• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SISTEM PENGAWASAN PENDIDIKAN MELALUI PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN YANG DILAKUKAN PENGAWAS DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR : Studi Analisis pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SISTEM PENGAWASAN PENDIDIKAN MELALUI PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN YANG DILAKUKAN PENGAWAS DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR : Studi Analisis pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupa"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SISTEM PENGAWASAN PENDIDIKAN

MELALUI PELAKSANAAN SUPERVISI

PENGAJARAN YANG DILAKUKAN PENGAWAS

DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KUALITAS

KINERJA GURU SEKOLAH DASAR

( Studi Analisis pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

OLEH: TITI WINARTI

NIM:009599

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbin;

Prof. Dr. H. Tb. Abi

NIP.

Pembimbing I!

Makmun, MA

Prof. Drs. m. Aas Syaefuddin, MA

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN

KETUA PROGRAM STUDI ADMINTSTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Prof. Dr. H. Tb. Abirf

NIP

(4)

Sesungguhnya Allah selalu mengawasi

segala perbuatan yang kita lakukan

"Dan Allah Maha meiihat apa

yang kamu kerjakan"

(5)

ABSTRAK

Titi Winarti, 2002, Permasalahan yang diteliti yaitu

bagaimana "Pengaruh Sistem Pengawasan Pendidikan Melalui Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Yang Dilakukan Pengawas dan Kepala Sekolah Terhadap Kualitas Kinerja Guru Sekolah Dasar (Studi Analisis pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan

Padaherang Kabupaten Ciamis)".

Kepala Sekolah sebagai atasan langsung guru mutlak hams melaksanakan pengawasan atasan langsung/melekat. Begitu pula dengan

pengawas TK,SD, sebagai pejabat fungsional mutlak melaksanakan pengawasan fungsional. Pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (KBM) hendaknya menaruh perhatian yang utama kepada peningkatan kemampuan profesional guru atau kualitas kinerja guru yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas KBM. Konsep ini dalam literatur administrasi pendidikan disebut sebagai kegiatan supervisi pengajaran. Supervisi pengajaran apabila dilaksanakan

secara efektif akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kinerja guru.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran terhadap kualitas kinerja guru sekolah dasar.

Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif. Data

diperoleh melalui angket/kuesioner, wawancara, studi dokumentasi dan studi bibliografi. Dianalisis secara kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan pengawas dan kepala sekolah belum optimal memahami peranannya sebagai supervisor pengajaran,

melaksanakan supervisi pengajaran melalui prosedur pelaksanaan

supervisi pengajaran yang telah ditetapkan yaitu perencanaan/persiapan,

pelaksanaan dan evaluasi atau tindak lanjut, disamping itu pula masih

terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi pengawas dan kepala

sekolah dalam pelaksanaan supervisi. Kemampuan guru pun baik dilihat dari kemampuan profesional, kemampuan pribadi maupun kemampuan

sosial belum optimal.

Kondisi diatas didukung oleh temuan lain yaitu pelaksanaan

supervisi pengajaran baik secara parsial maupun bersama-sama antara kepala sekolah dan pengawas mempengaruhi kualitas kinerja guru secara signifikan. Agar peningkatan kualitas kinerja guru lebih baik.

Direkomendasikan dalam pelaksanaan supervisi pengajaran perlu ada

peningkatan yaitu persiapan dilakukan dengan pihak yang disupervisi,

pelaksanaan hams lebih mengutamakan pembinaan secara individual dan pada kolektif/kelompok dan kegiatan tindak lanjut hams dilaksanakan segera setelah kegiatan supervisi pengajaran. Begitu pula karena ilmu

pengetahuan dan teknologi setiap hari terus berkembang, maka guru

(6)

ABSTRACT

Titi Winarti 2002, the problem investigated is "The Effect of

Implementing

the' Education

Supervision

System

Through

The

Implementation of Teaching Supervision Conducted By The Supervisor and

The Principal Towards the Quality of Elementary School Teachers Performance (An Analyse Study at Ciamis sub-district, C.saga sub-d.stnct and Padaherang sub-district, Ciamis Regency)".

The principal as a direct superior of teacher has absolutely to carry out the direct or adhered supervision. As well as the supervisor, a functional

position of Kindergarten School and Elementary School has absolutely to

carry out the functional supervision. Supervising towards the implementation

of teaching-learning activity has also to pay a major attention to the

Improvement of teacher's ability as a professional staff or he quahty of

teacher's performance in which furthermore w.ll .mprove the

teaching-learning quality. This concept, as stated in the literature of educational

administration, is called as a teaching supervision activity. The central theme therefore, in this investigation is about the effectiveness of implements the education inspection system through the implementation of teaching

supervision conducted by the supervisor and the pnncpal as an effort to

imDrove the quality of teacher's performance.

The purposes of this investigation are to obtain the descnptive view about the effect of implementing the education supervision system through the teaching supervision implementation, and to recognize of how the condition of teacher's performance at Elementary School relating to the

implementation ofteaching supervision. HM™nw

The investigation method used in this investigation was descriptive

method The data obtained from the questionnaires, interview, observation, and documentation study were then analyzed qualitatively with percentage

The results of this investigation showed that the supervisor and the principal had not understood their roles optimally as the teaching supervisor,

implementing a teaching supervision through the standardized teaching

supervision procedures namely planning/preparation, implementation and

evaluation or follow-up, moreover there were still obstacles faced by the

supervisor and the principal in implementing teaching supervision. The

teacher's ability viewed either from professional competence, personal

competence or social competence had not been optimal.

The condition above were supported by the other findings namely the implementation of teaching supervision either partially or cooperatively between the principals and the supervisors affecting the quality of teachers

competence significantly. In order the improvement of teachers' performance

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ••

KATA PENGANTAR ••••••••

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR IS! V'"

DAFTAR TABEL .

DAFTAR BAGAN ..

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masaiah 11

17

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian 18

21

E. Asumsi-asumsi

22

F. Hipotesis

G. Kerangka Berpikir 22

26

H. Metode Penelitian

I. Lokasi dan sumber data 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Administrasi Pendidikan 28

B. Pengawasan Pendidikan dalam Administrasi

31

Pendidikan

C. Peran dan Ruang Lingkup Supervisi Pengajaran 46

D. Fungsi dan Peran Pengawas Sekolah 73 E. Fungsi dan Peran Kepala Sekolah Dasar 74

F. Konsep Kualitas Kinerja Guru 86

G. Hubungan Antara Pelaksanaan Supervisi Pengajaran

dengan Kualitas Kinerja Guru 98

(8)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian 109

B. Sumber Data 112

C. Alat Pengumpul Data 115

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 119

E. Prosedur Pengolahan Data 125

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

A. Hasil Penelitian 129

B. Pembahasan Hasil Penelitian 149

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

159 A. Kesimpulan

B. Implikasi 160

C. Rekomendasi 161

DAFTAR PUSTAKA 166

LAMPIRAN-LAMPIRAN 171

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Klasifikasi SD Berdasarkan Rata-Rata NEM Tahun

2000/2001 Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten 5

Ciamis

3.1 Populasi Penelitian 113

4.1 HasilSeleksi Data 130

4.2 Test of Normality Variable X1, X2 and Y 135

4.3 Persamaan Regresi 138

4.4 Anova 139

4.5 Coefficients 139

4.6 Persamaan Regresi 14°

4.7 Anova 141

4.8 Coefficients 141

4.9 Persaman Regresi 142

4.10 Anova 142

4.11 Coefficients 142

4.12 Korelasi Pearson 145

4.13 Uji Signifikansi 145

4.14 Korelasi Pearson 147

4.15 Uji Signifikansi 147

4.16 Indeks Determinasi 148

(10)

Bagan

1.1

2.1

2.2

DAFTAR BAGAN

Halaman

Kerangka Berfikir

Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 30

Perilaku Supervisi Pengajaran 54

2.3 Keterkaitan Komponen-Komponen Pendidikan Dalam

Pelaksanaan Supervisi Pengajaran 57

2.4 Kriteria Keberhasilan Produktivitas Pendidikan 98 2.5 Hubungan Antara Efektivitas Pelaksanaan Supervisi

Pengajaran Dengan Kualitas Kinerja Guru 104

4.1 Gambaran Umum XI 132

i o n

4.2 Gambaran Umum X2 '•"

4.3 Gambaran umum X3 1J •

4.4 Q-Q Plot Variabel XI 136

4.5 Q-Q Plot Variabel X2 137

4.6 Q-Q Plot Variabel Y 138

4.7 Struktur Hubungan Antara Variabel XI, X2 dan Y 144

(11)

DAFTAR LAM PI RAN

No Hal.

Lamp.

1 Kisi-Kisi Penelitian 173

2 Kisi-Kisi Angket 176

3 Angket 179

4 Hasil Uji Validitas 196

5 Hasil Uji Reliabilitas 204

6 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian 206

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Beiakang Masalah

Arus globalisasi akan menyentuh seluruh bidang kehidupan

sebagai akibat lancarnya arus transportasi, perkembangan teknologi,

perdagangan internasional, arus informasi dan canggihnya alat-alat

komunikasi. Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi bangsa

Indonesia dalam mempertahankan kebudayaan dan kepribadiannya.

Oleh sebab itu segala usaha guna mempertinggi kualitas bangsa

Indonesia harus dipersiapkan.Salah satu wahana untuk meningkatkan

kualitas bangsa Indonesia adalah melalui pendidikan, karena

melalui pendidikanlah kualitas sumber daya manusia dapat dibina dan

ditingkatkan, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang

bermakna bagi kualitas manusia Indonesia yang mampu bersaing

pada era globalisasi.

Dalam Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999

dan Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dinyatakan bahwa pada hakekatnya tujuan pendidikan

nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Secara rinci pada

pasal 4 Undang-undang R.I. No 2 tahun 1989 tentang Sistem

(13)

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan GBHN dan UUSPN di atas, pendidikan yang diselenggarakan di sekolah memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan dimana keberhasilan pendidikan di sekolah dasar diharapkan akan menjadi pijakan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya bahkan kualitas pendidikan sekolah dasar akan sangat mempengaruhi terhadap pencapaian keberhasilan tujuan pendidikan yang akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Karenanya diperlukan pengelolaan yang mantap dan

disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah pada

dasarnya mencakup kegiatan: " perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan" (Engkoswara, 2001:2, Dachnel Kamars, 1985).

Ketiga kegiatan itu merupakan fungsi pokok administrasi pendidikan, di mana sebagai suatu sistem satu sama lain tidak

dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan dan pengelolalan

(14)

Bidang Garapan administrasi pendidikan mencakup penataan sumber daya yang mendukung penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, yaitu: "Sumber daya manusia (guru dan siswa), sumber fasilitas, dana dan sumber belajar (kurikulum)" ( Engkoswara,2001:3).

Pengawasan sebagai salah satu fungsi administrasi pendidikan, bertujuan: "untuk menjaga dan mendorong agar pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah dapat berjalan lancar, berhasil guna, dan tepat guna sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku" (Depdikbud, 1987). Fungsi pengawasan mengandung unsur pembinaan yang dapat dimaknai

sebagai supervisi, M. Rifa'i (1982:11) mengemukakan :

Pengawasan mempunyai arti luas, tidak hanya dalam arti melihat/memperhati apa yang terjadi dan bagaimana terjadinya, tetapi mengandung juga mengendalikan yaitu mengusahakan agar kegiatan benar-benar sesuai dengan rencana dan tertuju kepada pencapaian hasil yang telah ditentukan. Karena itu pengawasan ini diartikan kontrol. Kontrol dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mengusahakan agar kegiatan suatu organisasi terbimbing dan terarahkan kepada

tujuan yang telah direncanakan.

Bertolakdari tujuan pelaksanaan pengawasan pendidikan di atas, maka dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan khususnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, perlu diadakan

pengawasan pendidikan dalam arti pembinaan ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Pihak-pihak yang diberi wewenang melakukan pengawasan pendidikan dalam arti pembinaan, hams lebih menitik

(15)

gurulah sebagai pelaksana langsung kegiatan belajar mengajar. Bahkan "kualitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru-guru" (Castetter 1981, Oteng Sutisna, 1987), oleh karena itu pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar hendaknya menaruh perhatian yang utama kepada peningkatan kemampuan profesional

guru yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas kinerja guru

(Alfonso, 1981).

Dengan demikian keberhasilan atau kualitas pendidikan sangat bergantung pada faktor kualitas kinerja guru. Berbicara mengenai kualitas pendidikan di Indonesia pada semua jenjang persekolahan,

Nurtain (1989:75-76) mengemukakan bahwa:

Semua kita sudah mengetahui bahwa mutu pendidikan kita

masih mengalami penurunan kualitas yang memprihatinkan, bukan saja di tingkat Sekolah Dasartetapi juga sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, bahkan sudah menjalar

sampai Tingkat Perguruan Tinggi.

Menurunnya kualitas pendidikan pada semua jenjang persekolahan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan tantangan dan masalah yang dihadapkan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah, terutama guru sebagai pelaksana langsung kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa peranan guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah sangat penting

(16)

Salah satu indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah digambarkan oleh

pencapaian nilai evaluasi belajar tahap akhir. Berdasarkan statistika rata-rata (dalam klasifikasi SD Dinas Pendidikan

Kabupaten Ciamis) menginformasikan NEM SD Tahun 2000/2001 diklasifikasikan dengan; baik sekali (kode A, rentang rata-rata <8,00);

baik (kode B, rentang 7,00 > rata-rata < 7,99); sedang (kode C, rentang 6,00 > rata-rata < 6,99); kurang (kode D, rentang 5,00 > rata-rata < 5,99); dan kurang sekali (kode E, rata-rata < 4,99).

Adapun gambaran nyata itu dapat ditunjukan pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Klasifikasi SD Berdasarkan Rata Rata NEM Tahun 2000/2001

Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis

NO KRITERIA JUMLAH SD %

1 BAIK SEKALI 0 0 %

2 BAIK 320 27,49 %

3 SEDANG 807 69,32 %

4 KURANG 37 3,19%

5 KURANG SEKALI 0 0 %

J UM LAH 1.164 100 %

Sumber: Diadaptasi dari Dokumen Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis

(2002)

(17)

Kabupaten Ciamis pada tahun 2000/2001 tampak pada kisaran, baik

sekali (0,%); baik (27,49%); sedang (69,32 %); kurang (3,19%);

dan kurang sekali (0%). Tabel tersebut memberikan gambaran

bahwa hasil belajar mengajar berdasarkan NEM SD di Kabupaten

Ciamis masih belum mencapai angka yang memadai sesuai

harapan. Pencapaian hasil pendidikan sekolah dasar di Kabupaten Ciamis sebagaimana pada gambar di atas tentu tidak bisa lepas dari kualitas kinerja guru sekolah dasar. Mulai Tahun

Pelajaran 2001/2002 EBTANAS di Sekolah Dasar diganti dengan UAS (Ujian Akhir Sekolah), program ini akan berhasil apabila ditunjang oleh guru-guru yang berkualitas, yaitu guru-guru yang

mampu mandiri dalam menghadapi inovasi pendidikan. Karena guru merupakan agen perubahan atau garda depan pendidikan. Masalah kualitas kinerja guru apabila tidak segera diantisipasi akan berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Kenyataan ini merupakan tantangan yang dihadapkan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pembinaan guru sebagai pelaksana langsung kegiatan belajar mengajar.

(18)

7

Begitu pentingnya kualitas kinerja guru bagi keberhasilan

pendidikan, maka peningkatan kualitas kinerja guru harus menjadi skala prioritas dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pembinaan yang diberikan kepada guru harus dapat meningkatkan kemampuan guru yang meliputi pengetahuan, wawasan, kreativitas, komitmen, serta disiplin sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolahh dapat berlangsung baik, berdaya guna

dan berhasil guna.

Para teoritis kepemimpinan telah banyak menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional dan memiliki kualitas kinerja yang baik apabila seseorang tersebut memiliki kemampuan {ability), dan motivasi {motivation), dalam spesifikasinya dapat dilihat dari kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, mengelola

proses belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan metoda pengajaran, penguasaan dalam menggunakan teknik evaluasi,

komitmen guru dalam melaksanakan tugas.kreativitas.disiplin kerja dan kemampuan guru berhubungan dengan orang lain. Apabila dikelompokan maka ada tiga kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap setiap guru yaitu (1) Kemampuan Profesional {Profesional Competency), (2) Kemampuan Pribadi {Personal Competency) dan, (3) Kemampuan Sosial {Social Competency). Hal itu hanya bisa terwujud melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan

(19)

Untuk meiihat, menilai dan membina agar guru melaksan

tugas dan fungsinya dengan maksimal, maka perlu

diiaksanakannya pengawasan pendidikan yang efektif. Ruang

lingkup pengawasan pendidikan meliputi kegiatan yang bertujuan

untuk: " mengidentifikasi, memantau, menilai dan melakukan

diagnosa terhadap apa yang terjadi dalam proses pendidikan mulai dari lingkup sekolah (mikro) sampai lingkup nasional (makro)"

(Dedi Supriadi: 1997).

Pengawasan dalam arti pembinaan termasuk "kegiatan

administrasi personil yang merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan" (Castetter, 1981). Pihak yang seharusnya berperan dalam pengawasan dalam arti pembinaan guru dalam mengajar

atau melaksanakan fungsi supervisi pengajaran adalah ada dua kelompok yang diidentifikasi sebagai pelaksana pengawasan

pendidikan, yaitu: (1) pimpinan organisasi atau lembaga satuan pendidikan, yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan

pengawasan melekat (waskat), serta (2) aparat pengawasan

fungsional, yaitu orang-orang yang berdasarkan fungsi dan jabatannya memiliki tugas melakukan pengawasan.

Meiihat uraian di atas maka pelaksana pengawasan

(20)

pengawas sekolah dituntut mampu melaksanakan pengawasan

pendidikan yang baik. Tadi sudah dijelaskan pengawasan dalam arti

pembinaan guru dimaknai supervisi pengajaran.

Sekarang yang menjadi persoalan ialah apakah pengawasan

pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran telah

dilaksanakan secara efektif oleh pengawas dan kepala sekolah?.

Pengawasan

pendidikan

melalui

supervisi pengajaran dapat

dikatakan baik dan efektif jika pengawas dan kepala sekolah

sebagai pembina pengajaran mampu meningkatkan kualitas kinerja

guru melalui supervisi pengajaran.

Hal tersebut tidak dapat

dipisahkan dari pemahaman atau persepsi pengawas dan kepala

sekolah tentang hakekat dan fungsi supervisi pengajaran. Sebab

tanpa pemahaman dan persepsi yang jelas tentang hakekat dan

fungsi

supervisi

pengajaran

oleh pengawas dan

kepala

sekolah, mustahil mereka dapat melaksanakan supervisi pengajaran

secara efektif.

"Supervisi pengajaran merupakan salah satu fungsi

pengawasan yang sangat khusus merupakan layanan dan bantuan

yang diberikan kepada guru agar dapat melaksanakan tugas

mengajar secara lebih baik (Oteng Sutisna, 1987)". Lebih jauh

Oteng Sutisna (1987) mengemukakan bahwa:

supervisi yang baik hendaknya mengembangkan

(21)

atau membantu guru meningkatkan kemampuanmb

hasil pekerjaannya. V

Glickman (dalam Ibrahim Bafadal, 1992:2) mengem

" supervisi pengajaran adalah serangkaian kegiatan membantu

guru mengembangkan kemampuannya mengelola kegiatan belajar

mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran ".

Meiihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran bisa dilaksanakan pengawas dan kepala sekolah untuk

membantu guru semakin profesional dalam mengelola kegiatan

belajar mengajar.

Pengawas dan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi

pengajaran pengajaran agar efektif mencapai sasarannya diperlukan

langkah-langkah dalam pelaksanaannya yaitu: (1) perencanaan/

persiapan supervisi, (2) pelaksanaan program supervisi, dan (3)

evaluasiatau tindak lanjut. Dalam hal ini Oteng Sutisna (1987:237)

mengemukakan:

Kegiatan supervisi harus disusun dalam bentuk program

yang merupakan kesatuan yang direncanakan dengan teliti dan ditujukan kepada perbaikan situasi belajar mengajar. Hanya dengan begitu maksud-maksud, pelaksanaan pelaksanaan dan

koordinasi bisa tercapai.

Berdasarkan isu strategis berkenaan dengan

pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh pengawas sekolah dan kepala sekolah sekarang ini masih banyak kasus,

dimana pengawas dan kepala sekolah yang melaksanakan supervisi

(22)

11

dan administrasi dari pada substansi kependidikan, melaksanakan

supervisi pengajaran sambil ialu, tidak direncanakan

teriebih

dahulu, dan tidak diikuti dengan tindak lanjut.

Kondisi pelaksanaan supervisi pengajaran seperti disinyalir

tersebut di atas, merupakan pembinaan profesional gum oleh para

pembina dalam hal ini pengawas sekolah dan kepala sekolah masih

merupakan kegiatan pengawasan dan bimbingan rutin, yaitu kegiatan

yang

dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan administrasi

sekolah, tugas rutin

oleh guru-guru, ketertiban, disiplin dan

kebersihan sekolah serta menasehati guru agar selalu siap

menerima

dan melaksanakan setiap kebijakan dari atas sesuai

dengan kemampuannya. Kegiatan supervisi pengajaran seperti itu

tentu saja kurang efektif untuk mengatasi kesulitan profesional

yang dihadapi guru.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeinginan mengadakan

studi mengenai'pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui

pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan pengawas dan

kepala sekolah terhadap kualitas kinerja guru sekolah dasar di

Kabupaten Ciamis.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

(23)

12

pengawasan pendidikan harus dilaksanakan, karena apabila tidak

dilaksanakan maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan dan

atau pemborosan-pemborosan, sehingga cepat atau lambat akan

mengakibatkan

hancurnya

organisasi.

Dalam

organisasi

persekolahan pengawasan bukan untuk mencari siapa yang

melakukan kesalahan, tetapi lebih dititikberatkan pada usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan tugas

atau kegiatan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak

(Soejatmo, 1986).

Pengawasan merupakan suatu proses yang mana seorang

atasan atau pembina perlu mengetahui apakah hasil pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,

perintah,

tujuan

atau

kebijakan

yang telah ditentukan

(Handayaningrat, 1994). Begitu pula terhadap proses pembelajaran

pada sekolah dasar di Kabupaten Ciamis pengawasan itu telah

dilaksanakan oleh pengawas dan kepala sekolah melalui

pelaksanaan supervisi pengajaran. Telah dikemukakan juga dalam

proses pembelajaran yang paling menentukan adalah faktor guru.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

kualitas kinerja guru baik melalui penataran, pelatihan, maupun

pemberdayaan KKG, namun tetap kualitas kinerja guru yang

diharapkan belum terpenuhi secara maksimal. Hal ini disebabkan

(24)

13

kemampuan, motivasi juga faktor lingkungan yang kondusif, yaitu

dengan diadakannya pengawasan pendidikan berupa bimbingan,

pembinaan dan dorongan secara terus menerus agar guru dapat

meningkatkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan mutu

pendidikan dan pelayanan. Hal ini perlu diupayakan secara

terus

menerus untuk meningkatkan kualitas pelaksanaannya, oleh karena itu pengawasan pendidikan melalui supervisi pengajaran harus

mengutamakan efektivitas dalam pelaksanaannya.

Sistem pengawasan pendidikan terdiri dari sub-sub sistem

yang satu sama lain saling menunjang dan tidak bisa

dipisah-pisahkan. Sub sistem pengawasan itu dapat berupa pengawasan

langsung, pengawasan tidak langsung, pengawasan atasan

langsung/pengawasan melekat, dan pengawasan fungsional.

Masing-masing sub sistem itu dapat berkedudukan sebagai pengawasan

internal dan pengawasan eksternal. Dalam penelitian ini

pengawasan

dilakukan oleh kepala sekolah sebagai atasan

langsung/pengawasan

melekat dan pengawasan oleh aparat fungsional yaitu pengawas TK.SD. Pengawasan pendidikan baik yang dilakukan kepala

sekolah maupun pengawas dilaksanakan melalui supervisi

pengajaran. Supervisi pengajaran, adalah pembinaan dan bimbingan

kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan

ketrampilan

(25)

14

Efektivitas supervisi pengajaran sangat dipengaruhi oleh

langkah-langkah dalam pelaksanaannya yaitu: (1) Perencanaan/

persiapan diantaranya,

membuat program, menetapkan tujuan

dengan tidak melupakan latar belakang guru.kesulitan yang dihadapi

guru, (2) Proses pelaksanaan supervisi pengajaran dengan

menggunakan teknik-teknik supervisi yang dianggap cocok dengan

kebutuhan guru, orientasi pada teknis edukatif dengan perilaku

yang kondusif dan dilanjutkan dengan (3) Evaluasi atau kegiatan

tindak lanjut berupa pembicaraan individual, diskusi antara

supervisor dengan yang disupervisi terhadap masalah-masalah ke

arah peningkatan kemampuan guru.

Sedangkan kualitas kinerja guru adalah unjuk kerja atau hasil

kerja yang diperlihatkan guru, dimaksudkan disini berkaitan erat

dengan konsep kemampuan guru yakni, kemampuan dasar yang

harus dimiliki, dikuasai dan dijalankan guru dalam kegiatan belajar

mengajar. Pada Rumusan P3G Depdikbud Jakarta 1980, dikenal

dengan istilah 10 (sepuluh) Kompetensi Dasar yang harus dikuasai

guru yaitu :

1. Menguasai bahan ajar;

2. Mengelola proses belajar mengajar;

3. Mengelola kelas;

4. Menggunakan media/sumber belajar; 5. Menguasai landasan-landasan pendidikan; 6 Mengelola interaksi belajar mengajar;

7 Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran;

8. Mengenal fungsi dan program pelayanan dan bimbingan

(26)

15

9 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan

10' Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Hubungannya dengan kompetensi guru Cooper (dalam Atty

Resmiati,1998: 11) mengemukakan empat kompetensi guru yaitu: "(1)

mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia,

(2) mengetahui pengetahuan dan menguasai bidang studi yang

dibinanya, (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,

sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, (4)

mempunyai ketrampilan teknik mengajar".

Bertolak dari pendapat tersebut, maka kemampuan guru dapat dibagi ke dalam tiga bidang yaitu: (1) Kemampuan Profesional

{Profesional Competency), (2) Kemampuan

Pribadi

{Personal

Competency) dan (3) Kemampuan Sosial {Social Competency). Oleh karena itu pelaksanaan sistem pengawasan pendidikan melalui

pelaksanaan supervisi pengajaran, baik yang dilakukan pengawas

maupun kepala sekolah harus mengarah pada hal-hal tersebut.

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian ini adalah

bagaimana "Pengaruh Sistem Pengawasan Pendidikan Melalui

Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Yang Dilakukan Pengawas dan

Kepala Sekolah Terhadap Kualitas Kinerja Guru Sekolah Dasar di

Kabupaten Ciamis".

(27)

16

ini adalah berkisar tentang bagaimana pelaksanaan supervisi sebagai

salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kinerja guru.

Supervisi sebagai salah satu fungsi manajemen pendidikan di

lingkungan persekolahan dapat memberikan kontribusi terhadap

pengendalian mutu kegiatan pembelajaran melalui bimbingan profesional

yang diberikan pada guru.

Bimbingan profesional yang dimaksudkan adalah pemberian kesempatan yang luas kepada guru untuk tumbuh dan berkembang dalam memperbaiki kinerjanya yaitu menyempumakan proses belajar para

siswanya.

Mingingat luasnya permasalahan penelitian ini, maka untuk

memudahkan dalam pengkajiannya penulis membatasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui

pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan Pengawas TK.SD terhadap kualitas kinerja guru sekolah dasar pada

Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan

Padaherang Kabupaten Ciamis?

2. Bagaimana pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui

pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan kepala sekolah

terhadap kualitas kinerja guru sekolah dasar pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang

(28)

17

3. Bagaimana pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui

pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan pengawas

TK,SD dan kepala sekolah terhadap kualitas kinberja guru sekolah

dasar di Kabupaten Ciamis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pegangan atau

pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya,

sehubungan dengan hal ini suharsimi Arikunto (1997:4) menyatakan

bahwa :" Tujuan penelitian yaitu rumusan kalimat yang menunjukkan

adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian yang dilakukan

selesai".

Adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkapkan secara

empirik tentang pengaruh pelaksanaan sistem pengawasan

pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang

dilakukan Pengawas TK,SD dan Kepala Sekolah terhadap kualitas

kinerja guru.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini lebih mempokuskan kepada:

a. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengawasan pendidikan

(29)

18

Pengawas TK,SD terhadap Kualitas kinerja guru sekolah dasar pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan

Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

b. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengawasan

pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan Kepala Sekolah Dasar terhadap Kualitas kinerja guru sekolah dasar pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis. c. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengawasan pendidikan

melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan Pengawas TK,SD dan Kepala Sekolah Dasar terhadap Kualitas kinerja guru sekolah dasar pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupaten

Ciamis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bersifat analitis deskriptif dengan sasaran pengaruh

sietm pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran

yang dilakukan oleh Pengawas TK.SD dan Kepala Sekolah Dasar

terhadap kualitas kinrja guru sekolah dasar di Kabupaten Ciamis

(30)

19

pelaksanaan supervisi pengajaran mutlak dilaksanakan sebagai

upaya agar tujuan pendidikan seperti yang diharapkan dapat tercapai,

oleh karena itu dipandang perlu dilakukan penelitian dengan menekankan pentingnya penelitian ditinjau dari dua aspek yaitu

1. Aspek Teoritis

Dalam penelitian ini dikaji dan dikembangkan makna dan

hakekat pengawasan pendidikan melalui kegiatan supervisi

pengajaran yang diharapkan ada manfaatnya terhadap

pengembangan teori supervisi pengajaran sebagai bagian dari

ilmu Administrasi Pendidikan.

Dari penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya wawasan berpikir dan khasanah keilmuan terutama dalam

memperdalam dan memperluas kajian terhadap pelaksanaan

sistem pengawasan pendidikan melalui supervisi pengajaran,

sehingga terlaksana secara efektif dan akan mewarnai

terhadap kualitas kinerja guru.

Secara praktis penelitian ini untuk mengetahui kondisi

kualitas kinerja guru sekolah dasar dilihat dari (1) kemampuan profesional guru,(2) kemampuan pribadi guru.dan (3) kemampuan

sosial guru. Selain itu penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sistem

pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran di

sekolah dasar. Pelaksanaan supervisi pengajaran dimaksud melalui

(31)

20

tindak lanjut supervisi pengajaran yang dilakukan pengawas dan

kepala sekolah sebagai upaya peningkatan kualitas kinerja guru

sekolah dasar pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan

Kecamatan Padaherang di Kabupaten Ciamis.

2. Aspek Praktis Operasional

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

pemikiran terhadap perbaikan pelaksanaan supervisi pengajaran

sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas

kinerja

guru di sekolah dasar.

Selain itu jawaban atas pertanyaan

penelitian ini dapat dijadikan landasan yang kokoh bagi

para

supervisor pendidikan dalam menentukan kebijaksanaan yang

menyangkut pelaksanaan supervisi pengajaran dalam upaya

pembinaan kualitas kinerja guru sekolah dasar.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan pengembangan sumber daya Kepala

Sekolah Dasar dan Pengawas Sekolah di masa yang akan datang

selain itu penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi kondisi

lapangan yang sebenarnya, sehingga mengungkapkan berbagai

masalah secara objektif dan memberikan alternatif solusi masalah

yang berkenaan dengan efektivitas pelaksanaan sistem pengawasan

pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran dan berbagai

upaya yang berkenaan dengan kualitas kinerja guru.

(32)

21

otonomi daerah merupakan harapan bagi dunia pendidikan di

Kabupaten Ciamis, dimana daerah bisa menetapkan berbagai

kebijakan sehingga pelaksanaan sistem pengawasan pendidikan di

Kabupaten Ciamis dapat berjalan secara efektif, baik melalui

pembinaan terhadap para

pelaksana

pengawasan,

aspek

pengawasan maupun teknis pengawasan. Juga berbagai upaya

kebijakan untuk meningkatkan kualitas kinerja guru sekolah dasar.

E. Asumsi-asumsi

Beberapa asumsi yang menjadi landasan daiam penelitian ini adalah :

1. Supervisi pendidikan yang dilakukan secara profesional dapat

menciptakan kultur organisasi yang profesional dan jaminan mutu

yang diinginkan (Moh. Fakry Gaffar, 1994: 5).

2. Tingkat keberhasilan

pendidikan di sekolah dalam memberi

pelayanan-pelayanan dengan

penggunaan berbagai sumber

secara efisien sebagian besar akan bergantung kepada kualitas

kinerja personil yang

menjalankan proses pendidikan (Oteng

Sutisna, 1987: 122).

3. Pelaksanaan supervisi yang efektif mempunyai pengaruh yang

besar dalam membangkitkan dan memelihara gairah kerja

pegawai untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi (Oteng

(33)

22

F. Hipotesis

Atas dasar masalah yang diteliti, penulis merumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sistem pengawasan Pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang

dilakukan pengawas TK,SD terhadap kualitas kinerja guru.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sistem pengawasan

pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang

dilakukan kepala sekolah terhadap kualitas kinerja guru.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sistem pengawasan

pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang

dilakukan pengawas TK.SD dan kepala sekolah terhadap kualitas

kinerja guru.

G. Kerangka Berpikir

Dalam penjelasan pasal 52 UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakankan bahwa Pemerintah

berkewajiban membina perkembangan pendidikan nasional dan oleh

sebab itu wajib mengetahui keadaan satuan dan kegiatan

pendidikan baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah sendiri

maupun oleh masyarakat. Lebih jauh dalam UUSPN dijelaskan bahwa

(34)

23

binaan, dorongan, dan

diharapkan

terus

menerus dapat

meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya.

Dalam Instruksi Presiden Rl No 1 Tahun 1989 tentang

pedoman pelaksanaan pengawasan melekat dijelaskan bahwa

pengawasan melekat, adalah serangkaian kegiatan yang

bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh

atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif dan

represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan

secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan atau peraturan perundang-undangan yang beriaku.

Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan

oleh aparat pengawasan secara fungsional. Pelaksanaan

pengawasan pendidikan diatur dalam Keputusan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 118/1996 tanggal 30

Oktober 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah

dan Angka Kreditnya. Dalam keputusan itu dinyatakan bahwa

pengawas pendidikan pada jenjang

pendidikan

dasar

dan

menengah dilakukan oleh pengawas sekolah berdasarkan empat

bidang

pengawasan

yang

terdiri atas :

(1) TK/RA/BA,

SD/MI/MD, SDLB; (2) Rumpun Mata Pelajaran / Mata Pelajaran; (3)

Pendidikan Luar Biasa; dan (4) Bimbingan dan Konseling.

(35)

24

Pengawas Sekolah TK.SD untuk jenjang sekolah dasar dan

Pengawas Sekolah Rumpun Mala Pelajaran untuk jenjang

sekolah lanjutan tingkat pertama.

Fungsi pengawasan mengandung unsur pembinaan, dalam

Pengawasan termasuk bidang garapannya adalah pembinaan

profesional guru (supewisi pengajaran) untuk meningkatkan kualitas

Pe.aksanaan proses belajar menga,ar di sekolah (Oteng Sutisna,

1987:103). Maka untuk melaksanakan pembinaan agar kegiatan

belajar mengajar di dalam kelas sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, bisa dilaksanakan dengan supervisi pengajaran.

Produktivitas pendidikan yang optimal harus diwujudkan, maka

baik langsung maupun tidak langsung hal ini memiliki implikasi

terhadap kualitas kinerja guru. Berdasarkan hal tersebut, efektivitas

pelaksanaan sistem pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan

supervisi

pengajaran menjadi bagian penting dalam upaya

meningkatkan kualitas kinerja guru sekolah dasar.

Efektivitas pelaksanaan sistem pengawasan pendidikan

melalui pelaksanaan supervisi pengajaran, yakni menunjuk pendapat

Oteng Sutisna (1987) yang mengemukakan bahwa: " kegiatan

supervisi harus disusun dalam bentuk program yang merupakan

kesatuan yang direncanakan dengan te.it, dan ditujukan kepada

perbaikan situasi belajar mengajar. Lebih lanjut Oteng Sutisna

(36)

supervisi

bisa

tercapai. Adapun langkah-langkah pel

supervisi

pengajaran

adalah

(1)

Perencanaan/persl

(2)Pelaksanaan; dan (3) Evaluasi atau tindak lanjut.

Kualitas kinerja guru menunjuk pada (1) Kemampuan Profesional Guru, (2) Kemampuan Pribadi Guru, dan (3) Kemampuan

Sosial Guru. Berdasarkan pemikiran di atas, maka secara sederhana

kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana

tercantum pada bagan 1.1 berikut ini:

BAGAN1.1

KERANGKA BERPIKIR

* PENGAWAS SEKOLAH

* KEPALA SEKOLAH

PENGAWASANPENDIDIKAN PELAKSANAAN SUPERVISI

PENGAJARAN :

• Pemahaman sebagai supervisor

• Perencanaan/persiapan Supervisi » Pelaksanaan Supervisi

• Evaluasi dan Tindak Lanjut

• Hambatan-hambatan dan usaha usaha untuk mengatasinya

fj&g?

GURU

KUALITAS KINERJA

GURU

Kemampuan Profesional Guru

{Profesional Competency)

Kemampuan Pribadi Guru

{Personal Competency)

Kemampuan Sosial Guru

(37)

26

H. Metode Penelitian

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Artinya bahwa pengungkapan

data menunjukkan penggambaran situasi dan kondisi yang terjadi pada

saat sekarang atau bersifat aktual mengenai gejala dan peristiwa yang

harus dipecahkan sesegera mungkin.

I. Lokasi dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis , yang terdiri dari

34 Kecamatan. Karena keterbatasan waktu, kemampuan dan biaya,

maka sebagaimana tertulis pada judul tesis, penelitian ini merupakan

studi analisis pada tiga kecamatan yang ada di kabupaten Ciamis,

yaitu (1) Kecamatan Ciamis, terletak di ibu kota kabupaten, mewakili

daerah perkotaan, (2) Kecamatan Padaherang, terletak jauh dari

ibukota kabupaten, mewakili daerah pedesaan, dan (3) Kecamatan

Cisaga, terletak tidak jauh dari ibukota kabupaten, mewakili daerah

antara perkotaan dan pedesaan.

Sedangkan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini

adalah Guru-guru Sekolah Dasar yang berada di lingkungan

Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang

(38)
(39)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Sebagaimana diuraikan pada pendahuluan, bahwa penelitian ini

dimaksudkan untuk mengungkapkan gambaran mengenai seberapa besar

pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan supervisi

pengajaran yang dilakukan pengawas dan kepala sekolah terhadap

kualitas kinerja guru, apakah setiap pengawasan pendidikan melalui

supervisi pengajaran oleh pengawas dan kepala sekolah dilakukan

dengan langkah-langkah supervisi pengajaran yang benar; dan

bagaimana kondisi kualitas kinerja guru sekolah dasar di Kabupaten

Ciamis. Untuk itu dalam bab ini disajikan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian, yaitu metode dan pendekatan

penelitian, sumber data , alat pengumpul data, pelaksanaan

pengumpulan data, prosedur pengolahan data.

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode merupakan serangkaian cara dalam suatu penelitian yang dilakukan unuk menguji hipotesis penelitian. Winarno

Surakhmad (1989:121) mengemukakan bahwa :

Metode merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan, misalnya unuk menguji serangkaian hipotesis,

dengan teknik dan alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidik serta situasi penyelidikan.

(40)

Dari sekian banyak metode penelitian yang biasa digunakan dalam

bidang ilmu administrasi, maka metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk

mengetahui kejadian atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang

(Suharsimi Arikunto; 1997). Sejalan dengan pandangan ini, Winarno

Surakhmad (1989:140) mengemukakan tentang metode deskriptif

yaitu "... memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang

ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah aktual, data

yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian

dianalisa". Lebih lanjut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989:64-65)

mengemukakan :

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang telah

terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif dimana peneliti berusaha memotret persistiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian dituangkan dan digambarkan sebagaimana adanya. Sedangkan

sifat analitis dari penelitian ini merupakan kegiatan lanjutan dari

deskripsi gejala dan peristiwa. Analisis secara mendalam dilakukan berdasarkan kajian teori, setelah didapat gambaran yang jelas dan lengkap tentang aspek-aspek yang diteliti.

Berdasarkan pendapat di atas, terlihat bahwa penelitian deskriptif

memiliki ciri-ciri yang spesifik, yaitu :

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa

sekarang yang bersifat aktual,

2. Data yang telah ada mula-mula disusun, dijelaskan, dan

(41)

Untuk memperoleh ketajaman dalam menafsirkan data dan

menganalisis masalah yang diteliti, maka perlu kiranya metode

deskriptif ditunjang oleh suatu studi yang menggali kajian-kajian keilmuan yang relevan serta mendukung terhadap masalah yang

diteliti. Studi ini dikenal dengan nama studi kepustakaan atau bibliografis. Studi kepustakaan merupakan suatu cara untuk

memperoleh informasi atau keterangan melalui penelaahan terhadap

berbagai sumber tertulis, antara lain buku-buku, majalah, laporan

penelitian, dan peraturan pemerintah yang menunjang. Pentingnya

studi kepustakaan.dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1989:61):

Penyelidikan bibliografi tidak dapat diabaikan sebab disinilah penyelidik berusaha menemukan berbagai keterangan mengenai segala sesuatu yang relevan dengan masalahnya,

yakni teori yang dipakainya, pendapat para ahli mengenai aspek

itu, penyelidikan yang sedang berjalan, atau masalah-masalah

yang disarankan oleh para ahli.

Melalui studi bibliografis (kepustakaan) penulis dapat menambahkan pengetahuan yang menunjang terhadap pemecahan masalah yang diteliti, sehingga informasi-informasi atau pengetahuan

yang berbentuk teori tersebut dapat dijadikan titik tolak atau dasar

berpijak dalam mengkaji permasalahan yang terdapat di lapangan. Selain studi kepustakaan, dalam penelitain ini penulis

mempergunakan juga studi dokumentasi sebagai sumber data yang

dijadikan bahan untuk menunjang data-data yang diperoleh melalui

angket, dan memperkuat dalam mengambil kesimpulan atas

(42)

penelitian ini penulis mengumpulkan data-data dokumentasi berupa

surat edaran dan petunjuk pelaksanaan kerja.

B. Sumber Data

Suharsimi Arikunto (1997:114) mengemukakan bahwa yang

dimaksud dengan sumber data adalah : "... subyek dari mana data

diperoleh". Berpegang pada pengertian tersebut, maka yang menjadi

sumber data adalah : guru-guru sekolah dasar di lingkungan Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang

Kabupaten Ciamis.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis , yang terdiri dari 34 Kecamatan. Karena keterbatasan waktu, kemampuan dan biaya, maka sebagaimana tertulis pada judul tesis, penelitian ini

merupakan studi analisis pada tiga kecamatan yang ada di kabupaten Ciamis, yaitu (1) Kecamatan Ciamis, terletak di ibu kota kabupaten, mewakili daerah perkotaan, (2) Kecamatan Padaherang, terletak jauh dari ibukota kabupaten, mewakili daerah

pedesaan, dan (3) Kecamatan Cisaga, terletak tidak jauh dari

ibukota kabupaten, mewakili daerah antara perkotaan dan

(43)

2. Populasi Penelitian

Menentukan populasi bagi seorang peneliti merupakan

salah-satu langkah yang tidak boleh diabaikan, karena populasi dalam

penelitian merupakan sumber pengambilan data. Populasi digunakan

untuk menyatakan pengertian kelompok yang menjadi asal dari mana

sampel itu dipilih. Populasi diartikan sebagai : " suatu

kelompok-kelompok manusia, rumah, buah-buahan, binatang dan sebagainya,

yang paling sedikit memiliki satu ciri atau karakteristik tertentu. Dari ciri

itulah akan diketahui perbedaan antara populasi yang satu dengan yang lainnya" (Soenarto, 1988:2). Maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan sumber data yang akan dijadikan subjek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini

adalah Guru-guru Sekolah Dasar di Lingkungan Kecamatan Ciamis,

Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan uraian diatas populasi penelitiannya adalah

sebagaimana tertera pada tabel berikut:

TABEL 3.1

POPULASI PENELITIAN

No

1.

2.

3.

Unit Kerja

Guru SD di Kecamatan Ciamis Guru SD di Kecamatan Cisaga

Guru SD di Kecamatan Padaherang

Jumlah

Banyak Responden

674

167

373

1214

(44)

3. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam suatu penelitian dilakukan

sedemikian rupa, sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat

berfungsi sebagai contoh dan bersifat refresentatif, artinya dapat

mewakili karakteristik dari populasi penelitian secara keseluruhan,

atau dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya, sebagaimana

dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1989:93) bahwa :

Karena tidak mungkinnya penyelidikan selalu langsung menyelidik setiap populasi, ... maka seringkali penyelidik terpaksa menggunakan sebagian saja dari populasi, yakni

sebuah sampel yang dapat dipandang representatif terhadap

populasi itu, Karena itulah maka panarikan atau pembuatan sampel (yakni penarikan sebahagian dari populasi untuk

mewakili seluruh populasi) adalah penting.

Karena keterbatasan tenaga , waktu dan biaya peneliti, rasanya tidak mungkin seluruh responden dijadikan sampel. Untuk menghimpun

data dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan sampel. Sampel

adalah sebagian dari populasi penelitian yang diambil sebagai sumber

data yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi. Dalam

menentukan besarnya sampel penulis merujuk kepada pendapat Suharsimi Arikunto (1997:120), yang menyatakan bahwa :

jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% tergantung setidak-tidaknya: (1) Kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga dan dana, (2) Sempit atau luasnya

pengamatan..., dan (3) Besar dan kecilnya resiko yang ditanggung peneliti

Bertitik tolak dari pendapat tersebut, maka sampel ditentukan

(45)

sampel untuk memperoleh data mengenai pengaruh sistem

pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran

yang dilakukan pengawas dan kepala sekolah terhadap kualitas

kinerja guru sekolah dasar, adalah 15 % x 1214 = 182 responden

dengan perincian :

1. Kecamatan Ciamis: Dari 674 gum sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Ciamis yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah 15% x674 =101 orang guru sekolah dasar.

2. Kecamatan Cisaga: Dari 167 guru sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Cisaga yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 15% x 167 = 25 orang guru sekolah dasar.

3. Kecamatan Padaherang: Dari 373 gum sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Padaherang yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 15% x 373 = 56 orang

guru sekolah dasar

C. Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan

guna pemecahan masalah penelitian. Dengan demikian, kegiatan ini

merupakan kegiatan yang penting untuk dilaksanakan secara efektif

(46)

Trer

kebenaran dan keakuratannya. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Angket

Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

adalah angket. Angket merupakan kegiatan pengumpulan data

melalui penyebaran sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan

tertulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian. Dalam

penelitian ini, jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup,

yaitu responden diberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang

menggambarkan hal-hal yang ingin diungkap dari ketiga variabel

disertai alternatif jawabannya. Selanjutnya responden diminta untuk merespon setiap pertanyaan atau pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan dirinya, keadaan yang diketahuinya dan keadaan yang dirasakan oleh dirinya dengan cara membubuhkan tanda checklist (X)

pada alternatif jawaban yang tersedia. Alternatif jawaban merupakan

deskripsi perilaku yang menunjukkan graduasi dengan bobot 1, 2, 3,

4, dan 5.

2. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data lainnya yang dipergunakan oleh

peneliti adalah studi kepustakaan. Studi Kepustakaan merupakan

suatu teknik dalam mengumpulkan data teoritis yang berhubungan

(47)

TTT

variabel yang diteliti melalui sumber bacaan yang menunjang

penelitian ini.

Melalui studi kepustakaan ini penulis memperoleh tambahan ilmu

pengetahuan yang bisa dijadikan kerangka berpikir dalam mengkaji,

menganalisis dan memecahkan permasalahan yang diteliti. Hal ini

sejalan dengan pendapat Winarno Surakhmad (1988: 61), yaitu :

Penyelidikan bibliografis tidak dapat diabaikan sebab di sinilah

penyelidik berusaha menemukan keterangan mengenai segala

sesuatu yang relevan dengan masalahnya, yakni teori yang

dipakainya, pendapat para ahli mengenai aspek itu, penyelidikan yang

sedang berjalan atau masalah-masalah yang disarankan oleh para

ahli.

3. Observasi

Teknik pengumpulan data melalui ooservasi ini hanyalah sebagai

penunjang dari teknik utama, yaitu angket. Observasi pada dasarnya

merupakan kegiatan untuk mengamati perilaku responden tentang

masalah yang terkait dengan bahasan/kajian penelitian. Izzak

Latunussa (1988 : 107) mengemukakan bahwa : "Observasi

merupakan pengamatan terhadap objek penelitian dengan memakai

(48)

TTS"

mengumpulkan data serta informasi, baik yang bersifat material

maupun tingkah laku manusia.

Penggunaan teknik observasi ini diharapkan dapat memberikan

data dan informasi yang benar-benar alami dari berbagai aktivitas sumber data penelitian. Oleh karena itu peneliti melakukan kontak

secara langsung dengan narasumber yang diteliti dimana mereka

secara keseharian melakukan kegiatannya.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan

"partisipasi sedang" yaitu peneliti melakukan observasi dimulai dari

kegiatan sebagai penonton, kemudian berangsur-angsur mengikuti

kegiatan yang sedang berlangsung. S. Nasution (1988 : 61)

mengemukakan bahwa : "Dalam partisipasi sedang terdapat

keseimbangan antara kedudukan peneliti sebagai orang-dalam dan

sebagai orang-luar. Biasanya ia mulai sebagai orang-luar, sebagai

penonton dan kemudian berangsur-angsur turut serta dalam situasi

atau kegiatan". Partisipasi yang dilakukan oleh peneliti tetap

memperhatikan keseimbangan antara peranan sebagai orang luar

dan sebagai orang dalam sehingga tidak mengganggu kegiatan atau

aktivitas yang sedang dilakukan sumber data penelitian di lokasi

penelitian.

4. Wawancara

Seperti halnya dengan observasi, teknik pengumpulan data

(49)

yaitu memberi dukungan atas apa yang diperoleh dari penyebaran

angket. Dengan demikian data yang diperoleh akan lebih akurat,

terpercaya dan bermutu.

Wawancara dalam penelitian deskriptif merupakan teknik

pengumpulan data yang cukup penting. Wawancara merupakan

percakapan antara dua orang yang berkepentingan sesuai dengan

maksud tertentu yang telah ditetapkan. Melalui wawancara ini dapat

digali data dan informasi yang diperiukan. Narasumber yang

diwawancarai memberikan informasi yang diperiukan secara verbal

melalui kontak langsung antara peneliti dengan narasumber.

Wawancara ini memiliki kelebihan apabila dipergunakan oleh

peneliti yang terampil berbicara, dan pada umumnya peneliti lebih

suka berbicara daripada menulis.

Wawancara yang dilakukan pada awalnya tidak berstruktur, tetapi

kemudian pada akhirnya diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan yang

lebih spesifik lagi. Dengan kata lain dari yang sifatnya non-directive

berdasarkan pikiran dan perasaan narasumber menjadi directive yaitu

ditinjau dari pandangan peneliti. Dengan demikian, wawancara beralih

dari tidak berstruktur menjadi lebih berstruktur.

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Langkah berikutnya setelah teknik pengumpulan data

(50)

dilakukan dalam melaksanakan pengumpulan data. Kegiatan-ke atau langkah-langkah yang dimaksud adalah :

1. Menentukan Alat Pengumpul Data

Hal pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan pengumpulan data adalah penetapan alat pengumpul data. Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan dengan masalah yang diteliti, penulis menggunakan teknik komunikasi tidak langsung, yaitu melalui angket

atau kuesioner. Suharsimi Arikunto (1996 : 124) mengemukakan

bahwa : "Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui", sedangkan Sunaryo Kartadinata (1988 : 43) berpendapat bahwa :

"Angket merupakan perangkat pernyataan tertulis yang harus dijawab

oleh responden secara tertulis pula". Jadi angket dapat disusun dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden yang telah dipilih oleh peneliti dalam penetapan sampel

penelitian.

(51)

12T

keadaan yang diketahui serta dirasakan oleh dirinya dengan cara

membubuhkan tanda chek (X) pada alternatif jawaban yang tersedia.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam menyusun angket adalah sebagai berikut:

a. Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Oleh Pengawas (X1), Pelaksanaan Supervisi Pengajaran OLeh Kepala Sekolah (X2)

dan Kualitas Kinerja Guru (Y).

b. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan maupun

pernyataan (terlampir) yang akan ditanyakan kepada responden/narasumber

c. Merumuskan item-item pernyataan dan alternatif jawabannya

untuk angket yang bersifat tertutup

Jenis instrumen yang bersifat tertutup yaitu seperangkat daftar pernyataan tertulis yang disertai alternatif jawaban yang sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih alternatif jawaban yang tersedia, mana yang sesuai dengan

kenyataan, sesuai dengan pengalaman dan sesuai dengan pemahaman responden.

(52)

TzT"

Kriteria pemberiaan skor ditetapkan berdasar graduasi pilihan yang tersedia yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5 yang pada angket

dinnyatakan dengan pilihan a, b, c, d, dan e.

3. Uji Coba Angket

Kegiatan ketiga setelah penetapan dan penyusunan alat pengumpul data selesai dilakukan adalah uji coba angket. Uji coba angket penting dilakukan oleh peneliti dalam menilai angket yang telah disusunnya, apakah representasi atau belum. Uji coba angket dilakukan kepada responden yang sama atau responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang sebenarnya. Hal ini penting dilakukan untuk dapat mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang tersedia maupun maksud dalam pernyataan dan jawaban dalam angket tersebut. Uji coba ketiga angket tersebut dilakukan melalui secara build in try out yaitu uji coba dilakukan sekaligus dengan penarikan data untuk keperiuan analisis data hasil penelitian. Uji

coba ini dilakukan kepada 10 anggota sampel.

Setelah data uji coba angket dilaksanakan, selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan tujuan untuk menguji validitas

(53)

TTT

hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat

dipertanggungjawabkan. a. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu

instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang hendak diukur. Suharsimi Arikunto (1996 : 162) mengemukakan bahwa : "Sebuah instrumen memiliki validitas yang tinggi apabila butir-butir yang membentuk instrumen

tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen". Selanjutnya

Sugiyono (1992 : 91) pun menyatakan bahwa : "Suatu instrumen dikatakan valid, jika instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur". Analisis validitas ini dengan cara mengkorelasikan skor yang ada pada butir soal

dengan skor total.

Rumus korelasi yang dipergunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson yang lebih dikenal dengan sebutan rumus korelasi product-moment, yaitu :

r xy - nlXY-gX){LY) (Sudjanaj 1Q92

J[nI.X2-a:X)2lni:Y2-(ZY)2\

369)

(54)

380)

T2T

r xy = besarnya koefisien korelasi n = jumlah responden

X = skor variabel X Y = skor variabel Y

Kemudian harga r yang diperolah dari perhitungan di atas, diuji dengan menggunakan uji t student untuk memberikan taraf signifikansinya dengan rumus sebagai berikut:

t =

r 4n-2

VT

(Sudjana,1992

V2

Keterangan :

r = koefisien korelasi product-moment n = jumlah responden

Berdasarkan hasil perhitungan (teriampir), validitas dari kedua

variabel penelitian ini adalah : 1) Validitas Variabel X1, X2 dan Y

Dari hasil perhitungan (teriampir) diperoleh informasi

bahwa X1 terpakai 30 dari 41 item; X2 terpakai 30 dari 45 item dan Y terpakai 22 dari 25 item.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Setelah kriteria validitas diketahui, selanjutnya dilakukan

(55)

T T T

dua (split-half method), dengan belahan pertama merupakan

item bernomor ganjil dan belahan kedua merupakan item bernomor genap. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

indeks korelasi lebih dari 0,90 yang berarti reliabilitas ketiga

instrument memadai (teriampir)

£ Prosedur Pengolahan Data

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses

penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat

diketahui tentang makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan

demikian, hasil penelitian pun akan segera diketahui.

Langkah pengolahan data ini dilakukan agar data yang telah terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai suatu jawaban dari permasalahan yang diteliti. Seperti halnya yang

dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1988 : 109) sebagai berikut:

Mengolah data adalah usaha yang konkrit yang membuat data itu "berbicara", sebab betapapun besarnya jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan

pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam satu organisasi

dan diolah menurut sistematik yang baik, niscaya data itu tetap mempunyai bahan-bahan yang "membisu seribu bahasa".

Langkah-langkah atau prosedur pengolahan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah

(56)

T25"

2. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada

setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala

penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya.

a. Menghitung prosentase skor rata-rata dari setiap variabel, baik

variabel X1, X2 maupun variabel Y. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kecenderungan umum jawaban responden

temadap setiap variabel penelitian dengan rumus sebagai

berikut:

P = x_ x 100%

Xid

Keterangan :

p = Prosentase skor rata-rata yang dicari

X = Skor rata-rata setiap variabel

Xid = Skor ideal setiap variabel

Setelah hasilnya diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan

kriteria yang telah ditetapkan oleh Moh. Idochi Anwar (Rahmat

Nugraha, 1999:69), yaitu:

90% - 100% = Sangat Tinggi 80 % - 89 % = Tinggi

70% - 79% = Cukup Tinggi 60% - 69% = Sedang

50% - 59% = Rendah

(57)

Tzr

3. Uji Normalitas Distribusi

a. Uji normalitas distribusi ini digunakan untuk mengetahui dan

menentukan apakah pengolahan data menggunakan analisis

parametrik atau non parametrik, dengan menggunakan aplikasi

SPSS fir Window 10.0.

4. Uji Linieritas Reyresi

Langkah keenam dalam proses pengolahan data adalah uji

linieritas regresi. Uji linieritas regresi digunakan untuk mencari

hubungan fungsional antara variabel Xdengan variabel Y. Uji ini

dilaksanakan dengan menggunakan SPSS for Window 10.0.

5. Menguji Hipotesis Penelitian

Menghitung koefisien korelasi antara variabel X1 dengan

variabel Y, X2 dengan Ydan X1 bersama-sama X2 terhadap Y

dengan rumus bantuan SPSS for Window 10.0.

a) Menguji signifikansi koefisien korelasi antar variabel Xdengan

rumus :

-Jn-2 (Sudjana, 1992 : 380)

r

t =

b) Mencari besarnya derajat determinasi

(58)

T7T

KD = r2x100%

Keterangan :

KD= Koefisien determinasi yang dicari r2 = Koefisien korelasi

Demikianlah langkah-langkah dalam prosedur pengolahan data yang

dilaksanakan oleh peneliti. Dengan adanya pengolahan data

(59)
(60)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bagian

sebelumnya yakni tentang

'Pengaruh Sistem Pengawasan Pendidikan

Melalui Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Yang Dilakukan Pengawas Dan

Kepala Sekolah Terhadap Kualitas Kinerja Guru Sekolah Dasar (Studi

Deskriptif pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga, dan Kecamatan

Padaherang Kabupaten Ciamis)', maka pada bagian ini diuraikan tentang

kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi.

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan Sistem Pengawasan Pendidikan Melalui Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Yang Dilakukan Pengawas TK.SD mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja guru. Dalam

melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan pemerintah (KepMenpan

No.118/1996), pengawas TK.SD mempunyai dua fungsi, yaitu

melaksanakan pengawasan secara administratif dan pengawasan secara

akademik. Kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan supervisi yang

dilakukan Pengawas TK, SD sebagai wujud fungsi pengawasan secara

akademik mempunyai determinasi yang tinggi (96,9 %) terhadap kualitas

kinerja guru. Artinya peranan Pengawas TK, SD sebagai supervisor

mempunyai pengaruh yang lebih tinggi (r=0,984) terhadap kualitas kinerja

(61)

160

guru dibandingkan dengan peranannya dalam melaksanakan fungsi

pembinaan administratif.

2. Pelaksanaan Sistem Pengawasan Pendidikan Melalui Pelaksanaan

Supervisi Pengajaran Yang Dilakukan Kepala sekolah mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja guru. Pada berbagai

jenjang pendidikan khususnya di sekolah dasar, Kepala Sekolah

memegang peranan kunci {key person) dalam meningkatkan kemajuan

sekolah tersebut. Keberhasilan sekolah dalam mewujudkan harapannya banyak ditentukan oleh orang-orang yang terlibat langsung dalam proses

pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Guru merupakan personil

sekolah yang mempunyai peran utama dalam mewujudkan keberhasilan

sekolah yang diharapkan, dan secara ril kemampuan guru untuk

melaksanakan tugasnya turut dipengaruhi (97,7 %) oleh peranan kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi supervisi pengajaran terhadap mereka. Oleh karena itu, supervisi pengajaran yang dilakukan kepala

sekolah mempunyai korelasi yang signifikan (r=0,988) dengan kualitas

kinerja guru.

3. Pelaksanaan Sistem Pengawasan Pendidika

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Gugun Ardiansyah 2014 Universitas

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan cuci tangan perawat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari Luar Negeri dan dari Suatu Area ke Area Lain di dalam Wilayah

Penerapan model pembelajaran discovery learningdalam pembelajran sifat-sifat cahaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa (penelitian tindakan kelas di kelas V SDN

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan dengan Program Khusus

Bapak Helli Ihsan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama

Pembiayaan tersebut diperoleh dari lembaga keuangan yang kegiatan usahanya memberikan jaminan, bahwa manfaat pemberian jaminan sebagai salah satu cara memperoleh pinjaman