• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi di Wilayah Kota Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi di Wilayah Kota Denpasar."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

ABSTRAK

Pada umumnya setiap proyek konstruksi mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu. Pembuatan rencana suatu proyek konstruksi selalu mengacu pada prakiraan yang ada pada saat rencana pembangunan tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan kenyataan yang sebenarnya. Sehingga dampak yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek yang dapat juga disertai dengan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek tersebut. Penelitian dilakukan untuk mengetahui aspek yang paling berpengaruh dan siapa penyebab keterlambatan penyelesaian

proyek konstruksi tersebut.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda yang dioperasikan menggunakan program SPSS versi 22. Data yang diperoleh dari menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yang terdiri dari kontraktor anggota GAPENSI grade 5,6,dan 7 yang berada di wilayah Kota Denpasar. Hasil analisis menunjukan faktor keterlambatan proyek konstruksi yang paling berpengaruh dilihat berdasarkan koefesien nilai regresi yang paling besar yaitu ; Aspek Kesiapan Sumber Daya (0,132) diikuti Aspek Lain-Lain (0,080); Aspek Perencanaan dan Penjadwalan (0,072); Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan (0.042); Aspek Sistem Organisasi (0,036) dan Aspek Sistem Inspeksi dan Kontrol Pekerjaan (0,034). Sedangkan yang menjadi penyebab utama keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi di wilayah Kota Denpasar adalah keterlambatan yang disebabkan oleh pemilik proyek (compensable delayed) sebesar 46,8% , diikuti keterlambatan oleh kontraktor ( nonexcusable delayed ) sebesar 42% dan yang disebabkan di luar pihak kontraktor dan pemilik (excusable delayed) sebesar 11,2%.

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa ,Karena atas Berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang Berjudul “ Analisis Faktor –Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi di Wilayah Kota Denpasar “ .

Selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Bapak Ir.AA. Wiranata, MT dan Ibu G.A.P Candra Dharmayanti ST, MSc, Ph.d selaku dosen pembimbing,kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga atas dorongan semangat dan doa yang diberikan . Terima kasih pula kepada teman –teman seperjuangan mahasiswa Teknik Sipil Universitas Udayana angkatan 2010, semua pihak kontraktor yang sudah sudah bersedia memberikan data dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Bukit Jimbaran , Januari 2016

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... 1

UCAPAN TERIMA KASIH ... 2

DAFTAR ISI ... 3

DAFTAR TABEL ... 6

DAFTAR GAMBAR ... 7

DAFTAR LAMPIRAN ... 8 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Batasan masalah ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Proyek Konstruksi ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Permasalahan Proses Konstruksi ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Keterlambatan Proyek dan Dampaknya .... Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Penyebab Keterlambatan Proyek ... Error! Bookmark not defined. 2.2.3 Mengatasi Keterlambatan Proyek ... Error! Bookmark not defined. 2.2.4 Pengaruh Aspek Keterlambatan Proyek Terhadap Kinerja (waktu

(6)

2.4.2 Skala Pengukuran ... Error! Bookmark not defined. 2.5 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. 2.6 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 2.7 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB III RANCANGAN KEGIATAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Kerangka Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Studi Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Objek dan Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Desain Kuesioner ... Error! Bookmark not defined. 3.4.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. 3.4.2 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3.5 Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Desain Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.6.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.6.3 Penentuan Jumlah Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.8 Analisa Data ... Error! Bookmark not defined. 3.9 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.10 Hasil ... Error! Bookmark not defined. 3.11 Kesimpulan dan Saran ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. 4.1 Deskripsi Responden ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 4.4 Pengolahan dan Tabulasi Data ... Error! Bookmark not defined. 4.5 Analisis Regresi ... Error! Bookmark not defined. 4.6 Hasil Perhitungan Penyebab Keterlambatan ... Error! Bookmark not defined.

(7)
(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aspek Penyebab Keterlambatan ... 15

Tabel 3.1 Alokasi Sampel Secara Proporsional ... 29

Tabel 4.1 Nama Perusahaan Kontraktor ... 34

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 35

Tabel 4.3 Pengalaman Bekerja ... 35

Tabel 4.4 Hasil Pengujian validitas kuesioner untuk aspek perencanaan dan penjadwalan ... 35

Tabel 4.5 Hasil pengujian validitas kuesioner untuk aspek lingkup dan dokumen pekerjaan ... 36

Tabel 4.6 Hasil pengujian validitas untuk aspek sistem organisasi, komunikasi dan koordnasi... 36

Tabel 4.7 Hasil pengujian validitas untuk aspek kesiapan / penyiapan sumber daya... 36

Tabel 4.8 Hasil pengujian validitas untuk aspek sistem inspeksi dan evaluasi pekerjaan ... 37

Tabel 4.9 Hasil pengujian validitas untuk aspek lain-lain (diluar pemilik dan kontraktor) ... 37

Tabel 4.10 hasil perhitungan untuk uji reliabilitas ... 38

Tabel 4.11 Hasil Skor Pada Masing – masing Aspek ... 39

Tabel 4.12 Tabel Hasil Ringkasan Rekapan Regresi ... 42

Tabel 4.13 Pedoman Intepretasi Koefisien Korelasi ... 43

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Data Gapensi 2014 ... 52

Lampiran B Kuesioner ... 56

Lampiran C1 Tabulasi Aspek-aspek ... 65

Lampiran C2 F Tabel ... 72

Lampiran C3. Tabel r Product Moment Dengan Taraf Signifikansi 1% dan 5 % 73 Lampiran C4. Uji Validitas ... 74

Lampiran C5. Uji Reliabilitas ... 85

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya setiap proyek konstruksi mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu. Pembuatan rencana suatu proyek konstruksi selalu mengacu pada prakiraan yang ada pada saat rencana pembangunan tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan kenyataan yang sebenarnya. Sehingga dampak yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek yang dapat juga disertai dengan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek tersebut.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Praboyo (1999), secara umum keterlambatan proyek sering terjadi karena adanya perubahan perencanaan selama proses pelaksanaan, manajerial yang buruk dalam organisasi kontraktor, rencana kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu, gambar dan spesifikasi yang tidak lengkap, ataupun kegagalan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan. Masalah-masalah itu dapat menjadi penyebab terhambatnya pekerjaan-pekerjaan proyek, dengan rencana yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi selalu memungkinkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek akan melebihi waktu yang telah ditentukan dalam kontrak pekerjaan.

(12)

keterlambatan yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor dalam pengerjaan pekerjaan proyek.

Keterlambatan pada setiap pekerjaan konstruksi akan menyebabkan berbagai macam kerugian. Keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun pemilik. Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak, disamping itu kontraktor juga akan mengalami tambahan biaya overhead selama proyek masih berlangsung. Dari sisi pemilik, proyek akan membawa dampak pengurangan pemasukan karena penundaan pengoperasian fasilitasnya. Untuk pihak owner, sebaiknya tidak menentukan pemenang lelang hanya berdasarkan pada penawaran yang mempunyai harga yang terendah atau termurah saja, tetapi sebaiknya dipikirkan dari segi penawaran harga yang layak dengan maksud untuk menghindarkan pekerjaan dilakukan oleh pekerja yang kurang terampil, sehingga dapat menyebabkan pekerjaan proyek dapat terlambat yang mengakibatkan penundaan hasil dari pembangunan proyek tersebut.

Dampak aspek keterlambatan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek, secara langsung aspek-aspek keterlambatan sangat mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek. Jika aspek keterlambatan bernilai besar atau mempengaruhi maka kinerja waktu pelaksanaan buruk atau tidak sesuai harapan. Sedangkan jika aspek keterlambatan bernilai kecil maka kinerja waktu pelaksanaan proyek dikatakan baik atau tepat waktu.

Kota Denpasar merupakan pusat kota dan dekat dengan kawasan pariwisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Sampai saat ini pun pembangunan di wilayah tersebut masih berlangsung untuk dapat memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya keterlambatan pada suatu pekerjaan konstruksi di wilayah tersebut akan lebih besar dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya, sehingga dilakukan penelitian keterlambatan proyek di wilayah tersebut.

(13)

tersebut, serta mencari faktor keterlambatan apa yang dominan dari masing-masing kategori faktor keterlambatan yang terjadi pada proyek yang diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan diangkat dalam tugas akhir ini adalah:

1. Faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi di wilayah Kota Denpasar?

2. Siapakah yang menjadi penyebab utama terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menentukan faktor dominan penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di wilayah Kota Denpasar ,

2. Menentukan siapa penyebab utama dari faktor-faktor keterlambatan proyek pada proyek konstruksi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan tentang faktor-faktor penyebab keterlambatan yang dapat terjadi pada suatu proyek konstruksi serta sebagai bahan masukan dalam menghadapi dan menanggulangi masalah keterlambatan pada suatu proyek.

1.5 Batasan masalah

Batasan penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah: 1. Penelitian dilakukan pada kontraktor yang bergerak dalam bidang jasa

(14)

2. Kontraktor yang diteliti adalah kontraktor yang pernah mengerjakan atau menyelesaikan proyek konstruksi gedug dengan nilai kontrak di atas 1 milyar rupiah.

(15)
(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Membicarakan tentang suatu proyek, maka sangatlah diperlukan pengetahuan yang cukup mengenainya. Pengertian mengenai proyek banyak terdapat dalam berbagai buku yang dikemukakan oleh beberapa ahli, di bawah ini dikutipkan pendapat-pendapat tersebut, antara lain:

1. Proyek adalah unit yang paling baik untuk pelaksanaan perencanaan operasional dari aktivitas investasi dengan kegiatan yang sating berkaitan untuk mencapai suatu hasil tujuan tertentu, dalam jangka waktu tertentu (Tjokroamijojo, 1971). 2. Proyek adalah satu usaha dalam jangka waktu yang ditentukan dengan sasaran

yang jelas yaitu mencapai hasil yang telah dirumuskan pada waktu awal pembangunan proyek akan dimulai (Nugraha dan Nathan, 1985).

3. Proyek (konstruksi atau lainnya) adalah sebuah perbuatan atau pekerjaan unik yang pada dasarnya mempunyai satu tujuan yang telah ditetapkan oleh bidang atau lapangan, mutu atau kualitas, waktu dan harga yang diinginkan (Ahujaetal, 1994).

(17)

Jadwal waktu proyek merupakan alat yang dapat mewujudkan kapan berlangsungnya setiap kegiatan, sehingga dapat digerakkan pada waktu merencanakan kegiatan-kegiatan maupun pengendalian proyek secara keseluruhan. Jadi keterlambatan proyek dalam bidang konstruksi berarti, waktu pelaksanaan proyek berlangsung melebihi waktu kontrak, atau melebihi waktu yang disetujui kedua belah pihak untuk penyerahan proyek.

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2005, definisi bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Defmisi bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya. Bangunan gedung tertentu adalah bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum dan bangunan gedung fungsi khusus, yang dalam pembanguan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya.

2.2 Permasalahan Proses Konstruksi

(18)

kemampuan dan ketrampilan teknis. Apabila tidak ditangani dengan benar, berbagai masalah tersebut akan mengakibatkan dampak berupa keterlambatan penyelesaian proyek, penyimpangan mutu hasil, pembiayaan membengkak, pemborosan sumber daya, persaingan tak sehat di antara para pelaksana, serta kegagalan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.

Industri konstruksi telah mengembangkan secara luas penerapan metode penjadwalan jaringan kerja atau lazim disebut metode jaringan (Dipohusodo, 1996). Metode Jalur Kritis atau Critical Path Method (CPM) merupakan suatu metode penjadwalan proyek yang sudah dikenal dan sering digunakan sebagai sarana manajemen dalam pelaksanaan proyek. CPM merupakan suatu model grafis yang menunjukan waktu pelaksanaan suatu sistem operasi proyek. Sebuah jadwal CPM terdiri dari serangkaian aktivitas kritis dan non-kritis yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain (Alifen, 2000).

Aktivitas Kritis adalah aktivitas yang tidak dapat diganggu gugat waktu pelaksanaannya, sehingga bila terjadi keterlambatan pada aktivitas-aktivitas ini, durasi proyek secara keseluruhan akan terlambat. Aktivitas non-kritis adalah aktivitas yang memiliki tenggang waktu (float) dimana tenggang waktu tersebut sangat berperan di dalam usaha percepatan durasi proyek (Alifen, 2000).

Menurut Alifen (2000), keterlambatan proyek seharusnya dapat diantisipasi sejak awal proyek dilaksanakan, yaitu dengan memonitor setiap aktivitas di dalam jadwal CPM, jika keterlambatan terjadi pada satu aktivitas maka harus dilakukan percepatan durasi pada aktivitas berikutnya. Melalui pengalaman dalam menggunakan metode penjadwalan jaringan kerja selama ini, metode tersebut terbukti sangat bermanfaat dan memberikan banyak keuntungan bagi para manajer proyek yang terlibat dalam pengendalian konstruksi dan berbagai pekerjaan yang sejenis (Dipohusodo, 1996).

(19)

penjadwalan proyek, perlu dipahami semua faktor yang melatarbelakangi pembuatan jadwal proyek. Pemahaman faktor-faktor tersebut dilakukan dengan mengkaji 6 tahapan yang ada dalam proses menjadwal tersebut, yakni:

1) Identifikasi aktivitas-aktivitas proyek 2) Estimasi durasi aktivitas

3) Penyusunan rencana kerja proyek 4) Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek

5) Peninjauan kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat 6) Penerapan jadwal

2.2.1 Keterlambatan Proyek dan Dampaknya

Menurut Proboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya selalu menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor, karena dampak keterlambatan adalah konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu dan biaya tambah.

Menurut Alifen dan Nathan (2000), keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun pemilik. Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak, disamping itu kontraktor juga akan mengalami tambahan biaya overhead selama proyek masih berlangsung. Dari sisi pemilik, keterlambatan proyek akan membawa dampak pengurangan pemasukan karena penundaan pengoperasian fasilitasnya.

(20)

pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan serta mengurangi keuntungan, menyimpulkan bahwa dampak keterlambatan menimbulkan kerugian:

1. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah bisa digunakan atau disewakan.

2 Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek berarti menyebabkan meningkatnya biaya overhead (upah buruh, harga barang, dll).

3. Bagi konsultan, dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang bersangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya

2.2.2 Penyebab Keterlambatan Proyek

Menurut Alifen dan Nathan. (2000), Keterlambatan proyek dapat disebabkan oleh pihak kontraktor, pemilik atau disebabkan oleh keadaan alam dan lingkungan diluar kemampuan manusia atau disebut dengan force majeur. Standard dokumen kontrak yang diterbitkan oleh AIA (American Institute of Architects) membedakan keterlambatan proyek menjadi tiga (3) kelompok yaitu:

a. Excusable/compensable adalah keterlambatan yang beralasan dan dapat dikompensasi. Kasus keterlambatan yang beralasan dan dapat dikompensasi adalah keterlambatan yang disebabkan oleh pihak pemilik dalam kaitannya karena tidak dapat menyediakan jalan tempuh ke proyek, perubahan gambar rencana, perubahan lingkup pekerjaan kontraktor, keterlambatan dalam menyetujui gambar kerja, jadwal, dan material, kurangnya koordinasi dan supervisi lapangan, pembayaran tertunda, campur tangan pemilik yang bukan wewenangnya. Dalam kasus ini kontraktor berhak atas dispensasi waktu dan biaya ekstra.

(21)

inflasi/eskalasi harga dan lain sebagainya. Kasus ini biasanya disebut dengan force majeur.

c. Non-excusable adalah keterlambatan yang tidak beralasan. Kasus keterlambatan yang tidak beralasan adalah keterlambatan yang disebabkan karena kegagalan kontraktor memenuhi tanggung jawabnya dalam pelaksanaan proyek. Sebagai contoh, kekurangan dalam penyediaan sumber daya proyek (manusia, alat, material, sub-kontraktor, uang), kegagalan koordinasi lapangan, kegagalan perencanaan jadwal, produktivitas yang rendah, dan sebagainya. Dalam kasus ini kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak. Menurut Kraiem dan Dickmann (dalam Proboyo, 1999), penyebab-penyebab keterlambatan waktu pelaksanaan proyek dapat dikategorikan dalam tiga (3) kelompok besar, yakni:

1. Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable Delay), yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik proyek.

2. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-Excusable Delay), yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan kontraktor.

3. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay), yakni keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik pemilik maupun kontraktor

Tinjauan dan studi pustaka yang telah dilakukan oleh Proboyo (1999) untuk mendapatkan penyebab-penyebab keterlambatan, menghasilkan rangkuman sebanyak 45 jenis penyebab keterlambatan dengan demikian perlu juga diklasiflkasikan keberadaannya dalam aspek manajemen yang akan ditinjau. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Proboyo (1999), diambil 6 aspek kajian, yakni:

A. Aspek Perencanaan dan Penjadwalan Pekerjaan = 6 jenis penyebab. B. Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan = 8 jenis penyebab.

C. Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi = 9 jenis penyebab. D. Aspek Kesiapan/Penyiapan Sumber Daya = 8 jenis penyebab.

(22)

F. Aspek Lain-lain = 7 jenis penyebab.

NO Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Menurut Para Ahli

P1 P2 P3 P4 P5

A Aspek Perencanaan dan Penjadwalan

1 Penetapan jadwal proyek yang amat ketat oleh pemilik

 

2 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan yang harus ada

  

3 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu

   

4 Penentuan diirasi waktu kerja yang tidak seksama 

5 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah   6 Metode konstruksi/pelaksanaan kerja yang salah

atau tidak tepat

 

B Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan (Kontrak) 1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah/tidak

lengkap

    

2 Perubahan disain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan

   

3 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan

 

4 Proses pembuatan gambar kerja oleh kontraktor   

5 Proses permintaan dan persetujuan gambar kerja oleh pemilik

6 Ketidaksepahaman aturan pembuatan gambar kerja   

7 Adanya sering pekerjaan tambahan   

8 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai

   

C Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi

1 Keterbatasan wewenang personil pemilik dalam pengambilan keputusan

 

2 Kualifikasi personil/pemilik yang tidak profesional di bidangnya

 

3 Cara inspeksi dan kontrol pekerjaan yang birokratis oleh pemilik

4 Kegagalan pemilik mengkoordinasi pekerjaan dari banyak kontraktor/sub kontraktor

  

5 Kegagalan pemilik mengkoordinasi penyerahan/ penggunaan lahan

(23)

6 Kelambatan penyediaan alat/bahan,dll yang disediakan pemilik

    

7 Kualifikasi teknis dan manajerial yang buruk dari personil-personil dalam organisasi kerja kontraktor

  

8 Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor

9 Terjadinya kecelakaan kerja 

D Aspek Kesiapan/Penyiapan Sumber Daya

1 Mobilisasi Sumber Daya (bahan, alat, tenaga kerja) yang lambat

  

2 Kurangnya keahlian dan ketrampilan serta motivasi kerja para pekerja-pekerja

3 Jumlah pekerja yang kurang memadai/sesuai dengan aktivitas pekerjaan yang ada

   

4 Tidak tersedianya bahan secara cukup pasti/layak sesuai kebutuhan

   

5 Tidak tersedianya alat/peralatan kerja yang cukup memadai/sesuai kebutuhan

   

6 Kelalaian/Keterlambatan oleh sub kontraktor pekerjaan

7 Pendanaan kegiatan proyek yang tidak terencana dengan baik (kesulitan pendanaan di kontraktor)

8 Tidak terbayarnya kontraktor tepat waktu (kesulitan pembayaran oleh pemilik)

  

E Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol dan Evaluasi Pekerjaan

1 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal

 

2 Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan oleh pemilik yang lama

3 Proses pengujian dan evaluasi uji bahan dari pemilik yang tidak relevan

4 Proses persetujuan ijin kerja yang bertele-tele 

5 Kegagalan kontraktor melaksanakan pekerjaan     6 Banyak hasil pekerjaan yang harus

diperbaiki/diulang karena cacat/ tidak benar

   

7 Proses dan tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan lewat jadwal yang disepakati

F Aspek Lain-lain (Aspek diluar kemampuan Pemilik dan Kontraktor)

1 Kondisi dan lingkungan tampak ternyata tidak sesuai dengan dugaan

  

2 Transportasi ke lokasi proyek yang sulit  

3 Terjadinya hal-hal tak terduga seperti kebakaran, banjir, badai/angin ribut, gempa bumi, tanah longsor, cuaca amat buruk

(24)

Keterangan

P1 : Praboyo (1999)

P2 : Levis dan Artherley (1996)

P3 : Assaf (1995)

P4 : Park (1979)

P5 : Abedi dan Haseeb (2011)

Dari rangkuman para peneliti diatas hanya Praboyo (1999) yang mencakup berbagai hal dalam studi pustakanya mengenai penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi. Praboyo (1999) menjelaskan berbagai aspek faktor penyebab keterlambatan beserta subfaktornya.

2.2.3 Mengatasi Keterlambatan Proyek

Menurut Dipohusodo (1996), selama proses konstruksi selalu saja muncul gejala kelangkaan periodik atas material-material yang diperlakukan, berupa material dasar atau barang jadi baik yang local maupun import. Cara penanganannya sangat bervariasi tergantung pada kondisi proyek, sejak yang ditangani langsung oleh staf khusus dalam organisasi sampai bentuk pembagian porsi tanggung jawab diantara pemberi tugas, kontraktor dan sub-kontraktor, sehingga penawaran material suatu proyek dapat datang dari sub-kontraktor, pemasok atau agen, importer, produsen atau industri, yang kesemuanya mengacu pada dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.

4 Adanya pemogokan buruh 

5 Adanya huru-hara/kerusuhan, perang  6 Terjadinya kerusakan/pengrusakan akibat kelalaian

atau perbuatan pihak ketiga

7 Perubahan situasi atau kebijaksanaan politik/ekonomi pemerintah

(25)

2.2.4 Pengaruh Aspek Keterlambatan Proyek Terhadap Kinerja (waktu

pelaksanaan proyek)

Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasi terhadap pihak tertentu unuk mengetahui tingkat pencapaian suatu instansi. Kinerja juga di artikan sebagai jawaban dari berhasil atau tidaknya suatu proyek konstruksi. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Secara garis besar kinerja dapat diartikan sebagai keluaran (output), kinerja dinilai dari apa yang telah dicapai dan dihasilkan oleh individu dalam melaksanakan tugas dan kinerjanya yang dalam hal ini adalah kontraktor. Kinerja ini sendiri dikatakan berhasil jika memenuhi syarat atau waktu yang telah di sepakati antara kontraktor dan pemilik mengenai waktu pelaksanaan proyek.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah catatan dari proses, pelaksanaan, pencapaian dan apa yang dihasilkan oleh suatu pekerjaan selama periode atau kurun waktu tertentu.

2.3. Data dan Pengukuran

Menurut Webster (1983) dalam Redana (2003), research (penelitian) adalah penyelidikan atau pemeriksaan pada beberapa bidang ilmu pengetahuan secara hati-hati dan sistematis. Secara ringkas penelitian harus memenuhi:

1. Ada hal yang ingin diselidiki 2. Ada metode penelitian

3. Ada hasil penelitian berupa fakta/hukum/rumusan.

(26)

2.3.1 Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan "apa adanya" tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Arikunto, 2000).

Beberapa jenis penelitian yang dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif adalah penelitian survei (survey studies), studi kasus (case studies), penelitian perkembangan (developmental studies), penelitian tindak lanjut (follow-up studies), analisis dokumen (documentary analyses) dan penelitian korelasional (correlation studies) (Arikunto, 2000). Penelitian kasus (studi kasus) biasanya meliputi subyek yang jumlahnya terbatas (kadang-kadang hanya seorang subyek atau sebuah unit), dimaksudkan untuk mengetahui secara mendalam tentang sesuatu gejala. Dalam melakukan studi kasus, peneliti berusaha menggali latar belakang yang dimiliki oleh subyek mengenai "masa lalunya" (Arikunto, 2000).

2.3.2 Pengumpulan Data

Pada umumnya, pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti kepada responden. Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang diperoleh pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain yang pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Sugiarto, 2003).

(27)

aspek yang penting adalah mendesain kuesioner sebelum melakukan penelitian. Sebelum mendesain kuesioner hai yang perlu dilakukan adalah menentukan berapa jumlah proyek konstruksi yang akan diteliti. Mengingat keterbatasan tenaga dan waktu, penulis menggunakan sampel dalam pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiarto (2003), sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya, dimana populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Penelitian lapangan bertujuan untuk memperoleh jawaban penegasan setuju atau tidak setuju responden terhadap pernyataan dalam kuesioner yang dibagikan (Proboyo, 1999).

Data yang didapatkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang bukan berupa angka atau secara praktis bermakna tidak dapat dijadikan operand dalam operasi matematika seperti penambahan, pengurangan maupun perkalian dan pembagian. Termasuk dalam klasifikasi data kualitatif adalah data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Termasuk dalam klasifikasi data kuantitatif adalah data yang berskala ukur interval dan rasio. Yang dimaksud dengan data nominal adalah data yang hanya menghasilkan satu dan hanya satu-satunya kategori. Data nominal disebut juga dengan data kategori. Data nominal dalam praktek statistik biasanya akan dijadikan 'angka', yaitu proses yang disebut kategori. Misal dalam pengisian data, jenis Kelamin Lelaki dikategorikan sebagai '1' dan perempuan sebagai '2'. Kategori ini hanya sebagai tanda saja, jadi tidak dapat dilakukan operasi matematika, seperti 1 + 2 atau 1-2 dan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan data ordinal adalah data yang mempunyai tingkatan data (Santoso, 2001).

2.3.3 Desain Sampel

(28)

akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya (Riduwan, 2008).

2.3.4 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan, 2008).

2.3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum dilakukan yaitu (Riduwan, 2008):

- Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi yang dipilih menjadi anggota sampel, yang tergolong teknik probability sampling. Cara demikian sering disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.

- Non-Probability Sampling

(29)

2.3.6 Penentuan Jumlah Sampel

Sampel (contoh) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling. Ada beberapa keuntungan menggunakan sampel, antara lain (Riduwan, 2008):

1. Memudahkan peneliti karena jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan populasi, selain itu bila populasinya terlalu besar dikhawatirkan akan terlewati.

2. Penelitian lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu, dan tenaga). 3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subyeknya banyak

dikhawatirkan adanya bahaya biasanya dari orang yang mengumpulkan data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpulan data mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat.

Perhitungan jumlah sampel yang akan digunakan menggunakan rumus Al-Rasyid (1994)sebagai berikut (Riduwan, 2013):

Rumus Al-Rasyid : no = �α

2.�� 2

(

2.1) Dimana:

α = taraf kesalahan yang besarnya ditetapkan 0,05 N = jumlah total kontraktor (Kota Denpasar) BE = Bound of Error diambil 15 %

Zα = nilai dalam tabel Z = 1,99

Jika no≤ 0,05 N, maka n = no (2.2) Jika no > 0,05 N, maka n =

1+ −1

(2.3)

Perhitungan alokasi sampel secara proporsional, untuk masing-masing strata menggunakan rumus sebagai berikut:

(30)

dimana:

N =jumlah populasi n = jumlah sampel = 30

Ni = jumlah subpopulasi dalam strata ke-i

2.4 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan kegiatan penelitian. Data populasi atau data sampel yang sudah terkumpul, jika digunakan untuk keperluan informasi, baik berupa laporan dalam penelitian hendaknya diatur, disusun, disajikan dalam bentuk yang jelas. Langkah-langkah dalam pengolahan data dapat dilakukan seperti penyusunan data, klarifikasi data, pengolahan data, dan interprestasi hasil pengolahan data (Riduwan, 2008). Dapat dijelaskan beberapa jenis pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini seperti tabel data dan skala pengukuran.

2.4.1 Tabel Data

Tabel biasa digunakan untuk bermacam-macam keperluan baik bidang ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain untuk menginformasikan data dari hasil penelitian atau hasil penyelidikan yang diolah dalam bentuk tabel (Riduwan, 2008). Pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan tabel merupakan penyajian yang banyak digunakan, karena lebih efisien dan cukup komunikatif (Sugiyono, 2009).

2.4.2 Skala Pengukuran

(31)

member skor atau member rangking tertentu agar bisa diproses secara statistik dengan analisis regresi dengan bantuan program SPSS versi 22.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

Sedangkan untuk pengaruh sub-aspek penyebab keterlambatan pada proyek konstruksi didapat dengan menggunakan data hasil kuesioner. Data tersebut

diklarifikasikan menjadi lima tingkatan dan diberi skor sebagai berikut: 1. Sangat Tidak Pengaruh = 1

2. Tidak Pengaruh = 2

3. Ragu – Ragu = 3

4. Pengaruh = 4

5. Sangat Pengaruh = 5

Dalam hal teknik pengumpulan data, kuesioner disebarkan kepada perusahaan kontraktor dan kemudian direkapitulasi data-data yang telah diperoleh.

Sedangkan untuk perhitungan “Kategori Jenis Keterlambatan Proyek “

Perhitungan skor = X/n x 100%

Dimana ;

(32)

2.5 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur dalam kuesioner tersebut. Jika r hitung lebih dari r tabel maka item yang dianalisis dinyatakan valid dan sebaliknya (Brown, 1910). Pada penelitian ini, pengujian validitas hasil kuesioner menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 22. Pengujian validitas dengan menggunakan menu analyze kemudian pilih correlate kemudian pilih bivariate, masukan data yang ingin dihitung ke dalam tabel variables kemudian OK.

2.6 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Jika tingkat reliabilitas instrumen lebih besar 0,6 maka instrumen tersebut dikatakan reliabel dan sebaliknya (Nunnally, 1987). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 22. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan menu analyze kemudian pilih scale kemudian pilih reliability analisys, masukan data yang ingin dihitung dalam items kemudian OK.

2.7 Teknik Analisis Data

Teknik statistik yang digunakan yaitu analisis regresi dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 22. Penjelasan proses statistik dengan SPSS (Santoso, 2000):

a Data yang akan dimasukkan lewat menu data editor yang otomatis muncul di layar saat SPSS dijalankan.

(33)

c Hasil pengolahan data muncul di layar (windows) yang lain dari SPSS yaitu output navigator.

Setelah proses input dilakukan, maka akan didapatkan hasil perhitungan sesuai dengan program SPSS berupa:

a. Tabel Variables Entered/Removed

Tabel ini memberikan informasi tentang variabel-variabel independen yang kurang berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga akan dikeluarkan dari persamaan.

b. Tabel Model Summary

Tabel ini menerangkan mengenai besarnya nilai korelasi (R), nilai koefisien determinasi (R2), nilai koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2), dan standard error.

c. Tabel ANOVAb

Tabel ANOVAb (Analysis of Variance) menerangkan bahwa dari uji ANOVA atau F test, berfungsi membandingkan F hitung dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel, maka model ini dapat diterima dan begitu juga sebaliknya.

d. Tabel Coefficient

Tabel ini menerangkan persamaa n regresi yang dihasilkan.

Gambar

Tabel Data ................................................. Error! Bookmark not defined
Tabel 2.1 Aspek Penyebab Keterlambatan Menurut Praboyo (1999), Levis dan Artherley (1996) , Assaf (1995) , Park (1979) , dan Abedi da Haseeb (2011)

Referensi

Dokumen terkait

Pelabuhan Indonesia II khususnya bagian pelayanan barang, bagian inti tersebut telah menerapkan sistem informasi pada proses operasionalnya, namun sistem yang ada pada

4.3 Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan dalam menjalankan prosedur administrasi pengadaan barang dan jasa ....

[r]

Gejolak Politik Di Akhir Kekuasaan Presiden : Kasus Presiden Soekarno (1965-1967) dan Soeharto Dalam Pandangan Surat Kabar Kompas. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dalam Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, terdapat 13 indikator pemenuhan SPM yang merupakan

The theoretical research and construction of Music Iconography could have been used to solve the problems occurred in academic practice of modern art and musicology.

Kajian keperluan ini dijalankan adalah bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal tentang tahap kesukaran tajuk biologi tingkatan empat, minat, sikap, gaya pembelajaran

Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pusat dalam pembangunan kesehatan, pusat dalam pembinaan masyarakat dalam bidang