viii
ABSTRAK
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH
Studi Kasus Pada
Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Ignatius Tri Harso Cahyono Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan kecerdasan emosional dengan stres kuliah; (2) hubungan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah; (3) hubungan kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah.
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada bulan Oktober 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jumlah sampel dalam penelitian ini 212 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan stres kuliah (r = 0,084; thitung =
0,258 < ttabel = 1,6534); (2) tidak ada hubungan yang negatif dan signifikan antara
perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah (r = 0,175; thitung = 0,018 < ttabel =
1,6534); (3) tidak ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah (r = 0,176; Fhitung =
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’S EMOTIONAL INTELLIGENCE AND LEARNING BEHAVIOR AND STUDENT’S
DEPRESSION
A Case Study of
Students of Accounting Faculty of Education Sanata Dharma University Yogyakarta
Ignatius Tri Harso Cahyono Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
The objectives of this research are to find out the relationship between: (1) emotional intelligence and student’s depression; (2) student’s learning behavior and student’s depression; (3) student’s emotional intelligence and learning behavior and student’s depression.
The research was conducted at Sanata Dharma University Yogyakarta in October 2008. The population of the research was the students of Accounting, the Department of Education. The samples were 212 students. The technique of taking samples was purposive random sampling. The data collection was questionnaire. The data analysis was product moment correlation.
The results of the research show that: (1) there isn’t any significant relation between intelegence and student’s depression (r = 0,084; tcount = 0,258 <
ttable = 1,6534); (2) there isn’t any significant relation between learning behavior
and student’s depression (r = 0,175; ttouch = 0,018 < ttable = 1,6534); (3) there isn’t
any significant relation between student’s emotional intelligence and learning behavior and student’s depression (r = 0,176; Fhit = 2,847 < Ftable = 3,0464).
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU
BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH
Studi Kasus Pada
Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Ignatius Tri Harso Cahyono 021334045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU
BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH
Studi Kasus Pada
Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Ignatius Tri Harso Cahyono 021334045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini Ku persembahkan untuk:
1.
Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah dan rahmat-Nya
2.
Alm. Ibu Lidwina Rumini
3.
Ayahku Thomas Sapari
4.
Kakak-kakakku, A. Tri Hasworo, A. Tri Hardani, R. Tri
Hartati, dan R. Tri Hardono
5.
Adik-adikku, M. R. Tri Wayan S. dan A. Hella Tri Handoko
6.
Keponakanku Avilla dan Lusi
7.
Saudara-saudaraku yang telah membantu perjuangan ini
8.
Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku :
v
MOTTO
“Mengejar kebebasan dan dunia pilihanmu.Jika mimpi tanpa
akhir adalah penuntunmu, dan mengambilnya merupakan
wujud kepercayaan”
vi
vii
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH
Studi Kasus Pada
Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Ignatius Tri Harso Cahyono Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan kecerdasan emosional dengan stres kuliah; (2) hubungan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah; (3) hubungan kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah.
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada bulan Oktober 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jumlah sampel dalam penelitian ini 212 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan stres kuliah (r = 0,084; thitung =
0,258 < ttabel = 1,6534); (2) tidak ada hubungan yang negatif dan signifikan antara
perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah (r = 0,175; thitung = 0,018 < ttabel =
1,6534); (3) tidak ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah (r = 0,176; Fhitung =
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’S EMOTIONAL INTELLIGENCE AND LEARNING BEHAVIOR AND STUDENT’S
DEPRESSION
A Case Study of
Students of Accounting Faculty of Education Sanata Dharma University Yogyakarta
Ignatius Tri Harso Cahyono Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
The objectives of this research are to find out the relationship between: (1) emotional intelligence and student’s depression; (2) student’s learning behavior and student’s depression; (3) student’s emotional intelligence and learning behavior and student’s depression.
The research was conducted at Sanata Dharma University Yogyakarta in October 2008. The population of the research was the students of Accounting, the Department of Education. The samples were 212 students. The technique of taking samples was purposive random sampling. The data collection was questionnaire. The data analysis was product moment correlation.
The results of the research show that: (1) there isn’t any significant relation between intelegence and student’s depression (r = 0,084; tcount = 0,258 <
ttable = 1,6534); (2) there isn’t any significant relation between learning behavior
and student’s depression (r = 0,175; ttouch = 0,018 < ttable = 1,6534); (3) there isn’t
any significant relation between student’s emotional intelligence and learning behavior and student’s depression (r = 0,176; Fhit = 2,847 < Ftable = 3,0464).
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini
penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
xi
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., M.Pd. dan Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan pengalaman dan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.
7. Semua karyawan di Sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala keramahannya membantu penulis selama kuliah.
8. Ayahku Thomas Sapari dan Alm Ibu tercinta Lidwina Rumini, yang telah
memberi dukungan doa, materi dan kasih sayang.
9. Kakak-kakakku (A. Tri Hasworo, A. Tri Hardani, R. Tri Hartati dan R. Tri
Hardono) dan adik-adikku (M. R. Tri Wayan dan A. Hella Tri Handoko) yang telah memberikan dukungan materi dan doa.
10.Seluruh keluarga besar Universitas Sanata Dharma dan
mahasiswa-mahasiswi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah menyediakan waktu dan tempat untuk penelitian.
11.Teman-teman seangkatan 2002 Wiwin, Yosep Wisnu, Gregorius Kia, Dita, Dewi, Valentinus Hari, Heribertus Ratna, Chandra dan semuanya.
12.Ig. Hendra Kusuma Pendidikan Sejarah 2005 terimakasih atas dukungan
xii
13.Heribertus Bowo Kuncoro terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.
14.Anditia Sukarno Prabowo dan seluruh keluarga besar Rumah Sate Palagan
trimakasih atas dukungan dan doanya.
15.Buat bapak-bapak dan teman-teman komunitas parkiran Universitas
Sanata Dharma, terimakasih untuk dukungannya selama ini.
16.Hari T2net trimakasih atas bantuanya selalu memperbaiki computer tuaku.
17.Rekan-rekan KSR PMI Cabanga Sleman, rekan-rekan mudika St. Thomas
dan rekan-rekan pemuda terimakasih atas doa dan dukungannya.
18.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi
perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 19 Maret 2010
Penulis
Ig. Tri Harso Cahyono
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii
ABSTRAK …… ... viii
ABSTRACT ……... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ……... xiii
DAFTAR TABEL ……... xv
DAFTAR LAMPIRAN ……... xvi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Kecerdasan Emosional... ... 6
1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 6
2. Dimensi Kecerdasan Emosional ... 8
B. Perilaku Belajar Mahasiswa... 9
1. Pengertian Belajar ... 9
xiv
3. Perilaku Belajar ... 13
C. Pengertian Stres... 15
1. Tipe Stres Psikologi ... 17
2. Indikator Stres ... 18
3. Pengelolaan dan Penanggulangan Stres ... 18
4. Stres Kuliah ... 20
D. Kerangka Berpikir... 21
E. Rumusan Hipotesis ... 23
BAB III : METODE PENELITIAN... 24
A. Jenis Penelitian... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 25
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 25
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ... 26
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 31
H. Teknik Analisa Data ... 36
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Deskripsi Data... 41
B. Analisis Data ... 44
C. Uji Hipotesis ... 45
D. Pembahasan ... 49
BAB V : KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Keterbatasan Penelitian ... 57
C. Saran-saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 59
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional ... 27
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Perilaku Belajar ... 28
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Stres Kuliah ... 30
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Kecerdasan Emosional ... 32
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Perilaku Belajar Mahasiswa... 33
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Stres Kuliah ... 33
Tabel 4.1 Deskripsi Kecerdasan Emosional ... 41
Tabel 4.2 Deskripsi Perilaku Belajar Mahasiswa ... 42
Tabel 4.3 Deskripsi Stres Kuliah ... 43
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas ... 44
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel I : Kuesioner ... 61
Tabel II : Validitas dan Reliabilitas ... 66
Tabel III : Data Penelitian ... 69
Tabel IV : Output SPSS ... 89
Tabel V : PAP II ... 94
Tabel VI : Sumbangan Efektif dan Relatif ... 69
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu pasti pernah mengalami kebosanan. Biasanya rasa
bosan ditandai dengan kelelahan, miskin kreativitas, hilangnya minat suatu hal yang dulu disukai, lesu, malas, tertekan, dan berbagai perasaan yang tidak enak yang apabila tidak ditangani dengan cepat akan dapat menyebabkan
individu tersebut mengalami stres atau bahkan akan mengalami depresi yang akan mengganggu kondisi kejiwaan individu tersebut.
Siapapun dapat mengalami stres, tak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa terkadang merasa bosan dan tertekan dalam menjalankan proses perkuliahan. Banyak mahasiswa menganggap bahwa dosen merupakan sumber
pengetahuan yang utama sehingga catatan kuliah merupakan satu-satunya sumber pengetahuan. Kesalahan mempersepsikan arti kuliah inilah yang dapat
menimbulkan frustasi mahasiswa sehingga menyebabkan stres dalam kuliah (http://suwarjono.com/upload/perilaku-belajar-di-perguruan-tinggi.pdf).
Ada beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan tinggi atau
rendahnya tingkat stres. Faktor tersebut diantaranya kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa. Menurut Goleman dalam (Nugraheny, 2003:14),
memotivasi diri sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi rasa frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerjasama
dengan orang lain. Semakin tinggi kecerdasan emosional seorang mahasiswa diduga semakin rendah tingkat stres dalam menempuh kuliah. Kecerdasan
emosional bertujuan membentuk pribadi bijaksana, tidak emosional, memiliki ketrampilan komunikasi atau interaksi sosial yang tinggi. Seorang mahasiswa dapat memanajemen waktu dan tugasnya. Untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya mahasiswa mampu berkomunikasi dengan dosen dan mahasiswa-mahasiswa lainya. Pendidikan kepribadian membantu membentuk sikap atau
perilaku dan pandangan hidup yang positif. Dalam kehidupan sehari-hari, kepribadian yang positif sangat berguna dalam mengurangi stres jika menemui kesulitan dan meningkatkan kemampuan menangkal stres.
Menurut Suwarjono (http://suwarjono.com/upload/perilaku-belajar-di-perguruan-tinggi.pdf), belajar merupakan kegiatan individual, kegiatan yang
sengaja dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu. Belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan di antara berbagai alternatif stratejik untuk mencapai tujuan individual. Kesadaran
mengenai hal ini akan menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi yang pada akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang belajar di
Dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi ada dua tujuan yang terlibat dan saling mendukung, yaitu tujuan lembaga pendidikan dalam menyediakan sumber pengetahuan dan pengalaman belajar dan tujuan
individual mereka yang belajar (mahasiswa). Gejala yang sering dirasakan belajar di perguruan tinggi ini merupakan kebutuhan sosial daripada
kebutuhan pengetahuan dan pengalaman belajar. Kesalahan persepsian seperti ini yang akan menghasilkan suatu sikap dan semangat yang jauh dari harapan, sehingga menimbulkan kejenuhan mahasiswa dalam belajar dan dapat
menimbulkan stres. Jika stres pada mata kuliah tertentu maka biasanya mahasiswa akan malas untuk kuliah, jarang memperhatikan ketika dosen
menerangkan, apalagi timbul stres minat untuk mempelajari mata kuliah tersebut hampir tidak ada. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena perilaku belajar mahasiswa yang salah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengadakan penelitian
dengan judul ”HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN
PERILAKU BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRES KULIAH”.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
B. Batasan Masalah
faktor internal dan eksternal mahasiswa. Penelitian ini memfokuskan pada faktor kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dengan stres kuliah?
2. Apakah ada hubungan yang negatif perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah?
3. Apakah ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa dengan stres kuliah?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dengan stres kuliah.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang negatif perilaku belajar
mahasiswa dengan stres kuliah.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang negatif kecerdasan
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi
penelitian selanjutnya. 2. Bagi Peneliti
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Puka dalam “Seni Menghadapi Emosi Secara Dewasa” (Vox, 2000:48) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan tegang pada organisme sebagai reaksi yang kuat terhadap pemicu yang mempengaruhi
fisik individu seperti terlihat dalam tingkah laku lahiriah. Sementara itu arti leksikalis emosi adalah reaksi psikologis (perasaan) yang muncul pada
waktu tertentu karena dipengaruhi oleh sesuatu.
Dalam kamus Bahasa Inggris Oxford (Harmoko, http://www.binuscareer.com/Article.aspx?id=hLO3fqu87k631%2FWL86q
Sqg%3D%3D), emosi didefinisikan sebagai keadaan atau pergolakan pikiran, biologis dan psikologis serta serangkaian untuk bertindak.
Sementara Goleman dalam (Harmoko, http://www.binuscareer.com/ Article.aspx?id=hLO3fqu87k631%2FWL86qSqg%3D%3D), emosi dibagi menjadi:
a. Amarah seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati. b. Kesedihan, seperti pedih, sedih, depresi berat.
c. Rasa takut, seperti cemas, takut, gugup, khawatir, waspada. d. Cinta, seperti penerimaan, persahabatan, kepercayaan, rasa dekat. e. Terkejut, takjub terpana.
f. Jengkel.
Menurut Goleman dalam (Nugraheny, 2003:14), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengatur diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain secara efektif yang terdiri dari empat
kemampuan mendasar:
a. Kesadaran diri, kemampuan untuk membaca dan memahami emosi-emosi diri sendiri serta mengenal pengaruhnya.
b. Kontrol diri, kemampuan untuk menjaga agar emosi dan kata hati yang mengganggu tetap terkontrol.
c. Empati, kemampuan merasakan emosi orang lain. d. Kemampuan sosial, sebagai pendorong atau motivasi.
Kecerdasan emosional menurut Cooper (1998:XV) dalam Harmoko (http://www.binuscareer.com/Article.aspx?id=hLO3fqu87k631
%2FWL86qSqg%3D%3D) adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Sedangkan John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire dalam Harmoko (http://www.binuscareer.com/Article.aspx?id=hLO3fqu87k631%2FWL86
qSqg%3D%3D) mendefinisikan kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi sendiri.
Goleman mengungkapkan perbedaan antara kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan kognitif murni atau kemampuan dasar. Sedangkan kecerdasan
emosional kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, mengelola emosi. Kecerdasan
itu merupakan proses yang memerlukan waktu, ketekunan, semangat tinggi dan keberanian untuk mencoba. Kecerdasan emosional merupakan jembatan antara apa yang kita ketahui, dengan apa yang kita lakukan.
Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil melakukan apapun yang kita ketahui benar.
Unsur-unsur yang berkaitan dengan kecerdasan emosional menurut Goleman (1999:274) meliputi:
a. Keyakinan
Perasaan kendali dan penguasaan seseorang terhadap tubuh, perilaku, dan dunia.
b. Rasa Ingin Tahu
Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu itu bersifat positif dan menimbulkan kesenangan.
c. Niat
Hasrat dan kemampuan untuk berhasil dan untuk bertindak berdasarkan niat itu dengan tekun, ini berkaitan dengan perasaan terampil, perasaan efektif.
d. Kendali Diri
Kemampuan untuk menyesuaikan dan mengendalikan tindakan dengan pola yang sesuai dengan usia, suatu rasa, kendali batiniah. e. Keterkaitan
Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain berdasarkan pada perasaan saling memahami.
f. Kecakapan Berkomunikasi
Keyakinan dan kemampuan verbal untuk bertukar gagasan, perasaan, dan konsep dengan orang lain.
g. Kooperatif
Kemampuan menyeimbangkan kebutuhan sendiri dengan kebutuhan orang lain.
2. Dimensi Kecerdasan Emosional
Koda dalam “Membedah Dinamika Emosi Sebagai Struktur Logis-Ilmiah” (Vox, 2000:90) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah
a. Mengenal emosi diri. Pemahaman terhadap perasaan yang sedang berlangsung adalah dasar kecerdasan emosional. Dengan kontinuitas proses pemahaman terhadap gejolak perasaan, individu dimungkinkan untuk menjangkaui wawasan psikologi dan pemahaman diri, sekaligus pembebasan individu dari belenggu perasaan. Proses ini akan bermuara pada tercetusnya keputusan– keputusan yang efektif.
b. Mengelola emosi. Kesadaran diri merupakan dimensi penentu bagi penanganan perasaan agar dapat menjelma secara memadai. Pada individu yang gagal mengelola emosinya, akan terjadi pertarungan yang tak berkesudahan melawan emosinya sendiri.
c. Memotivasi diri sendiri. Penataan emosi yang memadai merupakan sarana untuk memotivasi diri dan menguasai diri, serta untuk bereaksi secara wajar. Kemampuan demikian memperbesar peluang produktivitas dan efektivitas kerja dalam berbagai bidang. d. Mengenali emosi orang lain. Kesadaran emosional yang
merupakan landasan sikap empati, mengandung kemampuan menangkap pesan–pesan sosial yang tersembunyi, yang menginformasikan kebutuhan dan kehendak orang lain.
e. Membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Berbekal kemampuan ini, seseorang akan terbantu dalam meraih popularitas, sukses dalam memimpin dan relasi antar pribadi.
B. Perilaku Belajar Mahasiswa 1. Pengertian Belajar
Setiap orang pernah belajar walaupun dalam mendapatkan pendidikan berbeda-beda berdasarkan kondisi setiap orang. Seseorang
dikatakan telah belajar bila di dalam dirinya telah mengalami perubahaan tertentu, misalnya seseorang yang semula tidak bisa membaca dan menulis menjadi atau dapat membaca dan menulis. Hal tersebut bisa dikatakan
hasil dari belajar.
Belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan dalam
individual. Konsep atau pengertian belajar sangat beragam dan tergantung dari sisi pandang dari setiap orang yang mengamatinya.
Menurut Purwanto (1986:45) dalam (http://id.wikipedia.org/
wiki/Prestasi-belajar), belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamanya. Morgan (1978) dalam (http://id.wikipedia.org/ wiki/Prestasi-belajar) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahaan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi dari
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sementara Surachmad (1982:10) dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Prestasi-belajar) menyatakan belajar
itu merupakan satu proses dalam diri manusia jasmani maupun rohani dan melahirkan perubahan sebagai hasil dari proses.
Menurut WS. Winkel (1989:36), belajar adalah suatu aktifitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan dan sikap. Belajar secara tradisional seperti dikemukakan oleh Nasution dalam (Roestivan, 1982:149) dinyatakan sebagai kegiatan untuk menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu
pengetahuan. Pendapat tersebut dalam praktek sangat banyak dianut di perguruan tinggi atau sekolah yang mana seorang dosen atau guru
Sedangkan menurut Lester dan Alice dalam (Roestiva, 1982: 149), belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang belajar kalau ada perubahan
dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar disini merupakan suatu proses dimana dosen atau guru terutama melihat
apa yang terjadi selama mahasiswa atau murit menjalani pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut teori Gagne dalam (Roestivan, 1982:156), belajar memuat
dua definisi, antara lain:
a. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Mahasiswa yang mengalami proses belajar supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya itu. Adapun faktor-faktor belajar itu
dapat digolongkan sebagai berikut (Roestivan, 1982:159):
a. Faktor internal ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya. Faktor ini berwujut juga sebagai kebutuhan dari anak itu.
b. Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak. Seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.
2. Aspek Belajar
persepsi mengenai hubungan ketiga faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan proses belajar. Kuliah merupakan kegiatan yang membedakan pendidikan formal dan non formal. Pemahaman akan hal ini
akan mempengaruhi sikap dan semangat mahasiswa dalam menjalani proses belajar. Hal-hal yang harus dipahami dalam belajar, yaitu
(Suwarjono, http://suwarjono.com/upload/perilaku-belajar-di-perguruan-tinggi.pdf):
a. Makna Kuliah
Kuliah adalah bentuk unit kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi, kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan ilmu pengetahuan. Kuliah diartikan sebagai forum konfermasi mahasiswa terhadap pengetahuan.
b. Pengalaman Belajar atau Nilai
Nilai yang diperoleh peserta didik mempunyai fungsi ganda, sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah dan sebagai alat evaluasi keberhasilan mata kuliah itu sendiri. Dalam hal-hal tertentu, nilai yang diperoleh mahasiswa memang merupakan indikator kesuksesan mahasiswa dalam menempuh kuliah tetapi mungkin bukan merupakan ukuran keberhasilan pencapaian tujuan atau sasaran pengajaran mata kuliah dalam mengubah pengetahuan, perilaku atau kepribadian mahasiswa termasuk penalaranya. Biasanya mahasiswa belajar untuk mencari nilai bukan untuk mencari ilmu. Persepsi mahasiswa yang keliru mengenai hal ini akan menyebabkan mahasiswa merasa frustasi dalam menjalankan proses belajar.
c. Konsepsi Tentang Dosen
Dalam proses belajar mengajar yang efektif dosen semestinya harus dipandang sebagai manajer kelas dan merupakan nara sumber proses belajar mengajar. Dosen menetapkan sumber pengetahuan apa saja yang harus dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa dalam bentuk silabus, mahasiswa menjalani proses belajar tersebut dan dosen mengendalikan proses belajar mahasiswa. Pada kenyataan mahasiswa menganggap bahwa dosen merupakan sumber pengetahuan yang utama. Mahasiswa malas membaca artikel, hasil penelitian, dan buku-buku yang terkait dalam program belajar yang harus dipelajari.
d. Kemandirian Dalam Belajar
keyakinan bahwa sumber utama pengetahuan adalah buku, artikel, dan hasil penelitian. Gejala yang dirasakan proses belajar yang sekarang belum bisa dipandang sebagai proses belajar yang mandiri. Hal ini ditunjukkan oleh adanya kecenderungan mahasiswa untuk mengoptimalkan dirinya dengan menerima apa saja yang diajarkan. Akibatnya ada ketidak mampuan mahasiswa dalam mengungkapkan gagasanya dan ketidak mampuan mahasiswa menemukan satu gagasan dan masalah untuk bahan penulisan skripsi atau penulisan lainya.
e. Konsep Memiliki Buku
Buku merupakan sumber pengetahuan sehingga buku tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Kurangnya mahasiswa untuk membeli buku karena mahasiswa menganggap dosen merupakan sumber pengetahuan yang utama. Maka dari itu ketika mahasiswa mendapat tugas sering mengeluh mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena mereka kurang membaca buku dan artikel sehingga tugas-tugas kuliah dianggap suatu beban yang berat. f. Kemampuan Berbahasa
Penguasaan bahasa yang memadahi baik struktur maupun kosakata sangat membatu seseorang untuk mengekpresikan gagasan dan perasaan atau mendiskripsikan masalah secara cermat. Kurangnya kemampuan dalam berbahasa Indonesia secara ilmiah akan mengakibatkan mahasiswa sering mengeluh bahwa mereka sukar untuk memahami suatu buku meskipun buku tersebut ditulis dalam bahasa Indonesia sehingga sering terjadi kesalahan persepsi.
3. Perilaku Belajar
Belajar adalah kegiatan yang sengaja dipilih secara sadar oleh
setiap individu, karena seseorang mempunyai tujuan individu tertentu. Kesadaran mengenai hal ini sangat menentukan sikap dan pandangan belajar, yang akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang akan
belajar. Menurut Suwarjono (http://www.com/upload/perilaku-belajar-di-perguruan-tinggi.pdf), perilaku belajar yang baik mencakup:
a. Kebiasaan mengikuti kuliah
b. Kebiasaan memantapkan kuliah
Proses belajar merupakan kegiatan yang terencana dan kuliah merupakan kegiatan untuk memperkuat pemahaman materi pengetahuan sebagai hasil kegiatan mandiri. Pada awal temu kelas mahasiswa telah menyiapkan diri sebelumnya. Sehingga mahasiswa telah memiliki bekal sebelumnya, dengan demikian fungsi kuliah menjadi sarana untuk lebih memahami apa yang sebelumnya meragukan.
c. Kebiasaan membaca buku
Buku adalah sumber pengetahuan yang harus dibaca yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Maka dari itu ketika mahasiswa mendapat tugas mereka sering mengeluh mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena mereka kurang membaca buku dan artikel sehingga tugas-tugas kuliah sering dianggap suatu beban.
d. Kebiasaan menyiapkan karya tulis
Wawasan dan pengalaman dosen didapat karena mereka telah mengalami proses belajar dan pergaulanya dengan para praktisi atau karena riset atau penelitian yang dilakukan. Mahasiswa yang sudah terbiasa menyerap pengetahuan yang telah dikunyahkan dosen tanpa masalah dan kontroversi. Tiba-tiba mahasiswa harus menguyah sendiri pengetahuan yang didapat dan harus menghadapi masalah dan kontroversi, serta harus menemukan satu gagasan dan masalah. Dengan demikian pengetahuan mahasiswa akan berkembang.
e. Kebiasaan menghadapi ujian
Nilai yang diperoleh peserta didik sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah itu sendiri. Bagi mahasiswa yang mempunyai tujuan individu yang jelas, tentu bukan nilai yang menjadi tujuan tetapi nilai merupakan konsekuensi dari proses belajar yang dilakukanya. Maka dari itu mahasiswa harus selalu belajar dan bukanya belajar pada waktu mau menghadapi ujian saja.
Kesalahan akan perilaku belajar inilah yang dapat menyebabkan
mahasiswa stres dalam kuliahnya. Akibatnya semangat belajar akan menurun dan secara emosional mahasiswa kehilangan motivasi untuk
mengikuti aktivitas kuliah dan membuat mahasiswa tertekan dalam kuliahnya sehingga dapat menyebabkan mahasiswa stres dalam kuliah.
C. Pengertian Stres
Stres banyak digunakan untuk menjelaskan tentang sikap atau tindakan
individu yang dilakukanya apabila ia menghadapi suatu tantangan dalam hidupnya dan dia gagal memperoleh respon dalam menghadapi tantangan itu. Terjadinya proses stres didahului adanya sumber stres (stresor) yaitu setiap
keadaan yang dirasakan orang mengancam dan membahayakan dirinya.
Pengertian stres menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah
gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor-faktor luar, stres berarti juga ketegangan. Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis
(http://id.wikipedia.org/wiki/Stres).
Stresor adalah rangsangan eksternal ataupun internal yang
memunculkan gangguan keseimbangan pada individu. Secara sederhana istilah stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu dituntut berespon adaptif. Stres menuntut pola respon individu, karena
peristiwa, rangsangan atau hal yang mengganggu keseimbangannya. Stres merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan stres
keadaan yang dapat memotivasi, berdampak menguntungkan (http://www.pulih.or.id/?lang=&page=self&id=113). Stres dapat dialami seseorang apabila :
a. Adanya kejadian-kejadian signifikan, misalnya: kematian anggota keluarga, perceraian atau perpisahan, dipecat, gagal melakukan hal penting dan lain sebagainya.
b. Kesulitan hidup sehari-hari. Kesulitan hidup sehari-hari ternyata tidak dapat dianggap remeh, misalnya: bagaimana memperoleh uang yang cukup, hubungan sosial yang tidak mulus dengan teman ataupun tetangga dan lain sebagainya.
c. Ciri kepribadian juga dapat berperan. Orang yang sangat menyukai kompetisi, dan menuntut diri maupun orang lain untuk memenuhi standar pencapaian yang tinggi mungkin akan lebih mudah terkena stres yang terkait dengan penyakit.
d. Faktor situsional juga tidak dapat dilupakan. Bila kita diperlakukan diskriminasi atau penuh prasangka karena sesuatu hal yang berbeda dari diri kita, misalnya: agama, jenis kelamin, kelas sosial, etnis dan lain-lain. Kita dapat merasa tertekan dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi atau bekerja secara baik.
Menurut Hartono (2007:9), stres diidentifikasikan sebagai reaksi non-spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus stresor). Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sangat individual, sehingga suatu stres
bagi seseorang belum tentu sama tanggapanya. Bagi sementara orang, stres dapat menggambarkan keadaan psikis yang telah mengalami berbagai tekanan
yang melampoi batas ketahanannya. Sementara orang lain mengatakan stres hanya berhubungan dengan kondisi-kondisi psikologis dan emosi seseorang.
Menurut Hartono (2007:9), secara umum faktor penyebab stres
digolongkan menjadi beberapa kelompok berikut :
a. Tekanan fisik : kerja otot atau olah raga yang berat, kerja otak yang terlalu lama dan sebagainya.
c. Tekanan sosial ekonomi : kesulitan ekonomi, rasialisme, dan sebagainya.
1. Tipe Stres Psikologis
Orang berespon terhadap stres secara keseluruhan, sehingga tidak
dapat membedakan bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi bakteri akan berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula stres psikologis, misalnya kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap
kesejahteraan fisik (http://www.pulih.or.id/?lang=&page=self&id=113). Meski demikian dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis, yang sering terjadi bersamaan.
a. Tekanan. Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi seseorang bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak luar.
b. Konflik. Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
1) Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang mahasiswa yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk.
2) Konflik mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkanya. Misalnya ada acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat yang sama ada film sangat menarik untuk ditonton.
3) Konflik mendekat menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi dimana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh bertanggung jawab. Di sisi lain ada tuntutan finansial, waktu, dan lain sebagainya.
c. Frustasi. Frustasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaianya.
2) Bila kita dalam keadaan terdesak dan buru-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu, misalkan jalanan macet kita juga dapat merasakan frustasi.
3) Bila kita sangat memerlukan sesuatu, (misalkan lapar dan membutuhkan makanan) dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustasi.
2. Indikator Stres
Stres dapat menampilkan diri melalui berbagai gejala (http://www.pulih.or.id/?lang=&page=self&id=113), seperti:
a. Yang paling umum adalah meningkatnya kegelisahan, ketegangan, kecemasan.
b. Seseorang mengalami sakit kepala, atau sakit fisik lain.
c. Ketegangan otot, gangguan tidur, meningkatnya tekanan darah dan detak jantung.
d. Perubahan perilaku: individu menjadi tidak sabar, lebih cepat marah, perubahan pola makan (kehilangan selera atau bahkan terus menerus makan).
e. Kelelahan, kondisi fisik menurun.
f. Merasa frustasi, tak berdaya, menjadi depresi.
g. Masalah atau gangguan hubungan sosial dengan teman atau orang lain: curiga, cepat tersinggung, sering berbeda pendapat atau berselisih paham dan lain sebagainya.
3. Pengelolaan dan Penanggulangan Stres
Pengelolaan dan penanggulangan terhadap stres setiap orang berbeda-beda. Namun tujuan pengelolaan dan penanggulangan stres
memiliki maksud yang sama yaitu menghilangkan perasaan tidak enak yang dirasakan sebagai akibat stres. Hartono (2007:18) mengatakan bahwa usaha pengelolaan dan penanggulangan stres menurut sifatnya dibagi tiga,
yaitu :
a. Psikologis, melalui pendidikan kepribadian untuk mengubah pengertian (persepsi) dan pandangan hidup; latihan relaksasi; serta psikoterapi.
b. Obat (medis), melalui pemberian obat anti cemas.
Secara psikologis manusia berespon terhadap stres sesuai dengan persepsi dan proses pembelajaran yang telah diterimanya (http://www.pulih.or.id/?lang=&page=self&id=113).
a. Menghindari pengembangan mekanisme pertahanan diri yang kaku. Mekanisme ini berkembang saat seseorang menghayati perasaan cemas dan tidak aman, sekaligus memunculkan perasaan bersalah.
b. Menarik diri atau menghindar bila masalah sudah tidak dapat ditanggulangi. Dilakukan hanya dalam kasus-kasus tertentu saja, dan diterapkan secara sementara.
c. Melatih asertifitas. Individu dikatakan bersikap asertif bila mampu berhubungan sosial dengan orang lain jujur, menyatakan sikap dan pandangan secara tegas dan terbuka, tetapi juga menghormati orang yang dihadapinya.
d. Kompromi, negosiasi, dan subtitusi. e. Mengubah gaya hidup.
Menurut Hartono (2007:13) stres sebenarnya reaksi alamiah yang berguna, karena stres merupakan impuls kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan atau problem kehidupan.
a. Subtitusi (Pengganti)
Apabila sesuatu yang seseorang inginkan tidak dapat di capai atau dilaksanakan, orang tersebut dapat mencari pengganti atau alternatif lain yang seseorang tersebut mampu. Tindakan seperti ini merupakan metode menghilangkan stres secara sehat. Seseorang mau dan mampu melihat banyak bidang lain yang masih dapat ditekuninya dalam hidup.
b. Kegiatan Jasmani
Untuk menghilangkan stres dalam pikiran, atau melepaskan rasa frustasi dan emosi penyebab stres. Maka carilah kegiatan ringan untuk melepas rasa frustasi dan emosi tersebut. Kegiatan yang dapat kita hadapi misalnya berkebun, mencuci mobil atau motor dan sebagainya. Memang kesulitan tersebut harus dihadapi, namun akal budi yang sehat akan tumbuh dalam otak yang sudah bebas dari rasa frustasi dan emosi.
c. Manajemen Waktu dan Tugas
mungkin harus kita hadapi. Maka dari itu kita harus menyelesaikan salah satu tugas pekerjaan lebih dulu, konsentrasi jangan terpecah. Setelah itu coba selesaikan pekerjaan yang lain.
d. Carilah Kompromi, Cobalah Mengalah
Setiap orang pasti memiliki sifat egois. Dalam setiap pekerjaan atau persoalan dalam kehidupan sehari-hari, pemaksaan kehendak dan pendapat diri sendiri akan menimbulkan persoalan atau percekcokan. Oleh karena itu cobalah kompromi, cobalah mengalah untuk kebaikan, dan jangan memperpanjang perbedaan sehingga suasana tegang akan lenyap dan stres anda akan berkurang.
e. Jangan Suka Mengkritik Orang Lain
Janganlah suka membicarakan hal buruk (gosip) mengenai orang lain. Karena setiap orang mempunyai jalan pikir yang berbeda, kita menganggap pendapat kita benar tetapi tidak bagi orang lain. Maka dari itu jagalah perkataan atau ucapan kita agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Hal demikian akan menghindarkan terjadinya adu mulut dan stres yang tidak diharapkan.
f. Rileks
Jika kita dihadapkan pada permasalahan yang membuat tertekan dan menimbulkan stres, maka cobalah tinggalkan permasalahan itu sejenak. Pergilah berjalan-jalan, berkebun, olahraga ringan dan kegiatan lainya. Setelah emosi stabil dan pikiran kita tenang, jalan pemecahannya dapat ditemukan.
4. Stres Kuliah
Stres kuliah adalah suatu keadaan dimana mahasiswa merasa
tertekan dalam kuliahnya yang disebabkan oleh kurangnya mahasiswa memahami tujuan kuliah, makna kuliah dan faktor lingkungan. Kesalahan
D. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Stres Kuliah
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal diri
sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri sendiri, mengelola dan mengekspresikan emosi dengan tepat. Bila individu memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri dan mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik. Stres kuliah adalah keadaan dimana mahasiswa merasa
tertekan dalam kuliahnya yang disebabkan oleh kurangnya mahasiswa memahami tujuan kuliah, makna kuliah dan faktor lingkungan. Dengan
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mahasiswa dapat menjalin interaksi yang baik dengan dosen, menjalin interaksi antar mahasiswa, dan menjalin interaksi dengan ilmu pengetahuan, serta dapat memanajemen
waktu dan tugasnya. Memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan memiliki peranan penting bagi mahasiswa untuk menghadapi stres kuliah
yang bakal datang.
2. Hubungan Perilaku Belajar Mahasiswa dengan Stres Kuliah
Belajar adalah kegiatan sengaja dipilih secara sadar oleh setiap
individu, karena setiap individu memiliki tujuan individu tertentu. Kesadaran akan hal ini sangat menentukan sikap dan pandangan belajar,
mengerjakan tugas. Dengan perilaku belajar yang baik dapat dilihat dari kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku dan kebiasaan menghadapi ujian. Dengan perilaku belajar yang baik maka mahasiswa
akan lebih mudah dalam menyelesaikan tugasnya, dengan demikian akan dapat mengurangi timbulnya stres kuliah.
3. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Perilaku Belajar dengan Stres Kuliah
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal diri
sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri sendiri, mengelola dan mengekspresikan emosi dengan tepat. Bila individu memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri dan mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik. Belajar adalah kegiatan sengaja dipilih secara sadar oleh
setiap individu, karena setiap individu memiliki tujuan individu tertentu. Kesadaran akan hal ini sangat menentukan sikap dan pandangan belajar,
yang akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang akan belajar.
Stres kuliah dimana mahasiswa merasa tertekan karena kesalahan perilaku belajar di perguruan tinggi membuat mahasiswa merasa terbebani
dalam mengerjakan tugas. Dengan adanya kecerdasan emosional yang ditandai oleh kemampuan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri,
menghadapi stres yang bakal datang dan dapat mengurangi timbulnya stres.
E. Rumusan Hipotesis
1. Ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dengan stres kuliah.
2. Ada hubungan yang negatif perilaku belajar dengan stres kuliah.
24 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada mahasiswa Pendidikan
Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dimana hasil
atau kesimpulan yang ditarik dari penelitian tidak bisa direalisasikan di tempat
lain. Studi kasus yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan
dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti, serta
interaksinya dengan lingkungan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Akuntansi,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Waktu Penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa
Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kecerdasan
emosional, perilaku belajar mahasiswa, dan stres kuliah.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang ada dalam wilayah
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti.
Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma tahun 2005,
3. Teknik Penarikan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non probability
sampling berupa purposive sampling yaitu teknik sampling yang dilakukan
dengan cara mengambil subyek yang didasarkan atas adanya pertimbangan
tertentu. Antara lain keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak
dapat mengambil sampel yang besar dan jauh (Sugiyono, 2006:77).
Dengan mempertimbangkan terbatasnya tenaga peneliti dan waktu, maka
tidak mungkin mengambil seluruh Universitas yang ada. Dengan demikian
peneliti mengambil Universitas Sanata Dharma yang diperkirakan
merupakan tempat yang dapat mewakili obyek yang diteliti sehubungan
dengan judul penelitian.
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan
secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi dan pengaruh. Dimensi kecerdasan emosional mencakup mengenal
emosi diri, mengelola emosi, motivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain, dan membina hubungan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional Nomor Item Variabel
Penelitian Dimensi Indikator + - Kepuasan akan diri
sendiri 1
Mengetahui
kekuatan 2 3
Keyakinan akan
kemampuan sendiri 4 Mengenal
emosi diri
Tanggung jawab
akan tugas 5
Dapat
mengendalikan diri. 6,10 Menahan emosi dan
dorongan negatif 7 Bertanggung jawab
atas kinerja sendiri 8 Mengelola
emosi
Mudah tenang, dalam situasi yang menekan
9
Terbuka dengan ide
dan informasi baru 11 Kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan 12 Dorongan untuk
menjadi lebih baik 13,14 Motivasi diri
sendiri
Refleksi diri untuk
maju 15
Memahami
perasaan orang lain 16,17 Mengerti perasaan
orang lain 18
Tanggap terhadap kebutuhan orang lain 19 Mengenali emosi orang lain
Bersedia melayani 20 Kecerdasan
Emosional
Membina hubungan
Menerima pendapat orang lain dengan terbuka
Memiliki etika 22 Kooperatif dan
kolaborasi 23 Kemampuan
membangun kelompok.
24
Setiap pertanyaan dalam kuesioner diukur dengan skala Likert. Pemberian
skor pada setiap alternatif pernyataan adalah sebagai berikut:
Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak setuju 2 4
Sangat tidak setuju 1 5
2. Variabel Perilaku Belajar
Perilaku belajar merupakan kegiatan yang sengaja dipilih secara sadar oleh
setiap individu, karena seseorang mempunyai tujuan individu tertentu.
Dimensi perilaku belajar mencakup kebiasaan mengikuti kuliah, kebiasaan
memantapkan kuliah, kebiasaan membaca buku, dan kebiasaan
menghadapi ujian. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel
[image:47.595.83.516.245.767.2]perilaku belajar:
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Perilaku Belajar
Nomor Item Variabel
penelitian Dimensi Indikator + - Kedatangan kuliah 1
Partisipasi 2 Memperhatikan saat
kuliah 3,5
Perilaku belajar
Kebiasaan mengikuti kuliah
teman
Tanggung jawab
untuk belajar 6
Persiapan belajar
untuk esok hari 7 Bertanya 8 Membaca kembali 9
Kebiasaan memantapkan kuliah
Membuat catatan
yang penting 10
Setiap hari membaca literatur, referensi
11,12, 15 Memahami tiap
bacaan 13
Kebiasaan membaca buku
Pemberian tanda 14 Keteraturan belajar 16 Kebiasaan
menghadapi ujian
Kesiapan
menghadapi ujian 17
Setiap pertanyaan dalam kuesioner diukur dengan skala Likert. Pemberian
skor pada setiap alternatif pernyataan adalah sebagai berikut:
Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak setuju 2 4
Sangat tidak setuju 1 5
3. Variabel Stres Kuliah
Stres adalah keadaan tertekan baik secara fisik maupun psikologis. Stres
kuliah adalah suatu keadaan dimana mahasiswa merasa tertekan dalam
kuliahnya yang disebabkan oleh kurangnya mahasiswa memahami tujuan
kuliah dan makna kuliah. Indikator stres dapat menampilkan diri melalui
tekanan darah, kelelahan, dan frustasi. Berikut ini disajikan tabel
operasionalisasi variabel stres kuliah:
[image:49.595.85.504.186.686.2]Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Stres Kuliah
Nomor Item Variabel
Penelitian Dimensi Indikator + - Meningkatnya kegelisahan, ketegangan, kecemasan. Perasaan tiba-tiba gelisah, cemas,
tegang. 1
Sakit kepala, atau sakit fisik.
Tiba-tiba sakit kepala
2
Ketegangan otot,
gangguan tidur.
Otot-otot tubuh terasa tegang, susah tidur.
3
Lebih mudah marah, tidak sabar.
Mudah marah bila
digoda teman. 4
Kelelahan, kondisi fisik menurun. Merasa lelah walaupun tidak melakukan aktivitas fisik yang berat.
5 Stres
Frustasi,
depresi, tak berdaya.
Putus asa atau menghindar dari masalah yang tak kunjung selesai.
6
Setiap pertanyaan dalam kuesioner diukur dengan skala Likert. Pemberian
skor pada setiap alternatif pernyataan adalah sebagai berikut:
Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak setuju 2 4
F. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner tersebut berisi pertanyaan tentang data responden dan pertanyaan
yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian. Dengan cara ini
peneliti memperoleh data primer tentang kecerdasan emosional, perilaku
belajar, dan stres kuliah.
G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan
suatu butir-butir pertanyaan. Untuk pengujian validitas digunakan rumus
Product Moment (Arikunto, 2002:146):
=
r
xy(
)( )
(
)
{
2 2}
{
2( )
2}
Y Y
N X X
N
Y X XY
N
∑ − ∑ ∑
− ∑
∑ ∑ − ∑
Keterangan :
rxy = Korelasi antar skor masing-masing item dengan skor total
seluruh item N = Jumlah subjek
X = Skor untuk masing-masing item Y = Skor total seluruh item
∑XY = Jumlah perkalian variabel bebas dengan variabel terikat
Jika rhitung > rtabel dengan taraf signifikan (α = 0,05) maka butir-butir
pertanyaan dikatakan valid.
Jika rhitung < rtabel dengan taraf signifikan (α = 0,05) maka butir-butir
Pengujian validitas ini dilakukan dengan bantuan program
komputer, yakni SPSS for Windows versi 15, yang hasilnya terangkum
[image:51.595.86.512.201.653.2]sebagai berikut:
Tabel 3.4
Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Kecerdasan Emosional
No. Item rhitung rtabel Keterangan
1 0,273 0,239 Valid 2 0,289 0,239 Valid 3 0,373 0,239 Valid 4 0,335 0,239 Valid 5 0,585 0,239 Valid 6 0,334 0,239 Valid 7 0,426 0,239 Valid 8 0,463 0,239 Valid 9 0,548 0,239 Valid
10 0,512 0,239 Valid
11 0,627 0,239 Valid
12 0,726 0,239 Valid
13 0,401 0,239 Valid
14 0,553 0,239 Valid
15 0,521 0,239 Valid
16 0,650 0,239 Valid
17 0,469 0,239 Valid
18 0,663 0,239 Valid
19 0,622 0,239 Valid
20 0,411 0,239 Valid
21 0,671 0,239 Valid
22 0,619 0,239 Valid
23 0,478 0,239 Valid
Tabel 3.5
Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Perilaku Belajar Mahasiswa
No. Item rhitung rtabel Keterangan
1 0,388 0,239 Valid 2 0,676 0,239 Valid 3 0,703 0,239 Valid 4 0,424 0,239 Valid 5 0,537 0,239 Valid 6 0,431 0,239 Valid 7 0,463 0,239 Valid 8 0,518 0,239 Valid 9 0,552 0,239 Valid
10 0,605 0,239 Valid
11 0,625 0,239 Valid
12 0,664 0,239 Valid
13 0,750 0,239 Valid
14 0,507 0,239 Valid
15 0,528 0,239 Valid
16 0,531 0,239 Valid
[image:52.595.82.513.175.655.2]17 0,536 0,239 Valid
Tabel 3.6
Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Stres Kuliah
No. Item rhitung rtabel Keterangan
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel/handal bila jawaban atas pernyataan adalah konsisten/stabil dari
waktu ke waktu. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas digunakan rumus
Koefisien Alpha Cronbach dengan taraf signifikansi 5% (Arikunto,
2002:171): ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =
∑
σ
σ
2 2 11 1 1 t b k k r Keterangan :r11 = Reliabel instrumen yang dicari
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
σ
2b = Jumlah varians butir
σ
2t = Varians total
Sedangkan rumus varian yang digunakan adalah:
(
)
n n X X 2 2 2∑
∑
= α Keterangan:n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih (total nilai nomor-nomor butir pertanyaan)
Besarnya r dapat dihitung dengan uji statistik Alpha Cronbach. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha
Taraf signifikansi (α ) yang digunakan adalah 5%. Jika rhitung >
rtabel, maka instrument (pertanyaan-pertanyaan) yang diberikan pada
responden dapat dinyatakan reliabel (dapat dipercaya).
Berdasarkan hasil uji validitas di muka, selanjutnya dapat
dilakukan pengujian reliabilitas. Dari hasil pengujian yang dilakukan
dengan bantuan program komputer, yakni SPSS for Windows versi 15,
didapat koefisien alpha (rhitung) untuk variabel kecerdasan emosional
sebesar 0,740 (Lampiran halaman 66). Mengingat harga rhitung = 0,740 >
dari harga rtabel = 0,60, maka instrument (pertanyaan-pertanyaan) yang
diberikan pada responden dapat dinyatakan reliabel (dapat dipercaya).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (rhitung)
untuk variabel perilaku belajar mahasiswa sebesar 0,747. Mengingat harga
rhitung = 0,747 > dari harga rtabel = 0,60, maka instrument
(pertanyaan-pertanyaan) yang diberikan pada responden dapat dinyatakan reliabel
(dapat dipercaya).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (rhitung)
untuk variabel stres kuliah sebesar 0,773. Mengingat harga rhitung = 0,773 >
dari harga rtabel = 0,60, maka instrument (pertanyaan-pertanyaan) yang
H. Teknik Analisa Data 1. Deskripsi Data
Pada bagian ini peneliti mendeskripsikan data hasil observasi yang sudah
didapat dari penelitian yang meliputi variabel kecerdasan emosional,
perilaku belajar, dan stres. Data didiskripsikan dalam tabel distribusi
frekuensi dan kemudian dihitung nilai-nilai statistiknya antara lain mean,
median, modus dan standar deviasi.
2. Uji Prasyarat Analisis Data
a) Uji Normalitas
Uji Normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas menggunakan rumus One-Sample
Kolmogorov-Smirnov (Arikunto, 1996:406), yaitu:
( )
( )
[
1 1]
max Fo x Sn x D= −
Keterangan:
D = Devisiasi max
Fo(x1) = F distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn(x1) = F distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Jika nilai F hitung > F tabel pada taraf signifikan 5% maka distribusi data
dikatakan tidak normal, sebaliknya jika nilai F hitung < F tabel maka
distribusi data dikatakan normal.
b) Uji Linearitas
Uji Linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing - masing
variabel bebas mempunyai hubungan linier atau tidak dengan variabel
regresi dengan menguji signifikasi nilai F. Adapun rumus yang
digunakan untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut (Sudjana,
1992:332).
2 2
Se S F = TC
Keterangan:
F = Harga bilangan F garis regresi
S2TC = Tuna Corak dicari dengan cara =
( )
2 k
TC JK
− Se2 = Varians kekeliruan
Setelah didapatkan f (F hitung) kemudian diuji dengan taraf signifikansi
5% dengan dk pembilang = (k – 2) dan dk penyebut (n-k). Jika F hitung
≥ F (1-a) (k-2) dan dk penyebut (n-k) hipotesis model regresi linear
ditolak. Dan sebaliknya jika F hitung≤ F (1-a) (k-2) dan dk penyebut
(n-k) hipotesis model regresi linier diterima.
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
a) Pengujian Hipotesis I, dan II
Untuk menguji hipotesis 1 dan 2 dalam pengujian ini menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1). Perumusan hipotesis I
Ho1 : Tidak ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional
dengan stres kuliah.
Ha1 : Ada hubungan negatif kecerdasan emosional dengan stres
2). Perumusan hipotesis II
Ho2 : Tidak ada hubungan yang negatif perilaku belajar dengan
stres kuliah.
Ha2 : Ada hubungan negatif perilaku belajar dengan stres kuliah.
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua yaitu : (1) ada hubungan
negatif antara kecerdasan emosional (X1) dengan stres kuliah (Y) dan
(2) ada hubungan negatif antara perilaku belajar (X2) dengan stres
kuliah (Y), digunakan tehnik analisis korelasi Product Moment dengan
rumus sebagai berikut (Arikunto, 2002:244).
xy
r =
( )( )
(
{
2 2}
{
2( )
2}
Y Y n X n Y X XY n
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − X Keterangan:n = Jumlah subyek yang diteliti
X = Variabel kecerdasan emosional, perilaku belajar Y = Variabel stres kuliah
rxy = Koefisien korelasi
Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi (rhit) bernilai lebih
besar atau sama dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Demikian
sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (rhit) lebih
kecil dari rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Untuk pengujian
keberartian koefisien korelasi maka dihitung thitung dan ttabel dengan
rumus ( Sudjana, 2002 : 380):
t = 2 r 1 2 n r − − Dimana :
n = jumlah responden t = Harga tes yang dicari
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
Ho = diterima bila t hitung ≤ t tabel, berarti ada korelasi antara variabel
X terhadap variabel Y.
Ho = ditolak bila t hitung > t tabel, berarti tidak ada korelasi antara
variabel X dengan variabel Y.
Begitu juga untuk pengujian hipotesis yang kedua.
b) Pengujian hipotesis III
Ho3 : Tidak ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dan
perilaku belajar dengan stres kuliah.
Ha3 : Ada hubungan yang negatif kecerdasan emosional dan perilaku
belajar dengan stres kuliah.
Mencari persamaaan korelasi ganda
2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 . 1 2 x x x x yx yx yx yx x x y r r r r r r R − − + = Dimana:
Ry.x1x2= korelasi antara variabel stres kuliah dengan kecerdasan
emosional dan perilaku belajar secara bersama-sama.
ryx1 = korelasi product moment antara stres kuliah dengan
kecerdasan emosional.
ryx2 = korelasi product moment antara stres kuliah dengan perilaku
belajar.
Rx1x2 = korelasi product moment antara kecerdasan emosional
dengan perilaku belajar.
Untuk melihat apakah variabel-variabel dalam korelasi ganda bisa
membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada signifikansi = 0,05 dengan
dk pembilang = k dan dk penyebut = n-k-1 (Sugiyono, 2006:219).
) 1 /(
) 1 (
/
2 2
− − −
=
k n R
k R Fh
Keterangan :
R = koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel
Kesimpulan:
1). Jika nilai Fhitung ≤ Ftabel berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi
koefisien korelasi ganda yang ditemukan adalah signifikan.
2). Jika nilai Fhitung > Ftabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
41
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Responden penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma dengan jumlah 212 mahasiswa. Dari sejumlah responden tersebut sebanyak 182 mahasiswa mengisi secara lengkap kuesioner penelitian sehingga dapat menjadi sumber data penelitian ini. Berikut
ini disajikan deskripsi data penelitian.
A. Deskripsi data
1. Kecerdasan Emosional
Banyaknya butir kuesioner variabel kecerdasan emosional
berjumlah 24 item. Total skor jawaban tertinggi adalah 120 dan skor terendah adalah 24. Berikut ini disajikan deskripsi data kecerdasan
emosional dengan menggunakan PAP tipe II (Masidjo, 1995:157).
Tabel4.1
Deskripsi Kecerdasan Emosional
Interval f fr Penilaian
102 – 120 30 16,5% Sangat Tinggi
87 – 101 108 59,3% Tinggi
78 – 86 35 19,2% Sedang
68 – 77 7 3,8% Rendah
24 – 67 2 1,1% Sangat Rendah
Jumlah 182 100%
sangat tinggi sebanyak 30 mahasiswa (16,5%), tinggi sebanyak 108 mahasiswa (59,3%), sedang sebanyak 35 mahasiswa (19,2%), rendah sebanyak 7 mahasiswa (3,8%), dan sangat rendah sebanyak 2 mahasiswa
(1,1%). Dengan demikian dari hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional mahasiswa Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma adalah tinggi. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan nilai mean =
93,20, median = 93, dan modus = 93 yang termasuk kategori tinggi. 2. Perilaku Belajar Mahasiswa
Banyaknya butir kuesioner variabel perilaku belajar mahasiswa berjumlah 17 item. Total skor jawaban tertinggi adalah 85 dan skor terendah adalah 17. Berikut ini disajikan deskripsi data perilaku belajar
mahasiswa dengan menggunakan PAP tipe II (Masidjo, 1995:157).
Tabel4.2
Deskripsi Perilaku Belajar Mahasiswa
Interval f fr Penilaian
72 – 85 17 9,3% Sangat Baik
62 – 71 39 21,4% Baik
55 – 61 63 34,6% Biasa
48 – 54 45 24,7% Tidak Baik
17 – 47 18 9,9% Sangat Tidak Baik
Jumlah 182 100%
mahasiswa (21,4%), biasa sebanyak 63 mahasiswa (34,6%), tidak baik sebanyak 45 mahasiswa (24,7%), dan sangat tidak baik sebanyak 18 mahasiswa (9,9%). Dengan demikian dari hasil penelitian di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa perilaku belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,