• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH DILIHAT DARI KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR: Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH DILIHAT DARI KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR: Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH

DILIHAT DARI KUALITAS KINERJAGURU SEKOLAH DASAR

(Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang StudiAdministrasi Pendidikan

oleh: ATTYRESMIATI

9696007

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

INSTTTUT KEGURUAN DAW ILMU PENDIDIKAN

▸ Baca selengkapnya: contoh laporan observasi guru oleh kepala sekolah

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing

d Fakry Gaffar, M Ed.

Pembimbing II

H

/

?f

(3)

Diketahui

Ketua Program Administrasi Pendidikan

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Tesis ini adalah sepenuhnya karya saya

sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang termasuk plagiat dari karya orang

lain

(5)

i a m a r

JUDUL

!

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR

V

UCAPAN TERIMA KASIH vjj

ABSTRAK

IX

DAFTAR ISi

Xii

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN wi

DAFTAR LAMPIRAN ^

BAB I PENDAHULUAN

i

A. Latar Belakang Masaiah -j

B. Rumusan Masaiah 14

C. Paradigma Penelitian 17

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 21

1. Tujuan Penelitian 21

2. Manfaat Penelitian 21

E. Anggapan Dasar dan Hipotesis 22

1. Anggapan Dasar 22

2. Hipotesis 24

F. Sistimatika Pembahasan 24

(6)

A. Peran Kepala Sekolah dalam Pendidikan 27 1.KepalaSekoiahSebagai Pemimpin Pendidikan. . 30

2. Kepala Sekolah sebagai Supervisor 42

B. Pembinaan Kepaia Sekolah 54

1. Konsep Pembinaan 54

2. Efektivitas Pembinaan qq

C. Kinerja Guru 83

1. Kompetensi Guru Q3

2. Kualitas Kinerja Guru 97

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 110

A. Metoda Penelitian 110

B. Lokasi dan Sampe! Penelitian 113

C. Pengembangan Aiat Pengumpui Data 120

1. Jenis dan Cara Prngumpulan Data 120

2. Kesahihan (Validity) dan Keterandalan

(Reliability) instrumen 121

3. Hasii Uji Coba Validitas dan Reliabilitas 131 4. Pelaksanaan dan Pengambiian Data 137

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 139

A. Prosedur Pengolahan dan Analisis data 139

B. Deskripsi Data 141

C. Deskripsi Variabei yang Diteliti 145

1. Pembinaan Kepala Sekolah 145

2. Kinerja Guru Sekolah Dasar 182

D. Analisis Bivariate 212

E. Analisis Univariate 218

(7)

A. Kesimpulan 232 1. Peiaksanaan Pembinaan Kepala Sekolah Dasar 233

2. Kinerja Guru Sekolah Dasar 234

3. Pengaruh Pembinaan Kepaia Sekolah terhadap

Kinerja Guru 236

B. Rekomendasi 240

C. Penutup 242

DAFTAR PUSTAKA 243

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A.TABEL 247

B. INSTRUMEN PENELITIAN 251

C. TANDA BUKTi PENELITIAN 271

(8)

Tabe! halaman

1 Populasi Penelitian 115

2 Daftar Responden 11 g

3 Kisi-kisi instrumen Pembinaan Kepala Sekolah 125

4 Kisi-kisi instrumen Kinerja Guru 126

5 Hasil Perhitungan Validitas Item Pembinaan Kepaia Sekolah 132

6 Hasil Perhitungan Validitas Item Kinerja Guru Sekolah Dasar 133

7 Uji Reliabiiitas Pembinaan Kepala Sekolah 135

8 Uji Reliabiiitas Kinerja Guru 135

9 Penyebaran Angket dan Jumiah angket yang dioiah 144

10 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan

Manajerial Kepala Sekolah 145

11 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan Teknis

Kepala Sekolah 155

12 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan

Hubungan Kemanusiaan Kepala Sekolah 172

13 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemamouan Pribadi

Guru

14 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemampuan Profesi

Guru

15 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemampuan Sosial

Guru

182

190

206

16 Uji Korelasi Pembinaan Kepaia Sekolah Dengan Kualitas

Kinerja Guru 216

17 Uji Korelasi Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah

Dengan Kualitas Kinerja Guru 220

18 Uji Korelasi Keterampilan Teknis Kepala sekolah Dengaj

Kualitas Kinerja Guru J*?

19 uji Korelasi Keterampilan Hubungan Kemanusiaan^ngan v

Kualitas Kinerja Guru r'^*"* ;•

20 Deskripsi Variabe! yang Diteliti

Si 0 >i* Wkfog't. ','

21

Koefisien Korelasi Variabel Dependent danV^rfale'f:;^;•- #/

Independent V:o''' "" " 22%^//

:2

(9)

Bagan h-ia-anMaiaman

1 Paradigma Peneiitian 13

2 Sistem Pengaruh Supervisi Pengajaran 46

3 Hubungan Antara Indikator Variabel Xdengan Variabel Y 226

(10)

BAB \

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Menjelang dimasukinya tahap kedua Pembangunan Nasional Jangka Panjang, Indonesia sudah berada dalam era globalisasi, suatu

kondisi dunia yang saling bergantung satu sama lain, sebagai akibat

perkembangan teknologi, perdagangan internasional, arus informasi,

sistem komunikasi, dan trasportasi yang canggih. Karena itu setiap negara

dan warga negara perlu meningkatkan kualitasnya agar dapat survive,

mampu meningkatkan mutu kehidupan, dan mampu terus

mengembangkan dirinya.

Dalam menghadapi kondisi tersebut, Indonesia telah bertekad,

seperti dirumuskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993 untuk tidak menghindar dari dunia maju, melainkan sudah terlibat dan akan makin berperan dalam dunia baru. Untuk mendukung dunia baru

tersebut dituntut kualitas manusia Indonesia yang memadai.

Untuk mewujudkan masyarakat maju yang menuntut adanya

manusia yang berkualitas, maka Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989,

tentang Sistem Pendidikan Nasional, menggariskan bahwa pembangunan

nasional di bidang pendidikan, adalah upaya "mencerdaskan kehidupan

(11)

mewujudkan "masyarakat yang adil dan makmur", serta memungkinkan

para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek

jasmaniah, maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

Pendidikan Nasional pada dasarnya merupakan proses

pencerdasan kehidupan bangsa, sangat berperan dalam meningkatkan

kualitas manusia Indonesia, dan berfungsi mengembangkan kemampuan,

keterampilan, serta mutu kehidupan manusia Indonesia seutuhnya,

diselenggarakan melalui berbagai program pendidikan, yang meliputi

berbagai jenis dan jenjang pendidikan.

Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang

mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan

kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi

peserta didik, dimana keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar

diharapkan akan menjadi pijakan bagi keberhasilan pendidikan di jenjang

berikutnya.

Dengan demikian keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar akan

sangat menentukan keberhasilan pendidikan di tingkat lanjutan. Oleh

karena itu dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

maka Sekolah Dasar dijadikan fokus perhatian utama.

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang strategis dalam

(12)

pendidikan dasar dan selanjutnya. Kualitas pendidikan Sekolah Dasar

akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan selanjutnya,

bahkan terhadap kualitas sumber daya manusia.

Secara konsepsional, yang bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar adalah Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah hams bertanggung jawab atas pengelolaan pendidikan

secara mikro, yakni suatu tahapan yang membahas dan melaksanakan

proses belajar mengajar, dimana guru sebagai pengelola utama

pendidikan.

Kepaia Sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai

peranan sangat besar dalam mengembangkan kualitas pendidikan di

Sekolah Dasar. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang

harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang

menyenangkan serta perkembangan kualitas profesional guru banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Sesuai Pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, bahwa:

"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga

kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemefiharaan

(13)

Pertama, Tujuan Sekolah Dasar, sebagai program pendidikan dasar

awal adalah memberikan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan

dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Dengan demikian

diharapkan program Sekolah Dasar ini menjembatani tercapainya tujuan program SMP, yang seterusnya menjembatani tercapainya tujuan jenjang

pendidikan menengah dan tinggi.

Kedua, Program Sekolah Dasar yang memberikan pengetahuan

dan keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan di masyarakat,

secara sosial politik, maupun sosial budaya menempatkan Sekolah Dasar memiliki kedudukan strategis, karena di Sekolah Dasar diberikan nilai dan norma dasar tentang apa dan bagaimana seharusnya hidup di tengah

masyarakat.

Ketiga, Kurikulum pendidikan jenjang Sekolah Dasar menentukan

bagi keberhasilan mutu lulusan (SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi) secara

berkesinambungan.

Keempat, Secara administratis Sekolah Dasar juga dipandang

strategis karena program pendidikan Sekolah Dasar menjadi syarat untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ijazah Sekolah Dasar

syarat untuk melanjutkan pendidikan di SLTP, dan seterusnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, jelaslah bahwa Sekolah Dasar memiliki kedudukan strategis dalam pendidikan nasional, serta dapat

(14)

pendidikan dasar dan selanjutnya. Kualitas pendidikan Sekolah Dasar

akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan selanjutnya,

bahkan terhadap kualitas sumber daya manusia.

Secara konsepsionai, yang bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar adaiah Kepaia Sekolah.

Kepala Sekolah harus bertanggung jawab atas pengeioiaan pendidikan

secara mikro, yakni suatu tahapan yang membahas dan melaksanakan

proses belajar mengajar, dimana guru sebagai pengeloia utama pendidikan.

Kepaia Sekolah adaiah pemimpin pendidikan yang mempunyai

peranan sangat besar daiam mengembangkan kualitas pendidikan di Sekolah Dasar. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang

menyenangkan serta perkembangan kualitas profesional guru banyak

ditentukan oleh kualitas pembinaan yang diiakukan oleh kepaia sekolah.

Sesuai Pasai 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

1990, bahwa:

"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan

kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga

kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan

(15)

Pembinaan pada dasarnya berkaitan dengan fungsi-fungsi dan

usaha-usaha untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna

manusia-manusia dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan

bersama, hal tersebut terutama dilakukan melalui usaha menciptakan

suasana atau iklim kerja yang dapat mendorong untuk dapat mengembangkan potensi secara optimal.

Tujuan pembinaan disusun untuk mengembangkan kemampuan

agar dapat melaksanakan tugas dan fungsi menjadi lebih baik dan lebih

efektip dan menuntut pandangan yang lebih luas, kemampuan dan

keterampilan yang lebih baik.

Pembinaan guru-guru Sekolah Dasar, merupakan tanggung para

pemimpin pendidikan, tetapi Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan

terdekat dengan guru Sekolah Dasar yang lebih mengetahui keadaan guru

tersebut. Setiap saat Kepala Sekolah dituntut untuk meiakukan pembinaan

agar guru-guru dapat meningkatkan kualitas kinerjanya dalam

melaksanakan tugasnya mengelola kegiatan belajar mengajar.

Betapapun sempurna atau baiknya kurikulum, tersedianya fasilitas pengajaran yang memadai, tetapi jika Kepala Sekolah hanya merasa

sebagai pelaksana saja, tidak mampu melaksanakan pembinaan terhadap

guru-gurunya, maka keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar akan sulit

dicapai. Untuk itu Kepala Sekolah perlu merasa dan bertindak sebagai

(16)

pada peraturan yang telah ada Kepala Sekolah perlu menciptakan kiat-kiat

yang tepat untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin muncul

dalam menyelenggarakam pendidikan.

Oleh karena itu, maka pembinaan yang diberikan oleh Kepaia

Sekolah kepada Guru sekolah Dasar, harus dapat meningkatkan

kemampuan Guru Sekolah Dasar, yang meliputi pengetahuan, wawasan,

kreativitas, komitmen, serta disiplin, sehingga kegiatan belajar mengajar di

Sekolah Dasar dapat berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil

guna.

Pembinaan tersebut akan berhasil dengan baik, apabila Kepala

Sekolah mempunyai keterampilan untuk melaksanakan pembinaan

tersebut, dimana keterampilan tersebut merupakan the requisite

knowledge and ability (Alfonso, Fith, dan Nevile 1981). Keterampilan bisa

dipelajari, dideskripsikan, dan keberadaannya bervariasi. Keterampilan ini

diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas atau peran-peran Kepala

Sekolah.

Berangkat dari konsep Robert L Katz dalam "Skill of an Effective

Administrator", bahwa posisi-posisi manajerial memerlukan tiga macam

tipe keterampilan dasar, yakni : keterampilan tehnikal, keterampilan

berhubungan dengan manusia, dan keterampilan konseptual.

Kompetensi

dalam

hubungan-hubungan

antar

perorangan

(17)

bahwa setiap manajer melaksanakan pekerjaan melalui pihak lain, maka harus mampu memadukan upaya-upaya bawahannya yang berbeda latar

belakang mereka.

Kemampuan untuk mengintegrasi berbagai macam kepentingan

secara simultan mempertahankan loyalitas dan enthusiasme bawahan yang dipimpinnya, sangat membantu secara langsung kepada pencapaian

tujuan.

Keterampilan-keterampilan konseptual adalah esensial dalam

merumuskan problem-problem, menyajikan pemecahannya, menganalisis

data dan memberikan penilaian. Oleh karenanya kebutuhan akan

keterampilan-keterampilan tersebut berbeda dari satu posisi ke posisi lain

didalam setiap organisasi.

Dalam hal ini, Kepala Sekolah adalah berada pada posisi manajerial

yang paling dekat dengan Guru Sekolah Dasar, untuk itu menurut Alfonso, Fith dan Nevile (1981), berangkat dari konsep keterampilan administrator yang efektip sebagaimana yang dikemukakan oleh Katz (1955) dan Mann (1965), ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah

sebagai pembina pengajaran di sekolah dasar, yakni :

Pertama, apa yang disebut dengan istilah Keterampilan

Teknis (Technical Skill), keterampilan ini berkenaan dengan

pengetahuan khusus yang diperlukan untuk memperformansikan

(18)

posisi pembina. Adapun rincian keterampilan teknis ini meliputi

antara lain ; menggunakan sistem observasi kelas, menetapkan

tujuan pengajaran, mengklasifikasikan temuan-temuan penelitian,

mengembangkan sistem pengajaran, mendemonstrasikan keterampilan pengajaran.

Kedua, adalah keterampilan Hubungan Kemanusiaan

(human relation skill), keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan kepala sekolah dalam bekerja sama dengan orang lain

dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Dimana keterampilan ini meliputi antara lain ; merespon perbedaan individual, memimpin diskusi, mendengarkan, memecahkan konflik,

dan memberi contoh.

Ketiga, Keterampilan manajerial (Managerial Skill).

Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat

keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam

mencapai tujuan. Keterampilan manajerial meliputi antara lain ;

menetapkan prioritas, mengukur kebutuhan guru, menganalisis

lingkungan pendidikan, menggunakan sistem perencanaan,

memonitor atau mengontrol aktivitas kelas.

Melalui keterampilannya tersebut, Kepala Sekolah menentukan

(19)

setelah itu melakukan pembinaan dengan melalui strategi pembinaan terpilih.

Sasaran pembinaan Kepala Sekolah bukan saja ditujukan kepada aspek peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru, meiainkan juga

pada peningkatan komitmen atau kemauan atau motivasi guru.

Untuk itu Sergiovani (1987), menegaskan lebih lengkap tentang

tujuan pembinaan pengajaran, yakni pengawasan kualitas, pengembangan

profesional, dan memotivasi guru.

Pengawasan kualitas, Kepala Sekolah memonitor kegiatan belajar

mengajar melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas disaat guru

sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya,

maupun dengan sebagian murid-muridnya.

Pengembangan profesional, Kepala Sekolah membantu guru

mengembangkan kemampuannya dalam memahami pengajaran,

kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya, dan

menggunakan kemampuannya melalui tehnik-tehnik tertentu, dimana

tehnik tersebut bukan saja bersifat individual, akan tetapi dapat bersifat

kelompok.

Memotivasi guru, Kepala Sekolah mendorong guru menerapkan

kemampuannya

dalam

melaksanakan

tugas-tugas

mengajarnya,

(20)

mendorong guru agar memilikiperhatian yang sungguh-sungguh terhadap

tugas dan tanggung jawabnya.

Pengembangan profesional, Kepala Sekolah membantu guru

mengembangkan kemampuannya dalam memahami pengajaran, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya, dan

menggunakan kemampuannya melalui tehnik-tehnik tertentu, dimana

tehnik tersebut bukan saja bersifat individual, akan tetapi dapat bersifat

kelompok.

Memotivasi guru, Kepala Sekolah mendorong guru menerapkan

kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya,

mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta

mendorong guru agar memilikiperhatian yang sungguh-sungguh terhadap

tugas dan tanggung jawabnya.

Program pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah harus

berencana, teratur dan kontinu, dengan memperhatikan prinsip-prinsip

pembinaan.

Kemampuan yang dijelaskan oleh Broke dan Stone merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti, sedangkan menurut Charles E Jhonson, kemampuan merupakan perilaku

yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan

(21)

Dari kedua pendapat tersebut, maka kemampuan mengacu kepada melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, yang

ditunjukkan melalui "performance", atau perbuatan-perbuatan yang

rasional untuk memenuhi verifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas

pendidikan.

Dalam hal tersebut, Cooper mengemukakan empat kompetensi Guru, yakni : (a), mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah

laku manusia, (b) mengetahui pengetahuan dan menguasai bidang studi

yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, (d) mempunyai

keterampilan tehnik mengajar.

Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh Glasser. Menurut Glasser ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni : (a) menguasai

bahan pelajaran, (b) mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) mampu

melaksanakan proses belajar mengajar, (d) mampu mengukur hasil

belajar siswa.

Bertolak dari pendapat tersebut, maka kemampuan Guru dapat

dibagi kedalam tiga bidang, yakni :

a. Kemampuan Profesional (Profesional Competency), yakni kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses belajar

mengajar, seperti penguasaan materi setiap mata pelajaran,

(22)

pengelolaan Program Belajar Mengajar , Keterampilan dalam

menggunakan metode pengajaran, serta penguasaan dalam

menggunakan tehnik evaluasi.

b. Kemampuan Pribadi (Personal Competency), Kemampuan yang

berkaitan dengan kemantapan dan integritas pribadi guru,

termasuk didalamnya komitmen guru dalam melaksanakan

tugas, keuletan dan ketekunan dalam melaksanakan tugas,

kreativitas, kewibawaan, serta disiplin dalam arti luas.

c. Kemampuan Sosial (Sociaal Competency), adalah kemampuan

guru dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk siswa,

teman sejawat, atasan, orang tua murid, masyarakat sekitar, juga

dengan BP3. Dimana kemampuan tersebut meliputi keterampilan

berkomunikasi, kerjasama, keluwesan dalam bergaul, dan

kemampuannya dalam menarik simpati.

Dengan demikian jelaslah, bahwa tiga kemampuan dasar tersebut

harus dimiliki oleh setiap guru sekolah dasar dalam melaksanakan

tugasnya sebagai pendidik dan pengajardi sekolah dasar.

Akan tetapi kemampuan dan kecakapan guru mendidik dan

mengajar tersebut diatas tidak akan berkembang pesat bila hanya

mengandalkan pengalaman. Pengalaman kadang-kadang terialu rutin dan

(23)

pengetahuan-pengetahuan baru agar dapat menumbuhkan sikap profesi yang makin matang, sikap ingin mencoba, ingin belajar dan ingin maju

terus serta sikap ingin selalu mengadakan inovasi dan mencoba berkreasi.

Hal tersebut diatas dapat diupayakan melalui berbagai pembinaan

yang dilakukan oleh atasan langsung guru tersebut, dimana salah satu

atasan yang terdekat yang lebih mengetahui keberadaan guru tersebut

adalah Kepala Sekolah .

Dengan demikian esensi pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru-guru sekolah dasar adalah membantu guru dalam

mengembangkan kompetensinya, sehingga guru tersebut memiliki kemampuan (ability) dan kemauan (motivasi), dimana kemampuan dan kemauan tersebut tercermin dari kinerja guru yang bersangkutan.

Dalam kesehariannya, kepala sekolah selalu disibukan dengan berbagai rutinitas tugas, baik itu yang berasal dari unsur Dinas maupun

dari unsur Departemen, disamping fasilitas waktu, tempat, dan biaya yang

relatif kurang memadai, menjadikan kendala bagi para kepala sekolah dalam melakukan pembinaan secara terprogram melalui strategi yang

terpilih , dengan mengharapkan hasil yang efektif.

Pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dikatakan baik dan efektif jika kepala sekolah dalam peranannya sebagai pembina

(24)

melaksanakan tugasnya, sehingga pembinaan tersebut mampu

mengubah perilaku mengajar guru .

Kaitannya dengan peiaksanaan pembinaan tersebut, Kotamadya

Bandung yang memiliki 948 Sekolah Dasar Negeri, dan 5243 orang guru

Sekolah Dasar, dibina oleh 910 Kepala Sekolah Dasar Negeri, yang

tersebar di 26 Kecamatan.

Dibanding dengan kabupaten dan kotamadya lainnya, Bandung

memiliki tingkat kepadatan sekolah yang tinggi dan jumlah guru yang

besar. Profil kependidikan Sekolah Dasar tersebut, dengan berbagai latar

sosial budaya dan sosial ekonomi yang majemuk dan industrial,

memerlukan penanganan yang profesional.

Penelitian tentang pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah,

diharapkan mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap

peningkatan mutu pendidikan Sekolah Dasar di wilayah tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Peningkatan kualitas pendidikan khususnya di Sekolah Dasar

merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan sumber daya

manusia, Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang

mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan

(25)

Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut, Kepala Sekolah

sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam

keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar, karena berkembangnya

semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan

pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional guru banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang

dilakukan oleh kepala sekolah.

Pembinaan Kepala Sekolah yang dimaksud adalah pembinaan yang diberikan terhadap para guru, agar mereka dapat meningkatkan kemampuan, dan kemauan sehingga mampu meningkat kompetensi guru

yang dimilikinya , dimana kompetensi sebagai penyatuan kemauan dan

kemampuan tersebut dapat tercermin dari kualitas kinerja yang

ditunjukkannya dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar

mengajar.

Pembinaan tersebut akan berhasil dengan baik apabila Kepala Sekolah memiliki keterampilan dalam melaksanakan pembinaan, yang

meliputi keterampilan teknis, keterampilan hubungan kemanusiaan, dan

keterampilan manajerial. Dimana dalam peiaksanaan pembinaannya selalu ditujukan kepada peningkatan kemampuan guru, dengan menggunakan

(26)

Dengan demikian maka efektifitas pembinaan kepala sekolah, tercermin dari kualitas kinerja guru-gum yang dipimpinnya. Untuk itu maka

masaiah dari penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan kepala sekolah dalam melaksanakan

pembinaan terhadap guru-gum yang dipimpinnya ?.

2. Sampai sejauh mana pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah efektip sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja

guru dalam melaksanakan tugasnya?.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis mengemukakan

judul : "EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH

DILIHAT DARI KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR"

( Studi Kasus pada Sekolah Dasar diKotamadya Bandung).

Penelitian ditujukan kepada kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pembinaan yang meliputi ketrampilan teknis, keterampilan

dalam hubungan kemanusiaan, serta keterampilan manajerial.

Keterampilan yang dimiliki oleh Kepala Sekolah tersebut sampai

sejauh mana dapat meningkatkan kemampuan profesional, kemampuan

pribadi dan kemampuan sosial Guru Sekolah Dasar, yang tercermin dalam

(27)

C. PARADIGMA PENELITIAN.

Untuk memberikan gambaran tentang pembinaan yang dilakukan

oleh kepala sekolah , diperlukan acuan penelitian yang akan dibahas

secara rinci, dalam bentuk paradigma penelitian sebagai berikut :

(28)

Kepaia Sekolah Dasar mempunyai peranan yang sangat besar

dalam keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar. Sebagai administrator,

kepala sekolah dituntut untuk memimpin pengelolaan pendidikan , dan

sebagai supervisor kepala sekolah dituntut untuk memberikan bimbingan,

bantuan, pengawasan, dan penilaian pada masalah-masalah yang

berhubungan dengan teknis pendidikan.

Dalam melaksanakan perannya, setiap kepala sekolah dasar harus

memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembinaan, terutama kepada

guru-guru yang dipimpinnya, agar dapat meningkatkan daya guna dan

hasil guna dalam suatu proses kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Essensi pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah

membantu guru dalam mengembangkan kemampuan dasar yang paling

pokok, yakni kemampuan profesional, kemampuan pribadi dan

kemampuan sosial. Dimana kemampuan guru tersebut tercermin dalam

kualitas kinerja yang ditampiikan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya.

Dengan demikian pembinaan yang dilaksanakan kepala sekolah

dapat dikatakan efektif, apabila mampu meningkatkan kualitas kinerja

guru-guru yang dipimpinnya.

Untuk mengetahui sampai sejauh mana pembinaan oleh kepala

sekolah tersebut efektif, sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja

(29)

variabel penelitian, yakni variabel pembinaan kepala sekolah sebagai

variabel bebas, dan variabel kualitas kinerja guru sebagai variabei terikat.

Indikator variabel bebas, atau pembinaan kepala sekolah terdiri dari

keterampilan manajerial, keterampilan teknis dan keterampilan hubungan

kemanusiaan, dengan berbagai aspek yang diamati seperti berikut:

a. Keterampilan manajeriai, mengamati aspek-aspek manajerial yang

dimiliki oieh setiap kepaia sekolah, yakni : kepemilikan visi;

keterampilan dalam perencanaan kegiatan sekoiah; pengorganisasian

sekolah; memotivasi; mengembangkan kemampuan guru; dan

memonitor aktivitas guru.

b. Keterampilan Teknis, mengamati aspek-aspek teknis pendidikan dan

pengajaran yang dimiliki oleh kepala sekolah, yakni : menentukan

tujuan, merencanakan program; mengobservasi kelas; pengelolaan

kegiatan

belajar

mengajar;

penyeleksian

sumber

mengajar;

mengevaluasi metoda mengajar; memonitor tehnik evaluasi; dan

mengadakan sarana.

c. Keterampilan Hubungan Kemanusiaan, mengamati aspek-aspek sosial

dalam hubungannya dengan tugas kepaia sekolah, yakni : keterampilan

kepala sekolah dalam berkomunikasi/menjelaskan; merespon perbedaan

(30)

Adapun indikator variabel terikat, atau kualitas kinerja guru terdiri dari kemampuan pribadi, kemampuan profesi dan kemampuan sosial,

dengan aspek-aspek yang dlamati sebagai berikut :

a. Kemampuan pribadi, mengamati kemampuan yang berkaitan dengan

kemantapan dan integritas pribadi guru dalam melaksanakan tugas,

termasuk didaiamnya komitmen guru dalam melaksanakan tugas; motivasi kerja; kreativitas; dan disipiin kerja.

b. Kemampuan Profesi, mengamati kemampuan yang harus dimiliki guru

dalam proses belajar mengajar, seperti pemahaman kurikulum;

kemampuan merencanakan pengajaran; penguasaan materi pengajaran;

pengelolaan kelas; pengelolaan kegiatan belajar mengajar; penggunaan

alat peraga; dan penggunaan tehnik evaluasi.

c. Kemampuan Sosial, adalah kemampuan guru daiam berhubungan

dengan orang lain, termasuk siswa, teman sejawat, atasan, orang tua

siswa, dan masyarakat sekitar. Dimana kemampuan tersebut meliputi

(31)

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.

1. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan :

a. Gambaran deskriptif tentang keterampiian kepala sekolah dasar

di Kotamadya Bandung, dalam melaksanakan pembinaan

terhadap guru-gum yang dipimpinnya.

b. Gambaran deskriptif tentang kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar

di Kotamadya Bandung.

c. Gambaran deskriptif tentang efektivitas pembinaan Kepala

Sekoiah Dasar sampai sejauh mana dapat berpengaruh dalam

meningkatkan kualitas kinerja guru sekoiah dasar di Kotamadya

Bandung.

d. Gambaran deskriptif tentang keterampilan kepala sekolah dasar,

sampai sejauh mana dapat berpengaruh terhadap peningkatan

kualitas kinerja guru-guru yang dipimpinnya.

2. Manfaat Penelitian.

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan

llmu Administrasi Pendidikan terutama mengenai pembinaan yang

dilakukan oleh Kepala Sekolah Dasar, sampai sejauh mana dapat

(32)

Secara praktis penelitian ini bermanfaat:

a. Sebagai evaluasi bagi pembinaan Kepaia Sekolah Dasar. b. Sebagai masukan bagi pembinaan Kepala Sekolah Dasar.

E. ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS

1. Anggapan Dasar

Anggapan Dasar adaiah titik tolak pemikiran yang kebenarannya

diterima oieh peneliti. Anggapan Dasar ini diperlukan untuk memperkuat

permasalahan, membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan obyek

penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpul data.

Seperangkat pendapat yang dibangun sebagai landasan untuk

keyakinan tentang kokohnya peiaksanaan penelitian, adalah sebagai

berikut:

1. "...pembinaan kepegawaian mencurahkan perhatiannya pada

pribadi-pribadi dalam hubungannya dengan pekerjaan dan

perusahaan (organisasi), ia menaruh perhatian terutama pada

hubungan perorangan. Oleh karena itu maka pembinaan

kepegawaian adalah pembinaan terhadap pribadi-pribadi,

masalah-masalah dan hubungannya terhadap penyesuaian

(33)

2. "...sebagai konsekuensi dari pembinaan kepegawaian maka

setiap manajer di tingkat apapun juga adalah juga sebagai

manajer kepegawaian, karena pekerjaan utama mereka

berhubungan dengan sumber daya manusia. Efektivitas mereka

erat kaitannya dengan efektivitas dari pegawai-pegawai

mereka". (Robert LMathis, 1979;8).

3. "Pembinaan pegawai tidak saja ditujukan terhadap usaha

pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan kejiwaan". (Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974).

4. "Kepala Sekolah bertanggung jav/ab atas penyelenggaraan

kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga

kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeiiharaan

sarana dan prasarana ". (pasai 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 1990).

Dari

berbagai

pendapat tersebut

diatas,

maka

penulis

mengemukakan Anggapan Dasar sebagai berikut:

Kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pembinaan

(34)

2. Hipotesis.

Berdasarkan Anggapan Dasar tersebut, maka penulis mengajukan

Hipotesis Penelitian sebagai berikut :

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

pembinaan Kepala Sekolah dengan kualitas kinerja Guru

Sekoiah Dasar.

a.. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

keterampilan manajerial yang dimiliki oleh Kepala Sekolah

dengan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.

b. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

keterampiian teknis yang dimiliki oleh Kepala Sekolah dengan

kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.

c. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

keterampilan hubungan kemanusiaan yang dimiliki oleh

Kepala Sekolah dengan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN. _-""''

\

^vx

Untuk memudahkan dalam mengikuti jalan pemikiran penulis, mafar\

penuiisan ini disusun dengan sistematika pembahasany^gai.b&dt: ~3jj

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan. Pafebab^Tni penults/

(35)

penulis. Selanjutnya diuraikan pula Anggapan Dasar dan Hipotesis

yang diajukan. dan pada sub bab terakhir, penulis menyampaikan sistematika pembahasan dengan maksud seperti penulis sampaikan pada

awai tulisan ini.

Bab kedua , Merupakan uraian-uraian tentang teori-teori dasar yang

ada kaitannya dengan efektivitas pembinaan yang dilaksanakan oleh

kepala sekolah dasar.

Bahasan

diawali

dengan

mengutarakan

peranan kepala sekolah dalam pendidikan, kepaia sekolah sebagai

pemimpin pendidikan juga sebagai supervisor pengajaran. Sub

bagian

kedua adaiah tentang pembinaan kompetensi guru yang diilaksanakan

oleh kepala sekolah dasar, dimana didalamnya dipaparkan tentang konsep

dan teori pembinaan serta kriteria efektivitas pembinaan oleh kepala

sekolah. Dan Sub bab yang terakhir dari bab kedua ini yaitu tentang

konsep kinerja guru, dimana dalam uraiannya dikemukakan tentang

konsep kompetensi yang hams dimiliki oleh setiap guru dalam

melaksanakan tugasnya, yang ditunjukkan dalam bentuk kinerja guru yang

bersangkutan, serta kriteria kualitas kinerja guru sekolah dasar.

Bab ketiga, Menjabarkan lebih rinci tentang prosedur penelitian,

yang secara garis besar telah disinggung pada bab satu.Diawali dengan

metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, serta iokasi

penelitian yang meliputi populasi dan sampel yang diteliti. Berikutnya

(36)

jenis dan cara pengumpulan data serta laporan tentang instrumen yang

digunakan, beserta validitas dan reliabilitasnya. Dalam sub bab ini pula

dibahas pula tentang prosedur pengoiahan dan analisis data.

Bab keempat, Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data hasil

penelitian, termasuk didalamnya uraian tentang deskripsi data hasil

penelitian yang dilanjutkan dengan mendeskripsikan data setiap variabel

yang diteliti, yakni variabel pembinaan oleh kepala sekolah dan variabel kualitas kinerja guru. Berikutnya dalam bahasan analisis bivariate dan

analisis univariate dijeiaskan secara rinci tentang pengujian secara statistik

atas hipotesis yang diajukan serta hasil yang diperoleh melalui penelitian.

Bab kelima, Akhirnya pada bab ini penulis akan mencoba mengemukakan beberapa kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan,

yakni kesimpulan tentang peiaksanaan pembinaan oleh kepaia sekolah

dasar di Kotamadya Bandung, tentang kualitas kinerja guru-guru sekolah

dasar di Kotamadya Bandung, serta sampai sejauhmana pembinaan yang

dilaksanakan oleh kepala sekolah dasar tersebut dapat berpengaruh

terhadap guru-guru sekolah dasar yang dipimpinnya, untuk kemudian

diajukan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan, para pengguna hasil

penelitian serta para peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini, sebagai

sumbangan penulis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

(37)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap gambaran

peiaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, sampai

sejauh mana pengaruhnya terhadap kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar

yang di Kotamadya Bandung.

Oleh karena dalam penelitian ini, menggunakan populasi yang

sangat besar, dengan jumlah responden yang cukup banyak , dimana

data yang dikumpuikan dengan menggunakan alat pengumpul data yang

utama dalam bentuk kuesioner, maka metode penelitian yang digunakan

adalah metode penelitian survai.

Penelitian survai merupakan usaha yang sistematis untuk

mengungkapkan fenomena sosial, dengan cara memandang fenomena

tersebut sebagai hubungan antar variabel.

Masri Singarimbun (1989 ; 4), mengemukakan pendapat bahwa penelitian survai dapat digunakan dengan maksud (1) penjajagan

(eksploratif); (2) deskriptif; (3) penjelasan (explanatory atau confirmatory)

; yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa ; (4)

evaluasi ; (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang

(38)

akan datang ; (6) penelitian operasional ; dan (7) pengembangan

indikator-indikator sosial.

Wallace (1973 ; 16-24), menggambarkan penelitian survai, sebagai

proses untuk mentrasformasikan lima komponen informasi ilmiah, dengan

enam kontrol metodologis. Komponen-komponen informasi ilmiah yang

dimaksud, adalah : (1) teori ; (2) hipotesa ;(3) observasi ; (4) genaralisasi

empiris ;dan (5) penerimaan atau penolakan hipotesa. Kontrol metodologis

adalah : (1) deduksi logika ; (2) interpreted, penyusunan instrumen,

penyusunan skala dan penentuan sampel ; (3) pengukuran

penyederhanaan data, dan perkiraan parameter, (4) pengujian hipotesa,

inferensi logika, dan (5) formulasi konsep, formulasi proposisi, serta (6)

penataan proposisi.

Dari berbagai pendapat tersebut, maka penelitian survei terdiri dari

dua tahap, yakni proses teoritisasi dan proses empirisasi. Pemahaman

tentang berbagai unsur penelitian diperlukan agar dapat merumuskan

hubungan-hubungan teoritis dengan baik. Pada tahap empirisasi

diperlukan pengetahuan tentang variabel, hipotesa, dan defmisi

operasional, agar mempunyai gambaran yang jelas tentang data yang

hendak dikumpuikan.

Dengan demikian informasi yang dikumpuikan bersifat faktual dan

(39)

ini mempunyai implikasi untuk mengembangkan sumber daya manusia

selanjutnya.

Penelitian survai dimulai dengan munculnya minat peneliti terhadap

suatu fenomena sosial tertentu. Minat itu kemudian disusun menjadi

masaiah penelitian yang lebih jelas dan lebih sistematis dengan

menggunakan informasi ilmiah yang sudah tersedia dalam literatur, yakni

teori.

Karena teori adalah informasi ilmiah yang abstrak sifatnya, maka

melalui deduksi logika, teori yang abstrak tadi diterjemahkan menjadi

hipotesa, yakni informasi ilmiah yang lebih spesifik dan lebih sesuai

dengan tujuan penelitian.

Hipotesa memberikan informasi tentang variabel-variabel penelitian

serta hubungannya. Untuk mengumpulkan informasi yang cocok dengan

variabel-variabel tadi, maka serangkaian kontrol metodologis dilakukan .

Interpretasi yang tepat atas konsep dan konstruk yang akan diteliti,

serta penggunaan instrumen yang tepat sesuai konsep dan konstruk,

sangat penting artinya, karena konsep yang diteliti bersifat abstrak. Begitu

pula halnya dengan populasi penelitian yang cukup besar jumlahnya,

sehingga periu ditentukan sampel yang tepat pula.

Dari langkah metodologis tersebut, diperoleh informasi yang relevan

berupa data. Data yang terkumpul tersebut kemudian diolah dengan

(40)

Atas dasar data yang sudah disederhanakan, kemudian dibuat

generalisasi empiris atau kesimpulan-kesimpulan umum yang didasarkan atas fakta-fakta empiris tentang sampel penelitian.

Penelitian ini tidak hanya sekedar memberikan gambaran tentang

sekelompok sampel dan populasi tetapi lebih jauh melihat bagaimana

pengaruh antara kedua variabelnya. Oleh karena itu dalam upaya

memperkaya date dan lebih memahami variabel-variabel yang diteliti,

diupayakan untuk menambah informasi kualitatif pada date kuantitatif.

Dengan demikian, maka tambahan berbagai informasi kualitatif

tersebut, diharapkan memperoleh gambaran yang sangat jelas tentang

variabel-variabel yang diteliti.

B. LOKASI DAN SAMPEL

1. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian dilakukan di Kotamadya Dati II Bandung, yang

terdiri dari enam wilayah, dan 26 kecamatan. Kotamadya Bandung

sebagai ibukota propinsi Jawa Barat berfungsi sebagai pusat kota

pemerintahan juga merupakan pusat pendidikan, perdagangan, pariwisata,

dan kota industri.

Adapun penetapan lokasi penelitian, berdasarkan pada aiasan yang

(41)

Pertama, Kondisi kuantitatif sekolah di Kotamadya Bandung relatif

beragam. Dilihat dari beberapa hal di Kotamadya Bandung, terdapat

kualitas sekolah dasar dalam kategori baik, sedang dan kurang, yang

dikarenakan beberapa faktor.

Kedua, Keragaman kondisi kualitas sekolah dasar tersebut

berimpllkasi terdapatnya permasalahan yang beragam dalam

pembinaannya.

Ketiga, Studi tentang efektivitas pembinaan oleh kepala sekolah,

dilihat dari kualitas kinerja guru sekolah dasar, belum pernah dilakukan

secara intensif.

2. Populasi Penelitian.

Populasi penelitian adalah meliputi keseiuruhan aspek peiaksanaan

pembinaan Kepala Sekolah Dasar dan Kinerja Guru Sekolah Dasar di

Kotamadya Bandung. Dengan demikian yang menjadi anggota populasi

adalah 918 orang Kepala Sekolah Negeri dan 5243 orang Guru Sekolah

Dasar Negeri yang tersebar pada 910 Sekolah Dasar Negeri di 26

Kecamatan Kotamadya Bandung.

Berikut ini adalah tabel tentang banyaknya kepala sekolah dan guru

(42)

Tabei 1

POPULASI PENELITIAN

PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH

DAN KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR.

NO NAffiA

KKCAtoATAN

JUWEEAfi GURU SD/

i $D KERALA:

SD

UMUM

;

1 Andir 31 29 174

2 Arcamanik 33 33 227

3 Astanaanyar 50 46

224

4 Babakan Ciparay 53 51

229

5 Bandung Kidul 16 13

72

6 Bandung Kulon 41 41

227

7 Bandung Wetan 4 4

26

8 Batununggal 52 51

291

9 Bojongloa Kaler 18 18

81

10 Bojongloa Kidul 22 22

118

11 Cibeunying Kaler 24 23

149

12 Cibeunying Kidul 61 52

352

13 Cibiru 35 35 230

14 Cicadas 46 44 307

15 Cicendo 50 50 239

16 Cidadap 18 17

72

17 Coblong 65 64

318

18 Kiaracondong 59 56

340

19 Lengkong 26 26

165

20 Margacinta 37 35

(43)

21 Rancasari 17 17 106

22 Regol 56 49

244

23 Sukajadi 44 42 215

24 Sukasari 38 36 166

25 Sumur Bandung 24 22

148

26 Ujung Berung 34 34

259

Jumlah 948 910 5,243

Sumber: Dinas Pdan KKotamadya Bandung, Tahun 1998.

Dari jumlah populasi yang ada, akan diambil sampel dengan cara

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel atau Probability Sampling, melalui

tehnik Cluster Sampling (Area Sampling) karena populasi yang akan

dijadikan obyek penelitian sangat luas.

Sedangkan jumlah sampel yang akan diambil merujuk pada

pendapat Suharsimi Arikunto (1987 ; 107), bahwa apabila populaslnya

lebih besar dari 100, maka dapat diambil 10% -25% atau lebih, tergantung

kepada :

1) Kemampuan peneliti yang meliputi dana, waktu dan tenaga.

2) Sempitatau luasnya pengamatan

(44)

Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan diambil

sampel dari 4 kecamatan yakni, kecamatan Arcamanik, Bandung Weten,

Bandung Kidul dan Sumur Bandung, dengan rincian sebagai berikut:

1) Kecamatan Arcamanik

Memiliki 33 Sekolah Dasar Negeri, dengan 33 orang Kepala Sekolah dan 227 orang Guru Sekolah Dasar Negeri.

Sampel yang diambil adalah 17 orang Kepala Sekolah, dan 17 orang

Guru Sekolah Dasar.

2) Kecamatan Bandung Weten.

Memiliki 4 Sekolah Dasar Negeri, dengan 4 orang Kepala Sekolah dan

26 Guru Sekolah Dasar.

Sampel yang diambil adalah 4 Kepala Sekolah dan 4 Guru Sekolah

Dasar.

3). Kecamatan Bandung Kidul.

Memiliki 16 Sekolah Dasar Negeri, dengan 13 Kepala Sekolah dan 72

Guru Sekolah Dasar.

Sampel yang diambil adalah 3 Kepala Sekolah Dasar Negeri, dan 3

Guru Sekolah Dasar Negeri.

4) Kecamatan Sumur Bandung.

Memiliki 24 Sekolah Dasar Negeri, dengan 22 orang Kepala Sekolah

(45)

Sampel yang diambil adalah 13 orang Kepala Sekolah dan 13 orang

guru Sekolah Dasar Negeri.

3. Sampel Penelitian.

Dengan demikian jumlah sampel yang diteliti, adalah 37 Sekoiah

Dasar Negeri. dengan 37 Kepala Sekolah Dasar dan 37 Guru Sekolah Dasar sebagai responden. Berikut ini adalah daftar responden dar ke 37

Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung :

Tabel 2.

DAFTAR RESPONDEN

Ho Na-maSekolah pw&r Keeamaftan

Bina Harapan 01 Arcamanik Bina Harapan 02 Arcamanik

32 Bina Harapan 05

Arcamanik

42 Sukakarya

Arcamanik

52 Sukakarya III

Arcamanik

Nugraha Arcamanik

Lokajaya II Arcamanik Lokajaya III Arcamanik

Sindanglaya Arcamanik

10 Sindanglaya

Arcamanik

11 Sindanglaya V

Arcamanik

12 Sindanglaya IX

Arcamanik

13 Arcamanik Endah

Arcamanik

14 Arcamanik

(46)

15 Sukamiskin

16 Cisaranten Kulon

17 Cisaranten Kulon VIII

18 Ciujung

19 Ciujung II

20 Ciujung

21 Ciujung IV 22 Batununggal 23 Batununggal 24 Pasawahan IV

25 Banjarsari 26 Banjarsari 27 Banjarsari IV 28 Banjarsari VI

29 Soka 34/1

30 Soka 34/III

31 Soka 34/ V

32 Soka 34/VI

33 Merdeka 5/II

34 Merdeka 5/IV

35 Merdeka 5A/I

36 Patrakomala II

37 Patrakomala III

(47)

C. PENGEMBANGAN ALAT PENGUMPUL DATA

1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini, selain menggunakan observasi, dan

wawancara, juga dipergunakan alat pengumpul data yang berupa angket

(kuesioner), mengenai variabel yang sedang diteliti, yaitu Variabel

Pembinaan Kepala Sekolah dan Variabel Kinerja Guru Sekolah Dasar di

Kotamadya Bandung. Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dalam

pembuatan alat pengembangan /pengumpul date ini adalah :

a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti

dapat dianalisis dan diolah secara statistik.

b. Dengan pengumpulan data tersebut, memungkinkan dapat

diperoleh data yang obyektif.

c. Dengan alat pengumpul data ini, memungkinkan penelitian

dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu,

biaya dan tenaga.

Jelasnya alat pengumpul data untuk mengungkapkan variabel

Pembinaan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Sekolah Dasar

menggunakan tehnik kuesioner ateu angket dengan jawaban tertutup. Jawaban yang diberikan responden dinilai dengan menggunakan skala berjenjang, dengan bates tertinggi 5 dan bates terendah 1.

Untuk mengukur tiap variabel digunakan instrumen, yang dapat

(48)

Kepala Sekolah, meliputi aspek keterampilan Teknis, keterampilan

hubungan kemanusiaan, dan keterampilan manajerial. Adapun aspek dari Variabel Kemampuan Guru Sekolah Dasar Negeri, meliputi kemampuan

profesional, kemampuan pribadi, dan kemampuan sosial.

2. Kesahihan (Validity) dan keterandalan (Reliability) Instrumen.

Instrumen pengumpul data dalam penelitian harus memenuhi

persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability). Oleh

karenanya dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian, teriebih dahulu diuji cobakan guna

mengetahui kesahihan dan keterandalan tidaknya intrumen.

Validitas.

Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah instrumen betul-betul mengukur suatu atribut yang dikehendaki. Dengan

demikian validitas instrumen akan menunjukkan apakah instrumen yang

dimaksud berguna atau tidak.

Kerlingger (1990 ; 730) menyatakan bahwa definisi yang lazim

mengenai validitas tercermin dalam pertanyaan :"Apakah kite

sungguh-sungguh mengukur ihwal yang memang kite ingin ukur ?". Dalam

(49)

Kemudian pernyataan Julian C. Stanley & Kenneth D. Hopkins

(1972; 101), sebagai berikut:

"The validity of a measure is how well it fulfills the function for

which it is being used the degree to which it is capable of achieving

certain aims. Regardless of other merits ofa test, if it lacks validity

for aparticulr task, the information it provides is useless. The validity

of a testis the accuracy ofspesific prediction made from its scores".

Selanjutnya Sugiyono (1993 ; 93) menyatakan bahwa "...hasil

penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul

dengan date yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti". Kalau dalam obyek berwarna merah, maka date yang terkumpul juga

memberikan data merah.

Jadi dalam mengukur validitas, kita melihat isi dan kegunaan instrumen

tersebut. Muljarto Tjokrowinoto (1981 ; 27), menyatakan bahwa validitas akan menjawab beberapa pertanyaan, dianteranya :

"Unsur-unsur apa yang terdapat dalam instrumen ?, Untuk apa

instrumen diciptakan dan apakah tujuan pencipteannya tercapai ? Apakah

instrumen itu sesuai dengan konsep dan variabel yang hendak diukur ?."

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa suatu instrumen yang valid untuk tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan lain. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah berbagai macam validitas instrument,

(50)

a. Validitas Konstruksi (construct Validity), yaitu suatu validitas dimana

peneliti mulai dengan menganalisa apakah instrumen yang telah dibuat

merupakan unsur-unsur suatu konstruk. Kalau instrumen itu dalam

bentuk skala maka dicarilah apa dari instrumen tersebut yang

merupakan bagian dari skala itu, Dengan menggunakan teori, apakah

bagian-bagian itu logis untuk disatukan menjadi skala yang akan

mengukur suatu konstruk. Selain daripada itu untuk pengujiannya

peneliti dapat menggunakan Judgements expert.

b. Validitas Isi (Content Validity) yaitu validitas yang dapat dilakukan

dengan cara membandingkan isi instrumen dengan isi materi yang akan

diteliti. Secara teknis pengujian validitas isi maupun validitas konstuk

dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen.

c. Internal dan Eksternal Validity, yaitu menyangkut struktur dan hasil

pengukuran. Internal validity akan menjawab seberapa jauh alat ukur

berhasil mengukur yang memang ingin diukur, sedangkan eksternal validity akan menjawab pertanyaan apakah hasil pengukuran populasi dapat diterapkan kepada populasi lainnya ?.

d. Predictive Validity yaitu kemampuan suatu instrumen penelitian untuk

meramalkan dan menjelaskan suatu kondisi di masa yang akan datang. e. Cross Cultural Validity yaitu kemampuan suatu alat ukur untuk dapat

digunakan di berbagai negara yang biasanya menyangkut nilai sosial

(51)

yang terjadi dari suatu kebudayaan mungkin tidak terdapat dalam

kebudayaan lainnya.

f. Face Validity, yaitu menyangkut pengukuran atribut yang konkret,

dimana infrensi tidak diperlukan atau dapat dinyatekan sebagai penilaian dari para ahli atau konsumen terhadap alat ukur.

Dari berbagai macam validitas tersebut, maka jelaslah bahwa dalam

instrumen penelitian Pembinaan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Sekolah

Dasar, harus diuji validitas konstruksi dan validitas isinya.

Dalam menguji taraf validitas, penulis melakukan langkah-langkah :

1) Mendefinisikan secara operasional konsep-konsep yang akan diukur.

-. Berdasarkan definisi dan rumusan konsep tentang pembinaan

kepala sekolah dan kinerja guru sekolah dasar dari literatur-literatur yang ditulis para ahli, penulis melakukan pra

penelitian untuk mengetahui keadaan sebenarnya di lapangan.

Pra penelitian tersebut, dilakukan pada akhir bulan Juii 1998

sampai dengan awal bulan Agustus 1998, melalui observasi dan wawancara terhadap 5 orang kepala sekolah dasar, dan 10 orang

guru sekolah dasar yang akan dijadikan responden.

-. Hasil pra penelitian dikonsultasikan dan didiskusikan dengan para ahli, dalam hal ini adalah dosen-dosen pembimbing, sehingga

(52)

tersebut, dituangkan kedalam bentuk kisi-kisi, seperti yang

dikemukakan berikut ini.

Tabel 3

KISI-KISI INSTRUMENT

UNTUK MENGUKUR PEMBINAAN KEPALA SEKOUH

DI KOTAMADYA BANDUNG

. VARIABEL JNWKATOfc : ! A$**EK- ASPEK NGJTEM

': YANG DIAMATI

INSTRUMEN

Pembinaan 1 Keterampilan 11 Kepemilikan Visi

1,2

Kepala Sekolah manajerial

1.2 Perencanaan kegiatan sekolah

3

1.3 Pengorganisasian sekolah

4,5

1.4 Memotivasi 6,7

1.5 Mengembangkan

kemampuan guru

8,9,10

1.6 Memonitor aktivitas. 11,12

2.Keterampilan 2.1 Menentukan tujuan 13

Teknis pengajaran

2.2 Merencanakan

Pengajaran

14

2.3 Mengobservasi kelas 15,16 2.4 Pengelolaan belajar

mengajar

17,18

2.5 Denyeleksian sumber 19

. I pengajaran

(53)

2.6 Menentukan metoda

mengajar.

20,21

2.7 Memilih tehnik evaluasi 22,23

2.8 Mengadakan sarana 24

3. Keterampilan 3.1 Menjelaskan/komunika 25

Hubungan si

Kemanusiaan

3.2 Merespon perbedaan individual

26

3.3 Memimpin interaksi 27,28

3.4 Kerjasama 29

3.5 Memecahkan konflik 30

.

Berikut ini kisi-kisi instrumen untuk mengukur kualitas kinerja guru

di Kotamadya Bandung.

Tabel 4.

KISI-KISI INSTRUMENT DI KOTAMADYA BANDUNG

UNTUK MENGUKUR KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR

VARIABEL INDIKATOR ASPEK -ASPEK »0,-tTE«

:

YANGOlAMAtl INSTRUMEN

Kinerja Guru

Sekolah Dasar

1 Kemampuan

pribadi guru

(Personal

Competency)

1 1 Komitmen terhadap tugas 1,4

1.2 Motivasi kerja 2,3

(54)

2.Kemampuan Profesi (Profesional Competency). 3. Kemampuan sosial. Sociaal Competency)

1.4 Disiplin kerja

2.1 Pemahaman kurikuium,

2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 3.1 3.2 3.3 Merencanakan pengajaran Penguasaan Materi pengajaran Pengelolaan kelas Pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metoda mengajar

Penggunaan alat peraga

Penggunaan evaluasi Komunikasi Kerjasama Afeksi tehnik 7,8 9.10 11,12 13,14 15,16 17,18 19,20 21,22 23,24 25,26 27,28 29,30

2) Berdasarkan kisi-kisi untuk mengukur pembinaan kepala sekolah dasar, dan untuk mengukur kualitas kinerja guru sekolah dasar, penulis

membuat dua instmmen penelitian, berupa angket (kuesioner

(55)

3) Kuesioner penelitian Pembinaan Kepala Sekolah Dasar, diisi oleh

kepala sekolah dasar sebagai responden, sedangkan kuesioner penelitian Kinerja Guru Sekolah Dasar, diisi oleh guru sekolah dasar

sebagai responden.

4) Melakukan uji coba instrumen pada akhir bulan September sampai

dengan awal bulan oktober, kepada 10 orang kepala sekolah dasar,

dan 20 orang gum sekolah dasar.

5) Mengolah data hasil uji coba instmmen, melalui storing hasil jawaban

responden, untuk selanjutnya dibuat tabulasi data.

6) Menghitung korelasi antara masing-maslng pertanyaan dengan skor

total dengan menggunakan rumus tehnik korelasi product moment,

yang dirumuskan sebagai berikut:

'XY

NffW - ooy.csY,)

/"(NEX^-dX^CNSY,2-^)2)

7) Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan

dengan angka kritik Tabel korelasi nilai r. Apabila t h(tung lebih besar dari

t tabel, maka pertanyaan tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa

pertanyaan tersebut mempunyai validitas konstrak. Ateu terdapat

konsistensi

internal

(internal

consistency),

dalam

(56)

Reliabiiitas.

Reliabiiitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh

mana suatu hasil pengukuran dapat dipercaya dan diandalkan, apabila

pengukuran diulangi.

Reliabiiitas, menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam

mengukur mengukur gejala yang sama, karena setiap alat pengukur harus memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.

Setiap hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi antara

hasil pengukuran yang sesungguhnya (true score), ditambah dengan

kesalahan pengukuran. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel

alat pengukur, sebaliknya makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak

reliabel alat pengukuran.

Untuk mengetahui reliabiiitas instrumen yang dijadikan alat ukur

oleh peneliti, maka digunakan tehnik belah dua dari Spearman Brown, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Berdasarkan tabel uji validitas instrumen, item-item yang valid dibagi

menjadi dua belahan, dengan cara membagi item berdasarkan nomor genap ganjil.

b. Item yang bernomor ganjil, dimasukkan kedalam belahan pertama,

sedangkan yang bernomor genap dikelompokkan kedalam belahan

(57)

c. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan.

Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing

responden, yakni skor total belahan pertama dan skor total belahan

kedua.

d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan

kedua, dengan menggunakan tehnik korelasi product moment, seperti

rumus dalam uji validitas.

e. Mengoreksi angka korelasi yang diperoleh, dengan memasukkannya

kedalam rumus :

'•**

1 +r. „

rtct = angka reliabiiitas keseiuruhan item.

r.ff = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua.

6) Bila angka korelasi dikuadratkan, hasil kuadrat ini disebut "koefisien

determines!" (coeficient of determination), yang merupakan petunjuk

besarnya

hasil pengukuran yang sebenarnya. Makin tinggi

(58)

3. Hasil Uji coba Validitas dan reliabiiitas.

Telah dibahas sebelumnya, bahwa instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, teriebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji validites instrumen digunakan perhitungan dengan rumus product

moment, sedangkan untuk menguji reliabiiitas instrumen digunakan tehnik

belah dua dari Spearman Brown.

a. Uji Validitas.

Instrumen yang digunakan pada kelompok pertanyaan pembinaan kepala sekolah.maupun kelompok pertanyaan kualitas kinerja guru, skala pengukuran dari jawaban responden, merupakan skala pengukuran ordinal, sehingga untuk melakukan pengujian validitas kuesioner,

digunakan korelasi product moment.

Untuk kelompok pertanyaan pembinaan kepala sekolah, dengan jumlah responden sebesar 10 (N=10), dengan tingkat kesalahan a 0,05

memilki r.abe. sebesar 0,632. Sedangkan untuk kelompok pertanyaan

kualitas kinerja guru sekolah dasar, dengan jumlah responden sebesar 20

(N=20), memiliki rtabel sebesar 0,444.

Untuk mengetahui validitas pertanyaan, maka setiap rhltung yang

diperoleh dikonsultasikan dengan rlabel. Apabila rhSung lebih besar dari rtabel,

maka item pertanyaan dalam instrumen penelitian tersebut valid,

sebaliknya jika t,Hung lebih kecil dari t,abel tabel maka item pertanyaan dalam

(59)

Melalui perangkat lunak SPSS, diperoleh perhitungan korelasi

antara setiap pertanyaan dengan skor total seperti yang disajikan dalam

tabel berikut ini.

Tabel 5

HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM

PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI

liiHii

^iillft^^^

il^MBBH

1 0.962 Valid

2 0.902 Valid

3 0.962 Valid

4 0.7OO Valid

5 0.727 Valid

6 0.962 Valid

7 0.915 Valid

8 0.842 Valid

9 0.944 Valid

10 0.962 Valid

11 0.833 Valid

12 0.719 Valid

13 0.855 Valid

14 0.912 Valid

15 0.731 Valid

16 0.642 Valid

17 0.801 Valid

18 0.83O Valid

19 0.895 Valid

20 0.962 Valid

21 0.833 Valid

22 0.721 Valid

23 0.881 Valid

24 0.7OO Valid

25 0.817 Valid

26 0.962 Valid

27 0.7OO Valid

28 0.7OO Valid

29 0.9OO Valid

(60)

Tabel 6.

HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM

KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI

IIHHii

qi :'?:'t*;'?;i!i:j!iXj'.j,*x-*'?!i:t'.i:i:\|'-;-^"t' * ^ i

1 0.771 Valid

2 0.915 Valid

3 0.643 Valid

4 0.809 Valid

5 0.738 Valid

6 0.643 Valid

7 0.789 Valid

8 0.792 Valid

9 0.74O Valid

10 0.643 Valid

11 0.915 Valid

12 0.738 Valid

13 0.803 Valid

14 0.702 Valid

15 0.915 Valid

16 0.711 Valid

17 0.915 Valid

18 0.854 Valid

19 0.738 Valid

20 0.86O Valid

21 0.689 Valid

22 0.915 Valid

23 0.772 Valid

24 0.809 Valid

25 0.771 Valid

26 0.771 Valid

27 0.809 Valid

28 0.809 Valid

29 0.915 Valid

(61)

b. Uji Reliabiiitas.

Dalam pengujian reliabiiitas instrumen, untuk kedua kelompok

pertanyaan digunakan tehnik belah dua dari Spearman Brown.

Untuk kelompok pertanyaan pembinaan kepala sekolah, dengan

dk=10, taraf kesalahan a 0,05 , diketahui rfabe| sebesar 0,632.

Sedangkan untuk kelompok pertanyaan kualitas kinerja guru sekolah

dasar, dengan teraf kesalahan a 0,05, serta dk=20, diketahui rtabel sebesar

0,444.

Jika rH lebih besar dari rtab8), maka instrumen yang digunakan reliabel, begitu pula sebaliknya.

(62)

Tabel /.

UJI RELIABILITAS INSTRUMENT

PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI

Nomor Responden

Ganjil

X

Genap

Y X2

j Y2

I XY 1 61 61 3721 3721 3721

2 53 56 2809 3136 2968

3 50 51 2500 2601 2550

4 56 47 3136 2209 2632

5 32 35 1024 1225 1120

6 70 71 4900 5041 4970

7 58 58 3364 3364 3364

8 57 57 3249 3249 3249

9 73 70 5329 4900 5110

10 70 I 68 4900

4624 4760 Jumlah 580 I 574

34932 34070 I 34444

Hasil Uii Product Moment Antar Kelomook

N.£XY-(£X.EY) {NEX2 -(IX)2} {NSY2 -(IY)2}

[image:62.595.81.463.175.617.2]

11520. 12042 179?

Tabel 2. Hasil Uii Reliabiiitas (Solit Half) Pembinaan Kepala Sekolah Dasar Neaen

2. (r.tt) 1 + (r.tt)

(63)

Tabel 8.

UJI RELIABILITAS INSTRUMENT

KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI

Nomor Responden

Ganjil

X

Genap

Y X2 Y2 XY

1 65 66 4225 4356 4290

2 69 68 4761 4624 4692 3 71 71 5041 5041 5041

4 68 68 4624 4624 4624

5 69 70 4761 4900 4830

6 72 69 5184 4761 4968 7 71 69 5041 4761 4899

8 35 33 1225 1089 1155

9 69 67 4761 4489 4623

10 70 66 4900 4356 4620

11 66 63 4356 3969 4158

12 59 58 3481 3364 3422

13 48 44 2304 1936 2112

14 72 71 5184 5041 5112

15 68 65 4624 4225 4420

16 68 66 4624 4356 4488

17 67 70 4489 4900 4690 18 72 71 5184 5041 5112

19 55 52 3025 2704 2860

20 63 62 3969 3844 I 3906 Jumlah 1297 I 1269 85763

82381 I 84022

Hasil Uii Product Moment Antar Kelomook

N.EXY-(EX.EY) {NEX2 - (EX)2} (NEY2 - (EY)2}

805673 805340.5721

Tabel 2. Hasil Uji Reliabiiitas (Split Half)

Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri

2. (r.tt) 1 + (r.tt)

2.000825559 2.000412779

VALID

r.tab

dk=20 : 5 %

0.444

rtt

1.000412779

r.tot

(64)

Dari tabel tersebut, temyata instrument yang digunakan oleh

peneliti, baik itu instrument untuk mengukur pembinaan oleh kepala

sekolah, maupun instrument untuk mengukur kualitas kinerja guru sekolah

dasar negeri, sangat reliabel.

4. Peiaksanaan Pengambilan Data.

Pengambilan data, baik data pra survai (guna pembuatan

instrument penelitian, dan pengujian validitas dan reliabiiitas), maupun data untuk penelitian sesungguhnya dilaksanakan setelah mendapat ijin

dari kepala Dinas P dan KKotamadya Bandung.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh para

kepala cabang Dinas P dan K Kecamatan, untuk menyebarkan kuesioner

penelitian kepada para kepala sekolah dasar negeri dan gum sekolah

dasar negeri sebagai responden.

Pra penelitian untuk pembuatan instrumen dilaksanakan pada bulan

Juli 1998 sampai dengan bulan Agustus 1998, melalui observasi kepada lima orang kepala sek

Gambar

Tabel 2. Hasil Uii Reliabiiitas (Solit Half)Pembinaan Kepala Sekolah Dasar Neaen

Referensi

Dokumen terkait

Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS.

Dampak Pelatihan terhadap Kinerja Pendidik PAUD di Kecamatan Cinambo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu..

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari belanja daerah dan pendapatan perkapita terhadap Pendapatan Asli Daerah; dengan inflasi sebagai variabel moderating

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

ECDHP Elliptic Curve Diffie–Hellman Problem ECDLP Elliptic Curve Discrete Logarithm Problem ECDSA Elliptic Curve Digital Signature Algorithm ECIES Elliptic Curve Integrated

Dengan melihat keadaan daerah Magalau Hulu yang belum terjangkau jaringan listrik, merupakan alasan mendasar untuk memberdayakan potensi sungai Sampanahan di desa

Penyusun Program, Anggaran, dan Laporan Pengolah Data Barang Milik Negara. Pengadministrasi Barang Milik Negara Pengadministrasi Kerumahtanggaan

Dengan demikian metode C4.5 akan dicoba untuk dioptimasi dengan particle swarm optimization (PSO) sehingga metode yang diusulkan pada penelitian ini adalah