TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA
PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL
Survey Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri diWilayah Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Monica Videa Anjasari 131334051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA
PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL
Survey Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri diWilayah Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Monica Videa Anjasari 131334051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
TINGKAT
KEPUASAN
GTTRUTERI{ADAP PROFESINYA
PAI}A
ASPSK
F'INA}{SIAL DAN NOI{
FINANSLA.LSurvey Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di
Wilayah Kota Yogya.karta
Oleh:
M*nica Videa
Anjasarir3 i334*5 1
ffitE
Telah Disetujui O
Benedecta kdahNugraheni. S.pd., S.LP., M.Pd.
leh:
ii
Pernbit:rbing
SKRITSi
TIHGKAT
KEPUASAN GITRII
TERI{AI}AP
PROFESI]TYA
FAIIA
ASPEF(F'iI{Ar{srAL
DA}{
iyoN
F.'rn*Ai.{srALsurvey Diiak*ka* Pada Guru-Guru sekr:lah Menengah Atas (sMA) Negeri di
Wilayah Kota Yogy akarta
ilipersiapkan dan ditulis $ieh: Mcnica Yidea Anjasari
131334051
Telah dipertahankatr di depan panitia penguji
Pada Tanggal 26 Juii 201? dan dinyatakan memenuhr syarat
Keiira
Sekretaris
Angg*ta
Angg*ia
Anggota
Susunan Fanitia Fengnji
Nama ieugkap
ig*ati*s E*nttax Sura*rr-:, S.Fd., M.Si.
Natali*a Pr*mastuti Brataningrum, S.pd", M.pd.
Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd", S.I.p., M.pd.
it"ira E*y Furx,a:rti" S,Fd., fui. Si. Agustl*us Heri Nugr*ho, S.Pd., M.pd.
Yogvakarta, 26 Juli 20 1?
Fakuiias Keguruaa cian iirnu Fendidikan
iii
Tanda Tangan
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus
, Juru S’lamatku
Bunda Maria
Kedua orang tuaku tersayang, Ignatius Sumarja, S.Pd. dan
Marcellina Pujiati
Adikku tercinta Laurensius Verdiky Anjelio
Seluruh Keluarga Besarku tercinta
Para sahabat-sahabatku terkasih
v
MOTTO
The best results, takes a long time
Sometimes you gotta fall before you fly
We will never know, before we do so. Remember one thing, the
work we do will be worth it.
Never complained of shortcomings, because shortage remind
you to continue to look for the power that is within you.
A cheerful heart is good medicine, but a crushed spirit dries up
the bones
–
Proverb 17:22
Whatever you do, work at it with all your heart, as working for
the Lord, not for human masters
–
Colossians 3:23
The Lord is close to the brokenhearted and saves those who are
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menvatakan densan sesungguhnva bahwa skripsi yans saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang teiah disebutkan
dalam kutipan dan daftar oustaka. sebasaimana layaknya karva ilmiah.
Yogyakarta . 26 hrli 2017
Penulis,
Monica Videa Anjasari
LEMBAR PERNYATAAN PERSETU.TU'AN
PUBLIKASI KARYA
ILMIAI{
UNTUK KEPE-NTINGAF{ AKADEMISYang bertanda tangan di bawah ini. sava mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Monica Videa AniasariNomor
Mahasiswa
: 131334051Demi penqembangan ilmu pensetahuan. sava memberikan keoada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah sal'a yang beriudul:
Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Protbsinva Pada Aspek Finansial Dan Non
Finansial. Survey Dilakukan Pada Guru-(iuru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Wilayah Kota Yosvakarta"
Dengan demikian sava memberikan kepada Pemustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data. mendistribusikan secara terbatas. dan
rnempublikasikannya
di
intemet atau media lain untuk kepentingan akademistanpa perlu meminta izin dari sava untuk memberikan rovalti keoada sava selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini yang sava buat dengan sebenarnva.
Dibuat
di
YogvakartaPada tanggal :26
ll;Ji2}fi
Y*g
menvatakan,rO
All
t l1(0ul'''b/)1
t""l -'lMonica Videa Aqjasari
viii ABSTRAK
TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA
PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL
Survey Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri diWilayah Kota Yogyakarta
Monica Videa Anjasari Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial, dan perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial berdasarkan jenis kelamin, lama menjalani profesi, status kepegawaian, jabatan di sekolah dan status sertifikasi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017. Populasi penelitian ini adalah guru di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Yogyakarta. Dari 536 populasi, diambil sampel 224 guru dengan teknik cluster random sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji beda mean (Uji t, Uji F, Uji Z danUji H).
ix ABSTRACT
LEVEL OF TEACHERS’ SATISFACTION TO THEIR PROFESSION ON FINANCIAL AND NON FINANCIAL ASPECT
A Survey On Senior High School Teachers in Yogyakarta
Monica Videa Anjasari Sanata Dharma University
2017
The research was conducted to find out level of teachers’ satisfaction to the
profession on financial and non financial aspect and to find out the different level of teachers satisfaction on Senior High School in Yogyakarta to the profession on financial and non financial aspect based on gender, the time taken in teaching profession, employment status, position in school, and certified status.
The type of this research is a comparative research which was conducted from March to April, 2017. The population of this research were teachers of Senior High Schools in Yogyakarta. The population of this research were 536. The samples were 224 teachers taken by applying cluster random sampling. Data were collected by using questionnaires and were analized statistically with mean difference test (t-test, F test, Z test and H Test).
The result of the research shows: (1) level of teachers’ satisfaction to the profession on financial and non financial aspect the teachers on Senior High School in Yogyakarta included in the satisfied category; (2) there is not any
significant different level of teachers’ satisfaction on Senior High School in
Yogyakarta to their profession on financial and non financial aspect based on gender (Sig. 2 tailed = 0,907); (3) there is not any significant different level of
teachers’ satisfaction on Senior High School in Yogyakarta to their profession on
financial and non financial aspect based on the time taken in teaching profession (Sig. = 0,784); (4) there is any significant different level of teachers’ satisfaction on Senior High School in Yogyakarta to their profession on financial and non financial aspect based on employment status (Sig. 2 tailed = 0,003); (5) there is
any significant different level of teachers’ satisfaction on Senior High School in
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melipahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini, yang berjudul “Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial dan Non Finansial” penelitian dilakukan pada guru-guru di sekolah menengah atas (SMA) negeri di wilayah Kota Yogyakarta. Penulisan
skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk
belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata
Dharma.
4. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku dosen
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan
bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Semua Bapak/Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan
pengalamannya dalam proses perkuliahan.
6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku tenaga administrasi Pendidikan
Akuntansi.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri di wilayah Kota Yogyakarta
xi
8. Bapak dan Ibu tercinta, Ignatius Sumarja, S.Pd. dan Marcellina Pujiati,
S.Pd., yang selalu sabar membimbing, memberikan kasih sayang,
menghibur di kala putus asa, dan memberikan banyak dukungan serta doa
kepadaku.
9. Adikku tersayang, Laurensius Verdiky Anjelio, yang telah memberikan
semangat dan mendoakanku selalu. Terima kasih adik untuk hiburan dan
candaan yang selalu membuatku lebih semangat.
10. Tanteku Maria G. Puji Lestari, Mamaku Yohana Titik Puji Astuti,
Pakdheku Yustinus Puji Haryanto, Papaku Matheus Sujana, Omku
Bernardus Heriwibowo dan seluruh keluarga besar yang selalu
menyemangati dan memberikan dukungan selama ini serta memberikan
hiburan di kala aku sedih.
11.Benedictus Dio Anggita Jati, adikku yang selalu mendengarkan segala
curhatanku dan memberikan semangat selama ini.
12.Julius Dany Prasetya Jati dan Monica Mevi Sances mas dan mbakku yang
selalu mendukung dan memberikan motivasi selama ini kepadaku.
13.4OB sahabatku di kos, Katarina Vivi Denniati, Anastasia Wulandari
Wahyu Putri, Maria Felicia yang telah memberikan semangat untuk terus
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah menjadi saudaraku yang
selalu mendengarkan segala keluh kesah ku dan tetap memberikan ku
dukungan serta terima kasih untuk semua canda tawa sedih dan segalanya
yang sudah kita lewati selama tinggal bersama.
14.Bacem dan Koplaks, Laurencia Apsari Kumala Saraswati, Patricia Desty
Putri Riyana, Mega Yuniar Christanti, Yovita Kasih Purnamawati,
Dasanta Anggara Sahadewa, Yohanes Riyadi yang selalu menyemangati
dan saling menolong di kala aku mengalami kesulitan. Selalu
mendengarkan dan memberikan saran yang terbaik.
15.The Mantols Crew: Gabriel Ayu Pertiwi yang telah menjadi partner
keliling Jogja selama penelitian, Yudha, Agatha, Linda, Valen I, Valen P,
xii
Mirna yang selalu memberikan motivasi dan bantuan selama mengerjakan
skripsi ini.
16.Para penghuni kos Bu Heru, Roempoen Squad. Mbak Desty, Endang,
Valent, Ocha, Beki, Diah, Noni, Dias dan lain-lain. Terima kasih telah
menjadi keluarga kecilku selama tinggal di Jogja dan selalu menghibur
serta mendukungku.
17.Seven Star plus One. Agustine Sarie, Chika Meiriska, Gabriella Harefa,
Deby Suryani, Patricia Desty, Aldi Christian, Megiawan yang telah
memberikan dukungan dan memotivasi selama ini.
18.Geng BDR (Basecamp Depan Rumah). Dea, Dian, Fatimah, Arif, Indra,
Afina, terima kasih teman-teman motivasi dan dukungannya selama ini.
Hiburan kalian sangat membantu saat aku mengalami kebosanan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
19.Teman-teman yang selalu mendukung dan menyemangati selama proses
penyusunan skripsi hingga terselesainya skripsi ini. Adit, Remon dan
teman-temannya, terima kasih banyak untuk semua dan hiburannya selama
ini. Daru dan Sinta, yang selalu mengajak jalan-jalan saat bosan dengan
skripsi. Anggun teman dari SMK yang juga menyemangati. Dorus yang
selalu mendukung dan memberikan semangat. Wisnu yang juga
mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
20.Teman-teman selama di tempat PPL dan teman-teman PBM yang selalu
mendukung dan memberikan bantuan.
21.Teman-teman di Prodi Pendidikan Ekonomi, BKK Pendidikan Akuntansi
2013 yang selalu berbagi tawa, canda, dan kenangan indah kebersamaan
kita. Terima kasih atas segala dukungan dan selalu berbagi ilmu yang
bermanfaat.
22.Seluruh teman-teman Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
23.Serta semua pihak yang telah mendukung dan membantu saya dalam
Penulis menvadari bahwa skripsi
ini
masih banvak kesalahan dan kekurangan, oleh karenaitu
penulis mengharapkankritik
dan saran demi kesemournaan skripsiini.
Semoga skriosiini
dapat bermantaat sebasaimana mestinya.Yogyakarta .26 luli 2017
Penulis
1fl,.uCI,,,l'
/
1l
1"{
I'
Monica Videa Anjasari
xix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xix
DAFTAR TABEL ... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
xx
A. Kepuasan Kerja ... 8
1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 8
2. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 10
3. Teori Kepuasan Kerja ... 13
B. Profesi Guru ... 14
1. Profesi ... 14
2. Guru ... 15
3. Profesi Guru ... 24
C. Aspek Finansial dan Non Finansial ... 26
1. Finansial ... 26
2. Non Finansial ... 33
a. Iklim Organisasi ... 33
b. Sosial ... 35
c. Psikologi ... 37
d. Motivasi ... 39
D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 42
E. Rasionalitas Penelitian atau Kerangka Berfikir ... 43
F. Hipotesis Penelitian ... 48
BAB III. METODE PENELITIAN... 50
A. Jenis Penelitian ... 50
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 51
xxi
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 54
F. Teknik Pengumpulan Data ... 62
G. Teknik Pengujian Instrumen... 63
H. Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 80
A. Deskripsi Data ... 80
B. Analisis Data ... 91
C. Pembahasan ... 118
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 150
A. Kesimpulan ... 150
B. Saran ... 157
C. Keterbatasan ... 158
DAFTAR PUSTAKA ... 159
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Jumlah Populasi Guru SMA Negeri di Kota Yogyakarta ... 51
Tabel 3.2 : Sampel Sekolah yang Diteliti ... 54
Tabel 3.3 : Skor Jenis Kelamin ... 56
Tabel 3.4 : Skor Lama Menjalani Profesi... 57
Tabel 3.5 : Skor Status Kepegawaian ... 57
Tabel 3.6 : Skor Jabatan di Sekolah ... 58
Tabel 3.7 : Skor Status Sertifikasi ... 59
Tabel 3.8 : Skor Skala Likert... 59
Tabel 3.9 : Kisi-Kisi Kuesioner dan Operasionalisasinya ... 60
Tabel 3.10 : Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Guru ... 64
Tabel 3.11 : Tabel Interpretasi Reliabilitas ... 67
Tabel 3.12 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Guru ... 68
Tabel 3.13 : Nilai Persentil PAP Tipe II ... 69
Tabel 3.14 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70
Tabel 3.15 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70
Tabel 3.16 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 71
xxiii
Tabel 3.18 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan
Status Kepegawaian ... 71
Tabel 3.19 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 72
Tabel 3.20 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 72
Tabel 3.21 : Hasil Pengujian Nomalitas Data Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 72
Tabel 3.22 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan Status Sertifikasi ... 73
Tabel 3.23 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Status Sertifikasi ... 73
Tabel 3.24 : Hasil Pengujian Homogenitas Pada Beberapa Kelompok Sampel ... 74
Tabel 3.25 : Hasil Pengujian Homogenitas Setiap Aspek Kepuasan Guru Pada Beberapa Kelompok Sampel ... 74
Tabel 4.1 : Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 80
Tabel 4.2 : Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 81
Tabel 4.3 : Deskripsi Responden Berdasarkan Status Kepegawaian ... 82
Tabel 4.4 : Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 82
Tabel 4.5 : Deskripsi Responden Berdasarkan Status Sertifikasi ... 83
xxiv
Tabel 4.7 : Deskripsi Data Pada Aspek Kepuasan Guru ... 84
Tabel 4.8 : Kategori Kepuasan Guru ... 84
Tabel 4.9 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Finansial ... 85
Tabel 4.10 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Iklim Organisasi ... 86
Tabel 4.11 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Sosial ... 88
Tabel 4.12 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Psikologis ... 89
Tabel 4.13 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Motivasi ... 90
Tabel 4.14 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 93
Tabel 4.15 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 94
Tabel 4.16 : Hasil Uji ANOVA Kepuasan Guru Berdasarkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 98
Tabel 4.17 : Hasil Uji Kruskal – Wallis Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasatkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 99
Tabel 4.18 : Hasil Uji ANOVA Pada Aspek Sosial Berdasarkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 101
Tabel 4.19 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Berdasarkan Status Kepegawaian .. 103
Tabel 4.20 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 104
Tabel 4.21 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 108
Tabel 4.22 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 109
xxv
Tabel 4.24 : Hasil Uji T Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Status
Sertifikasi ... 114
Tabel 4.25 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru
xxvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Kuesioner Penelitian ... 163
Lampiran II : Data Induk... 172
Lampiran III : Uji Validitas dan Reliabilitas... 218
Lampiran IV : Pengelompokan Variabel ... 224
Lampiran V : PAP Tipe II ... 228
Lampiran VI : Mean, Median dan Modus ... 234
Lampiran VII : Uji Normalitas ... 242
Lampiran VIII : Uji Homogenitas ... 263
Lampiran IX : Uji Hipotesis ... 268
Lampiran X : Tabel Statistik ... 279
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai penerus bangsa yang dapat membawa kemajuan bagi
bangsanya, diperlukan pendidikan yang baik pula untuk generasi tersebut.
Pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan yang penting bagi
peningkatan sumber daya manusia. Pendidikan saat ini merupakan salah satu
hal yang perlu mendapatkan perhatian demi kemajuan bangsa. Pendidikan
tidak hanya memberikan ilmu dari segi pelajaran saja tetapi diharapkan dapat
mengembangkan nilai moral serta mengubah kepribadian individu menjadi
lebih baik. Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat 3 syarat utama yang
harus diperhatikan yaitu: 1) sarana gedung, 2) buku yang memadahi, 3) guru
dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa, 2007 : 3). Pendidikan
yang bermutu memerlukan guru yang berkualitas dan profesional. Guru
merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur
pendidikan formal, informal maupun non formal. Tugas guru tidak hanya
mendidik tetapi membimbing dan membentuk karakter para siswa. Guru pun
dituntut untuk dapat memberikan pengembangan siswa dari segi pengetahuan
(kognitif), sikap dan nilai (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).
Profesi guru sangat banyak diminati oleh kaum muda pada zaman
dengan kaum bangsawan dan dihormati oleh masyarakat. Tetapi penghasilan
yang didapat oleh seorang guru masih minim dan tidak sebanding dengan
pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan sarana yang belum memadai, guru
berusaha dapat memberikan pembelajaran bagi siswa. Namun pada saat ini
banyak permasalahan guru yang terjadi di Indonesia. Guru semakin tidak
dianggap keberadaannya dan masyarakat merasa guru semakin tidak optimal
dalam menjalankan tugasnya. Siswa pun semakin berani melawan gurunya
sendiri dan tidak memiliki rasa hormat. Hal itu juga membuat pendidikan saat
ini menjadi memburuk.
Persoalan-persoalan guru di Indonesia saat ini yang menonjol dan tidak
kunjung selesai serta mendapat penyelesaian adalah persoalan kualitas
pendidikan guru, distribusi guru yang tidak merata di Indonesia,
pengembangan potensi dan karier yang tidak berjalan sesuai tujuan, serta
ketidaksesuaian hak dan kewajiban yang telah guru lakukan (Kompas, 12
Januari 2017). Salah satu permasalahan yang dihadapi guru saat ini adalah
pergantian kurikulum yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pergantian
kurikulum ini terkadang membuat guru semakin susah untuk menyesuaikan
pembelajaran dengan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Guru merasa kesulitan dalam membuat administrasi yang diperlukan dengan
kurikulum yang baru.
Pada saat ini, kesejahteraan guru mulai dapat tercukupi dengan adanya
tunjangan yang diberikan kepada guru. Pemerintah juga memberikan program
kualitas guru dan kesejahteraan bagi guru tersebut. Banyak guru yang
terbantu dengan adanya sertifikasi namun pekerjaan yang harus dilakukan
semakin bertambah banyak. Dengan banyaknya administrasi yang harus
dibuat tersebut membuat guru melupakan tugas utamanya untuk mendidik
dan membimbing para siswa. Sebagian guru juga mendapat beberapa peranan
tambahan selain mengajar dimana hal ini juga menambah pekerjaan mereka,
misalnya menjadi Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Wali Kelas dan
lain-lain.
Berbagai kondisi yang telah diuraikan di atas memberikan suatu
anggapan bahwa profesi menjadi seorang guru tidak sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi guru. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang
bersifat individu. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda
dipengaruhi oleh beberapa nilai yang dimiliki oleh masing-masing individu,
diantaranya karena perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan baik
secara psikologis maupun fisiologinya berbeda. Perbedaan ini menimbulkan
perbedaan seseorang mengukur kepuasan yang mereka inginkan. Selain dari
diri sendiri aspek lain yang mempengaruhi adalah aspek sosial guru tersebut,
misalnya tempat mengajar dan interaksi dengan siswa dan masyarakat. Guru
yang sudah banyak pengalaman dalam mengajar dengan guru yang baru
memulai tugasnya sebagai pendidik juga akan memiliki kepuasan yang
berbeda. Kepuasan guru juga akan berbeda antara guru PNS dengan guru non
dan juga guru yang memiliki jabatan di sekolah dengan guru yang tidak
memiliki jabatan di sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui tentang
tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non
finansial berdasarkan jenis kelamin, lama menjalani profesinya, status
kepegawaian, jabatan di sekolah dan status sertifikasi.
B. Batasan Masalah
Kepuasan guru terhadap profesinya mencakup banyak aspek, namun
penelitian ini hanya meneliti beberapa aspek yang dianggap lebih dominan.
Aspek tersebut yaitu aspek finansial dan non finansial yang meliputi aspek
iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi. Penelitian
ini juga akan melihat perbedaan kepuasaan guru terhadap profesinya
berdasarkan beberapa variabel yang diduga berpengaruh pada kepuasan guru
yaitu jenis kelamin, lama menjalani profesinya, status kepegawaian, jabatan
di sekolah dan status sertifikasi.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial
dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek psikologis, aspek sosial
2. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya
berdasarkan jenis kelamin?
3. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya
berdasarkan lama menjalani profesinya?
4. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya
berdasarkan status kepegawaian?
5. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya
berdasarkan jabatan di sekolah?
6. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya
berdasarkan status sertifikasi?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek
finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek psikologis, aspek
sosial dan aspek motivasi).
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap
profesinya berdasarkan jenis kelamin.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap
profesinya berdasarkan lama menjalani profesinya.
4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap
5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap
profesinya berdasarkan jabatan di sekolah.
6. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap
profesinya berdasarkan status sertifikasi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah dan Yayasan Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang memungkinkan untuk
memperbaiki kesejahteraan serta kualitas dari guru.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi
guru untuk meningkatkan kualitas guru dan profesionalitasnya dalam
dunia pendidikan.
3. Bagi Mahasiswa Fakultas Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi
yang mungkin membantu mahasiswa fakultas pendidikan dalam
meningkatkan dan mempersiapkan diri dalam menempuh profesi sebagai
guru.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membekali peneliti dalam
mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja khususnya di bidang
5. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan
8 BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Kepuasan Kerja
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Pada dasarnya tingkat kepuasan kerja merupakan hal yang
individu. Seseorang akan merasa puas jika pekerjaan tersebut sesuai
dengan keinginannya dan ia nyaman dalam melakukan pekerjaan itu.
Semakin banyak aspek yang sesuai dengan keinginan seseorang dalam
bekerja maka akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang
dirasakan.
Menurut Hariandja (2002:290), kepuasan kerja merupakan salah
satu elemen yang cukup penting dalam organisasi. Hal ini disebabkan
kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja seperti malas, rajin,
produktif, dan lain-lain, atau mempunyai hubungan dengan beberapa
jenis perilaku yang sangat penting dalam organisasi. Kepuasan kerja
didefinisikan dengan hingga sejauh mana individu merasakan secara
positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas
dalam pekerjaannya.
Lock (Sopiah, 2008:170) mengemukakan “Job satisfaction is a
pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of
one’s job or job experience”, kepuasan kerja merupakan suatu
hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja.
Wijono (Ariani, 2013:19) menyebutkan kepuasan kerja adalah suatu
perasaan menyenangkan merupakan hasil dari persepsi individu dalam
rangka menyelesaikan tugas atau memenuhi kebutuhannya untuk
memperoleh nilai-nilai kerja yang penting bagi dirinya.
Menurut Hasibuan (Ariani, 2013:19-20), kepuasan kerja
karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi
kecintaan dan kedisiplinan karyawan meningkat. Kepuasan kerja adalah
sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaanya. Sikap
ini, dicerminkan oleh moral kerja, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja
dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam luar
pekerjaan.
Menurut Triatna (2015:110), pengertian kepuasan kerja adalah
keadaan emosional seseorang terhadap pekerjaannya, apakah ia
menyenangi pekerjaan itu atau tidak. Robbins (Triatna, 2015:110)
memaknai kepuasan kerja sebagai sikap umum terhadap pekerjaan
seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan
yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya
mereka terima.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif menyangkut
situasi kerja, termasuk di dalamnya upah, kondisi sosial, kondisi fisik
dan kondisi psikologis.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Hariandja (2002:290), kepuasan kerja seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak hanya gaji, tetapi terkait dengan
pekerjaan itu sendiri, dengan faktor lain seperti hubungan dengan
atasan, rekan sekerja, lingkungan kerja, dan aturan-aturan.
Chiselli dan Brown (Waluyo, 2015:126) mengemukakan
faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja yaitu kedudukan,
pangkat kerja, masalah umur, jaminan finansial dan jaminan sosial serta
mutu pengawasan. Sedangkan Burt (Waluyo, 2015:126)
mengemukakan pendapat tentang faktor-faktor yang ikut menentukan
kepuasan kerja yaitu faktor hubungan antar karyawan, faktor-faktor
individual dan faktor-faktor luar.
Hariandja (2002:291-292) mengklasifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja berkaitan dengan beberapa aspek yaitu:
a. Gaji, yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat
dari pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan
dirasakan adil.
b. Pekerjaan itu sendiri, yaitu isi pekerjaan yang dilakukan seseorang
apakah memiliki elemen yang memuaskan.
c. Rekan sekerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang
dapat merasakan rekan kerjanya sangat menyenangkan atau tidak
menyenangkan.
d. Atasan, yaitu seseorang yang senantiasa memberi perintah atau
penunjuk dalam pelaksanaan kerja. Cara-cara atasan dapat tidak
menyenangkan bagi seseorang atau menyenangkan dan hal ini
dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
e. Promosi, yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui
kenaikan jabatan. Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan
yang besar untuk neik jabatan atau tidak, proses kenaikan jabatan
kurang terbuka atau terbuka. Ini juga dapat mempengaruhi tingkat
kepuasan kerja seseorang.
f. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan fisik dan psikologis.
Kepuasan kerja akan banyak dipengaruhi oleh reward dan
punishment yang diterima dan dipersepsi oleh individu yang
bersangkutan. Selain itu kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh
lingkungan kerja pegawai dan persepsi terhadapnya. Kreitner dan
Kinicki (Triatna, 2015:110) mengungkapkan ada lima faktor yang dapat
memengaruhi kepuasan kerja, yaitu:
a. Pemenuhan kebutuhan
Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan
memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi
b. Perbedaan
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.
Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang
diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila
harapan lebih besar dari apa yang diterima, orang tidak akan puas.
Sebaliknya, individu akan puas bila menerima manfaat di atas
harapan.
c. Pencapaian nilai
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan
memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
d. Keadilan
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperilakukan di tempat kerja
e. Komponen genetik
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor
genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai
arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja di samping
3. Teori Kepuasan Kerja
Menurut Waluyo (2015:127) terdapat teori-teori kepuasan kerja,
yaitu:
a. Teori Pertentangan (Discrepancy Theory)
Teori pertentangan dari Locke menyatakan bahwa kepuasan
atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan
mencerminkan penimbangan dua nilai:
1) Pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan
seseorang individu dengan apa yang diterima.
2) Pentingnya apa yang diinginkan bagi individu.
Menurut Locke, seseorang individu akan merasa puas atau
tidak puas merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung
bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian atau
pertentangan antara keinginan dan hasil keluarnya.
b. Model dari Kepuasan Bidang/Bagian (Facet Satisfication)
Model Lawler dari kepuasan bidang berkaitan erat dengan teori
keadilan dari Adams. Menurut model Lawler, orang akan puas
dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka jika jumlah dari
bidang yang mereka persepsikan harus mereka terima untuk
melaksanakan kerja sama dengan jumlah yang mereka persepsikan
dari yang secara aktual mereka terima. Jumlah dari bidang yang
dipersepsikan orang tergantung dari bagaimana orang
bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari
orang lain yang dijadikan pembanding.
c. Teori Proses-Bertentangan (Opponent-Process Theory)
Teori proses-bertentangan dari Landy memandang kepuasan
kerja dari perspektif yang berbeda secara mendasar daripada
pendekatan yang lain. Teori ini menekankan bahwa orang ingin
mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional
equilibrium) berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja yang
bervariasi secara mendasar dari waktu ke waktu, sehingga
pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara periodik dengan
interval waktu yang sesuai.
B. Profesi Guru 1. Profesi
Menurut Sahertian (Payong, 2011:6), profesi pada hakikatnya
adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess artinya
menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan
dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa
terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Menurut Chandler (1960),
profesi merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi
pekerjaan itu sendiri (Sahertian, 1994:26).
Pribadi menjelaskan bahwa profesi itu pada hakikatnya adalah
mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti
biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan
itu (Hamalik, 2002:1)
Kata profesi berasal dari bahasa Yunani “Pbropbaino” yang berarti
menyatakan secara publik dan dalam bahasa lain disebut “Professio”
yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh
seseorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Secara
tradisional profesi mengandung arti prestise, kehormatan, status sosial,
dan otonomi lebih besar yang diberikan masyarakat kepadanya (Sagala,
2013:2).
2. Guru
a. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan
oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan
atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam
bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru (Usman,
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan
identitas bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu,
guru harus memiliki standar kualitas pibadi tertentu, yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin (Mulyasa, 2006:37).
b. Peranan Guru
Peranan (role) ialah tingkah laku yang diharapkan dari
seseorang pada satu situasi tertentu. Guru memiliki peran yang
penting di sekolah. Guru yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
optimal. Usman (2008:9-12) mengemukakan bahwa guru berperan
sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator serta
evaluator.
1) Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau
pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya
adalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2) Guru sebagai pengelola kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar
kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan
merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan dalam mencapai tujuan.
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mediator guru
pun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Sebagai
fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan
dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa nara sumber,
buku teks, majalah ataupun surat kabar.
4) Guru sebagai evaluator
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru
hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah
dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang
diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik
proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.
Menurut Djamarah (2005:43), semua peranan yang
diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini:
1) Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan
mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua
nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam
kehidupan di masyarakat.
2) Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan
ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Guru
harus mampu memberikan petunjuk bagaimana belajar
yang baik.
3) Informator
Sebagai informator, guru harus dapat memberikan
informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
selain jumlah bahan pelajaran yang telah diprogramkan
dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif
diperlukan dari guru.
4) Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan
memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik,
menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender
akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan,
sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam
belajar pada diri anak didik.
5) Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat
mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak
didik malas belajar. Motivasi dapat efektif bila dilakukan
dengan memperhatikan kebutuhan anak didik.
6) Inisiator
Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus
dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang
ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.
7) Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat
menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan
menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan
belajar yang menyenangkan anak didik.
8) Pembimbing
Peran guru sebagai pembimbing adalah penting
karena guru hadir di sekolah adalah untuk membimbing
anak didik menjadi manusia yang dewasa susila dan
cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.
9) Demonstrator
Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan
pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik
yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan
pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus
berusaha dengan membantunya dengan cara
memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis,
sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan
pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian
antara guru dan anak didik.
10) Pengelola kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat
mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat
berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka
11) Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya.
Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan
dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan
pengajaran.
12) Supervisor
Sebagai supervisor guru hendaknya dapat
membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis
terhadap roses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus
guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikaan
terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.
13) Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi
seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan
memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik
dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih
menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni
aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus bisa
memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian
dari pada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika
diberikan tes.
c. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Tugas guru sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan
dan profesinya di sekolah. Seperti mengajar dan membimbing para
muridnya, memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya,
mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan
kegiatan lain berkaitan dengan pembelajaran. Guru perlu
mengupayakan untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang
menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman. Tugas guru
sebagai pendidik merupakan tugas mewariskan ilmu pengetahuan
dan teknologi kepada para muridnya. Kemudian muridnya belajar
memperoleh dan mengembangkan keterampilan, berlatih
menerapkannya demi kemanfaatan yang lebih besar juga dari
gurunya (Sagala, 2013:11-12).
Menurut Roestiyah (Sagala, 2013:12), tugas guru secara garis
besar adalah:
1) Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian
dan pengalaman empirik kepada para muridnya.
2) Membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar
3) Mengantarkan anak didik menjadi warga negara yang baik.
Memfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran
bagi anak didik.
4) Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki
kedewasaan dalam berbicara, bertindak dan bersikap.
5) Memfungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat lingkungan baik sekolah negeri maupun swasta.
6) Harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin baik untuk
dirinya, maupun murid dan orang lain.
7) Memfungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus
manajer yang disenangi.
8) Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi.
9) Guru diberi tanggung jawab paling besar dalam hal
perencanaan dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi
keberhasilannya.
10) Membimbing anak untuk belajar memahami dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi muridnya.
11) Guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki
semangat yang tinggi dan gairah yang kuat dalam bentuk
kelompok studi, mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler
dalam rangka memperkaya pengalaman.
Wens Tanlain (Sagala,2013:13) menyebutkan ada beberapa
1) Mematuhi norma dan nilai kemanusiaan.
2) Menerima tugas mendidik bukan sebagai beban tetapi dengan
gembira dan sepenuh hati.
3) Menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari
setiap perbuatannya itu.
4) Belajar dan mengajar memberikan penghargaan kepada orang
lain termasuk kepada anak didik.
5) Bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati.
6) Sebagai orang beragama melakukan kesemua yang tersebut di
atas berdasarkan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
3. Profesi Guru
Profesi bukan sekedar pekerjaan atau vocation, melainkan suatu
vokasi khusus yang mempunyai ciri-ciri keahlian, tanggung jawab, dan
rasa kesejawatan. Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau
suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan
bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau
pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat
pekerjaan itu (Sahertian, 1994:26).
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
Sedangkan menurut Kunandar (2007:46), guru sebagai profesi
berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian
dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat
melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil
guna.
Menurut Rugaiyah dan Sismiati (2011:12), profesi guru di
Indonesia menganut prinsip sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
d. Memiliki kompentensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
C. Aspek Finansial dan Non Finansial 1. Finansial
Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen atas
pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan
dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Menurut Waluyo (2015:96), upah adalah
penghargaan atas energi karyawan yang menginvestasikan sebagai hasil
produksi, atau suatu jasa yang dianggap sama dengan itu, yang
berwujud uang, tanpa suatu jaminan yang pasti dalam tiap-tiap minggu
atau minggu, maka hakikat upah adalah suatu penghargaan atas energi
karyawan yang dimanifestasikan dalam bentuk uang.
Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen dalam
bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesionalan
yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan
mencerminkan martabat guru atau dosen sebagai pendidik profesional
(Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Gaji merupakan salah satu unsur yang penting dalam
meningkatkan motivasi kerja sebab gaji adalah alat untuk memenuhi
berbagai kebutuhan pegawai. Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang
yang diterima pegawai sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai
seorang pegawai yang memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan
organisasi atau dapat dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima
Kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh
pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam
bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus, insentif,
dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya,
uang makan, uang cuti, dan lain-lain.
Dari sudut pandang organisasi, gaji juga menjadi salah satu faktor
yang penting dalam meningkatkan kepuasan kerja, memotivasi
pegawai, merangsang pegawai baru yang berkualitas untuk memasuki
organisasi, mempertahankan pegawai yang ada, dan meningkatkan
produktivitas (Hariandja, 2002:244). Menurut Triatna (2015: 100),
sistem kompensasi yang ditetapkan berdasarkan prinsip adil dan wajar,
sesuai dengan undang-undang yang berlaku, serta sesuai dengan faktor
internal dan eksternal, maka akan memberikan kepuasan bagi para
pekerja.
Menurut Sastrohadiwiryo (2002:181-184), kepuasan atas
kompensasi yang diterima tenaga kerja dipengaruhi oleh:
a. Jumlah yang diterima dan jumlah yang diharapkan
Sebagian besar teori mengenai kepuasan menekankan bahwa
kepuasan tenaga kerja ditentukan oleh perbandingan yang
dibuatnya antara apa yang diterimanya dan berapa seharusnya
diterima oleh tenaga kerja yang bersangkutan. Apabila tenaga kerja
merasa tidak puas. Sebaliknya, apabila mereka menerima lebih dari
seharusnya mereka terima mereka cenderung merasa puas.
b. Perbandingan dengan apa yang diterima oleh tenaga kerja lain
Perasaan tidak puas seorang tenaga kerja banyak dipengaruhi
oleh perbandingan dengan apa yang diterima tenaga kerja lain yang
posisinya sama dengannya. Apabila perbandingan menyeluruh
antara keadaan mereka dengan keadaan tenaga kerja lain yang
sama seperti mereka menunjukkan hasil yang baik, tenaga kerja
yang bersangkutan akan merasa puas. Sebaliknya, apabila
perbandingan tersebut menunjukkan hasil yang kurang baik,
mereka cenderung merasa tidak puas.
c. Pandangan yang keliru atas kompensasi yang diterima tenaga kerja
lain
Banyak bukti akurat bahwa tenaga kerja sering salah tanggap,
tidak saja mengenai kecakapan, keterampilan, dan kinerja, akan
tetapi juga mengenai besarnya kompensasi yang mereka terima.
Hal itu penting dan merupakan masalah paling peka yang langsung
berhubungan dengan profesionalisme mereka. Besar kemungkinan
terjadi pandangan yang keliru apabila tenaga kerja melibatkan
perasaannya. Terdapat kecenderungan bahwa pandangan yang
keliru mengenai kompensasi yang diterima tenaga kerja lain
d. Besarnya kompensasi intrinsik dan ekstrinsik yang diterimanya
untuk pekerjaan yang diberikan kepadanya
Kompensasi intrinsik dan ekstrinsik amat penting dan
memiliki pengaruh langsung yang besar pada kepuasan kerja secara
keseluruhan. Untuk memenuhi semua kebutuhannya, kebanyakan
tenaga kerja harus menerima kedua macam kompensasi tersebut
sebagai hak mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang
membosankan dan berulang-ulang atau yang menarik tidak
memberi kesenangan apabila kompensasi yang diterima jauh dari
yang diharapkan tenaga kerja yang bersangkutan.
Triatna (2015: 99-100) mengemukakan tujuan pemberian
kompensasi kepada pekerja antara lain sebagai berikut:
a. Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi maka terjalinlah ikatan
kerja sama secara formal antara atasan dan pekerja.
b. Kepuasan Kerja
Dengan pemberian kompensasi, pekerja akan dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan
egoistiknya sehingga dia akan memperoleh kepuasan kerja.
c. Pengadaan Efektif
Apabila sistem kompensasi yang ditetapkan cukup besar,
maka pengadaan pekerja yang berkualitas untuk organisasi akan
d. Motivasi
Apabila kompensasi yang diberikan cukup besar, maka
atasan akan lebih mudah memotivasi pekerjanya.
e. Stabilitas Karyawan
Dengan sistem kompensasi berprinsip adil, layak dan
eksternal konsistensi yang kompetitif, maka stabilitas pekerja
akan lebih terjamin.
f. Disiplin
Dengan pemberian kompensasi yang cukup besar maka
kedisiplinan pekerja akan semakin baik.
g. Pengaruh Serikat Buruh
Dengan adanya sistem kompensasi yang baik, maka
pengaruh serikat buruh dapat dihindari dan pekerja akan fokus
pada pekerjaannya.
h. Pengaruh Pemerintah
Apabila sistem kompensasi sesuai dengan undang-undang
yang berlaku, maka intervensi pemerintah dapat dihindari.
Besar kecilnya kompensasi yang diterima oleh pekerja
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Apabila pencari kerja lebih banyak daripada lowongan
pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan maka
kompensasi relatif lebih besar.
b. Kemampuan dan Kesediaan Organisasi
Apabila kemampuan dan kesediaan organisasi untuk
membayar semakin baik maka tingkat kompensasi akan semakin
besar, namun apabila kemampuan dan kesediaan organisasi
untuk membayar semakin berkurang maka tingkat kompensasi
juga semakin kecil.
c. Organisasi Pekerja
Apabila organisasi pekerja kuat maka tingkat kompensasi
akan tinggi, namun apabila organisasi pekerja tidak kuat maka
tingkat kompensasi akan rendah.
d. Produktivitas Kerja
Seorang pekerja yang produktivitasnya baik maka
kompensasi yang dia peroleh akan besar, namun apabila
produktivitasnya buruk maka kompensasi yang dia peroleh akan
kecil.
e. Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keputusan Presiden
Pemerintah dengan undang-undang dan keputusan
presiden menetapkan besarnya batas upah minimum dengan
tujuan agar atasan tidak semena-mena dalam menetapkan
f. Biaya Hidup
Apabila biaya hidup di suatu daerah tinggi maka tingkat
kompensasi juga akan tinggi, dan sebaliknya apabila biaya hidup
di suatu daerah rendah maka tingkat kompensasi juga akan
rendah.
g. Posisi Jabatan
Pekerja yang menduduki jabatan tinggi dalam
organisasinya, dia akan menerima kompensasi yang lebih besar
daripada pekerja yang menduduki jabatan rendah.
h. Pendidikan dan Pengalaman
Seorang pekerja dengan pendidikan lebih tinggi dan
pengalaman kerja lebih lama maka dia akan menerima
kompensasi lebih besar daripada pekerja dengan pendidikan
lebih rendah dan pengalaman kerja lebih sedikit.
i. Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka
tingkat kompensasi akan tinggi, dan sebaliknya apabila kondisi
perekonomian nasional kurang maju maka tingkat kompensasi
akan rendah.
j. Jenis dan Sifat Pekerjaan
Apabila jenis dan sifat pekerjaan seseorang adalah sulit
dan mempunyai resiko besar maka tingkat kompensasi juga
untuk mengerjakannya. Namun apabila jenis dan sifat pekerjaan
seseorang adalah mudah dan resikonya kecil maka tingkat
kompensasinya relatif rendah (Triatna, 2015: 98-99).
2. Non Finansial
a. Iklim Organisasi
Istilah iklim organisasi pertama kalinya dipakai oleh Kurt
Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim
psikologi. Iklim organisasi merupakan kondisi hubungan antara
orang di dalam organisasi dirasakan oleh individu. Hubungan
yang terjadi baik antara staf dengan staf, antara pimpinan, antara
staf dengan pimpinan, maupun antara staf dalam organisasi pada
lintas divisi/bidang. Triatna (2015:76) mengemukakan bahwa
iklim organisasi yang kondusif akan mewujudkan kinerja yang
baik pada individu dalam suatu organisasi. Menurut Sonnentag
dan Frese (Triatna, 2015:77), kinerja individu akan menyebabkan
berbagai hal yang menjadikan individu merasa puas atau tidak
puas di dalam organisasi tempat dia bekerja.
Tagiuri dan Litwin (Wirawan, 2007:121) mendefinisikan
iklim organisasi sebagai “ .. a relatively enduring quality of the
internal environment of an organization that (a) is experienced by
its members, (b) influences their behavior, and can be described
in term of the values of a particular set of characteristics (or
dapat diartikan bahwa iklim organisasi merupakan kualitas
lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus
berlangsung, dialami oleh anggota organisasi; memengaruhi
perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set
karakteristik atau sifat organisasi.
Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara
individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap
berhubungan dengan organisasi (misalnya pemasok, konsumen,
konsultan dan kontraktor) mengenai apa yang ada atau terjadi di
lingkungan internal organisasi secara rutin, yang memengaruhi
sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang
kemudian menentukan kinerja organisasi (Wirawan, 2007:122).
Keith Davis (Sutiyanto:2011), mengemukakan bahwa pengertian
iklim organisasi sebagai “The human environment within an
organization’s employees do their work”. Pernyataan Davis
tersebut mengandung arti bahwa iklim organisasi itu adalah yang
menyangkut semua lingkungan yang ada atau yang dihadapi oleh
manusia di dalam suatu organisasi tempat mereka melaksanakan
pekerjaannya.
Davis (Triatna, 2015:72) menyebutkan empat faktor yang
1) Sistem sosial yang berupa karakteristik psikologi sosial yang
ditunjukkan oleh nilai, keyakinan, dan sistem nilai yang
berkembang di lingkungan organisasi.
2) Lingkungan fisik atau alam organisasi seperti ukuran, luas,
area bangunan, bentuk dan desain bangunan, dan teknologi
yang digunakan.
3) Struktur dan sistem organisasi yang berupa prosedur
operasional standar (POS), program kegiatan, rincian tugas
pokok, pola interaksi dan pola komunikasi.
4) Lingkungan sosial sebagai konsekuensi dari interaksi
manusia sebagai individu dan subjek organisasi.
b. Sosial
Walgito (2002:57) mengemukakan pengertian interaksi
sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang
lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau
sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal
balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Di
dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat
menyesuaikan dengan yang lain atau sebaliknya.
Interaksi di dalam organisasi terjadi antara pekerja dengan
pekerja maupun pekerja dengan atasan. Di dalam organisasi akan
organisasi. Apabila reaksi antar pekerja positif maka akan muncul
tim kerja yang akrab dan penuh persahabatan sehingga membuat
mereka menjadi lebih rajin dan senang untuk bekerja. Apabila
pekerja dihargai oleh atasannya dan dilibatkan dalam kegiatan
keorganisasian maka moralitas pekerja juga akan meningkat
(Anorogo dan Widiyanti, 1990: 17).
Interaksi di dalam masyarakat dapat terjadi antar individu
maupun kelompok. Di dalam masyarakat terdapat banyak
kelompok sosial maupun lembaga kemasyarakatan, dari
kelompok inilah individu mengadakan hubungan atau kerja sama
yaitu melalui suatu proses sosial. Proses sosial adalah cara-cara
berhubungan apabila orang perorangan dan kelompok saling
bertemu. Dengan adanya interaksi sosial di dalam masyarakat,
maka diharapkan antar individu maupun kelompok dapat saling
mewujudkan hubungan yang statis dan dinamis (Anorogo dan
Widiyanti, 1990: 23).
Guru sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari
kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu
guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadahi,
terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang tidak terbatas
pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pendidikan di dalam
masyarakat. Guru dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan
atau wali peserta didik, serta masyarakat sekitar (Mulyasa,
2007:173-174).
c. Psikologi
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu
berasal dari kata bahasa Inggris psychology. Kata psychology
merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek
(Yunani), yaitu: psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti
ilmu. Jadi secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa
(Syah, 1997:7).
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji
perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku
yang dimaksud adalah dalam pengertian yang luas sebagai
manifestasi hayati (hidup) yang meliputi jenis motorik, kognitif,
konatif dn efektif. Perilaku motorik adalah perilaku dalam bentuk
gerakan. Perilaku kognitif adalah perilaku dalam bentuk
bagaimana individu mengenal alam di sekitarnya. Perilaku konatif
adalah perilaku yang berupa dorongan dari alam individu.
Perilaku afektif adalah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi
(Surya, 2004:1-2).
Terdapat berbagai jenis pendekatan dalam memberikan
penjelasan mengenai apa, mengapa dan bagaimana perilaku
individu. Menurut Surya (2004:2-3) pendekatan-pendekatan
kognitif, pendekatan humanistik, pendekatan psikoanalisa dan
pendekatan neurobiologi. Pendekatan behaviorisme, lebih
mengutamakan hal-hal yang nampak dari individu. Menurut
pendekatan ini, perilaku itu adalah segala sesuatu yang dapat
diamati oleh alat indera kita sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan. Pendekatan kognitif, menjelaskan bahwa perilaku itu
sebagai proses internal (di dalam). Pendekatan ini menganggap
bahwa perilaku merupakan suatu proses input-output yaitu
penerimaan dan pengolahan informasi, untuk kemudian
menghasilkan keluaran.
Pendekatan psiko