PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP
EKUITAS MEREK PRODUK KRATINGDAENG
(Studi Pada Giant Sun City Sidoarjo)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh :
MUHAMMAD ISRAJZ 0412010187/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN
JAWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP
EKUITAS MEREK PRODUK KRATINGDAENG
(Studi Pada Giant Sun City Sidoarjo)
Yang diajukan
MUHAMMAD ISRAJZ 0412010187 / FE / EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Dwi Widayati, MM Tanggal : ...
Mengetahui, Ketua Jurusan
SKRIPSI
PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP
EKUITAS MEREK PRODUK KRATINGDAENG
(Studi Pada Giant Sun City Sidoarjo)
Yang diajukan MUHAMMAD ISRAJZ
0412010187 / FE / EM
Disetujui untuk ujian skripsi oleh :
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Dwi Widayati, MM Tanggal : ...
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr. Wb,
Syukur Alhamdulillah dan terima kasih kepada junjungan tertinggi, ALLAH SWT atas kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP EKUITAS MEREK PRODUK KRATINGDAENG (STUDI PADA GIANT SUN CITY SIDOARJO)”.
Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya baik secara materiil maupun moril kepada penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Dwi Widajati, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak dan Ibu serta Saudara-saudaraku tercinta yang sudah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta masukan-masukan bagi peneliti yang lain di masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 11
2.2.2. Kegiatan Pemasaran... 13
2.2.3. Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 16
2.2.3.1. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) ... 17
2.2.3.2. Kesadaran Merek (Brand Awareness) ... 20
2.2.3.3. Kesan Kualitas (Perceived Quality) ... 22
2.2.4. Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek ... 24
2.3. Kerangka Konseptual... 26
2.4. Hipotesis ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28
3.1.1. Definisi Operasional ... 28
3.1.2. Pengukuran Variabel... 30
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 31
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.3.1. Jenis Data ... 33
3.3.2. Sumber Data ... 33
3.3.3. pengumpulan Data ... 33
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 34
3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 34
3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat... 35
3.4.2.1. Uji Outlier Univariat... 35
3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat... 36
3.4.3. Uji Normalitas Data ... 36
3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)... 37
3.4.5. Uji Hipotesis ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden ... 42
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 43
4.2.1. Deskripsi Variabel Kegiatan Pemasaran ... 43
4.2.2. Deskripsi Variabel Ekuitas Merek ... 46
4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis... 49
4.3.1. Evaluasi atas Outlier ... 49
4.3.2. Uji Reliabilitas ... 50
4.3.3. Uji Validitas ... 52
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted... 53
4.3.5. Uji Normalitas ... 54
4.3.6. Deteksi Multicollinierity dan Singularity... 55
4.3.7. Structural Equation Modeling dan Pengujian Hipotesis. 55 4.3.7.1. Evaluasi Model One Step Approach to SEM... 55
4.3.7.2. Analisis Unidimensi First Order... 58
4.3.7.3. Analisis Unidimensi Second Order... 58
4.3.7.4. Uji Hipotesis Kausalitas ... 59
4.4. Pembahasan... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 61
5.2. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Data Penjualan Kratingdaeng di Indonesia tahun 2006-2008... 6
Tabel 1.2. Brand Value Kratingdaeng Periode tahun 2006-2008 ... 6
Tabel 1.3. Penjualan Produk Kratingdaeng di Giant Sun City Sidoarjo Periode September 2008-Februari 2009... 7
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices... 41
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasar Usia ... 42
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin ... 43
Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden Untuk Harga ... 43
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Distribusi ... 44
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Iklan ... 45
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Loyalitas Merek. ... 46
Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden Untuk Kesadaran Merek ... 47
Tabel 4.8. Hasil Jawaban Responden Untuk Kesan Kualitas ... 48
Tabel 4.9. Uji Outlier Multivariate... 50
Tabel 4.10. Reliabilitas Data... 51
Tabel 4.11. Validitas Data... 52
Tabel 4.12. Construct Reliability & Variance Extracted... 53
Tabel 4.13. Normalitas Data ... 54
Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Base Model... 56
Tabel 4.15. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi... 57
Tabel 4.16. Unidimensi First Order... 58
Tabel 4.17. Unidimensi Second Order Untuk Kegiatan Pemasaran... 58
Tabel 4.18. Unidimensi Second Order Untuk Ekuitas Merek ... 59
Tabel 4.19. Data Uji Kausalitas ... 59
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 27
Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural Base Model... 56
Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural Base Model Modifikasi... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Hasil Penyebaran Kuesioner
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Structural Equation Modeling
PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP
EKUITAS MEREK PRODUK KRATINGDAENG
(Studi Pada Giant Sun City Sidoarjo) Oleh :
MUHAMMAD ISRAJZ
Setiap usaha pemasaran diperkirakan akan secara positif berhubungan dengan ekuitas merek. Untuk menciptakan, mengelola dan memanfaatkan ekuitas merk, hubungan dari usaha-usaha pemasaran terhadap dimensi-dimensi dari ekuitas merek harus ditetapkan. Merek sangat variatif dalam pengaruh maupun ekuitasnya di pasaran, merek yang ampuh memiliki ekuitas merek yang tinggi. Merek akan diingat dengan asosiasi yang kuat, dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas, dan loyalitas merek akan terbangun melalui kegiatan-kegiatan pemasaran secara berkesinambungan dan terukur. Hasil penjualan produk Kratingdaeng di Indonesia menurut hasil riset AC Nielsen Indonesia tahun 2006-2008 dan Brand Value Kratingdaeng menurut Indonesian Best Brand mulai Tahun 2006-2008 mengalami penurunan. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek Produk Kratingdaeng (Studi pada Giant Sun City Sidoarjo).
Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada konsumen yang sedang melakukan pembelian Kratingdaeng di Giant Sun City Sidoarjo. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
yaitu berdasarkan kriteria pertimbangan tertentu yang dimiliki sampel dan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan yang sedang melakukan pembelian Kratingdaeng di Giant Sun City Sidoarjo, dengan menggunakan teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation
Modeling) diketahui bahwa kegiatan pemasaran berpengaruh terhadap ekuitas
merek.
Key word : Kegiatan Pemasaran, Ekuitas Merek
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan jaman yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi modern dan masuknya budaya dari negara-negara maju serta tingkat pendidikan yang semakin berkembang membawa perubahan-perubahan dalam gaya hidup masyarakat perkotaan maupun daerah pinggiran kota dalam memenuhi kebutuhannya. Pada masa krisis perekonomian seperti saat ini banyak pasar swalayan yang mengalami kerugian bahkan banyak pula yang gulung tikar karena tidak dapat bersaing maupun tidak dapat bertahan karena krisis ekonomi yang dialami Indonesia dewasa ini. Dengan adanya krisis ini menyebabkan dunia usaha menjadi arena persaingan yang semakin ketat untuk merebut konsumen. Untuk mendapatkan konsumen atau pelanggan, pihak pasar swalayan diharapkan dapat mempergunakan alat marketing mix dengan baik dalam menarik konsumen untuk mengambil keputusan dalam berbelanja.
Ekuitas sebuah merek dapat diciptakan, dikelola dan diperluas dengan memperkuat dimensi-dimensi sebuah ekuitas merek. Kegiatan pemasaran yang merupakan anteseden (pra kondisi) dari dimensi ekuitas merek mempunyai potensi untuk mempengaruhi ekuitas sebuah merek, kaerna hal itu mempresentasikan pengaruh dari akumulasi pemasaran dari sebuah merek. Pada penelitian ini, kegiatan pemasarn yang diteliti merupakan bagian dari bauran
2
pemasaran tradisional “4P”, antara lain: harga, citra toko, distribusi, dan promosi harga. (Yoo, et al, 2000).
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran. Salah satu konsep utama dalam pemasaran menurut Usahawan dalam Setiawan dan Afiff No.04 TH XXXVI April 2007 adalah melalui 4P yaitu: 1) Harga (price)
mengatakan harga adalah satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau pengunaan suatu barang atau jasa. 2) Citra toko (store image) bahwa toko yang memiliki citra baik lebih menarik perhatian dan lebih sering dikunjungi pelanggan potensial dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi serta menstimulasi komunikasi word of mouth yang aktif diantara pelanggan. 3) Distribusi
(distribution intensity) berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian produk kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. 4) Iklan (advertising
spending) adalah bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal berupa
presentasi dan promosi dari ide, barang atau jasa. 5) Promosi harga (price deal)
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Berapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.
3
kesenangan dan identitas. Akibatnya, konsumen selalu memberikan ”praduga baik” pada merek tersebut bukan pada merek lainnya. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek akan bersedia membayar lebih untuk merek tersebut, karena konsumen merasa sudah mendapatkan nilai atau value yang unik dalam merek tersebut sementara pada merek lain mereka tidak mendapatkannya.
Merek sangat variatif dalam pengaruh maupun ekuitasnya di pasaran, merek yang ampuh memiliki ekuitas merek yang tinggi. Merek akan berekuitas tinggi apabila memiliki loyalitas merek yang tinggi (brand loyalty), kesadaran merek (brand awareness), kesan kualitas (perceived quality), dan asosiasi-asosiasi merek
(brand assosiation. Merek dengan ekuitas merek yang tinggi adalah aset yang sangat berharga, ekuitas merek yang tinggi dapat memberikan perusahaan begitu banyak keunggulan bersaing. Merek yang kuat dapat memberikan kesadaran serta loyalitas merek konsumen yang tinggi.
4
kuat dapat memberikan kesadaran serta loyalitas merek konsumen yang tinggi. (Sumber: Usahawan No.04 TH XXXVI April 2007).
Menurut Yoo, et al. (2000) dalam Setiawan dan Afiff (2007:6), ekuitas dari sebuah merek dapat diciptakan, dikelola dan diperluas dengan memperkuat dimensi-dimensi sebuah ekuitas merek. Kegiatan pemasaran yang diukur melalui bauran pemasaran merupakan anteseden (prakondisi) dari dimensi ekuitas merek,mempunyai potensi untuk mempengaruhi ekuitas sebuah merek karena hal itu merepresentasikan pengaruh dari akumulasi investasi pemasaran terhadap merek.
Yoo, Donthu, dan Lee (2000) menyatakan bahwa untuk mengukur keberhasilan dari sebuah merek tidak dapat dilakukan tanpa mengukur performance dari kegiatan pemasaran. Merek akan diingat dengan asosiasi yang kuat, dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas, dan loyalitas pelanggan akan terbangun melalui kegiatan-kegiatan pemasaran secara berkesinambungan dan terukur. Pengukuran keberhasilan kegiatan pemasaran itu dapat dilakukan dengan mengukur nilai yang didapatkan perusahaan dan nilai yang didapatkan pelanggan. Nilai yang didapatkan perusahaan dapat dinilai dari perkembangan market share, ROI, dan pengukuran kinerja keuangan lainnya. Sedangkan untuk mengukur nilai yang didapatkan pelanggan dapat dilakukan dengan melihat persepsi pelanggan terhadap merek.
5
PT. Asia Sejahtera Perdana Pharmaceutical sebagai pihak untuk memasarkan produk dan distributor tunggal untuk penjualan Kratingdaeng. PT. Asia Sejahtera Perdana Pharmaceutical mempunyai banyak cabang besar yang tersebar di seluruh Indonesia, antara lain: Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang dan Bali. Dari masing-masing cabang perusahaan tersebut, distribusi pemasaran Kratingdaeng menyebar ke kota-kota kecil.
Salah satu pusat pembelanjaan yang menarik konsumen khususnya masyarakat Sidoarjo adalah Giant Sun City Sidoarjo. Sebagaimana pusat pembelanjaan dan pasar swalayan yang lain, Giant Sun City selalu berusaha agar tetap diminati oleh konsumen untuk melakukan repeat order ditempatnya.
Giant Sun City Sidoarjo merupakan pasar swalayan yang melakukan bisnis eceran dengan berhubungan langsung dengan konsumen akhir bertujuan untuk memenuhi kebutuhan total konsumen, yaitu tempat belanja terpadu yang menjual barang-barang dari barang kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang eksklusif serta menjual berbagai jenis barang dengan volume transaksi besar. Barang-barang tersebut beraneka ragam, dari Barang-barang kebutuhan dapur, perabot rumah tangga, perabot kamar tidur, perabot kamar mandi, kosmetik, aksesoris lain, pakaian, sepatu, tas dan sampai pada barang elektronik.
Berikut ini akan disajikan hasil penjualan produk Kratingdaeng di Indonesia menurut hasil riset AC Nielsen Indonesia tahun 2006-2008 dan Brand Value
6
Tabel 1.1
Data Penjualan Kratingdaeng di Indonesia Tahun 2006 -2008
Tahun Total Penjualan
(Dalam Botol)
Brand Value (BV) Kratingdaeng Periode Tahun 2006 -2008
Periode Brand Value
Tahun 2006
Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir dari tahun 2006 -2008, telah terjadi penurunan Brand Value (BV). Brand value
7
Berikut ini disajikan hasil penjualan produk Kratingdaeng di Giant Sun City Sidoarjo dalam 6 bulan terakhir, mulai September 2008 - Februaru 2009.
Tabel 1.3
Penjualan Produk Kratingdaeng Di Giant Sun City Sidoarjo Periode Sep 2008 - Feb 2009
Tahun Jumlah
Sumber : Giant Sun City Sidoarjo, Tahun 2009
Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui bahwa selama 6 bulan terakhir dari bulan September 2008 - Februari 2009 telah terjadi penurunan pada penjualan produk kratingdaeng di Giant Sun City Sidoarjo dari 431 botol menjadi 276 botol. (Sumber: Giant Sun City Sidoarjo, Tahun 2009).
8
Di dalam penelitian ini dimensi kegiatan pemasaran yang diambil antara lain harga, distribusi dan iklan. Dalam hal ini dimensi produk tidak diambil atau tidak ada karena diketahui bahwa Kratingdaeng merupakan produk yang sebagian besar orang telah mengenal Kratingdaeng dari segi kualitas, bentuk, rasa dan sebagainya sehingga peneliti ingin meneliti kegiatan pemasaran yang terdiri dari dimensi harga, distribusi dan iklan yang mempunyai pengaruh terhadap ekuitas merek Kratingdaeng. Di mana ke tiga dimensi tersebut mendorong terciptanya ekuitas merek.
Aaker (1997:7) mendefinisikan Ekuitas merek sebagai serangkaian asset dan kewajiban (Liabilitas) merek yang terkait dengan sebuah merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada pelanggan maupun perusahaan. Respon perilaku konsumen pada merek di gambarkan melalui persepsi, dan perilaku yang berhubungan dengan merek yang dipasarkan, timbal baliknya diharapkan konsumen dapat percaya terhadap merek. Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek Produk Kratingdaeng (Studi Pada Giant Sun City Sidoarjo)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, peneliti berkeinginan mengangkat permasalahan yang dianggap mendasar yaitu :
9
1.3 Tujuan Penelitihan
Dari latar belakang dan perumusan masalah dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh Kegiatan Pemasaran terhadap Ekuitas Merek produk Kratingdaeng..
1. 4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat antara lain : 1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengalaman secara praktik di bidang pemasaran khususnya mengenai teoritik tentang ekuitas merek dan keputusan pembelian.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang menjadikan pertimbangan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan ekuitas merek dan keputusan pembelian.
3. Bagi Universitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh :
1. Romi Setiawan dan Adi Zakaria Afiff (Usahawan, 2007) dengan judul “Analisis Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek Pada
Consumer-Convinience Goods”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan memahami pengaruh kegiatan pemasaran terhadap ekuitas merek. Metode penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan convenience sampling. Sampel yang digunakan adalah 780 responden. Jumlah responden tersebut berdasarkan asumsi SEM bahwa besarnya sampel yaitu 5-10 responden untuk setiap parameter, sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis
Structural Equation Models (SEM). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran berpengaruh positif terhadap ekuitas merek pada
consumer-convinience goods.
2. Rico Farisa, dkk (Jurnal Aplikasi Manajemen, 2003) dengan judul “analisis variabel marketing mix yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam pembelian susu bubuk formula bayi di Kota Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa ada tidaknya pengaruh produk, harga, distribusi dan promosi terhadap kepuasan konsumen dalam pembelian susu bubuk formula bayi di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan analisis
11
regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh produk, harga, distribusi dan promosi terhadap kepuasan konsumen dalam pembelian susu bubuk formula bayi di Kota Malang. Dalam hal ini wawancara dilakukan melalui telpon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk, harga, distribusi dan promosi secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, sedangkan secara parsial hanya harga dan promosi yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dalam pembelian susu bubuk formula bayi di Kota Malang.
Atas dasar penelitian terdahulu ini, maka dapat digunakan sebagai acuan penelitian untuk penelitian sekarang dengan menggunakan analisis Structural Equation Models (SEM) sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil pengujian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
12
a. Kotler (1997 : 8) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
b. Sedangkan Basu Swasta (1999 : 5) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencakup unsur pemasaran seperti merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta mendistribusikan barang dan jasa tersebut kepada konsumen yang membutuhkannya.
13
2.2.2. Kegiatan Pemasaran
Menurut Yoo, et al. (2000), ekuitas sebuah merek dapat diciptakan, dikelola dan diperluas dengan memperkuat dimensi-dimensi sebuah ekuitas merek. Kegiatan pemasaran yang merupakan anteseden (pra kondisi) dari dimensi ekuitas merek mempunyai potensi untuk mempengaruhi ekuitas sebuah merek, karena hal itu mempresentasikan pengaruh dari akumulasi pemasaran dari sebuah merek. Pada penelitian ini, kegiatan pemasaran yang diteliti merupakan bagian dari bauran pemasaran tradisional yang biasa disebut dengan “4P”, antara lain: harga, distribusi, iklan dan promosi harga. (Setiawan dan Afiff, Usahawan, 2007)
Rambat Lupiyoadi (2001 : 58) menyatakan bahwa bauran pemasaran
(marketing mix) merupakan tool atau alat bagi merketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan dengan sukses. Marketing mix pada produk barang yang kita kenal selama ini berbeda dengan marketing mix untuk produk jasa. Hal ini terkait dengan perbedaan karakteristik jasa dan barang.
Setiawan dan Afiff (Usahawan, 2007) menyatakan bahwa kegiatan pemasaran merupakan bagian dari bauran pemasaran yang terdiri dari :
1. Harga (Price)
14
atau jasa. Pengertian ini sejalan dengan konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran.
Banyak konsumen menggunakan harga sebagai sebuah indicator sebuah kualitas dari produk. Pemasar memahami bahwa konsumen sering secara aktif memproses informasi harga, menintepretasikan harga berddasarkan dari pengalaman pembelian sebelumnya. Konsumen sering membandingkan harga sebuah produk berdasar internal reference price (informasi harga dari pengalaman pribadi) atau sebuah external reference price. Contohnya harga yang digunakan oleh ritel (regular retail price) (Kotler dan Keller, 2006) Menurut Farisa (JAM; 2003), indikator yang digunakan untuk mengukur harga antara lain :
1. Harga sesuai dengan kualitas 2. Daftar harga (list price)
2. Distribusi (Distribution)
Menurut Lupiyoadi (2001:80) berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian produk kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi
15
Menurut Farisa (JAM; 2003), indikator yang digunakan untuk mengukur distribusi antara lain :
1. Lokasi
2. Ketersediaan produk 3. Transportasi
3. Iklan (Advertising Spending)
Advertising adalah bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal berupa presentasi dan promosi dari ide, barang atau jasa (Kotler dan Keller, 2006). Tujuan periklanan adalah tugas komunikasi yang spesifik dan tingkatan pencapaian yang akan diselesaikan dengan konsumen yang spesifik pada waktu tertentu, karenanya periklanan dapat mempengaruhi ekuitas merek dalam berbagai cara. Hal ini dapat menciptakan awareness dari merek dan peningkatan probabilitas bahwa merek dimasukkan ke dalam bentuk-bentuk yang dapat membangkitkan awareness konsumen. (Cobb-Walgren, Ruble, dan Donthu, 1995)
Menurut Farisa (JAM; 2003), indikator yang digunakan untuk mengukur iklan antara lain :
16
2.2.3. Ekuitas Merek (Brand Equity)
Definisi Ekuitas merek (brand equity) menurut Aaker (1996:8) menyebutkan bahwa “Brand Equity is a set of assets (and liabilities) linked to a brand’s name and symbol that adds to (or substract from) the value provided by a
product or service to a firm and or that firm’s customers”. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek adalah kekayaan (investasi jangka panjang) yang berhubungan dengan suatu nama merek dan simbol yang dapat menambah (atau mengurangi) suatu nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa bagi sebuah perusahaan dan atau konsumen.
Menurut Tandjung, J.W (2004:53) ekuitas merek (brand equity) yaitu kumpulan sesuatu yang berharga (asets) yang melekat pada merek serta kewajiban-kewajiban yang terjalin pada sebuah merek, nama, dan simbol yang dapat menambah atau mengurangi ”nilai” suatu produk”.
Menurut Durianto. D, dkk (2004:4) Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang tekait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan”.
Menurut Aaker (1991) dalam Setiawan dan Afiff (2007:5), bahwa ekuitas merek (brand equity) mempunyai beberapa dimensi utama antara lain:, loyalitas merek (brand loyalty), kesadaran merek (brand awareness), dan kesan kualitas
(perceived quality).
17
memberikan nilai tersendiri di mata pelanggannya. Aset yang dikandungnya dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi yang tekait dengan produk dan merek tersebut.
Menurut Durianto. D, dkk (2004:6) Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek
2.2.3.1. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Dalam konsep brand loyalty produsen hanya mengkonsentrasikan pada merek yang memiliki pelanggan yang loyal, Perusahaan tidak mengetahui siapa saja pelanggan mereka, manajemen perusahaan hanya mengetahui bahwa mereka memiliki pelanggan yang loyal. Sedangkan pada customer loyalty produsen memperlakukan pelanggan sebagai masing–masing individu yang berbeda-beda dan menjalin hubungan dengan pelanggan tersebut melalui konsep relationship marketing. Sebab dalam konsep customer loyalty pembelian ulang dari pelanggan yang telah ada dapat berpengaruh terhadap pelanggan baru.
Berikut ini beberapa definisi tentang loyalitas merek yang dikemukakan beberapa ahli pemasaran:
18
Menurut Chaudhuri dan Holbrook (2001:82): Loyalitas merek (brand
loyalty) adalah “Sebuah komitmen mendalam untuk membeli kembali atau
menjadi pelanggan tetap dari sebuah produk atau jasa yang disukai secara konsisten dimasa yang akan datang, dimana komitmen tersebut menyebabkan pembelian yang berulang terhadap merek yang sama, meskipun pengaruh-pengaruh situasional dan usaha-usaha pemasaran mempunyai kesanggupan atau kemungkinan untuk mengakibatkan perubahan perilaku”.
Menurut Durianto.D, dkk (2004:127): Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan “Suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek”.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Brand
loyalty merupakan inti ekuitas suatu merek karena saat konsumen mencapai
tahapan loyal pada merek tertentu maka dapat dipastikan mereka tidak akan mudah berpindah ke merek yang lain, karena Brand loyalty terkait lebih erat pada pengalaman menggunakan dan tidak bisa terjadi tanpa lebih dahulu melakukan pembelian. Brand loyalty juga mencerminkan seberapa jauh kecenderungan pelanggan untuk berganti ke merek lain, khususnya saat merek itu mengalami perubahan baik harga maupun ciri-ciri atau jasanya.
Menurut Durianto.D, dkk (2004:128-129) loyalitas merek mempunyai beberapa tingkatan, sebagai berikut:
a. Switcher (Berpindah-pindah)
19
lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut.
b. Habitual Buyer (Pembelian yang bersifat kebiasan)
Pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut.
c. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)
Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung biaya peralihan yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek.
d. Likes The Brand (Menyukai merek)
Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek.
e. Committed Buyer (pembeli yang komit)
20
satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain.
Menurut Setiawan dan Afiff (2007:10) bahwa model brand loyalty
mempunyai 3 indikator yang berupa variabel teramati (observed variable) yaitu: 1. Mempertimbangkan untuk setia terhadap sebuah merek
2. Merek tersebut menjadi pilihan utama
3. Lebih memilih merek tersebut daripada yang lain bila ada di sebuah toko.
2.2.3.2. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Kesadaran merek merupakan suatu penerimaan dari konsumen terhadap sebuah merek. Hal itu ditunjukkan dari kemampuan konsumen dalam mengingat dan mengenali kembali sebuah merek serta mengaitkan ke dalam kategori tertentu. Kesadaran merek sangatlah penting karena konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, nyaman. dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat dihandalkan.
Menurut Aaker (1997:90): “Kesadaran merek meliputi suatu proses mulai dari perasaan tidak menentu bahwa merek itu dikenal hingga keyakinan bahwa merek itu satu-satunya dalam kelas produk atau jasa tertentu”.
21
Menurut Tandjung, J.W (2004:54): Kesadaran merek adalah “Kemampuan pembeli potensial untuk mengenali atau mengingat sebuah merek untuk kategori produk tertentu”.
Menurut Durianto, dkk (2004:56) Peran kesadaran merek (brand awareness) terhadap brand equity dapat dipahami dengan membahas bagaimana
Brand awareness menciptakan suatu nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan paling sedikit dengan 4 cara:
1. Anchor to which other association can be attached (Jangkar yang jadi
centelan asosiasi-asosiasi merek)
Suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai, dimana rantai tersebut menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.
2. Familiarity-liking (keakraban/rasa suka)
Mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan rendah). Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan, kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan.
3. Commitment (komitmen)
22
maka brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen.
4. Brand to consider (memperhitungkan merek-merek)
Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang sudah dikenal sebagai pertimbangan merek mana yang akan dibeli. Merek yang memiliki top of mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi pula. Jika suatu merek tidak dapat tersimpan dalam ingatan, maka merek tersebut tidak dipertimbangkan dalam benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau bahkan merek yang dibenci.
Menurut Setiawan dan Afiff (2007:10) bahwa model brand awareness
mempunyai 6 indikator yang berupa variabel teramati (observed variable), tapi dalam penelitian ini hanya menggunakan 5 indikator yaitu:
1. Tahu bentuk fisik dari merek tersebut 2. Bisa mengenali merek tersebut 3. Mengetahui merek tersebut
4. Mengetahui karakteristik merek tersebut dengan cepat
5. Mampu mengingat dengan cepat logo atau simbol merek tersebut.
2.2.3.3. Kesan Kualitas (Perceived Quality)
23
pertimbangan sebelum akhirnya konsumen memilih membeli suatu produk tertentu. Merek-merek yang sudah terkenal akan mempermudah konsumen dalam menentukan pilihannya dengan catatan keunggulan dari merek tersebut benar-benar dapat diandalkan.
Setiawan dan Afiff (2007:5) didefisikan sebagai pelanggan terhadap keseluruhan prioritas atau superioritas dari sebuah produk produk atau jasa dibandingkan dengan alternative-alternatif yang relevan.
Menurut Yoo, et al. (2000) dalam Setiawan dan Afiff (2007:5) mendefinisikan perceived quality sebagai penilaian subyektif pelanggan tentang keseluruhan keunggulan atau superioritas produk.
Menurut Aaker (1997:24) mendefinisikan “Perceived quality sebagai persepsi secara keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan harapan pelanggan”.
Menurut Tandjung, J.W (2004:64) mendefinisikan “Perceived quality
sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas secara keseluruhan dari sebuah produk atau jasa”.
Menurut Durianto, dkk (2004:96): Definisi “Perceived quality sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan”.
Menurut Setiawan dan Afiff (2007:10) bahwa model perceived quality
24
1. Merek tersebut mempunyai kualitas yang tinggi 2. Nilai fungsional merek tersebut sangat tinggi 3. Merek tersebut sangat dipercaya
2.2.4. Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek
Menurut Yoo, Donthu, dan Lee (2000) dalam Setiawan dan Afiff (2007:4) bahwa untuk mengukur keberhasilan dari sebuah merek tidak dapat dilakukan tanpa mengukur performance dari kegiatan pemasaran. Merek akan diingat dengan asosiasi yang kuat, dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas, dan loyalitas pelanggan akan terbangun melalui kegiatan-kegiatan pemasaran yang di ukur dari bauran pemasaran secara berkesinambungan dan terukur. Pengukuran keberhasilan kegiatan pemasaran itu dapat dilakukan dengan mengukur nilai yang didapatkan perusahaan dan nilai yang didapatkan pelanggan. Sedangkan untuk mengukur nilai yang didapatkan pelanggan dapat dilakukan dengan melihat persepsi pelanggan terhadap merek.
25
Menurut Yoo, Donthu dan Lee (2000) dalam Setiawan dan Afiff (2007:5) bahwa Ekuitas merek terdiri 4 dimensi: 1) loyalitas merek (brand loyalty) mendefinisikan bahwa loyalitas merek merupakankomitmen secara kuat dipegang untuk kembali membeli atau berlangganan sebuah barang atau jasa secara konsisten dimasa datang, 2) kesadaran merek (brand awareness) mendefinisikan bahwa dimana merek yang telah diketahui pelanggan akan diasosiasikan sesuai dengan yang dicitrakan pelanggan terhadap merek, 3) kesan kualitas (perceived quality) mendefinisikan perceived quality sebagai penilaian subyektif pelanggan tentang keseluruhan keunggulan produk, 4) asosiasi-asosiasi merek (brand assosiation) mendefinisikan secara positif berhubungan dengan ekuitas merek karena mereka dapat menjadi isyarat dari kualitas dan komitmen membantu pelanggan menentukan pilihan dimana dipastikan melalui prilaku menyenangkan terhadap merek. (Sumber: Usahawan No.04 TH XXXVI April 2007).
26
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Tersebut Daripada
Merek Lain Mengingat Logo Atau
Simbol Merek Tersebut
(Y2.2)
Merek Tersebut Mempunyai Kualitas
Yang Tinggi (Y3.1) Merek Tersebut Sangat
27
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah :
1. Kegiatan Pemasaran (X)
Kegiatan pemasaran adalah tool atau alat bagi marketer yang terdiri dari
berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan
dengan sukses. Menurut Romi Setiawan dan Adi Zakaria Afiff (Usahawan, 2007)
dimensi dan indikator kegiatan pemasaran sebagai berikut :
X1 Harga, merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang Dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau pengunaan suatu barang atau jasa (Tjiptono,
2002:151). Harga diukur oleh 2 indikator (Farisa, JAM; 2003) yaitu:
X1.1 Harga sesuai kualitas
Harga Kratingdaeng yang dijual sesuai dengan kualitas.
X1.2 Daftar harga
Produk Kratingdaeng yang dijual memiliki daftar harga yang
murah.
29
X2 Distribusi, berhubungan dengan cara penyampaian produk pada konsumen dan penempatan lokasi yang strategis. Distribusi diukur oleh
2 indikator (Farisa, JAM; 2003) yaitu :
X2.1 Lokasi
Kratingdaeng yang dijual lokasinya menyebar dan mudah di
dapatkan.
X2.2 Ketersediaan produk
Kratingdaeng yang dijual selalu tersedia persediaannya.
X3 Iklan adalah bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal berupa presentasi dan promosi dari ide, barang atau jasa. Iklan diukur oleh
2 indikator (Farisa, JAM; 2003) yaitu :
X3.1 TV
Iklan Kratingdaeng yang ditampilkan melalui media elektronik
televisi
X3.2 Majalah
Iklan Kratingdaeng yang ditampilkan melalui majalah-majalah
dengan tampilan menarik.
2. Ekuitas merek (Y) merupakan kumpulan sesuatu yang berharga (aset) yang melekat pada merek serta kewajiban-kewajiban yang terjalin pada sebuah
merek, nama, dan simbol yang dapat menambah atau mengurangi ”nilai” suatu
produk”. (Tandjung, 2004:53).
30
Ekuitas merek dibentuk oleh 3 dimensi (Setiawan dan Afiff (2007:5) antara
lain :
Y1 Loyalitas merek adalah sebuah komitmen yang secara kuat dipegang
pelanggan untuk kembali membeli dan terus berlangganan sebuah
barang atau jasa secara konsisten dimasa yang akan datang. Loyalitas
merek dibentuk oleh 2 indikator (Setiawan dan Afiff, 2007:10) yaitu :
Y1.1 Kratingdaeng tersebut akan menjadi pilihan pertama
Y1.2 Lebih memilih Kratingdaeng daripada merek yang lain
Y2 Kesadaran merekkesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali,
mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori
produk tertentu. Kesadaran merek dibentuk oleh 2 indikator (Setiawan
dan Afiff, 2007:10) yaitu:
Y2.1 Mengetahui karaktersitik Kratingdaeng dengan cepat
Y2.2 Dengan cepat mengingat logo atau simbol Kratingdaeng
Y3 Kesan kualitas penilaian subyektif pelanggan tentang keseluruhan
keunggulan atau superioritas produk. Kesan kualitas dibentuk oleh 2
indikator (Setiawan dan Afiff, 2007:5) yaitu:
Y3.1 Kratingdaeng mempunyai kualitas yang tinggi
Y3.2 Merek Kratingdaeng sangat dipercaya
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik
pengukuran menggunakan semantic differential scale, merupakan metode
31
pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang
menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang ekstrim. Teknik ini
dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang
serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk
nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian
ini mengikuti pola sebagai berikut :
1 7
Buruk Baik
Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor
yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada kotak yang tersedia di
sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.
Jawaban dengan nilai antara 1-4 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan
pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 5-7 berarti
cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan yang sedang melakukan
pembelian Kratingdaeng di Giant Sun City Sidoarjo.
b. Sampel
32
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2008:80). Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik non probability sampling tepatnya purposive sampling yaitu
pemilihan sampel berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu. (Sugiyono,
1999:78). Kriteria yang dijadikan sampel adalah pelanggan yang sedang
melakukan pembelian Kratingdaeng di Giant Sun City Sidoarjo, pria atau
wanita dewasa minimal 17 tahun dan mengerti mengenai apa yang ditanyakan
peneliti, pernah mengkonsumsi Kratingdaeng sebelumnya.
Pengambilan sampel berpedoman pada pernyataan Zainuddin (1998:100)
besarnya sampel yang diharapkan dapat mewakili populasi yang ideal untuk
penelitian, dapat dijelaskan sebagai berikut:
n = Z ² PQ
d ²
Keterangan :
n = Jumlah sampel
P = Estimator proporsi populasi (0,5)
Q = 1 - P
d = Penyimpangan yang ditolerir (0,10)
Z = Harga standar normal dari tabel distribusi normal (1,976)
Jadi perhitungannya :
n = (1,976)² (0,5) (0,5) = 100 responden
(0,10)²
33
Pengambilan sampel didasari oleh asumsi SEM bahwa ukuran sampel minimal
100 responden atau tergantung jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi (12 × 9 parameter = 108
responden). Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
sebesar 108 responden. Hal ini dilakukan agar dapat memenuhi persyaratan jumlah minimal sampel yang dikehendaki oleh alat analisis kuantitatif yang
ditetapkan
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu
jenis yang diperoleh dengan jalan penyebaran kuisioner secara langsung pada
pelanggan yang sedang melakukan pembelian Kratingdaeng di Giant Sun City
Sidoarjo untuk mengetahui pendapat mereka secara langsung.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari
pelanggan yang sedang melakukan pembelian Kratingdaeng di Giant Sun City
Sidoarjo.
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu
kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :
34
a. Kuesioner
yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang dibagikan kepada para responden.
b. Interview
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan wawancara secara
langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat mereka secara
langsung.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas
Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar
pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan
sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yang
merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur.
Uji validitas diukur ditafsirkan dengan menggunakan Item to Total
Correlation, jika nilai r > 0,5 maka indikator valid, dan jika nilai r < 0,5 maka
indikator tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Jika nilai
alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan suatu hasil
35
pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih,
dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan. (Augusty, 2002 : 193)
3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat
Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik
secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi
karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari
observasi-observasi lainnya (Augusty, 2002 : 52).
3.4.2.1. Uji Outlier Univariat
Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan
menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara
mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut
dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar
satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),
maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk
sampel besar (diatas 80 observasi), pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas
dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam
Augusty, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang
memiliki z-score > 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.
36
3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat
Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data
yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi
observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak
Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan
menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah
ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan
kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat
dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah
item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih
besar dari nilai χ2Tabel adalah Outlier Multivariat.
3.4.3. Uji Normalitas Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari
Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :
Kriteria Pengujian :
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah :
1. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka distribusi
adalah tidak normal.
2. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka distribusi
adalah normal.
37
3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)
Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari
Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau Model
Pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor
berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model
mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara
faktor. (Augusty, 2002 : 34)
Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini
yang perlu dilakukan :
a. Pengembangan model berbasis teori.
Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau
pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.
Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM.
b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.
Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama
akan digambarkan dalam path diagram. Path diagram tersebut memudahkan
peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.
c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.
Setelah teori / model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram
alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian persamaan.
d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.
Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input data
yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM hanya
38
menggunakan matriks varians kovarians atau matriks korelasi sebagai data
input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya.
e. Menilai Problem Identifikasi.
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai
ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan
estimasi yang unik.
Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :
1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.
2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya
disajikan.
3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat
(misalnya lebih dari 0,9).
f. Evaluasi Model.
Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap bebagai
kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :
1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan dengan
perbandingan 5 observasi untuk setiap estimated parameter.
2. Normalitas dan Linieritas.
3. Outliers.
4. Multicolinierity and Singularity.
39
3.4.5. Uji Hipotesis
Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fit index yang digunakan
untuk mengukur derajad kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data
yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk
digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.
a. χ2 (Chi Square Statistic).
Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood
ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau
memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ2
semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off
value sebesar ρ > 0,05 atau ρ > 0,10.
b. RMSEA(The Root Mean Square Error of Approximation)
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi
chi-squre statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA
yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat
diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu
berdasarkan degree of freedom.
c. GFI(Goodness of Fit Index).
Indeks keseusaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari
varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks
populasi yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang
40
mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit).
Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit.
d. AGFI(Adjusted Goodness-of-Fit Index).
GFI adalah analog dari R2 dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien
yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan
yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau
lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang
memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks
kovarians sampel.
e. CMIN/DF.
The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of
freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan
oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya
sebuah model. Nilai χ2 relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari
3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
f. TLI (Tucker Lewis Indeks)
TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan
sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang
direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan > 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very
good fit.
g. CFI(Comparative Fit Index).
41
Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana
semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a
very good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95.
Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices GOODNESS
OF FIT INDEX
KETERANGAN CUT-OFF
VALUE
X2 – Chi-square
Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample [apakah model sesuai dengan data].
Diharapakan Kecil, 1 s.d 5, atau paling baik
diantara 1 dan 2. Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks
covariance data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square
pada Sampel.
≤ 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang dijelasakan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda]
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan dalam DF. ≥ 0,90
CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model. ≤ 2,00
TLI Pembandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model.
≥ 0.95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitif tehadap besarnya sample dan kerumitan model
≥ 0,94
Sumber : Hair. et. al. (1998)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang
sedang melakukan pembelian Kratingdaeng di Giant Sun City Sidoarjo.
pria atau wanita dewasa (minimal 17 tahun), pernah mengkonsumsi
kratingdaeng sebelumnya serta bersedia mengisi kuesioner yang diberikan
oleh peneliti.
1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 108 orang
responden diperoleh gambaran berdasar usia adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasar Usia
No Usia Jumlah Prosentase (%)
1 17 – 25 th 53 49,1
2 26 – 40 th 39 36,1
3 > 40 th 16 14,8
Total 108 100,00
Sumber : Hasil penyebaran kuesioner
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia antara 17
sampai 25 tahun yaitu sebanyak 53 orang atau sebesar 49,1 %,
responden berusia 26 sampai 40 tahun sebanyak 39 orang atau sebesar
36,1 % dan sisa responden berusia antara lebih dari 40 tahun sebanyak
16 orang atau sebesar 14,8 %.
43
2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 108 orang
responden diperoleh gambaran berdasar jenis kelamin adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Prosentase (%)
1 Pria 91 84,3
2 Wanita 17 15,7
Total 108 100,00
Sumber : Hasil penyebaran kuesioner
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin pria sebanyak
91 orang atau sebesar 84,3 %, sedangkan yang berjenis kelamin
wanita yaitu sebanyak 17 orang atau sebesar 15,7 %.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Variabel Kegiatan Pemasaran (X)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
responden yang sedang melakukan pembelian Kratingdaeng di Giant Sun
City Sidoarjo berjumlah 108 orang diperoleh jawaban sebagai berikut :
Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Harga(X1)
Skor Jawaban
No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total
0 0 2 25 48 28 5 108
1 Harga Kratingdaeng
sesuai dengan
kualitasnya. 0
%
2 Produk Kratingdaeng yang dijual memiliki daftar harga yang
murah bagi Anda. % 0 % 0 3,7 % 21,3 % 45,4 % 26,9 % 2,8 % 100 %
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2
44
Indikator pertama dari harga yaitu harga sesuai kualitas,
mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden
sebanyak 48 orang atau 44,4%. Artinya, sebagian besar responden
menyatakan bahwa harga Kratingdaeng sesuai kualitas yaitu sebanyak 48
orang atau 44,4%. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan
jumlah responden 28 orang atau 25,9%. Dan terbanyak ketiga terdapat
pada skor 4 dengan jumlah responden 25 orang atau 23,1%.
Indikator kedua dari harga yaitu daftar harga, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 49 orang atau
45,4%. Artinya, sebagian besar responden menyatakan bahwa
Kratingdaeng sering memberikan potongan harga yaitu sebanyak 49 orang
atau 45,4%. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan
jumlah responden 29 orang atau 26,9%. Dan terbanyak ketiga terdapat
pada skor 4 dengan jumlah responden 23 orang atau 21,3%.
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Distribusi(X2)
Skor Jawaban
No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total
0 0 8 23 42 27 8 108
1 Produk Kratingdaeng yang dijual mudah didapatkan karena
2 Produk Kratingdaeng sering tersedia/ada pada saat anda mau
membelinya 0
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2
Indikator pertama dari distribusi yaitu lokasi, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 42 orang atau
38,9 %. Artinya, sebagian besar responden menyatakan bahwa produk
45
Kratingdaeng yang dijual lebih banyak dari produk sejenis lainnya yaitu
sebanyak 42 orang atau 38,93%. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada
skor 6 dengan jumlah responden 27 orang atau 25%. Dan terbanyak ketiga
terdapat pada skor 4 dengan jumlah responden 23 orang atau 21,3 %.
Indikator kedua dari distribusi yaitu ketersediaan produk,
mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden
sebanyak 49 orang atau 45,4%. Artinya, sebagian besar responden
menyatakan bahwa Kratingdaeng sering ada di saat dibutuhkan yaitu
sebanyak 49 orang atau 45,4%. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada
skor 4 dengan jumlah responden 27 orang atau 27,7%. Dan terbanyak
ketiga terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden 19 orang atau 17,6 %
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden untuk Iklan(X3)
Skor Jawaban
No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total
0 0 7 29 46 26 0 108
1 Iklan Kratingdaeng
sering ditayangkan di
TV. 0
2 Iklan Kratingdaeng
sering ditampilkan di
Majalah. 0
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2
Indikator pertama dari iklan yaitu iklan melalui TV, mendapat
respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 46 orang
atau 42,6%. Artinya, sebagian besar responden menyatakan bahwa
Kratingdaeng sering ditayangkan di TV yaitu sebanyak 46 orang atau
42,6%. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah
responden 29 orang atau 26,9%. Dan terbanyak ketiga terdapat pada skor 6
dengan jumlah responden 26 orang atau 24,1%.
46
Indikator kedua dari iklan yaitu iklan melalui majalah, mendapat
respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 51orang
atau 47,2 %. Artinya, sebagian besar responden menyatakan behwa
Kratingdaeng sering ditampilkan melalui majalah yaitu sebanyak 51 orang
atau 47,2 %. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan
jumlah responden 30 orang atau 27,8 %. Dan terbanyak ketiga terdapat
pada skor 4 dengan jumlah responden 20 orang atau 18,5%.
4.2.2. Deskripsi Variabel Ekuitas Merek (Y)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
responden yang sedang melakukan pembelian Kratingdaeng di Giant Sun
City Sidoarjo berjumlah 108 orang diperoleh jawaban sebagai berikut :
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden untuk Loyalitas Merek (Y1)
Skor Jawaban
No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total energi yang menjadi pilihan Anda.
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2
Indikator pertama dari loyalitas merek yaitu Kratingdaeng
tersebut akan menjadi pilihan pertama, mendapat respon terbanyak pada
skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 34 orang atau 31,5 %. Artinya,
sebagian besar responden menyatakan sering membeli Kratingdaeng
karena merupakan pilihan utama minuman berenergi dengan jawaban
47
sebanyak 34 orang atau 31,5%. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada
skor 5 dengan jumlah responden 33 orang atau 30,6%. Dan terbanyak
ketiga terdapat pada skor 4 dengan jumlah responden 20 orang atau 18,5%.
Indikator kedua dari loyalitas merek yaitu lebih memilih
Kratingdaeng daripada merek yang lain, mendapat respon terbanyak pada
skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 40 orang atau 37%. Artinya,
sebagian besar responden menyatakan sering membeli Kratingdaeng dari
pada produk sejenis lainnya dengan jawaban sebanyak 40 orang atau 37%.
Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden
28 orang atau 25,9%. Dan terbanyak ketiga terdapat pada skor 4 dengan
jumlah responden 26 orang atau 24,1%.
Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden untuk Kesadaran Merek(Y2)
Skor Jawaban
No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total aroma yang khas dari produk Kratingdaeng. logo atau simbol yang ada pada produk minuman berenergi
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2
Indikator pertama dari kesadaran merek yaitu mengetahui
karaktersitik Kratingdaeng dengan cepat, mendapat respon terbanyak pada
skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 42 orang atau 38,9%. Artinya,
sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka dengan cepat
mengetahui aroma khas Kratingdaeng dengan jawaban sebanyak 42 orang
atau 38,9%. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan
48
jumlah responden 28 orang atau 25,9%. Dan terbanyak ketiga terdapat
pada skor 4 dengan jumlah responden 20 orang atau 18,5%.
Indikator kedua dari kesadaran merek yaitu dengan cepat
mengingat logo atau simbol Kratingdaeng, mendapat respon terbanyak
pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 43 orang atau 39,8%.
Artinya, sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka dengan
cepat mengingat logo/simbol Kratingdaeng dengan jawaban sebanyak 43
orang atau 39,8%. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 4 dengan
jumlah responden 31 orang atau 28,7%. Dan terbanyak ketiga terdapat
pada skor 6 dengan jumlah responden 27 orang atau 25%. Artinya,
responden yang menjawab netral sebanyak 20 orang atau 17,9 %.
Tabel 4.8. Hasil Jawaban Responden untuk Kesan Kualitas(Y3)
Skor Jawaban
No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total
2 Anda percaya dengan produk kratingdaeng,
Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2
Indikator pertama dari kesan kualitas yaitu Kratingdaeng
mempunyai kualitas yang tinggi, mendapat respon terbanyak pada skor 5
dengan jumlah responden sebanyak 46 orang atau 42,6%. Artinya,
sebagian besar responden menyatakan bahwa Kratingdaeng adalah
minuman energi berkualitas dengan jawaban sebanyak 46 orang atau
42,6%. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah