• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipes Team Games Tournament (TGT) sebagai upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada materi jurnal penyesuaian. Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipes Team Games Tournament (TGT) sebagai upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada materi jurnal penyesuaian. Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta."

Copied!
323
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

YENNICA ENDANG TRI UTAMI NIM: 091334067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu

memberi berkat dan penyertaan dalam menjalani

kehidupan ini

Orangtuaku tersayang : Bapak Ignatius Setio Pramono

dan Ibu Monica Mestya yang selalu memberikan doa,

dukungan dan cinta kasih untuk kebaikan dan

keberhasilan hidupku.

Kakakku Veronica Dian Pramesya dan Ade Surya Elfina

Putra serta Sahabat-sahabatku tersayang

Almamaterku

(5)

v

MOTTO

I have been crucfield with Christ and i no longer live,

but Christ lives in me (Galatians 2:20)

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam

kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:12)

an idea not coupled with action will never

get any bigger than the brain cell it

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

Yennica Endang Tri Utami Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan motivasi belajar pada materi pembelajaran jurnal penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT; (2) peningkatan prestasi belajar pada materi pembelajaran jurnal penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah 25 siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Data analisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(9)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING(TGT type) TO IMPROVE STUDENT’S LEARNINGS MOTIVATION AND

ACHIEVEMENT ON ADJUSTMENT JOURNAL ENTRIES MATERIALS

A Classroom Action Research in the Eleventh Grade Students of the Social Science Department of BOPKRI 2 Yogyakarta Senior High School

Yennica Endang Tri Utami Sanata Dharma University

2013

The aims of this research are to find out: (1) the improvement of students’

learning motivation on adjustment journal entries material through cooperative learning: teams-games-tournament;(2) the improvement of students’ learning achievement on adjustment journal entries material through cooperative learning: teams-games-tournament.

This research is a classroom action research. The participants of this research were 25 students of the Eleventh Grade Students of the Social Science Department of BOPKRI 2 Yogyakarta. There was one cycle in this research which includes four stages; those were planning, action, observation, and reflection. The data were gathered by using four research instruments namely observation, questionnaire, interview, and documentation. The researcher used descriptive and comparative analysis techniques to analyze the data.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi

ini. Skripsi dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar

Siswa pada Materi Jurnal Penyesuaian” ini disusun untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari beberapa pihak yang telah memberikan bantuan baik moril, materil, dukungan, bimbingan maupun kerja sama kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi

5. Seluruh dosen Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjadi mahasiswa Pendidikan Akuntansi.

6. Ibu Dra. Arina Rahayu, M.M selaku Guru bidang studi Akuntansi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan pikiran, kesediaan dan waktunya untuk membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

7. Para siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah bersedia bekerja sama membantu peneliti dalam penelitian.

8. Mbak Aris selaku staf sekretariat Pendidikan Akuntansi yang selama ini telah membantu melayani dalam administrasi.

9. Kedua orang tua, Bapak Ign. Setio Pramono dan Ibu Monica Mestya yang tidak pernah lelah memberikan doa,kasih sayang, serta dukungan baik moril dan materil. Berkat Tuhan Yesus selalu melimpahi ayah dan mama.

10. Kakak Veronica Dian P. dan Mas Ade Surya Elfina P yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis.

11. Om Martinus Kasworo dan keluarga, yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis sejak awal menempuh pendidikan ini.

12. Sahabat terbaikku Afni, Rani, Acut dan Ika terimakasih atas segala dukungan dan doanya.

(12)

xii

skripsi ini, semoga seterusnya terus saling memotivasi, salam sukses kesayanganku.

14. Teman-temanku seperjuangan bimbingan Bapak Laurentius Saptono, Anggela Sri H, Stefany Dwi C, Robertus Haryo P, Richardo Eko W, Vincentius Afri E, Ratih Anggraini, Eleonora Prila N dan Lita Rahayu N terima kasih atas segala bantuan yang kalian berikan, kebersamaan kita sungguh mengajarkan arti sebuah tim yang sesungguhnya.

15. Teman-temanku di Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi kelas A dan B serta Pendidikan Ekonomi angkatan 2009. Terimakasih untuk segala dinamika kehidupan, dukungan dan bantuannya selama ini.

16. Teman-teman kost, Sisca, Tata, Shella, Mbak Aik, Fetra, Celly, Epi dan Santi terimakasih untuk semangatnya, kalian juga semangat terus yaa, sukses. 17. Teman-temanku Volunteer Yayasan Sosial Soegijapranata, terimakasih

banyak telah membantuku mengenal kehidupan yang sebenarnya.

18. Murid-muridku di Perkampungan Sosial Pingit, terimakasih untuk setiap semangat yang kalian tularkan untukku.

19. Teman-teman kelompok PPL SMA BOPKRI 2 Aldo, Satrio, Anggel,Yunita, Monika, Uut, Anik, Dara, Jeni, Friska, Cae, dan Yohan yang telah memberikan dukungan dan saran selama persiapan pelaksanaan penelitian. 20. Yang selalu kusebut dalam doa, terimakasih telah mengajarkan aku dan

(13)
(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

(15)

xv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas ... 6

B. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 12

C. Teams-Games-Tournament (TGT)………... ... 16

D. Motivasi Belajar ... 19

E. Prestasi Belajar ... 23

F. Jurnal Penyesuaian ... 24

G. Kerangka Teoretik ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 36

D. Prosedur Penelitian ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

(16)

xvi BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Sejarah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 60

B. Visi Misi Tujuan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 64

C. Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 66

D. Organisasi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 67

E. Sumber Daya Manusia ... 70

F. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah ... 72

G. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah ... 77

H. Hubungan antara SMA BOPKRI 2 Yogyakarta denga Insansi Lain .. 77

I. Usaha-usaha Peningkatan Lulusan... 79

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 83

B. Analisis Komparasi Prestasi dan Motivasi Belajar Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 123

C. Pembahasan ... 133

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 136

B. Keterbatasan Penelitian ... 137

C. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA 139

(17)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 47

Tabel 3.2 Pemberian Skor pada Kuesioner ... 48

Tabel 3.3 Rangkuman Pengujian Uji Validitas Motivasi Belajar ... 49

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 50

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test Jurnal Penyesuaian ... 50

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Pre-test ... 51

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Pengujian Uji Validitas Soal Post-test ... 52

Tabel 3.8 Komparasi Motivasi Belajar Sebelum dan Sesudah Pembelajaran ... 56

Tabel 3.9 Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 56

Tabel 3.10 Komparasi Prestasi Belajar Sebelum dan Sesudah Pembelajaran ... 56

Tabel 3.11 Analisis Komparatif Tingkat Prestasi Belajar Siswa ... 57

Tabel 4.1 Keadaan Guru dan Tenaga Pendidikan ... 70

Tabel 4.2 Daftar Pendidikan Guru ... 71

Tabel 4.3 Daftar Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul ... 72

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru ... 84

Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa di Kelas ... 88

Tabel 5.3 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian ... 90

Tabel 5.4 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran….. 91

(18)

xviii

Tabel 5.6 Deskripsi Prestasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian ... 103

Tabel 5.7 Daftar Hasil Post-test ... 106

Tabel 5.8 Deskripsi Prestasi Belajar Siswa Sesudah Penelitian ... 107

Tabel 5.9 Daftar Hasil Motivasi Belajar Sesudah Penelitian ... 108

Tabel 5.10 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa Sesudah Penelitian ... 109

Tabel 5.11 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 110

Tabel 5.12 Refleksi Siswa Terhadap Perannya dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 112

Tabel 5.13 Aktivitas Guru Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 113

Tabel 5.14 Lembar Observasi Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 117

Tabel 5.15 Hasil Observasi Kelas selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 119

Table 5.16 Refleksi/Kesan Guru Mitra terhadap Pelaksanaan PTK ... 121

Tabel 5.17 Analisis Komparatif Motivasi Siswa Sebelum dan Sesudah Penelitian ... 123

Tabel 5.18 Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 124

Tabel 5.19 Pengujian Normalitas Selisih Motivasi Belajar Sebelum dan Sesudah PTK Berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 126

(19)

xix

Tabel 5.21 Nilai Pre-test dan Post-test ... 128 Tabel 5.22 Analisis Komparatif Tingkat Prestasi Belajar Siswa ... 129 Tabel 5.23 Pengujian Normalitas Selisih Prestasi Belajar Siswa Sebelum dan

Sesudah PTK Berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 131 Tabel 5.24 Pengujian Beda Rata-rata Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Observasi ... 142

Lampiran 2 Refleksi ... 158

Lampiran 3 Kuesioner ... 168

Lampiran 4 Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) ... 188

Lampiran 5 Pre-test dan Post-test ... 202

Lampiran 6 Kunci jawaban ... 225

Lampiran 7 Pedoman wawancara siswa dan guru ... 238

Lampiran 8 Media Pembelajaran ... 243

Lampiran 9 Daftar data tabulasi... ... 262

Lampiran 10 Skenario ... 285

Lampiran 11 Nilai Total ... 292

Lampiran 12 Daftar Pembagian Kelompok ... 294

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran akuntansi menurut kurikulum yang berlaku mulai diberikan pada siswa SMA dikelas XI jurusan IPS. Namun di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, mata pelajaran akuntansi sudah diterima siswa sejak kelas X. Lebih cepatnya penyampaian mata pelajaran akuntansi ini diberikan kepada siswa dimaksudkan untuk memberikan bekal yang cukup pada saat penjurusan program di kelas XI. Pemberian materi akuntansi kepada siswa kelas X tersebut tidak secara otomatis bebas dari permasalahan. Fakta di kelas menunjukkan banyak siswa seringkali masih terlihat kurang memahami materi mata pelajaran akuntansi.

(23)

tahun yang tidak begitu memuaskan. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pada batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 jumlah siswa yang tuntas KKM materi jurnal penyesuaian kurang dari 50%.

Kesulitan-kesulitan siswa dalam pembelajaran akuntansi khususnya materi jurnal penyesuaian perlu dicarikan solusi. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah guru menerapkan strategi dan model pembelajaran yang menyenangkan dan memudahkan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran akuntansi. Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat dipilih guru yaitu: model percepatan belajar, pembelajaran kooperatif, model pengajaran langsung, pengajaran berdasarkan masalah dan pembelajaran kontekstual. Dari model-model tersebut, pembelajaran model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dipilih peneliti dan guru mitra sebagai solusi permasalahan pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

(24)

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi

Belajar Siswa Pada Materi Jurnal Penyesuaian”. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Model pembelajaran kooperatif cukup banyak ragamnya. Sejalan dengan permasalahan pembelajaran, penelitian ini memfokuskan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada materi jurnal penyesuaian. PTK ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe TGT.

C. Rumusan Masalah

(25)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada pembelajaran materi jurnal penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dalam materi dan kondisi pembelajaran di kelas, khususnya materi jurnal penyesuaian.

2. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa untuk dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar khususnya pada materi jurnal penyesuaian.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Dengan demikian diharapkan hal tersebut berdampak pada perbaikan kualitas pendidikan di sekolah menjadi lebih baik.

4. Bagi peneliti

(26)

5. Bagi perguruan tinggi

(27)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Ada tiga kata yang membentuk makna dari PTK yaitu penelitian, tindakan, kelas. Berikut ini diuraikan setiap kata yang membentuk PTK (Arikunto, 2006:2):

a. Penelitian menunjukkan suatu kegiatan mencermati objek dengan cara dan metode tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian kegiatan untuk siswa.

c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi pada pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu bersamaan, menerima pembelajaran yang sama oleh guru yang sama pula.

(28)

hasil belajar siswa dapat meningkat. Sedangkan menurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_tindakan_kelas), penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Dengan demikian, PTK adalah suatu penelitian yang dirancang dengan merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan pembelajaran secara kolaboratif dengan harapan dapat memperbaiki kualitas proses dan tujuan pembelajaran yang lebih baik dan berdampak pada kualitas kinerja guru serta kualitas kegiatan pembelajaran yang dialami siswa.

2. Prinsip Dasar PTK

Menurut Suyadi (2012:7), prinsip dasar PTK adalah sebagai berikut:

a. PTK dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang alamiah

PTK harus dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang alamiah. Artinya, PTK harus dilakukan tanpa mengubah situasi dan jadwal pelajaran. Dengan kata lain, PTK tidak perlu dilakukan dalam situasi yang khusus, apalagi sampai mengubah kebiasaan pembelajaran.

b. Adanya inisiatif guru untuk memperbaiki proses pembelajaran

Guru harus peka terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam pembelajaran. Bahkan, guru dituntut untuk lebih sensitif terhadap prestasi belajar siswa. Kepekaan dan sensitivitas inilah yang akan mendorong naluri guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.

c. Menggunakan analisis SWOT sebagai dasar dalam bertindak

(29)

d. Adanya upaya secara konkrit

Inisiatif untuk memperbaiki pembelajaran yang didasarkan pada analisis SWOT sebagaimana disebutkan di atas harus berupa “tindakan” secara konkrit. Tidak cukup hanya dengan harapan maupun angan-angan. Harus benar-benar konkrit berupa tindakan praktis. Inilah salah satu ciri khas PTK, yakni adanya “tindakan” secara praktis dan konkrit. e. Merencanakan dengan SMART

SMART yang dimaksud oleh Suharsimi Arikunto adalah singkatan bermakna dari masing-masing huruf tersebut, yakni :

S : Spesific, khusus, tidak terlalu umum/luas. Misalnya, melakukan penelitian untuk bahasa indonesia, tetapi hanya satu aspek seperti bicara, menulis dan mendengar. Dengan demikian, hasilnya jelas karena spesifik.

M : Managable, dapat dikelola, dilaksanakan. Artinya, lokasi mudah dijangkau, data dapat dikumpulkan dengan mudah, hasilnya dapat dikoreksi, dan tidak menyulitkan.

A : Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau achieveable, dapat dijangkau,dicapai. Artinya, mudah dilakukan, tidak berbelit, dan hal-hal lain yang membuat siswa berkeluh-kesah atas tindakan yang dilakukan guru dalam penelitian.

R : Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan. Artinya, tidak menyimpang dari tujuan, serta hasilnya bermanfaat baik bagi guru maupun siswa.

T : Time-bound, diikat oleh waktu, terencana. Ada jadwal dan target yang jelas: kapan dilaksanakan, kapan diselesaikan dan kapan dapat dilihat hasilnya.

3. Ciri PTK

Menurut Kunandar dalam Whitehead (2003:57):

a. Dalam penelitian tindakan kelas ada komitmen pada peningkatan pendidikan. Komitmen tersebut memungkinkan setiap yang terlibat untuk memberikan andil yang berarti demi tercapainya peningkatan yang mereka sendiri dapat ikut rasakan.

b. Dalam penelitian tindakan kelas, ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan pemahaman dan praktik seseorang serta untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri.

c. Pada penelitian tindakan kelas melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen dan bermaksud.

d. Dalam penelitian tindakan kelas dilakukan pemantauan sistemik untuk menghasilkan data atau informasi yang valid.

(30)

4. Karakteristik PTK

Karakteristik serta tujuan PTK menurut Kunandar (2008: 58-63): a. On the job problem-oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil

yang muncul dari dunia kerja peneliti yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti). PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

b. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan oleh guru sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.

c. Improvement oreinted (upaya dalam peningkatan mutu). PTK dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas.

d. Ciclic (siklus). Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang.

e. Action oriented. PTK selalu didasarkan pada tindakan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas.

f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

g. Specifics contextual. Aktivitas PTK dipacu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru.

h. Partisipatory (collaborative). Dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain.

i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

j. Dilaksanakan dalam beberapa langkah dengan beberapa siklus dimana dalam satu siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

5. Manfaat PTK

Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran menurut Kusumah (2009:14-16), antara lain:

a. Manfaat bagi guru:

1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran, 2) Meningkatkan profesionalitas guru,

3) Meningkatkan rasa percaya diri guru,

4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

b. Manfaat khusus PTK :

(31)

3) Menggali ide baru,

4) Melatih pemikiran ilmiah, 5) Mengembangkan keterampilan,

6) Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas. c. Kesimpulan manfaat

1) Menumbuhkan kebiasaan menulis, 2) Berpikir analitis ilmiah,

3) Menambah khasanah ilmu pendidikan, 4) Menumbuhkan semangat guru lain, 5) Mengembangkan pembelajaran,

6) Meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan. 6. Keunggulan PTK

Keunggulan PTK yang dilaksanakan di sekolah diantaranya, yaitu (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010:17):

a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual b. Kerangka kerjanya teratur

c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif d. Fleksibel dan adaptif

e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran

f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas g. Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme

guru. 7. Tujuan PTK

Menurut Sarwiji Suwandi (2011:16-17), tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran

b. Untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif c. Untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam

(32)

d. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan sulit untuk ditembus oleh pembaharuan pada umumnya

e. Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru) dengan peneliti akademis

f. Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah

8. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

PTK dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut (Kusumah,2009:25): a. Perencanaan (planning)

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran.

b. Tindakan (acting)

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi dari tindakan sebelumnya.

c. Pengamatan (observing)

Selanjutnya diadakan pengamatan (observing) yang diteliti terhadap proses pelaksanaan.

d. Refleksi (reflecting)

Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang terjadi dalam kelas.

Gambar 2.1

(33)

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Etin Solihatin dan Raharjo, 2008:5). Menurut Slavin (Isjoni dan Ismail, 2008:150) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Menurut Nur (Isjoni, 2008:153), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009:54), pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

(34)

belajar yang lebih aktif dan diharapkan dapat mendorong antusias siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2. Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Anita Lie (2010:38), model pembelajaran cooperative

learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada

unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2010:31-37) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative

learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran

kooperatif yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu tujuan pembelajaran sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik dalam tugasnya. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif adalah yang dapat membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok (siswa) dapat melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan.

c. Tatap muka

Dalam pembelajaran kooperatif, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan bagi semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah agar siswa belajar untuk menghargai perbedaan antara satu sama lain (perbedaan kemampuan intelektual, perbedaan kecepatan daya tangkap, perbedaan pendapat/keinginan dsb), saling memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota

(35)

keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kemauan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses yang panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang bermanfaat dan harus ditempuh oleh siswa untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental serta emosional mereka.

e. Evaluasi proses kelompok

Pengajar/guru perlu untuk menyediakan waktu khusus untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya para anggota kelompok dapat bekerja sama secara lebih efektif.

3. Karakteristik Prinsipil Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam perbedaan, tetapi dapat dikategorisasi menurut enam karakteristik prinsipil sebagai berikut (Slavin, 2008:26-28):

a. Tujuan kelompok

Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Tanggung jawab individual

Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama adalah dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau penilaian lainnya. Yang kedua adalah spesialisasi tugas, dimana tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelompok.

c. Kesempatan sukses yang sama

Penggunaan metode skor yang memastikan semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.

d. Kompetisi tim

Studi tahap awal dari TGT menggunakan kompetensi antar tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota timnya.

e. Spesialisasi tugas

(36)

f. Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok

Metode pembelajaran kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok.

4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Sebagai suatu strategi pembelajaran, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan yaitu (Wina Sanjaya, 2011:247-249): a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan

pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Pembelajaran kooperatif membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu energi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

f. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemapuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki keterbatasan, diantaranya (Wina Sanjaya, 2006:247-249):

(37)

pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerjasama dalam kelompok.

b. Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa

d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran dalam berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dalam hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.

e. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya dalam pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

Dari penjelasan pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan di atas,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah

model pembelajaran yang yang menuntut adanya kerja sama antar siswa yang

dibentuk dalam kelompok berdasarkan heterogenitas, baik jenis kelamin, ras

serta kemampuan akademik sehingga terjalin sebuah kerja sama antara siswa

dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan pembelajaran.

C. Teams Games Tournament (TGT) 1. Pengertian TGT

(38)

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing (Winastawan dan Sunarto, 2010:61).

2. Ciri-Ciri TGT

Berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh Slavin (2008:166), model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri berikut:

a. Siswa Bekerja dalam Kelompok-Kelompok Kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan lima sampai dengan enam orang yang memiliki kemampuan, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.

b. Games

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

c. Tournament

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati lima sampai enam orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut:

1) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian.

2) Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi soal dan diberikan kepada pembaca soal.

(39)

4) Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. 5) Setelah waktu yang telah ditetukan selesai, pemain akan

membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.

6) Setelah itu pembaca soal akan membaca kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

7) Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. 8) Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua

kartu soal habis dibacakan.

9) Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain.

10) Setelah permainan selesai, kemudian dilanjutkan dengan menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya. d. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok dari penjumlahan games dan turnamen.

3. Kelebihan TGT

Slavin (2008) melaporkan beberapa hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT sebagai berikut (http:// ekocin. wordpress .com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/ (30 Oktober 2011)):

a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.

b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa

harga diri akademik mereka.

d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan non verbal, kompetisi yang lebih sedikit)

(40)

f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

4. Kelemahan TGT

Sedangkan kelemahan TGT yang diungkapkan oleh Suarjana (2011) adalah (http:// ekocin. wordpress. Com /2011 /06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/ (30 Oktober 2011)):

a. Bagi Guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

b. Bagi Siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald (Oemar Hamalik, 2003:158), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Di dalam perumusan ini dapat kita lihat bahwa ada tiga unsur yang saling berkaitan, sebagai berikut : a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.

(41)

b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar. c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi

yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju kearah satu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan, misal si A ingin mendapat hadiah makaia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, dan mengikuti tes.

Dengan demikian dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan salah satu faktor psikologis yang mendasari tujuan siswa untuk belajar. Dapat dikatakan bahwa motivasi belajar juga berperan sebagai sumber keinginan/semangat siswa untuk merasa tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya peningkatan motivasi belajar maka merupakan indikator atas adanya peningkatan dalam prestasi belajar, namun besarnya peningkatan tersebut perlu diuji apakah besarnya peningkatan pada motivasi sejalan dengan besarnya peningkatan prestasi belajar siswa.

2. Unsur-unsur Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mujiono dalam

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2325403-unsur-unsur-yang-mempengaruhi-motivasi/), menyatakan bahwa unsur-unsur dalam motivasi belajar adalah:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

(42)

penguatan, hadiah maupun hukuman dapat mengubah kemauan menjadi cita-cita. Cita-cita dapat bertahan dan berlangsung dalam waktu yang sangat lama bahkan seumur hidup.

b. Kemampuan Siswa

Untuk mencapai cita-cita perlu didukung oleh kemampuan. Keinginan untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan soal ulangan perlu didukung oleh kemampuan. Kesulitan yang dihadapi perlu diatasi dengan belajar yang lebih giat. Kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas selanjutnya.

c. Kondisi Siswa .

Kondisi (keadaan) siswa yang meliputi keadaan jasmani dan rohani, mempengaruhi motivasi belajar siswa. Siswa yang sedang sakit, lapar atau marat akan terganggu motivasi belajarnya. Sebaliknya siswa yang kondisi badannya sehat/fit, kenyang dan gembira, maka akan mudah memusatkan perhatiannya untuk belajar.

d. Kondisi Lingkungan Siswa.

Sebagai warga masyarakat, siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan dan sosial budaya masyarakat di sekitar. Kondisi sekolah yang indah/asri, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajarnya. Sebaliknya kalau terjadi bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman teman yang nakal, perkelahian antar siswa akan mengganggu motivasi belajar siswa di tempat tersebut.

e. Unsur-unsur Dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

Pengalaman siswa akan berpengaruh kepada motivasi belajar dan prilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya yang dipengaruhi arus informasi melalui surat kabar, televisi, film dan lain-lain. sudah menjangkau sampai ke pelosok desa. Lingkungan-lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, guru diharapkan melakukan hal-hal sebagai berikut: menyelenggarakan tertib belajar di sekolah dan membina disiplin mampu memanfaatkan kondisi yang dinamis ini untuk memotivasi belajar siswa.

f. Upaya Guru

(43)

waktu, pemeliharaan fasiltas sekolah), (3) membina belajar tertib pergaulan, (4) membina belajar tertib lingkungan sekolah.

3. Jenis-jenis Motivasi

Motivasi belajar terdiri atas dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut (Hamalik,2003:162-163), jenis-jenis tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering disebut sebagai motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain. Jadi jelaslah, bahwa motivasi intrinsik adalah bersifat riil dan motivasi sesungguhnya atau yang disebut istilah sound motivation.

b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali dan persaingan yang bersifat negatif (sarcasm, ridicule dan hukuman). Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah sebab pelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar.

4. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2006:83), motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses).

d. Mempunyai orientasi ke masa depan. e. Lebih senang bekerja mandiri.

(44)

g. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). h. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini.

i. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

E. Prestasi Belajar

Menurut Reni Akbar Hawadi (2004:68), prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar (Djamarah 1994) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dari keuletan kerja (http://aadesanjaya.blogspot.com (30 Oktober 2011)).

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan siswa. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator/tanda mengenai sejauh mana ketercapaian tujuan serta tingkat pemahaman siswa selama kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui hasil/prestasi belajar siswa biasanya diperoleh melalui kegiatan evaluasi setelah proses belajar diberikan. Prestasi belajar selain dipengaruhi oleh faktor kecerdasan intelektual, juga dipengaruhi oleh minat dan motivasi siswa.

(45)

periode tertentu. Dengan perkataan lain, jika tes formatif bermaksud mengetahui daya serap pembelajar terhadap materi atau pokok bahasan secara parsial, maka tes sumatif bermaksud mengetahui daya serap pembelajar terhadap pokok bahasan secara integratif.

Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria. Pengukuran dan evaluasi merupakan dua kegiatan yang berkesinambungan. Evaluasi dilakukan setelah dilakukan pengukuran dan keputusan evaluasi dilakukan berdasarkan hasil pengukuran. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria yang ditetapkan.(Purwanto,2008).

Menurut Arikunto (2007:241-243), ada beberapa skala penilaian yang dapat mengukur pemahaman atatu prestasi belajar siswa dalam mempelajari materi pelajaran, yaitu:

1. Skala bebas adalah skala yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali 25, lain kali 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal.

2. Skala 0-10, ini adalah skala dimana 0 adalah nilai terendah dan 10 adalah nilai tertinggi.

3. Skala 0-100 adalah skala yang lebih halus dari skala 0-10, karena skala ini menilai dari bilangan bulat.

4. Skala huruf adalah skala penilaian yang menggunakan huruf.

F. Jurnal Penyesuaian

Jurnal penyesuaian dibuat karena adanya transaksi di akhir periode yang perlu dicatat dan disesuaikan. Dalam akuntansi kita mengenal prinsip penandingan yang merupakan pedoman bagi akuntan untuk (Wahyu Adji, 2007:275-276):

(46)

3. Mempertemukan biaya tersebut dengan pendapatan yang diperoleh pada periode yang sama

Laporan keuangan harus disusun berdasarkan data dan keadaan yang sebenarnya. Untuk itu, harus dilakukan penyesuaian terhadap akun tertentu. Pada akhir periode akuntansi dan pencatatannya dalam jurnal penyesuaian. Wahyu Adji (2007:276) menyatakan bahwa basis akrual, terkait dengan prinsip penandingan memerlukan analisis dan pemutakhiran terhadap beberapa akun guna mempersiapkan laporan keuangan. Pada akhir periode akuntansi, beberapa saldo akun buku besar dapat dilaporkan pada laporan keuangan tanpa perubahan. Akun-akun pada akhir periode dimutakhirkan menggunakan ayat jurnal penyesuaian. Semua ayat jurnal penyesuaian mempengaruhi paling sedikit satu akun laporan laba-rugi dan satu akun neraca. Artinya jurnal penyesuaian akan melibatkan akun pendapatan dan beban serta akun aktiva dan kewajiban.

Akun-akun yang perlu disesuaikan terbagi dalam empat pos dasar, yaitu dua pos pertama adalah penangguhan (deferral) dan dua pos kedua adalah pos akrual (Wahyu Adji, 2007:276-277):

1. Pos Penangguhan (Deferral)

Penangguhan dilakukan dengan mencatat transaksi sedemikian rupa sehingga menunda atau menangguhkan pengakuan beban atau pendapatan sebagaimana diuraikan berikut:

a. Beban yang ditangguhkan (deferral expenses) atau beban dibayar di muka (prepaid expenses) merupakan pos dimana sejak awal transaksi dicatat sebagai aktiva tetapi diharapkan menjadi beban dikemudian hari ata selama operasi normal bisnis. Contoh adalah biaya iklan dibayar di muka, asuransi dibayar di muka yang membutuhkan penyesuaian diakhir periode.

(47)

awal terjadinya transaksi dicatat sebagai kewajiban tetapi diharapkan menjadi pendapatan kemudian hari atau selama operasi normal bisnis. Contohnya adalah sewa diterima di muka, premi diterima di muka oleh perusahaan asuransi yang perlu disesuaikan diakhir periode.

2. Pos Akrual

Akrual timbul akibat tidak adanya pencatatan beban yang terjadi atau pendapatan yang dihasilkan. Pos akrual dapat diartikan sebagai pos-pos yang timbul sejalan dengan berlalunya waktu, namun tidak dilakukan pencatatan atas pos-pos tersebut.

a. Beban akrual atau kewajiban akrual adalah beban yang telah terjadi tetapi belum dicatat dalam akun. Contoh beban akrual adalah upah terutang pada karyawan, utang bunga, wesel yang harus disesuaikan pada akhir periode.

b. Pendapatan akrual dan aktiva akrual adalah pendapatan yang telah dihasilkan tetapi belum dicatat dalam akun. Contoh pendapatan akrual adalah pendapatan sewa atas bangunan yang disewakan pada orang lain dan sebagainya.

Cara membedakan antara pos-pos penangguhan dan akrual adalah jika kas diterima (untuk pendapatan) dan atau jika kas digunakan (untuk beban) dalam periode berjalan tetapi pendapatan atau beban tersebut berkaitan dengan periode mendatang maka pendapatan dan beban tersebut masuk kedalam pos yang ditangguhkan. Namun sebaliknya, jika kas tidak akan diterima atau tidak dikeluarkan hingga periode mendatang, tetapi berkaitan dengan periode berjalan, maka pendapatan atau beban tersebut adalah pos akrual.

3. Pencatatan Ayat Jurnal Penyesuaian a. Penyusutan Aktiva Tetap

(48)

sama, hal ini karena kemampuan aktiva tetap (kecuali tanah) dalam menghasilkan pendapatan dan jasa akan semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini terjadi baik secara fisik maupun fungsi. Itulah mengapa nilai aktiva pada neraca harus disesuaikan dengan nilai sesungguhnya, hal ini dilakukan dengan membuat ayat jurnal penyesuaian depresiasi (penyusutan). Terdapat 3 metode untuk mengukur depresiasi aktiva tetap yaitu (Wahyu Adji,2007:278):

1) Metode garis lurus

2) Metode tarif tetap atas nilai buku 3) Metode jumlah angka tahun

Namun dari ketiga metode yang ada tersebut, metode garis lurus adalah metode yang paling sering digunakan dan muncul pada soal-soal untuk akuntansi tingkat SMA, karena merupakan metode depresiasi yang paling sederhana serta tujuan utama dari pembahasan materi ini adalah lebih kepada bagaimana membuat jurnal penyesuaian berdasarkan besar penyusutan. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung depresiasi menggunakan metode garis lurus (Wahyu Adji, 2007:278):

Beban depresiasi =

(49)

1) Metode langsung

Tgl Keterangan D K

1/1 Beban depresiasi (aktiva) Rp XXX

Aktiva Rp XXX

2) Metode tidak langsung

Tgl Keterangan D K

1/1 Beban depresiasi (aktiva) Rp XXX

Akumulasi aktiva Rp XXX

b. Taksiran Kerugian Piutang

Piutang merupakan kewajiban pihak luar kepada perusahaan. Kemungkinan pihak luar untuk tidak membayar hutangnya kepada perusahaan selalu ada. Berdasarkan hal tersebut, maka perusahaan harus membuat akun piutang yang diperkirakan tidak dapat tertagih. Perusahaan membuat ayat jurnal penyesuaian atas taksiran kerugian piutang. Terdapat dua metode dalam menentukan taksiran kerugian piutang yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.

1) Metode langsung

Tgl Keterangan D K

1/1 Beban kerugian piutang Rp XXX

(50)

2) Metode tidak langsung

Tgl Keterangan D K

1/1 Beban kerugian piutang Rp XXX

Cadangan kerugian piutang Rp XXX

c. Beban Dibayar di Muka

Perusahaan umumnya membayarkan beban untuk beberapa bulan kedepan (misalnya: asuransi atau biaya sewa). Terdapat dua pendekatan dalam pencatatan ayat jurnal penyesuaian, yaitu pendekatan neraca dan pendekatan laba-rugi (Wahyu Adji, 2007:282-285):

1) Pendekatan Neraca

Bila perusahaan menggunakan pendekatan neraca maka pembayaran premi untuk beberapa periode ke depan akan dicatat sebagai beban dibayar di muka. Pada akhir periode, perusahaan melakukan penyesuaian atau pengakuan beban sebesar manfaat yang telah diperoleh perusahaan.

Pencatatan transaksi

Saat terjadinya transaksi di awal

Tgl Keterangan D K

1/1 Asuransi dibayar di muka Rp XXX

Kas Rp XXX

Jurnal penyesuaian di akhir periode

Tgl Keterangan D K

1/1 Beban asuransi Rp XXX*

(51)

*) Besarnya nominal yang dicatat saat jurnal penyesuaian adalah yang sudah menjadi beban pada tahun berjalan

2) Pendekatan Laba Rugi

Bila perusahaan menggunakan pendekatan laba rugi maka pembayaran beban untuk beberapa periode ke depan akan langsung dicatat sebagai beban, bukan beban dibayar di muka. Pada akhir periode, perusahaan melakukan penyesuaian terhadap beban yang belum jatuh tempo atau belum dirasakan manfaatnya oleh perusahaan.

Pencatatan transaksi

Saat terjadinya transaksi di awal

Tgl Keterangan D K

1/1 Beban asuransi Rp XXX

Kas Rp XXX

Jurnal penyesuaian diakhir periode

Tgl Keterangan D K

1/1 Asuransi dibayar di muka Rp XXX*

Beban asuransi Rp XXX*

*) Besarnya nominal yang dicatat saat jurnal penyesuaian adalah yang belum menjadi beban pada tahun berjalan.

d. Pendapatan Diterima di Muka

(52)

pendapatan. Namun bila perusahaan telah melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diminta oleh pelanggan, maka perusahaan boleh mengakui pendapatan tersebut. Terdapat dua pencatatan dalam mencatat pendapatan diterima di muka yaitu pendekatan neraca dan pendekatan laba rugi (Wahyu Adji, 2007:285-287);

1) Pendekatan Neraca

Bila perusahaan menggunakan pendekatan neraca maka perusahaan mencatat uang yang diterima sebagai pendapatan diterima di muka (hutang) dan akan diakui sebagai pendapatan bila perusahaan telah melakukan pekerjaan yang diminta oleh pelanggan.

Pencatatan transaksi

Saat terjadinya transaksi di awal

Tgl Keterangan D K

1/1 Kas Rp XXX

Sewa diterima di muka Rp XXX

Jurnal penyesuaian diakhir periode

Tgl Keterangan D K

1/1 Sewa diterima di muka Rp XXX

Pendapatan sewa Rp XXX

(53)

2) Pendekatan Laba Rugi

Bila perusahaan menggunakan pendekatan laba rugi maka perusahaan akan langsung mencatat sebagai pendapatan.

Pencatatan transaksi

Saat terjadinya transaksi di awal

Tgl Keterangan D K

1/1 Kas Rp XXX

Pendapatan sewa Rp XXX

Jurnal penyesuaian diakhir periode

Tgl Keterangan D K

1/1 Pendapatan sewa Rp XXX*

Sewa diterima di muka Rp XXX*

*) Besarnya nominal yang dicatat saat jurnal penyesuaian adalah yang belum menjadi pendapatan pada tahun berjalan.

e. Pendapatan yang Masih Harus Diterima

(54)

Jurnal penyesuaian:

Tgl Keterangan D K

1/1 Bunga yang masih harus diterima Rp XXX*

Pendapatan bunga Rp XXX*

*) besarnya nominal yang dicatat adalah sebesar yang sudah menjadi hak namun belum dibayarkan.

f. Beban yang Masih Harus Dibayar

Beban yang masih harus dibayar merupakan beban yang belum dibayar secara tunai, tetapi sudah diakui sebagai beban dan kewajiban pada periode yang bersangkutan karena perusahaan telah menerima manfaat atas beban tersebut. Contoh transaksi dari kasus ini adalah misalnya upah karyawan yang masih harus dibayarkan.

Jurnal penyesuaian:

Tgl Keterangan D K

1/1 Beban upah Rp XXX*

Upah yang masih harus dibayar Rp XXX* *) besarnya nominal yang dicatat adalah sebesar yang sudah menjadi kewajiban perusahaan atas hak karyawan namun belum dibayarkan oleh perusahaan.

G. Kerangka Teoretik

(55)

dimana dalam kegiatan pembelajaran ini siswa tergabung dalam kelompok yang mengakomodir keberagaman siswa dalam hal jenis kelamin, agama, ras, dan kemampuan intelektual. Jika biasanya siswa hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal materi jurnal penyesuaian secara individu, maka saat penerapan TGT, siswa dapat menyelesaikan soal secara bersama dan dalam suasana permainan dan turnamen yang menyenangkan sehingga ada interaksi antar siswa untuk bertanggung jawab atas kemajuan kelompok maupun individu dalam penyelesaian jurnal penyesuaian.

Iklim yang tercipta saat pembelajaran menggunakan model TGT pada materi jurnal penyesuaian akan memberikan warna berbeda bagi pengalaman siswa dibandingkan dengan pengalaman belajar yang sebelumnya pernah dialami. Ketika siswa bergabung dalam kelompok dan mengikuti alur pembelajaran yang disajikan secara menarik melalui permainan dan turnamen akan membuat siswa menjadi lebih tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran. Meningkatnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tentunya akan berdampak pada meningkatnya pemahaman siswa yang dapat dilihat dari hasil prestasi belajarnya. Secara tidak langsung, kegiatan pembelajaran TGT ini berpengaruh terhadap ketiga aspek yang dimiliki siswa yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik.

(56)

statistik terhadap hasil pre-test dan post-test. Sebelum PTK rerata skor pre-test = 56,876 dan sesudahnya rerata post-test = 76,625 serta hasil pengujian statistik menunjukkan (sig. (2-tailed) = 0,000 < α = 0,005). Penelitian yang relevan lainnya adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Yustina Dwi Rianti (2012) yang menunjukkan hasil bahwa ada peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Kasihan, Bantul terhadap pembelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian. Rerata motivasi sebelum penelitian = 53,91 dan rerata sesudah motivasi sesudah penelitian = 60,78; sig. (2-tailed) = 0,000 < α = 0,005). Berdasarkan kerangka teoretik di atas, dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis tindakan:

Ha1 = terdapat perbedaan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran TGT pada materi jurnal penyesuaian. Ha2 = terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah

(57)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti sebagai praktisi dengan guru pengampu mata pelajaran akuntansi di sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran akuntansi khususnya pada materi jurnal penyesuaian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, Jalan Jenderal Sudirman 87, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian diadakan bulan September-Oktober 2012.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

(58)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah peningkatan motivasi serta prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi materi jurnal penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

D. Prosedur Penelitian

Secara operasional, penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu kegiatan pra-penelitian (observasi kegiatan guru, observasi siswa, observasi kelas, dan wawancara) serta pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pra-Penelitian a. Observasi terhadap guru

1) Peneliti dan guru mitra menyiapkan lembar observasi.

2) Peneliti melakukan pengamatan terhadap guru mitra secara langsung di kelas saat kegiatan pembelajaran. Berdasar lembar pengamatan, hal-hal yang diamati adalah: kegiatan pra-pembelajaran, kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3) Peneliti merangkum hasil pengamatan dan mengkonsultasikan dengan guru. Jika guru sepakat terhadap catatan hasil pengamatan, guru diminta menandatangani lembar pengamatan.

b. Observasi terhadap siswa

(59)

2) Peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa selama kegiatan pembelajaran. Berdasarkan lembar pengamatan, hal-hal yang diamati adalah sikap dan perilaku siswa di kelas selama kegiatan pembelajaran, kesiapan siswa mengikuti proses pembelajaran, respon siswa dalam menanggapi pembahasan pelajaran, siswa dalam mencatat hal-hal penting, siswa ketika melaksanakan diskusi, persaingan belajar yang tercipta antar siswa, keaktifan siswa dalam pembelajaran serta penghargaan guru terhadap keaktifan siswa. 3) Peneliti merangkum hasil pengamatan dan mengkonsultasikannya

dengan guru. Jika guru sepakat dengan catatan hasil pengamatan, guru diminta untuk menandatangani lembar observasi siswa.

c. Observasi terhadap kelas

1) Peneliti dan guru mitra menyiapkan instrumen observasi kelas. 2) Peneliti melakukan pengamatan terhadap situasi, kondisi serta iklim

yang tercipta di kelas selama kegiatan pembelajaran. Berdasarkan lembar pengamatan, hal-hal yang diamati adalah meliputi fasilitas penunjang pembelajaran, kondisi ruang kelas, interaksi yang tercipta antar siswa serta ketersediaan sumber belajar yang ada di dalam kelas.

(60)

d. Wawancara pada guru

1) Wawancara dilaksanakan sebelum penelitian. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi mengenai kinerja serta permasalahan yang dihadapi guru selama proses pembelajaran akuntansi.

2) Langkah-langkah wawancara:

a) Peneliti menyusun pedoman wawancara.

b) Peneliti melakukan wawancara pada guru mitra di luar jam pelajaran.

3) Wawancara dilakukan terhadap guru mitra kelas XI IPS 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Wawancara dilakukan dengan bantuan instrumen pedoman wawancara dan alat perekam video cam corder. e. Wawancara pada siswa

1) Wawancara dilaksanakan sebelum penelitian. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai kinerja guru serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran akuntansi.

2) Langkah-langkah wawancara:

a) Peneliti menyusun pedoman wawancara.

b) Peneliti melakukan wawancara pada siswa di luar jam pelajaran. 3) Wawancara dilakukan terhadap siswa kelas XI IPS 1 SMA

(61)

instrumen pedoman wawancara dan alat perekam video cam corder.

2. Pelaksanaan penelitian

Perencanaan pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 1 siklus dengan 4 tahapan.

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti bersama guru mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ditemukan saat observasi dan merencanakan tindakan berupa persiapan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut:

1) Peneliti bersama dengan guru mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang ditemukan saat observasi dan menyusun rencana tindakan.

2) Peneliti bekerja sama dengan guru mengumpulkan dan menganalisis data awal karakteristik siswa untuk keperluan pembentukan kelompok dengan memetakan siswa ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan heterogenitas tingkat pemahaman, jenis kelamin serta sikap siswa. Dasar yang digunakan adalah nilai hasil ulangan harian siswa pada materi sebelumnya serta pengamatan terhadap iklim yang tercipta antar siswa.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mengenai Pemberian Cairan Rehidrasi Oral pada Bayi yang Terkena Diare di Beberapa Rumah

Semakin berkembangnya sebuah koperasi akan semakin banyak jumlah anggota, maka semakin banyak jumlah masyarakat yang dapat dilayani oleh koperasi dan berpengaruh terhadap

Sarung Helm anti air, sebuah solusi bagi mayoritas orang yang sering merasa tidak nyaman saat bepergian karena masih banyak tempat parkir yang kurang akan kenyamanan

Menyadari bahwa manusia dari kodratnya adalah makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, manusia hanya dapat tumbuh dan berkembang ketika ia mampu membangun relasinya yang baik

Untuk mengantisipasi kemajuan di bidang industri, maka diperlukan suatu ilmu ergonomi yang bermanfaat untuk menganalisa perancangan dan pengembangan sistem kerja..

Dari tahapan ini yang diminimasi menjadi dua tahap saja adalah yaitu pada tahap I terdapat proses blanking, drawing, piercing dan shearing dengan sekali tahapan

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : 08/Ba-HPL/Pws PL II/BM/PUTR/V/2017 Tanggal, 29

Pembahasan tentang proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat