• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan media pembelajaran, strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual, dan pengelolaan kelas terhadap prestasi belajar ekonomi siswa : studi kasus siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan media pembelajaran, strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual, dan pengelolaan kelas terhadap prestasi belajar ekonomi siswa : studi kasus siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010."

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN, STRATEGI MENGAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL, DAN PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI

SISWA

Studi Kasus: Siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

Filipus Cukup Santoso Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran, Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual, dan Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Studi Kasus pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 5 Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian adalah Siswa Kelas XII IPS SMA N 5 Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian adalah 94 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah pengujian statistik non parametrik (Chi Square/Chi Kuadrat).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh antara media pembelajaran dengan prestasi belajar ekonomi siswa (χ2hitung = 1.013 < χ2tabel =

3.84); (2) tidak ada pengaruh antara strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual dengan prestasi belajar ekonomi siswa (χ2hitung = 0.239 < χ2tabel =

3.84); (3) tidak ada pengaruh antara pengelolaan kelas dengan prestasi belajar ekonomi siswa (χ2

(2)

ix

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE USE OF LEARNING MEDIA, LEARNING STRATEGY WITH CONTEXTUAL APPROACH, AND CLASS MANAGEMENT TOWARDS STUDENTS’ ECONOMY LEARNING

ACHIEVEMENT

A Case Study : The Twelfth Grade Students of Social Sciences in the Departement of 5 State Senior High School Yogyakarta

Filipus Cukup Santoso Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

This research aims to observe the influence of the use of learning media, learning strategy with contextual approach, and class management towards students’ economy learning achievement on the twelfth grade Students of Social Sciences in the Departement of 5 State Senior High School Yogyakarta.

This research is a case study research. The technique of gathering the sample was the technique of purposive sampling. The research subjects are the twelfth grade of students Social Sciences the Departement of 5 State Senior High School Yogyakarta. The samples are 94 students. The methods of data gathering are questionnaire and interview. The analysis technique is the assessment of non parametric statistical (Chi Square).

The research result indicates: (1) there isn’t any influence between the learning media and the students’ economy learning achievement ( X2count= 1. 013 < X2table = 3.84); (2) there isn’t any influence between the learning strategy with

contextual approach and the students’ economy learning achievement ( X2count = 0.239 < X2table = 3.84); there isn’t any influence between the class management

and the students’ economy learning achievement ( X2count = 0.272 < X2table =

(3)

i

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN, STRATEGI MENGAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL, DAN PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI

SISWA

Studi Kasus: Siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

FILIPUS CUKUP SANTOSO NIM: 051334010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kagem Pak Yadi kaliyan Bu Mamik

Saudaraku tersayang mas Agung dan mas Bagus

Seluruh Pahlawan yang gugur dalam perjuangan

(7)

v

MOTO

Aku bisa jika aku yakin aku bisa

Go To Where Your Hearts Brings

Talk Less Do More

Hidup adalah Pilihan, ambil pilihan dan

bertanggung jawablah atas pilihanmu

Bentangan layar-lah yang kita atur dan

bukannya arah angin yang menentukan arah

kita

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN, STRATEGI MENGAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL, DAN PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI

SISWA

Studi Kasus: Siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

Filipus Cukup Santoso Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran, Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual, dan Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Studi Kasus pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 5 Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian adalah Siswa Kelas XII IPS SMA N 5 Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian adalah 94 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah pengujian statistik non parametrik (Chi Square/Chi Kuadrat).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh antara media pembelajaran dengan prestasi belajar ekonomi siswa (χ2hitung = 1.013 < χ2tabel =

3.84); (2) tidak ada pengaruh antara strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual dengan prestasi belajar ekonomi siswa (χ2hitung = 0.239 < χ2tabel =

3.84); (3) tidak ada pengaruh antara pengelolaan kelas dengan prestasi belajar ekonomi siswa (χ2

(11)

ix

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE USE OF LEARNING MEDIA, LEARNING STRATEGY WITH CONTEXTUAL APPROACH, AND CLASS MANAGEMENT TOWARDS STUDENTS’ ECONOMY LEARNING

ACHIEVEMENT

A Case Study : The Twelfth Grade Students of Social Sciences in the Departement of 5 State Senior High School Yogyakarta

Filipus Cukup Santoso Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

This research aims to observe the influence of the use of learning media, learning strategy with contextual approach, and class management towards students’ economy learning achievement on the twelfth grade Students of Social Sciences in the Departement of 5 State Senior High School Yogyakarta.

This research is a case study research. The technique of gathering the sample was the technique of purposive sampling. The research subjects are the twelfth grade of students Social Sciences the Departement of 5 State Senior High School Yogyakarta. The samples are 94 students. The methods of data gathering are questionnaire and interview. The analysis technique is the assessment of non parametric statistical (Chi Square).

The research result indicates: (1) there isn’t any influence between the learning media and the students’ economy learning achievement ( X2count= 1. 013 < X2table = 3.84); (2) there isn’t any influence between the learning strategy with

contextual approach and the students’ economy learning achievement ( X2count = 0.239 < X2table = 3.84); there isn’t any influence between the class management

and the students’ economy learning achievement ( X2count = 0.272 < X2table =

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN, STRATEGI MENGAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL, DAN PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA.”

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis di Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

6. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

7. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini; 8. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

(13)

xi

9. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;

10. Bapak Drs. Munjid Nur Alamsyah selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

11. Ibu Dra. Sumiartinah dan Ibu Dra Retno Sugiharti selaku guru pengampu bidang studi ekonomi SMA 5 Yogyakarta yang sudah berkenan memberikan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian;

12. Staf pengajar dan tenaga administrasi SMA Negeri 5 Yogyakarta yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;

13. Salam dan ucapan banyak terimakasih kepada Bapak Matheus Sujadi dan Ibu Rosalia Mamik S atas segala doa, cinta, kasih sayang, kesabaran, nasehat dan segala bentuk dukungan pada penulis;

14. Saudara-saudaraku tersayang: mas Agung, mas bagus dan mba sari yang selalu memberiku kasih sayang, kesabaran, kepercayaan, nasihat, dan dukungan doa dan materi;

15. ’Dek Natalia Niken Krisnawati yang menjadi motivasiku, semangat dan salah satu tujuanku untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kasih sayang yang tulus, kesabaran, perhatian, segala bantuan, dan dukungan doanya (aku wis lulus nduk);

16. Keluarga Ibu Anastasia Painten sekeluarga yang telah memberikan dukungan doa selama menyusun skripsi;

17. Seluruh Keluargaku di kaliwungu Mbah Giman kakung dan Putri, Kel Mbah Gono, Mamah sekeluarga untuk semua nasehat dan dukungan kepada Penulis;

18. (Alm) Mbah Mardi Kakung, (Alm) Bude Suti, (Alm) Mbah Denok yang selalu mendoakan ku dari Surga:

(14)

xii

20. Adek-adek sepupuku apin ”hoho”, Vian, Qiuntan, Eta, Agri untuk segala dukungan dan penghiburannya...;

21. Teman-teman Staf PPKM 1 Rm Kun, Rm In, Bu dewi, Mb Tata, Agnes, Agung, Simbah, Dias, David, Tere, Mas Ab, Andri, Hedwig, Via, atas motivasi, nasihat, dan dukungan doanya (cepet Lulus Yo....) tetap rendah hati Luar Biasa;

22. Staf P4 Pak Sento, Bu Prapti, Mba Sari, Mba Yusta, Agus, Noel, Dito terima kasih untuk pengalaman yang tak terlupakan bersama kalian semua;

23. Sr Ana,Mba Reta, Indah, Mbak Kur, Pipi, Tithe, Candra, Leni, Asih, Agnez ”Cempe”, Bangkit, Iwak, Ertyn, Rini, Mas Eka, Mas Kris, Riri, Heni, Ima, Singgih, Feri, Wulan, Tri, Indah, Yuni, Tosu, Lisa ”Pakem”, Eka Fransiska, Katarina, Tya, Whilda, Mas Adi, Boim, Galuh, Coppy, Lusi, Andri, Vita, dan semua teman angkatan 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan selama kurang lebih empat tahun di kampus tercinta, Universitas Sanata Dharma. Hadiah terindah yang penulis terima saat berkenalan, berteman, bersahabat, berbagi, dan memperoleh kenangan indah bersama kalian;

24. Terimakasih untuk Keluarga Pak Purwanto sudah diijinkan menginap 4 tahun lebih di wuluh 14 kamar 1;

25. Temen-Temen Kos Wuluh 14 Mupet, Krisna, Doni, Yoga, Mas Cahyo terimakasih untuk dukunganannya serta pinjeman baju dan sepatunya ; 26. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

(15)

xiii

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis,

(16)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Media Pembelajaran ... 8

B. Strategi Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual ... 15

C. Pengelolaan Kelas ... 29

D. Prestasi Belajar ... 37

E. Kerangka Berfikir ... 38

(17)

xv

2. Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual terhadap

Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 39

3. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 40

F. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 42

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 43

1. Populasi ...43

2. Sampel ...43

3. Teknik Penarikan Sampel ...43

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 44

1. Variabel Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa...44

2. Variabel Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual... 46

3. Variabel Pengelolaan Kelas ...48

4. Variabel Prestasi Belajar ...50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 51

1. Pengujian Validitas ...51

2. Pengujian Reliabilitas ...54

H. Teknik Analisis Data ... 56

1.Pengujian Prasyarat Analisis ...56

a. Pengujian Normalitas ... 56

(18)

xvi

2. Pengujian Hipotesis ...57

a. Perumusan Hipotesis ... 57

b. Pengujian Hipotesis... 58

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 61

A. Tujuan Satuan Pendidikan SMA 5 Yogyakarta ... 61

B. Sistem Pendidikan SMA 5 Yogyakarta ... 63

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA 5 Yogyakarta ... 65

D. Organisasi Sekolah ... 70

E. Sumber Daya Manusia ... 75

F. Data PPDB ... 77

G. Data Jumlah Siswa... 77

H. Data Hasil Ujian ... 77

I. Data Kenaikan Kelas ... 78

J. Susunan Organisasi Sekolah ... 78

K. Komite Sekolah ... 78

L. Kondisi Sekolah ... 80

M. Target Peningkatan Mutu ... 81

N. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 83

O. Hubungan Sekolah dengan Instansi Lain ... 86

P. Usaha Peningkatan Kualitas Pendidikan Lulusan ... 87

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 90

A. Deskripsi Data ... 90

B. Analisis Data ... 94

1. Pengujian Prasyarat Analisis ... 94

a. Pengujian Normalitas ... 94

b. Pengujian Linieritas ... 95

2. Pengujian Hipotesis ... 97

a. Hipotesis 1 ... 97

b. Hipotesis 2 ... 100

(19)

xvii

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105

1. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 105

2. Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 107

3. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 111

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Keterbatasan ... 115

C. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Pengaruh Penggunan Media

Pembelajaran ... 45

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual ... 47

Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Pengaruh Pengelolaan Kelas ... 49

Tabel 3.4. Skoring Berdasarkan Likert ... 50

Tabel 3.5. Rangkuman Uji Validitas Penggunaan Media Pembelajaran 52 Tabel 3.6. Rangkuman Uji Validitas Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual ... 53

Tabel 3.7. Rangkuman Uji Validitas Penggunaan Pengelolaan Kelas ... 54

Tabel 3.8. Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen... 55

Tabel 3.9. Pedoman Intrepetasi Pengaruh Antar Variabel ... 60

Tabel 4.1. Kriteria Ketuntasan Minimal... 69

Tabel 5.1. Sebaran Responden Penelitian ... 90

Tabel 5.2. Deskripsi Variabel Media Pembelajaran ... 91

Tabel 5.3. Deskripsi Variabel Strategi Menngajar dengan Pendekatan Kontekstual ... 92

Tabel 5.4. Deskripsi Variabel Pengelolaan Kelas ... 92

Tabel 5.5. Variabel Prestasi Belajar ... 93

Tabel 5.6. Hasil Pengujian Normalitas ... 94

Tabel 5.7. Hasil Pengujian Linieritas ... 96

Tabel 5.8. Tabel Kontijensi untuk Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 98

(21)

xix

Tabel 5.10. Tabel Kontijensi Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 100 Tabel 5.11. Tabel Kontijensi Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar

dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa setelah Penggabungan... 101 Tabel 5.12. Tabel Kontijensi Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap

Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 103 Tabel 5.13. Tabel Kontijensi Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

manusia, pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik dan buruknya

manusia menurut ukuran norma. Menyadari hal itu, maka pendidikan harus

ditangani serius tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat.

Dengan pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa

yang berkualitas dan mampu menyesuaikan dengan baik terhadap kondisi

yang ada pada saat ini. Pendidikan adalah sebuah usaha untuk menumbuh

kembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki manusia yang biasanya

dilakukan dengan jalan belajar.

Pendidikan lebih biasa dikenal masyarakat dengan pengajaran di

sekolah. Pengajaran di sekolah banyak mengalami perkembangan mulai dari

pengajaran tradisional yang memiliki pengajaran konservatif, dimana guru

merupakan pusat pembelajaran, sampai pembelajaran modern dimana siswa

yang harus mencari dan menemukan sendiri ilmu melalui pengalaman dan

interaksi antar individu (sesama siswa ataupun dengan guru). Dalam

pengajaran, pengunaan media belajar, metode mengajar, dan pengelolaan

kelas yang baik akan membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang

(24)

Kondisi pengajaran secara makro di Indonesia dalam lingkup

internasional sangat memprihatinkan karena tingkat pemahaman siswa

mengenai pelajaran tersebut hanya sebatas materi (teori) semata (Depdiknas,

2008). Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap

materi ajar yang diterima, tetapi pada kenyataannya mereka tidak

memahaminya. Kemudian yang lebih memprihatinkan lagi adalah sebagian

besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari

dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan. Dari dua

fenomena di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa memiliki kesulitan

untuk memahami konsep akademik yang konvensional (ceramah dan

pengajaran yang bersifat abstrak), sedangkan yang siswa butuhkan adalah

pengajaran yang menarik, konkrit, dan dapat menghubungkan antara dunia

siswa sekarang (di bangku sekolah) dengan dunia siswa yang akan datang

(dunia kerja).

Ketercapaian prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai hal

antara lain penggunaan media pembelajaran, metode mengajar, ketersedian

sarana pendukung dalam belajar, lingkungan sekolah dan tempat tinggal,

serta pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Proses pembelajaran

merupakan proses komunikasi yang selalu melibatkan tiga komponen pokok

yaitu pengirim pesan (guru), penerima pesan (siswa), dan komponen pesan

itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Pengunaan media belajar

akan sangat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan

(25)

terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Penggunaan media

belajar akan sangat mendukung dalam pencapaian prestasi belajar siswa.

Penggunaan strategi mengajar juga akan berpengaruh terhadap minat

siswa dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan strategi mengajar diharapkan

menjadikan siswa lebih aktif dan mau berinteraksi dengan siswa lain. Dari

beberapa metode mengajar, penulis lebih fokus untuk mendalami

penggunaan strategi pembelajaran kontekstual (CTL). Akhir-akhir ini,

pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang banyak

dibicarakan orang. Berbeda dengan strategi-strategi lain, CTL merupakan

strategi yang melibatkan dan mendorong siswa untuk beraktivitas secara

penuh dalam proses pembelajaran. Melalui proses pembelajaran ini,

diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, tidak hanya aspek

kognitif saja yang berkembang tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk

mencapai tujuan, maksudnya guru lebih banyak menggunakan strategi

daripada hanya memberi informasi. Pembelajaran menggunakan pendekatan

kontekstual diharapkan akan membantu siswa untuk mencapai prestasi

belajar secara optimal dan utuh.

Proses belajar mengajar yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan

sesuai yang dikehendaki apabila kelas dapat diciptakan sebaik mungkin

sehingga menunjang proses belajar mengajar. Guru bertugas untuk

menciptakan suasana kelas yang interaktif sehingga interaksi positif akan

(26)

dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya guru memiliki kemampuan untuk

mengelola kelas dengan baik agar siswa dapat meraih prestasi belajar

dengan optimal.

Fakta yang ada menunjukkan bahwa banyak permasalahan yang

dihadapi siswa dalam proses belajar antara lain karena kurangnya minat

belajar anak terhadap materi yang disampaikan, siswa jenuh dengan cara

mengajar guru yang seakan tidak ada variasi, dan tidak digunakannya media

yang baik sehingga menghambat penyampaian materi belajar. Tidak

tersedianya fasilitas pendukung yang seharusnya mampu

mengkomunikasikan kegiatan belajar mengajar menjadi hambatan lain yang

akhirnya membuat siswa menjadi jenuh karena yang mereka hadapi setiap

hari hanya buku, papan tulis, dan guru. Hal ini pada akhirnya akan

berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

Masalah lain yang sangat menghambat prestasi siswa adalah

kurangnya relasi yang baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa itu

sendiri. Kadang guru juga perlu memperhatikan hal-hal kecil yang ada pada

diri siswa yang mungkin akan menggangu siswa selama menerima

pelajaran. Pengelolaan kelas menjadi sangat penting, dimana saat guru tidak

mampu mengelola kelas maka siswa akan mengalami rasa tidak nyaman

dalam belajar. Pengelolaan kelas dapat meliputi terjalinnya relasi dan

bagaiman menata ruangan agar menjadi lebih nyaman. Kasus yang masih

segar dalam ingatan adalah bagaimana guru bersikap sewenang-wenang

(27)

siswa didiknya, yang membuat siswa menjadi sangat depresi dan menjadi

malas dalam belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah dan fakta yang ada dalam

masyarakat tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran, Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual, dan Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa.” Penelitian ini merupakan studi kasus pada SMA Negeri 5 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor

internal sekolah dan faktor eksternal sekolah. Dari dua faktor tersebut,

penelitian ini akan difokuskan pada faktor internal yang meliputi

penggunaan media belajar, penggunaan strategi mengajar dengan

pendekatan kontekstual, dan pengelolaan kelas untuk membantu

meningkatkan prestasi belajar ekonomi siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan media belajar terhadap prestasi

(28)

2. Apakah ada pengaruh penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan

kontekstual terhadap prestasi belajar ekonomi siswa?

3. Apakah ada pengaruh pengelolan kelas terhadap prestasi belajar

ekonomi siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

menyediakan bukti-bukti tentang:

1. Pengaruh penggunaan media belajar terhadap prestasi belajar ekonomi

siswa.

2. Pengaruh penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual

terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.

3. Pengaruh pengelolan kelas terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam

mengembangkan potensi belajar untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sekolah

dalam pengajaran agar prestasi belajar siswa dapat tercapai secara

(29)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi ilmiah sebagai hasil kajian

empiris tentang penggunaan media belajar, penggunaan strategi

mengajar dengan pendekatan kontekstual, dan pengelolaan kelas terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.

4. Bagi penulis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam

menyelesaikan kuliah dan memperoleh pengalaman, wawasan, dan

(30)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Belajar

Menurut Sudrajat (http//teknologipendidikan.wordpress.com//prinsip

pengembangan media pendidikan sebuah pengantar), media berasal dari

Bahasa Latin “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau

pengantar, artinya adalah media merupakan perantara atau pengantar sumber

pesan dengan penerima pesan. Pendapat lain mengenai media diungkapkan

oleh Marshall Mc Luhan dalam Hamalik (2005:201) bahwa media adalah

suatu ekstitensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orang lain

yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Menurut Sudrajat

(http://teknologipendidikan.wordpress.com/2006/03/21/prinsippengembanga

n-media-pendidikan-sebuah-pengantar), media pembelajaran merupakan

teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Dalam tulisan yang sama, National Education

mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi

dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat

keras yang dapat dijadikan bahan untuk mempermudah proses belajar.

Sementara Hamalik (1994:12) mendefinisikan media belajar atau media

pendidikan sebagai alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka

lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam

(31)

(1987:205) bahwa media belajar merupakan bagian dari pengajaran yang di

dalamnya terkandung dua unsur pengajaran yaitu pesan atau bahan

pengajaran yang disampaikan dan alat penampil materi atau perangkat keras

(hardware). Sementara Gerlach dan Ely (Sanjaya, 2006:161)

mengemukakan pendapat bahwa media pembelajaran meliputi orang, bahan,

peralatan, dan kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan

siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Menurut Sudrajat (http://Akmadsudrajat.wordpress.pengembangan.

media pembelajaran), media memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai

berikut:

1. media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.

2. media pembelajaran dapat melampaui batas ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas, alasanya adalah mungkin objek terlalu besar, objek terlalu kecil, ataupun objek tidak dapat dipindah. Maka, penggunaan media yang tepat diharapkan dapat menampilkan semua objek bisa di hadapan peserta didik.

3. media pembelajaran memungkinkan interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungan.

4. media pembelajaran menghasilkan keseragaman pengamatan.

5. media pembelajaran dapat menanamkan konsep dasar yang benar dan konkrit.

6. media pembelajaran membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

7. media pembelajaran membangkitkan keinginan dan minat baru.

Dari beberapa fungsi yang disebutkan di atas, secara umum media

mempunyai kegunaan:

1. memperjelas pesan agar tidak verbalistis;

2. mengatasi keterbatasan ruang dan waktu;

(32)

4. memungkinkan anak belajar mandiri;

5. memberi rangsangan secara sama dan mempersamakan dan

menimbulkan persepsi yang sama.

Hamalik (1994:16) mengemukakan pendapat yang hampir sama

tentang fungsi dari media belajar, yaitu sebagai berikut.

1. Media pembelajaran dapat melampui batas pengalaman pribadi siswa

2. Media pembelajaran dapat melampui batas-batas ruang kelas

3. Media pembelajaran dapat membuat siswa mengalami interaksi secara

langsung dengan lingkungan

4. Media pendidikan memberikan pengamatan yang sama dalam

pengamatan

5. Media memberikan konsep yang sebenarnya secara realistis dan teliti

6. Media pembelajaran membangklitkan keinginan dan minat siswa.

7. Media pembelajaran membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan

siswa

8. Media pembelajaran memberikan pengalaman yang langsung dan

menyeluruh

Pendapat lain tentang beberapa fungsi media diungkapkan oleh

Sanjaya (2006:168-169) yaitu sebagai berikut.

1. Media pembelajaran dapat menangkap suatu objek atau

peristiwa-peristiwa tertentu.

2. Media pembelajaran dapat memanipulasi keadaaan, peristiwa, dan objek

(33)

3. Media pembelajaran dapat menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

Selain memiliki berbagai macam fungsi, media pembelajaran juga

mempunyai beragam jenis yang dapat dijadikan alternatif pilihan oleh guru

dalam proses belajar mengajar. Menurut Sanjaya (2006:170), media

pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi.

1. Media pembelajaran dilihat dari sifatnya

a. Media auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau

media yang hanya memilki unsur suara saja.

b. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara.

c. Media audio visual yaitu media yang menggabungkan antar media

visual dan media audio.

2. Media dilihat dari kemampuan jangkauannya

a. Media yang memilki daya liput yang luas dan serentak seperti radio

dan televisi.

b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan

waktu.

3. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya

a. Media yang diproyeksikan

(34)

Penggunaan media tidaklah asal pilih, pemilihan media harus

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Di samping itu,

perlu diperhatikan pula kriteria lain yang sifatnya adalah melengkapi antara

lain seperti biaya, ketepatgunaan, keadaaan peserta didik, dan mutu teknis.

Menurut Hamalik (2005:202), ada 2 (dua) pendekatan yang dilakukan

untuk memilih media pembelajaran, yakni:

1. dengan cara memilih media yang telah disediakan di pasaran yang dapat langsung dibeli oleh guru dan langsung dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini tentunya perlu banyak biaya untuk membelinya, lagi pula media itu belum tentu cocok dengan penyampaian bahan pelajaran dan cocok dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa;

2. memilih berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan khususnya yang berkenaan dengan tujuan yang akan dicapai.

Sementara Sudirman (1987:211) mengungkapkan bahwa dalam

pemilihan media perlu diperhatikan 2 (dua) hal yaitu prinsip pemilihan

media dan faktor yang diperhatikan dalam pemilihan media. Prinsip

pemilihan media yakni:

1. Tujuan pemilihan.

Memilih media harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan

atau sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru.

2. Karakteristik media pengajaran

Memahami karakteristik media menjadi hal yang penting, karena jika

guru menggunakan media tanpa mengetahui karakteristik media maka

guru akan mengalami kesulitan jika suatu saat media tersebut

mengalami kerusakan ataupun terdapat kendala. Media juga diharapkan

(35)

bisa berlangsung dengan menarik dan pada akhirnya bisa sesuai dengan

tujuan yang diharapkan guru.

3. Alternatif pilihan

Guru harus dapat mempertimbangkan penggunaan media jika ada

alternatif lain yang bisa digunakan.

Dalam buku yang sama, Sudirman (1987:213) menyebutkan berbagai

faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilian media. Faktor-faktor

tersebut antara lain: (a) objektivitas, objektivitas menunjuk pada unsur-unsur

yang digunakan oleh guru dalam memilih media artinya bahwa dalam

pemilihan media guru tidak boleh hanya memilih media berdasarkan

kesenangan pribadi; (b) program pengajaran, yang dimaksud program

pengajaran disini adalah media yang digunakan harus sesuai dengan

program pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya; (c) sasaran program,

yang dimaksud adalah siswa yang akan dihadapi, perlu diperhatikan juga

bahwa setiap jenjang pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda; (d)

situasi dan kondisi, penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan

dengan kondisi dan situasi yang ada. Situasi dan kondisi tersebut seperti

ruangan, ukuran kelas, kondisi siswa, motivasi, serta keinginan siswa dalam

mengikuti pembelajaran; (e) kualitas dan segi teknik, media yang digunakan

harus memenuhi syarat kualitas media dan standar keamanan yang berlaku;

dan (f) keefektifan dan efisiensi penggunaan, efektif disini adalah apakah

(36)

atau program yang ada. Sedangkan yang dimaksud efisien apakah

penggunaan media menyita banyak waktu, uang, dan tenaga.

Sanjaya (2006:171) mengungkapkan bahwa prinsip pokok dalam

penggunaan atau pemilihan media adalah bahwa penggunaan diarahkan

untuk mempermudah belajar siswa dalam memahami materi pelajaran.

Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan

siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab seringkali media digunakan hanya

dilihat dari sudut pandang guru. Agar media pembelajaran benar-benar

digunakan untuk membelajarkan siswa, maka Sanjaya (2006:171)

mengungkapkan beberapa prinsip.

1. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak diperkenankan hanya untuk hiburan tapi dimaksudkan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

2. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasnan dan kekomplekan. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran.

3. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang baik akan lebih maksimal jika mengunakan media yang bersifat auditif.

4. Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu dari pembelajaran.

5. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Jangan sampai guru tidak mengerti bagaimana mengoperasikan media yang akan digunakan karena hal tersebut akan menggangu proses belajar mengajar.

Pendapat lain tentang prinsip penggunaan media diungkapkan oleh

Sudjarwo (1988:172). Ada delapan prinsip umum penggunaan media.

(37)

dikombinasikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

2. Tidak ada satupun media yang dapat sesuai dan cocok untuk segala macam kegiatan belajar. Oleh karena itu, guru harus selektif dalam pemilihan media sebelum media tersebut digunakan dalam kelas.

3. Media tertentu cenderung lebih cepat dan tepat untuk maksud dan tujuan tertentu dibanding dengan media yang lain.

4. Penggunaan berbagai jenis media secara berlebihan dan tidak berdasarkan teori pemilihan media dalam tempo yang relatif kurang justru akan mengkaburkan isi pelajaran.

5. Sebelum media diterapkan dalam proses belajar mengajar maka si pendidik perlu melakukan persiapan yang cukup dan cermat.

6. Selama belajar dengan media sebaiknya siswa juga telah disiapkan sebelumnya dan siswa harus diperlakukan secara sebaik-baiknya sehingga dapat berperan sebagai peserta belajar yang aktif dan bertanggung jawab pada setiap kejadian selama proses belajar.

7. Media perlu diusahakan agar dapat menjadi bagian integral dari sistem pendidikan. Artinya bahwa media harus diperlakukan sebagai cara tepat dan proporsional, sehingga media tidak hanya sekedar alat bantu tapi sebagai salah satu mata rantai dalam pendidikan.

8. Jangan menggunakan media untuk sekedar pengisi waktu yang kosong dengan tujuan rekreasi, karena dengan demikian maka tanggapan siswa selanjutnya akan menganggap media hanya sekedar sebagai hiburan semata.

Akhirnya, karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu

diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan yang akan dicapai. Selain itu, media harus

dapat dirumuskan secara jelas, terarah, sistematis, dan terperinci. Dengan

demikian, diharapkan manfaat yang diterima oleh siswa akan lebih optimal

sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

B. Strategi Pembelajaran Dengan Pendekatan CTL (Kontekstual)

Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa

anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.

(38)

dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada

penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka

pendek, akan tetapi pada jangka panjang anak akan mengalami persoalan

dalam memecahkan masalah.

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki

dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Dengan pembelajaran ini, diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna

dan lebih optimal .

Sebelum membahas lebih dalam mengenai pendekatan kontekstual,

akan dibahas mengenai pengertian strategi pembelajaran. Beberapa pendapat

mengenai strategi pembelajaran yang dirangkum oleh Uno (2007:1) antara

lain:

1. Menurut Kozna, secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

2. Menurut Gerlach dan Elly, strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan belajar tertentu.

3. Menurut Dick dan Carey, strategi pembelajaran terdiri dari keseluruhan komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang atau akan digunakan oleh guru.

(39)

Dari berbagai pendapat di atas, Uno menyimpulkan bahwa strategi

pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh

seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga

memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran

yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir

kegiatan. Pendapat lain mengenai strategi belajar terutama strategi belajar

dalam kelas dikemukakan oleh Singer (2008:1613) “classroom learning that

aims at developing competence and is based on collaboration instead of

developing factualknowlegde focused on only validated examples and based

on competition in order to establish hierarchies among students.” Dengan

demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai pembelajaran dalam

kelas yang bertujuan untuk peningkatan kompetensi dan didasarkan pada

perpaduan antara pengetahuan umum yang dikhususkan pada materi dan

berdasarkan pada kompetisi untuk membangun peringkat antar siswa.

Dari berbagai strategi yang ada, penulis akan lebih memfokuskan

pada startegi pembelajaran model kontekstual (CTL). Pendekatan

kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu siswa untuk

menemukan pengalaman dan ilmu sesuai dengan bidang ilmu yang

dipelajari. Ada berbagai pendapat dari para ahli mengenai arti dari

pendekatan kontekstual ini. Depdiknas dalam Pengembangan Model

Pembelajaran secara Efektif mengungkapkan bahwa pendekatan

kontekstual (Contextual Teaching And Learning) adalah konsep belajar yang

(40)

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka

sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif

yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,

permodelan, dan penilaian autentik. Sementara pendapat yang lain

dingkapkan oleh Mulyasa (http://akhmad sudrajat.Wordpress.com/model

pembelajaran), bahwa pendekatan kontekstual merupakan konsep

pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi

pembelajaran dengan kehidupan dunia nyata sehingga peserta didik mampu

menerapkan kompetensi belajar dalam kehidupan sehari-hari. Sementara

Sanjaya (2006:253) mengungkapkan hal yang hampir sama dengan 2 (dua)

pendapat di atas tentang pendekatan kontekstual yaitu suatu strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

penuh untuk menemukan sendiri materi yang dipelajari dan menghubungkan

dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk

menerapkan dalam kehidupan mereka. Peran guru sendiri adalah sebagai

fasilitator, seperti yang diungkapkan oleh Singer (2008:1643) “the teacher

as a facilitator of learning, a coach as well as a partner who helps the

student to understand and explain rather than a ‘knowledgeable authorithy ‘

who gives lectrures and imposes standard points view.” Dengan demikian

peran guru adalah sebagai fasilitator yang memfasilitasi pembelajaran,

(41)

memahami dan menjelaskan, bukan sebagai sumber pengetahuan yang

memberikan pengajaran dan menentukan sudut pandang.

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat lima karakteristik penting

mengenai pendekatan kontekstual.

1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (activity knowledge), artinya apa yang akan dipelajari

tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah ada.

2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang baru ini

diperoleh dengan cara memepelajari keseluruhan kemudian

memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan

untuk dihafalkan tetapi utnuk dipahami dan diyakini.

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut

5. Melakukan refleksi atas strataegi yang digunakan. Hal ini digunakan

untuk penyempurnaan strategi.

Sementara itu Mulyasa (http//akmadsudrajat.wordpress.

com/2008/0/12/model_pembelajaran) mengungkapkan pendapat yang

senada mengenai elemen yang harus diperhatikan dalam pemebelajaran

kontekstual. Elemen tersebut adalah:

1. pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimilki

(42)

2. pembelajaran dimulai dari keseluruhan global menuju bagian-bagian

yang secara khusus;

3. pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman dengan cara

menyusun konsep, melakukan sharing dan merevisi, serta

mengembangkan konsep;

4. pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung

apa yang sudah dipelajari;

5. adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan

pengetahuan yang dipelajari.

Elemen lain yang perlu diperhatikan adalah peran guru dalam

pembelajaran kontekstual. Menurut Mulyasa (http://akhmad

sudrajat.Wordpress.com/2008/01/12/model pembelajaran

1. siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang berkembang. dengan demikian peran guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangnya;

), peran guru

dalam pendekatan kontekstual ini adalah memberikan kemudahan bagi

siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang

memadai dan mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik belajar. Selain itu, guru perlu memperhatikan

gaya belajar siswa agar nantinya penggunaan strategi bisa tepat sasaran.

Menurut Sanjaya (2006:261), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

guru dalam pendekatan kontektual, antara lain;

(43)

3. belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang penuh tantangan. dengan demikian peran guru adalah membantu agar siswa mampu menemukan keterkaitan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya;

4. belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada atau proses pembentukan skema baru. dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.

Dari berbagai asumsi dan latar belakang tentang CTL, Sanjaya

(2006:258) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan oleh guru tentang belajar dalam kontek CTL, yaitu:

a. belajar bukanlah menghafal akan tetapi proses rekontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang sudah ada dalam diri siswa;

b. belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas;

c. belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya berkembang secara intelektual akan tetapi melibatkankan emosi dan mental;

d. belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks;

e. belajar pada hakikatnya adalah mennagkap pengetahuan dari kenyataan. oleh karena itu pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki kamna untuk anak.

Sementara itu, Depdiknas (http//pakguruonline.pendidikan.net//

pendkonteks)

1. Proses belajar

mengemukakan pendekatan kontekstual mendasarkan diri

pada pemikiran tentang belajar.

a. Belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi

pengetahuan yang ada di benak mereka sendiri

b. Anak belajar dari mengalami

c. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang

(44)

d. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah

2. Transfer belajar

a. Siswa belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang

lain

b. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang

terbatas

c. Penting bagi siswa untuk tahu manfaat belajar

3. Siswa sebagai pembelajar

a. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang

tertentu saja

b. Strategi itu penting. Anak akan mempelajari sesuatu yang baru

c. Peran guru adalah menghubungkan antara sesuatu yang baru dengan

pengetahuan yang sudah dimili oleh siswa

d. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru menjadi bermakna

dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide

mereka dan menerapkan strategi mereka sendiri

4. Pentingnya lingkungan belajar

a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat

pada siswa

b. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa untuk

menggunakan pengetahuan mereka

(45)

d. Menumbuhkembangkan komunitas belajar dalam bentuk kerja

kelompok itu penting

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan

penerapan dalam kehidupan sehari-hari. CTL sebagai suatu pendekatan

memiliki 7 (tujuh) asas. Asas–asas ini melandasi pelaksanaan proses

pembelajaran, 7 (tujuh) asas tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kontruktivisme

Kontruktivisme menurut Sanjaya (2006:262) adalah proses membangun

atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa

berdasarkan pengalaman. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan

masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut

dengan ide-ide. Guru tidak akan memberikan semua pengetahuan

kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan di

benak mereka. Esensinya adalah ide bahwa siswa harus menemukan

dan mentransformasi suatu informasi ke situasi lain dan apabila

dikehendaki. Dalam pandangan kontruktivisme, strategi memperoleh

lebih diutamakan daripada seberapa banyak siswa dapat menampung

informasi. Depdiknas (http//pakguruonline.pendidikan.net//pend

konteks) mengemukakan peran guru dalam rangka melaksanakan tujuan

(46)

a. menjadikan pengetahuan menjadi pengetahuan yang bermakna dan

relevan bagi siswa;

b. memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan

menerapkan sendiri idenya sendiri dan;

c. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam

belajar.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Menurut Pieget

dalam Depdiknas (http//pakguruonline.pendidikan.net//pend konteks

2. Menemukan ( inquiry)

)

mengemukakan manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya

yang harus dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan

akomodasi.

Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

penemuan melalui proses berpikir secara sistemaits. Secara umum

proses inkuiri dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu;

a. merumuskan masalah;

b. mengajukan hipotesis;

c. mengumpuklan data;

d. menguji hipotesis;

e. membuat kesimpulan.

Reiff Harwood dan Philipson (Singer:2008,1615) mengemukakan

“following elements/processes of inquiry is observing, defining of

(47)

the expectation, carrying out the study and community the results to the

scientific and to society.” Dengan demikian elemen atau proses dalam

inkuiri adalah pengamatan, perumusan masalah, perumusan pertanyaan,

penyelidikan hal yang ingin diketahui, menyebutkan tujuan,

melaksanakan penelitian, dan menggolongkan hasil ke arah

pengetahuan dan kemasyarakatan.

3. Bertanya (questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.

Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,

sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang

dalam berpikir. Dalam suatu pembelajaran yang produktif, bertanya

akan sangat berguna untuk:

a. menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan

materi pelajaran;

b. membangkitkan motivasi siswa untuk belajar;

c. merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu;

d. memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan;

e. membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran, kegiatan bertanya selalu

digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan

(48)

4. Masyarakat belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil belajar diperoleh dari

kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar

teman ataupun antar kelompok. Dalam kelas CTL, guru disarankan

melaksanakan pembelajaran kelompok belajar. Siswa dibagi menjadi

kelompok yang anggotanya heterogen agar yang pintar bisa membantu

yang kurang pintar, agar mereka lebih bisa menangkap pelajaran yang

disampaikan oleh guru. Kegiatan belajar ini bisa terjadi secara optimal

apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada

pihak yang merasa segan bertanya, dan tidak ada yang menganggap

salah satu adalah yang lebih tahu. Kalau setiap orang mau belajar dari

orang lain, maka setiap orang bisa menjadi sumber belajar dan ini

berarti setiap orang akan menjadi sangat kaya akan pengetahuan dan

pengalaman. Praktik dalam kelas dapat terwujud dalam pembentukan

kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke dalam kelas,

bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelompok kelas di

atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.

5. Permodelan (modeling)

Yang dimaksud asas permodelan adalah proses pembelajaran dengan

memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga bisa didatangkan dari

(49)

6. Refleksi ( reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari

yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian

atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Menurut Depdiknas,

refleksi merupakan respon terhadap kejadian-kejadian, aktivitas dan

pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang bermakna berasal dari

proses. Pengetahuan dimiliki siswa melalui konteks pembelajaran yang

kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari semua adalah

bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa, mencatat apa

yang sudah dipelajari, dan bagaimana menemukan ide-ide baru. Pada

akhir pelajaran guru menyisakan waktu sejenak untuk refleksi,

realisasinya berupa:

a. pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari itu;

b. catatan atau jurnal di buku siswa;

c. kesan atau saran siswa mengenai pembelajaran hari itu;

d. diskusi;

e. hasil karya.

7. Penilaian autentik (authentic assesment)

Assement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Apabila data yang

diambil menunjukkan bahwa ternyata siswa mendapat kesulitan maka

guru bisa membantu siswa untuk mencari jalan keluar. Assement

(50)

harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat

melakukan proses pembelajaran. Kemudian belajar dinilai dari proses,

bukan dari hasil. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa dan penilaian tersebut tidak hanya

dari guru saja melainkan bisa dari teman lain atau orang lain. Menurut

Depdiknas (http // pakguruonline. Pendidikan. Net // pendidikan

kontekstual

a. dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung ), disebutkan karakteristik assement, antara lain:

b. bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

c. yang diukur adalah keterampilan dan performasi bukan mengingat

fakta

d. berkesinambungan

e. terintegrasi

f. dapat digunakan sebagai feed back

Hal-hal yang digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa, antara

lain:

a. proyek/ kegiatan dan laporan

b. pekerjaan rumah (PR)

c. kuis

d. karya tulis

e. penampilan siswa atau presentasi

f. demontrasi

(51)

h. jurnal

i. hasil tes tulis

j. karya lain

Jadi siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara. Menurut

Bandono (http://bandono.web.id//menyusun_model_pembelajaran

contextual teaching and learning-ctl),

C. Pengelolaan Kelas

penekanan penialian autentik

adalah pada pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agar

mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di

akhir periode. Kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih

pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh oleh siswa.

Menurut Raka (Sudrajat:http//akmadsudrajat.wordpress.com),

pengelolaan kelas merupakan satu keterampilan yang harus dimiliki guru

dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dari

pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan

pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut.

Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya

proses belajar mengajar yang di dalamnya mencakup pengaturan orang.

Nawawi (1982:116) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah

(52)

berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal

untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu

dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang berhungan dengan kurikulum dan perkembangan

murid. Sejalan dengan pengertian tersebut, Nawawi(1982:127) menjelaskan

pengertian kelas dari dua sudut pandang.

1. Kelas dalam arti sempit yakni ruangan yang dibatasi oleh 4 (empat)

dinding, tempat sejumlah murid berkumpul untuk mengikuti proses

mengajar.

2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan

bagian dari masyarakat sekolah sebagai satu kesatuan, diorganisir

menjadi satu unit kerja yang secara dinamis menyelengarakan kegiatan

belajar mengajar yang kreatif untuk mecapai satu tujuan.

Berbeda dengan Sudirman (1987:310) yang berbendapat bahwa pengelolaan

kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru berdasarkan sifat-sifat

kelas dengan tujuan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Oemar

Hamalik dalam Sudirman (1987:311) mengungkapkan bahwa pengelolaan

kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru dan suatu alat untuk

mengembangkan kerja sama dan dinamika kelas yang stabil walaupun

banyak gangguan dan perubahan dalam lingkungan.

Menurut Sudirman (1987:311), pengelolaan kelas bertujuan untuk

menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas

(53)

penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam

lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Menurut Raka

Joni (Sudrajat:http//akmad sudrajat.wordpress.com

1. Masalah individual

), terdapat dua masalah

dalam pengelolaan kelas.

a. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)

b. Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukan kekuatan)

c. Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukan balas

dendam)

d. Helplessness (peragaan ketidakmampuan)

2. Masalah kelompok

a. Kelas kurang kohesif karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan

sosial, ekonomi, dan lain-lain.

b. Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati

sebelumnya.

c. Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seoarang anggotanya.

d. Membombong anggota kelas yang melanggar peraturan.

e. Kelompok cenderung mudah dialihkan dari tugas yang tengah

dibuat.

f. Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru

(54)

Banyak pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi beberapa

masalah di atas. Oleh karena permasalahan dan situasi kelas yang labil,

maka guru dituntut untuk menguasai berbagai pendekatan pengelolaan kelas

yang cocok untuk semua situasi. Setiap pendekatan pasti memiliki kelebihan

dan kekurangan, maka guru dapat mengkombinasikan beberapa pendekatan

yang mungkin cocok dan sesuai untuk mengatasi beberapa masalah

pengelolaan kelas yang ada. Pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas

menurut Sudirman (1987:327) tersebut antara lain:

1. Pendekatan otoriter

Pendekatan otoriter melihat pengelolaan kelas semata-mata sebagai

upaya untuk menegakkan disiplin dan tata tertib. Pendekatan ini

menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara situasi

kelas.

2. Pendekatan permisif

Pendekatan ini memusatkan pada usaha untuk memaksimalkan

kebebasan siswa. Semua siswa diberi kebebasan untuk melakukan apa

saja yang dikehendaki dalam lingkungan.

3. Pendekatan manajerial

Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan

konsepsi-konsepsi tentang kepemimpinan. Pandangan ini dapat

dibedakan menjadi:

a. Kontrol otoriter: dalam menegakkan disiplin kelas, guru harus

(55)

b. Kebebasan liberal: menurut konsep ini siswa diberi kebebasan

sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan

tingkat perkembangan.

c. Kebebasan terbimbing: konsep ini merupakan perpaduan antara

kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Dalam kebebasan

terbimbing, siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas

namun terbimbing.

4. Pendekatan modifikasi tingkah laku

Pendekatan ini mengemukakan pendapat bahwa semua tingkah laku

yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.

Pendapat lain mengenai pendekatan ini diungkapkan oleh Raka Joni

dalam Sudrajat (http//akhmadsudrajat.wordpress.com

5. Pendekatan iklim sosio emosional

) yang

mengungkapkan asumsi mendasar adalah perilaku baik dan buruk

individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi dengan cara

pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan

negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif).

Pendekatan ini berlandaskan psikologis klinis yang memperkirakan

bahwa proses belajar mengajar yang efektif memprasyaratkan keadaan

sosio emosional yang baik, dalam arti terdapat hubungan antara guru

dan siswa yang baik. Dalam hal ini, Carl Rogers dalam Sudrajat (http//

akhmadsudrajat.wordpress.com) mengemukakan pentingnya sikap

(56)

manusia dan mengerti dari sudut pandang peserta didik. Sementara

Nawawi (1982:140) memberikan pendapat yang hampir senada tentang

asumsi iklim sosio emosional yaitu asumsi ini mengharuskan guru atau

wali kelas menyusun program kelas dan pelaksanaannya didasari

hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan saling

menghormati antar personal kelas.

6. Pendekatan proses kelompok

Pendekatan proses kelompok ini didasarkan pada psikologis klinis dan

dinamika kelompok. Asumsi dasarnya adalah pengalaman belajar

sekolah berlangsung dalam konteks kelompok dan sosial, dan tugas

guru adalah membina kelompok yang produktif dan efektif. Hal senada

diungkapkan oleh Raka Joni dalam Sudrajat (http//

akhmadsudrajat.wordpress.com

7. Pendekatan eklektif

), bahwa asumsi dasar pendekatan

proses kelompok adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam

konteks kelompok sosial, dan tugas guru adalah menciptakan,

membina, dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

Pendekatan ini menggunakan atau mengabungkan pendekatan yang ada

(pendekatan sosio emosional dan pendekatan proses kelompok) untuk

mengatasi permasalahan pengelolaan kelas. Nawawi (1982:142)

mengungkapkan bahwa pendekatan ini menekankan pada potensialitas

dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan yang

(57)

8. Pendekatan yang berorintasi pada siswa

Lewis (2004:60) mengungkapkan asumsi pendekatan ini adalah

kepercayaan bahwa anak-anak perlu mengatasi akibat dari sikapnya

sendiri daripada meminta orang dewasa untuk memberitahukan

bagaimana harus bersikap. Alasannya adalah bahwa orang termasuk

anak-anak mampu memutuskan apakah sikap mereka menimbulkan

masalah, apakah masalah sebenarnya, dan bagaimana memecahkannya.

9. Pendekatan yang berorintasi pada guru

Lewis (2004:80) mengungkapkan bahwa pendekatan ini mengubah

sikap siswa secara radikal, melakukan apa yang terbaik untuk siswa.

Siswa dianggap tidak mampu untuk menyadari apa yang terbaik bagi

mereka. Oleh karena itu, guru bertanggung jawab dan berkewajiban

untuk memutuskan apa yang terbaik bagi siswanya.

10. Pendekatan intruksional

Adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa

pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan

mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas.

11. Pendekatan intimidasi

Pendekatan ini adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas

(58)

Menurut Gilarso (1988:28), masalah pengelolaan kelas meliputi tiga

bidang yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. Tiga bidang tersebut

antara lain: menciptakan kondisi belajar optimal, menanggapi mulainya

gangguan, dan mengembalikan kondisi belajar.

1. Menciptakan kondisi belajar yang optimal

Langkah penting yang perlu dilakukan guru adalah memberikan

pelajaran dengan baik dan lancar serta melibatkan siswa dalam kegiatan

belajar di kelas sehingga mencegah gangguan atau penyelewengan.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah:

a) sikap tanggap;

b) membagi perhatian;

c) memusatkan perhatian kelompok;

d) memberikan petunjuk yang jelas.

2. Menanggapi mulainya gangguan

Meskipun guru mengajar dengan baik, melibatkan siswa, dan

menciptakan suasana belajar yang baik, namun terjadinya tingkah laku

siswa mengganggu dalam kelas tidak dapat dicegah. Tindakan yang

perlu dilakukan:

a) menegur siswa;

b) memberi tanggapan atau penguatan;

c) menjaga proses belajar mengajar;

d) menjaga laju kecepatan proses belajar mengajar;

(59)

f) keterampilan interaksi dan sikap guru.

3. Mengembalikan kondisi belajar yang optimal bila terjadi gangguan

Seringkali gangguan yang dilakuakn oleh siswa berlangsung terus

meskipun sudah ditanggapi oleh guru. Dalam situasi ini perlu

digunakan strategi untuk menghadapinya, antara lain:

a) modifikasi tingkah laku siswa;

b) menciptakan iklim sosio emosional;

c) pengelolaan proses kelompok;

d) kombinasi.

Kemampuan guru dalam memilih strategi yang tepat sangat

tergantung dari kemampuan untuk menganalisa masalah pengelolaan kelas

yang dihadapi dan tajamnya pengamatan tingkah laku siswa.

D. Prestasi Belajar 1. Prestasi belajar

Mulyono (1990:100) mengungkapkan definisi prestasi belajar sebagai

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh

mata pelajarannya, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka

yang diberikan oleh guru. Winkel (1996:102) mengungkapkan bahwa

proses belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan/pemahaman. Adanya perubahan tampak dalam prestasi

belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap tugas-tugas yang diberikan

(60)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Faktor yang mempengaruhi pretasi belajar terdiri dari faktor internal

dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri

individu, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar

individu. Menurut Mahmud (1990:84), ada 2 (dua) faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah.

a. Faktor internal, antara lain: (1) Need for achivment; (2) takut gagal;

(3) takut sukses; (4) persepsi seseorang mengenai prestasi.

b. Faktor eksternal

Kemampuan dan usaha sangat berpengaruh pada prestasi belajar.

Faktor itu mungkin dapat disebakan oleh strategi yang digunakan

oleh guru dalam proses belajar mengajar, pengelolaan kelas, dan

media pembelajaran yang digunakan oleh guru.

E. Kerangka Berfikir

1. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa

Prestasi b

Gambar

table = 3.84); (2) there isn’t any influence between the learning strategy with X2
table = 3.84); (2) there isn’t any influence between the learning strategy with X2
Tabel 5.10.  Tabel Kontijensi Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Pengaruh Penggunan Media
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengkatalogan jurnal adalah proses pembuatan katalog untuk semua judul jurnal yang dimiliki perpustakaan untuk digunakan sebagai alat telusur bagi

Denqan mengasumsikan fungsi utilitas bersifat linierV (.), maka perubahan utmtes dar! program A ke program B dapat diperkirakan dalam persamaan analisis reqresi. Tanda

It elaborates the type error made in the recount text by the seven year students of SMP Negeri 3 Colomadu, the most dominant error made by the students of

M4ror't, rqtugq ckkttun

Sistem akan mengganti kode-kode input pada teks soal dengan suatu nilai dari dataset input secara acak, dan kode-kode output akan diganti dengan textbox sebagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar merias wajah foto berdasarkan indikator konsep merias wajah foto, jenis-jenis merias wajah foto, prinsip-prinsip

[r]