• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROSES PENELITIAN. Inisiasi penelitian ini terdiri dari tiga tahapan: penulisan proposal, pengajuan proposal dan penerimaan proposal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PROSES PENELITIAN. Inisiasi penelitian ini terdiri dari tiga tahapan: penulisan proposal, pengajuan proposal dan penerimaan proposal."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

1 LAPORAN PROSES PENELITIAN

I. Proses Inisiasi Penelitian

Inisiasi penelitian ini terdiri dari tiga tahapan: penulisan proposal, pengajuan proposal dan penerimaan proposal.

A. Penulisan Proposal

Proposal: Tafsir Maqasidi: Suatu Kajian Epistemologis dalam Konteks Modern

Abstraks

Penelitian ini adalah tentang sejarah gagasan dari status dan perkembangan epsitemologi tafsir maqasidi dalam konteks modern di dunia Islam umumnya dan khususnya di Indonesia, dalam pengertian pencarian metode, sumber dan validasi dari corak tafsir al-Qur‟an al-Maqasidi. Metode yang digunakan untuk tujuan tersebut adalah penelitian kepustakaan. Pertama, informasi dicari dalam dokumen-dokumen primer tentang tema terkait, dan kedua, dalam hasil-hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan tema penelitian. Penelitian ini lebih difokuskan pada penjajagan awal dalam menelusuri perkembangan awal tafsir maqasid dengan cara mengidentifikasi status dan perkembangan konsep dari sisi sejarah pemikiran, agensi, dan sebaran geografinya. Perhatian juga diberikan pada pencarian hubungan tradisi tafsir bercorak maqasidi dalam tradisi hokum Islam dan dengan tradisi tafsir bercorak ilmu tafsir al-Qur‟an. Metode analisis yang diginakan adalah deskriptif-analitik. Pertama, data disajikan decara cara mendeskripsikan temuan data apa adanya. Kedua, sejalan dengan pemaparan secara deskriptif, data terkumpul kemudian dianalisis dengan cara mengelompokkan ke dalam unit-unit analisis yang didadasrkan pada informasi tentang latar belakang, konteks atau geografi, agensi, dan gagasan baik gagasan internal tentang tafsir maqasid itu sendiri maupun gagasan eksternal hubungannya dengan gagasan-gagasan lain dalam tradisi-tradisi keilmuan lainnya.

Penelitian ini menemukan bahwa tafsir maqasidi tidak terlepas dari perkembangan induknya dalam tradisi hukum Islam. Perubahan dalam tradisi lainnya termasuk dalam tradisi tafsir al-Qur‟an tergantung dari perkembangan maqasid syari´ah itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dari sejarah kemunculan tafsir maqasidi itu sendiri yang bersandar pada maqasid syari´ah dalam pengertian hukum Islam, walau dari sisi agensi kemunculan tafsir maqasidi tidak hanya dimunculkan oleh sarjana yang terdidik secara pasih di hokum Islam seperti Ibn Atsur, tapi juga dalam pokok-pokok agama atau usuluddin seperti Muhammad Abduh dan Muhammad Rashid Ridha. Penelitian ini juga menemukan bahwa pergerakan pemikiran maqasid syari´ah termasuk di dalamnya tafsir maqasid mengarah pada upaya konstruksi keilmuan dalam perspektif Islam atau lebih dikenal dengan proyek Islamisasi ilmu pengetahuan. Dari sisi sumber, tafsir maqasid adalah tafsir bi al-ra‟yi yang sedang berjuang untuk mencarai dasar dan cara konstruksi keilmuannya yang tidak menyalahi sumber agama di satu sisi, dan di sisi lainnya mencarai keleluasaan yang diperlukan untuk kemandirian akal dalam konstruksi pemahaman sumber keagamaan. Dari sisi metode, tafsir maqasidi dibangun di atas dua tradisi tafsir yatu metode naqli dan aqli. Sementara dari sisi validasi, tafsir maqasidi mendasarkan dirinya pada cara tafsir naqli dan aqli dengan kecenderungan untuk mencari area yang lebih luas lagi bagi validasi rasional baik melalui pengkuruan rasional maupun empiris.

(2)

2 Kata Kunci: Tafsir Maqasidi, Maqasid Syari´ah, Epistemology, Masalih Mursalah, Ijtihad, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Metode Tafsir, Hermeneutika, dll.

Pendahuluan

Penggunaan istilah Tafsir Maqasidi merupakan fenomena baru, muncul setelah terjadinya peralihan paradigma maqasid syari„ah dari penggalian hikmah dibalik produk pandangan jurisdiktif fiqh ke paradigma maqasid syari„ah yang bertumpu pada penggalian hikmah tujuan-tujuan sumber agama di awal pertengan pertama abad dua puluh dan menguat di pertengahan keduanya. Dalam ranah kajian metodologi tafsir al-Qur‟an, fenomena tersebut muncul lebih belakangan sebagai konsekwensi peralihan paradigm tersebut. Di Indonesia istilah tersebut bahkan baru menyeruak menjadi salah satu kategori ilmiah tersendiri sekitar satu atau lebih dekade lalu. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Tafsir Maqasidi? Sederhanyanya istilah tersebut merupakan derivasi dari istilah yang telah mapan di bidang hukum Islam, yaitu maqasid syari„ah dengan pengertian modernnya, yaitu pencarian hikmah keagamaan berdasarkan sumber agama. Karena bidang tafsir menempatkan al-Qur‟an sebagai sumber pokoknya, maka tafsir maqasidi kemudian dimaksukan sebagai tafsir maqasid al-Qur‟an, yaitu tafsir yang didasarkan pada tujuan-tujuan umum atau universal al-Qur‟an. Istilah Tafsir maqasid al-Qur‟an kemudian disebut lebih ringkas menjadi Tafsir Maqasidi dengan maksud yang sama dan memudahkan untuk diingat. Dalam pengertian maqasid syari„ah yang modern tersebut, tafsir al-Qur‟an menjadi ranah subur perluasan garapan cara kerja aplikasi prinsip maqasiq syari„ah. Secara historis, pemikir reformis Muslim seperti Rashid Rida (w. 1354 H/1935 M), Al-Tahir ibn Ashur (w. 1976 M), Mohammad Ghazaly (w. 1416 H/ 1996 M), Yusuf al-Qaradawi(1345/1926 -), Taha al-Alwani (1354/ 1935 - ), dll., masuk ke dalam pemikir reformis yang mendorong wacana pengembangan pendekatan memahami ulang dan menafsirkan ulang sumber ajaran Islam, khususnya al-Qur‟an.

Penggunaan istilah maqasid dalam tradisi tafsir dimungkinkan karena kesejatian konsep al-maqāsid yang dapat memelihara signifikansi Islam bagi manusia. Konsep ini meliputi wilayah hermeneutika fiqh dalam memahami pesan Allah untuk digunakan bagi kebaikan manusia dan semesta alam. Prinsip dasarnya adalah memelihara pesan universal al-Qur‟an untuk menjawab kekhususan dan perbedaan masalah yang dihadapi manusia. Pada awalnya konsepsi maqasid didasarkan pada tiga pertimbangan dasar, yaitu darūrāt (necessities/keniscayaan), hājiyyāt

(3)

3 (needs/kebutuhan), dan tah s niyyāt (luxuries/kelengkapan hidup), dimana pertimbangan dasar pertama menjadi pokok ukuran yang secara tradisional {didasarkan pada pemeliharaan lima hal: keimanan (faith), jiwa (soul), kekayaan (wealth), akal (mind), dan keturunan (offspring), dan sebagian menambahkan kehormatan (honor).1 Namun dalam perkembangannya pennggunaan konsep maqasidi tidak hanya didasarkan pada pertimbangan individual seperti tercermin dalam pengertiannya yang tradisional, tapi juga dimensi prisnsip dasarnya diperluas pada kepertimbangan nilai-nilai universal, yaitu maqasid universal, dimana proses tafsir atau ijtihad didasarkan pada dasar-dasar universal yang terdapat dalam Islam khususnya dalam al-Qur‟an. Jasser Auda memformulasikannya sebagai struktutr multidimensi yang mempertimbangkan area makna dan target, tingkatan nilai yang dijadikan dasar, dan keumuman makna yang dikandung.2 Dengan pengertian tersebut, pengertian maqasid mengalami transformasi ke arah lebih luas, umum dan universal. Misalnya, Al-Tahir ibn Ashur mengusulkan perluasan dasar pertimbangan maqasid pada menjaga dan memelihara ketertiban (orderliness), kesejajaran (equality), kebebasan (freedom), facilitation (pendasaran untuk menciptakan keadaan yang membantu), dan pemeliharaan fitrah (kualitas alamiah akal dan sifat-sifat manusia).3

Dari sisi nilai universal yang diinterpolasikan ke dalam dimensi baru maqasid adalah kebebasan, keadilan, kesetaraan, dan hak azasi manusia. Dengan pertimbangan tersebut, sarjana muslim mendapat amunisi baru untuk merespon tantangan zaman. Yusuf al-Qaradhawi mengelompokkan respon tersebut ke dalam tiga pendekatan tafs r maqāsidi: literalis atau zhahirriyyah yang menitikberatkan pada penafsiran berdasarkan redaksi al-Qur‟an semata, liberalis yang menekankan pada penafsiran esensi walaupun mesti meninggalkan isyarat yang termuat secara tekstual, dan moderat yang mempertimbangkan kebaikan dari dua pendekatan sebelumnya dengan fokus menjaga pesan global al-Qur‟an.4

Dalam konteks Indonesia, penggunaan metode tafsir seperti tematik, tahlili dan ijtima‟i sudah mulai ramai digunakan, termasuk didalamnya dimasukkan unsur corak tafsir maqasidi. Walaupun belum secara tegas mengkhususkan penggunaan konsep maqasidi, banyak dari pemikir dan penafsir muslim Indonesia menggunankan

1 Jasser Auda. 2007. Maqasidi al-Shariah as Philosophy of Islamic Law. London dan Washington: The International Institute of Islamic Thought, h. 2-8.

2 Auda. 2007. Maqasidi al-Shariah, h. 8. 3 Auda. 2007. Maqasidi al-Shariah, h. 6.

4 Yusuf al-Qardhawi. 2006. Fiqh maqashid Syariah: Moderasi Islam antara Aliran Tekstualis

(4)

4 konsep maqasidi sebagai term of reference dalam merespon berbagai persoalan modern, termasuk persoalan agensi perempuan. Misalnya, Husein Muhammad dalam merumuskan pikirannya tentang keadilan gender mendasarkan rumusannya pada prinsip-prinsip maqasidi, yaitu tujuan kemanusian univerversal dengan empat dimensi makna: kemaslahatan, keadilan, kerahmatan, dan kebijaksanaan.5 Sejalan dengan Husein Muhammad, M. Qurasih Shihab juga mendasarkan pembahasan tentang gender dan khususnya perempuan pada prinsip-prinsip dasar yang universal. Dalam satu tulisan, dia contohnya, mendiskusikan perempuan dari sisi kejadian, hak, kedudukan dan peran perempuan.6 Penggunaan terma-terma tersebut mengindikasikan bahwa pengarang sedang melakukan upaya relevansi Islam dengan zaman modern dengan cara melihat dari perspektif sumber-sumber Islam dan mengaitkannya pada terma-terma yang biasa digunakan dalam kesarjanaan modern. Contoh lainnya misalnya tulisan Muhammad Yusuf yang mengidentifikan pengguannan pendekatan al-mas}lah}ah al-mursalah dalam proses perumusan fatwa MUI tentang nikah beda agama. Dalam tulisannya Yusuf menempatkan konsep al-mas}lah}ah al-mursalah sebagai bagian dari cara kerja maqasid shariah dalam pengertiannya yang klasik dimana tiga dasar –darūra>t, h}a>jiyya>t, dan tahsi>niyyat, dijadikan ukuran aplikasi konsep.7 Contoh pertama merupakan aplikasi tafsir maqasid dengan semangat untuk mencari alternatif penafsiran yang berkeadilan gender, sementara ke dua dan ke tiga merupakan contoh aplikasi yang menjaga makna relasi gender yang mapan.

Dari penjelasn di atas setidaknya terdapat dua cara penggunaan maqasid syari‟ah. Pertama, pendekatan maqasidi syariah dibahas dalam pengertian traditionalnya, yaitu perspektif hukum Islam. Hal ini dapat dimengerti karena syariah itu sendiri lebih dimaknai sebagai tasyri„, sehingga kalau kita sebut maqasidi syariah maka yang dimaksud adalah deduksi hukum Islam dengan mempertimbangkan maksud-maksud umum syariah. Kedua, maqasid syari‟ah dalam pengertian sebagai manhaj agama, dimana maqasid syari„ah didudukkna pada sumber agama.

5 Husein Muhammad. 2007 (Cet. Ke 4). Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama

dan Gender. Yogyakarta: LKiS, 186-7.

6 M. Quraish Shihab. 1993. “Konsep Wanita Menurut Qur‟an, Hadis, dan Sumber-sumber Ajaran Islam,” dalam Wanita Islam Indonesia dalam Kajian tekstual dan Kontekstual di edit oleh Lies M. Marcoes-Natsir dan Johan Hendrik Meuleman. Jakarta: INIS, h. 4.

7 Muhammad Yusuf. 2013. “Pendekatan al-Mas}lah}ah al-Mursalah dalam Fatwa MUI tentang Pernikahan Beda Agama,” dalam Ahkam Jurnal Ilmu Syariah. Vol. XIII, No. 1 (Januari 2013), h. 101-2.

(5)

5 Dalam hal ini saya melihat bahwa baik maqasid syari‟ah dalam pengertian tasyri„ atau dalam pengertian manhaj sama-sama berpotensi dapat dimanfaatkan sebagai pendekatan pengilmuan Islam. Pertama, menarik untuk melihat tawaran Jaser Audah tentang filsafat sistimatis hukum Islam yang dibangun berdasarkan maqasid syari‟ah. Dalam bukunya, Maqa>s}id al-Shari>„ah: Dali>l li al-Mubtadi (2011) diterjemahkan dalam bahasa Inggris Maqa>s}id al-Shari>„ah as Philosophy of Islamic Law: a System Approach dengan meminjam tradisi filsafat Barat merumuskan tawaran deduksi hukum yang menyeluruh didasarkan pada maksud-maksud syari‟ah tapi dengan pendekatan sistematik untuk memelihara tujuan utama syari‟ah yang dapat menjawab tantangan zaman. Pertimbangan utama dalam melakukan ijtihad penafsiran kembali khasanah Islam dengan cara menjadikan maqasid syariah sebagai common ground tasri„ dan criteria utama ijtihad.

Sementara maqasid syari‟ah sebagai manhaj agama dapat digunakan sebagai tawaran alternatif pengilmuan Islam dalam wilayah sosial budaya. Alasan yang dibangun adalah mempertimbangkan kenyataan bahwa persoalan hukum hanya menempati sebagian dari ruang yang tersedia dalam Islam. Al-Qur‟an sendiri lebih banyak bicara di luar hukum, ayat-ayat hukum itu sendiri, sementara kalangan menyebutnya tidak lebih dari 15 %. Artinya demikian luasnya area bahasan di luar hukum, dan ini perlu mendapat perhatian. Selama ini pendekatan maqasid syariah didedikasikan lebih banyak digunakan dalam hukum, padahal potensinya, ia dapat juga digunakan sebagai manhaj dalam konstruk keilmuan budaya misalnya. Dalam hal ini, makna syari‟ah bisa diambil dari makna lainnya, yaitu “tempat mengalirnya air” seperti dalam QS. Al-Maidah/5: 48, “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan (syir‟ah) dan jalan (minhaj).” Menurut Muhammad Said al-Asymawi, ayat ini dimaksudkan bahwa “Kami menjadikan jalan dan metode bagi tiap-tiap kamu, atau Kami (buatkan) jalan masuk bagi kalian.”8

Dengan memaknai syari‟ah sebagai tempat jalannya sesuatu (jalannya air), maka makna syariah lebih dimaknai sebagai jalannya agama atau manhaj agama. Implikasi dari makna ini besar atau lebih besar dari sekedar tasri„. Kita tahu Islam hadir dalam dunia ini dengan maksud agung yaitu rahmatan li al-alamin dan inilah manhaj agama Islam sebagai agama rahmat. Semua konstruksi doktrin, ajaran ataupun ilmu didasarkan pada prinsip dasar manhaj Islam yaitu rahmatan li al-alamin.

8 Muhammad Said al-Asymawi. (1983 dalam edisi aslinya, 2004 edisi terjemahnya). Nalar

(6)

6 Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme berarti knowledge (pengetahuan) dan logos berarti explanation (penjelasan). Secara terminologis, epistemologi dirumuskan sebagai suatu kajian filsafat tentang hakikat pengetahuan dan justifikasi, baik dari sumber persepsi, ingatan, refleksi, kesaksian,9 dari metode konstruksi, maupun dari uji kebenaran.10 Dari pembedaan filosuf tentang jenis pengetahuan: -pengetahuan propositional (hakikat sesuatu seperti adanya) dan pengetahuan non propositional (pengetahuan yang didapat dengan kesadaran langsung), pengetahuan empiris propotional (a posteriori) dan pengetahuan non empiris propotional (a priori), serta pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu-,11 epistemologi di sini lebih difokuskan pada diskusi sumber pengetahuan, pengetahuan ilmiah atau nilai atau system yang diderivasi dari teks al-Qur‟an, penafsir dan konteksnya, serta karya penafsir khususnya dari sisi gagasan yang ditawarkan dalam pengertian cara atau validasinya.

Sementara tafsir berasal dari bahasa Arab berbentuk ism masdar dari fassara yufassiru tafs ran berarti penjelasan tentang sesuatu. Berdasar makna dasar tersebut, maka tafsir dapat diartikan sebagai upaya penafsir untuk “menjelaskan, menyingkap, dan menampakkan makna atau pengertian yang tersembunyi dalam sebuah teks.12 Sebagian sarjana menambahkan dalam pengertian tersebut dengan prase, “sebatas kemampuan manusia.”13

Dalam sejarahnya, tafsir al-Qur‟an berkembang dengan dukungun metodologi kajian al-Qur‟an yang dikenal dengan ulūl al-Qur‟ān atau ilmu-ilmu al-Qur‟an. Semua ilmu-ilmu al-Qur‟an tersebut dirumuskan oleh ulama dengan segala kemampuan dan dalam batasnya sebagai manusia. Ilmu-ilmu tersebut dapat dipilah setidaknya ke dalam dua bagian besar, bagian tektualitas teks dengan segala aspeknya, dan bagian tafsir dengan segala aspeknya. Antar ke duanya saling berkaitan dan juga terdapat kemandirian masing-masing, karenanya disebut ulum al-Qur‟an.

Selanjutnya, epistemologi tafsir maqasidi dalam kajian ini dibatasi hanya pada aspek metodologi. Dalam pengertian bahasanya, metodologi (methodology) dapat

9 Robert Audi (General Editor). 1999. “Epistemology,” dalam The Cambridge Dictionary of

Philosophy. h. 233; Robert Audi. 1998. Epistemology: A Contemporary Introduction to the Theory of Knowledge. London and New York: Routledge, h. 1.

10 Abdul Mustaqim. 2010. Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: LKiS, h. 10. 11 Audi. 1998. Epistemology: h. 233-4.

12 Mustaqim. 2010. Epistemologi Tafsir Kontemporer, h. 10.

13 Kusmana. 2004. Hermeneutika al-Qur‟an: Sebuah Pendekatan Praktis Aplikasi

(7)

7 diartikan sebagai “a system of methods and principles for doing something”14

(suatu sistem metode-metode dan prinsip-prinsip untuk berbuat sesuatu). Secara epistemologis, metodologi berbicara mengenai ruang lingkup cara atau sistem mengerjakan atau menganalisis sesuatu termasuk di dalamnya sumber yang digunakan, dan batas-batas opersionalisasi cara dan sistem tersebut, serta validasinya. Dalam kajian ini, kajian epistemologi tafsir maqasidi dibatasi pada pengertian dan ruang lingkup tafsir maqasidi, metode dan sumber tafsirnya, dan cara validasinya serta batas-batas operasionalisasinya.

Terakhir pengertian konteks modern mengacu pada fokus utama kajian, yaitu perkembangan tafsir maqasidi di dunia Islam khususnya di dunia Arab (Sunni) dan Indonesia sejak pertengahan ke dua abad dua puluh sampai sekarang. Dalam rentang waktu ini sebenarnya terdapat dua periodisasi: periode modern yang sebenarnya mulai sejak 1800, dan periode kontemporer yang merujuk pada kekinian. Namun demikian periodisasi ini dianggap belum memiliki penggalan rentang yang pasti15 dan periode kajian ini mencakup rentang waktu keduanya, maka dalam kajian ini digunakan kata modern. Sementara itu, unit analisis perkembangan epistemologi tafsir maqasidi di Indonesia modern bergantung pada perkembangan karakteristik tafsir ini di dunia Islam, maka perkembangan tersebut menjadi unit analisis dasar yang menjadi kerangka teoritis dimana kajian utama dalam penelitian ini dibangun.

Berdasar diskusi di atas maka yang dimaksud dengan judul di atas adalah penelitian ini mengkaji perkembangan tafsir maqasidi yang dikerangkakan dalam perspektif epistemologi di Dunia Islam secara umum dan perkembangan khususnya di Indonesia modern. Dengan demikian pokok masalah penelitian ini adalah identifikasi sejarah gagasan seputar bagaimana cara, sumber, dan validasi keilmuan tafsir maqasidi.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Wilayah masalah penelitian ini adalah mengenai cara-cara, sumber-sumber dan validasi kosntruksi tafsir maqasidi atau seputar aspek epistemologis dalam konteks kemunculannya di dunia Islam modern dan pengaruhnya di Indonesia. Di satu sisi, penelitian difokuskan pada bagaimana terma maqasidi yang nota bene berada dan

14 Larousse. 1990. Cobuild English Learner‟s Dictionary. London dan Glasgow: Collins, h. 603.

(8)

8 berkembang dalam ranah hukum Islam kemudian menasuki ranah lainnya, yaitu kajian al-Qur‟an dan tafsir. Walaupun dalam ranah sebelumnya terma maqasidi diframe dalam wacana hukum tepatnya hikmah atau filsafat hukum, namun sebenarnya terma tersebut berpotensi lebih dari sekedar alat penggalian hikmah hukum dari produksi fiqh, yaitu alat penggalian tujuan besar sumber agama Islam. Dalam kerangka hukum, al-Qur‟an digali untuk mengeluarkan pesan juristik, sementara ayat-ayat yang berkenaan dengan hukum tidak lebih dari 15% dari keseluruhan ayat al-Qur‟an atau sekitar 500 ayat. Artinya, terdapat setidaknya 85% ayat al-Qur‟an yang tidak berdimensi hukum yang isi dan pesannya dapat digali dalam bentuk pengetahuan, nilai, sistem, hak, atau bahkan ilmu pengetahuan yang patut mendapat perhatian yang memadai. Penggalian pesan yang didasarkan pada maqasid atau tujuan-tujuan Qur‟an juga relevan untuk merumuskan pesan al-Qur‟an sebagai rahmat bagi sekalian alam sebagai hudan (petunjuk).

Dari penjelasan di atas maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu bagaimana penafsir/pemikir Muslim di dunia Islam dan Indonesia modern merumuskan atau menggunakan aspek-aspek epistemologis tafsir maqasidi? Ke dua fokus permaslahan penelitian tersebut didiskusikan dalam perpektif studi kepustakaan dengan memperhatikan state of art atau sociology of knowledge di ranah asli maqasidi dan pada saat yang sama di ranah tafsir itu sendiri.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengisi ruang yang belum banyak diisi berkaitan dengan tafsir maqasidi yang dilihat dari analisis epistemoli tafsir al-Qur‟an. Tujuan lainnya untuk mengidentifikasi potensi cara kosntrusksi tafsir secara maqasidi yang menjanjikan dapat menjaga visi al-Qur‟an sebagai hudan dan rahmat bagi sekalian alam. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi pada perkembangan metodologi tafsir al-Qur‟an dan memberi tawaran baru bagaimana nata„āmalu ma„a al-Qur‟ān dalam konteks modern dan kontemporer ini.

Landasan Teori dan Kerangka Konseptual

Studi kepustakaan ini didasarkan pada argumentasi bahwa berbicara tentang tafsir maqasidi dalam kajian al-Qur‟an tidak bisa dilepaskan dari unsur-unsur epistemologis tentang bagaimana al-Qur‟an menginformasikan tujuan-tujuannya sendiri, bagaimana penafsir/pemikir menangkap, memaknai, dan mengkonstruksi

(9)

9 tujuan-tujuan tersebut dalam satu pengkerangkaan tertentu, apa dan bagaimana sumber-sumber penafsiran dalam tradisi tafsir dan tradisi usul fiqh didiskusikan, dan bagaimana validasinya dilakukan. Misalnya, hubungan antara isyarat al-Qur‟an dan persepsi penafsir akan sesuatu hal tidak selalu sejalan, bahkan terkadang terjadi penyempitan makna pada produk tafsir, seperti tercermin dalam produk tafsir yang diskriminatif atau patrialistik. Proses penyempitan tersebut terjadi karena banyak faktor salah satunya karena asumsi metodologis yang terbatas. Dapat dimengerti kalau produk tafsir mempunyai keterbatasan tertentu, karena produk tersebut merefleksikan semangat konteks zamannya. Produk penafsiran menjadi problematik dan signifikansi Islam dalam hal ini, al-Qur‟an, menjadi dipertanyakan dalam konteks modern dan kontemporer karena semangatnya sudah berbeda. Semangat zaman modern dan kontemporer yang bercirikan demokrasi, kesetaraan gender dan hak azasi manusia mengisyaratkan perlunya penafsiran ulang atas produk-produk tafsir sebelumnya atau produk tafsir sekarang yang mereproduksi nilai-nilai zaman pertengahan misalnya dari sebagian kalangan penafsir atau pemikir muslim.

Atas persolan ini, sudah banyak penafsir/pemikir mencoba menjawab persolan di atas. Studi ini mencoba mengidentifikasi dan mengkonstruksi fenomena upaya di atas dalam tradisi al-Qur‟an melalui dua fokus analisis konstruksi epistemologi tafsir maqasidi di dunia Islam dengan fokus analisis dari Ibn Atsur sampai Jasser Audah, dan di Indonesia dengan fokus analisi dari tradisi tafsir seperti M. Quraish Shihab sampai pemikir seperti Hussein Muhammad.

Review Literature

Kajian atas konsep maqasid al-Syari„ah dalam konteks dunia Islam secara umum kembali dilakukan sebagai bagian dari respon ulama atau pemikir muslim atas modernitas. Dalam pengaruh tradisi sebelumnya, konsep maqasid al-syari„ah dikaji ulang sebagai salah satu cara konstruksi ilmiah atas respon tersebut. Banyak ulama yang terpanggil untuk menulis tema ini. Gerakan pemikiran ini semakin kuat sejak mendapat dukungan dari the International Institute of Islamic Thought (IIIT). Lembaga ini tidak hanya menerjemahkan karya-karya ulama Islam tapi juga mendorong untuk menulis dan menerbitkan karya-karya mereka. Di antara ulama yang termasuk awal dalam gerakan pemikiran ini adalah Rashid Ridha (d. 1354H/1935 M). Ridha mengidentifikasi maqasid al-Qur‟an dan menemukan pentingnya nilai-nilai pembaharuan pilar keimanan, dan penyebaran kesadaran bahwa

(10)

10 Islam adalah agama yang menghormati fitrah, akal, pengetahuan, kebijaksanaan, bukti, kebebasan, kemerdekaan, reformasi sosial, politik dan ekonomi, dan hak perempuan.16 Pemikiar awal lainnya adalah hir Ibn „ sy r (1879-1973/1976). Dia mencoba merumuskan kemunkinan jawaban Islam atas modernitas dalam karya-karyanya mulai dari karya tafsir yang ditulis selama 39 tahun, al-Tahrir wa al-Tanwir (1922-1961), Alaysa al-Sub bi al-Qar b, Maqasid al-Syari„ah al-Islamiyyah, dan U ul al-Ni am al-Ijtima„i fi al-Islam. Karena Ibn „ sy r dianggap mencoba mendiskusikan maqasid dalam kerangka, hasil dan tujuan yang berbeda dari kerangka sebelumnya yang umumnya menempatkan maqasiq sebagai alat ilmiah untuk mengungkap hikmah hukum, banyak ulama lain yang terpanggil untuk menulis tema yang sama dengan semangat baik mendukung inisiatif Ibn „ sy r seperti Muhammad al-Ghazaly, Yusuf al-Qaradhawi, Muhammad Said al-Symawi, „All l al-F sī, „Abdul al-Majīd al- agīr, aha J bir al-„Alw nī, Gamal Eldine Attia, dan Jasser Auda, maupun memelihara tradisi lama seperti N r al-Dīn Mukht r al-Kh dimī, dan Jam l al-Dīn „ iyyah, dll.

1. Tafsir Maqasidi: Kajian Konstruksi Epistemologis dalam Konteks Modern dari Ibn Atsur sampai Jasser Audah

Kajian terhadap fenomena di atas belum banyak dilakukan. Setidaknya dua karya dapat disebut di sini: pertama, karya „Abdul al-Majīd al- agīr (1994) memotret fenomenan tersebut tapi dari sisi jurisprudensi dan prinsip ilmiah. Lainnya tulisan Wael B. Hallaq (2011) di jurnal Al-Jāmi„ah. Hallaq melihat bahwa terdapat perbedaan mendasar antara hakikat hukum Islam dan hakikat hukum umum (Barat): yang pertama bersifat personal dan yang ke dua impersonal. Perbedaan mendasar tersebut menandai perdebatan wacana maqasid dalam konteks modern.17 Karya lain adalah tulisan Zainab Alw ni, terbit tanpa informasi tahun, yang memotret perkembangan paradigma maqasid menurut pemikir Muslim modern atau karya Taha Jabir al-Alwani (2001) yang mendiskusikan maksud-maksud al-Qur‟an dengan dasar tauhid. Sementara jenis karya lainnya adalah berupa kajian tokoh dan pemikiran. Ibn „ sy r dan pemikirannya adalah salah satu yang banyak mendapat perhatian peneliti, seperti, Ism ‟il H{asanī (1995), Basheer M. Nafi (2005), S mir Abdurra m n Risyw nī

16 Auda. 2007. Maqasidi al-Shariah h. 6.

17 Wael B. Hallaq. “Maq sid and The challenge of Modernity,” dalam Al-Jāmi„ah, Vol. 49, No. 1, 2011 M/1432H, h. 1-31.

(11)

11 (2000), Muh}ammad H{usein, 2002-2003, Abdul Halim (2007), dan Azmil Mufidah (2013).

2. Tafsir Maqasidi: Kajian Konstruksi Epistemologis Menurut Pemikir Indonesia Modern

Perkembangan Kajian tafsir maqasid di Indonesia belum sesemarak seperti di dalam dunia Islam. Namun demikian, implementasi prinsip maqasid syariah sering dilakukan oleh sarjana Muslim Indonesia baik dalam frame maqasid tradisional khususnya dalam konteks pengungkapan hikmah hukum, maupun frame modern dengan semangat rasionalisasi atau tawaran interpretatsi atas turats atau sebagai respon atas modernitas. Penggagas pendekatan maqasid klasik seperti al-Gozali dan Syatibi sering dirujuk dalam tulisan mereka. Namun demikian ada juga yang mencoba mendiskusikan secara khusus pemikir terdahulu seperti karya Asafri Jaya Bakri (1996) yang mendiskusikan Maqasid Syariah dalam perspektif Syatibi. Karya lainnya juga mulai muncul seperti Abdul Halim (2007) dan Azmil Mufidah (2013) yang mendiskusikan pemikiran Ibn „ sy r.

Metode Penelitian

Dalam studi kepustakaan ini, penelitian ini merupakan studi kasus deskriptif18 mendiskusikan fenomena perkembangan tafsir maqasidi di dua kasus berbeda, di dunia Islam Sunni, dan di Indonesia dikerangkakan dari sudut unsur-unsur epistemologis. Terma maqasidi yang sejatinya tumbuh dalam tradisi keilmuan hukum Islam berkembang ke tradisi lainnya khususnya tafsir al-Qur‟an. Pengembangan ke dalam tradisi al-Qur‟an menguat setelah terjadi peralihan paradigma maqasid syari„ah dari bertumpu ke dalam korpus fiqh ke sumber utama agama –khususnya al-Qur‟an di zaman modern.

Rujukan utama penelitian ini adalah dokumen baik dalam bentuk kitab tafsir atau buku, atau makalah ilmiah, seputar maqasid dengan kecenderungan reformis yang ditulis oleh sarjana Muslim Sunni baik di dunia Islam maupun di Indonesia modern. Sementara data pendukungnya ada dua jenis, pertama, karya-karya lain baik kitab tafsir atau buku dan makalah ilmiah yang berkaitan dengan tema diskusi, dan kedua, teori, konsepsi, atau perpsktif dari tradisi filsafat, usul fiqh, dan tradisi kajian tafsir.

(12)

12 Dari enam sumber data studi kasus,19 penggalian data dalam penelitian ini difokuskan dalam bentuk dokumen berupa karya tafsir, buku, artikel jurnal, proceeding seminar atau FGD (Focused Group Discussion), dan dokumen tertulis lainnya yang relevan dengan pokok bahasan. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan explanatory dengan berdasar pada analisis unit-unit terpancang (embedded data) dengan mempertimbangkan jenis-jenis analisis lain seperti perbandingan dan kesingkronan dan diakronikan data-data.20

Secara operasional, dalam mendeskripsikan data yang terkumpul, peneliti mengkonstruksi dalam dua laporan yang dirumuskan dalam bentuk penulisan makalah ilmiah. Pertama, makalah mengenai perkembangan tafsir maqasidi di dunia Islam dan makalah ke dua tentang perkembangan tafsir maqasidi di Indonesia modern.

Hasil Yang Diharapkan

Karya-karya yang ada sejauh ini lebih banyak mendiskusikan maqasidi syari„ah dalam tradisi hukum Islam, padahal telah terjadi perluasan pemaknaan terma syari„ah dari ranah hanya hukum Islam ke ranah agama secara umum. Perluasan ranah ini termasuk ke dalamnya adalah ranah tafsir al-Qur‟an. Setidaknya fenomena tafsir maqasidi dapat ditemukan dalam dua jenis karya: tafsir al-Qur‟an itu sendiri seperti al-Ta r r wa al-Tanw r karya Ibn Asyur, dan jenis karya pemikiran dimana banyak ulama dalam hal ini dari kalangan reformis menggunakan perspektif maqasidi dalam merumuskan tawaran reinterpretasi mereka atas turats ataupun sumber agama. Sejauh peneliti dapat telusuri, penelitian yang memotret perkembangan tafsir maqasidi dari sisi metodologis belum dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini menjadi usaha awal untuk mengkonstruksi upaya akademik sarajana Islam dalam merespon modernistas didasarkan pada tradisinya sendiri.

Referensi.

al-Asymawi, Muhammad Said. (1983 dalam edisi aslinya, 2004 edisi terjemahnya). Nalar Kritis Syari‟ah. Yogyakarta: LKiS.

Auda, Jasser. 2007. Maqasidi al-Shariah as Philosophy of Islamic Law. London dan Washington: The International Institute of Islamic Thought.

---.2011. Maqā id Shar „ah: Dal l li Mubtadi. Beirut: Ma„had al-„ lamī li al-Fikr al-Isl mī.

Amal, Taufik Adnan. 2004. Ahmad Khan: Bapak Tafsir Modernis. Jakarta: Teraju.

19 Dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan, dan perangkat-perangkat fisik. K. Yin. 2005. Studi Kasus: h. 101.

(13)

13 Anwar, Hamdani. 2015. “Mengenal Tafsir Maqashidi: Suatu Pengantar,” dalam

Seminar Nasional dengan tema “Pendekatan Maqashidi terhadap Penafsiran al-Qur‟an,” Prodi Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Azra, Azyumardi. 1994. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII-XVIII. Bandung: Mizan.

Alw ni, Zainab, Murāja„āt f Ta awwur al-Manhaj al-Maqāsid „inda al-Mu‟āsir n. Fikr al-Islami, n. d.

„A iyah, Jam l Dīn. 2001. Nahwa Taf„ l Maqā idi Shar „ah. Damashqa: al-Ma„had al-„ lamī.

Al-„Alw nī, aha J bir. Qa āyā al-Islāmiyyah Mu„āsirah: Maqā idu al-Syar „ah. Beirut: Dar al-H dī.

Abou el-Fadl, Khaled. 2001. Speaking in God‟s Name; Islamic Law, Authorithy, and Women. Oxford: Oneworld.

---. 2001. Rebellion and Violence in Islamic Law. Cambridge: Cambridge University Press.

---. 2005. The Great Theft: Wrestling Islam from the Extremist. New York: HarperSanFransisco, A Division of HarperCollinPublishers.

Abugideiri, Hibba . “Revisiting the Islamic Past, Deconstructing Male Authority: The Project of Islamic Feminism,” dalam Religion & Literature, Vol. 42, No. 1/2, “Something Fearful”: Medievalist Scholars on the Religious Turn (spring-summer 2010), Pp. 133-139.

Afsaruddin, Asma. “Literature, Scholarship, and Piety: Negotiating Gender and Authority in the Medieval Muslim World,” Religion and Literature, Vol. 42, No. ½ “Something Fearful: Medievalist Scholars on the Religious Turn (Spring-Summer 2010), Pp. 111-131.

Ahern, Laura M. “Language and Agency,” Annual Review of Anthropology, Vol. 30 (2001), Pp. 109-137.

Ahmed, Leila. 2000. Wanita dan Gender dalam Islam: Akar-akar Historis Perdebatan Modern. Jakarta: Lentera.

---. 1992. Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern Debate. New Haven and London: Yale University Press.

Aqustina, Nurul. 1994. “Tradisionalisme Islam dan Feminisme,” in Ulumul Qur‟an, no 5 and 6, Vol. V.

Audi, Robert. (General Editor). 1999. “Epistemology,” dalam The Cambridge Dictionary of Philosophy. h. 233;

---. 1998. Epistemology: A Contemporary Introduction to the Theory of Knowledge. London and New York: Routledge.

---. (General Editor). The Cambridge Dictionary of Philosophy. Cambridge: Cambridge University Press, 1999.

Abu Zaid, Nasr Hamid. Rethinking the Qur‟an: Towards a Humanistic Hermeneutics. Utrecht: Humanistics University Press, 2004.

Arkoun, Mohammed. Membedah Pemikiran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka, 2000. First edition in France 1984.

---. Membongkar Wacana Hegemonik dalam Islam dan Post Modernisme. Surabaya: al-Fikr, 1999. Translated from Arabic edition 1992.

Bidin, Masri el-Mahsyar (et.al). 2003. Integrasi Ilmu Agama dan Umum: Mencari Format Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: UIN Jakarta Press.

(14)

14 Baalbaqi, Rohi. 1994. Al-Maurid: A Modern Arabic English Dictionary. Beirut: Dar

El-Ilm Lilmamalayin.

Barlas, Asma. “the Qur‟an and Hermeneutics: Reading the Qur‟an‟s Opposition to Patriarchy,” Journal of Quranic Studies, Vol 3, No. 2 (2001), Pp. 15-38. Ba-Yunus, Ilyas dan Farid Ahmad. 1988 Cet. 1, 1991 cet. Ke 3. Sosiologi Islam &

Masyarakat Kontemporer. Bandung: Mizan.

Al-Bar wī, R shid. 1985. Al-Qur‟ān wa al-Ni aM al-Ijtimā„iyyah al-Mu„āshirah. Kairo: D r al-Nahḍah al-„Arabiyyah.

Berazangi, Nimat Hafez, “The Absence of Muslim Women in Shaping Islamic Thought: Foundations of Muslim Peaceful and Just-Co-existence,” Journal of Law and Religion, Vol. 24, No. 2 (2008-2009), Pp. 403-432.

B. „ lī, „Abd Sal m. 1987. Ishkāliyāt Manhaj f Fikr „Arab wa al-„Ulūm al-Insāniyyah. Magrib: Dar Tobiqal li al-Nashr.

Bintu al-Shatī, „ ishah „Abdurrahm n. 1982. Al-Qur‟ān wa Qa āyā al-Insān. Beirut: D r al-„Ilmi li al-Mal yīn.

Cannon, Dale. 2002. Enam Cara Beragama. Jakarta: Direktorat PTAI Depag RI dan CIDA-McGill Project.

Chalk, Farhan Mujahid. “La Conviviencia: the Spirit of Co-existence in Islam.” Islamic Studies, Vol. 48, No. 4 (Winter, 2009), Pp. 567-590.

Cauffman, Elizabeth. “Understanding the Female Offender,” The Future of Children, Vol. 18, No. 2 Juvenile Justice (Fall, 2008) Pp. 119-142.

Cowie, A.P. (Chief Editor). Oxford Advanced Learner‟s Dictionary. Oxford: Oxford University Press, 1989. 4th Edition.

Cammack, Mark E.. 2007 “The Indonesian Islamic Judiary.” dalam Islamic Law in Contemporary Indonesia: Ideas and Institutions edited by R. Michael Feener and Mark E. Cammack. Cambridge: Islamic Legal Studies Program, Harvard Law School.

Chirzin, Muh. Muhammad. 2014. “Fahmu Nuṣ ṣ baena Ittij h Ḥarfī wa Ittij h Maq sidī,” Seminar tentang Fahmu Nu ū baena Ittijāh al-Ḥarf wa al-Ittijāh al-Maqāsid , 13 Agustus 2014, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Cooper, John. 2000. “Batas-batas Yang Sakral: Epistemologi Abdul Karim Soroush,” dalam Pemikiran Islam dari Sayyid Ahmad Khan hingga Nasr Hamid Abu Zayd, diedit oleh John Cooper, Ronald L. Nettler dan Mohamed Mahmoud, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Duderija, Adis, “Pre Modern and Critical Progressive Methologies of Interpreting the Qur‟ n and the Sunnah” in Journal of Qur‟ān and Ḥad th Studies, Vol. 1, No. 2 (January-June 2012), Pp.181- 95.

Al-F sī, „All l. 1993 (1963, 1991). Maqā idu al-Syar „ah al-Islāmiyyah wa Makārimuhā. Rib : Dar al-Qharbi al-Islami.

Faudah, Mahmud Basuni. Tafsir-tafsir al-Qur‟an: Perkenalan dengan Metodologi Tafsir. Bandung: Penerbit Pustaka, 1987. 1977 first publication in Arabic. al-Farmawi, Abdul Hayy. Metode Tafsir al-Mawdhu‟iy: Suatu Pengantar. Jakarta:

Rajawali Press, 1994.

Ghazali, Abd. Moqsith. 2005. “Memahami Maqashid al-Qur‟an,” dalam Seminar Nasional dengan tema “Pendekatan Maqashidi terhadap Penafsiran al-Qur‟an,” Prodi Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(15)

15 Geissingor, Aisha. “The Exegetical Traditions of „A<‟isha: Notes on Their Impact and Significance,” Journal of Quranic Studies, Vol. 6, No. 1 (2004), Pp. 1-20.

al-Hil lī, Muhammad Taqī-ud-Dīn and Muhammad Muhsin Kh n.(Translators) 1417/1996.Translation of the Meanings of the Noble Qur‟an in the English Language. Madinah: King Fahd Complex for the Printing of the Holy Qur‟an.

---. Edited by Fazal Ilahi Zahir (et.al.). 1417/1996. the Noble Qur‟an: English Translation of the Meanings and Commentary. Medinah: King Fahd Complex for the Printing of the Holy Qur‟an.

Hallaq, Wael B.. “Maq sid and The challenge of Modernity,” dalam Al-Jāmi„ah, Vol. 49, No. 1, 2011 M/1432H, h. 1-31.

Hanafi, Muchlis Muhammad (Head of Committee). 2012. Tafsir al-Qur‟an Tematik: Kedudukan dan Peran Perempuan. Jakarta: Kementrian Agama RI.

Hamka. 1999 (1 edition 1984). Tafsir Al-Azhar, Juzu‟ I, V, X, XX. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.

Hasani, Ismail. 1995. Naẓarriy t al-Maq sidī ʻinda Im m Mu ammad hir ibn ʻ sy r. Herdon: Virginia USA: The International Institute of Islamic Thought. Hayati, Nilda. 2014. “Tafsīr Maq ṣidi (Telaah atas Penafsiran al-Aw nī

terhadap Ayat-ayat Riddah), Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga.

Ḥusein, Mu ammad. 2005. “al-Tanẓīr al-Maq ṣidī ʻinda Im m Mu ammad hir ibn ʻ sy r fī Kit bihi Maq ṣid Syarīʻah Isl miyyah,” Disertasi Fakultas al-ʻUl m al-Isl miyyah, Jurusan Uṣ l al-Fiqh. Al-Jazair: Universitas al-Jazair. Hornby, AS..1989. Oxford Advanced Leaner‟s Dictionary. Oxford: Oxford University

Press.

Harding, Sandra. 2006. Diskursus Sains dan Feminisme. Yogyakarta: PSW UIN Yogyakarta dan IISEP McGill, CIDA.

Hanafi, Hasan. 2004. Islamologi 3: Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme. Yogyakarta: LKiS.

Ḥusein, Mua ammad. 2002-2003. Al-Tan r al-Maqāsid „inda al-Imām Mu ammad al-Ṭāhir Ibn „Āsyūr f Kitābihi Maqāsid al-Syar „ati al-Islāmiyyah. N.p.: Universitas al-Jazair.

Ḥasanī, Ism ‟il. 1995. Na ariyyah al-Maqāsid „inda al-Imām Muh}ammad al-T{āhir Ibn „Āsyūr. Virginia: al-Ma‟had al- lamī li al-Fikr al-Isl mi.

Halim, Abdul. 2007. Epistemologi Tafsir Ibn Asyur dalam Kitab Tahr r wa al-Tanw r, Skripsi UIN Sunan Kalijaga.

Harb, Ali. Kritik Nalar al-Qur‟an. Yogyakarta: LkiS, 2003. Arabic edition 1995. Ibn Warraq (ed.). The Origins of the Koran: Classic Essays on Islam‟s Holy Book.

New York; Prometheus Book, 1998.

Izutsu, Toshihiko. Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap al-Qur‟an. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2003. First edition in English 1997. ---. Etika Beragama dalam Qur‟an. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993. Original

publication 1966.

Iqbal, Muhammad. 1960. The Reconstruction of Religious Thought in Islam. Lahore: Asraf Press.

Ibn „ sh r, Muhammad hir. 2006. Alaesa al-Ṣub u bi Qar b, al-Ta„l m al-„Arab al-Islām : Dirāsah Tār khiyyah wa Ārāu I lā iyyah. Kairo: D r al-Sal m. ---. n d.U ūl al-Ni ām al-Ijtimā„i f al-Islām. Tunis: Al-Shirkah al-T nisiyyah

(16)

16 ---. 2005, 2006. Maqā id al-Shar „ah al-Islāmiyyah. Kairo: D r al-Sal m. ---. 1984. Al-Ta r r wa al-Tanw r. Tunis. D r al-T nīsiah li al-Nasyir. Ilyas, Yunahar. 1996. (Thesis). Isu-isu Feminisme dalam Tinjauan Tafsir al-Qur‟an:

Studi Kritis terhadap Pemikiran Mufassir dan femnis Muslim. Yogyakarta: Pascasarjana.

IFTA (ed.) 1413 H/1992. The Holy Qur‟ān, English Translation of the Meanings and Commentary. Medinna: the Custodian of the Two Holy Mosques King Fahd Complex.

Jamal, Amina. “Gendered Islam and Modernity in the Nation-Space: Women‟s Modernism in the Jamaat-e-Islami of Pakistan,” Feminist Review, No. 91 (2009), Pp. 9-28.

Jansen, Marloes. “Pleasing God, Pleasing the Patrons: A Portrait of a Female Finoo in the Gambia,” Journal of African Studies, Vol. 41, No. 1 (2007), Pp. 38-65. Jefferey, Arthur. 1998. “Materials for the History of the Text of the Koran,” dalam

The Origins of the Koran diedit oleh Ibn warraq. New York: Promethues Books.

Jaya Bakri, Asafri. 1996. Konsep Maqasid Syariah Menurut Syatibi. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada.

John F. Haught. John F. Haught. 2004. Perjumpaan Sains dan Agama: Dari Konflik ke Dialog. Bandung: Mizan.

Johnston, David. 2004. “A Turn in the Epistemology and Hermeneutics of Twentieth Century Uṣ l al-Fiqh,” in Islamic Law and Society, Vol. 11, No. 2.

Kamil, Sukron and Chaider S. Bamualim [eds.]. 2007. Syariah Islam dan HAM: Dampak Perda Syariah terhadap Kebebasan Sipil, Hak-hak Perempuan , dan Non-Muslim. Jakarta: CSRC and Konrad Adenaur Stiftung.

Kaltsum, Lilik Ummu dan Abd. Muqsith Ghazali. 2005. Tafsir Ahkam, Jakarta: UIN Press.

Kartanegara, Mulyadhi. 2004. Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika. Jakarta: Teraju.

--- 2007. Mengislamkan Nalar: Sebuah Respon terhadap Modernitas. Jakarta: Penerbit Erlangga.

---. 2003. Integrasi Ilmu dalam Perspektif Filsafata Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.

---. 2005. Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik. Jakarta dan Bandung: UIN Jakarta Press dan Mizan

Kasdi, Abdurahman. 2003. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum: Mencari Format Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: UI Jakarta Press.

Kuntowijoyo. 2001. Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental. Bandung: Mizan.

---. 2003. Integrasi Ilmu dalam Perspektif Filsafata Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.

---. 2004. Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika. Jakarta: Teraju.

Kusmana. 2000. “Al-Tij rah wa al-da'wah al-Isl miyyah : dir sah li Qadiyyati dukh l al-Isl m f Ind n siyy .” Studia Islamika : Indonesian journal for Islamic studies. vol. 7 (2000), No. 3, h. 111-139.

--- (Ed.). 2006. Integrasi Keilmuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Press.

(17)

17 ---. 2012. “Heremeneutika Nasr Hamid Abu Zayd: Al-Qur‟an sebagai Wacana,” in Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy ad Mysticism, Vol. 2 Number 2. , Pp. 265-290.

Kasdi, Abdurahman. 2003. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum: Mencari Format Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: UI Jakarta Press.

Al-Kh dimī, N r al-Dīn. 2003. Al-Maqāsid al-Shay„iyyah: Ta„rifuhā, Amsilatuhā, Ḥujjiyatuhā . Riyadh: Al-Mamlakah al-„Arabiyyah al-Su„ diyyah.

---. 2007. Al-Maqāsid al-Shay„iyyah: Ta„rifuhā, Amsilatuhā, Ḥujjiyatuhā II. Riyadh: Al-Mamlakah al-„Arabiyyah al-Su„ diyyah.

Kumar, Ann. 2008. Prajurit Perempuan Jawa: Kesaksian Ihwal istana dan Politik Jawa Akhir Abad e-18. Jakarta: Komunitas Bambu.

Lubis, Nazly Hanum. “Maṣla ah Mursalah in the Thought of Mu ammad ‛Abduh and Rashīd Rid} ,” in al-Jāmi‛ah: Journal of Islamic Studies. Volume 42,

Number 1, 2004, Pp. 133-52.

Larousse. 1990. Cobuild English Learner‟s Dictionary. London dan Glasgow: Collins, h. 603.

Lloyd, Christopher. 1993. The Structures of History, Oxford and Cambridge, Blackwell.

Lapidus, Ira M.. 1988 1st Edition, 1996 Edition. A History of Islamic Societies. Cambridge: Cambridge University Press.

Maqr nī, Adn n. 2014. “al-Tajribah al-D niyyah wa al-Na : Min al-Tanj l al-Awwal ilā Tanj Tsān ,” dalam Seminar tentang Fahmu Nu ū baena al-Ittijāh al-Ḥarf wa al-al-Ittijāh al-Maqāsid , 13 Agustus 2014, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Mufidah, Azmil. 2013. “Tafsīr Maq ṣidi (Pendekatan Maqasid Syariʻah hir Ibn sy r dan Aplikasinya dalam Tafsīr al-Tahrīr wa al-Tanwīr), Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga.

Muhammad, Husein. 2015. “Gender Dalam Pendekatan Tafsir Maqashidi,” dalam Seminar Nasional dengan tema “Pendekatan Maqashidi terhadap Penafsiran al-Qur‟an,” Prodi Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

---. 2007 (Cet. Ke 4). Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender. Yogyakarta: LKiS.

Munir, Misbahul. 2015. “Kebebasan Beragama: Perspektif Tafsir Maqasidi Ibn Asyur,” Tesis, Yogyakarta: Program Paska Sarjana UIN Sunan Kalijaga. Al-Mustaqīm, Abdul. 2014. “Mafh m al-Tafsīr al.Maq ṣidī: Nadhrah On l jiyyah

wa Istīm lawjiyyah,” Seminar tentang Fahmu Nu ū baena Ittijāh al-Ḥarf wa al-Ittijāh al-Maqāsid , 13 Agustus 2014, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Mazhar, Arhamedi. 2004. Merumuskan Paradigma Sains dan teknologi Islam: Revolusi Integralisme Islam. Bandung: Mizan.

Muhammad, Husein. 2007 (Cet. Ke 4). Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender. Yogyakarta: LKiS.

Malouf, Louis.1975. al-Munjid f al-Lughah wa al-A„lam. Beirut: Dar el-Mashreq. Merguerian, Gayane Karem, and Afsaneh Najwabadi, “Zulaykha and Yusuf: Whose

“Best Story?” International Journal of Middle East Studies, Vol. 29, No. 4 (Nov. 1997), Pp. 485-508.

Muhammad, Husein. 2004. Islam Agama Ramah Perempuan : Pembelaan Kiai Pesantren. Yogyakarta: LKiS.

(18)

18 ---. 2007 4th edition (2001 1st edition). Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas

Wacana Agama dan Gender. Yogyakarta: LKiS.

Muhammad, Ahsin Sakho (Head of the Committee). Vol. I (2004), II (2004), III (2007), IV (2007), VII (2007), VIII (2007). Al-Qur‟an dan Tafsirnya. Jakarta: Kementrian Agama.

Muhammad, Yusuf. 2013. “Pendekatan al-Maṣla ah al-Mursalah dalam Fatwa MUI tentang Pernikahan Beda Agama,” dalam Ahkam Jurnal Ilmu Syariah. Vol. XIII, No. 1 (Januari 2013).

Munir, Lily Zakiyah. “He is Your Garment and You are His ...,” Religious Precepts, Interpretation and Power Relations in Marital Sexuality Among Javanese Muslim Women,” Sojour: Journal of Social Issues in South Asia, Vol. 17, No. 2 (October 2002), Pp. 191-220.

Muthohhar, Ali. 2000. Perempuan dalam Catatan Tuhan: Anda Termasuk yang Mana. Surabaya: Pustaka Proressif.

Muhammad, Dr. Ahsin Sakho (Head of the Committee). Vol. I (2004), II (2004), III (2007), IV (2007), VII (2007), VIII (2007). Al-Qur‟an dan Tafsirnya. Jakarta: Kementrian Agama.

Muhammad, Yusuf. 2013. “Pendekatan al-Maṣla ah al-Mursalah dalam Fatwa MUI tentang Pernikahan Beda Agama,” dalam Ahkam Jurnal Ilmu Syariah. Vol. XIII, No. 1 (Januari 2013).

Mustaqim, Abdul. 2010. Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: LKiS, h. 10. Nageeb, Salma A. “Appropriating the Mosque: Women‟s Religious Groups in

Khartoum,” African Spectrum, Vol. 42, No. 1 (2007), h. 5-27. Nafi, Basheer M. 2005. “Ibn „ sy r: The Career and Thought of a Modern

Reformist „alim, with Special reference to His Works of Tafsir.” Journal of Qur‟anic Studies. Vol. VII. 2005.

Najjar, Abdul Majīd.2008. Maqāsid Syar „ah bi Ab„ad Jad dah. Beirut: D r al-Garb al-Isl mi.

Nurmila, Nina. 2013. “Indonesian Muslims‟ Discourse of Husband-Wife Relationship,” in Al-Jāmi„ah, Vol. 51, No. 1, 2013 M/1434 H, Pp. 61-80. Al-Qur‟ n al-Karīm wa tarjamatu ma‛ nihi il al-lughah al-Ind nīsiyyah. Medinah:

Mujamma‟ Khadim Haramain as-Syarifain Malik Fahd, li thiba‟at al-Mushhaf asy-Syarif.

al-Qardhawi, Yusuf. 2006. Fiqh maqashid Syariah: Moderasi Islam antara Aliran Tekstualis dan Aliran Liberal. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Pedoman Penyelenggaraan Program Pascasarjana Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2006; draft Pedoman Penyelenggaraan Konsentrasi Kajian Maqasid dan Analisis Strategik Program Studi Hukum Islam Strata 2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Praja, Juhaya S.. 2009. “Aspek Sosiologi dalam Pembaharuan Fiqh di Indonesia,” dalam Epistemologi Syara‟: Mencari Format Baru Fiqh Indonesia disunting oleh Anang Haris Himawan. Yogyakarta: Walisongo Press kerjasama dengan Pustaka Pelajar.

Power, David S. Peralihan Kekayaan dan Politik Kekuasaan: Kritik Historis Hukum Waris. Yogyakarta: LKiS, 2001. 1986 English Edition.

Rahman, Fazlur. 1983. Tema Pokok al-Qur‟an. Bndung: Penerbit Pustaka.

... “The Qur‟anic Concept of God, the Universe and Man,” Islamic Studies, Vol. 6, No. 1 (March, 1967), Pp. 1-19.

---, “Translating the Qur‟an,” Religion & Literature, Vol. 20, No. 1, the Literature of Islam (Spring, 1983), h. 23-30.

(19)

19 Reza, Seyyed Vali. 1991. “Islamization of Knowledge: A Critical Review,” in Islamic

Studies, vol. 30, No. 30 p. 387. pp. 387-400

Richardson, John. E.. 2007. Analysing Newspapers: An Approach from Critical Discourse Analysis. New York: Palgrave Mcmillan.

Ridwan, Zaenab. 1982. Al-Nadhariah al-Ijtimā‛iyyah f al-Fikri al-Islām : Ushūluha wa bināuha min al-Qur‟ān wa Sunnah. Kairo: D r al-Ma‛ rif.

Ridha, Muhammad Rasyid. 1954. Tafasir al-Qur‟an al-Ḥak m al-Musytahir bi Tafs r al-Manār. Kairo: t.p.

---. 1987. Wahyu Ilahi Kepada Muhammad. Bandung: Pustaka Jaya.

Rofiq, Ahmad. 2012 Cet. Ke 2. Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h. 7.

Risyw nī, S mir Abdurra m n. 2000. “Al-Ittij h al-Maq sidī fī Tafsīr Ibn sy r” dalam Majallah Islāmiyyah al-Ma„rifah.

Sa‟adah, Faridatus. 2005. “Tafsir Maqasidi, Kajian Kitab A k m al-Qur‟ n Karya Ab Bakar Ibn „Arabī”. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Safriadi. 2014. Diskursus Maqashid Al-Syariʻah Ibnu „Asyur. Aceh: Sefa Bumi Persada.

---. 2004. “Kontribusi Ibnu „Asyur dalam Kajian Maqasid Al-Syariʻah,” dalam jurnal Ilmiah Islam Futura, Vol. XIII, No. 2, Februari.

Sy tibī, Ab Ishaq Ibrahim bin Musa. 2005. Al-Muwaffaqāt f U ūl al-Syar „ah. Beirut: D r al-Kutb al-Ilmiyyah.

Al- aqhīr, „Abdul al-Majīd. Al-Fikr al-U ūl wa Ishkāliyatu al-Ṣul ah al-„Ilmiyyah f al-Islām: Qirā‟ah f Nashati „Ilmi al-U ūl wa maqā di al-Shar „ah. Beirut: Dar al-Munatahob al-„Arabi.

Shihab, M. Quraish. 2000. (10th Edition) Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‛i atas Perbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

---. 2006 (3rd edition). Perempuan Dari Cinta Sampai Seks, dari Nikah Mut‟ah sampai Nikah Sunnah dari Bias Lama sampai Bias Baru. Jakarta: Lentera Hati.

---. 2000 (10th Edition) Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu„i atas Pelbagai Persolan Umat. Bandung: Mizan.

---. Tafsir al-Mishbāb: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, Vol. 2 (2000), Vol I (2006), Vol 4 (2001, 2003), Vol 10 (2002), Vol 5 (2002, 2004). Jakarta: Lentera Hati.

---. 2010. Al-Qur‟an dan Maknanya. Jakarta: Lentera Hati.

---. 1993. “Konsep Wanita Menurut Qur‟an, Hadis, dan Sumber-sumber Ajaran Islam,” dalam Wanita Islam Indonesia dalam Kajian tekstual dan Kontekstual di edit oleh Lies M. Marcoes-Natsir dan Johan Hendrik Meuleman. Jakarta: INIS.

Sa‟adah, Faridatus. 2012. “Tafsīr Maq ṣidi (Kajian Kit b A k m al-Qur‟ n Karya Ab Bakr ibn al-ʻArabī), Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga.

Sodik, Mochamad. 2014. Fikih Indonesia: Dialektika Sosial, Politik, Hukum, dan Keadilan. Yogyakarta: SUKA Press.

Syafruddin, Didin. 1994. “Argumen Supremasi atas Perempuan: Penafsiran Klasik QS al-Nisa ‟: 34,” in Ulumul Qur‟an: Jurnal Ilmu dan Kebudayaan. No. 5 dan 6. Vol. V, Th. 1994, pp. 4-10.

Stowasser, Barbara Freyer. 2001. Reinterpretasi Gender: Wanita dalam al-Qur‟an, Hadits dan Tafsir. Jakarta: Pustaka Hidayah.

(20)

20 Syahrur, Muhammad. “Pendekatan Baru dalam Membaca Teks Keagamaan.” In

Hermeneutika al-Qur‟an: Madhab Yogya. Yogyakarta: Islamika and ForStudia, 2003.

Soenarjo S.H., Prof. R.H.A. (Ketua Tim). 1989 [First edition 1971) Al Qur‟an dan Terjemahnya.

Shehada, Nahda. “House of Obidience: Social Norms, Individual Agency, and Historical Contigency,” Journal of Middle East, Women‟s Studies, Vol. 5, No. 1 (Winter, 2009), Pp. 24-49.

Syaerozi, Arwani. 2015. “Menggagas Tafsir Al Qur‟an Pendekatan Maqasid Syari‟ah,” dalam Seminar Nasional dengan tema “Pendekatan Maqashidi terhadap Penafsiran al-Qur‟an,” Prodi Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Syukur, Amin. 2009. “Keseimbangan Perkembangan Tasawuf dan Fiqh di Indonesia,” dalam Epistemologi Syara‟: Mencari Format Baru Fiqh Indonesia disunting oleh Anang Haris Himawan. Yogyakarta: Walisongo Press kerjasama dengan Pustaka Pelajar.

Yatim, Badri. 1997. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Yusuf, Muhammad. 2013. “Pendekatan al-Maṣla ah al-Murṣalah dalam Fatwa MUI tentang Pernikahan Beda Agama,” dalam Ahkam Jurnal Ilmu Syariah. Vol. XIII, No. 1 (Januari 2013).

Wijaya, Aksin. 2014, Cet ke 3. Nalar Kritis Epistemologi Islam: Membincang Dialog Kritis Para Kritikus Muslim: Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Thah Husein,

Muhammad Abid Al-Jabiri. Yogyakarta: Teras, h. 137-51.

Tobin, Theresa Weynard, “On Their Own Ground: Strategies of Resistence for Sunni Muslim Women,” Hypatia, Vol. 22, No. 3 (Summer, 2007), Pp. 152- 174. Yamani, Ahmad Zaki. „Al qah Maq sid al-Syarī„ah bi Uṣ l al-Fiqh. London:

Muassasah al-Furqan li al-Turas al-Islami. 2006.

Yin, Robert K.. 2005. Studi Kasus: Deain & Metode. Jakarta: Rajawali Press.

Yusuf, Muhammad. 2013. “Pendekatan al-Maṣla ah al-Mursalah dalam Fatwa MUI tentang Pernikahan Beda Agama,” dalam Ahkam Jurnal Ilmu Syariah. Vol. XIII, No. 1 (Januari 2013).

Wadud, Amina. “Women‟s Identity and the Qur‟an: A New Reading by Nimat Hafez Barazangi,” Middle East Journal, Vol. 59, No. 1, Democratization and Civil Society (Summer, 2005), Pp.. 510-511.

Waller, Marguerite R. “Epistemologies of Engagement,” in College Literature, Vol. 32, No. 3 (Summer, 005), Pp. 154-170.

Zuhdi, M. Nurdin. 2012. “Maqasyid Asy-Syariʻah Sebagai Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an Alteratif „Ala Jaringan Islam Liberal,‟” dalam Jurnal An-Nur, Vol. IV, No. 2, agustus.

(21)

21 CV:

Kusmana adalah dosen tetap Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus program S1 tahun 1995 di tempat ia mengajar sekarang dan meraih M.A.nya di Institute for Islamic Studies Universitas McGill, tahun 2000. Dari tahun 2001-2004 mendapat amanat menjadi ketua Dewan Redaksi Harian Refleksi: Jurnal Kajian gama dan Filsafat. Kusmana mendapat kepercayaan menjadi ketua penyusunan Rencana Induk Pengembangan (RIP) UIN Jakarta 2004-2010, buku Integrasi Keilmuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006) dan ketua perumusan Rencana Strategis UIN 2007-2011. Selain mengajar kajian al-Qur‟an dan Hermeneutika, Tafsir ijtima‟i, kajian orientalis terhadap al-Qur‟an dan Hadis, dia juga diberi amanat sebagai sekertaris International Bureau for International Affairs (sejak Oktober 2007- January 2008). Bukunya tentang Hermeneutika al-Qur‟an terbit tahun 2004, Hermeneutika al-Qur‟an: Sebuah Pendekatan Praktis Aplikasi Hermeneutika Modern dalam Penafsiran al-Qur‟an. Beberapa tulisan lainnya antara lain (Contributor) “Purposive Exegesis: A Study of Quraish Shihab„s Thematic Interpretation of the Qur‟an,” in Approaches to the Qur‟an In Contemporary Indonesia, edited by Abdullah Saeed (London: Oxford University Press, 2005), h. 67-84; “Hermeneutika Agama Islam : Menempatkan Relevansi Agama dan Kesalehan Sosial,” Refleksi, Jurnal Kajian Agama dan Filsafat Vol. VII, No.2, pp. 179- 86, 2005; “Ayat-Ayat Anti Korupsi: Relevansi Al-Qur`an Dalam Gerakan Anti Korupsi,” dalam Pendididkan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi Islam, Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture (CSRC), 2006; Islam & Kesejahtraan Sosial, Jakarta: UIN Press, 2006; “Islam dan Kesalehan Sosial: Relevansi al-Qur`an tentang Filantrofi dalam Pengembangan Masyarakat dalam Islam dan Kesejahtraan Sosial” dalam Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: UIN Press, 2006; dan “Dimensi Sosial Pemahaman al-Qur`an M. Dawam Rahardjo,” Mimbar: Jurnal Agama dan Budaya , Vol 23 No. 1, 2006, p. 25-41. Dia menjadi salah satu perumus dan contributor Modul Dakwah Islam rahmatan lil „alamin: Pengangan bagi pada da‟i dan Dewan Kemakmuran Masjid. 2012. Jakarta: CSRC, dll.

Kusmana sering menyajikan makalah dalam seminar atau koferensi, misalnya, makalahnya Local Discourse and Practice of Woman Leadership: Contemporary Interpretation of Kodrat Perempuan in Public Engagement dipresentasikan pada the 3rd Yale International Forum, Semarang Indonesia July 14-5, 2010, Some Implications of Hermeneutical Readings for the Study of the Qur‟an didiskusikan

(22)

22 pada the Second Annual Meeting of Qur‟an and Hadith Academic Society (QUHAS), “The Subjective and Objective Interpretation of the Qur‟an and Hadith” Graduate School Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta Auditorium SPs UIN Jakarta, December 13-14, 2012, Tafs r al-Qur‟ān and Social Theme: Continuity and Change in the contemporary Indonesian Interpretation of Woman‟s Leadership disajikan dalam the 6th International Indonesia Forum Conference: Transformation towards the Future: Continuity versus Change in Indonesia, State Islamic University of Sunan Kalijaga, and International Indonesia Forum (IIF), August 21-22, 2013, etc. Tulisan terbarunya antara lain Some Implications disebut di atas dan terbit QUHAS Vol 2, No. 2, 2013, dan “Hermeneutika Humanistik Nasr Hamid Abu Zayd: Al-Qur‟an sebagai Wacana,” published at Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism, Vol 2 Number 2, December 2012.

Sejak tahun 2008 menerus S3 dengan bantuan beasiswa dari Indonesia‟s Young Leader Traning Programme dan saat ini dia sedang menyelesaikan penulisan disertasinya berjudul Contemporary Interpretation of Kodrat Perempuan: Local Discourse and Practice of Muslim Women‟s Leadership in Indonesia, yang Insya Allah akan dipertahankan di Universitas Erasmus, Rotterdam, Belanda. Dia tinggal di Jl. Menjangan IV, RT/RW: 001/004 No. 33, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, 15412 dan dapat dikontak di kusmana_k@yahoo.com .

Jakarta, January 22, 2014

(23)

23 B. Pengajuan Proposal

Untuk melengkapi pengajuan proposal, peneliti menyertakan publikasi terakhir peneliti: Some Implications of Hermeneutical Readings for the Study of the Qur‟an yang diterbitkan di Journal of Qur‟an and Hadith Studies Vol. 2, No. 2, 2013, “Hermeneutika Humanistik Nasr Hamid Abu Zayd: al-Qur‟an sebagai Wacana” diterbitkan di Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticim Vol. 2, No. 2, 2012, “Menimbang Kodrat Perempuan antara Nilai Budaya dan Kategori Analisis” yang terbit di Refleksi, Volume 13, Nomor 6, April 2014, Some Implications of Hermeneutical Readings for the Study of the Qur'an, terbit di Ioumal of Qur'an and Hadith Studies Yo1.2, No.2 (2013):267-288, dan “Kodrat Perempuan dalam al-Qur‟an: Isyarat dan Persepsi” rencana terbit di Jounal of Qur‟an and Hadith. Semua penerbitan dan karya ilmiah tersebut adalah bagian dari pemenuhan persyaratan pengajuan penelitian untuk penerbitan di jurnal bertaraf nasional.

(24)

24 C. Proposal Diterima

Menurut Puslitpen, proses seleksi penerima dana penelitian ini telah melalui proses panjang dan obyektif, karena proposal-proposal tersebut dikirim ke mitra bestari tanpa nama dan mitra bestari juga diusahakan sesuai dengan bidangnya. Pengumuman seleksi proposal penelitian dituangkan dalam SK Rektor nomor Un.01/KPA/252/2015 tertanggal 22 Mei 2015 dan diunggah di Web Puslitpen di http://puslitpen.uinjkt.ac.id.

(25)

25 II. Pelaksanaan Penelitian

Dalam tahap awal pelaksaanaan penelitian ini, peneliti melakukan persiapan-persiapan, mulai dari perbaikan jadwal kegiatan, perbaikan anggaran, persiapan FGD I, persiapan dan pelaksaan penelitian, penulisan draft artikel pertama dan penulisan laporan proses baik pelaksanaan penelitian.

A. Revisi Rencana Kegiatan

Rencana Anggaran Penelitian Berbasis Publikasi Nasional Tafsir Maqasidi: Suatu Kajian Epistemologis dalam Konteks Modern

No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ket. 01 Studi Literatur 1 X X 02 Proposal X X X 03 Mencari Referensi X X X X X X X X 04 Studi Literatur 2 X X X X X X 05 FGD 1 X X 06 Penulisan Draft 1 X X X X X 07 Laporan Proses X X X 08 Studi literature 3 X X X X X X 09 FGD 2 X X X 10 Penulisan Draft 2 X X X X X 11 Penyuntingan draft 1 X X X 12 Penyuntingan Draft 2 X X 13 Pengiriman Draft 1 dan 2 X X 14 Laporan Akhir Penelitian X X

Catatan: Penelitian dilakukan dalam rentang waktu sepuluh bulan, dimulai dari bulan ke 2, Februari 2015.

(26)

26 B. Revisi Alokasi Anggaran

RENCANA BISNIS ANGGARAN PENELITIAN BERBASIS PUBLIKASI NASIONAL

Tafsir Maqasidi: Suatu Kajian Epistemologis dalam Konteks Modern

Nama : Kusmana

Fakultas : Ushuludin dan Filsafat

Besaran Biaya: Rp. 50, 000, 000.-

Sumber Dana: DIPA BLU UIN Jakarta 2015

No Jenis Pengeluaran Vol Satuan Jumlah

Rp. 50,000,000.-

01 Honor Peneliti Rp. 26,000,000.-

A. Peneliti Utama 1 Org x 4 Jam x 100 Hari

300 oj Rp. 40,000.- Rp. 16,000,000.- B. Asisten peneliti 1 Org x 4 Jam x 100

Hari

300 oj Rp. 25,000.- RP. 10,000,000.-

02 Belanja Barang Rp. 9, 000, 000.-

A. Pembelian ATK 1 Keg Rp. 1,000,000.- RP. 1, 500,000.- B. Pembelian Barang (tafsir, buku,

jurnal dll)

1 Keg Rp. 5,000,000.- Rp. 4,500,000.- C. Lain-lain (Foto copy,

dokumentasi)

1 Keg Rp. 3,000,000.- Rp. 3,000,000.-

04 Belanja Perjalanan Rp. 11,000,000.-

A. Transportasi FGD 2 Keg Rp.2,500,000.- Rp. 5,000,000.- B. Konsumsi FGD 2 Keg Rp. 1,500,000.- Rp. 3,000,000.- C. Akomodasi/sewa tempat 2 Keg Rp. 1,000,000.- Rp. 2,000,000.-

D. Lain-lain 1 Keg Rp. 1,000,000.- Rp. 1,000,000.-

05 Pelaporan Rp. 4,000,000.-

A. Pelaporan Awal, Tengah dan Akhir (Penulisan Proposal)

15 Eks Rp. 100,000.- Rp. 1,500,000.- B. Editing Artikel 1 Rp. 1,250,000.- Rp. 1,250,000.- C. Editng artikel ke 2 Rp. 1,250,000.- Rp. 1,250,000.-

(27)

27 REVISI RENCANA BISNIS ANGGARAN PENELITIAN

BERBASIS PUBLIKASI NASIONAL

Tafsir Maqasidi: Suatu Kajian Epistemologis dalam Konteks Modern

Nama : Kusmana

Fakultas : Ushuludin dan Filsafat

Besaran Biaya: Rp. 50, 000, 000.-

Sumber Dana: DIPA BLU UIN Jakarta 2015

No Jenis Pengeluaran Vol Satuan Jumlah

Rp. 50.000.000

1 Honor Peneliti Rp. 18.000.000

Peneliti utama 1 org x 4 jam x

100 hari 300 oj Rp. 40.000 Rp. 12.000.000 Asisten peneliti 1 org x 4 jam

x 100 hari 301 oj Rp. 20.000 Rp. 6.000.000 2 Belanja Barang Rp. 16.050.000 ATK 1 Keg Rp. 1.250.000 Rp. 1.250.000 Transportasi FGD 2 Keg Rp. 4.000.000 Rp. 8.000.000 Konsumsi FGD 2 Keg Rp. 1.400.000 Rp. 2.800.000

Snack FGD dan Rapat Rp. 3.200.000

Lain-lain (fotocopy,

dokumentasi) 2 Keg Rp. 400.000 Rp. 800.000

3 Belanja Perjalanan Rp. 9.950.000

Transport (Jakarta - Yogja)

PP. Rp. 1.800.000

Uang saku 3 hari Rp. 5.350.000

4 Belanja Modal dan Fisik

Buku, jurnal, fotocopy, dll. Rp. 2.800.000

5 Pelaporan Rp. 6.000.000 Verifikasi data Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Pengolahan data Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Editing artikel 1 Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Editing artikel 2 Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000

(28)

28 C. Pelaksanaan Penelitian:

1. Proses Penulisan artikel pertama:

“Status dan Perkembangan Tafsir Maqasidi: Sebuah Kajian Epistemologis” Draft artikel yang pertama sudah ditulis sebenarnya sejak penulisan proposal, karena setidaknya peneliti sudah melakukan kajian literartur pertama. Untuk pendalaman dan pematangan pemahaman tentang tema yang diangkat di artikel pertama, peneliti juga melakukan pencarian referensi dan kajian literature ke dua, ditambah dengan pendalam pemahaman melalui FGD 1. Dari penggalian informasi melalui kajian literature dan FGD, peneliti memperoleh gambaran bahwa sejarah gagasan epistemologi tafsir maqasidi diwarnai dengan sejarah perkembangan gagasan maqasid syari´ah. Yang menarik dari proses ilmiah ini adalah cara operasional yang bersifat ijtihadi di satu sisi, dan di sisi lain pendasaran pada sumber agama, membuat produksi penententuan maqasid syari´ah berada dalam area tarik menarik tanpa henti dengan kecendrungan dan dominasi yang cukup panjang dari penentuan naqli atas akal. Padahal kemampuan cara kerja ini menunjukkan keterbatasan di sana sini, sehingga muncul anggapan bahwa cara kerja naqli ini memiliki ketidakmemadaian. Anggapan ketidakmadaian pendasaran secara naqli yang cenderung terbatas dan membatasi kemudian menjadi faktor pendorong perlunya memperluas area kerja akal untuk menjembatani dan menutupi kekurangan tersebut. Sebagai dampak dari fenomena tersebut, maqasid syari´ah mendapat pengaruh konsep masalih mursalah yang telah mendapat amunisi argumentasi di tangan pemikir seperti Shatibi di satu sisi, dan di sisi lain dari perkembangan dan tuntutan zaman itu sendiri dimana modernitas dan perkembangan Barat menjadi model baru cara bereksistensi manusia modern semakin memaksa sarjana Islam untuk merespon.

1. Pelaksanaan FGD 1

FGD 1 Status dan Perkembangan Tafsir Maqasidi: Sebuah Kajian Epistemologis Dasar Pemikiran

Pernahkah kita merasa terkejut oleh pertanyaan filosofis-kritis anak-anak? Misalnya, ketika seorang Bapak sedang mengendarai sepeda motor beserta anaknya lalu berhenti pada saat lampu merah. Sontak anak berpikir dan hendak mengajukan pertanyaan lantaran saking rasa ingin tahunya, “Pak, mengapa kita harus berhenti pada saat lampu merah?” Dengan tenang, Sang Bapak menjawab, “lampu merah yang nyala itu berarti tanda harus berhenti.” Dengan hitungan detik si anak bertanya,

Referensi

Dokumen terkait

That the lives of four of them would be enriched, rather than diminished, as she had feared, by leaving the city—the filthy, crowded, crime-ridden, but so-alive city (pp. Her

Bahan organik adalah sumber utama unsur hara di dalam tanah yang berperan penting dalam memperbiki kualitas tanah dan meningkatkan kondisi fisik, kimia dan biologi

The model developed in Islam Nusantara is an empirical form of Islamic values developed in Indonesia, as a result of interaction, contextualization, indigenization,

Dalam kondisi tingkat bagi hasil yang diterima bank menurun lebih cepat dari bagi hasil yang diterima bank menurun lebih cepat dari bagi hasil yang diterima pada nasabah,

Berdasarkan perbandingan skor dan perhitungan Z observasi dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, atau dengan kata lain mahasiswa S1 akuntansi reguler dan ekstensi

Pada jenis alat penukar kalor ini, fluida panas mengalir di dalam tube sedangkan fluida dingin mengalir di luar tube atau di dalam shell, karena kedua aliran fluida melintasi

Dalam staratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat, bahwa seseorang dalam masyarakat dapat memiliki beberapa kedudukan sekaligus, akan tetapi biasanya salah satu kedudukan itu

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap jawaban responden yang berasal dari pelatih bola basket di setiap klub yang ada di empat kabupaten/ kota sudah