• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1. I G . Ma de Kr isna Era wan, Bagian Klinik Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali,

Indonesia

2. Mr. Ad m in istrator Jurna l, Indonesia

3. I Wayan Batan, Indonesia

ISSN: 2301-7848

Prevalens i dan I dentif ika s i Ne mato da Sa luran Pen cernaan Kerbau Lu mpur d i

Kecamatan Sa mbe lia, Lo mb ok Timur, NTB

PDFPDF

Heri Utomo Baihaqi, Ida Bagus Made Oka, I Made Dwinata

Tekanan Os mo s is Membran Er itro s it Sap i Ba li Jantan PDFPDF

Ardi Apriandi, Sis wanto, I Nyoman Sulabda

Daya Ikat A ir, pH, Warna, Ba u dan Tek stur Da g ing Sap i Ba li dan Da g ing

Wag yu

PDFPDF

Julitha Dewitri Merthayasa, I Ketut Suada, Kadek Karang Agustina

Kualita s Se’ i Ba b i Pr oduk s i D enpasar yan g D is im pan pada Suhu Ding in PDFPDF

Wilson Lois, I Ketut Suada, Kadek Karang Agustina

Prevalens i Infek s i Es cherich ia co li O157 :H7 pa da Sap i Ba li di Keca matan

Mengwi dan Kuta Se latan, Ba dung, Ba li

PDFPDF

(2)

Daya S impan dan Var ia s i Bu mbu Dag ing Se’i B ab i Produ k si K ota Denpa sar

pada Suhu Ruang

PDF PDF

Gracemon Loe Mau, I Ketut Suada, I.B.N. Swacita

Prevalens i Tremat oda d i Sentra Pemb ib itan Sa p i Ba li Desa Sobangan,

Kecamatan Meng wi, Kabu paten Badung

PDFPDF

Fajar Mubarok, Nyoman Adi Suratma, I Made Dwinata

Studi H isto pato log i Muko sa S aluran E mpedu Sap i Ba li yang Terin feks i Cac ing

Hati (Fa sc io la G igant ica )

PDF PDF

Gusti Agung Ayu Putu Adriyati, Ida Bagus Oka Winaya, I Ketut Berata

Waktu Retrak s i Be kuan Darah pada Sap i Ba li PDFPDF

Juli Yanti, Iwan Harjono Utama, Sri Kayati Widyastuti

Skrin in g F itok im ia Ek strak Etanol Ku lit Batang Ke lor (M or inga o le ifera) PDF PDF

Robertino Ikalinus, Sri Kayati Widyastuti, Ni Luh Eka Setiasih

Prevalens i Nemat oda Gastro intestina l pada Sap i Ba li d i Se ntra Pemb ib itan

Desa Soban gan, Meng wi, Bad ung

PDFPDF

Affan Nur Alamsyah, I Made Dwinata, Ida Bagus Made Oka

(3)
(4)

Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 80-87 ISSN : 2301-7848

80

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra

Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

PREVALENSI NEMATODA GASTROINTESTINAL AT SAPI BALI IN

SENTRA PEMBIBITAN DESA SOBANGAN, MENGWI, BADUNG

Affan Nur Alamsyah 1, I Made Dwinata 2, Ida Bagus Made Oka 2

1

Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Hewan

2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit nematoda gastrointestinal sapi bali yang dipelihara di Sentra Pembibitan Sapi Bali. Sebanyak 290 sampel feses sapi betina dewasa digunakan dalam penelitian ini di Sentra Pembibitan Sapi Bali, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode konsentrasi apung. Hasil didapatkan 27 sampel (9,31%) positif terinfeksi cacing nematoda gastrointestinal. Hasil identifikasi jenis cacing nematoda yang menginfeksi sapi bali antara lain Bunostomum phlebotomum enam sampel (2,07%) , Strongyloides papillosus tujuh sampel (2,41%), Trichostrongylus axei sepuluh sampel (3,45%), dan Trichuris ovis empat sampel (1,38%). Prevalensi nematoda pada Sentra Pembibitan Sapi Bali rendah.

Kata kunci; Prevalensi, Nematoda, Sentra pembibitan, Sapi Bali

PENDAHULUAN

Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang penting dan

telah tersebar hampir di seluruh nusantara. Sapi bali memiliki ciri khas yang

berbeda dengan sapi lainnya. Sapi bali disukai oleh peternak karena mempunyai

banyak keunggulan, diantaranya memiliki efisiensi reproduksi tinggi, cepat

beranak, memiliki potensi sangat baik dalam menghasilkan daging dengan karkas

yang cukup tinggi mencapai 46-50%. Selain itu, sapi bali juga memiliki daya

adaptasi yang baik terhadap lingkungan baru, sehingga sering disebut ternak

(5)

Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 80-87 ISSN : 2301-7848

81

Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pemeliharaan sapi bali, salah

satunya adalah gangguan kesehatan. Ada beberapa macam gangguan kesehatan

pada sapi, diantaranya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, ataupun

gangguan matabolisme (Bandini, 2004). Pada sapi bali, parasit merupakan salah

satu penghambat gerak laju pembangunan peternakan, terutama dalam

hubungannya dengan peningkatan populasi dan produksi ternak. Usaha

pengendalian helminthiosis untuk menghindari kerugian yang lebih besar

diperlukan suatu tindakan pencegahan dan pemberantasannya (Mustika dan Riza,

2004). Menurut Soulsby (1982) dan Levine (1994) parasit cacing yang sering

menginfeksi sapi salah satunya adalah cacing kelas nematoda. Tingginya

prevalensi cacing nematoda pada ruminansia dapat dipengaruhi oleh hospes,

parasite ,dan lingkungan ternak (Regasa dkk., 2006)

Salah satu sentra pembibitan sapi bali terletak di Desa Sobangan,

Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, dengan adanya sentra pembibitan sapi

bali diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sapi bali. Sentra

Pembibitan Sapi Bali ini merupakan sentra dengan metode pemeliharan yang

intensif, bisa menjadi salah satu contoh pemeliharaan yang tepat untuk para

peternak. Penulisan artikel ini bertujuan sebagai evaluasi infeksi parasit cacing

nematoda yang ada di Sentra Pembibitan Sapi Bali.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan sampel 290 feses segar induk sapi bali yang

dipelihara di Sentra Pembibitan Sapi Bali, kecamatan Sobangan, kabupaten

Badung pada periode bulan Juli - Oktober tahun 2013. Sampel feses yang diambil

setelah sapi defikasi, sebanyak 10-15 gram dimasukan ke dalam pelastik yang

berisi formalin 10% dan diberi label lalu dibawa ke labotarium Fakultas

Kedokteran Hewan Udayana . Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode

konsentrasi apung dan identifikasi berdasarkan morfologi dan morfometri telur

cacing menurut Thienpont et al., (1986), Taylor. et al., (2007), dan Zajac et al.,

(2012). Data jenis telur cacing nematoda yang ditemukan dianalisis dan disajikan

(6)

Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 80-87 ISSN : 2301-7848

82

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian terhadap 290 sampel tinja yang diperiksa dari sapi betina

induk yang berada di Sentra Pembibitan Sapi Bali, Desa Sobangan, Kecamatan

Mengwi, Kabupaten Badung, didapatkan 27 sampel (9,31%) positif terinfeksi

cacing nematoda gastrointestinal (Tabel 2). Keseluruhan sampel yang diperiksa

namun ditemukan telur cacing Bunostomum (1), Strongyloides (2),

Thrichostrongylus Axei (3), Trichuris Ovis (4) (Tabel 1). tidak ditemukan adanya

larva dan tidak terjadi diare serta tidak ditemukan adanya darah. Pada sampel

tidak terdapat infeksi ganda.

(7)

Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 80-87 ISSN : 2301-7848

83

TABEL 1. Morfologi Dan Morfometri Jenis Telur Cacing

Jenis Cacing Morfologi dan Morfometri Telur Cacing

Telur berbentuk lonjong berukuran sekitar 85-100

x 50-60 µ m. Sesuai dengan pernyataan Thienpont

et al., (1986), Taylor et al., (2007), dan Zajac et al., (2012) ukuran telur antara 79-117 x 47-70 µm teridentifikasi Bunostomum phlebotomum

Telur berbentuk lonjong, berdinding tipis dan

berembrio berukuran sekitar sekitar 45-50 x 25-30

µ m. Sesuai dengan pernyataan Thienpont et al., (1986), Taylor et al., (2007), dan Zajac et al.,

(2012) ukuran telur antara 40-50 x 20-42 µm

teridentifikasi Strongyloides papillosus.

Telur berbentuk lonjong, berselubung tipis dan

telur bersegmen berukuran 85-90 x 35-45 µ m.

Sesuai dengan pernyataan Thienpont et al., (1986), Taylor et al., (2007), dan Zajac et al.,

(2012) ukuran telur antara 70-108 x 30-48 µm

dengan morfologi demikian teridentifikasi

Trichostrongylus axei.

Telur pada kedua ujungnya ditemukan sumbat

dan bentuknya seperti lemon berukuran 60-70 x

30-35 µm. Sesuai pernyataan Thienpont et al., (1986), Taylor et al., (2007), dan Zajac et al.,

(2012) ukuran telur 50-80 x 21-42 µm dengan

morfologi demikian teridentifikasi Trichuris ovis.

2

1

3

(8)

Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 80-87 ISSN : 2301-7848

84

TABEL 2. Hasil identifikasi jenis cacing nematoda gastrtointestinal yang

menginfeksi sapi bali antara lain :

No. Jenis Cacing Jumlah

Dari hasil penelitian didapat prevalensi infeksi cacing nematoda

gastrointestinal pada sapi bali di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan,

Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung didapatkan 9,31%. Terinfeksinya sapi

pada Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi,

Kabupaten Badung disebabkan karena sanitasi kandang kurang bagus, dimana

tinja yang berserakan pada lantai kandang dibersihkan hanya menggunakan scop

tanpa diikuti dengan penyiraman menggunakan air yang memungkinkan masih

adanya tinja yang tertinggal. Tinja yang tertinggal mungkin mengandung telur,

karena didukung oleh lingkungan sehingga akan berkembang menjadi telur

infektif atau larva infektif. Larva infektif akan menulari sapi dengan cara

menembus kulit saat sapi istirahat. Selain itu juga disebabkan karena pedet yang

dilepas bisa menjadi faktor penularan infeksi cacing, karena pedet yang belum

dikeluh sering terlihat masuk ke dalam tempat pakan dan minuman untuk belajar

makan yang menyebabkan tercemarnya pakan atau minuman oleh telur atau larva

infektif. Tinja sapi biasanya dijadikan pupuk lalu dibuang disekitar darerah

kandang yang merupakan sumber pakan hijauan sapi yang berada di sentra

pembibitan, sehingga tidak menutup kemungkinan tinja yang dibuang tersebut

mengandung telur sehingga berkembang menjadi larva atau telur infektif akan

(9)

Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 80-87 ISSN : 2301-7848

85

Hasil diidentifikasi cacing nematoda gastrointestinal yang menginfeksi

antara lain Bunostomum phlebotomum, Strongyloides papillosus, Trichostrongylus axei yang kesemuanya cara penularannya melalui larva L3 (larva infektif). Salah satu cacing yang cara penularannya melalui telur adalah Trichuris ovis, telur cacing ini memiliki daya tahan terhadap lingkungan yang sangat kuat sehingga

ditemukan di berbagai tempat. Terjadinya infeksi cacing tersebut telah di jelaskan

seperti yang terdahulu.

Hasil penelitian ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Riza (2003) dan Yasa (2011). Riza (2003) melaporkan bahwa

prevalensi infeksi cacing nematoda gastrointestinal pada sapi bali di Kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar adalah sebesar 22,84 %, dan Yasa (2011)

melaporkan bahwa prevalensi nematoda yang menginfeksi sapi bali di Desa

Petang, Kecamatan Petang, Kabupaten badung adalah 52,78 %. Perbedaan

prevalensi yang didapat, disebabkan karena sistem pemeliharaan yang diterapkan,

sistem pemeliharaan sapi pada sentra pembibitan sapi bali di desa Sobangan,

kecamatan Mengwi, kabupaten Badung menerapkan system pemeliharaan

intensif, sedangkan sapi bali yang diteliti oleh Riza dan Yasa menggunakan

system pemeliharaan semi intensif.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap prevalensi infeksi cacing

nematoda gastrointestinal, antara lain : agen penyebab, umur, jenis kelamin,

breed, pakan serta manajemen pemeliharaan yang ditetapkan (Soulsby, 1982, Brotowidjoyo, 1987, Regassa et al., 2006.).

SIMPULAN

Prevalensi pada cacing nematoda gastrointestinal pada sapi betina yang

dipelihara di Sentra Pembibitan Sapi Bali desa Sobangan , Kecamatan Mengwi,

Kabupaten Badung pada bulan juli-oktober 2013 sebanyak 27 (9,31%) dari 290

sampel, dengan Bunostomum phlebotomum 6 sampel (2,07%) , Strongyloides

papillosus 7 sampel (2,41%), Trichostrongylus axei 10 sampel (3,45%), dan Trichuris

(10)

Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 80-87 ISSN : 2301-7848

86

SARAN

Perlu dilakukan penelitian tentang infeksi parasite, selain cacing nematoda

gastrointestinal, agar pada sentra pembibitan dapat dilakukan penanganan sejak

dini dan kebijakan sentra lebih efektif

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih utamanya kepada Sentra Pembibitan

Sapi Bali desa Sobangan, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung, telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Antara M , Sweken P. 2012. Kelayakan usaha pembibitan sapi bali di Desa Gerokgak Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali. Hal.: 74-105.

Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Produksi dan Kualitas Daging Sapi Bali Nasional”. Bali, 14 September 2012.

Bandini Y. 2004. Sapi Bali. Penebar Swadaya. Jakarta.

Brotowidjoyo DM .1987. Parasit dan Parasitisme, Edisi Pertama. Media Sarana Press, Jakarta.

Levine ND. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mustika I, Riza ZA. 2004. Peluang Pemanfaatan Jamur Nematofagus untuk Mengendalikan Nematoda Parasit pada Tanaman dan Ternak. Jurnal Litbang Pertanian, 23(4): 115.

Regassa F, Sori T, Dhuguma R, Kiros Y. 2006. Epidemiology of Gastrointestinal Parasites of Ruminants in WestrenOromia, Ethiopia. Intern J Appl Res vet med . Vol.4,No.1.

Riza MY. 2003. Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Denpasar.

Soulsby EJL . 1982. Helmints, Antropods, and Protozoa of Domesticated Animals 7thed. Philadelphia, London. Bailliere Tindall.

Taylor MA, Coop RL, Wall RL. 2007. Veterinary parasitology. Blackwell Publishing. Oxford, UK.

(11)

Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 80-87 ISSN : 2301-7848

87

Yasa IWS. 2011. Identifikasi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali yang Dipelihara Di Petang ,Kecamatan Petang, Badung. Denpasar. Fakultas Kedokteran Hewan Udayana.

Gambar

TABEL 1. Morfologi Dan Morfometri Jenis Telur Cacing
TABEL 2. Hasil identifikasi jenis cacing nematoda gastrtointestinal yang

Referensi

Dokumen terkait

1) Guru harus menerangkan kepada peserta didik, untuk memperkenalkan teknik ini, peserta didik diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual

Salah satu kemampuan krusial dari cognitive radio adalah spectrum sensing yang berfungsi mendeteksi sinyal primary user dan mampu mendeteksi celah kosong ( spectrum

Rasio perbaikan atau Improvement Ratio adalah nilai hasil perbandingan antara target produk untuk masa yang akan datang dengan kondisi saat ini, atau dalam hal ini

Merupakan operator yang berfungsi untuk mengeluarkan satu elemen teratas dari dalam stack dengan syarat stack tidak dalam kondisi kosong.. 

Namun, kami melihat BNLI memiliki likuiditas yang cukup untuk menggenjot kredit, dimana manajemen menyatakan akan lebih mengarah pada kredit ke Astra value chain dan

Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan-pembiayaan bermasalah di KSPPS Bina Insan Mandiri, (2) untuk

Selanjutnya, analisa dilakukan terhadap paket data dengan protokol TCP dan UDP pada Link Aggregation dengan metode Load Sharing Weighted Round Robin.. Pada

Dengan dikembangkannya Sistem Informasi Evaluasi Penyelenggaraan Program Studi Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini, maka proses pengambilan data akan ditarik secara