• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN PENYETARAAN GURU SEKOLAH DASAR DI KOTAMADYA PEKANBARU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGAWASAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN PENYETARAAN GURU SEKOLAH DASAR DI KOTAMADYA PEKANBARU."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN

PENYETARAAN GURU SEKOLAH DASAR

DI KOTAMADYA PEKANBARU

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

ALMANARSYAH

NIM. 949610

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

LiH^

PROF. DR. H. ENGKOSWARA, M.Ed.

Pembimbing I

DR. H. DJAM'AN SATORI, MA

Pembimbing II

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

IKIP BANDUNG
(3)

Menqetahui:

Koordinator

Program Studi Administrasi Pendidikan

Program Pascasarjana

IKIP Bandung
(4)

MOTTO:

Jadikanlah lebih baik masa mendatang

dari pada masa sekarang.

Sebaik-baik manusia adalah

yang bermanfaat bagi manusia lainnya

Pemberian tugas pada yang bukan ahlinya,

(5)

ABSTRAK

Pengawasan Pelaksanaan Pendidikan Penyetaraan

Guru Sekolah Dasar di Kota Madya Pekanbaru

Untuk meningkatkan mutu para guru sekolah dasar, pemerintah telah

mengadakan program penyetaraan D-II. Dalam pelaksanaan program penyetaraan

D-II ini, tanpaknya pengawasan pelaksanaan program penyetaraan belum berjalan

sebagai mana mestinya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan

pengawasan program penyetaraan guru SD di Kotamadya Pekanbaru, serta mencari

jalan keluarnya agar pengawasan pelaksanaan program penyetaraan berjalan dengan

baik dan benar.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

sebelum memasuki lapangan peneliti terlebih dahulu mengadakan prasurvey, setelah

turun kelapangan untuk mendapatkan informasi, peneliti menggunakan instrumen

seperti wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Kesimpulan penelitian dari kedua program penyetaraan dapat digambarkan

sebagai berikut yaitu: pada program penyetaraan yang dikelola oleh UPBJJ belum

efektif bila dibandingkan dengan pelakasanaan program penyetaraan yang dikelola

oleh LPTK UNRI. Untuk lebih jelasnya lihat sebaran lulusan dari kedua pelaksana

program penyetaraan tersebut.

(6)

DAFTARISI

Halaman

HALAMANJUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

KATAPENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH DAN APRESIASI vi

ABSTRAK xii

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan danPertanyaan Penelitian 7

C. Tujuan Penelitian

17

D. Kegunaan Penelitian

18

E. Kerangka Acuan Penelitian 19

BAB II EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SISTEM PENGAWASAN PELAK SANAAN PENYETARAAN D-II GURU SD

A. Dimensi-dimensi Efektivitas dan Efisiensi 21

1. Dimensi-dimensi efektivitas 22

2. Dimensi-dimensi efisiensi 28

B. Konsep, Pengertian dan Tugas-tugas Lapangan

Administrasi Pendidikan 35

C. Konsep dan Makna Pemantauan (Monitoring) dan

Tujuannya Didalam Administrasi Pendidikan

44

D. Hakekat, Fungsi dan Tujuan Pengawasan 57

E. Kesimpulan Teoritis dan Implikasinya Terhadap

Penelitian Ini 68

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGl PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian 71

B. Obyek Penelitian/Sumber Data Penelitian

76

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 77

D. Pelaksanaan Penelitian 78

E. Prosedur Analisa Data 82

F. Keabsahan Hasil Penelitian 85

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Organisasi Pelaksanaan Program Penyetaraan D-II

GuruSD 89

(7)

GuruSD 99

C. Mekanisme Sistem Informasi Pengawasan Pelaksanaan

Program Penyetaraan D-II

133

D. Tindak Lanjut Pengolahan Hasil Pengawasan

145

E. Pembahasan Hasil Penelitian 150

BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

178

B. Rekomendasi 185

DAFTAR PERPUSTAKAAN 192

LAMPIRAN-LAMPERAN

1. Pedoman Wawancara 195

2. Surat Izin Penelitian:

a. Surat Izin Penelitian dari Rektor EKIP Bandung 203

b. Surat Izin Dari Sospol Prop. Dati I Jabar

204

c. Surat Izin Dari Sospol Prop. Dati I Riau

205

d. Surat Izin Dari Sospol Kodya Pekanbaru 206

e. Surat Izin Penelitiandari Kakanwil Propinsi Riau 207

f. Surat Izin Dari Dinas P&K Dati I Riau 208

g. Surat Jalan Dari PPS IKIP Bandung

209

3.RiwayatHidup

21°

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. IPK Siswa ProgramPenyetaraan Yang dikelola oleh

PGSD UPBJJ 105

2. IPK Siswa Program Penyetaraan Yang dikelola oleh

PGSDLPTKUNRI 106

3. Absensi Guru/Karyawan pada Penyetaraan PGSD

UPBJJ 121

4. Absensi Guru/Karyawan pada penyetaraan PGSD

LPTKUNRI 122

5. Rekapitulasi Hasil Penelitian 174

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan 3

2. Struktur Organisasi Penyelenggaraan Jenjang D-II 11 3. Fungsi dan Bidang Organisasi Pengawasan Sekolah 12

4. Kerangka Pengawasan Pelaksanaan Pendidikan

Program Penyetaraan 16

5. Kerangka Penelitian 20

6. Keefektivan Model Dimensi Waktu 22

7. Matrik Sekolah Secara Sistem 38

8. Komponen Penanggung Jawab Program Penyetaraan 90

9. Forum Koordinasi Tingkat II Penyetaraan 93

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan jangka panjang kedua yaitu mewujudkan bangsa

Indonesia yang maju, mandiri, serta sejahtera lahir dan bathin sebagai landasan bagi

tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam negara

kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Sasaran umum pembangunan tersebut adalah terciptanya kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tenteram dan sejahtera

lahir dan bathin, dengan titik berat pada pembangunan bidang ekonomi, sebagai

penggerak utama pembangunan seiring dengan perkembangan kualitas sumber daya

manusia (GBHN: 1993).

Gambaran di atas menunjukkan betapa besarnya perhatian pemerintah

terhadap masalah sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pembangunan. Hal

ini disebabkan karena keberhasilan pembangunan itu sangat ditentukan oleh faktor

manusia, dan untuk menentukan keberhasilan ini haruslah manusia yang mempunyai

kemampuan membangun. Walaupun ditegaskan bahwa titik berat pembangunan itu

diletakkan pada sektor ekonomi, namun keberhasilan dan kemajuan ekonomi

ditentukan oleh berbagai faktor dan yang paling menentukan adalah faktor manusia.

Manusia yang berkualitas dimaksud adalah memiliki pengetahuan, terampil,

berdisiplin, dan mempunyai daya juang yang tinggi yang memungkinkan ia

membangun ekonomi dan berkemampuan untuk memanfaatkan berbagai faktor

(11)

terus melaju masih dihinggapi dalam kesenjangan atau krisis produktivitas kualitas

manusia (Engkoswara, 1987 : 10).

Bangsa Indonesia pada umumnya dan pemerintah khususnya telah menyadari

bahwa masalah kesenjangan kualitas sumber daya manusia ini merupakan faktor

penghambat dalam kemajuan pembangunan, sehingga sumber daya manusia yang

berkualitas dijadikan prasyarat dalam pembangunan jangka panjang tahap kedua.

Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber manusia tersebut

adalah pendidikan, Karena pendidikan merupakan "the process oftrainning and the

develoving the knowledge, skill, mind, character, etc" (Webster's : 1957). Karena itu

pendidikan menduduki peranan yang amat penting dalam upaya meningkatkan

kualitas manusia Indonesia baik dalam segi sosial, spritual, intelektual maupun

profesional, sebagai kekuatan pertama dan utama dalam pembangunan nasional

bangsa Indonesia.

Selanjutnya Achmad Sanusi (1989 : 45) mengemukakan bahwa "pendidikan

sebagai proses pengembangan sumber daya manusia, yang merupakan faktor paling

penting dalam pembangunan nasional". Pentingnya paranan pendidikan dalam

pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, tercermin dalam tujuan

pendidikan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang

mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN,

(12)

Selanjutnya Fakry Gaffar (1989) menggambarkan bahwa "peranan

pendidikan dalam pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia

merupakan salah satu prioritas yang cukup penting yang kedudukan dan peranannya

[image:12.595.86.482.254.485.2]

unik". Pendidikan bukan hanya merupakan sektor yang harus dibangun tapi juga harus turut endukung sektor lain, sebagai mana terlihat dalam gambar ini.

Gambar 1.

Perananan Pendidikan Dalam Pembangunan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan

Pembangunan nasional

Berbagai sektor PN

SDM yang berkualitas atau berkemampuan

Pertanian Perindustrian

Perdagngan Energi

Sosbud

Dll

Masalahnya sekarang adalah apakah sistem pendidikan yang ada telah

mampu menciptakan atau melayani kebutuhan akan manusia pembangunan yang

berkualitas tersebut?. Pendidikan yang bagaimana yang akan menghasilkan manusia

berkualitas seperti yang diharapkan tersebut? Untuk dapat menghasilkan sumber

daya manusia yang berkualitas, dituntut agar sistem pendidikan nasional dengan

semua jalur, jenis dan jenjang serta program pendidikannya juga mempunyai

produktivitas dan kualitas yang tinggi. GBHN menggariskan kebijakan dalam bidang pendidikan mengacu pada meningkatkan mutu disemua jenjang pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas upaya mewujudkan manusia pembangunan yang

(13)

dasar. Oleh karena itu sudah sepantasnya para guru Sekolah Dasar Negeri dan

Swasta berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuannya. Dengan pembenahan

pendidikan dasar itu akan memberi bekal kemampuan kepada peserta didik untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara

dan anggota umat manusia, serta mempersiapkannya untuk mengikuti pendidikan

menengah (PP.RI No.28/1990, bab II. pasal 3). Jadi pendidikan dasar merupakan sarana kunci dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu sudah selayaknya bagi para guru SD Negeri dan Swasta yang nota benenya berijazah SPG atau KPG serta SLTA lainnya, untuk mengikuti suatu Program Penyetaraan yang dilaksanakan

pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas dan menambah ilmu pengetahuan

sejalan dengan makin berkembangnya ilmudanteknologi pada dewasa ini.

Kepedulian terhadap peningkatan kualitas pada jenjang pendidikan ini

merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, agar keluaran yang

dihasilkan menjadi investasi sumber daya manusia yang benar-banar bemilai. Yang

dimaksudkan dengan SDM yang berkualitas ialah keluaran atau output dari

pendidikan yang berkemampuan inteletual, moral dan berprilaku baik. Pendidikan

harus mampu membentuk anak didiknya menjadi insan-insan pembangunan yang

bermutu tinggi.

Dengan demikian output tidak dapat dinilai semata-mata dari jumlah siswa

yang berhasil menempuh ujian akhir saja, tetapi juga dari kemampuannya untuk

memecahkan persoalan-persoalan dan tantangan di kemudian hari. Jadi pembinaan

guru Sekolah Dasar melalui suatu program penyetaraan merupakan suatu hal yang

sangat strategis, karena sekolah dasar adalah salah satu jenjang kependidikan yang

(14)

Lebih lanjut B.S. Mardiatmadja (Analisis, CSIS Nomor 5 : 1990)

menjelaskan bahwa:

"... isi pendidikan selanjutnya sangat ditentukan oleh pendidikan dasar; mutu proses didik selanjutnya sangat dipengaruhi oleh proses didik perdana yang terjadi dalam pendidikan dasar. Maka akhirnya baik produktivitas maupun

mutu manusia Indonesia selanjutnya sangat ditentukan oleh dalam dan mutu

pendidikan dasarnya. Maka pada pendidikan dasarlah bergantungnya mutu

pembangunan kita di masa depan".

Peningkatan mutu pendidikan dasar ini dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Abin Syamsuddin (1986 : 10) mengemukakan bahwa salah satu cara atau

tindakan yang strategis untuk meningkatkan kualitas hasil atau produktivitas dari

suatu sistem, antara lain melalui menejemen dan pengendalian terhadap unsur proses

operasi sistem yang bersangkutan. Jadi peningkatan mutu pendidikan dasar salah

satunya dilakukan melalui manajemen yang efektif dan efisien yang diikuti dengan

suatu pengawasan.

Kenyataannya, program penyetaraan guru SD saat ini sedang menghadapi

masalah yaitu masih rendahnya efektivitas dan efisiensi terutama dalam pelaksanaan

pengawasan pelaksanaan program tersebut. Meskipun secara kuantitatif sampai

tahun 1994/1995 program penyetaraan guru SD telah mampu menampung kira-kira

45% dari jumlah guru SD yang ada di Kota Madya Pekanbaru, namun secara

kualitatif pelaksanaan program tersebut masih menghadapi berbagai masalah yang

memetlukan perhatian dan usaha pemecahan yang tepat dari berbagai instansi yang

terkait.

Keberadaan masalah efektivitas dan efisiensi pada pelaksanaan program

penyetaraan guru SD, terlihat dengan adanya beberapa masalah yang dihadapi

(15)

tinggi, dan kualitas guru atau dosen yang belum memuaskan.

Dalam pelita V yang lalu ada beberapa masalah yang dihadapi oleh

pendidikan dasar, antara lain mutu dan status profesional tenaga guru, kesenjangan

antara kurikulum dengan pelaksanaannya, menejemen sekolah yang belum

menjamin pembinaan guru secara profesional, serta masalah pendayagunaan dan

pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia (Sutjipto, 1991).

Pada sisi lain dalam pemanfaatan waktu sebagai mana dikemukakan oleh

Muchdarsyah Sinungan (1992) dalam bukunya yang lain "banyak kejadian di sekitar

kita betapa kurangnya pemanfataan waktu kerja yang merupakan upaya paling

mendasar dalam produktivitas kerja, banyak diabaikan bahkan secara sengaja

dilanggar", lebih lanjut ia memaparkan bahwa suatu unit kerja terlihat bahwa sekitar

25% dari pekerja baik tingkat atas, menengah, dan lapisan bawah yang benar-benar

bekerja keras dengan memamfaatkan semua waktu kerja yang ada, sementara itu

75% dari pekerja tidak memamfaatkan jam kerja yang ada, bahkan cenderung untuk

mengurangi waktu kerja yang tersedia itu.

Indikator lain yang dikemukakan adalah rendahnya kemampuan guru atau

dosen penyetaraan guru SD itu sendiri, dalam menguasai bidang studi. Penelitian

menunjukkan bahwa dari sejumlah guru atau dosen penyetaraan guru SD itu, yang

terdiri dari Kepala sekolah-kepala sekolah dan Penilik-penilik TK-SD, beberapa

diantaranya hanya memiliki Ijazah yang sederajat dengan SLTA.

Memperhatikan indikator-indikator di atas serta hasil pembicaraan informal

yang dilakukan dengan beberapa orang siswa atau guru SD sebagai peserta didik

yang telah menamatkan program penyetaran guru SD itu, juga pendapat kepala

(16)

atau peserta penyetaraan guru SD tersebut cukup tinggi. Dari siswa atau para peserta

didik yang masuk pada semester satu, hanya kira-kira 50% dari mereka yang dapat

menyelesaikan semua beban SKS, yang diberikan berdasarkan banyaknya

pengalaman mengajar sebagai mana yang diatur dalam buku panduan PPDII.

Jadi karena banyaknya siswa atau peserta didik penyetaraan yang mengulang

padasemester berikutnya, danjuga diketemukan bahwa guru atau dosen sering tidak datang dalam melaksanakan tugasnya pada waktu tatap muka (tutorial), hal ini menimbulkan beberapa konsekwensi sebagai mana yang digambarkan di atas. Hal inilah yang menarik penulis untuk meneliti lebih jauh tentang efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan terhadap pelaksanaan program penyetaraan guru SD yang dikelola UPBJJ-UT Pekanbaru Propinsi Riau.

B. Permasaiahan dan Pertanyaan Penelitian

Program penyetaraan guru SD yang dikelola oleh UPBJJ-UT Pekanbaru,

merupakan tempat untuk pelaksanan menyetaraan bagi guru-guru yang masih

berijazah SPG, KPG, dan SLTA lainnya. Untuk meningkatkan kualitas peserta

penyetaraan pada guru SD, dituntut guru/tutor yang memenuhi

persyaratan-persyaratan sebagai mana yang tercantum pada buku panduan PPD II. Untuk

menunjang hasil yang maksimal dari pelaksanaan program penyetaraan tersebut

dibutuhkan program pengajaran yang terpadu dan terorganisir, serta dilaksanaan

dengan pengawasan yangefektif.

Agar sesuai dengan waktu yang ditetapkan yaitu selama tiga tahun, dengan

kalkulasi beban SKS berdasarkan pengalaman kerja atau mengajar, dimana bagi

(17)

yang berpengalaman kerja atau mengajar (5-8th) beban SKS nya sebanyak 74 SKS,

begitu juga bagi yang berpengalaman kerja atau mengajar (9-12 th) jumlah beban SKS nya 72 SKS, serta yangberpengalaman kerja atau mengajar diatas 12th jumlah

beban SKS nya hanya 66 SKS saja.

Guru SD yang telah selesai mengikuti program penyetaraan ini, diharapkan

akan kembali kesekolahnya semula untuk memanfaatkan dan mengembangkan ilmu

yang telah ia dapatkan selama menempuh studi pada penyetaraan tersebut, agar dapat mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan

dasar pada khususnya lebih baik.

Supaya tujuan tersebut dapat terlaksana secara efektif dan efisien, maka

manajemen yang profesional mutlak diperlukan. Manajemen diperlukan bagi

pengelolaan dan bagi pengawasan, agar instrumen-instrumen yang ada dapat

dioptimalisasikan dan semua komponen-komponen dari sistem berjalan secara

terencana, terorganisir, terarah, termonitoring, terkordinir, dan terkontrol/terkendali

serta terevaluasi baik pada segi efektivitas maupun pada segi efisiensinya

(Kauffman, 1972). Jadi agar manajemen program penyetaraan guru SD bermakana,

maka

diperlukan

suatau

mekanisme

supaya

komponen-komponen

sistem

persekolahan dapat berfungsi secara optimal untuk dapat mencapai tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien.

Pencapain efektivitas dan efisiensi pendidikan yang optimal, dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan

penyelenggaraan pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan

sistem terbuka, di samping menerima dan memberi pengaruh dari dan pada

(18)

substansi-substansi dari sistemnya sendiri.

Ini menunjukkan bahwa efektivitas dan efisiensi organisasi termasuk

organisasi pelaksanaan penyetaraan, terlahir karena adanya interaksi proses

transformasi yang tidak terlepas dari lingkungan. Hal ini menunjukkan adanya kaitan

yang sangat erat antara faktor manusia dengan faktor-faktor fisik lainnya yang

didayagunakan dalam proses pendidikan, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Oleh karena itu aspek yang paling mendasar dalam kaitan dengan manajemen sistem

pendidikan penyetaraan guru SD, adalah kualitas guru/tutor dan peran kepala UPBJJ

dalam memberdayagunakan setiap komponen yang ada serta keterkaitannya dengan

sistem pendidikan. Komponen yang harus didayagunakan itu tidak hanya yang ada

dalam lingkungan sekolah saja tetapi juga yang ada di luar sekolah (Ace Suryadi,

1991:20).

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa aspek pengawasan terhadap

pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru SD oleh pengelola, merupakan aspek yang

dapat diduga sebagai penyebab siswa tidak dapat menyelesaikan studinya tepat

waktu dan sesuai dengan yang direncanakan. Masalah pengawasan merupakan suatu

masalah yang cukup luas dan kompleks, dan tidak semua input dan output yang

terkait dapat dikendalikan secara efektif. Pengawasan yang komprehensif, harus

diarahkan pada berbagai aspek mulai dari input proses, dan output bahkan sampai

pada outcome dari sistem pendidikan. Kajian pelaksanaan program penyetaraan guru

SD ini dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain dari struktur organisasi

penyelenggaraan program penyetaraan guru SD, pada tingkat makro dan mikro.

Semula program ini dikelola oleh satu Departemen yakni Departemen Pendidikan

(19)

10

Kabupaten serta Propinsi mutlak menjadi tanggung jawab kapala UPBJJ-UT Pekanbaru. Akan tetapi dalam pengadaan peserta didik sudah ikut Departemen Dalam Negeri, dalam hal ini Pemda Tingak I. Sedangkan pada tingkat mikro yaitu pada tingkat satuan pendidikan atau sekolah dikelola oleh Kepala penyetaran

ditingkat Provinsi, dalam hal ini disebut dengan Kepala UPBJJ. Jadi dalam

pelaksanaan program penyetaraan ini hal-hal yang menyangkut peserta didik

ditentukan oleh Dinas P dan K tingkat II, sedangkan Pemda menydiakan fasilitas dan

masalah penempatan guru. Untuk lebih jelasnya dapat kita perhatikan struktur

pelaksanaan program pendidikan penyetaraan D-JJ guru SD pada gambar 2, seperti

tertera pada halaman berikut ini.

Selanjutnya Fakry Gaffar (1989) mengemukakan fungsi pokok manajemen

itu pada dasamya adalah: Perancanaan, Pelaksanaan, dan Pemgawasan. Dalam buku

Pedoman Administrasi Sekolah Dasar (Dirjen Dikdasmen, 1991) ditegaskan bahwa

administrasi dilihat sebagai proses kegiatan manajemen yang dilaksanakan pimpinan melalui tahapan kegiatan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan. Ketiga fungsi

ini harus dilaksanakan secara berkesenambungan dan meliputi semua bidang

kegiatan administrasi pendidikan disekolah dan semuabidang tugas pimpinan.

Tinjauan terhadap manajemen sekolah juga bisa dilihat dari sudut

bidang-bidang tugas yang harus dikelola. Dalam hubungan ini Tim Dosen MKDK Administrsi Pendidikan EKEP Bandung (1991), yang juga sejalan dengan Dirjen Dikdasmen (1991) mengemukakan bidang-bidang garapan administrasi pendidikan

(20)

UNIT-UNIT TERKAITDI

[image:20.595.79.467.77.679.2]

PUSAT

GAMBAR 2

STRUKTUR ORGANISASI PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN GURU SD JENJANG D-II

(PRAJABATAN DAN PENYETARAAN)

MENDtKBUD RAPAT TERAS TERBATAS

DITJEN DIKTI DITJEN DIKDASMEN BALITBANG DIKBUD SEKRETAR1AT BERSAMA ! UMT-UMTDI LPTK LPTKBJJ PUSAT YANG TERKAIT i I LP TERF ! UNIT-UNIT DI | ADU

UPBJJ KANVWL PUSAT YANG TERKAIT i

i

I UNIT-UNIT DI i

i KANDEP KABUPATEN |

! i i I YANG TERKAIT | UNIT-UNIT DI KANCAM KECAMATAN |

YANO TERKAIT j i

PG SD PG SD

PROGRAM PRA PROGRAM PENYETA JABATAN RAAN FORUM KOORDINASI KEBUAKSANAAN DI PUSAT 11 FORUM KONSULTASI TEKNIS DI PUSAT FORUM KOORDINASI PENGADAAN GURU DI WILAYAH

FORUM KOORDINASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENYETARAAN DI KABUPATEN FORUM KOORDINASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENYETARAAN DI KECAMATAN Garis Komando Garis Koordinasi Garis Pembinaan Akademik

UPBJJ Unit Program Belajar Jarak Jauh

LPTK Terpadu IKIP,FKIP. SPG, SGO. SGPLB, PPPG, BPG

PG SD Program Studi Pendidikan Guru SD BJJ Belajar Jarak Jauh

(21)

12

1. Program pengajaran. 2. Murid atau peserta didik. 3. Personil lembaga pendidikan.

4. Kantor dan fasilitas lembaga pendidikan. 5. Keuangan lembaga pendidikan.

6. Pelayananbantu lembaga pendidikan.

7. Hubungan lembaga dan masyarakat.

Fungsi-fungsi pokok pengawasan pada bidang-bidang tugas tersebut tidak

bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya dalam pelaksanaan operasionalnya.

Hubungan antara keduanya dapat dilukiskan sebagaimana pada Gambar-3 berikut

mi:

BLDANG

PENG

FUNGSI

PERENCANAAN

[image:21.595.76.497.296.558.2]

PELAKSANAAN

Gambar 3.

Fungsi Dan Bidang Organisasi

Pengawasan Sekolah

FAS. UANG

MURID PERSON

LAYAN HUMAS

Dilihat dari tanggung jawab pelaksana penyetaraan guru SD dalam hal ini

kepala UPBJJ-UT sebagai pengelola pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya.

Menurut pasal 12 PP 28 tahun 1990 kepala sekolah bertanggung jawab atas

penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga

(22)

13

Masalah efektivitas dan efisiensi suatu kegiatan pendidikan merupakan suatu

hal yang kompleks. Oleh karena itu pada penelitian ini hanya difokuskan pada

efektivitas dan efisiensi internal, seperti halnya yang tergambar dalam konsep

Depdikbud, yaitu masalah efektivitas dilihat dari prestasi belajar, jumlah tamatan,

efisiensi dilihat dari masukan biaya yang digunakan, dan juga dapat dilihat dari ba

nyaknya tahun yang butuhkan untuk penyelesaian suatu persekolahan oleh kelompok

mahasiswa/siswa tertentu.

Semakin banyak peserta didik/siswa yang mengulang, semakin banyak waktu

yang diboroskan, berarti semakin rendah pula nilai efisiensi pada suatu persekolahan

karena hal ini akan mengacu kepada semakin besarnnya biaya yang dibutuhkan

untuk mencapai suatu penyelasaian pada pembelajaran tertentu. Selanjutnya dilihat

dari konsep efektivitas, menurut pandangan Etzioni (1982), efektivitas pada suatu

organisasi dapat diukur dari tingkat sejauh mana ia berhasil mencapai tujuannya,

sedangkan efisiensi suatu organisasi dapat dikaji dari jumlah besarnya biaya yang

digunakan untuk menghasilkan suatu unit yang dikeluarkan (out-put).

Jadi dalam melihat efektivitas suatu organisasi sudut pandangan harus

diarahkan pada pencapaian tujuan. Rumusan keberhasilan organisasi tidak saja

mempertimbangkan sasaran organisasi, tetapi juga mekanismenya mempertahankan

diri dari mengejar pada suatu sasaran. Kalau kita memeperhatikan dengan konsep

sistem, maka konsep efektivitas sacara umum berkenaan dengan efektivitas

pendidikan, maka yang dimaksud dengan efektivitas dalam penelitian ini adalah

kemampuan penyetaraan guru SD di Kotamadya Pekanbaru. Hal ini dicapai dengan

mengoptimalisasikan sistem pengawasan pada seluruh komponen-komponen secara

(23)

14

dan konsekwen.

Sedangkan efisiensi berkaitan dengan kemampuan penyelenggara pendidikan

dengan tepat waktu dan dengan dana yang seminimal mungkin. Dalam hal ini

diharapkan penyelenggaraan penyetaraan yang dikelola oleh UPBJJ-UT Pekanbaru

benar-benar produktif. Untuk melaksanakan tugas sistem pengawasan agar

menghasilkan keluaran dengan menggunakan sumber/masukan (studen years)

semenimal mungkin. Oleh karena itu indikator-indikator efektivitas yang digunakan

adalah pelaksanaan tugas-tugas kepala UPBJJ sebagai bagian dan pengawasan

pelaksanaan pendidikan pada penyetaraan guru SD yang dipimpinnya dan

indikator-indikator output yang akan dilihat dari jumlah tamatan, dan prestasi kognitif yang

dicapainya Suharsimi (1988) mengemukakan bahwa indikator-indikator dari

efektivitas administrator dapat dilihat dari tujuh daerah tugas yaitu: kurikulum dan

pengajaran, personil, murid, biaya dan urusan manajemen, gedung dan sarana,

hubungnan dengan masyarakat, dan pengembangan profesionalisasi.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, maka yang dijadikan fokus

penelitian ini adalah efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan pelaksanaan

penyetaraan guru SD yang dilakukan oleh kepala UPBJJ dan instansi yang terkait.

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka fokus penelitian

ini penulis ajukan dalam bentuk pertanyaan yang berbunyi: "Sejauh manakah

Efektivitas Sistem Pengawasan Pelaksanaan pendidikan Penyetaraan D-II guru SD

di Kotamadya Pekanbaru." Kemudian permasalahan penelitian tersebut dapat

dijabarkan lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana organisasi pelaksanaan program pendidikan penyetaraan D-II guru SD

(24)

15

Pertanyaan ini dirinci sebagai berikut:

a. Pihak-pihak mana saja yang terkait dalam pelaksanaan pendidikan program penyetaraan D-II guruSD, dan apa tugas masing-masing unittersebut?

b. Bagaimana koordinasi antar istansi terkait dalam pelaksanaan pengawasan

program pendidikan penyetaraan D-II guru SD dengan pihak yang telibat di

Kodya Pekanbaru?

c. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam proses koordinasi pengawasan program penyetaraan D-IIdan bagaimana cara pamecahannya?

2. Bagaimana efektivitas dan efisiensi pengawasan pelaksanaan penyetaraan D-II

guru SD di Kotamadya Pekanbaru?

Pertanyaan ini dapat dirinci sebagai berikut:

a. Apakah tujuan atau sasaran pengawasan pelaksanaan pendidikan program

penyetaraan D-II guruSD di Kotamadya Pekanbaru?

b. Aspek-aspek apa yang diawasi dalam pelaksanaan pendidikan program

penyeta-raan D-II guru SD Kodya pekanbaru dalam pengelolaan pengajaran?

3. Bagaimana mekanisme sistem informasi pengawasan pelaksanaan pendidikan

program penyetaraan D-II guru SD di Kota Madya Pekanbaru ditinjau dari

layanan unit/istansi di luar organisasi?

a) Informasi apa saja yang diperlukan dalam rangka pengawasan pelasanaan

program penyetaraan D-II guru SD di Kota Madya Pekanbaru?

b) Bagaimana pemanfaatan informasi hasil pengawasan atas pelaksanaan pendi

dikan program penyetaraan D-II guru SD di Kota Madya Pekanbaru?

c) Apakah sistem informasi pengawasan pelaksanaan pendidikan program

(25)

16

efektif?

4. Bagaimana tindak lanjut pengolahan hasil pengawasan pelaksanaan pendidikan

program penyetaraan D-II guru SD di Kota Madya Pekanbaru?

Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, bagaimana

struktur pengawasan pada program penyetaraan D-II, maka penulis akan menyajikan

[image:25.595.80.457.275.733.2]

kerangka pengawasan atas pelaksanaan pendidikan program penyetaraan D-II guru sekolah dasar di Kota Madya Pekanbaru, yang menggambarkan letaknya masalah dalam pelaksanaan program penyetaraan D-II padaGambar-4 berikut ini.

GAMBAR 4.

Kerangka Pengawasan Pelaksanaan

Pendidikan Program Penyetaraan

STRUKTUR

PENGAWASAN PENYETARAAN D-H

UPBJJ

Pembinaan

- Kualitas bahan

belajar. - Pendistribusian bahan belajar. Penetapan siswa. Pengawasan - Tutorial •Proses belajar mandiri - Praktikum PPL Kanwil Komando Mengawasi: - PokJar/Kancam - Kabupaten - Wilayah PELAKSANAAN PENYETARAAN GURU SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN

(26)

17

C. Tujuan Penelitian

Tujuan secara umum penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muchamad Ichsan (1991) yang mengkaji

meningkatkan mutu pelaksanaan supervisi instruksional di SMA Kotamadya Malang

dengan aspek yang ditelitinya proses supervisi mengenai observasi kelas,

pelaksanaan supervisi kelas, mengamati unjuk kerja guru mengajar, teknik-teknik

supervisi seperti pembicaraan induvidual, teknik supervisi kelompok melalui rapat,

dan pola pendekatan supervisi seperti pembicaraan individual setelah observasi

kelas. Dengan kesimpulan pelaksanaan supervisi instruksional, tidak hanya memberi

bantuan dan dorongan, tetapi juga sebagai media penilaian dan pengawasan. Unsur

penilaian terbukti dengan adanya pengamatan proses belajar mengajar dengan

supervisi guru di kelas. Sedangkan unsur pengawasan terbukti dengan adanya

penunjukkan tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru pada waktu mengajar

di kelas.

Penelitian ini lebih khusus mengkaji serta menganalisa tentang efektivitas

sistem pengawasan pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru SD di Kotamadya

Pekanbaru, sehingga dapat ditemukan permasalahan-permasalahan dan kemungkinan

jalan keluamya guna meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan

penyetaraan guru SD di Kotamadya Pekanbaru. Sedangkan tujuan khususnya adalah

untuk:

1. Mendiskripsikan bagaimana organisasi pelaksanaan pendidikan penyetaraan D-II

guru SD dilihat dari: pihak-pihak yang terkait, dan koordinasi antar instansi, serta

hambatan-hambatan apa yang dihadapi oleh kepala UPBJJ di Kotamadya

(27)

18

2. Menganalisis sejauhmana efektivitas pelaksanaan pendidikan penyetaraan D-II

guru SD ditinjau, dari layanan diluar instansi/organisasi.

3. Mendeskripsikan mekanisme sistem informasi pengawasan pelaksanaan program

penyetaranD-II guru SD di Kotamadya Pekanbaru.

4. Menganalisis bagaimana tindak lanjut hasil pengawasan program penyetaraan D-II

guru SD di Kotamadya Pekanbaru.

D. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru atau para dosen untuk lebih memahami

tentang konsep efektivitas dalam pen-didikan, dan sebagai umpan balik dari

usaha-usaha yang telah mereka lakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas

(penyetaraan guru SD di Kodya Pekanbaru).

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi kepala UPBJJ UT Pekanbaru dan

pengawas untuk menentukan tindakan-tindakan guna untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi dalam sistem pengawasan pelaksanaan pendidikan

penyetaraan guru SD.

3. Dalam skala yang lebih luas, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan guna

meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru

(28)

19

E. Kerangka Acuan Penelitian

Kerangka acuan dalam penelitian ini yang merupakan suatu landasan atau

dasar pemikiran yang digunakan atau ditempuh dalam menyoroti dan mengkaji

permasalahan penelitian. Disusun berdasarkan pada tinjauan terhadap pengawasan

pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru SD dari berbagai sudut pandang. Pertama,

dilihat dari struktur, tanggung jawab operasional dari sistem pengawasan

pelaksanaan penyetaraan guru SD, yang paling menentukan terhadap efektivitas dan

efisiensi pendidikan berada di tangan pengelola atau kepala UPBJJ. Kedua, sebagai

pelaksana satuan pendidikan khususnnya pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru

SD, pengelola pendidikan harus melaksanakan fungsi-fungsi yaitu sebagai berikut:

Perancanaan, Pelaksanan, dan Pengawasan (evaluasi dan pembinaan). Ketiga,

fungsi-fungsi di atas hendaknya dilaksanakan secara terpadu dalam melaksanakan

tugas-tugas sistem pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru SD,

dan bagi seorang pengelola harus mengerjakan berbagai fungsi diantaranya yaitu (a)

bagaimana mengelola bidang kemuridan atau kemahasiswaan, (b) bidang program

pengajaran, (c) bidang personil, (d) bidang keuangan, (e) bidang periengkapan dan

fasilitas sekolah, (f) bidang hubungan sekolah dan masyarakat, (g) bidang layanan

khusus, (h) serta dibidang supervisi pengajaran. Keempat, kesemuanya di atas

dimaksudkan untuk menghasilkan output pendidikan (keluaran) yang bermutu secara

efektif dan efisien, sebagai hasil dari sistem pengawasan pelaksanaan pendidikan

penyetaraan guru SD yang efektifdan efisien.

Berikut ini akan disajikan kerangka berpikir atau kerangka acuan penelitian

(29)
[image:29.595.31.527.49.653.2]

Belum Terlaksana Secara Efektif Belum mampu mengung- kapkan pengawasan penyetaraan GAMBAR 5 KERANGKA PENELITIAN

SK DIRJEN DIKTI

(UT) Fungsi penyetaraan

-PP 30 tahun 1990

Pengawasan Mutu

SUBJEK

SUMBER

INFORMASI

METODE TUJUAN SASARAN

K Mendeskripsi-Peneliti Sendiri - Pengelola penyetaraan guru SD U A L kan organisasi pelaluprog. Penyeteraan - Mengatasi masalah-masa-lah pengawas

- Dikdasmen I

T Menganalisis efektivitas an penyetara a n -KA Dinas

A pelaksanaan - Mencapai sa

P*K Kodya

T program penye saran penga

Pekanbaru

I taraan wasan yang di F Mengadakan

re-komendasi pe-lak-prog. pe harapkan pada penyetaraan nyetaraan Masalah

Organisasi Pelaksana Program Penyetaraan Efektivitas Pengawasan Prog. Penyetaraan

Mekanisme informasi pengawasan

- Latar Belakang Pendidikan - Persepsi pengawasan

Penyetaraan

• Tindak lanjut dari pengawasan

(30)
(31)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan pendekatan

kualitatif selanjumya Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 64) mengemukakan bahwa

penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suam gejala

atau peristiwa dan kejadian yang telah terjadi saat sekarang, di mana peneliti

berusaha memotiet peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya untuk

kemudian ia tuangkanatau digambarkan sebagaimana adanya.

Kemudian Faisal, (1990 : 45) mengemukakan bahwa didalam penelitian

kualitatif terjadi proses yang berbentuk suam siklus, dimana dalam proses yang

berbentuk siklus tersebut, dapat diidentifikasikan adanya tiga tahapan yang

berlangsung secara berulang-ulang, yakni tahap (1) eksplorasi yang meluas dan

menyeluruh, dan biasanya masih bergerak pada taraf permukaan, (2) eksplorasi

secara terfokus atau terseleksi guna untuk mencapai tingkat kedalaman dan keterincian tertentu, (3) pengecekan atau konfirmasi suam hasil atau temuan

penelitian.

Adapun sifat analitik dari penelitian ini adalah merupakan langkah lanjutan

dari deskripsi gajala dan peristiwa. Setelah didapat gambaran yang jelas dan lengkap

tentang aspek-aspek yang diteliti maka selajutnya dilakukan analisis secara

mandalam. Dan analisis dilakukan berdasarkan suam kajian teori.

Tujuan pokok pada penelitian ini adalah mendiskripsikan dan menganalisis

efektivitas dan efisiensi pengawasan pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar di

(32)

72

Kota Madya Pekanbaru Propinsi Riau. Dengan kata lain untuk memahami efektivitas

dan efisiensi pengawasan pelaksanaan penyetaraan tersebut, secara konteksmal yang

dilihat secara sistem mulai dari input, proses, dan output. Karena sekolah merupakan suam sistem sosial yang terbuka, sehingga efektivitas dan efisiensinya merupakan

fenomena yang bersifat totalitas, maka untuk im dalam penelitian ini digunakan

pendekatan kualitatif.

Nasution (1988) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya

adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,

berusaha mema-hami dan menafsirkan pikiran mereka tentang dunia mereka.

Selanjutnya Bogdan dan Biklen (1982) mengatakan pendekatan kualitatif berusaha

memahami dan menafsirkan makna suam peristiwa interaksi prilaku manusia dalam

suam simasi tertentu menurut persepsi sendiri.

Didalam penelitian kualitatifini dapat dibedakan dari penelitiannon kualitatifdilihat

dari segi karakteristik yang dimilikinya yaim:

1) Penelitian kualitatif mempunyai latar alami sebagai sumber data langsung. 2) Manusia sebagai alat atau instrumen penelitian.

3) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik.

4) Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada hasil semata.

5) Dalam penelitian kualitatif, peneliti cenderung menganalisa datanya secara induktif.

6) Penelitian kualitatif mengutamakan makna (Lihat dalam buku, Bogdan dan

Biklen, 1982: 27-30; dan Buku Nasution, 1988 : 9-12; Sudjana dan Ibrahim,

1989:197-200; Moleong, 1990 : 4-8).

Adapun karakteristik-karakteristik di atas akan mempertimbangkan dalam

penelitian ini. Jadi berdasarkan karakteristik yang pertama, berarti dalam penelitian ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi

(33)

73

langsung pergi kesekolah dimana tempat pelaksanaannya yang dijadikan obyek

penelitian, kemudian mengadakan pengamatan, pembicaraan non formal,

pembicaraan formal dengan kepala sekalah (UPBJJ) dan pengawas, Ka Dinas P&K

Kota Madya Pekanbaru serta para guru. Dengan mjuan untuk memperoleh dan lebih

memahami data dan informasi yang diperoleh secara konteksmal, dan Licon dan

Guba dalam buku karangan Moleong (1990 : 4) mengemukakan dan memandang

kegiatan ini perlu atas dasar asumsi bahwa:

(1) Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena hubungan

penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks, unmk

keperluan pemahaman.

(2) Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suam penemuan

mempunyai arti bagi konteks lainnya yang berarti bahwa satu fenomena harus

diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan.

(3) Sebagian struktur nilai konteksmal bersifat diterminatif terhadap apa yang akan

dicari.

Maka dengan pendekatan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang

fenomena pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar di Kota Madya Pekanbaru

sebagaimana adanya. Berkenaan dengan karakteristik di atas, maka karakte-ristik

yang kedua adalah bahwa pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan langsung

oleh peneliti. Oleh karena im peneliti merupakan alat pengumpul data yang utama,

dasar pemikiran ini disebabkan oleh karena manusia dapat mengadakan penyesuaian

terhadap kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan, dan hanya manusia yang dapat

berhubungan dengan responden atau obyek lainnya dan yang mampu memahami

kaitan kenyataan-kenyatan di lapangan.

Di samping im juga hanya manusia sebagai instrumen pulalah yang dapat

(34)

74

hal demikian ia pasti dapat menyadarinya dan berusaha mengatasinya. Karena

menusia mempunyai atau memiliki senjata dalam artian "dapat memumskan" yang

secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan (Moleong, 1990 : 5-19). Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, dalam pengumpulan data dan informasi manusia dapat memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data secara rinci dan mendalam sesuai dengan mjuan

yang ingin dicapai (Nasution, 1988 : 54-55).

Adapun karakteristik selanjumya dalam penelitian kualitatif adalah lebih bersifat deskriptif analitis, dimana data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, dan hasil pemotretan (decumentar), cuplikan tertulis dari dokumen

lebih banyak berupa kata-kata, gambar dan bukan dalam bentuk bilangan statistik.

Pada hasil analisisnya lebih banyak berupa gambaran mengenai simasi yang diteliti

dalam bentuk uraian naratif (Sudjana, 1989 : 148). Dengan demikian laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian

laporan tersebut (Moleong, 1990 : 6). Maka dalam hal ini hakekat pemaparan pada

umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana suatu

fenomena im yang terjadi dalam konteks lingkungannya.

Karakteristik yang keempat yaim, lebih menekankan pada proses dari pada hasil semata, maka dalam penelitian kualitatif data dan informasi yang dikumpulkan lebih terfokus kepada kegiatan-kegiatan yang dilakukan, bahkan bukan dari hasil im

semata. Jadi dalam hal ini disebabkan karena hubungan bagian-bagian yang diteliti

akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses (lihat dalam buku Moleong, 1990 : 7). Maka dalam penelitian ini akan ditekankan pada proses atau kegiatan-kegiatan

(35)

75

dalam hal ini adalah kepala UPBJJ.

Persepektif selanjumya dalam penelitian kualitatif, peneliti lebih cenderung

menggambarkan analisis datanya secara induktif, dalam hal ini penelitian kualitatif

tidak mencari data atau bukti-bukti untuk membuktikan atau menolak hipotesis yang

dibuat sebelumnya, akan tetapi seorang peneliti akan terjun ke lapangan justruunmk mempelajari suam proses atau masalah yang menjadi fokus penelitiannya secara

alamiah, kemudian mencatat, menganalisanya, dan melaporkan serta menarik suatu

kesimpulan-kesimpulan dari pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar di Kota

Madya Pekanbaru, serta bagaimana mekanismenya sistem pemantauan dan

pengawasan dalam rangka untuk mempertinggi produkitvitas dan kualitas pada

lembaga pendidikan tersebut.

Selanjumya data dan informasi yang diperlukan guna membuat deskripsi dan

analisis didapatkan dari responden, yaim Kepala Sekolah (UPBJJ), guru-guru dan

instansi yang terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kodya Pekanbaru

serta Dikdasmen dari Kanwil Pekanbaru, dan juga dari dokumentasi-dokumentasi

yang diperoleh.

Menurut Lofland dan dalam buku karangan Moleong (1990 : 112) sumber

data yang utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan serta

dokumen-dokumen lainnya adalah merupakan sumber data tambahan, tetapi jelas sumber itu tidak bisa diabaikan. Yang dimaksud dengan sumber data disini adalah kata-kata dan tindakan-tindakan orang yang diamati dan diwawancarai, dan

sumber-sumber tertulis dari dokumen, serta keadaan yang diamati. Jadi berdasarkan data dan

informasi tersebut, peneliti ingin menggambarkan keadaan yang sebenamnya di

(36)

76

dasar di KodyaPekanbaru yang dijadikan obyek penelitian.

B. Obyek Penelitian/Sumber Data Penelitian

Sehubungan dengan sumber data penelitian kualitatif, Judith P.Goetz dan Margaret D. LeComte (1981:54-55) menyatakan: "the content of theories determines

which elemen-elemen, objects, or people in the empirical world contitute the

researcher's populations or data sources". Jelaslah di sini bahwa elemen-elemen

mana, obyek mana, atau siapa yang merupakan data atau populasi, tergantung pada

isi teori atau konsep yang digunakan.

Dalam hal ini yang dijadikan obyek penelitian/sumber data penelitian adalah

kepala sekolah (UPBJJ), Dikdasgu serta pengawas, dan Ka Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kodya Pekanbaru. Sesuai dengan fokus masalah yang menekankan pada

mekanisme sistem pengawasan pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar Kodya

Pekanbaru, termasuk juga sumber data penelitian adalah seluruh personil yang

terkait langsung dengan pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar tersebut.

Dengan demikian sumber data penelitian ini terdiri dari semua personil yang

memberi informasi demi untuk kelengkapan data yang akan diperlukan, di samping

itu unmk melihat efektivitas sistem pengawasan pelaksanaan penyetaraan guru

sekolah dasar Kodya Pekanbaru juga ditinjau dari unit organisasi yang

meman-faatkan data informasi dalam instansi tersebut.

Adapun penarikan sumber data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua

tahap, yaim: 1) penarikan sumber data unmk personil yang teriibat dalam

pelaksanaan penyetaraan tersebut, 2) penarikan sumber data untuk bagian dalam

(37)

77

Penentuan sumber data dilakakukan secara purposif, dimana penentuan

sumber data disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, jumlah sumber data tidak

dibatasi sedemikian rupa tetapi tergantung pada pertimbangan kelengkapan pada data dan informasi yang dikumpulkan.

Penarikan sumber data untuk personil yang teriibat langsung dalam

pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar Kodya Pekanbaru dilakukan dengan

teknik "bola salju" atau snowball sampling technique (Bogdan & Biklen, 1982;

dalam buku karangan Moleong, 1990). Dengan penggunaan teknik ini, peneliti dapat

mengumpulkan data dan informasi secara lebih efektif, terarah dalam mencapai

mjuan. Informasi yang diperoleh dari informasi pertama akan dapat dibandingkan dengan informasi dari informasi berikutnya, di samping im dimungkinkan perolehan

informasi yang bersifat melengkapi informasi sebelumnya.

Penentuan informan pertama dilakukan oleh penanggung jawab secara

operasional dalam pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar Kodya Pekanbaru,

informan kedua ditetukan oleh informan pertama dan seterusnya. Proses

pengumpulan data dan informasi ini tidak berhenti pada informasi terakhir, tetapi

untuk konfirmasi data dan informasi, peneliti menghubungi kembali

informan-informan sebelumnya. Sumber data dipandang cukup dan memadai apabila data dan

informasi yang dikumpulkan telah cukup dan memadai sesuai dengan yang

dikehendaki.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

(38)

78

untuk memperoleh data dan informasi yang saling menunjang, dan saling

melengkapi tentang efektivitas dan efisiensi pengawasan pelaksanaan penyetaraan

guru sekolah dasar Kodya pekanbaru. Sedangkan instrumen yang digunakan sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaim peneliti sendiri. Namun oleh karena keterbatasan peneliti untuk dapat mengingat semua data dan informasi yang dilakukan, baik dalam bentuk jumlah, maupun dari segi waktu, maka peneliti

menggunakan instrumen pembantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi

yang dilengkapi dengan buku catatan, tape recorder dan kamera, dengan ini

diharapkan data dan informasi dapat direkam selengkap mungkin. karena menurut

pendapat Bogdan & Biklien (1982 : 73-74), dimana keberhasilan penelitian

naturalistik sangat tergantung pada ketelitian catatan lapangan (field notes) yang

dapat dibuat oleh peneliti.

D. Pelaksanaan Penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

tahap orientasi, tahap eksplorasi, dantahap membercheck.

1. Tahap Orientasi

[image:38.595.83.506.286.549.2]

Pada tahap orientasi dalam penelitian kualitatif bertujuan unmk memperoleh

gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Untuk

kegiatan ini dimulai dengan penjajakan lapangan untuk menentukan permasalahan

atau fokus penelitian. Dalam hal ini dilakukan pada tahap orientasi sebagai berikut:

a. Menyusunrancangan penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian.

(39)

79

permohonan surat pengantar kepada Direktur PPS IKIP Bandung dan selanjumya dari PPS IKIP Bandung diteruskan kepada Rektor IKIP Bandung unmk permohonan izin penelitian dari Direktorat Sospol Tingkat I Jawa Barat. Selanjumya dari Direktorat Sospol Tingkat Jawa Barat diteruskan ke Direktorat Sospol Tingkat I Riau Surat izin penelitian yang diperoleh dari Direktorat Sospol Tingkat I Riau ini diteruskan ke Kanwil Provinsi Riau dan ke Pemerintahan Daerah Tingakt II Kota Madya Pekanbaru, khususnya Kantor Sosial Politik, dari sini terus ke Kantor Departemen Pendidikan Kodya Pekanbaru, dan dari

Departemen Pendidikan Kodya Pekanbaru diteruskan surat izin penelitian ini ke

sekolah sebagai penyelenggaraan penyetaraan guru sekolah dasar (UPBJJ) dan

disinilah obyek penelitian tersebut.

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan dalam hal penjajakan dan penilaian

lapangan, akan berlangsung dengan baik apabila peneliti telah membaca terlebih

dahulu situasi dan kondisi baik dari segi kepustakaan maupun melalui orang

"dalam" tentang keadaan yang terjadi sebenarnya ditempat lokasi penelitian yang

dilakukan. Pengenalan dan penjajakan lapangan diteruskan sehingga peneliti

menjadi sebagai anggota kelompok masyarakat yang diteliti. Adapun hal-hal yang

perlu diketahui saat-saat studi lapangan ini adalah: Simasi dan kondisi lapangan

yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi pemantauan dan pengawasan

pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar di Kota Madya Daerah Tingkat II

Pekanbaru.

e. Memilih dan menggunakan informan. Imforman adalah orang yang dimanfatkan

unmk memberi informasi tentang simasi dan kondisi latar penelitian. Ia

(40)

80

bersifat informal. Ia dapat memberikan pandangan dari segi orang "dalam"

tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang menjadi latar

penelitian setempat. Adapun persyaratan informan ialah: jujur, taat pada janji,

patuh pada peraturan, suka bicara, tidak termasuk anggota salah satu kelompok

yang bertentangan dalam latar penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu

tentang suam hal atau peristiwa yang terjadi. Informan bagi peneliti berguna agar

dalam waktu yang relatif singkat banyak informan yang terjangkau, ia sebagai

internal sampling, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar

pikiran, atau membandingkan suam kejadian yang ditemukan dari hal lain atau

subyek lain (Bogdan & Biklien, 1982 : 63).

f. Menyiapkan periengkapan penelitian. Jauh-jauh hari sebelum turun ke lapangan

hendaknya telah dipersiapkan alat-alat dan periengkapan yang diperlukan dalam

kancah penelitian, diantaranya adalah: pedoman wawancara dan observasi, tape

recorder, serta tustel dan termasuk juga dalam hal ini adalah biaya penelitian.

g. Memperhatikan etika penelitian. Seluruh metode penelitian pada dasarnya menyangkut hubungan peneliti dengan orang atau subyek penelitian. Oleh karena

im dalam penelitian ini diusahakan mengetahui kebiasaan, tabu dan sebagainya

yang berlaku dalam masyarakat atau kelompok subyek penelitian. Persoalan etika

akan timbul apabila peneliti tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan

kebiasaan-kebiasaan tersebut.

Sehubungan dengan hal ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1)

Memberitahu secara jujur dan terbuka maksud dan mjuan kedatangan, 2)

Menghargai orang-orang yang diteliti sama derajatnya dengan peneliti, 3)

(41)

kebiasaan-81

kebiasaan yang berlaku di latar penelitian, 4) Memegang dan menjaga kerahasiaan

segala sesuam yang berkenaan dengan informasi yang diberikan subyek, 5) Menulis

segala kejadian, peristiwa dan Iain-lain secara jujur, benar, dan tidak menambah

serta memberi bumbu, dan menyatakan sesuam sesuai dengan keadaan yang aslinya

(secara alamiah).

2. Tahap Eksplorasi

Pada waktu penelitian sudah dimulai dan pada tahap eksplorasi ini, yaitu saat

mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan mjuan penelitian yang telah ditetapkan.

Tahap ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Direktorat Sospol Provinsi

Daerah Tingkat I Riau dan jajarannya, serta pimpinan istansi yang terkait. Adapun

pengumpulan data atau informasi dilakukan melalui: (1) Wawancara, (2) Observasi,

dan (3) Studi Dokumentasi.

Selanjutnya pada tahap eksplorasi atau yang sering disebut dengan tahap

pekerjaan lapangan ini, diharapkan peneliti hendaknya berupaya untuk memahami beberapa hal pada tahap eksplorasi atau tahap pekerjaan lapangan ini, yaitu:

a. Pemahaman latar penelitian dan persiapan diri.

Dalam hal selektif yakni dapat membedakan mana informasi yang diperlukan

dan berusaha menghindari sesuam yang dapat mempengaruhi data disini. Tugas

peneliti mengumpulkan data dan informasi yang relevan sebanyak mungkin dari

sudut pandang subyek tanpa mempengaruhi mereka. Dan peneliti senantiasa berpegang pada mjuan masalah sertajadwal yangtelah disusun sebelumnya.

b. Tata cara memasuki lapangan. Diharapkan peneliti melakukan:

1) Keakraban hubungan,

(42)

82

3) Tetap me nyadari peran diri peneliti sebagai peneliti dalam memasuki lapangan.

c. Peran serta dalam pengumpulan data.

Peneliti berusaha memperhitungkan batasan waktu, tenaga, serta biaya dalam

hal berperan serta mencatat semua data, atau merekamnya dengan tape recorder.

Oleh kerana im dalam mencatat digunakan kata-kata kunci, dan singkatan untuk

efisiensi dan setelah pulang dari lapangan agar dapat lebih disempurnakan lagi.

3. Tahap Member Check

Pada tahap member check yang dimaksudkan ialah untuk mengecek

kebenaran dari data atau informasi yang didapat atau yang telah dikumpulkan, agar

hasil penelitian lebih dapat dipercaya, maka pengecekan data dan informasi ini harus

dilakukan dalam beberapa hal yaim:

(1) Mengkomfirmasikan kembali hasil wawancara,

(2) Meminta koreksi hasil yang dicatat dari observasi kepada nara sumber,

(3) Meminta pendapat kepada para responden atau nara sumber lain yang kompeten,

serta dokumen-dokumen tertulis.

Diantaranya mengkomfirmasikan data yang diperoleh dari kepala sekalah (UPBJJ),

pengawas serta instansi yang terkait, yang berupa dokumen-dokumen seperti laporan-laporan semesteran, laporan awal tahun dan akhir tahun dan Iain-lain

sebagainya.

E. Prosedur Analisa Data

Dalam buku karangan Nasution (1992 : 126) mengungkapkan bahwa analisa

(43)

83

atau kategori. Tanpa kategori atau klasifikasi akan terjadi chaos. Maksudnya tafsiran

atau interpetasi memberikan makna pada analisis, serta menjelaskan pola atau

kategori dan mencari hubungan antara berbagai konsep interpretasi yang

menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti, dalam hal ini bukan kebenaran.

Kebenaran hasil penelitian dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai simasi lain.

Generalisasi lebih bersifat hipotesis kerja yang senantiasa harus diuji lagi

kebenarannya dalam situasi lain.

Sedangakan analisis sangat memerlukan daya kreatif dan kemampuan

intelektual yang tinggi. Adapun yang dianalisis adalah data yang diperoleh peneliti

agar diketahui maknanya. Sedangkan interpretasi harus melebihi deskripsi, dan

peneliti harus berani berfikir pada taraf yang melampaui deskripsi, pada interpretasi

harus didukung oleh argumentasi yang lebih kuat dan akurat.

Jadi interpretasi berarti menyusun dan merakit unsur-unsur yang ada dengan cara yang baru, serta merumuskan hubungan yang baru dengan yang lama, juga mengadakan proyeksi dari apa yang ada. Dalam penelitian kualitatif biasanya banyak dilakukan dengan cara konvergen, yang kreatif dan mengundang resiko serta

spekulasi. Interpretasi juga dapat dilakukan sepanjang penelitian dengan mencoba

memahami data yang diperoleh. Adapun langkah-langkah analisa data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

(44)

84

pada hal-hal yang penting, serta memberikan suam susunan yang lebih sistematis

supaya mudah dikendalikan. Adapun data yang direduksi tadi harus memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, dan juga mempermudah

peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila ingin diperlukan.

2. Data Display (Mempertunjukkan Data)

Pada data display adalah merupakan suam upaya untuk melihat gambaran

secara keseluruhan atau pada bagian-bagian tertentu dalam data penelitian, maka

dari im untuk penulis membuat matriks, dan grafiks, maka dengan demikian peneliti

akan berusaha agar dapat menguasi data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data.

Maka dalam membuat display ini juga merupakan suam analisis.

3. Verification.

Pada verifikasi ini adalah merupakan suam upaya untuk mencari makna data yang dikumpulkan. Maka oleh karena im peneliti mencari pola, thema, hubungan, persamaan, serta hal-hal yangseringtimbul atau terjadi, yang menimbulkan hipotesis

baru dan sebagainya. Dalam hal ini memang penelitian pertama akan lebih kabur dan

kesimpulan lebih bersifat tentatif, akan tetapi setelah data bertambah dan analisis

dilakukan secara terus menerus, maka kesimpulan dari makna data akan lebih

"grounded'. Selanjumya untuk memantapkan kesimpulan tersebut agar lebih

grounded maka ferifikasi sangat perlu dilakukan selama pelaksanaan penelitian dan

selama analisis data.

Unmk menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan

kriteria-kriteria efektivitas dan efisiensi tertentu yang telah dipilih sebagai kerangka dasar

(45)

85

F. Keabsahan Hasil Penelitian.

Dalam buku karangan Lincoin dan Guba (1981), dan buku karangan Nasution

(1988 : 114-124), serta dalam buku kara ngan Muhadjir (1990 : 150-159), adapun

kriteria-kriteria keabsahan data adalah sebagai berikut:

1. Kredibilitas (validitas internal) 2. Trasferabilitas (validitas eksternal)

3. Dependabilitas (reliabilitas) 4. Confirmabilitas (obyektivitas)

Maka dalam penelitian ini penulis berusaha supaya hasil dalam penelitian

dapat memenuhi persyaratan atau kriteria-kriteria yang dikemukan di atas im.

1. Kredibilitas (validitas internal)

Kredibilitas dari hasil-hasil penemuan akan menunjukkan sebarapa jauh

kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya. Maka derajat kepercayaan (credibility) menggantikan konsep validitas internal pada penelitian non kualitatif. Adapun

kredibilitas dalam penelitian menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan

konsep yang ada pada responden. Dalam hal ini untuk mencapai kredibilitas yang

diharapkan dapat dilakukan dengan 4 aspek yakni: (a) Triangulasi, yaim proses

mencek kebenaran data yang diperoleh dengan cara membandingkannya dengan data

yang diperoleh dari sumber lain tentang hal yang sama, pada berbagai fase penelitian lapangan pada waktu yang berlainan, dengan menggunakan metode yang berlainan (Nasution, 1988 : 115). (b) Peer debriefing, atau pembicaraan dengan kolega yaim kegiatan unmk membahas dan membicarakan hasil penelitian di lapangan dengan

teman atau kolega, dengan mjuan untuk memperoleh pandann-pandangan yang

(46)

86

yang baik atau pertanyaan-pertanyaan yang akan dapat meningkatkan tingkat

kepercayaan dari hasil penelitian. (c) Penggunaan bahan referensi, penggunaan

bahan referensi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hasil rekaman

tape recorder dan camera foto. (d) Mengadakan member chek, adapun kegiatan

member chek dilakukan dengan mengkomfirmasikan hasil penelitian baik yang

diperoleh dari hasil wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi dengan

responden untuk dinilai kesesuaian dan kebenarannya dengan informasi yang telah

diberikannya.

2. Transferabilitas

Pada tingkat transferabilitas atau keteralihan, yaim sampai sejauh mana hasil penelitian dapat diaplikasikan atau dipergunakan dalam simasi lain, dalam hal ini diserahkan pada pembaca atau pemakai. Oleh karena im untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendakanya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dalam hal ini peneliti bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif untuk membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Maka unmk im peneliti harus mangadakan verifikasi

dari hasil-hasil penelitian. Sehubungan dengan ini dapat juga dikemukakan:

Bagi peneliti naturalistik transferability bergantung pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan simasi

tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin "validitas eksternal" ini. Ia hanya

melihat transfer-ability sebagai suam kemungkinan. Ia telah memberikan deskripsi yang terinci bagaimana ia mencapai hasil penelitiannya im. Apakah hasil penelitiannya itu dapat diterapkan, diserahkan kepada pembaca dan pemakai. Bila pemakai melihat ada dalam penelitian im yang sarasi bagi simasi yang dihadapinya maka disitu tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua simasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menurut keadaan

(47)

87

Justru oleh karena im sebagaimana yang telah dikemukan dalam Bab I bahwa

mjuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas dan efsiensi pemantauan dan pengawasan pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar di Kota Madya Pekanbaru, maka transferabilitas dari hasil penelitian ini adalah suam

kemungkinan dapat diterapkan dari temuan tentang efektivitas dan efisiensi

pemantauan dan pengawasan pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar yang

dijadikan obyek penelitian di atas pada situasi lain dengan mengadakan penyesuaian

tanpa mengabaikan asumsi-asumsi yang lebih mendasar.

3. Dependabilitas.

Pada dependabilitas atau ketergantungan yaim, melihat seberapa jauh hasil

penelitian bergantung pada kehandalan. Maka dalam penelitian non kualitatif disebut

dengan reabiliti yaim hasil pengulangan sama dengan kondisi dan esensi yang sama.

Namun dengan demikian konsep dependability lebih luas kerena meninjau dari segi

kekonsistenitas dalam pengumpulan data, justru im dalam pembentukan dan

penggunaan konsep-konsep dalam membuat tafsiran dan mengambil kesimpulan

(Nasution, 1988 : 151).

Dependabilitas ini dapat diusahakan dengan melakukan dalam kata lain

"audit trail" yaim dengan mempelajari laporan lapangan, dan

laporan-laporan selanjumya, sampai laporan-laporan penelitian im selesai, unmk mengetahui

kekonsistenitas peneliti dalam berbagai aspek penelitian.

4. Komfirmabilitas.

Dalam masalah komfirmabilitas atau keobyektivitasannya, yaim sejauh mana

hasil penelitian dapat dibuktikan keberadaannya atau kebenarannya, dan sejauh

(48)

88

dikumpulkan, serta sejauh mana kebulatan hasil penelitian tanpa mengandung

unsur-unsur yang bertentangan atau berlawanan dengan yang sebenarnya.

Maka dependabilitas ini juga dapat diusahakan dengan melakukan apa yang

disebut dengan "audit trail", akan tetapi penekanannya mengacu kepada hasil,

sedangkan kriteria-kriteria dari dependabilitas im penekanannya pada proses bukan

semata-mata pada hasil saja. Adapun prosesnya konfirmabilitas dilakukan antara

lain:

a. Mencatat selengkap mungkin hasil wawancara, observasi mau pun studi

dokumenter sebagai data mentah untuk kepentingan analisa selanjumya.

b. Menyusun hasil analisa dengan cara menyeleksi data mentah di atas, kemudian merangkum atau menyusunnya kembali ke dalam bentuk deskripsi yang lebih

otomatis.

c. Membuat penapsiran atau kesimpulan sebagai sintesa data.

d. Melaporkan seluruh proses penelitian, dari sejak pra-survey dan menyusun disain

(49)
(50)

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan ditarik didasarkan pada permasalahan, deskripsi dan analisis

hasil penelitian serta pembahasan yang telah dikemukakan terdahulu.

1. Organisasi pelaksanaan program penyetaraan D-II guru SD di Kota Madya

Pekanbaru.

a. Pihak-pihak atau instansi yang terkait dalam pelaksanaan program penyetaraan D-II gura SD, belum memahami akan mgasnya masing-masing, sehingga pelaksanaan penyetaraan D-II belum efektif.

b. Koordinasi antar instansi yang terkait dalam pelaksanaan pengawasan program

penyetaraan D-II belum terjalin kerjasama yang harmonis, baik Depdikbud,

maupun Dinas P dan K atau dengan Pemda.

c. Hambatan-hambatan yang dihadapi adalah kurangnya memahami akan tugas

masing-masing instansi yang terkait, sehingga keberadaan program penyetaraan

D-II kurang efektif.

2. Efektivtas dan efisiensi pengawasan pelaksanaan program penyetaraan D-II

guru SD

Pengawasan program pengajaran D-II guru SD belum dilaksanakan

sebagaimana semestinya, artinya pengawasan itu sendiri belum berjalan secara

efektif.

a. Tujuan dan sasaran pengawasan terhadap efektivitas dan efisiensi edukasi, dapat

ditinjau dari segi produktivitas atau efektivitas dan efisiensi edukasi program

(51)

179

penyataraan D-II gura SD tersebut.

Dilihat dari sudut efisiensinya, penyusunan pengawasan program

penyetaraan D-II guru SD di Kotamadya Pekanbaru oleh kepala UPBJJ kurang

efisien dibandingkan dengan program penyetaraan D-II guru SD yang dikelola

oleh LPTK Universitas Riau. Karena rencana yang disusun lebih banyak

berpedoman kepada rencana yang sebelumnya, tanpa ada pembaharuan demi

untuk peningkatan mutu program penyetaraan D-II im sendiri.

Hal ini memungkinkan disebabkan oleh karena kemampuan (pengetahuan,

keterampilan, dan komitmen) kepala UPBJJ dan ketua program penyetaraan D-II

LPTK UNRI dalam bidang penyusunan rencana program penyetaraan D-II

tersebut.

Namun pada kedua program penyetaraan D-II im, rencana pembangunan

dan pengembangan program sama-sama tidak disusun. Ini disebabkan karena

selama ini program penyetaraan D-II tidak dituntut untuk menyusun rencana

tesebut. Guru-guru/tutor dan dosen yang ada pada kedua program penyetaraan ini

sangat berdeda kualitasnya baik dalam penampilan dimuka kelas, maupu dalam

pembuatan satuan acauan pengajaran.

b. Aspek-aspek yang diawasi dalam pelaksanaan program penyetaraan D-II guru SD

adalah sebagai berikut:

1. Pengawasan program pengajaran; pengawasan program pengajaran pada

program penyetaraan guru SD di Kota Madya Pekanbaru secara umum cukup

efektif. Dimana, pada kedua program penyetaraan yang diteliti, sebagian besar

kegiatan-kegiatan pengawasan

program pengajaran

sama-sama telah

(52)

tugas-180

mgas tersebut cukup jelas. Namun dilihat dari pembinaan pembuatan satuan

acara pengajaran oleh kepala UPBJJ, ternyata masih belum optimal atau belum

lagi terlaksana seperti yang diharapkan. Faktor penye

Gambar

Gambar 1.Perananan Pendidikan Dalam Pembangunan
GAMBAR 211
Gambar 3.Fungsi Dan Bidang OrganisasiPengawasan Sekolah
GAMBAR 4.Kerangka Pengawasan Pelaksanaan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari Penulisan Ilmiah ini untuk memberikan informasi secara interaktif tentang informasi Busana Pesta, agar tampilan lebih menarik dan mudah digunakan kepada para

dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 123 Tahun 2014

1 Setiap kendaraan utama PKP-PK wajib dilengkapi peratatan pendukung operasi PKP-PK sesuai kategori bandar udara untuk PKP-PK adalah

Komite mempertimbangkan bahwa perlindungan prosedural yang harus diterapkan berkaitan dengan pengusiran paksa yang meliputi: (a) sebuah peluang atas pembicaraan yang tulus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diakukan pada PDAM Tirta Musi Palembang, hasil akhir dari semua kegiatan dan tahapan- tahapan pengembangan sistem yang

Dalam sistem pendukung keputusan penilaian kinerja dosen ini ada 4 kriteria yang digunakan yaitu kriteria pengajaran, kriteria penelitian, kriteria pengabdian

Keterampilan berpikir tingkat tinggi pada ranah kognitif meliputi kemampuan peserta didik dalam menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), serta mengkreasi atau mencipta

Hasil pengujian seal tabung gas yang dibuat dari karet alam dengan bahan pengisi pasir kuar- sa sebagai pengganti karbon hitam yang meliputi visual, kekerasan, tegangan