EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH
DILIHAT DARI KUALITAS KINERJAGURU SEKOLAH DASAR
(Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang StudiAdministrasi Pendidikan
oleh: ATTYRESMIATI
9696007
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA
INSTTTUT KEGURUAN DAW ILMU PENDIDIKAN
▸ Baca selengkapnya: contoh laporan observasi guru oleh kepala sekolah
(2)DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing
d Fakry Gaffar, M Ed.
Pembimbing II
H
/
?f
Diketahui
Ketua Program Administrasi Pendidikan
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Tesis ini adalah sepenuhnya karya saya
sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang termasuk plagiat dari karya orang
lain
i a m a r
JUDUL
!
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR
V
UCAPAN TERIMA KASIH vjj
ABSTRAK
IX
DAFTAR ISi
Xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN wi
DAFTAR LAMPIRAN ^
BAB I PENDAHULUAN
i
A. Latar Belakang Masaiah -j
B. Rumusan Masaiah 14
C. Paradigma Penelitian 17
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 21
1. Tujuan Penelitian 21
2. Manfaat Penelitian 21
E. Anggapan Dasar dan Hipotesis 22
1. Anggapan Dasar 22
2. Hipotesis 24
F. Sistimatika Pembahasan 24
A. Peran Kepala Sekolah dalam Pendidikan 27 1.KepalaSekoiahSebagai Pemimpin Pendidikan. . 30
2. Kepala Sekolah sebagai Supervisor 42
B. Pembinaan Kepaia Sekolah 54
1. Konsep Pembinaan 54
2. Efektivitas Pembinaan qq
C. Kinerja Guru 83
1. Kompetensi Guru Q3
2. Kualitas Kinerja Guru 97
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 110
A. Metoda Penelitian 110
B. Lokasi dan Sampe! Penelitian 113
C. Pengembangan Aiat Pengumpui Data 120
1. Jenis dan Cara Prngumpulan Data 120
2. Kesahihan (Validity) dan Keterandalan
(Reliability) instrumen 121
3. Hasii Uji Coba Validitas dan Reliabilitas 131 4. Pelaksanaan dan Pengambiian Data 137
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 139
A. Prosedur Pengolahan dan Analisis data 139
B. Deskripsi Data 141
C. Deskripsi Variabei yang Diteliti 145
1. Pembinaan Kepala Sekolah 145
2. Kinerja Guru Sekolah Dasar 182
D. Analisis Bivariate 212
E. Analisis Univariate 218
A. Kesimpulan 232 1. Peiaksanaan Pembinaan Kepala Sekolah Dasar 233
2. Kinerja Guru Sekolah Dasar 234
3. Pengaruh Pembinaan Kepaia Sekolah terhadap
Kinerja Guru 236
B. Rekomendasi 240
C. Penutup 242
DAFTAR PUSTAKA 243
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.TABEL 247
B. INSTRUMEN PENELITIAN 251
C. TANDA BUKTi PENELITIAN 271
Tabe! halaman
1 Populasi Penelitian 115
2 Daftar Responden 11 g
3 Kisi-kisi instrumen Pembinaan Kepala Sekolah 125
4 Kisi-kisi instrumen Kinerja Guru 126
5 Hasil Perhitungan Validitas Item Pembinaan Kepaia Sekolah 132
6 Hasil Perhitungan Validitas Item Kinerja Guru Sekolah Dasar 133
7 Uji Reliabiiitas Pembinaan Kepala Sekolah 135
8 Uji Reliabiiitas Kinerja Guru 135
9 Penyebaran Angket dan Jumiah angket yang dioiah 144
10 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan
Manajerial Kepala Sekolah 145
11 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan Teknis
Kepala Sekolah 155
12 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan
Hubungan Kemanusiaan Kepala Sekolah 172
13 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemamouan Pribadi
Guru
14 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemampuan Profesi
Guru
15 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemampuan Sosial
Guru
182
190
206
16 Uji Korelasi Pembinaan Kepaia Sekolah Dengan Kualitas
Kinerja Guru 216
17 Uji Korelasi Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah
Dengan Kualitas Kinerja Guru 220
18 Uji Korelasi Keterampilan Teknis Kepala sekolah Dengaj
Kualitas Kinerja Guru J*?
19 uji Korelasi Keterampilan Hubungan Kemanusiaan^ngan v
Kualitas Kinerja Guru r'^*"* ;•
20 Deskripsi Variabe! yang Diteliti
Si 0 >i* Wkfog't. ','
21
Koefisien Korelasi Variabel Dependent danV^rfale'f:;^;•- #/
Independent V:o''' "" " 22%^//
:2
Bagan h-ia-anMaiaman
1 Paradigma Peneiitian 13
2 Sistem Pengaruh Supervisi Pengajaran 46
3 Hubungan Antara Indikator Variabel Xdengan Variabel Y 226
BAB \
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menjelang dimasukinya tahap kedua Pembangunan Nasional Jangka Panjang, Indonesia sudah berada dalam era globalisasi, suatu
kondisi dunia yang saling bergantung satu sama lain, sebagai akibat
perkembangan teknologi, perdagangan internasional, arus informasi,
sistem komunikasi, dan trasportasi yang canggih. Karena itu setiap negara
dan warga negara perlu meningkatkan kualitasnya agar dapat survive,
mampu meningkatkan mutu kehidupan, dan mampu terus
mengembangkan dirinya.
Dalam menghadapi kondisi tersebut, Indonesia telah bertekad,
seperti dirumuskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993 untuk tidak menghindar dari dunia maju, melainkan sudah terlibat dan akan makin berperan dalam dunia baru. Untuk mendukung dunia baru
tersebut dituntut kualitas manusia Indonesia yang memadai.
Untuk mewujudkan masyarakat maju yang menuntut adanya
manusia yang berkualitas, maka Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989,
tentang Sistem Pendidikan Nasional, menggariskan bahwa pembangunan
nasional di bidang pendidikan, adalah upaya "mencerdaskan kehidupan
mewujudkan "masyarakat yang adil dan makmur", serta memungkinkan
para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek
jasmaniah, maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Pendidikan Nasional pada dasarnya merupakan proses
pencerdasan kehidupan bangsa, sangat berperan dalam meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, dan berfungsi mengembangkan kemampuan,
keterampilan, serta mutu kehidupan manusia Indonesia seutuhnya,
diselenggarakan melalui berbagai program pendidikan, yang meliputi
berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang
mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi
peserta didik, dimana keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar
diharapkan akan menjadi pijakan bagi keberhasilan pendidikan di jenjang
berikutnya.
Dengan demikian keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar akan
sangat menentukan keberhasilan pendidikan di tingkat lanjutan. Oleh
karena itu dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
maka Sekolah Dasar dijadikan fokus perhatian utama.
Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang strategis dalam
pendidikan dasar dan selanjutnya. Kualitas pendidikan Sekolah Dasar
akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan selanjutnya,
bahkan terhadap kualitas sumber daya manusia.
Secara konsepsional, yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar adalah Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah hams bertanggung jawab atas pengelolaan pendidikan
secara mikro, yakni suatu tahapan yang membahas dan melaksanakan
proses belajar mengajar, dimana guru sebagai pengelola utama
pendidikan.
Kepaia Sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan sangat besar dalam mengembangkan kualitas pendidikan di
Sekolah Dasar. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang
harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
menyenangkan serta perkembangan kualitas profesional guru banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Sesuai Pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, bahwa:
"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemefiharaan
Pertama, Tujuan Sekolah Dasar, sebagai program pendidikan dasar
awal adalah memberikan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Dengan demikian
diharapkan program Sekolah Dasar ini menjembatani tercapainya tujuan program SMP, yang seterusnya menjembatani tercapainya tujuan jenjang
pendidikan menengah dan tinggi.
Kedua, Program Sekolah Dasar yang memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan di masyarakat,
secara sosial politik, maupun sosial budaya menempatkan Sekolah Dasar memiliki kedudukan strategis, karena di Sekolah Dasar diberikan nilai dan norma dasar tentang apa dan bagaimana seharusnya hidup di tengah
masyarakat.
Ketiga, Kurikulum pendidikan jenjang Sekolah Dasar menentukan
bagi keberhasilan mutu lulusan (SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi) secara
berkesinambungan.
Keempat, Secara administratis Sekolah Dasar juga dipandang
strategis karena program pendidikan Sekolah Dasar menjadi syarat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ijazah Sekolah Dasar
syarat untuk melanjutkan pendidikan di SLTP, dan seterusnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, jelaslah bahwa Sekolah Dasar memiliki kedudukan strategis dalam pendidikan nasional, serta dapat
pendidikan dasar dan selanjutnya. Kualitas pendidikan Sekolah Dasar
akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan selanjutnya,
bahkan terhadap kualitas sumber daya manusia.
Secara konsepsionai, yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar adaiah Kepaia Sekolah.
Kepala Sekolah harus bertanggung jawab atas pengeioiaan pendidikan
secara mikro, yakni suatu tahapan yang membahas dan melaksanakan
proses belajar mengajar, dimana guru sebagai pengeloia utama pendidikan.
Kepaia Sekolah adaiah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan sangat besar daiam mengembangkan kualitas pendidikan di Sekolah Dasar. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
menyenangkan serta perkembangan kualitas profesional guru banyak
ditentukan oleh kualitas pembinaan yang diiakukan oleh kepaia sekolah.
Sesuai Pasai 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1990, bahwa:
"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan
Pembinaan pada dasarnya berkaitan dengan fungsi-fungsi dan
usaha-usaha untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
manusia-manusia dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama, hal tersebut terutama dilakukan melalui usaha menciptakan
suasana atau iklim kerja yang dapat mendorong untuk dapat mengembangkan potensi secara optimal.
Tujuan pembinaan disusun untuk mengembangkan kemampuan
agar dapat melaksanakan tugas dan fungsi menjadi lebih baik dan lebih
efektip dan menuntut pandangan yang lebih luas, kemampuan dan
keterampilan yang lebih baik.
Pembinaan guru-guru Sekolah Dasar, merupakan tanggung para
pemimpin pendidikan, tetapi Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan
terdekat dengan guru Sekolah Dasar yang lebih mengetahui keadaan guru
tersebut. Setiap saat Kepala Sekolah dituntut untuk meiakukan pembinaan
agar guru-guru dapat meningkatkan kualitas kinerjanya dalam
melaksanakan tugasnya mengelola kegiatan belajar mengajar.
Betapapun sempurna atau baiknya kurikulum, tersedianya fasilitas pengajaran yang memadai, tetapi jika Kepala Sekolah hanya merasa
sebagai pelaksana saja, tidak mampu melaksanakan pembinaan terhadap
guru-gurunya, maka keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar akan sulit
dicapai. Untuk itu Kepala Sekolah perlu merasa dan bertindak sebagai
pada peraturan yang telah ada Kepala Sekolah perlu menciptakan kiat-kiat
yang tepat untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin muncul
dalam menyelenggarakam pendidikan.
Oleh karena itu, maka pembinaan yang diberikan oleh Kepaia
Sekolah kepada Guru sekolah Dasar, harus dapat meningkatkan
kemampuan Guru Sekolah Dasar, yang meliputi pengetahuan, wawasan,
kreativitas, komitmen, serta disiplin, sehingga kegiatan belajar mengajar di
Sekolah Dasar dapat berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil
guna.
Pembinaan tersebut akan berhasil dengan baik, apabila Kepala
Sekolah mempunyai keterampilan untuk melaksanakan pembinaan
tersebut, dimana keterampilan tersebut merupakan the requisite
knowledge and ability (Alfonso, Fith, dan Nevile 1981). Keterampilan bisa
dipelajari, dideskripsikan, dan keberadaannya bervariasi. Keterampilan ini
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas atau peran-peran Kepala
Sekolah.
Berangkat dari konsep Robert L Katz dalam "Skill of an Effective
Administrator", bahwa posisi-posisi manajerial memerlukan tiga macam
tipe keterampilan dasar, yakni : keterampilan tehnikal, keterampilan
berhubungan dengan manusia, dan keterampilan konseptual.
Kompetensi
dalam
hubungan-hubungan
antar
perorangan
bahwa setiap manajer melaksanakan pekerjaan melalui pihak lain, maka harus mampu memadukan upaya-upaya bawahannya yang berbeda latar
belakang mereka.
Kemampuan untuk mengintegrasi berbagai macam kepentingan
secara simultan mempertahankan loyalitas dan enthusiasme bawahan yang dipimpinnya, sangat membantu secara langsung kepada pencapaian
tujuan.
Keterampilan-keterampilan konseptual adalah esensial dalam
merumuskan problem-problem, menyajikan pemecahannya, menganalisis
data dan memberikan penilaian. Oleh karenanya kebutuhan akan
keterampilan-keterampilan tersebut berbeda dari satu posisi ke posisi lain
didalam setiap organisasi.
Dalam hal ini, Kepala Sekolah adalah berada pada posisi manajerial
yang paling dekat dengan Guru Sekolah Dasar, untuk itu menurut Alfonso, Fith dan Nevile (1981), berangkat dari konsep keterampilan administrator yang efektip sebagaimana yang dikemukakan oleh Katz (1955) dan Mann (1965), ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
sebagai pembina pengajaran di sekolah dasar, yakni :
Pertama, apa yang disebut dengan istilah Keterampilan
Teknis (Technical Skill), keterampilan ini berkenaan dengan
pengetahuan khusus yang diperlukan untuk memperformansikan
posisi pembina. Adapun rincian keterampilan teknis ini meliputi
antara lain ; menggunakan sistem observasi kelas, menetapkan
tujuan pengajaran, mengklasifikasikan temuan-temuan penelitian,
mengembangkan sistem pengajaran, mendemonstrasikan keterampilan pengajaran.
Kedua, adalah keterampilan Hubungan Kemanusiaan
(human relation skill), keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan kepala sekolah dalam bekerja sama dengan orang lain
dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja.
Dimana keterampilan ini meliputi antara lain ; merespon perbedaan individual, memimpin diskusi, mendengarkan, memecahkan konflik,
dan memberi contoh.
Ketiga, Keterampilan manajerial (Managerial Skill).
Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat
keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam
mencapai tujuan. Keterampilan manajerial meliputi antara lain ;
menetapkan prioritas, mengukur kebutuhan guru, menganalisis
lingkungan pendidikan, menggunakan sistem perencanaan,
memonitor atau mengontrol aktivitas kelas.
Melalui keterampilannya tersebut, Kepala Sekolah menentukan
setelah itu melakukan pembinaan dengan melalui strategi pembinaan terpilih.
Sasaran pembinaan Kepala Sekolah bukan saja ditujukan kepada aspek peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru, meiainkan juga
pada peningkatan komitmen atau kemauan atau motivasi guru.
Untuk itu Sergiovani (1987), menegaskan lebih lengkap tentang
tujuan pembinaan pengajaran, yakni pengawasan kualitas, pengembangan
profesional, dan memotivasi guru.
Pengawasan kualitas, Kepala Sekolah memonitor kegiatan belajar
mengajar melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas disaat guru
sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya,
maupun dengan sebagian murid-muridnya.
Pengembangan profesional, Kepala Sekolah membantu guru
mengembangkan kemampuannya dalam memahami pengajaran,
kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya, dan
menggunakan kemampuannya melalui tehnik-tehnik tertentu, dimana
tehnik tersebut bukan saja bersifat individual, akan tetapi dapat bersifat
kelompok.
Memotivasi guru, Kepala Sekolah mendorong guru menerapkan
kemampuannya
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
mengajarnya,
mendorong guru agar memilikiperhatian yang sungguh-sungguh terhadap
tugas dan tanggung jawabnya.
Pengembangan profesional, Kepala Sekolah membantu guru
mengembangkan kemampuannya dalam memahami pengajaran, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya, dan
menggunakan kemampuannya melalui tehnik-tehnik tertentu, dimana
tehnik tersebut bukan saja bersifat individual, akan tetapi dapat bersifat
kelompok.
Memotivasi guru, Kepala Sekolah mendorong guru menerapkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya,
mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar memilikiperhatian yang sungguh-sungguh terhadap
tugas dan tanggung jawabnya.
Program pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah harus
berencana, teratur dan kontinu, dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pembinaan.
Kemampuan yang dijelaskan oleh Broke dan Stone merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti, sedangkan menurut Charles E Jhonson, kemampuan merupakan perilaku
yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan
Dari kedua pendapat tersebut, maka kemampuan mengacu kepada melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, yang
ditunjukkan melalui "performance", atau perbuatan-perbuatan yang
rasional untuk memenuhi verifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas
pendidikan.
Dalam hal tersebut, Cooper mengemukakan empat kompetensi Guru, yakni : (a), mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah
laku manusia, (b) mengetahui pengetahuan dan menguasai bidang studi
yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, (d) mempunyai
keterampilan tehnik mengajar.
Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh Glasser. Menurut Glasser ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni : (a) menguasai
bahan pelajaran, (b) mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) mampu
melaksanakan proses belajar mengajar, (d) mampu mengukur hasil
belajar siswa.
Bertolak dari pendapat tersebut, maka kemampuan Guru dapat
dibagi kedalam tiga bidang, yakni :
a. Kemampuan Profesional (Profesional Competency), yakni kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses belajar
mengajar, seperti penguasaan materi setiap mata pelajaran,
pengelolaan Program Belajar Mengajar , Keterampilan dalam
menggunakan metode pengajaran, serta penguasaan dalam
menggunakan tehnik evaluasi.
b. Kemampuan Pribadi (Personal Competency), Kemampuan yang
berkaitan dengan kemantapan dan integritas pribadi guru,
termasuk didalamnya komitmen guru dalam melaksanakan
tugas, keuletan dan ketekunan dalam melaksanakan tugas,
kreativitas, kewibawaan, serta disiplin dalam arti luas.
c. Kemampuan Sosial (Sociaal Competency), adalah kemampuan
guru dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk siswa,
teman sejawat, atasan, orang tua murid, masyarakat sekitar, juga
dengan BP3. Dimana kemampuan tersebut meliputi keterampilan
berkomunikasi, kerjasama, keluwesan dalam bergaul, dan
kemampuannya dalam menarik simpati.
Dengan demikian jelaslah, bahwa tiga kemampuan dasar tersebut
harus dimiliki oleh setiap guru sekolah dasar dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik dan pengajardi sekolah dasar.
Akan tetapi kemampuan dan kecakapan guru mendidik dan
mengajar tersebut diatas tidak akan berkembang pesat bila hanya
mengandalkan pengalaman. Pengalaman kadang-kadang terialu rutin dan
pengetahuan-pengetahuan baru agar dapat menumbuhkan sikap profesi yang makin matang, sikap ingin mencoba, ingin belajar dan ingin maju
terus serta sikap ingin selalu mengadakan inovasi dan mencoba berkreasi.
Hal tersebut diatas dapat diupayakan melalui berbagai pembinaan
yang dilakukan oleh atasan langsung guru tersebut, dimana salah satu
atasan yang terdekat yang lebih mengetahui keberadaan guru tersebut
adalah Kepala Sekolah .
Dengan demikian esensi pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru-guru sekolah dasar adalah membantu guru dalam
mengembangkan kompetensinya, sehingga guru tersebut memiliki kemampuan (ability) dan kemauan (motivasi), dimana kemampuan dan kemauan tersebut tercermin dari kinerja guru yang bersangkutan.
Dalam kesehariannya, kepala sekolah selalu disibukan dengan berbagai rutinitas tugas, baik itu yang berasal dari unsur Dinas maupun
dari unsur Departemen, disamping fasilitas waktu, tempat, dan biaya yang
relatif kurang memadai, menjadikan kendala bagi para kepala sekolah dalam melakukan pembinaan secara terprogram melalui strategi yang
terpilih , dengan mengharapkan hasil yang efektif.
Pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dikatakan baik dan efektif jika kepala sekolah dalam peranannya sebagai pembina
melaksanakan tugasnya, sehingga pembinaan tersebut mampu
mengubah perilaku mengajar guru .
Kaitannya dengan peiaksanaan pembinaan tersebut, Kotamadya
Bandung yang memiliki 948 Sekolah Dasar Negeri, dan 5243 orang guru
Sekolah Dasar, dibina oleh 910 Kepala Sekolah Dasar Negeri, yang
tersebar di 26 Kecamatan.
Dibanding dengan kabupaten dan kotamadya lainnya, Bandung
memiliki tingkat kepadatan sekolah yang tinggi dan jumlah guru yang
besar. Profil kependidikan Sekolah Dasar tersebut, dengan berbagai latar
sosial budaya dan sosial ekonomi yang majemuk dan industrial,
memerlukan penanganan yang profesional.
Penelitian tentang pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah,
diharapkan mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap
peningkatan mutu pendidikan Sekolah Dasar di wilayah tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Peningkatan kualitas pendidikan khususnya di Sekolah Dasar
merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia, Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang
mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan
Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut, Kepala Sekolah
sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam
keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar, karena berkembangnya
semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan
pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional guru banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
Pembinaan Kepala Sekolah yang dimaksud adalah pembinaan yang diberikan terhadap para guru, agar mereka dapat meningkatkan kemampuan, dan kemauan sehingga mampu meningkat kompetensi guru
yang dimilikinya , dimana kompetensi sebagai penyatuan kemauan dan
kemampuan tersebut dapat tercermin dari kualitas kinerja yang
ditunjukkannya dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar
mengajar.
Pembinaan tersebut akan berhasil dengan baik apabila Kepala Sekolah memiliki keterampilan dalam melaksanakan pembinaan, yang
meliputi keterampilan teknis, keterampilan hubungan kemanusiaan, dan
keterampilan manajerial. Dimana dalam peiaksanaan pembinaannya selalu ditujukan kepada peningkatan kemampuan guru, dengan menggunakan
Dengan demikian maka efektifitas pembinaan kepala sekolah, tercermin dari kualitas kinerja guru-gum yang dipimpinnya. Untuk itu maka
masaiah dari penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana keterampilan kepala sekolah dalam melaksanakan
pembinaan terhadap guru-gum yang dipimpinnya ?.
2. Sampai sejauh mana pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah efektip sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja
guru dalam melaksanakan tugasnya?.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis mengemukakan
judul : "EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH
DILIHAT DARI KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR"
( Studi Kasus pada Sekolah Dasar diKotamadya Bandung).
Penelitian ditujukan kepada kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pembinaan yang meliputi ketrampilan teknis, keterampilan
dalam hubungan kemanusiaan, serta keterampilan manajerial.
Keterampilan yang dimiliki oleh Kepala Sekolah tersebut sampai
sejauh mana dapat meningkatkan kemampuan profesional, kemampuan
pribadi dan kemampuan sosial Guru Sekolah Dasar, yang tercermin dalam
C. PARADIGMA PENELITIAN.
Untuk memberikan gambaran tentang pembinaan yang dilakukan
oleh kepala sekolah , diperlukan acuan penelitian yang akan dibahas
secara rinci, dalam bentuk paradigma penelitian sebagai berikut :
Kepaia Sekolah Dasar mempunyai peranan yang sangat besar
dalam keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar. Sebagai administrator,
kepala sekolah dituntut untuk memimpin pengelolaan pendidikan , dan
sebagai supervisor kepala sekolah dituntut untuk memberikan bimbingan,
bantuan, pengawasan, dan penilaian pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan teknis pendidikan.
Dalam melaksanakan perannya, setiap kepala sekolah dasar harus
memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembinaan, terutama kepada
guru-guru yang dipimpinnya, agar dapat meningkatkan daya guna dan
hasil guna dalam suatu proses kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Essensi pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah
membantu guru dalam mengembangkan kemampuan dasar yang paling
pokok, yakni kemampuan profesional, kemampuan pribadi dan
kemampuan sosial. Dimana kemampuan guru tersebut tercermin dalam
kualitas kinerja yang ditampiikan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya.
Dengan demikian pembinaan yang dilaksanakan kepala sekolah
dapat dikatakan efektif, apabila mampu meningkatkan kualitas kinerja
guru-guru yang dipimpinnya.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana pembinaan oleh kepala
sekolah tersebut efektif, sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja
variabel penelitian, yakni variabel pembinaan kepala sekolah sebagai
variabel bebas, dan variabel kualitas kinerja guru sebagai variabei terikat.
Indikator variabel bebas, atau pembinaan kepala sekolah terdiri dari
keterampilan manajerial, keterampilan teknis dan keterampilan hubungan
kemanusiaan, dengan berbagai aspek yang diamati seperti berikut:
a. Keterampilan manajeriai, mengamati aspek-aspek manajerial yang
dimiliki oieh setiap kepaia sekolah, yakni : kepemilikan visi;
keterampilan dalam perencanaan kegiatan sekoiah; pengorganisasian
sekolah; memotivasi; mengembangkan kemampuan guru; dan
memonitor aktivitas guru.
b. Keterampilan Teknis, mengamati aspek-aspek teknis pendidikan dan
pengajaran yang dimiliki oleh kepala sekolah, yakni : menentukan
tujuan, merencanakan program; mengobservasi kelas; pengelolaan
kegiatan
belajar
mengajar;
penyeleksian
sumber
mengajar;
mengevaluasi metoda mengajar; memonitor tehnik evaluasi; dan
mengadakan sarana.
c. Keterampilan Hubungan Kemanusiaan, mengamati aspek-aspek sosial
dalam hubungannya dengan tugas kepaia sekolah, yakni : keterampilan
kepala sekolah dalam berkomunikasi/menjelaskan; merespon perbedaan
Adapun indikator variabel terikat, atau kualitas kinerja guru terdiri dari kemampuan pribadi, kemampuan profesi dan kemampuan sosial,
dengan aspek-aspek yang dlamati sebagai berikut :
a. Kemampuan pribadi, mengamati kemampuan yang berkaitan dengan
kemantapan dan integritas pribadi guru dalam melaksanakan tugas,
termasuk didaiamnya komitmen guru dalam melaksanakan tugas; motivasi kerja; kreativitas; dan disipiin kerja.
b. Kemampuan Profesi, mengamati kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam proses belajar mengajar, seperti pemahaman kurikulum;
kemampuan merencanakan pengajaran; penguasaan materi pengajaran;
pengelolaan kelas; pengelolaan kegiatan belajar mengajar; penggunaan
alat peraga; dan penggunaan tehnik evaluasi.
c. Kemampuan Sosial, adalah kemampuan guru daiam berhubungan
dengan orang lain, termasuk siswa, teman sejawat, atasan, orang tua
siswa, dan masyarakat sekitar. Dimana kemampuan tersebut meliputi
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.
1. Tujuan Penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan :
a. Gambaran deskriptif tentang keterampiian kepala sekolah dasar
di Kotamadya Bandung, dalam melaksanakan pembinaan
terhadap guru-gum yang dipimpinnya.
b. Gambaran deskriptif tentang kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar
di Kotamadya Bandung.
c. Gambaran deskriptif tentang efektivitas pembinaan Kepala
Sekoiah Dasar sampai sejauh mana dapat berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas kinerja guru sekoiah dasar di Kotamadya
Bandung.
d. Gambaran deskriptif tentang keterampilan kepala sekolah dasar,
sampai sejauh mana dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas kinerja guru-guru yang dipimpinnya.
2. Manfaat Penelitian.
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
llmu Administrasi Pendidikan terutama mengenai pembinaan yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah Dasar, sampai sejauh mana dapat
Secara praktis penelitian ini bermanfaat:
a. Sebagai evaluasi bagi pembinaan Kepaia Sekolah Dasar. b. Sebagai masukan bagi pembinaan Kepala Sekolah Dasar.
E. ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS
1. Anggapan Dasar
Anggapan Dasar adaiah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
diterima oieh peneliti. Anggapan Dasar ini diperlukan untuk memperkuat
permasalahan, membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan obyek
penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpul data.
Seperangkat pendapat yang dibangun sebagai landasan untuk
keyakinan tentang kokohnya peiaksanaan penelitian, adalah sebagai
berikut:
1. "...pembinaan kepegawaian mencurahkan perhatiannya pada
pribadi-pribadi dalam hubungannya dengan pekerjaan dan
perusahaan (organisasi), ia menaruh perhatian terutama pada
hubungan perorangan. Oleh karena itu maka pembinaan
kepegawaian adalah pembinaan terhadap pribadi-pribadi,
masalah-masalah dan hubungannya terhadap penyesuaian
2. "...sebagai konsekuensi dari pembinaan kepegawaian maka
setiap manajer di tingkat apapun juga adalah juga sebagai
manajer kepegawaian, karena pekerjaan utama mereka
berhubungan dengan sumber daya manusia. Efektivitas mereka
erat kaitannya dengan efektivitas dari pegawai-pegawai
mereka". (Robert LMathis, 1979;8).
3. "Pembinaan pegawai tidak saja ditujukan terhadap usaha
pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan kejiwaan". (Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974).
4. "Kepala Sekolah bertanggung jav/ab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeiiharaan
sarana dan prasarana ". (pasai 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1990).
Dari
berbagai
pendapat tersebut
diatas,
maka
penulis
mengemukakan Anggapan Dasar sebagai berikut:
Kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pembinaan
2. Hipotesis.
Berdasarkan Anggapan Dasar tersebut, maka penulis mengajukan
Hipotesis Penelitian sebagai berikut :
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
pembinaan Kepala Sekolah dengan kualitas kinerja Guru
Sekoiah Dasar.
a.. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
keterampilan manajerial yang dimiliki oleh Kepala Sekolah
dengan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
b. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
keterampiian teknis yang dimiliki oleh Kepala Sekolah dengan
kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
c. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
keterampilan hubungan kemanusiaan yang dimiliki oleh
Kepala Sekolah dengan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN. _-""''
\
^vx
Untuk memudahkan dalam mengikuti jalan pemikiran penulis, mafar\
penuiisan ini disusun dengan sistematika pembahasany^gai.b&dt: ~3jj
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan. Pafebab^Tni penults/
penulis. Selanjutnya diuraikan pula Anggapan Dasar dan Hipotesis
yang diajukan. dan pada sub bab terakhir, penulis menyampaikan sistematika pembahasan dengan maksud seperti penulis sampaikan pada
awai tulisan ini.
Bab kedua , Merupakan uraian-uraian tentang teori-teori dasar yang
ada kaitannya dengan efektivitas pembinaan yang dilaksanakan oleh
kepala sekolah dasar.
Bahasan
diawali
dengan
mengutarakan
peranan kepala sekolah dalam pendidikan, kepaia sekolah sebagai
pemimpin pendidikan juga sebagai supervisor pengajaran. Sub
bagian
kedua adaiah tentang pembinaan kompetensi guru yang diilaksanakan
oleh kepala sekolah dasar, dimana didalamnya dipaparkan tentang konsep
dan teori pembinaan serta kriteria efektivitas pembinaan oleh kepala
sekolah. Dan Sub bab yang terakhir dari bab kedua ini yaitu tentang
konsep kinerja guru, dimana dalam uraiannya dikemukakan tentang
konsep kompetensi yang hams dimiliki oleh setiap guru dalam
melaksanakan tugasnya, yang ditunjukkan dalam bentuk kinerja guru yang
bersangkutan, serta kriteria kualitas kinerja guru sekolah dasar.
Bab ketiga, Menjabarkan lebih rinci tentang prosedur penelitian,
yang secara garis besar telah disinggung pada bab satu.Diawali dengan
metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, serta iokasi
penelitian yang meliputi populasi dan sampel yang diteliti. Berikutnya
jenis dan cara pengumpulan data serta laporan tentang instrumen yang
digunakan, beserta validitas dan reliabilitasnya. Dalam sub bab ini pula
dibahas pula tentang prosedur pengoiahan dan analisis data.
Bab keempat, Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data hasil
penelitian, termasuk didalamnya uraian tentang deskripsi data hasil
penelitian yang dilanjutkan dengan mendeskripsikan data setiap variabel
yang diteliti, yakni variabel pembinaan oleh kepala sekolah dan variabel kualitas kinerja guru. Berikutnya dalam bahasan analisis bivariate dan
analisis univariate dijeiaskan secara rinci tentang pengujian secara statistik
atas hipotesis yang diajukan serta hasil yang diperoleh melalui penelitian.
Bab kelima, Akhirnya pada bab ini penulis akan mencoba mengemukakan beberapa kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan,
yakni kesimpulan tentang peiaksanaan pembinaan oleh kepaia sekolah
dasar di Kotamadya Bandung, tentang kualitas kinerja guru-guru sekolah
dasar di Kotamadya Bandung, serta sampai sejauhmana pembinaan yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah dasar tersebut dapat berpengaruh
terhadap guru-guru sekolah dasar yang dipimpinnya, untuk kemudian
diajukan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan, para pengguna hasil
penelitian serta para peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini, sebagai
sumbangan penulis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap gambaran
peiaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, sampai
sejauh mana pengaruhnya terhadap kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar
yang di Kotamadya Bandung.
Oleh karena dalam penelitian ini, menggunakan populasi yang
sangat besar, dengan jumlah responden yang cukup banyak , dimana
data yang dikumpuikan dengan menggunakan alat pengumpul data yang
utama dalam bentuk kuesioner, maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian survai.
Penelitian survai merupakan usaha yang sistematis untuk
mengungkapkan fenomena sosial, dengan cara memandang fenomena
tersebut sebagai hubungan antar variabel.
Masri Singarimbun (1989 ; 4), mengemukakan pendapat bahwa penelitian survai dapat digunakan dengan maksud (1) penjajagan
(eksploratif); (2) deskriptif; (3) penjelasan (explanatory atau confirmatory)
; yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa ; (4)
evaluasi ; (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang
akan datang ; (6) penelitian operasional ; dan (7) pengembangan
indikator-indikator sosial.
Wallace (1973 ; 16-24), menggambarkan penelitian survai, sebagai
proses untuk mentrasformasikan lima komponen informasi ilmiah, dengan
enam kontrol metodologis. Komponen-komponen informasi ilmiah yang
dimaksud, adalah : (1) teori ; (2) hipotesa ;(3) observasi ; (4) genaralisasi
empiris ;dan (5) penerimaan atau penolakan hipotesa. Kontrol metodologis
adalah : (1) deduksi logika ; (2) interpreted, penyusunan instrumen,
penyusunan skala dan penentuan sampel ; (3) pengukuran
penyederhanaan data, dan perkiraan parameter, (4) pengujian hipotesa,
inferensi logika, dan (5) formulasi konsep, formulasi proposisi, serta (6)
penataan proposisi.
Dari berbagai pendapat tersebut, maka penelitian survei terdiri dari
dua tahap, yakni proses teoritisasi dan proses empirisasi. Pemahaman
tentang berbagai unsur penelitian diperlukan agar dapat merumuskan
hubungan-hubungan teoritis dengan baik. Pada tahap empirisasi
diperlukan pengetahuan tentang variabel, hipotesa, dan defmisi
operasional, agar mempunyai gambaran yang jelas tentang data yang
hendak dikumpuikan.
Dengan demikian informasi yang dikumpuikan bersifat faktual dan
ini mempunyai implikasi untuk mengembangkan sumber daya manusia
selanjutnya.
Penelitian survai dimulai dengan munculnya minat peneliti terhadap
suatu fenomena sosial tertentu. Minat itu kemudian disusun menjadi
masaiah penelitian yang lebih jelas dan lebih sistematis dengan
menggunakan informasi ilmiah yang sudah tersedia dalam literatur, yakni
teori.
Karena teori adalah informasi ilmiah yang abstrak sifatnya, maka
melalui deduksi logika, teori yang abstrak tadi diterjemahkan menjadi
hipotesa, yakni informasi ilmiah yang lebih spesifik dan lebih sesuai
dengan tujuan penelitian.
Hipotesa memberikan informasi tentang variabel-variabel penelitian
serta hubungannya. Untuk mengumpulkan informasi yang cocok dengan
variabel-variabel tadi, maka serangkaian kontrol metodologis dilakukan .
Interpretasi yang tepat atas konsep dan konstruk yang akan diteliti,
serta penggunaan instrumen yang tepat sesuai konsep dan konstruk,
sangat penting artinya, karena konsep yang diteliti bersifat abstrak. Begitu
pula halnya dengan populasi penelitian yang cukup besar jumlahnya,
sehingga periu ditentukan sampel yang tepat pula.
Dari langkah metodologis tersebut, diperoleh informasi yang relevan
berupa data. Data yang terkumpul tersebut kemudian diolah dengan
Atas dasar data yang sudah disederhanakan, kemudian dibuat
generalisasi empiris atau kesimpulan-kesimpulan umum yang didasarkan atas fakta-fakta empiris tentang sampel penelitian.
Penelitian ini tidak hanya sekedar memberikan gambaran tentang
sekelompok sampel dan populasi tetapi lebih jauh melihat bagaimana
pengaruh antara kedua variabelnya. Oleh karena itu dalam upaya
memperkaya date dan lebih memahami variabel-variabel yang diteliti,
diupayakan untuk menambah informasi kualitatif pada date kuantitatif.
Dengan demikian, maka tambahan berbagai informasi kualitatif
tersebut, diharapkan memperoleh gambaran yang sangat jelas tentang
variabel-variabel yang diteliti.
B. LOKASI DAN SAMPEL
1. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian dilakukan di Kotamadya Dati II Bandung, yang
terdiri dari enam wilayah, dan 26 kecamatan. Kotamadya Bandung
sebagai ibukota propinsi Jawa Barat berfungsi sebagai pusat kota
pemerintahan juga merupakan pusat pendidikan, perdagangan, pariwisata,
dan kota industri.
Adapun penetapan lokasi penelitian, berdasarkan pada aiasan yang
Pertama, Kondisi kuantitatif sekolah di Kotamadya Bandung relatif
beragam. Dilihat dari beberapa hal di Kotamadya Bandung, terdapat
kualitas sekolah dasar dalam kategori baik, sedang dan kurang, yang
dikarenakan beberapa faktor.
Kedua, Keragaman kondisi kualitas sekolah dasar tersebut
berimpllkasi terdapatnya permasalahan yang beragam dalam
pembinaannya.
Ketiga, Studi tentang efektivitas pembinaan oleh kepala sekolah,
dilihat dari kualitas kinerja guru sekolah dasar, belum pernah dilakukan
secara intensif.
2. Populasi Penelitian.
Populasi penelitian adalah meliputi keseiuruhan aspek peiaksanaan
pembinaan Kepala Sekolah Dasar dan Kinerja Guru Sekolah Dasar di
Kotamadya Bandung. Dengan demikian yang menjadi anggota populasi
adalah 918 orang Kepala Sekolah Negeri dan 5243 orang Guru Sekolah
Dasar Negeri yang tersebar pada 910 Sekolah Dasar Negeri di 26
Kecamatan Kotamadya Bandung.
Berikut ini adalah tabel tentang banyaknya kepala sekolah dan guru
Tabei 1
POPULASI PENELITIAN
PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH
DAN KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR.
NO NAffiA
KKCAtoATAN
JUWEEAfi GURU SD/
i $D KERALA:
SD
UMUM
;
1 Andir 31 29 174
2 Arcamanik 33 33 227
3 Astanaanyar 50 46
224
4 Babakan Ciparay 53 51
229
5 Bandung Kidul 16 13
72
6 Bandung Kulon 41 41
227
7 Bandung Wetan 4 4
26
8 Batununggal 52 51
291
9 Bojongloa Kaler 18 18
81
10 Bojongloa Kidul 22 22
118
11 Cibeunying Kaler 24 23
149
12 Cibeunying Kidul 61 52
352
13 Cibiru 35 35 230
14 Cicadas 46 44 307
15 Cicendo 50 50 239
16 Cidadap 18 17
72
17 Coblong 65 64
318
18 Kiaracondong 59 56
340
19 Lengkong 26 26
165
20 Margacinta 37 35
21 Rancasari 17 17 106
22 Regol 56 49
244
23 Sukajadi 44 42 215
24 Sukasari 38 36 166
25 Sumur Bandung 24 22
148
26 Ujung Berung 34 34
259
Jumlah 948 910 5,243
Sumber: Dinas Pdan KKotamadya Bandung, Tahun 1998.
Dari jumlah populasi yang ada, akan diambil sampel dengan cara
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel atau Probability Sampling, melalui
tehnik Cluster Sampling (Area Sampling) karena populasi yang akan
dijadikan obyek penelitian sangat luas.
Sedangkan jumlah sampel yang akan diambil merujuk pada
pendapat Suharsimi Arikunto (1987 ; 107), bahwa apabila populaslnya
lebih besar dari 100, maka dapat diambil 10% -25% atau lebih, tergantung
kepada :
1) Kemampuan peneliti yang meliputi dana, waktu dan tenaga.
2) Sempitatau luasnya pengamatan
Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan diambil
sampel dari 4 kecamatan yakni, kecamatan Arcamanik, Bandung Weten,
Bandung Kidul dan Sumur Bandung, dengan rincian sebagai berikut:
1) Kecamatan Arcamanik
Memiliki 33 Sekolah Dasar Negeri, dengan 33 orang Kepala Sekolah dan 227 orang Guru Sekolah Dasar Negeri.
Sampel yang diambil adalah 17 orang Kepala Sekolah, dan 17 orang
Guru Sekolah Dasar.
2) Kecamatan Bandung Weten.
Memiliki 4 Sekolah Dasar Negeri, dengan 4 orang Kepala Sekolah dan
26 Guru Sekolah Dasar.
Sampel yang diambil adalah 4 Kepala Sekolah dan 4 Guru Sekolah
Dasar.
3). Kecamatan Bandung Kidul.
Memiliki 16 Sekolah Dasar Negeri, dengan 13 Kepala Sekolah dan 72
Guru Sekolah Dasar.
Sampel yang diambil adalah 3 Kepala Sekolah Dasar Negeri, dan 3
Guru Sekolah Dasar Negeri.
4) Kecamatan Sumur Bandung.
Memiliki 24 Sekolah Dasar Negeri, dengan 22 orang Kepala Sekolah
Sampel yang diambil adalah 13 orang Kepala Sekolah dan 13 orang
guru Sekolah Dasar Negeri.
3. Sampel Penelitian.
Dengan demikian jumlah sampel yang diteliti, adalah 37 Sekoiah
Dasar Negeri. dengan 37 Kepala Sekolah Dasar dan 37 Guru Sekolah Dasar sebagai responden. Berikut ini adalah daftar responden dar ke 37
Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung :
Tabel 2.
DAFTAR RESPONDEN
Ho Na-maSekolah pw&r Keeamaftan
Bina Harapan 01 Arcamanik Bina Harapan 02 Arcamanik
32 Bina Harapan 05
Arcamanik
42 Sukakarya
Arcamanik
52 Sukakarya III
Arcamanik
Nugraha Arcamanik
Lokajaya II Arcamanik Lokajaya III Arcamanik
Sindanglaya Arcamanik
10 Sindanglaya
Arcamanik
11 Sindanglaya V
Arcamanik
12 Sindanglaya IX
Arcamanik
13 Arcamanik Endah
Arcamanik
14 Arcamanik
15 Sukamiskin
16 Cisaranten Kulon
17 Cisaranten Kulon VIII
18 Ciujung
19 Ciujung II
20 Ciujung
21 Ciujung IV 22 Batununggal 23 Batununggal 24 Pasawahan IV
25 Banjarsari 26 Banjarsari 27 Banjarsari IV 28 Banjarsari VI
29 Soka 34/1
30 Soka 34/III
31 Soka 34/ V
32 Soka 34/VI
33 Merdeka 5/II
34 Merdeka 5/IV
35 Merdeka 5A/I
36 Patrakomala II
37 Patrakomala III
C. PENGEMBANGAN ALAT PENGUMPUL DATA
1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini, selain menggunakan observasi, dan
wawancara, juga dipergunakan alat pengumpul data yang berupa angket
(kuesioner), mengenai variabel yang sedang diteliti, yaitu Variabel
Pembinaan Kepala Sekolah dan Variabel Kinerja Guru Sekolah Dasar di
Kotamadya Bandung. Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dalam
pembuatan alat pengembangan /pengumpul date ini adalah :
a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti
dapat dianalisis dan diolah secara statistik.
b. Dengan pengumpulan data tersebut, memungkinkan dapat
diperoleh data yang obyektif.
c. Dengan alat pengumpul data ini, memungkinkan penelitian
dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu,
biaya dan tenaga.
Jelasnya alat pengumpul data untuk mengungkapkan variabel
Pembinaan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Sekolah Dasar
menggunakan tehnik kuesioner ateu angket dengan jawaban tertutup. Jawaban yang diberikan responden dinilai dengan menggunakan skala berjenjang, dengan bates tertinggi 5 dan bates terendah 1.
Untuk mengukur tiap variabel digunakan instrumen, yang dapat
Kepala Sekolah, meliputi aspek keterampilan Teknis, keterampilan
hubungan kemanusiaan, dan keterampilan manajerial. Adapun aspek dari Variabel Kemampuan Guru Sekolah Dasar Negeri, meliputi kemampuan
profesional, kemampuan pribadi, dan kemampuan sosial.
2. Kesahihan (Validity) dan keterandalan (Reliability) Instrumen.
Instrumen pengumpul data dalam penelitian harus memenuhi
persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability). Oleh
karenanya dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian, teriebih dahulu diuji cobakan guna
mengetahui kesahihan dan keterandalan tidaknya intrumen.
Validitas.
Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah instrumen betul-betul mengukur suatu atribut yang dikehendaki. Dengan
demikian validitas instrumen akan menunjukkan apakah instrumen yang
dimaksud berguna atau tidak.
Kerlingger (1990 ; 730) menyatakan bahwa definisi yang lazim
mengenai validitas tercermin dalam pertanyaan :"Apakah kite
sungguh-sungguh mengukur ihwal yang memang kite ingin ukur ?". Dalam
Kemudian pernyataan Julian C. Stanley & Kenneth D. Hopkins
(1972; 101), sebagai berikut:
"The validity of a measure is how well it fulfills the function for
which it is being used the degree to which it is capable of achieving
certain aims. Regardless of other merits ofa test, if it lacks validity
for aparticulr task, the information it provides is useless. The validity
of a testis the accuracy ofspesific prediction made from its scores".
Selanjutnya Sugiyono (1993 ; 93) menyatakan bahwa "...hasil
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan date yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti". Kalau dalam obyek berwarna merah, maka date yang terkumpul juga
memberikan data merah.
Jadi dalam mengukur validitas, kita melihat isi dan kegunaan instrumen
tersebut. Muljarto Tjokrowinoto (1981 ; 27), menyatakan bahwa validitas akan menjawab beberapa pertanyaan, dianteranya :
"Unsur-unsur apa yang terdapat dalam instrumen ?, Untuk apa
instrumen diciptakan dan apakah tujuan pencipteannya tercapai ? Apakah
instrumen itu sesuai dengan konsep dan variabel yang hendak diukur ?."
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa suatu instrumen yang valid untuk tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan lain. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah berbagai macam validitas instrument,
a. Validitas Konstruksi (construct Validity), yaitu suatu validitas dimana
peneliti mulai dengan menganalisa apakah instrumen yang telah dibuat
merupakan unsur-unsur suatu konstruk. Kalau instrumen itu dalam
bentuk skala maka dicarilah apa dari instrumen tersebut yang
merupakan bagian dari skala itu, Dengan menggunakan teori, apakah
bagian-bagian itu logis untuk disatukan menjadi skala yang akan
mengukur suatu konstruk. Selain daripada itu untuk pengujiannya
peneliti dapat menggunakan Judgements expert.
b. Validitas Isi (Content Validity) yaitu validitas yang dapat dilakukan
dengan cara membandingkan isi instrumen dengan isi materi yang akan
diteliti. Secara teknis pengujian validitas isi maupun validitas konstuk
dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen.
c. Internal dan Eksternal Validity, yaitu menyangkut struktur dan hasil
pengukuran. Internal validity akan menjawab seberapa jauh alat ukur
berhasil mengukur yang memang ingin diukur, sedangkan eksternal validity akan menjawab pertanyaan apakah hasil pengukuran populasi dapat diterapkan kepada populasi lainnya ?.
d. Predictive Validity yaitu kemampuan suatu instrumen penelitian untuk
meramalkan dan menjelaskan suatu kondisi di masa yang akan datang. e. Cross Cultural Validity yaitu kemampuan suatu alat ukur untuk dapat
digunakan di berbagai negara yang biasanya menyangkut nilai sosial
yang terjadi dari suatu kebudayaan mungkin tidak terdapat dalam
kebudayaan lainnya.
f. Face Validity, yaitu menyangkut pengukuran atribut yang konkret,
dimana infrensi tidak diperlukan atau dapat dinyatekan sebagai penilaian dari para ahli atau konsumen terhadap alat ukur.
Dari berbagai macam validitas tersebut, maka jelaslah bahwa dalam
instrumen penelitian Pembinaan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Sekolah
Dasar, harus diuji validitas konstruksi dan validitas isinya.
Dalam menguji taraf validitas, penulis melakukan langkah-langkah :
1) Mendefinisikan secara operasional konsep-konsep yang akan diukur.
-. Berdasarkan definisi dan rumusan konsep tentang pembinaan
kepala sekolah dan kinerja guru sekolah dasar dari literatur-literatur yang ditulis para ahli, penulis melakukan pra
penelitian untuk mengetahui keadaan sebenarnya di lapangan.
Pra penelitian tersebut, dilakukan pada akhir bulan Juii 1998
sampai dengan awal bulan Agustus 1998, melalui observasi dan wawancara terhadap 5 orang kepala sekolah dasar, dan 10 orang
guru sekolah dasar yang akan dijadikan responden.
-. Hasil pra penelitian dikonsultasikan dan didiskusikan dengan para ahli, dalam hal ini adalah dosen-dosen pembimbing, sehingga
tersebut, dituangkan kedalam bentuk kisi-kisi, seperti yang
dikemukakan berikut ini.
Tabel 3
KISI-KISI INSTRUMENT
UNTUK MENGUKUR PEMBINAAN KEPALA SEKOUH
DI KOTAMADYA BANDUNG
. VARIABEL JNWKATOfc : ! A$**EK- ASPEK NGJTEM
•
': YANG DIAMATI
INSTRUMEN
Pembinaan 1 Keterampilan 11 Kepemilikan Visi
1,2
Kepala Sekolah manajerial
1.2 Perencanaan kegiatan sekolah
3
1.3 Pengorganisasian sekolah
4,5
1.4 Memotivasi 6,7
1.5 Mengembangkan
kemampuan guru
8,9,10
1.6 Memonitor aktivitas. 11,12
2.Keterampilan 2.1 Menentukan tujuan 13
Teknis pengajaran
2.2 Merencanakan
Pengajaran
14
2.3 Mengobservasi kelas 15,16 2.4 Pengelolaan belajar
mengajar
17,18
2.5 Denyeleksian sumber 19
. I pengajaran
2.6 Menentukan metoda
mengajar.
20,21
2.7 Memilih tehnik evaluasi 22,23
2.8 Mengadakan sarana 24
3. Keterampilan 3.1 Menjelaskan/komunika 25
Hubungan si
Kemanusiaan
3.2 Merespon perbedaan individual
26
3.3 Memimpin interaksi 27,28
3.4 Kerjasama 29
3.5 Memecahkan konflik 30
.
Berikut ini kisi-kisi instrumen untuk mengukur kualitas kinerja guru
di Kotamadya Bandung.
Tabel 4.
KISI-KISI INSTRUMENT DI KOTAMADYA BANDUNG
UNTUK MENGUKUR KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR
VARIABEL INDIKATOR ASPEK -ASPEK »0,-tTE«
:
YANGOlAMAtl INSTRUMEN
Kinerja Guru
Sekolah Dasar
1 Kemampuan
pribadi guru
(Personal
Competency)
1 1 Komitmen terhadap tugas 1,4
1.2 Motivasi kerja 2,3
2.Kemampuan Profesi (Profesional Competency). 3. Kemampuan sosial. Sociaal Competency)
1.4 Disiplin kerja
2.1 Pemahaman kurikuium,
2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 3.1 3.2 3.3 Merencanakan pengajaran Penguasaan Materi pengajaran Pengelolaan kelas Pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metoda mengajar
Penggunaan alat peraga
Penggunaan evaluasi Komunikasi Kerjasama Afeksi tehnik 7,8 9.10 11,12 13,14 15,16 17,18 19,20 21,22 23,24 25,26 27,28 29,30
2) Berdasarkan kisi-kisi untuk mengukur pembinaan kepala sekolah dasar, dan untuk mengukur kualitas kinerja guru sekolah dasar, penulis
membuat dua instmmen penelitian, berupa angket (kuesioner
3) Kuesioner penelitian Pembinaan Kepala Sekolah Dasar, diisi oleh
kepala sekolah dasar sebagai responden, sedangkan kuesioner penelitian Kinerja Guru Sekolah Dasar, diisi oleh guru sekolah dasar
sebagai responden.
4) Melakukan uji coba instrumen pada akhir bulan September sampai
dengan awal bulan oktober, kepada 10 orang kepala sekolah dasar,
dan 20 orang gum sekolah dasar.
5) Mengolah data hasil uji coba instmmen, melalui storing hasil jawaban
responden, untuk selanjutnya dibuat tabulasi data.
6) Menghitung korelasi antara masing-maslng pertanyaan dengan skor
total dengan menggunakan rumus tehnik korelasi product moment,
yang dirumuskan sebagai berikut:
'XY
NffW - ooy.csY,)
/"(NEX^-dX^CNSY,2-^)2)
7) Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan
dengan angka kritik Tabel korelasi nilai r. Apabila t h(tung lebih besar dari
t tabel, maka pertanyaan tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa
pertanyaan tersebut mempunyai validitas konstrak. Ateu terdapat
konsistensi
internal
(internal
consistency),
dalam
Reliabiiitas.
Reliabiiitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran dapat dipercaya dan diandalkan, apabila
pengukuran diulangi.
Reliabiiitas, menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam
mengukur mengukur gejala yang sama, karena setiap alat pengukur harus memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.
Setiap hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi antara
hasil pengukuran yang sesungguhnya (true score), ditambah dengan
kesalahan pengukuran. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel
alat pengukur, sebaliknya makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak
reliabel alat pengukuran.
Untuk mengetahui reliabiiitas instrumen yang dijadikan alat ukur
oleh peneliti, maka digunakan tehnik belah dua dari Spearman Brown, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Berdasarkan tabel uji validitas instrumen, item-item yang valid dibagi
menjadi dua belahan, dengan cara membagi item berdasarkan nomor genap ganjil.
b. Item yang bernomor ganjil, dimasukkan kedalam belahan pertama,
sedangkan yang bernomor genap dikelompokkan kedalam belahan
c. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan.
Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing
responden, yakni skor total belahan pertama dan skor total belahan
kedua.
d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan
kedua, dengan menggunakan tehnik korelasi product moment, seperti
rumus dalam uji validitas.
e. Mengoreksi angka korelasi yang diperoleh, dengan memasukkannya
kedalam rumus :
'•**
1 +r. „
rtct = angka reliabiiitas keseiuruhan item.
r.ff = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua.
6) Bila angka korelasi dikuadratkan, hasil kuadrat ini disebut "koefisien
determines!" (coeficient of determination), yang merupakan petunjuk
besarnya
hasil pengukuran yang sebenarnya. Makin tinggi
3. Hasil Uji coba Validitas dan reliabiiitas.
Telah dibahas sebelumnya, bahwa instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, teriebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji validites instrumen digunakan perhitungan dengan rumus product
moment, sedangkan untuk menguji reliabiiitas instrumen digunakan tehnik
belah dua dari Spearman Brown.
a. Uji Validitas.
Instrumen yang digunakan pada kelompok pertanyaan pembinaan kepala sekolah.maupun kelompok pertanyaan kualitas kinerja guru, skala pengukuran dari jawaban responden, merupakan skala pengukuran ordinal, sehingga untuk melakukan pengujian validitas kuesioner,
digunakan korelasi product moment.
Untuk kelompok pertanyaan pembinaan kepala sekolah, dengan jumlah responden sebesar 10 (N=10), dengan tingkat kesalahan a 0,05
memilki r.abe. sebesar 0,632. Sedangkan untuk kelompok pertanyaan
kualitas kinerja guru sekolah dasar, dengan jumlah responden sebesar 20
(N=20), memiliki rtabel sebesar 0,444.
Untuk mengetahui validitas pertanyaan, maka setiap rhltung yang
diperoleh dikonsultasikan dengan rlabel. Apabila rhSung lebih besar dari rtabel,
maka item pertanyaan dalam instrumen penelitian tersebut valid,
sebaliknya jika t,Hung lebih kecil dari t,abel tabel maka item pertanyaan dalam
Melalui perangkat lunak SPSS, diperoleh perhitungan korelasi
antara setiap pertanyaan dengan skor total seperti yang disajikan dalam
tabel berikut ini.
Tabel 5
HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM
PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI
liiHii
^iillft^^^il^MBBH
1 0.962 Valid
2 0.902 Valid
3 0.962 Valid
4 0.7OO Valid
5 0.727 Valid
6 0.962 Valid
7 0.915 Valid
8 0.842 Valid
9 0.944 Valid
10 0.962 Valid
11 0.833 Valid
12 0.719 Valid
13 0.855 Valid
14 0.912 Valid
15 0.731 Valid
16 0.642 Valid
17 0.801 Valid
18 0.83O Valid
19 0.895 Valid
20 0.962 Valid
21 0.833 Valid
22 0.721 Valid
23 0.881 Valid
24 0.7OO Valid
25 0.817 Valid
26 0.962 Valid
27 0.7OO Valid
28 0.7OO Valid
29 0.9OO Valid
Tabel 6.
HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM
KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI
IIHHii
qi :'?:'t*;'?;i!i:j!iXj'.j,*x-*'?!i:t'.i:i:\|'-;-^"t' * ^ i
1 0.771 Valid
2 0.915 Valid
3 0.643 Valid
4 0.809 Valid
5 0.738 Valid
6 0.643 Valid
7 0.789 Valid
8 0.792 Valid
9 0.74O Valid
10 0.643 Valid
11 0.915 Valid
12 0.738 Valid
13 0.803 Valid
14 0.702 Valid
15 0.915 Valid
16 0.711 Valid
17 0.915 Valid
18 0.854 Valid
19 0.738 Valid
20 0.86O Valid
21 0.689 Valid
22 0.915 Valid
23 0.772 Valid
24 0.809 Valid
25 0.771 Valid
26 0.771 Valid
27 0.809 Valid
28 0.809 Valid
29 0.915 Valid
b. Uji Reliabiiitas.
Dalam pengujian reliabiiitas instrumen, untuk kedua kelompok
pertanyaan digunakan tehnik belah dua dari Spearman Brown.
Untuk kelompok pertanyaan pembinaan kepala sekolah, dengan
dk=10, taraf kesalahan a 0,05 , diketahui rfabe| sebesar 0,632.
Sedangkan untuk kelompok pertanyaan kualitas kinerja guru sekolah
dasar, dengan teraf kesalahan a 0,05, serta dk=20, diketahui rtabel sebesar
0,444.
Jika rH lebih besar dari rtab8), maka instrumen yang digunakan reliabel, begitu pula sebaliknya.
Tabel /.
UJI RELIABILITAS INSTRUMENT
PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI
Nomor Responden
Ganjil
X
Genap
Y X2
j Y2
I XY 1 61 61 3721 3721 37212 53 56 2809 3136 2968
3 50 51 2500 2601 2550
4 56 47 3136 2209 2632
5 32 35 1024 1225 1120
6 70 71 4900 5041 4970
7 58 58 3364 3364 3364
8 57 57 3249 3249 3249
9 73 70 5329 4900 5110
10 70 I 68 4900
4624 4760 Jumlah 580 I 574
34932 34070 I 34444
Hasil Uii Product Moment Antar Kelomook
N.£XY-(£X.EY) {NEX2 -(IX)2} {NSY2 -(IY)2}
[image:62.595.81.463.175.617.2]11520. 12042 179?
Tabel 2. Hasil Uii Reliabiiitas (Solit Half) Pembinaan Kepala Sekolah Dasar Neaen
2. (r.tt) 1 + (r.tt)
Tabel 8.
UJI RELIABILITAS INSTRUMENT
KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI
Nomor Responden
Ganjil
X
Genap
Y X2 Y2 XY
1 65 66 4225 4356 4290
2 69 68 4761 4624 4692 3 71 71 5041 5041 5041
4 68 68 4624 4624 4624
5 69 70 4761 4900 4830
6 72 69 5184 4761 4968 7 71 69 5041 4761 4899
8 35 33 1225 1089 1155
9 69 67 4761 4489 4623
10 70 66 4900 4356 4620
11 66 63 4356 3969 4158
12 59 58 3481 3364 3422
13 48 44 2304 1936 2112
14 72 71 5184 5041 5112
15 68 65 4624 4225 4420
16 68 66 4624 4356 4488
17 67 70 4489 4900 4690 18 72 71 5184 5041 5112
19 55 52 3025 2704 2860
20 63 62 3969 3844 I 3906 Jumlah 1297 I 1269 85763
82381 I 84022
Hasil Uii Product Moment Antar Kelomook
N.EXY-(EX.EY) {NEX2 - (EX)2} (NEY2 - (EY)2}
805673 805340.5721
Tabel 2. Hasil Uji Reliabiiitas (Split Half)
Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri
2. (r.tt) 1 + (r.tt)
2.000825559 2.000412779
VALID
r.tab
dk=20 : 5 %
0.444
rtt
1.000412779
r.tot
Dari tabel tersebut, temyata instrument yang digunakan oleh
peneliti, baik itu instrument untuk mengukur pembinaan oleh kepala
sekolah, maupun instrument untuk mengukur kualitas kinerja guru sekolah
dasar negeri, sangat reliabel.
4. Peiaksanaan Pengambilan Data.
Pengambilan data, baik data pra survai (guna pembuatan
instrument penelitian, dan pengujian validitas dan reliabiiitas), maupun data untuk penelitian sesungguhnya dilaksanakan setelah mendapat ijin
dari kepala Dinas P dan KKotamadya Bandung.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh para
kepala cabang Dinas P dan K Kecamatan, untuk menyebarkan kuesioner
penelitian kepada para kepala sekolah dasar negeri dan gum sekolah
dasar negeri sebagai responden.
Pra penelitian untuk pembuatan instrumen dilaksanakan pada bulan
Juli 1998 sampai dengan bulan Agustus 1998, melalui observasi kepada lima orang kepala sek