusuk
nomor yang diinginkan. Setelah diberi waktu beberapa saat siswa tersebut mulai
mendeskripsikan benda yang ada pada gambar secara lisan dan anggota dalam
kelompoknya yang lain menebaknya. Siswa yang berhasil menebak mendapat
giliran untuk memilih nomor dan mendeskripsikannya. Begitu seterusnya sampai
semua anggota kegiliran mendeskripsikan.
Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
sama untuk memikirkan kalimat-kalimat yang tepat dan memadukan kalimat
dengan kalimat sehingga menjadi sebuah deskripsi yang runtut. Guru memberikan
penjelasan teknik mendeskripsikan benda dengan berdiskusi menggunakan
metode tebak kata dengan media kancing, Kancing-kancing dalam kotak
dibagikan pada siswa masing-masing mendapat dua buah kancing. Semua anggota
kelompok harus mengemukakan deskripsi dari kata yang dipilihnya dengan cara
menoblos nomor yang disukainya berupa kalimat yang tepat untuk menjelaskan
kata yang dipilih menjadi kalimat yang padu untuk di tebak oleh temannya.
Jika salah satu temanmu sedang berbicara mengemukakan pendapatnya,
maka siswa yang lain harus mendengarkan pendapat teman tersebut dan yang
telah berbicara mengemukakan pendapatnya harus menyerahkan salah satu
kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengan kelompok. Jika kancing yang
dimiliki seorang siswa telah habis, dia tidak boleh berbicara untuk membuat
tebakan lagi sampai rekan-rekannya juga menghabiskan kancing mereka. Jika
kancing yang dimiliki oleh siswa dalam satu kelompok sudah habis, sedangkan
tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagikan
kancing lagi dan prosedur atau caranya diulangi lagi. Guru menugaskan siswa
Setelah mendeskripsikan dalam kelompok siswa mendeskripsikan benda di
depan kelas secara individu. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi
siswa yang mengalami kesulitan.
Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan bersemangat guru
menyuruh siswa untuk menyanyikan lagu disini senang di sana senang sebagai
penyemangat karena siswa yang bisa mendeskripsikan dengan tepat akan
mendapatkan penghargaan sebagai umpan balik dan penguatan agar siswa lebih
baik lagi dalam mendeskripsikan.
Langkah terakhir adalah kegiatan akhir pembelajaran dengan alokasi
waktu sekitar 10 menit. Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran
setelah itu menutup pelajaran.
Selanjutnya kegiatan pada siklus II, kegiatan tidak jauh berbeda dengan
siklus I namun yang membedakan adalah dalam pembagian kelompok dan
pengondisian siswa yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, pada siklus II
siswa yang mengobrol atau tidak focus pada pembelajaran akan diberi hukuman
atau sanksi. Siswa sangat senang dalam setiap pembelajaran. Hal tersebut
diperkuat dengan hasil belajar siswa yang menunjukan peningkatan dan
perubahan yang sangat baik pada setiap siklusnya.
Diketahuai bahwa hasil kinerja guru pada setiap siklus mengalami
peningkatan yang bertahap. Untuk kinerja guru pada siklus I mencapai 40% dan
pada siklus II mencapai 84% terdapat peningkatan pada kinerja guru. Sedangkan
untuk aktivitas siswa pada siklus Iterdapat 52% berkategori bagus, 43% kategori
cukup dan 5% kategori kurang sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan
yakni 71% berkategori baik, 29 % berkategori cukup. Dengan demikian,
penerapan metode permainan tebak kata ini memberikan perubahan yang positif
terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hasil
tersebut dilihat dari hasil tes pada setiap siklus . Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbicara
tebak kata telah mampu memperbaiki aktivitas siswa, kinerja guru serta
kemampuan siswa. Hasil belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan.
Hasil tersebut dilihat dari hasil tes pada setiap siklus. Pada siklus I hasil belajar
siswa mencapai 67% atau 14 orang siswa yang tuntas, sedangkan setelah
dilakukan perbaikan pada siklus II, hasil belajar siswa meningkat menjadi 86%
atau 18 siswa yang tuntas dari 21 siswa. Hasil tersebut menunjukan bahwa hasil
belajar siswa sudah mencapai target yang telah ditentukan yaitu 75% siswa yang
tuntas. Dengan demikian, penerapan metode permainan tebak kata ini sangat tepat
dijadikan solusi untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
berbicara di kelas I SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten
Sumedang.
B. Saran
Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan
pada siswa kelas 1 SDN Cibodas I Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten
Sumedang dalam upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan
menerapkan metode permainan tebak kata, maka peneliti mengajukan saran
sebagai berikut.
a. Bagi Guru
Guru hendaknya memonitor dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan dalam menerapkan metode tebak kata, Guru hendaknya memotivasi
siswa dan menyajikan pembelajaran semenarik mungkin agar minat siswa
tumbuh dengan menyediakan variasi tema , membentuk kelompok diskusi dan
memberikan reward atau punishment. Guru hendaknya selalu menasehati siswa
agar mau berbicara.
b. Bagi Siswa
Siswa hendaknya selalu aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran,
karena suatu pembelajaran akan berhasil jika pelaku pembelajarannya mempunyai
c. Bagi Kepala Sekolah
Hendaknya pihak sekolah selalu memberi motivasi kepada guru dengan
jalan antara lain memberi penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerjanya
dengan baik. Hendaknya pihak sekolah mencukupi sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran.
d. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lainnya
yang akan melkukan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan teknik
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Artati. Y. Budi, 2004. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.
Depdiknas, (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Djuanda, Dadan. (2008) Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar.Bandung: Pustaka Latifah.
Haryadi, Zamzani.1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Jakarta : Depdikbud.
Hermawan, Ruswandi, dkk. ( 2006 ). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS.
Kasbuloh, Kasihani .(1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Depdikbud.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Moleong, Lexy.(2002). Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Resmini,Novi,Dra.2009.Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.Bandung: UPI Press
Suyatno, (2005) Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya :Grasindo
Susilana,Rudi. (2009) Media Pembelajaran. Bandung: CV Wahana Prima.
Suprijonoi, dkk. 2005. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Jakarta: Pustaka Pelajar .
Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur ,1986, Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa,Bandung: Angkasa
Tarigan, Djago dkk., 1986, teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Bandung:Angkasa.