• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial. Survey dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di wilayah Kota Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial. Survey dilakukan pada guru guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di wilayah Kota Yogyakarta"

Copied!
318
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA

PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL

Survey Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di

Wilayah Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Monica Videa Anjasari 131334051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA

PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL

Survey Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di

Wilayah Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Monica Videa Anjasari 131334051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

SKRIPSI

TINGKAT

KEPUASAN

GTTRU

TERI{ADAP PROFESINYA

PAI}A

ASPSK

F'INA}{SIAL DAN NOI{

FINANSLA.L

Survey Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di

Wilayah Kota Yogya.karta

Oleh:

M*nica Videa

Anjasari

r3 i334*5 1

ffitE

Telah Disetujui O

Benedecta kdahNugraheni. S.pd., S.LP., M.Pd.

leh:

ii

Pernbit:rbing

(4)

SKRITSi

TIHGKAT

KEPUASAN GITRII

TERI{AI}AP

PROFESI]TYA

FAIIA

ASPEF(

F'iI{Ar{srAL

DA}{

iyoN

F.'rn*Ai.{srAL

survey Diiak*ka* Pada Guru-Guru sekr:lah Menengah Atas (sMA) Negeri di

Wilayah Kota Yogy akarta

ilipersiapkan dan ditulis $ieh: Mcnica Yidea Anjasari

131334051

Telah dipertahankatr di depan panitia penguji

Pada Tanggal 26 Juii 201? dan dinyatakan memenuhr syarat

Keiira

Sekretaris

Angg*ta

Angg*ia

Anggota

Susunan Fanitia Fengnji

Nama ieugkap

ig*ati*s E*nttax Sura*rr-:, S.Fd., M.Si.

Natali*a Pr*mastuti Brataningrum, S.pd", M.pd.

Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd", S.I.p., M.pd.

it"ira E*y Furx,a:rti" S,Fd., fui. Si. Agustl*us Heri Nugr*ho, S.Pd., M.pd.

Yogvakarta, 26 Juli 20 1?

Fakuiias Keguruaa cian iirnu Fendidikan

iii

Tanda Tangan

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

 Tuhan Yesus Kristus

, Juru S’lamatku

Bunda Maria

Kedua orang tuaku tersayang, Ignatius Sumarja, S.Pd. dan

Marcellina Pujiati

Adikku tercinta Laurensius Verdiky Anjelio

Seluruh Keluarga Besarku tercinta

Para sahabat-sahabatku terkasih

(6)

v

MOTTO

The best results, takes a long time

Sometimes you gotta fall before you fly

We will never know, before we do so. Remember one thing, the

work we do will be worth it.

Never complained of shortcomings, because shortage remind

you to continue to look for the power that is within you.

A cheerful heart is good medicine, but a crushed spirit dries up

the bones

Proverb 17:22

Whatever you do, work at it with all your heart, as working for

the Lord, not for human masters

Colossians 3:23

The Lord is close to the brokenhearted and saves those who are

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menvatakan densan sesungguhnva bahwa skripsi yans saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang teiah disebutkan

dalam kutipan dan daftar oustaka. sebasaimana layaknya karva ilmiah.

Yogyakarta . 26 hrli 2017

Penulis,

Monica Videa Anjasari

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETU.TU'AN

PUBLIKASI KARYA

ILMIAI{

UNTUK KEPE-NTINGAF{ AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini. sava mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama

: Monica Videa Aniasari

Nomor

Mahasiswa

: 131334051

Demi penqembangan ilmu pensetahuan. sava memberikan keoada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah sal'a yang beriudul:

Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Protbsinva Pada Aspek Finansial Dan Non

Finansial. Survey Dilakukan Pada Guru-(iuru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Wilayah Kota Yosvakarta"

Dengan demikian sava memberikan kepada Pemustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data. mendistribusikan secara terbatas. dan

rnempublikasikannya

di

intemet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta izin dari sava untuk memberikan rovalti keoada sava selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini yang sava buat dengan sebenarnva.

Dibuat

di

Yogvakarta

Pada tanggal :26

ll;Ji2}fi

Y*g

menvatakan,

rO

All

t l1(0ul'''b

/)1

t""l -'l

Monica Videa Aqjasari

(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA

PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL

Survey Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di

Wilayah Kota Yogyakarta

Monica Videa Anjasari Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial, dan perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial berdasarkan jenis kelamin, lama menjalani profesi, status kepegawaian, jabatan di sekolah dan status sertifikasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017. Populasi penelitian ini adalah guru di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Yogyakarta. Dari 536 populasi, diambil sampel 224 guru dengan teknik cluster random sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji beda mean (Uji t, Uji F, Uji Z danUji H).

(10)

ix ABSTRACT

LEVEL OF TEACHERS’ SATISFACTION TO THEIR PROFESSION ON FINANCIAL AND NON FINANCIAL ASPECT

A Survey On Senior High School Teachers in Yogyakarta

Monica Videa Anjasari Sanata Dharma University

2017

The research was conducted to find out level of teachers’ satisfaction to the

profession on financial and non financial aspect and to find out the different level of teachers satisfaction on Senior High School in Yogyakarta to the profession on financial and non financial aspect based on gender, the time taken in teaching profession, employment status, position in school, and certified status.

The type of this research is a comparative research which was conducted from March to April, 2017. The population of this research were teachers of Senior High Schools in Yogyakarta. The population of this research were 536. The samples were 224 teachers taken by applying cluster random sampling. Data were collected by using questionnaires and were analized statistically with mean difference test (t-test, F test, Z test and H Test).

The result of the research shows: (1) level of teachers’ satisfaction to the profession on financial and non financial aspect the teachers on Senior High School in Yogyakarta included in the satisfied category; (2) there is not any

significant different level of teachers’ satisfaction on Senior High School in

Yogyakarta to their profession on financial and non financial aspect based on gender (Sig. 2 tailed = 0,907); (3) there is not any significant different level of

teachers’ satisfaction on Senior High School in Yogyakarta to their profession on

financial and non financial aspect based on the time taken in teaching profession (Sig. = 0,784); (4) there is any significant different level of teachers’ satisfaction on Senior High School in Yogyakarta to their profession on financial and non financial aspect based on employment status (Sig. 2 tailed = 0,003); (5) there is

any significant different level of teachers’ satisfaction on Senior High School in

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melipahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini, yang berjudul “Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial dan Non Finansial” penelitian dilakukan pada guru-guru di sekolah menengah atas (SMA) negeri di wilayah Kota Yogyakarta. Penulisan

skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk

belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata

Dharma.

4. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku dosen

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan

bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Semua Bapak/Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan

pengalamannya dalam proses perkuliahan.

6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku tenaga administrasi Pendidikan

Akuntansi.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri di wilayah Kota Yogyakarta

(12)

xi

8. Bapak dan Ibu tercinta, Ignatius Sumarja, S.Pd. dan Marcellina Pujiati,

S.Pd., yang selalu sabar membimbing, memberikan kasih sayang,

menghibur di kala putus asa, dan memberikan banyak dukungan serta doa

kepadaku.

9. Adikku tersayang, Laurensius Verdiky Anjelio, yang telah memberikan

semangat dan mendoakanku selalu. Terima kasih adik untuk hiburan dan

candaan yang selalu membuatku lebih semangat.

10. Tanteku Maria G. Puji Lestari, Mamaku Yohana Titik Puji Astuti,

Pakdheku Yustinus Puji Haryanto, Papaku Matheus Sujana, Omku

Bernardus Heriwibowo dan seluruh keluarga besar yang selalu

menyemangati dan memberikan dukungan selama ini serta memberikan

hiburan di kala aku sedih.

11.Benedictus Dio Anggita Jati, adikku yang selalu mendengarkan segala

curhatanku dan memberikan semangat selama ini.

12.Julius Dany Prasetya Jati dan Monica Mevi Sances mas dan mbakku yang

selalu mendukung dan memberikan motivasi selama ini kepadaku.

13.4OB sahabatku di kos, Katarina Vivi Denniati, Anastasia Wulandari

Wahyu Putri, Maria Felicia yang telah memberikan semangat untuk terus

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah menjadi saudaraku yang

selalu mendengarkan segala keluh kesah ku dan tetap memberikan ku

dukungan serta terima kasih untuk semua canda tawa sedih dan segalanya

yang sudah kita lewati selama tinggal bersama.

14.Bacem dan Koplaks, Laurencia Apsari Kumala Saraswati, Patricia Desty

Putri Riyana, Mega Yuniar Christanti, Yovita Kasih Purnamawati,

Dasanta Anggara Sahadewa, Yohanes Riyadi yang selalu menyemangati

dan saling menolong di kala aku mengalami kesulitan. Selalu

mendengarkan dan memberikan saran yang terbaik.

15.The Mantols Crew: Gabriel Ayu Pertiwi yang telah menjadi partner

keliling Jogja selama penelitian, Yudha, Agatha, Linda, Valen I, Valen P,

(13)

xii

Mirna yang selalu memberikan motivasi dan bantuan selama mengerjakan

skripsi ini.

16.Para penghuni kos Bu Heru, Roempoen Squad. Mbak Desty, Endang,

Valent, Ocha, Beki, Diah, Noni, Dias dan lain-lain. Terima kasih telah

menjadi keluarga kecilku selama tinggal di Jogja dan selalu menghibur

serta mendukungku.

17.Seven Star plus One. Agustine Sarie, Chika Meiriska, Gabriella Harefa,

Deby Suryani, Patricia Desty, Aldi Christian, Megiawan yang telah

memberikan dukungan dan memotivasi selama ini.

18.Geng BDR (Basecamp Depan Rumah). Dea, Dian, Fatimah, Arif, Indra,

Afina, terima kasih teman-teman motivasi dan dukungannya selama ini.

Hiburan kalian sangat membantu saat aku mengalami kebosanan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

19.Teman-teman yang selalu mendukung dan menyemangati selama proses

penyusunan skripsi hingga terselesainya skripsi ini. Adit, Remon dan

teman-temannya, terima kasih banyak untuk semua dan hiburannya selama

ini. Daru dan Sinta, yang selalu mengajak jalan-jalan saat bosan dengan

skripsi. Anggun teman dari SMK yang juga menyemangati. Dorus yang

selalu mendukung dan memberikan semangat. Wisnu yang juga

mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

20.Teman-teman selama di tempat PPL dan teman-teman PBM yang selalu

mendukung dan memberikan bantuan.

21.Teman-teman di Prodi Pendidikan Ekonomi, BKK Pendidikan Akuntansi

2013 yang selalu berbagi tawa, canda, dan kenangan indah kebersamaan

kita. Terima kasih atas segala dukungan dan selalu berbagi ilmu yang

bermanfaat.

22.Seluruh teman-teman Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

23.Serta semua pihak yang telah mendukung dan membantu saya dalam

(14)

Penulis menvadari bahwa skripsi

ini

masih banvak kesalahan dan kekurangan, oleh karena

itu

penulis mengharapkan

kritik

dan saran demi kesemournaan skripsi

ini.

Semoga skriosi

ini

dapat bermantaat sebasaimana mestinya.

Yogyakarta .26 luli 2017

Penulis

1fl,.uCI,,,l'

/

1l

1"{

I'

Monica Videa Anjasari

(15)

xix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xix

DAFTAR TABEL ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

(16)

xx

A. Kepuasan Kerja ... 8

1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 8

2. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 10

3. Teori Kepuasan Kerja ... 13

B. Profesi Guru ... 14

1. Profesi ... 14

2. Guru ... 15

3. Profesi Guru ... 24

C. Aspek Finansial dan Non Finansial ... 26

1. Finansial ... 26

2. Non Finansial ... 33

a. Iklim Organisasi ... 33

b. Sosial ... 35

c. Psikologi ... 37

d. Motivasi ... 39

D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

E. Rasionalitas Penelitian atau Kerangka Berfikir ... 43

F. Hipotesis Penelitian ... 48

BAB III. METODE PENELITIAN... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 51

(17)

xxi

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 54

F. Teknik Pengumpulan Data ... 62

G. Teknik Pengujian Instrumen... 63

H. Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Deskripsi Data ... 80

B. Analisis Data ... 91

C. Pembahasan ... 118

BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 150

A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 157

C. Keterbatasan ... 158

DAFTAR PUSTAKA ... 159

(18)

xxii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jumlah Populasi Guru SMA Negeri di Kota Yogyakarta ... 51

Tabel 3.2 : Sampel Sekolah yang Diteliti ... 54

Tabel 3.3 : Skor Jenis Kelamin ... 56

Tabel 3.4 : Skor Lama Menjalani Profesi... 57

Tabel 3.5 : Skor Status Kepegawaian ... 57

Tabel 3.6 : Skor Jabatan di Sekolah ... 58

Tabel 3.7 : Skor Status Sertifikasi ... 59

Tabel 3.8 : Skor Skala Likert... 59

Tabel 3.9 : Kisi-Kisi Kuesioner dan Operasionalisasinya ... 60

Tabel 3.10 : Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Guru ... 64

Tabel 3.11 : Tabel Interpretasi Reliabilitas ... 67

Tabel 3.12 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Guru ... 68

Tabel 3.13 : Nilai Persentil PAP Tipe II ... 69

Tabel 3.14 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

Tabel 3.15 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

Tabel 3.16 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 71

(19)

xxiii

Tabel 3.18 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan

Status Kepegawaian ... 71

Tabel 3.19 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 72

Tabel 3.20 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 72

Tabel 3.21 : Hasil Pengujian Nomalitas Data Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 72

Tabel 3.22 : Hasil Pengujian Normalitas Data Kepuasan Guru Berdasarkan Status Sertifikasi ... 73

Tabel 3.23 : Hasil Pengujian Normalitas Data Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Status Sertifikasi ... 73

Tabel 3.24 : Hasil Pengujian Homogenitas Pada Beberapa Kelompok Sampel ... 74

Tabel 3.25 : Hasil Pengujian Homogenitas Setiap Aspek Kepuasan Guru Pada Beberapa Kelompok Sampel ... 74

Tabel 4.1 : Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 80

Tabel 4.2 : Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 81

Tabel 4.3 : Deskripsi Responden Berdasarkan Status Kepegawaian ... 82

Tabel 4.4 : Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 82

Tabel 4.5 : Deskripsi Responden Berdasarkan Status Sertifikasi ... 83

(20)

xxiv

Tabel 4.7 : Deskripsi Data Pada Aspek Kepuasan Guru ... 84

Tabel 4.8 : Kategori Kepuasan Guru ... 84

Tabel 4.9 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Finansial ... 85

Tabel 4.10 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Iklim Organisasi ... 86

Tabel 4.11 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Sosial ... 88

Tabel 4.12 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Psikologis ... 89

Tabel 4.13 : Penilaian Tingkat Kepuasan Pada Aspek Motivasi ... 90

Tabel 4.14 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 93

Tabel 4.15 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 94

Tabel 4.16 : Hasil Uji ANOVA Kepuasan Guru Berdasarkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 98

Tabel 4.17 : Hasil Uji Kruskal – Wallis Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasatkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 99

Tabel 4.18 : Hasil Uji ANOVA Pada Aspek Sosial Berdasarkan Lama Menjalani Profesi Guru ... 101

Tabel 4.19 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Berdasarkan Status Kepegawaian .. 103

Tabel 4.20 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Status Kepegawaian ... 104

Tabel 4.21 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 108

Tabel 4.22 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Jabatan di Sekolah ... 109

(21)

xxv

Tabel 4.24 : Hasil Uji T Pada Aspek Kepuasan Guru Berdasarkan Status

Sertifikasi ... 114

Tabel 4.25 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru

(22)

xxvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner Penelitian ... 163

Lampiran II : Data Induk... 172

Lampiran III : Uji Validitas dan Reliabilitas... 218

Lampiran IV : Pengelompokan Variabel ... 224

Lampiran V : PAP Tipe II ... 228

Lampiran VI : Mean, Median dan Modus ... 234

Lampiran VII : Uji Normalitas ... 242

Lampiran VIII : Uji Homogenitas ... 263

Lampiran IX : Uji Hipotesis ... 268

Lampiran X : Tabel Statistik ... 279

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai penerus bangsa yang dapat membawa kemajuan bagi

bangsanya, diperlukan pendidikan yang baik pula untuk generasi tersebut.

Pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan yang penting bagi

peningkatan sumber daya manusia. Pendidikan saat ini merupakan salah satu

hal yang perlu mendapatkan perhatian demi kemajuan bangsa. Pendidikan

tidak hanya memberikan ilmu dari segi pelajaran saja tetapi diharapkan dapat

mengembangkan nilai moral serta mengubah kepribadian individu menjadi

lebih baik. Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap

peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat 3 syarat utama yang

harus diperhatikan yaitu: 1) sarana gedung, 2) buku yang memadahi, 3) guru

dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa, 2007 : 3). Pendidikan

yang bermutu memerlukan guru yang berkualitas dan profesional. Guru

merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur

pendidikan formal, informal maupun non formal. Tugas guru tidak hanya

mendidik tetapi membimbing dan membentuk karakter para siswa. Guru pun

dituntut untuk dapat memberikan pengembangan siswa dari segi pengetahuan

(kognitif), sikap dan nilai (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).

Profesi guru sangat banyak diminati oleh kaum muda pada zaman

(24)

dengan kaum bangsawan dan dihormati oleh masyarakat. Tetapi penghasilan

yang didapat oleh seorang guru masih minim dan tidak sebanding dengan

pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan sarana yang belum memadai, guru

berusaha dapat memberikan pembelajaran bagi siswa. Namun pada saat ini

banyak permasalahan guru yang terjadi di Indonesia. Guru semakin tidak

dianggap keberadaannya dan masyarakat merasa guru semakin tidak optimal

dalam menjalankan tugasnya. Siswa pun semakin berani melawan gurunya

sendiri dan tidak memiliki rasa hormat. Hal itu juga membuat pendidikan saat

ini menjadi memburuk.

Persoalan-persoalan guru di Indonesia saat ini yang menonjol dan tidak

kunjung selesai serta mendapat penyelesaian adalah persoalan kualitas

pendidikan guru, distribusi guru yang tidak merata di Indonesia,

pengembangan potensi dan karier yang tidak berjalan sesuai tujuan, serta

ketidaksesuaian hak dan kewajiban yang telah guru lakukan (Kompas, 12

Januari 2017). Salah satu permasalahan yang dihadapi guru saat ini adalah

pergantian kurikulum yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pergantian

kurikulum ini terkadang membuat guru semakin susah untuk menyesuaikan

pembelajaran dengan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Guru merasa kesulitan dalam membuat administrasi yang diperlukan dengan

kurikulum yang baru.

Pada saat ini, kesejahteraan guru mulai dapat tercukupi dengan adanya

tunjangan yang diberikan kepada guru. Pemerintah juga memberikan program

(25)

kualitas guru dan kesejahteraan bagi guru tersebut. Banyak guru yang

terbantu dengan adanya sertifikasi namun pekerjaan yang harus dilakukan

semakin bertambah banyak. Dengan banyaknya administrasi yang harus

dibuat tersebut membuat guru melupakan tugas utamanya untuk mendidik

dan membimbing para siswa. Sebagian guru juga mendapat beberapa peranan

tambahan selain mengajar dimana hal ini juga menambah pekerjaan mereka,

misalnya menjadi Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Wali Kelas dan

lain-lain.

Berbagai kondisi yang telah diuraikan di atas memberikan suatu

anggapan bahwa profesi menjadi seorang guru tidak sepenuhnya memberikan

kepuasan bagi guru. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

bersifat individu. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda

dipengaruhi oleh beberapa nilai yang dimiliki oleh masing-masing individu,

diantaranya karena perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan baik

secara psikologis maupun fisiologinya berbeda. Perbedaan ini menimbulkan

perbedaan seseorang mengukur kepuasan yang mereka inginkan. Selain dari

diri sendiri aspek lain yang mempengaruhi adalah aspek sosial guru tersebut,

misalnya tempat mengajar dan interaksi dengan siswa dan masyarakat. Guru

yang sudah banyak pengalaman dalam mengajar dengan guru yang baru

memulai tugasnya sebagai pendidik juga akan memiliki kepuasan yang

berbeda. Kepuasan guru juga akan berbeda antara guru PNS dengan guru non

(26)

dan juga guru yang memiliki jabatan di sekolah dengan guru yang tidak

memiliki jabatan di sekolah.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui tentang

tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non

finansial berdasarkan jenis kelamin, lama menjalani profesinya, status

kepegawaian, jabatan di sekolah dan status sertifikasi.

B. Batasan Masalah

Kepuasan guru terhadap profesinya mencakup banyak aspek, namun

penelitian ini hanya meneliti beberapa aspek yang dianggap lebih dominan.

Aspek tersebut yaitu aspek finansial dan non finansial yang meliputi aspek

iklim organisasi, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek motivasi. Penelitian

ini juga akan melihat perbedaan kepuasaan guru terhadap profesinya

berdasarkan beberapa variabel yang diduga berpengaruh pada kepuasan guru

yaitu jenis kelamin, lama menjalani profesinya, status kepegawaian, jabatan

di sekolah dan status sertifikasi.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial

dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek psikologis, aspek sosial

(27)

2. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya

berdasarkan jenis kelamin?

3. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya

berdasarkan lama menjalani profesinya?

4. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya

berdasarkan status kepegawaian?

5. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya

berdasarkan jabatan di sekolah?

6. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya

berdasarkan status sertifikasi?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek

finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek psikologis, aspek

sosial dan aspek motivasi).

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap

profesinya berdasarkan jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap

profesinya berdasarkan lama menjalani profesinya.

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap

(28)

5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap

profesinya berdasarkan jabatan di sekolah.

6. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap

profesinya berdasarkan status sertifikasi.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah dan Yayasan Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang memungkinkan untuk

memperbaiki kesejahteraan serta kualitas dari guru.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi

guru untuk meningkatkan kualitas guru dan profesionalitasnya dalam

dunia pendidikan.

3. Bagi Mahasiswa Fakultas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi

yang mungkin membantu mahasiswa fakultas pendidikan dalam

meningkatkan dan mempersiapkan diri dalam menempuh profesi sebagai

guru.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membekali peneliti dalam

mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja khususnya di bidang

(29)

5. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan

(30)

8 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kepuasan Kerja

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Pada dasarnya tingkat kepuasan kerja merupakan hal yang

individu. Seseorang akan merasa puas jika pekerjaan tersebut sesuai

dengan keinginannya dan ia nyaman dalam melakukan pekerjaan itu.

Semakin banyak aspek yang sesuai dengan keinginan seseorang dalam

bekerja maka akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang

dirasakan.

Menurut Hariandja (2002:290), kepuasan kerja merupakan salah

satu elemen yang cukup penting dalam organisasi. Hal ini disebabkan

kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja seperti malas, rajin,

produktif, dan lain-lain, atau mempunyai hubungan dengan beberapa

jenis perilaku yang sangat penting dalam organisasi. Kepuasan kerja

didefinisikan dengan hingga sejauh mana individu merasakan secara

positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas

dalam pekerjaannya.

Lock (Sopiah, 2008:170) mengemukakan “Job satisfaction is a

pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of

one’s job or job experience”, kepuasan kerja merupakan suatu

(31)

hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja.

Wijono (Ariani, 2013:19) menyebutkan kepuasan kerja adalah suatu

perasaan menyenangkan merupakan hasil dari persepsi individu dalam

rangka menyelesaikan tugas atau memenuhi kebutuhannya untuk

memperoleh nilai-nilai kerja yang penting bagi dirinya.

Menurut Hasibuan (Ariani, 2013:19-20), kepuasan kerja

karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi

kecintaan dan kedisiplinan karyawan meningkat. Kepuasan kerja adalah

sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaanya. Sikap

ini, dicerminkan oleh moral kerja, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja

dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam luar

pekerjaan.

Menurut Triatna (2015:110), pengertian kepuasan kerja adalah

keadaan emosional seseorang terhadap pekerjaannya, apakah ia

menyenangi pekerjaan itu atau tidak. Robbins (Triatna, 2015:110)

memaknai kepuasan kerja sebagai sikap umum terhadap pekerjaan

seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan

yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya

mereka terima.

Dari pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif menyangkut

(32)

situasi kerja, termasuk di dalamnya upah, kondisi sosial, kondisi fisik

dan kondisi psikologis.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Hariandja (2002:290), kepuasan kerja seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak hanya gaji, tetapi terkait dengan

pekerjaan itu sendiri, dengan faktor lain seperti hubungan dengan

atasan, rekan sekerja, lingkungan kerja, dan aturan-aturan.

Chiselli dan Brown (Waluyo, 2015:126) mengemukakan

faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja yaitu kedudukan,

pangkat kerja, masalah umur, jaminan finansial dan jaminan sosial serta

mutu pengawasan. Sedangkan Burt (Waluyo, 2015:126)

mengemukakan pendapat tentang faktor-faktor yang ikut menentukan

kepuasan kerja yaitu faktor hubungan antar karyawan, faktor-faktor

individual dan faktor-faktor luar.

Hariandja (2002:291-292) mengklasifikasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja berkaitan dengan beberapa aspek yaitu:

a. Gaji, yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat

dari pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan

dirasakan adil.

b. Pekerjaan itu sendiri, yaitu isi pekerjaan yang dilakukan seseorang

apakah memiliki elemen yang memuaskan.

c. Rekan sekerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang

(33)

dapat merasakan rekan kerjanya sangat menyenangkan atau tidak

menyenangkan.

d. Atasan, yaitu seseorang yang senantiasa memberi perintah atau

penunjuk dalam pelaksanaan kerja. Cara-cara atasan dapat tidak

menyenangkan bagi seseorang atau menyenangkan dan hal ini

dapat mempengaruhi kepuasan kerja.

e. Promosi, yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui

kenaikan jabatan. Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan

yang besar untuk neik jabatan atau tidak, proses kenaikan jabatan

kurang terbuka atau terbuka. Ini juga dapat mempengaruhi tingkat

kepuasan kerja seseorang.

f. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan fisik dan psikologis.

Kepuasan kerja akan banyak dipengaruhi oleh reward dan

punishment yang diterima dan dipersepsi oleh individu yang

bersangkutan. Selain itu kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh

lingkungan kerja pegawai dan persepsi terhadapnya. Kreitner dan

Kinicki (Triatna, 2015:110) mengungkapkan ada lima faktor yang dapat

memengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

a. Pemenuhan kebutuhan

Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan

memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi

(34)

b. Perbedaan

Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.

Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang

diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila

harapan lebih besar dari apa yang diterima, orang tidak akan puas.

Sebaliknya, individu akan puas bila menerima manfaat di atas

harapan.

c. Pencapaian nilai

Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan

memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.

d. Keadilan

Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu

diperilakukan di tempat kerja

e. Komponen genetik

Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor

genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai

arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja di samping

(35)

3. Teori Kepuasan Kerja

Menurut Waluyo (2015:127) terdapat teori-teori kepuasan kerja,

yaitu:

a. Teori Pertentangan (Discrepancy Theory)

Teori pertentangan dari Locke menyatakan bahwa kepuasan

atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dari pekerjaan

mencerminkan penimbangan dua nilai:

1) Pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan

seseorang individu dengan apa yang diterima.

2) Pentingnya apa yang diinginkan bagi individu.

Menurut Locke, seseorang individu akan merasa puas atau

tidak puas merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung

bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian atau

pertentangan antara keinginan dan hasil keluarnya.

b. Model dari Kepuasan Bidang/Bagian (Facet Satisfication)

Model Lawler dari kepuasan bidang berkaitan erat dengan teori

keadilan dari Adams. Menurut model Lawler, orang akan puas

dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka jika jumlah dari

bidang yang mereka persepsikan harus mereka terima untuk

melaksanakan kerja sama dengan jumlah yang mereka persepsikan

dari yang secara aktual mereka terima. Jumlah dari bidang yang

dipersepsikan orang tergantung dari bagaimana orang

(36)

bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari

orang lain yang dijadikan pembanding.

c. Teori Proses-Bertentangan (Opponent-Process Theory)

Teori proses-bertentangan dari Landy memandang kepuasan

kerja dari perspektif yang berbeda secara mendasar daripada

pendekatan yang lain. Teori ini menekankan bahwa orang ingin

mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional

equilibrium) berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja yang

bervariasi secara mendasar dari waktu ke waktu, sehingga

pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara periodik dengan

interval waktu yang sesuai.

B. Profesi Guru 1. Profesi

Menurut Sahertian (Payong, 2011:6), profesi pada hakikatnya

adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess artinya

menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan

dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa

terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Menurut Chandler (1960),

profesi merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi

pekerjaan itu sendiri (Sahertian, 1994:26).

Pribadi menjelaskan bahwa profesi itu pada hakikatnya adalah

(37)

mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti

biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan

itu (Hamalik, 2002:1)

Kata profesi berasal dari bahasa Yunani “Pbropbaino” yang berarti

menyatakan secara publik dan dalam bahasa lain disebut “Professio

yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh

seseorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Secara

tradisional profesi mengandung arti prestise, kehormatan, status sosial,

dan otonomi lebih besar yang diberikan masyarakat kepadanya (Sagala,

2013:2).

2. Guru

a. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan

keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan

oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan

atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam

bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru (Usman,

(38)

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan

identitas bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu,

guru harus memiliki standar kualitas pibadi tertentu, yang mencakup

tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin (Mulyasa, 2006:37).

b. Peranan Guru

Peranan (role) ialah tingkah laku yang diharapkan dari

seseorang pada satu situasi tertentu. Guru memiliki peran yang

penting di sekolah. Guru yang kompeten akan lebih mampu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu

mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat

optimal. Usman (2008:9-12) mengemukakan bahwa guru berperan

sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator serta

evaluator.

1) Guru sebagai demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau

pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau

materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa

mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya

adalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat

menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

2) Guru sebagai pengelola kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya

(39)

merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu

diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar

kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.

Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan

merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan

kepuasan dalam mencapai tujuan.

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan

dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena

media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih

mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mediator guru

pun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Sebagai

fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber

belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan

dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa nara sumber,

buku teks, majalah ataupun surat kabar.

4) Guru sebagai evaluator

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru

hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah

dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang

diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik

(40)

proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk

memperoleh hasil yang optimal.

Menurut Djamarah (2005:43), semua peranan yang

diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini:

1) Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan

mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua

nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam

kehidupan di masyarakat.

2) Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan

ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Guru

harus mampu memberikan petunjuk bagaimana belajar

yang baik.

3) Informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan

informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

selain jumlah bahan pelajaran yang telah diprogramkan

dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif

diperlukan dari guru.

4) Organisator

Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan

(41)

memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik,

menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender

akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan,

sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam

belajar pada diri anak didik.

5) Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat

mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.

Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat

menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak

didik malas belajar. Motivasi dapat efektif bila dilakukan

dengan memperhatikan kebutuhan anak didik.

6) Inisiator

Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus

dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam

pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang

ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.

7) Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat

menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan

(42)

menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan

belajar yang menyenangkan anak didik.

8) Pembimbing

Peran guru sebagai pembimbing adalah penting

karena guru hadir di sekolah adalah untuk membimbing

anak didik menjadi manusia yang dewasa susila dan

cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami

kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.

9) Demonstrator

Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan

pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik

yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan

pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus

berusaha dengan membantunya dengan cara

memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis,

sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan

pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian

antara guru dan anak didik.

10) Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat

mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat

berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka

(43)

11) Mediator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya.

Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan

dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan

pengajaran.

12) Supervisor

Sebagai supervisor guru hendaknya dapat

membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis

terhadap roses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus

guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikaan

terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.

13) Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi

seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan

memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik

dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih

menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni

aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus bisa

memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian

(44)

dari pada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika

diberikan tes.

c. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Tugas guru sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan

dan profesinya di sekolah. Seperti mengajar dan membimbing para

muridnya, memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya,

mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan

kegiatan lain berkaitan dengan pembelajaran. Guru perlu

mengupayakan untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang

menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman. Tugas guru

sebagai pendidik merupakan tugas mewariskan ilmu pengetahuan

dan teknologi kepada para muridnya. Kemudian muridnya belajar

memperoleh dan mengembangkan keterampilan, berlatih

menerapkannya demi kemanfaatan yang lebih besar juga dari

gurunya (Sagala, 2013:11-12).

Menurut Roestiyah (Sagala, 2013:12), tugas guru secara garis

besar adalah:

1) Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian

dan pengalaman empirik kepada para muridnya.

2) Membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar

(45)

3) Mengantarkan anak didik menjadi warga negara yang baik.

Memfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran

bagi anak didik.

4) Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki

kedewasaan dalam berbicara, bertindak dan bersikap.

5) Memfungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan

masyarakat lingkungan baik sekolah negeri maupun swasta.

6) Harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin baik untuk

dirinya, maupun murid dan orang lain.

7) Memfungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus

manajer yang disenangi.

8) Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi.

9) Guru diberi tanggung jawab paling besar dalam hal

perencanaan dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi

keberhasilannya.

10) Membimbing anak untuk belajar memahami dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi muridnya.

11) Guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki

semangat yang tinggi dan gairah yang kuat dalam bentuk

kelompok studi, mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler

dalam rangka memperkaya pengalaman.

Wens Tanlain (Sagala,2013:13) menyebutkan ada beberapa

(46)

1) Mematuhi norma dan nilai kemanusiaan.

2) Menerima tugas mendidik bukan sebagai beban tetapi dengan

gembira dan sepenuh hati.

3) Menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari

setiap perbuatannya itu.

4) Belajar dan mengajar memberikan penghargaan kepada orang

lain termasuk kepada anak didik.

5) Bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati.

6) Sebagai orang beragama melakukan kesemua yang tersebut di

atas berdasarkan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

3. Profesi Guru

Profesi bukan sekedar pekerjaan atau vocation, melainkan suatu

vokasi khusus yang mempunyai ciri-ciri keahlian, tanggung jawab, dan

rasa kesejawatan. Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau

suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan

bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau

pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat

pekerjaan itu (Sahertian, 1994:26).

Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau

(47)

Sedangkan menurut Kunandar (2007:46), guru sebagai profesi

berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian

dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat

melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil

guna.

Menurut Rugaiyah dan Sismiati (2011:12), profesi guru di

Indonesia menganut prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas.

d. Memiliki kompentensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja.

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

(48)

C. Aspek Finansial dan Non Finansial 1. Finansial

Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen atas

pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan

dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Menurut Waluyo (2015:96), upah adalah

penghargaan atas energi karyawan yang menginvestasikan sebagai hasil

produksi, atau suatu jasa yang dianggap sama dengan itu, yang

berwujud uang, tanpa suatu jaminan yang pasti dalam tiap-tiap minggu

atau minggu, maka hakikat upah adalah suatu penghargaan atas energi

karyawan yang dimanifestasikan dalam bentuk uang.

Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen dalam

bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesionalan

yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan

mencerminkan martabat guru atau dosen sebagai pendidik profesional

(Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).

Gaji merupakan salah satu unsur yang penting dalam

meningkatkan motivasi kerja sebab gaji adalah alat untuk memenuhi

berbagai kebutuhan pegawai. Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang

yang diterima pegawai sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai

seorang pegawai yang memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan

organisasi atau dapat dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima

(49)

Kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh

pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam

bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus, insentif,

dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya,

uang makan, uang cuti, dan lain-lain.

Dari sudut pandang organisasi, gaji juga menjadi salah satu faktor

yang penting dalam meningkatkan kepuasan kerja, memotivasi

pegawai, merangsang pegawai baru yang berkualitas untuk memasuki

organisasi, mempertahankan pegawai yang ada, dan meningkatkan

produktivitas (Hariandja, 2002:244). Menurut Triatna (2015: 100),

sistem kompensasi yang ditetapkan berdasarkan prinsip adil dan wajar,

sesuai dengan undang-undang yang berlaku, serta sesuai dengan faktor

internal dan eksternal, maka akan memberikan kepuasan bagi para

pekerja.

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:181-184), kepuasan atas

kompensasi yang diterima tenaga kerja dipengaruhi oleh:

a. Jumlah yang diterima dan jumlah yang diharapkan

Sebagian besar teori mengenai kepuasan menekankan bahwa

kepuasan tenaga kerja ditentukan oleh perbandingan yang

dibuatnya antara apa yang diterimanya dan berapa seharusnya

diterima oleh tenaga kerja yang bersangkutan. Apabila tenaga kerja

(50)

merasa tidak puas. Sebaliknya, apabila mereka menerima lebih dari

seharusnya mereka terima mereka cenderung merasa puas.

b. Perbandingan dengan apa yang diterima oleh tenaga kerja lain

Perasaan tidak puas seorang tenaga kerja banyak dipengaruhi

oleh perbandingan dengan apa yang diterima tenaga kerja lain yang

posisinya sama dengannya. Apabila perbandingan menyeluruh

antara keadaan mereka dengan keadaan tenaga kerja lain yang

sama seperti mereka menunjukkan hasil yang baik, tenaga kerja

yang bersangkutan akan merasa puas. Sebaliknya, apabila

perbandingan tersebut menunjukkan hasil yang kurang baik,

mereka cenderung merasa tidak puas.

c. Pandangan yang keliru atas kompensasi yang diterima tenaga kerja

lain

Banyak bukti akurat bahwa tenaga kerja sering salah tanggap,

tidak saja mengenai kecakapan, keterampilan, dan kinerja, akan

tetapi juga mengenai besarnya kompensasi yang mereka terima.

Hal itu penting dan merupakan masalah paling peka yang langsung

berhubungan dengan profesionalisme mereka. Besar kemungkinan

terjadi pandangan yang keliru apabila tenaga kerja melibatkan

perasaannya. Terdapat kecenderungan bahwa pandangan yang

keliru mengenai kompensasi yang diterima tenaga kerja lain

(51)

d. Besarnya kompensasi intrinsik dan ekstrinsik yang diterimanya

untuk pekerjaan yang diberikan kepadanya

Kompensasi intrinsik dan ekstrinsik amat penting dan

memiliki pengaruh langsung yang besar pada kepuasan kerja secara

keseluruhan. Untuk memenuhi semua kebutuhannya, kebanyakan

tenaga kerja harus menerima kedua macam kompensasi tersebut

sebagai hak mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang

membosankan dan berulang-ulang atau yang menarik tidak

memberi kesenangan apabila kompensasi yang diterima jauh dari

yang diharapkan tenaga kerja yang bersangkutan.

Triatna (2015: 99-100) mengemukakan tujuan pemberian

kompensasi kepada pekerja antara lain sebagai berikut:

a. Ikatan Kerja Sama

Dengan pemberian kompensasi maka terjalinlah ikatan

kerja sama secara formal antara atasan dan pekerja.

b. Kepuasan Kerja

Dengan pemberian kompensasi, pekerja akan dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan

egoistiknya sehingga dia akan memperoleh kepuasan kerja.

c. Pengadaan Efektif

Apabila sistem kompensasi yang ditetapkan cukup besar,

maka pengadaan pekerja yang berkualitas untuk organisasi akan

(52)

d. Motivasi

Apabila kompensasi yang diberikan cukup besar, maka

atasan akan lebih mudah memotivasi pekerjanya.

e. Stabilitas Karyawan

Dengan sistem kompensasi berprinsip adil, layak dan

eksternal konsistensi yang kompetitif, maka stabilitas pekerja

akan lebih terjamin.

f. Disiplin

Dengan pemberian kompensasi yang cukup besar maka

kedisiplinan pekerja akan semakin baik.

g. Pengaruh Serikat Buruh

Dengan adanya sistem kompensasi yang baik, maka

pengaruh serikat buruh dapat dihindari dan pekerja akan fokus

pada pekerjaannya.

h. Pengaruh Pemerintah

Apabila sistem kompensasi sesuai dengan undang-undang

yang berlaku, maka intervensi pemerintah dapat dihindari.

Besar kecilnya kompensasi yang diterima oleh pekerja

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Apabila pencari kerja lebih banyak daripada lowongan

(53)

pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan maka

kompensasi relatif lebih besar.

b. Kemampuan dan Kesediaan Organisasi

Apabila kemampuan dan kesediaan organisasi untuk

membayar semakin baik maka tingkat kompensasi akan semakin

besar, namun apabila kemampuan dan kesediaan organisasi

untuk membayar semakin berkurang maka tingkat kompensasi

juga semakin kecil.

c. Organisasi Pekerja

Apabila organisasi pekerja kuat maka tingkat kompensasi

akan tinggi, namun apabila organisasi pekerja tidak kuat maka

tingkat kompensasi akan rendah.

d. Produktivitas Kerja

Seorang pekerja yang produktivitasnya baik maka

kompensasi yang dia peroleh akan besar, namun apabila

produktivitasnya buruk maka kompensasi yang dia peroleh akan

kecil.

e. Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keputusan Presiden

Pemerintah dengan undang-undang dan keputusan

presiden menetapkan besarnya batas upah minimum dengan

tujuan agar atasan tidak semena-mena dalam menetapkan

(54)

f. Biaya Hidup

Apabila biaya hidup di suatu daerah tinggi maka tingkat

kompensasi juga akan tinggi, dan sebaliknya apabila biaya hidup

di suatu daerah rendah maka tingkat kompensasi juga akan

rendah.

g. Posisi Jabatan

Pekerja yang menduduki jabatan tinggi dalam

organisasinya, dia akan menerima kompensasi yang lebih besar

daripada pekerja yang menduduki jabatan rendah.

h. Pendidikan dan Pengalaman

Seorang pekerja dengan pendidikan lebih tinggi dan

pengalaman kerja lebih lama maka dia akan menerima

kompensasi lebih besar daripada pekerja dengan pendidikan

lebih rendah dan pengalaman kerja lebih sedikit.

i. Kondisi Perekonomian Nasional

Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka

tingkat kompensasi akan tinggi, dan sebaliknya apabila kondisi

perekonomian nasional kurang maju maka tingkat kompensasi

akan rendah.

j. Jenis dan Sifat Pekerjaan

Apabila jenis dan sifat pekerjaan seseorang adalah sulit

dan mempunyai resiko besar maka tingkat kompensasi juga

(55)

untuk mengerjakannya. Namun apabila jenis dan sifat pekerjaan

seseorang adalah mudah dan resikonya kecil maka tingkat

kompensasinya relatif rendah (Triatna, 2015: 98-99).

2. Non Finansial

a. Iklim Organisasi

Istilah iklim organisasi pertama kalinya dipakai oleh Kurt

Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim

psikologi. Iklim organisasi merupakan kondisi hubungan antara

orang di dalam organisasi dirasakan oleh individu. Hubungan

yang terjadi baik antara staf dengan staf, antara pimpinan, antara

staf dengan pimpinan, maupun antara staf dalam organisasi pada

lintas divisi/bidang. Triatna (2015:76) mengemukakan bahwa

iklim organisasi yang kondusif akan mewujudkan kinerja yang

baik pada individu dalam suatu organisasi. Menurut Sonnentag

dan Frese (Triatna, 2015:77), kinerja individu akan menyebabkan

berbagai hal yang menjadikan individu merasa puas atau tidak

puas di dalam organisasi tempat dia bekerja.

Tagiuri dan Litwin (Wirawan, 2007:121) mendefinisikan

iklim organisasi sebagai “ .. a relatively enduring quality of the

internal environment of an organization that (a) is experienced by

its members, (b) influences their behavior, and can be described

in term of the values of a particular set of characteristics (or

(56)

dapat diartikan bahwa iklim organisasi merupakan kualitas

lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus

berlangsung, dialami oleh anggota organisasi; memengaruhi

perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set

karakteristik atau sifat organisasi.

Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara

individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap

berhubungan dengan organisasi (misalnya pemasok, konsumen,

konsultan dan kontraktor) mengenai apa yang ada atau terjadi di

lingkungan internal organisasi secara rutin, yang memengaruhi

sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang

kemudian menentukan kinerja organisasi (Wirawan, 2007:122).

Keith Davis (Sutiyanto:2011), mengemukakan bahwa pengertian

iklim organisasi sebagai “The human environment within an

organization’s employees do their work”. Pernyataan Davis

tersebut mengandung arti bahwa iklim organisasi itu adalah yang

menyangkut semua lingkungan yang ada atau yang dihadapi oleh

manusia di dalam suatu organisasi tempat mereka melaksanakan

pekerjaannya.

Davis (Triatna, 2015:72) menyebutkan empat faktor yang

(57)

1) Sistem sosial yang berupa karakteristik psikologi sosial yang

ditunjukkan oleh nilai, keyakinan, dan sistem nilai yang

berkembang di lingkungan organisasi.

2) Lingkungan fisik atau alam organisasi seperti ukuran, luas,

area bangunan, bentuk dan desain bangunan, dan teknologi

yang digunakan.

3) Struktur dan sistem organisasi yang berupa prosedur

operasional standar (POS), program kegiatan, rincian tugas

pokok, pola interaksi dan pola komunikasi.

4) Lingkungan sosial sebagai konsekuensi dari interaksi

manusia sebagai individu dan subjek organisasi.

b. Sosial

Walgito (2002:57) mengemukakan pengertian interaksi

sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang

lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau

sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal

balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Di

dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat

menyesuaikan dengan yang lain atau sebaliknya.

Interaksi di dalam organisasi terjadi antara pekerja dengan

pekerja maupun pekerja dengan atasan. Di dalam organisasi akan

(58)

organisasi. Apabila reaksi antar pekerja positif maka akan muncul

tim kerja yang akrab dan penuh persahabatan sehingga membuat

mereka menjadi lebih rajin dan senang untuk bekerja. Apabila

pekerja dihargai oleh atasannya dan dilibatkan dalam kegiatan

keorganisasian maka moralitas pekerja juga akan meningkat

(Anorogo dan Widiyanti, 1990: 17).

Interaksi di dalam masyarakat dapat terjadi antar individu

maupun kelompok. Di dalam masyarakat terdapat banyak

kelompok sosial maupun lembaga kemasyarakatan, dari

kelompok inilah individu mengadakan hubungan atau kerja sama

yaitu melalui suatu proses sosial. Proses sosial adalah cara-cara

berhubungan apabila orang perorangan dan kelompok saling

bertemu. Dengan adanya interaksi sosial di dalam masyarakat,

maka diharapkan antar individu maupun kelompok dapat saling

mewujudkan hubungan yang statis dan dinamis (Anorogo dan

Widiyanti, 1990: 23).

Guru sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari

kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu

guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadahi,

terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang tidak terbatas

pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pendidikan di dalam

masyarakat. Guru dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan

(59)

atau wali peserta didik, serta masyarakat sekitar (Mulyasa,

2007:173-174).

c. Psikologi

Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu

berasal dari kata bahasa Inggris psychology. Kata psychology

merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek

(Yunani), yaitu: psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti

ilmu. Jadi secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa

(Syah, 1997:7).

Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji

perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku

yang dimaksud adalah dalam pengertian yang luas sebagai

manifestasi hayati (hidup) yang meliputi jenis motorik, kognitif,

konatif dn efektif. Perilaku motorik adalah perilaku dalam bentuk

gerakan. Perilaku kognitif adalah perilaku dalam bentuk

bagaimana individu mengenal alam di sekitarnya. Perilaku konatif

adalah perilaku yang berupa dorongan dari alam individu.

Perilaku afektif adalah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi

(Surya, 2004:1-2).

Terdapat berbagai jenis pendekatan dalam memberikan

penjelasan mengenai apa, mengapa dan bagaimana perilaku

individu. Menurut Surya (2004:2-3) pendekatan-pendekatan

(60)

kognitif, pendekatan humanistik, pendekatan psikoanalisa dan

pendekatan neurobiologi. Pendekatan behaviorisme, lebih

mengutamakan hal-hal yang nampak dari individu. Menurut

pendekatan ini, perilaku itu adalah segala sesuatu yang dapat

diamati oleh alat indera kita sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan. Pendekatan kognitif, menjelaskan bahwa perilaku itu

sebagai proses internal (di dalam). Pendekatan ini menganggap

bahwa perilaku merupakan suatu proses input-output yaitu

penerimaan dan pengolahan informasi, untuk kemudian

menghasilkan keluaran.

Pendekatan psiko

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Guru SMA Negeri di Kota Yogyakarta
Tabel 3.2 Sampel Sekolah yang Diteliti
Tabel 3.3 Skor Jenis Kelamin
Tabel 3.4 Skor Lama Menjalani Profesi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan media alat peraga yang dapat digunakan pada proses pembelajaran materi Hukum Boyle yaitu media alat peraga air mancur

Pembaruan hukum Islam berarti gerakan ijtihad menetapkan hukum yang mampu men- jawab permasalahan dan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu penge- tahuan dan

[r]

Untuk mengatasi kelemahan, penulis akan memberikan beberapa saran, yaitu : sebaiknya fungsi internal auditing diperluas tidak hanya pada pemeriksaan administrasi tetapi

Apabila kemudian terbukti bahwa saya melanggar pernyataan tersebut di atas, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan

Read Only Memory (ROM) adalah suatu himpunan dari chip yang berisi bagian dari sistem operasi yang mana dibutuhkan pada saat komputer dinyalakan.. ROM juga

Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuaii dengan beban

Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian pupuk organik Bio-7 dan pupuk NPK Alam Tani terhadap jumlah buah per plot tanaman kacang panjang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut