• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI HAEMODIALISA Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Haemodialisa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI HAEMODIALISA Hubungan Konsep Diri Dengan Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Haemodialisa."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh : TUTIK RAHAYU

J 210 131 002

FAKULTAS ILMUKESEHATAN

(2)
(3)

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN DEPRESI

PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI HAEMODIALISA

Tutik Rahayu*

Arif Widodo, A.Kep., M.Kes** Kartinah, S.Kep.**

Abstrak

Penyakit gagal ginjal merupakan masalah kesehatan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Individu yang menderita penyakit gagal ginjal kronis sering mengalami gangguan kejiwaan seperti depresi. Sebagian besar pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa tidak bisa kembali beraktivitas dan mengalami depresi dan berpotensi mengalami perubahan konsep diri. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Islam Surakarta terhadap 5 pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa, terdapat 3 pasien yang menyatakan rasa putus asa, tidak berdaya dan tidak bisa melakukan aktivitas yang berat karena mudah lelah. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan konsep diri dengan depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa. Jenis penelitian adalah desain survai analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian adalah pasien penderita gagal ginjal yang menjalani haemodialisa di Rumah Sakit Islam Surakarta sebanyak 43 pasien. Pengambilan sampel menggunakan total sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner konsep diri dan depresi dari The Beck Depresion Inventory (BDI). Analisis data penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan konsep diri dengan depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa menggunakan uji Pearson Correlation. Hasil penelitian diketahui 24 responden (55,8%) mempunyai konsep diri buruk dan 19 responden (44,2%) mempunyai konsep diri baik. Terdapat 23 responden (53,5%) mengalami depresi dan 20 responden (46,5%) tidak depresi. Hasil data dari uji Pearson Correlation diperoleh rhitung sebesar -0,691. Nilai p value sebesar 0,000 disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap depresi. Besar kecilnya hubungan dilihat dari nilai correlations coefficient sebesar 0,691, hasil ini termasuk interval 0,59 – 0,69, sehingga dapat disimpulkan termasuk kategori kuat. Semakin konsep diri pasien gagal ginjal baik maka akan semakin menurunkan depresi pasien. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah lebih memperdalam cakupan penelitiannya sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.

(4)

SELF-CONCEPT RELATIONSHIP WITH DEPRESSION IN PATIENTS WITH RENAL FAILURE WHO UNDERGO HAEMODIALYSIS

Abstrack

Kidney disease is a health problem that is increasing every year. Most patients with renal failure who undergo back haemodialysis can not move and are depressed and potentially experiencing changes in self-concept. Based on the results of preliminary studies in Surakarta Islamic Hospital to 5 kidney failure patients undergo haemodialysis, there were 3 patients who expressed despair, helpless and can not do heavy activity because of tiredness. The research objective was to determine the relationship of the self-concept with depression of renal failure patients undergo haemodialysis. Desain kind of research is analytic survey with cross sectional approach. Samples were patients with kidney failure who undergo haemodialysis in Surakarta Islamic Hospital as many as 43 patients. Sampling using total sampling. Instrument self-concept studies using questionnaires and depression of the Beck Depression Inventory (BDI). Analysis of research data to determine whether there is a relationship with the self-concept of depression in patients with renal failure who underwent haemodialysis using Pearson Correlation test. The survey results revealed 24 respondents (55.8%) had a poor self-concept, and 19 respondents (44.2%) have a good self- concept. There are 23 respondents (53.5%) experienced depression and 20 respondents (46.5%) is not depressed. Results of the test of Pearson correlation of data obtained rvalue -0.691. P value of 0.000 was concluded there is a significant relationship between self-concept to depression. The size of the relationship seen from the correlations coefficient of 0.691 these results include the interval from 0.59 to 0.69 so that it can be concluded, including strong category. The more self-concept renal failure better the more it will degrade depressed patients. Suggestions for further research are further deepen research so that coverage can be more helpful in the development of science, especially in the field of health.

Keywords: self-concept, depression, kidney failure, haemodialysis

PENDAHULUAN Latar Belakang

laporan Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2009, tercatat 12.900 pasien gagal ginjal kronis yang menjalani haemodialisa, dan pada tahun 2010 sebanyak 14.833 penderita dan meningkat lagi pada tahun 2011 sebanyak 22.304 penderita (IRR, 2012). Kasus gagal ginjal di Jawa Tegah yang tertinggi adalah kota Surakarta terdapat 1497 kasus (25,22%) dan yang kedua

adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 742 kasus (12,50%) (Dinkes Jateng, 2008).

(5)

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, di Rumah Sakit Islam Surakarta terhadap 5 pasien gagal ginjal kronis, terdapat 3 pasien yang menyatakan rasa putus asa, tak berdaya dan tak bisa melakukan aktivitas yang berat karena mudah capek.

Tujuan penelitian

Mengetahui hubungan konsep diri dengan depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa di Rumah Sakit Islam Surakarta.

LANDASAN TEORI Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronis merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Smeltzer dan Bare, 2004).

Tanda dan gejala dalam Gagal Ginjal Kronik

Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada gagal ginjal kronis antara lain: (1) gejala kardiovaskuler meliputi hipertensi, pitting edema, gagal jantung kongestif, edema pulmoner akibat cairan berlebih, dan perikarditis akibat iritasi lapisan perikardial oleh toksin uremik. (2) gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah. (3) gejala gastrointestinal mencakup nafas berbau amonia, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan. (4) perubahan neuromuskuler meliputi perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang (Smeltzer dan Bare, 2004).

Haemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu teknologi tinggi sebagai terapi

pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi (Haryono, 2013).

Konsep Diri

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart, 2007).

Depresi

Depresi merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan trias depresi, yaitu kesedihan berkepanjangan, motivasi menurun, dan kurang tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Keliat, 2011). Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan menurun, energi rendah, dan hilang konsentrasi (WHO, 2014).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain survai analitik Pendekatan yang digunakan pendekatan Cross Sectional.

(6)

haemodialisis di Rumah Sakit Islam Surakarta pada bulan Mei 2015 diperoleh data sebanyak 43 pasien. Sampel yang digunakan dengan metode total sampling.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner konsep diri yang terdiri dari 23 pertanyaan yang telah di uji validitasnya menggunakan Pearson Product Moment dan uji reabilitas menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Kuesioner depresi

menggunakan BDI (the beck depression inventory) yang sudah baku dan tidak diuji validitasnya. Tehnik Analisa Data menggunakan uji pearson correlation, dimana arah hubungan bersifat negatif dan data berdistribusi normal yang sebelumnya telah di uji kenormalan datanya menggunakan Kolmogorov Smirnov.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden penelitian di Rumah Sakit Islam Surakarta bulan responden berjenis kelamin laki-laki terdapat 25 orang (58,1%), sedangkan perempuan terdapat 18 orang (41,9%). Distribusi frekuensi untuk usia responden diketahui yang terbanyak adalah usia 55-63 tahun (30,2%), sedangkan yang paling sedikit yakni usia 19-27 tahun (4,7%) dan usia 64-72 tahun (4,7%).

Berdasarkan distribusi frekuensi untuk pendidikan responden paling banyak berpendidikan SMA yaitu sebanyak 17 orang (39,5%), berpendidikan SD 11 orang (25,6%), berpendidikan SMP 10 orang (23,3%), berpendidikan S1 3 orang (7,0%), dan berpendidikan Diploma terdapat 2 orang (4,7%). Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasar haemodialisa terdapat 22 orang (51,2%) responden telah melakukan haemodialisa sebanyak 17-107 kali, dan terdapat 1 orang (2,3%) responden telah melakukan haemodialisa sebanyak 290-380 kali. Adapun terdapat 3 orang (7,0%) responden telah melakukan haemodialisa sebanyak 472-562 kali.

(7)

Konsep diri baik 19 44,2

Total 43 100

Tabel 2 menunjukkan sebagian besar konsep diri responden termasuk kategori tidak baik, yaitu terdapat 24

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data

Tabel 4 menunjukkan bahwa p value > 0,05, sehingga disimpulkan data berdistribusi normal, selanjutnya untuk uji bivariat jika data numerik berdistribusi normal menggunakan Statistict Parametrics dengan Pearson Correlation dan disajikan kembali pada tabel 5.berikut ini:

Tabel 5. Hasil Uji Pearson Correlation Konsep Depresi

Tabel 8 dengan Crosstabulating menunjukkan bahwa pada konsep diri yang tidak baik terdapat 24 orang, terdiri dari 20 orang yang mengalami depresi dan hanya 4 orang yang tidak

depresi. Sedangkan pada konsep diri yang baik terdapat 19 orang, terdiri 16 orang tidak depresi dan hanya 3 orang yang mengalami depresi.

Hasil analisis Pearson Correlation diperoleh rhitung sebesar -0,691 dan diperoleh p value sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap depresi dengan hasil menunjukkan nilai negatif. Semakin konsep diri pasien gagal ginjal baik maka akan semakin menurunkan depresi pasien. Besar kecilnya atau kuat lemahnya hubungan dapat dilihat dari nilai correlations coefficient, sebesar 0,691, hasil ini termasuk interval 0,59 – 0,69, sehingga dapat disimpulkan termasuk kategori kuat.

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin responden diperoleh data 58,1% jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Banyaknya responden laki-laki karena faktor gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, tekanan darah tinggi, kholesterol darah, alkohol dan obat terlarang lainnya, obat analgetika & Non-Steroidal Anti Inflamatory Drugs (NSAID), dan diabetes (Agarwal, 2005). Penelitian Aghighi pada tahun 2009, dari total 35.859 orang, jumlah penderita yang terdaftar di seluruh Rumah Sakit di Iran dari tahun 1997 sampai dengan 2006, terdapat penderita laki-laki sebanyak 20.633 (57,53%) orang dan perempuan sebanyak 15.266 (42,57%). Sedangkan pada penelitian Rustina (2012), menyatakan bahwa berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin terbanyak penderita gagal ginjal yang menjalani Variabel -value -α Kriteria

(8)

haemodialisa adalah laki-laki 38 responden (56,72%), sedangkan perempuan 29 responden (43,28%). Prevalensi ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat.

Usia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang terkena gagal ginjal dan menjalani proses haemodialisa paling banyak berusia 55-63 tahun (30,2%). Seiring bertambahnya usia juga akan diikuti oleh penurunan fungsi ginjal. Hal tersebut terjadi terutama karena pada usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa nefron. Perkiraan penurunan fungsi ginjal berdasarkan pertambahan umur tiap dekade adalah sekitar 10 ml/menit/1,73m2. Berdasarkan perkiraan tersebut, jika telah mencapai usia dekade keempat, dapat diperkirakan telah terjadi kerusakan ringan, yaitu dengan nilai Glomerular Filtration Rate (GFR) 60-89 ml/menit/1,73 m2. Artinya, sama dengan telah terjadi penurunan fungsi ginjal sekitar 10% dari kemampuan ginjal. Semakin meningkatnya usia, dan ditambah dengan penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, ginjal cenderung akan menjadi rusak dan tidak dapat dipulihkan kembali (Cecilialudji, 2015). Hasil penelitian lain menyatakan bahwa karakteristik responden menurut usia terbanyak penderita gagal ginjal yang menjalani haemodialisa adalah usia 51 – 56 tahun sebanyak 14 orang (20,9%) dan yang paling sedikit usia 33 – 38 sebanyak 2 orang (7,46%). Hal tersebut dikarenakan diusia tersebut telah mengalami beberapa penurunan fungsi organ tubuh termasuk ginjal (Rustina, 2012).

Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang terkena gagal ginjal dan menjalani proses haemodialisa paling banyak tingkat pendidikan SMA (39,5%). Pendidikan SMA merupakan pendidikan yang cukup untuk memperoleh wawasan pada manusia. Tingkat pendidikan dapat meningkatkan seseorang tentang kesehatan. Sehingga semakin tinggi pendidikan sesorang diharapkan semakin banyak pengalaman yang dimiliki dan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Perry, 2005). Faktor pendidikan seseorang juga menentukan kecemasan, seseorang dengan pendidikan tinggi diharapkan akan lebih mampu mengatasinya dan menggunakan koping yang efektif serta konstruktif dari pada seseorang yang berpendidikan rendah.

Frekuensi Haemodialisa

(9)

tergantung dengan alat hemodialisa (Wurara, 2013).

Konsep diri pada pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar konsep diri responden termasuk tidak baik (55,8%). Penderita gagal ginjal yang memiliki konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap keadaan yang dialamiya, membencinya, tidak mampu menghargai dan menerima keadaan dirinya, selalu berpikir negatif, menutup diri dan menghindar ketika dituntut harus berinteraksi dengan orang lain, tidak memiliki pertahanan psikologis yang mampu menjaga dirinya, merasa terasing dan malang karena keadaannya, serta seringkali mengalami kecemasan yang tinggi dan perasaan tertekan yang terus menerus sehingga dapat meningkatkan terjadinya depresi. Namun jika penderita gagal ginjal memiliki konsep diri yang positif maka penderita akan cenderung lebih mampu menerima keadaan dirinya, tidak mudah putus asa, terbuka dengan orang lain baik keluarga maupun lingkungan sosialnya, tetap optimis dan berjuang menjalani kehidupan walaupun kondisi tubuh melemah sehingga akan cenderung jauh dari kecemasan dan perasaan tertekan yang dapat meningkatkan terjadinya depresi (Azahra, 2013).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hardianti (2014) yang meneliti gambaran psikologis pasien gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisa di RSUD Dr. M. M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo, menemukan hasil bahwa konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisa tidak menerima atau konsep dirinya buruk (61,9%).

Sedangkan penelitian lain, untuk kategori variabel konsep diri diperoleh 20% pada kategori tinggi, 78,33% kategori sedang, dan 1,67% berada kategori rendah (Azahra, 2013).

Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami depresi (53,5%). Depresi merupakan keadaan abnormal pada seseorang yang ditunjukkan dengan munculnya gejala-gejala seperti perubahan suasana hati berupa kesedihan, kesepian dan apatis, adanya kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri, keinginan untuk menghukum diri sendiri, adanya perubahan fungsi vegetatif, berupa gangguan tidur, gangguan makan, kehilangan nafsu seksual (libido) serta adanya perubahan tingkat aktivitas seperti gerakan dan perkembangan mental yang menjadi lambat atau sangat cepat serta kehilangan minat dan motivasi terhadap aktivitas atau kegiatannya bahkan adanya pikiran tentang kematian atau keinginan untuk bunuh diri.

(10)

hemodialisa mengalami depresi sedang (57,1%).

Hubungan antara konsep diri dengan depresi

Tabel Crosstabulating diketahui terdapat 24 orang yang memiliki konsep diri tidak baik, empat diantaranya tidak depresi namun masih terdapat 20 orang lagi yang mengalami depresi. Hal ini menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa yang memiliki konsep diri yang tidak baik 83,3% yang mengalami depresi. Konsep diri seseorang diyakini dapat mempengaruhi terjadinya depresi sebagaimana Dobson dan Shaw menyatakan bahwa konsep diri yang negatif seringkali berhubungan dengan terjadinya depresi. Individu dengan konsep diri negatif seringkali mengalami kecemasan yang terus menerus ketika menghadapi suatu masalah yang tidak dapat diterimanya dengan baik (Ritandiyono, 1996). Keadaan tersebut akan mengikis harga dirinya dan menimbulkan kekecewaan emosional yang sangat parah sehingga meningkatkan terjadinya depresi.

Adapun pasien yang memiliki konsep diri negatif namun tidak mengalami depresi dikarenakan ada faktor lain yang membuat pasien tidak depresi meskipun mempunyai konsep diri yang negatif seperti dukungan sosial yang akan membuat individu menjadi lebih siap dan optimis dalam menyikapi persoalan sehingga akan lebih mudah menghadapi masalah dan akan lebih kecil kemungkinan mengalami stress dan depresi (Smet, 1994).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azzahra pada tahun 2013, menunjukkan nilai t sebesar -2,957 dengan p = 0,005 (p< 0,001). Nilai t

bertanda negatif, ini menunjukkan bahwa konsep diri mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan depresi. Semakin tinggi konsep diri maka akan semakin rendah terjadinya depresi dan sebaliknya. Perbedaan penelitian ini yaitu Azzahra menggunakan tiga variabel yang terdiri dari konsep diri, dukungan sosial dan depresi yang menggunakan analisis dengan metode statistik analisis berganda, sedangkan peneliti menggunakan uji Pearson Correlation yang terdiri dari dua variabel yaitu konsep diri dengan depresi.

Terdapat 19 orang yang memiliki konsep diri baik, tiga diantaranya mengalami depresi dan terdapat 16 orang yang tidak depresi. Hal ini menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa memiliki konsep diri baik (84,2%) tidak mengalami depresi. Rogers menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif pula. Mereka akan menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya, sedangkan individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan cenderung merendahkan harga dirinya sehingga menyebabkan individu tidak mampu menerima keadaan dirinya yang menyebabkan menjadi frustasi hingga depresi (Ritandiyono, 1996).

(11)

Adapun pasien yang mengalami depresi namun mempunyai konsep diri yang baik dikarenakan depresi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu faktor fisik meliputi genetika, usia, gaya hidup, penyakit fisik, obat-obatan dan faktor psikologi yang meliputi kepribadian, kehilangan, harga diri, stress, serta efek yang diakibatkan oleh penyakit jangka panjang (Lubis, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rhitung sebesar -0,691 dan p value 0,000. Maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap depresi dengan hasil menunjukkan nilai negatif. Semakin konsep diri pasien gagal ginjal baik maka akan semakin menurunkan depresi pasien. Rogers menyatakan individu yang memiliki konsep diri positif akan memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif pula. Mereka akan menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya, sedangkan individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan cenderung merendahkan harga dirinya sehingga menyebabkan individu tidak mampu menerima keadaan dirinya yang menyebabkan terjadinya frustasi hingga depresi (Ritandiyono, 1996).

Penelitian yang dilakukan Azahra (2013) yang menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri yang positif memiliki tingkat depresi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan individu dengan konsep diri yang negatif disebabkan karena konsep diri memiliki pengaruh terhadap individu dalam proses berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Dengan hasil penelitian terdapat peran negatif antara konsep diri dengan depresi dengan nilai t = -2,957 dan p = 0,005 (p<0,01).

Terdapat penelitian lain yang berbeda dengan peneliti yaitu dilakukan oleh Armiyati (2014) yang menunjukkan secara keseluruhan respon penerimaan stress pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa sebagian besar adalah positif sebesar 76,9%, dan respon penerimaan stress yang negative masih terdapat 23,1%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki respon penerimaan stress yang positif berada pada tahap menerima yaitu sudah biasa menerima stress yang dialaminya.

Simpulan

1. Sebagian besar responden penelitian pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa di Rumah Sakit Islam Surakarta mengalami konsep diri tidak baik.

2. Sebagian besar responden penelitian pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa di Rumah Sakit Islam Surakarta mengalami depresi. 3. Terdapat hubungan antara konsep

diri dengan depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani haemodialisa di Rumah Sakit Islam Surakarta.

Saran 1. Penderita

(12)

2. Petugas kesehatan

a. Petugas kesehatan hendaknya dapat memberikan motivasi pada pasien gagal ginjal yang mengalami depresi ataupun yang tidak mengalami depresi untuk selalu menjalankan terapi haemodialisa yang dianjurkan dokter dan selalu menjaga asupan diet yang sesuai.

b. Perlu dilakukan skrining depresi secara berkala oleh bagian haemodialisa terhadap pasien gagal ginjal kronik yang akan menjalani hemodialisa maupun yang sedang menjalani hemodialisa yang dilakukan oleh paramedis yang kompeten untuk mengetahui adanya depresi. Pasien yang mengalami depresi harus di tindaklanjuti dengan penatalaksanaan depresi.

c. Perlu dilakukan psikoedukasi terhadap pasien dan keluarga pasien mengenai gagal ginjal kronik, penatalaksanaannya, masalah yang dihadapi dan prognosis yang bertujuan untuk mengubah persepsi pasien dan keluarga terhadap penyakit tersebut.

3. Peneliti selanjutnya

a. Peneliti hanya meneliti model hubungan antara konsep diri dengan depresi. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya bisa meneliti juga ada tidaknya hubungan yang sebaliknya, yaitu depresi dapat mempengaruhi konsep diri seseorang.

b. Dengan masalah yang sama, diharapkan agar lebih memperdalam cakupan penelitiannya sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan,

misalnya dengan penelitian analitik untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan lama menjalani hemodialisis maupun karakteristik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, A., A. Prabakaran, and T.M. Said. (2005). Oxidative Stress

and Antioxidants in Male

Infertility a Difficult Balance. Iranian Journal of Reproductive Medicine.

http://www.bioline.org.br/pdf?r m05001 di akses 8 Juni 2015. Aghighi, M., dkk. (2009). Changing

Epidemiology of End-Stage

Renal Disease in Last 10 Years

in Iran.

www.nebi.nlm.gov/m/pubmed/1 984152/ di akses 8 Juni 2015. Andri. (2013). Gangguan Psikiatrik

pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik.

http://www.kalbemed.com. Di

akses 14 Maret 2014.

Armiyati, Y. (2014). Faktor yang Berkorelasi Terhadap Mekanisme Koping Pasien CKD yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Kota Semarang. http://jurnal.unimus.ac.id/index. php/ diakses 28 Mei 2015

Azahra, M. (2013). Peran Konsep Diri Dan Dukungan Sosial terhadap Depresi Pada Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Terapi Hemodialisis.

http://www.jogjapress.com diakses 5 September 2014. Cecilialudji. (2015). Epidemiologi

Gagal Ginjal.

http://epidemiologi-gagal-ginjal.html. di akses 7 Juni 2015. Dinas Kesehatan. (2008). Daftar Profil

(13)

Tengah.

www.dinkesjatengprov.go.id diakses 20 Maret 2014

Hardianti. (2014). Gambaran Psikologis Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Tindakan Hemodialisa

di RSUD Dr.M.M Dunda

Limboto Kab.Gorontal.

http://eprints.ung.ac.id. di akses 14 Maret 2014.

Haryono, R. (2013). Keperawatan

Medikal Bedah: Sistem

Perkemihan. Yogyakarta: Rapha Publising.

Indonesian Renal Registry. (2012). 4th Report Of Indonesian Renal

Registry.

http://www.penefri-inasn.org/laporan/4th. di akses 11 Maret 2014.

Keliat, B. A., Wiyono, A. P. Susanti, H., (2011). Manajemen Kasus

Gangguan Jiwa : CMHN

(Intermediate Course). Jakarta : EGC.

Lubis, N. L. (2009). Depresi: Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana. Perry & Potter. (2005). Fundamental of

nursing. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC

Ritandiyono dan Retnaningsih. (1996). Aktualisasi Diri : Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Universitas Gunadarma

Rustina. (2012). Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Haemodialisis Di RSUD DR.

Soedarso Pontianak.

http://portalgaruda.org/article.ph p? diakses 8 Juni 2015

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004).Textbook of Medical

Surgical Nursing, 10th ed.

Philipine: Lippincott Williams & Wilkins

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku

Keperawatan Jiwa .Edisi 5.

Jakarta: EGC.

Sukmawati, dan Rosita Y. (2008). Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Depresi

pada Remaja. Jurnal

Psikohumanika. Vol 1.

Suryaningsih, M. (2013). Hubungan

Dukungan Keluarga dengan

Depresi pada Penyakit Ginjal Kronik di Ruangan Hemodialisa BLU RSUP Prof. Dr. R D.

Kandou Manado.

http://ejournal.unsrat.ac.id. di akses 13 Maret 2014.

World Health Organization. (2014).

Health Topic Depression.

www.who.int/topics/depression/ en/ diakses 19 Juni 2014

Wurara, Y. Kanine, E., Wowiling, F., (2013). Mekanisme Koping Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RS Prof. Dr. R.

D Kandou Manado.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index .php/jkp/article/viewFile/2254/1 811. di akses 13 Maret 2014

Tutik Rahayu*: Mahasiswa S-1 Transfer Keperawatan FIK UMS

Arif Widodo, A.Kep., M.Kes**: Dosen FIK UMS

Gambar

tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian in vitro didapat: (1) taraf penggunaan mineral makro organik dengan dosis 1 kali rekomendasi NRC (1988) ke dalam ransum perlakuan merupakan taraf terbaik,

(2) Dari hasil uji beda rata-rata trading volume activity saham selama periode peristiwa, pada α 5% atau 0,05, ditemukan bahwa terdapat perbedaan rata-rata trading volume

Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, dan tidak lebih cepat dari 14 hari setelah penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan dilaksanakan sebagaimana ditetapkan,

ENDYK MUHAMMAD ASROR... ENDYK

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dalam sistem pengolahan limbah yang digunakan pada bangunan ini yaitu pengolahan limbah dapur dengan menggunakan sebuah alat grease trap untuk meyaring lemak

Fakta perbuatan hukum akta P.P.J.B lunas dengan kuasa terhadap peralihan hak milik atas tanah memiliki problematika filosofis, sosiologis, yuridis, teoritis

people won't get any closer to the bright future and so does the country, it will never be better, it will be even worse. To prevent this case, every goverment in each country