DAFTAR ISI
ABSTRAK ...
i
KATA PENGANTAR...
iii
UCAPAN TERIMAKASIH ...
iv
DAFTAR ISI ...
v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR...
x
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A.
Latar Belakang ...
1
B.
Rumusan Masalah ...
5
C.
Tujuan PeneHtian ...
6
D.
Manfaat Penelit.an ...
6
E.
Definisi Operasional ...
7
BAB II TINJAUAN TEORETIK ...
10
A.
Daya Dukung ...
10
1.
Konsep Daya Dukung ...
10
2.
TeCxi Daya Dukung ... 11
3.
Daya Dukung Lahan ...
13
4.
Daya Dukung Lahan dan Tekanan Penduduk ...
14
5.
Ukuran Daya Dukung Lahan Pertanian ...
16
B.
Konsep Agribisnis ...
18
C.
Lahan Pertanian Hortikultura ...
19
1.
Lahan Pertanian ...
19
2.
Pertanian Hortikultura... 21
D.
Kondisi Sosial Ekonomi Petani ...
22
1.
Mata pencaharian Petani ...
23
2.
Kesejahteraan Petani ...
27
3.
Pendapatan Petani ...
28
4.
Kepemilikahn Lahan ...
29
E.
Kajian Geografi Terhadap Pertanian ...
30
1. Faktor Lingkungan Fisik ... 31
a.
Iklim ...
32
b.
Tanah ...
32
c.
Morfologi Lahan ...
33
d.
Air ...
34
2. Faktor Lingkungan Sosial' ... 35
b.
Modal ...
35
c.
Teknologi Pertanian ...
35
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ...
37
A.
Metode Penelitian ...
37
B.
Variabel Penelitian ...
38
C.
Populasi dan Sampel ...
39
1.
Populasi Penelitian ...
31
a.
Populasi Wilayah ... 39
b.
Populasi Penduduk ... 39
2.
Sampel Penelitian ... 40
a.
Sampel W layah ... 40
b.
Sampel penduduk ... 40
D.
Teknik Pengumpulan Data ...
44
1.
Observasi Lapangan ...
44
2.
Wawancara ...
44
3.
Studi Literatur ...
45
4.
Studi Dokumentasi ...
45
E.
Alat dan Bahan Pengumpul Data ...
45
F.
Teknik Pengolahan dan Alanis,
iData ...
46
1.
Teknik Pengolahan Data ...
46
2.
Tahap Analisis Data... 47
G.
Alur Pemikiran Penekan ...
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
52
A.
Kondisi Fisik Daerah Penelitian ...
52
1.
Letak dan Luas ...
52
2.
Iklim ... 53
3.
Hidrologi ...
61
4.
Geologi ... 63
5.
Jenis Tanah ...
64
6.
Penggunaan Lahan ...
64
B.
Kondisi Sosial Daerah Penelitian ...
69
1. Jumlah, Kepadatan, dan Pertumbuhan Penduduk ...
69
a.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 70
b.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 75
1.
Lahan Pertanian ...
76
a.
Luas Lahan Pertanian Hortikultura Berdasarkan Status Kepemilikan
... 76
b.
Luas Lahan Pertanian Hortikultura Berdasarkan Jenis Tanaman ... 77
c.
Status Kepemilikan Lahan Pertanian Hortikultura Berdasarkan Jenis tanaman
... 78
d.
Status Petani Hortikultura Berdasarkan Tingkat Pendapatan Usaha tani
... 79
2.
Produktivitas Pertanian Hortikultura ...
80
a.
Luas Panen dan Produksi Lahan Pertan'an Tanaman Hias
dan Bunga Potong ...
80
b.
Luas Panen dan Produksi Lahan Pertanian Sayuran dan Buah-buahan
... 82
c.
Perhitungan Produk- Lahan Pertanian Hortikultura di
Desa Cihideung ... 83
3.
Kapasi.as Daya Dukung Lahan Pertanian Hortikultura ...
84
4.
Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Hortikultura ...
86
D.
Impli <-a
c' Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi
di S MA ...
88
1.
Standar Kompetensi dan Kompetens' Dasar ...
89
2.
Usaha Untuk Menanamkan Pengetahuan dan Pemahaman
Hasil pene.itian Terhadap Pembelajaran Geografi ... 93
a.
Metode Pembelaj iran ... 93
b.
Evaluasi ... 94
3.
Manfaat Penelitian Terhadap Pembelaj aran Geografi
di SMA ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 96
A.
Kesimpulan ...
96
B.
Rekomendasi ...
97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
3.2
Populasi Penelitian di Desa Cihideung ...
39
3.3
Sampel setiap Dusun di DesaCihideung ...
44
3.4
Kriteria Persentase Rumus Formula ...
49
4.1
Wilayah Desa Cihideung ...
53
4.2
Klasifikasi iklim menurut Jhunghun ...
57
4.3
Klasifikas
:Iklim Menurut Schmidt-Ferguson ...
58
4.4
Data Curah Kecamatan Parongpong 1999-2008 ...
59
4.5
Frekuens' Bulan Basah, Bulan Lembab, dan Bulan Kering ...
60
4.6
Penggunan Lahan di Desa Cihideung Tahun 2010 ...
65
4.7
Pertumbuhan Penduduk Desa Cihideung Tahun 2005 - 2010 ...
69
4.8
Jumlah Kepadatan Penduduk Desa CiLdeung ...
70
4.9
Kategori Jumlah Kepadatan Penduduk ...
70
4.10
Komposisi Penduduk Desa C'hideung Berdasarkan Jenis Kelamin ...
71
4.11
Jumlah Penduduk Desa Cihideung Menurut Jenis Kelamin ...
73
4.12
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Cihideung
75
4.13
Komposisi Penduduk Desa Cihideung Berdasarkan Mata Pencaharian ....
76
4.14
Luas Lahan Pertanian Hortikultura Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
7..7..
4.15
Luas Lahan Pertanian Hortikultura Berdasarkan Jenis Tanaman ..
78
4.16
Status Kepemilikan Lahan Pertanian Hortikultura Berdasarkan Jenis Tanaman
79
4.17
Status Petani Hortikultura Berdasarkan Tingkat Pendapatan Usaha Tani .
80
4.18
Luas Panen dan Produksi Lahan Pertanian Tanaman Hias dan Bunga Potong
81
4.19
Luas Panen dan Produksi Lahan Pertanian Sayuran dan Buah- buahan 82
4.20
Perhitungan Produksi Lahan Pertanian Hortikultura di Desa Cihideung 83
4.21
SKKD Mata Pelajaran Geografi Kelas X Semester I ... 89
4.22
SKKD Mata Pelajaran Geografi Kelas XI Semester I ... 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Halaman
3.1
Peta Sampel Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat ... 50
3.2
Alur Pemikiran Penelitian ... 51
4.1
Peta Administrasi Desa Cil ideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat ... 54
4.2
Zonefikas. Iklim Matahari ... 56
4.3
Peta Pola Anran Sungai Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten
Bandung Barat ... 62
4.4
Peta Geologi Desa C hideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat ... 66
4.5
Peta Jenis Tanah Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat ... 67
4.6
Peta Penggunaan Lahan Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu syarat penting menuju
terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut
melibatkan banyak sektor yang satu sama lain harus berintegrasi dengan baik agar
memperoleh hasil yang optimal. Salah satu sektor penting dalam pembangunan
ekonomi ini adalah sektor agribisnis (pertanian), karena sektor ini yang mampu
berkontribusi besar bagi orang banyak dengan jalan memproduksi bahan pangan,
menjadi sumber pendapatan masyarakat, mendukung kelestarian lingkungan dan
sarana lainnya.
Pembangunan pertanian merupakan suatu proses berkelanjutan yang
bertujuan untuk memperkuat petani dan keluarganya di semua lini sesuai dengan
usahanya, agar menjadi lebih baik dan menguntungkan, lebih sejahtera, mandiri,
terampil, dinamis, dan efisien sekaligus menjadi lebih profesional dalam
memanfaatkan kemudahan pembangunan. Fokus pembangunan pertanian ke
depan adalah mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada
kemampuan produksi, keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan, dan
budaya lokal.
Sejak tahun 2000, pembangunan pertanian dilaksanakan melalui
pendekatan pembangunan sistem agribisnis. Melalui pendekatan ini pembangunan
pertanian diarahkan dalam rangka peningkatan sebesar-besarnya usaha bisnis di
kegiatan pembangunan didasarkan kepada prinsip-prinsip bisnis. Maka, secara
otomatis strategi yang dibangun ditunjukan dalam rangka meningkatkan daya
saing.
Kasiadi (2004: 25) mengemukakan bahwa “perkembangan agribisnis
dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain aktivitas ekonomi lateral dan
multilateral, kebijakan produksi dan perdagangan setiap negara, kebijakan
ekonomi dan kesepakatan perdagangan antar negara”. Agribisnis merupakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pengusahaan dalam bidang pertanian
yang berorientasi pasar dan ada nilai tambah.
Usaha agribisnis yang dikembangkan harus berkelanjutan, dalam arti
usaha yang dibangun memiliki kemampuan merespon dinamika pasar dan
berorientasi jangka panjang. Untuk terbangunnya agribisnis yang berkelanjutan,
usaha yang dikembangkan harus memperhatikan kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan, dan penerapan serta inovasi teknologi ramah lingkungan secara
terus-menerus. Salah satu jenis pertanian yang dapat dikembangkan untuk
mendukung usaha dibidang agribisnis adalah hortikultura.
Hortikultura merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan. Ketersediaan beragam jenis tanaman hortikultura
yang meliputi tanaman buah-buahan, sayuran, bunga potong, tanaman hias dan
biofarmaka, yang dimiliki Indonesia dapat menjadi kekuatan usaha ekonomi yang
sangat menguntungkan apabila dapat dikelola secara optimal. Tanaman
biofarmaka yang berguna sebagai bahan obat-obatan herbal, aroma terapi, jamu
sejalan dengan maraknya gaya hidup yang kembali ke produk alamiah. Gaya
hidup sehat yang mengutamakan konsumsi buah-buiahan dan sayuran juga
menyebabkan permintaan akan produk ini terus meningkat dari waktu ke waktu.
Akhir-akhir ini tanaman hortikultura mendapatkan perhatian besar dari
pemerintah. Menurut Soekartawi (1996: 17), “terbukti tanaman hortikultura
dimasukan ke dalam subsektor tanaman pangan, sehingga sekarang ini terdapat
subsektor tanaman pangan dan hortikultura”. Tanaman hortikultura memperoleh
perhatian besar karena telah membuktikan dirinya sebagai komoditi yang dapat
dipakai sebagai sumber pertumbuhan baru di sektor pertanian.
Menurut Departemen Pertanian, “pengembangan komoditas hortikultura
mempunyai karakteristik sendiri, karena memiliki tujuan utama produksi adalah
untuk dijual, bukan untuk dikonsumsi sendiri”. Karena itu, pembangunan
hortikultura harus dilaksanakan secara komersial, berorientasi pasar, dan dikelola
secara profesional dengan skala ekonomi yang menguntungkan.
Masih besarnya peluang pasar komoditas hortikultura ini, baik pasar
domestik maupun pasar internasional, harus segera direspon dengan pengelolaan
produksi yang tepat, baik dari jenis produk, kualitas, kuantitas, kontinuitas,
maupun distribusinya. Dengan demikian penanganan produk hortikultura, mulai
dari tingkat on-farm hingga pasca panen, harus dilakukan dengan baik. Apabila
hal ini dapat dilakukan, komoditas hortikultura diharapkan dapat menjadi salah
satu andalan ekspor untuk menghasilkan devisa. Pada waktu yang sama,
komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan tunai bagi petani
Salah satu daerah yang sebagian besar penduduknya masih
mengandalkan komoditas hortikultura sebagai matapencahariaannya adalah Desa
Cihideung yang terdapat di Kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Desa
Cihideung merupakan desa yang strategis secara geografis karena berbatasan
langsung dengan wilayah Kecamatan Lembang dan Kota Bandung.
Desa tersebut potensial untuk dikembangkan dengan pola terencana dan
mengarah pada peningkatan aksesibilitas wilayahnya. Pengembangan tersebut
tidak akan terlepas dari daya dukung sumber yang dimilikinya, baik sumberdaya
alam maupun sumberdaya manusia.
Tentunya hal tersebut akan berkaitan erat dengan masalah kemampuan
(daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam mendukung proses
pembangunan dan pengembangan daerah tersebut, dengan melihat perbandingan
antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang ada. Produktivitas
lahan, komposisi penggunaan lahan, permintaan per kapita, dan harga produk
agrikultur, semua dipertimbangkan untuk mempengaruhi daya dukung.
Daya dukung wilayah (carrying capacity) adalah daya tampung
maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain
populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa
merusak ekosistem itu. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai tingkat
maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung
dengan tak terbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai
Fungsi beban manusia tidak hanya pada jumlah populasi akan tetapi juga
konsumsi per kapita serta lebih jauh lagi adalah faktor berkembangnya
perdagangan dan industri secara cepat. Satu hal yang perlu dicatat, bahwa adanya
inovasi teknologi tidak meningkatkan daya dukung wilayah akan tetapi berperan
dalam meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam.
Pentingnya perhatian penduduk terhadap daya dukung lingkungan terjadi
ketika manusia menyadari bahwa daya dukung lingkungan terhadap kehidupan
manusia dan mahkluk-mahkluk lain ada batasannya. Hal ini berkaitan dengan
persoalan bagi manusia agar lingkungan mampu secara berkelanjutan untuk
mendukung kehidupannya dengan tingkat kesejahteraan yang memadai.
Desa Cihideung merupakan salah satu desa penghasil produk hortikultura
seperti sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan bunga potong. Karena
keunggulan produk tanaman hias dan bunga potongnya, Desa Cihideung disebut
sebagai Kawasan Wisata Bunga. Selain itu, sebagian besar penduduk Desa
Cihideung ini mengutamakan pertanian sebagai sumber matapencahariannya.
Oleh karena itu, berkaitan dengan indikasi tersebut menarik untuk melakukan
kajian daya dukung lahan pertanian hortikultura yang terdapat di Desa Cihideung
Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.
B. Rumusan Masalah
Latar belakang yang dikemukakan sebelumnya berkenaan dengan daya
dukung lahan pertanian hortikultura di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong
itu, penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti dalam rumusan masalah
berupa beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Bagaimanakah tekanan jumlah penduduk terhadap lahan pertanian
hortikultura di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat?
2. Bagaimanakah kapasitas daya dukung lahan pertanian hortikultura di Desa
Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran tekanan jumlah penduduk terhadap lahan pertanian
hortikultura di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat.
2. Memperoleh gambaran kapasitas daya dukung lahan pertanian hortikultura
di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan di antaranya
adalah:
1. Diperoleh data mengenai tekanan jumlah penduduk terhadap lahan pertanian
hortikultura di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat.
2. Diperoleh data mengenai kapasitas daya dukung lahan pertanian hortikultura
E. Definisi Operasional
Penelitian dengan judul "Daya Dukung Lahan Pertanian Hortikultura di
Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung" mengandung
beberapa konsep, agar tidak terjadi salah penyimpangan dan kesalahan dalam
menafsirkan judul tersebut penulis menguraikan konsep tersebut ke dalam definisi
yang lebih operasional. Konsep-konsep yang terdapat pada topik penelitian ini
diantaranya adalah:
1. Daya Dukung
Menurut Bengen (2002: 14), “daya dukung adalah tingkat pemanfaatan
sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan
kerusakan sumberdaya dan lingkungan”. Daya dukung merupakan konsep dasar
yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya alam dan
lingkungan yang lestari melalui ukuran kemampuannya.
2. Daya Dukung Lahan
Departemen Pertanian (1984: 4) menyatakan bahwa:
Daya dukung lahan adalah daya atau kekuatan dari suatu lahan dengan luas dan lingkungan tertentu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sejumlah populasi manusia yang tinggal pada lahan tersebut. Apabila lahan tersebut digunakan untuk usahatani (dalam arti luas) dengan teknologi tertentu. Besarnya daya dukung lahan dapat diukur berdasarkan produktivitas lahan dan kehidupan hidup manusia yang hidup di atasnya.
Daya dukung lahan berkaitan erat dengan tekanan penduduk terhadap
lahan. Dapat disimpulkan bahwa daya dukung lahan dalam kemampuan lahan per
satuan luas untuk mendukung kehidupan layak bagi sejumlah orang menurut
terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk sedangkan luas lahan pertanian
relatif tetap.
3. Tekanan Jumlah Penduduk terhadap Lahan
Menurut Waldjasupardja (1986: 2) “bertambahnya jumlah penduduk
pedesaan, berarti bertambahnya luas lahan yang digunakan untuk pemukiman,
lahan infrastruktur, dan lahan untuk kebutuhan meningkat”. Hal ini berarti
semakin besar daya dukung lahan maka tekanan penduduk terhadap lahan
semakin besar pula begitu pun sebaliknya.
4. Pertanian Hortikultura
Sunu dan Wartoyo (2006: 11) mengemukakan bahwa “secara harfiah
istilah hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah,
sayuran dan tanaman hias”. Oleh karena itu, hortikultura merupakan cabang dari
ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayur-sayuran dan juga
tanaman hias. Apabila dilihat dari fungsinya tanaman hortikultura merupakan
tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin,
mineral, dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani
karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan mempunyai nilai
estetika (dari tanaman hias atau bunga).
Berdasarkan uraian dari beberapa konsep di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa “Daya Dukung Lahan Pertanian Hortikultura di Desa
Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat” mempunyai arti
sebagai kegiatan penelitian yang akan mencoba membahas mengenai kapasitas
lahan pertanian hortikultura yang terdapat di Desa Cihideung Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Dari semua hal tersebut, akan diperoleh
informasi yang diperlukan untuk mendukung segala aktifitas manusia yang berada
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan sebuah pedoman untuk merancang
penelitian dengan baik dan benar. Surachman (1990: 7) mengemukakan bahwa
“metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan,
misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik
serta cara-cara tertentu”
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
melalui metode survey terhadap fenomena-fenomena yang terkait dengan topik
penelitian. Menurut Tika (2005: 4) yang dimaksud dengan penelitian deskriptif
adalah:
Suatu penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada. Hasil penelitiannya adalah difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.
Adapun yang dimaksud dengan metode survey dalam penelitian ini menurut Tika
(2005: 6) adalah:
Suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variable, unit atau individu dalam waktu bersamaan. Data dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti.
Seperti yang telah diungkapkan di atas, bahwa penelitian deskriptif lebih
mengarah pada pengungkapan fakta-fakta yang ada sebagaimana mestinya,
mengumpulkan data, fakta-fakta daerah penelitian, informasi dan keterangan
mengenai kapasitas daya dukung lahan dan tekanan penduduk yang terdapat di
Desa Cihideung Kcamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.
B. Variabel Penelitian
Menurut Rafi’I (1968: 8) “variabel adalah ukuran sifat atau cirri yang
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berada dengan yang dimiliki
oleh kelompok yang lain”. Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel
tunggal, yakni mengenai daya dukung lahan pertanian hortikultura yang terdapat
di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Adapun
variable penelitiannya terbagi ke dalam beberapa indikator dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
VARIABEL PENELITIAN
1. Tekanan jumlah penduduk terhadap lahan
a.Kondisi sosial ekonomi petani hortikultura
b.Jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani hortikultura
c.Jumlah penduduk total
d.Laju pertambahan penduduk
2. Daya dukung lahan pertanian hortikultura
a. Luas lahan garapan petani hortikultura
b.Luas lahan keseluruhan
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Rafi’i (1986: 6), “populasi adalah sejumlah variabel penelitian
yang menyangkut permasalahan yang sedang diteliti atau dengan kata lain
populasi identik dengan ruang sampel”. Sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti populasi penelitian dibagi menjadi dua, yaitu populasi wilayah dan
populasi penduduk.
a. Populasi Wilayah
Populasi wilayah meliputi seluruh lahan pertanian hortikultura di Desa
Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat yang telah
dimanfaatkan oleh masyarakat petani sebagai mata pencaharian hidupnya.
b. Populasi Penduduk
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, populasi dari penelitian
ini hanya terdiri atas populasi sosial yang meliputi seluruh masyarakat Desa
Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat yang bekerja
sebagai petani yang berjumlah 2.410 KK dari total 4.014 KK penduduk desa.
Tabel 3.2
Populasi Penelitian di Desa Cihideung
No. Kampung/Dusun Luas Wilayah (Ha)
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
KK Petani Hortikultura
1 Kancah 117,200 4.421 732
2 Panyairan 96,086 2.264 428
3 Cihideung 115,110 3.722 654
4 Nyingkir 117,104 2.587 596
Jumlah 445,410 12.994 2.410
2. Sampel Penelitian
Sumaatmadja (1988: 122) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari
populasi yang mewakili populasi yang bersangkutan. Kriteria yang mewakili ini
diambil dari keseluruhan sifat atau generalisasi yang ada pada populasi yang harus
diwakili oleh sampel”. Dalam penarikan sampel ini tidak ada ketentuan yang
pasti. Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis,
yaitu sampel wilayah dan sampel penduduk.
a. Sampel Wilayah
Sampel wilayah dalam penelitian ini yaitu Desa Cihideung Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat yang terdiri atas 4 dusun, diantaranya
adalah: Dusun Kancah, Dusun Panyairan, Dusun Cihideung, dan Dusun Nyingkir.
Dusun-dusun tersebut terbagi atas 17 Rukun Warga (RW) dan 58 Rukun Tetangga
(RT).
b. Sampel Penduduk
Menurut Tika (1997: 31) “sampel merupakan sebagian dari objek atau
individu-individu yang mewakili suatu populasi”. Sampel penelitian ini diperoleh
dari populasi petani tanaman hortikultura yang berjumlah 2.410 KK (sumber:
monografi Desa Cihideung 2010).
Untuk menentukan jumlah sampel manusia dari tiap wilayah agar
diperoleh sampel yang proporsional, peneliti menggunakan rumus dari Dixon dan
B. Leach yang dikutip dari Tika (1997: 34) dengan langkah-langkah sebagai
1) Menghitung persentase karakteristik dengan menggunakan rumus:
�= � � � �� �
� � × %
= .
. × %
= . × %
= %
Keterangan:
P = Persentase karakteristik
2) Untuk menentukan variabilitas (dalam %) dengan menggunakan rumus;
= �( − �)
= ( − )
= ( )
= .
= , %
Keterangan:
3) Untuk menentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus:
= �.
= , . ,
= ,
= ,
Keterangan:
n = Jumlah sampel
z = Convidence level atau tingkat kepercayaan 95% dilihat dalam tabel z hasilnya (1, 96)
v = Variabel yang diperoleh dengan rumus di atas variabilitas c = Convidence limit batas kepercayaan (10)
4) Untuk menentukan jumlah sampel yang dikoreksi (dibetulkan) dengan
menggunakan rumus:
�′ =
+ �
= ,
+ . ,
= ,
,
= ,
= � ( � )
Keterangan:
N’ = Jumlah sampel yang telah dibulatkan
n = Jumlah sampel yang telah dihitung sebelumnya
Selanjutnya, penarikan sampel akan diambil dari petani hortikultura yang ada di
setiap dusun di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Barat. Sumaatmadja (1988: 12) mengemukakan bahwa:
Sampel penelitian adalah bagian populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Kriteria yang mewakili ini diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada populasi, yang harus dimiliki oleh sampel.
Dari pendapat tersebut jelas bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang
mewakili populasi berdasarkan karakteristik dari masing-masing gejala yang
diamati. Sampai saat ini belum ada ketentuan yang jelas tentang batas sampel
minimal yang harus diambil. Teknik pengambilan sampel di setiap dusun diambil
dengan menggunakan proporsional random sampling yang merupakan teknik
pengambilan sampel secara proporsional dan acak.
Adapun cara pengambilan sampel dari setiap dusunnya sesuai dengan
rumus yang dikemukakan oleh Soepono (1997: 9):
�= �′
�
(Soepono, 1997: 9)
Keterangan:
N = Jumlah sampel tiap dusun n = Jumlah seluruh sampel P’ = Jumlah populasi tiap dusun P = Jumlah seluruh populasi
Adapun jumlah sampel dari tiap dusun yang terdapat di Desa Cihideung
Tabel 3.3
Sampel setiap Dusun di Desa Cihideung
No. Kampung/Dusun Jumlah KK Petani Hortikultura Jumlah Sampel
1 Kancah 732 28
2 Panyairan 428 16
3 Cihideung 654 25
4 Nyingkir 596 23
Jumlah 2.410 92
Sumber: Monografi Desa Cihideung tahun 2010 dan Hasil Perhitungan
Berdasarkan tabel di atas, maka jumlah sampel petani hortikultura di Desa
Cihideung adalah sebanyak 92 orang dari jumlah 2.410 kepala keluarga petani
hortikultura. Untuk lebih jelasnya, mengenai jumlah sampel dan penyebarannya
dapat dilihat pada gambar 3.1.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Teknik observasi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data yang actual
dan langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dengan cara Tanya
jawab yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari responden
tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Cihideung Kecaatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat.
Menurut Usman (2009: 219) wawancara diadakan untuk mengungkapkan
latar belakang, motif-motif yang ada di sekitar masalah yang diobservasi. Bentuk
pengumpul data berupa pedoman wawancara. Pada teknik tertutup pertanyaan
sudah disiapkan beserta jawabannya, sehingga responden tinggal memilih salah
satu jawaban saja, sedangkan pada teknik terbuka pertanyaan-pertanyaan sudah
disiapkan tetapi jawaban bebas diajukan oleh responden.
3. Studi Literatur
Studi literatur digunakan untuk mencari data sekunder yang mendukung
permasalahan penelitian melalui buku-buku dari suatu lembaga maupun dari
sumber lain. Data yang dibutuhkan seperti buku-buku yang berhubungan dengan
daya dukung lahan, penduduk, pertanian dan lain sebagainya.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data-data yang dapat
menunjang penelitian, bias diperoleh dari internet, atau dokumentasi yang
diperoleh langsung dari lokasi penelitian. Metode ini dilakukan untuk
memperoleh data sekunder seperti keadaan geologi, geomorfologi, dan
penggunaan lahan, yaitu dengan cara mempelajari dokumentasi-dokumentasi dan
literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
E. Alat dan Bahan Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, adapun yang menjadi alat dan bahan pengumpul data
antara lain:
1. Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1209-303 lembar Cimahi
2. Peta Geologi, Geomorfologi dan Tanah lembar Bandung
4. Pedoman Wawancara, adalah alat yang digunakan sebagai panduan dalam
melakukan wawancara terhadap responden
5. Cheklist lapangan, sebagai pedoman dalam melaksanakan pengamatan
kondisi fisik di lapangan
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Nasution (2002: 126) “analisis data adalah proses menyusun data
agar dapat ditafsirkan”. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola,
theme atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada
analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara beberapa
konsep.
1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperoleh dari lapangan terkumpul sesuai dengan jumlah
yang telah ditentukan, maka proses selanjutnya adalah mengolah data. Adapun
tahapan dalam pengolahan data ini diantaranya adalah:
a. Sortir
Sortir data adalah melakukan penilaian terhadap data yang telah
terkumpul, apakah data tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau
diolah lebih lanjut. Adapun hal-hal yang perlu diteliti kembali dalam melakukan
editing data yaitu mengedit kelengkapan pengisian kuesioner, keterbacaan tulisan,
kesesuaian jawaban, relevansi jawaban, dan keseragaman dalam satauan data.
Data dari jawaban responden yang telah diedit kemudian diklasifikasikan
menurut macamnya, dan diklasifikasikan dengan memberikan kode tertentu
berupa angka.
c. Entry Data
Dalam proses ini, data yang telah dimasukan di edit kembali lalu diberi
kode dan selanjutnya dapad ditabulasikan.
d. Tabulasi
Mentabulasi data, yaitu upaya untuk menyusun data dalam bentuk tabel,
dengan memasukan data dalam bentuk tabel, akan memudahkan penulis dalam
melakukan analisis.
2. Tahap Analisis Data
Setelah data yang diperoleh dicek dan diedit kelengkapannya, kemudian
diklasifikasikan serta ditabulasikan dalam bentuk tabel, untuk selanjutnya data
tersebut dianalisis, sebagai berikut:
a. Ukuran daya dukung lahan pertanian
Menurut Waldjasupardja (1986: 45) untuk mengetahui nilai daya dukung
lahan pertanian di suatu wilayah, dapat digunakan rumus sebagai berikut:
= �
(Waldjasupardja, 1986: 45)
Keterangan:
Kd : satuan kapasitas daya dukung lahan pertanian, yaitu kapasitas daya dukung lahan pertanian bagi seluruh penduduk (jiwa) per satuan luas ha.
P : satuan pendapatan layak per orang per tahun dalam kg beras setara dengan rupiah (yang ditentukan).
p : satuan produksi lahan pertanian, yaitu produksi lahan pertanian bersih per ha per tahun setara dengan rupiah dalam kg beras (riil dari lapangan atau ditentukan)
b. Ukuran tekanan penduduk terhadap lahan
Waldjasupardja (1986: 43) juga mengemukakan untuk melihat seberapa
besar tekanan penduduk terhadap lahan maka digunakan rumus sebagai berikut:
� = � .� +�
(Waldjasupardja, 1986: 43)
Keterangan:
TL : tekanan penduduk terhadap lahan Po : jumlah penduduk pada waktu (t = 0)
f : persentase petani dan keluarganya terhadap jumlah petani r : laju pertumbuhan penduduk (%)
L : luas lahan pertanian milik seluruh petani t : interval periode waktu t0 ke t1
P : pendapatan layak per orang per tahun dalam kg beras
p : produksi rata-rata lahan pertanian per ha per tahun dalam kg beras
Dari rumus tersebut dapat dilihat bagaimana hubungan antara peningkatan jumlah
penduduk terhadap lahan pertanian dengan melihat nilai TL. Jika TL = 1 maka
berarti tepat tanpa tekanan, jika TL < 1 maka dikategorikan masih dapat
menampung, namun apabila TL > 1 maka termasuk dalam kategori bahaya.
c. Analisis Persentase
Santoso (2001: 299) mengungkapkan untuk mengetahui kecenderungan
jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis persentase
�= �
� × %
(Santoso, 2001: 229)
Keterangan:
F = Frekuensi tiap kategori awaban responden N = Jumlah keseluruhan responden
P = Persentase jawaban responden 100% = Konstanta
Setelah perhitungan telah selesai, maka hasil perhitungan tersebut dikategorikan
dalam kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Persentase Rumus Formula
(%) Keterangan
0 Tidak ada
1 – 24 Sebagian kecil
25 – 49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya
51 – 74 Sebagian besar
75 – 99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
Peta 3.1
G. Alur Pemikiran Penelitian
Gambar 3.3
Alur Pemikiran Penelitian
Penduduk Lahan
Luas Lahan
Tekanan Pertumbuhan
Penduduk
Produktivitas Pertanian
Jumlah Petani
Pertambahan Penduduk
Jumlah Penduduk Total
Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk
Daya Dukung Lahan Pertanian
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa untuk dikatakan hidup layak seseorang di
Desa Cihideung harus mempunyai penghasilan 2 kali garis kemiskinan. Menurut
BPS tahun 2009, angka garis kemiskinan untuk Kabupaten Bandung Barat
adalah Rp. 202.705 per orang per bulan atau sebesar Rp. 2.432.460 per orang per
tahun. Maka untuk dikatakan hidup layak petani di Desa Cihideung harus
mempunyai penghasilan sebesar Rp. 4.864.920 per orang per tahun.
Kapasitas daya dukung lahan di Desa Cihideung pada tahun 2011 sudah
berada di ambang batas kemampuan untuk mendukung kehidupan petani yang
ada di Desa Cihideung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kapasitas daya
dukung lahan di Desa Cihideung adalah 1.048 jiwa sedangkan jumlah petani dan
keluarganya mencapai 4.800 jiwa. Artinya, lahan petanian di Desa Cihideung
sudah tidak dapat menampung sejumlah petani yang ada di desa tersebut atau
terdapat kelebihan penduduk petani sebesar 3.722 jiwa.
Jumlah penduduk yang melampaui kapasitas daya dukung lahan pertanian
di Desa Cihideung sangat erat kaitannya dengan laju pertumbuhan penduduk
yang terjadi di desa tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan
tekanan penduduk terhadap lahan pertanian yang terdapat di Desa Cihideung
hortikultura di Desa Cihideung tersebut sudah berada dalam kategori tingkat
bahaya dimana TL > 1.
B. Rekomendasi
1. Kapasitas daya dukung lahan pertanian di Desa Cihideung sudah tidak
mampu mendukung kehidupan petani di atasnya. Oleh karena itu diperlukan
upaya yang sangat serius untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah
satunya dengan meningkatkan pendapatan petani dengan cara
mengoptimalkan lahan yang dimilikinya. Hal tersebut bisa digunakan
dengan menanam tanaman yang tepat dengan kondisi kesesuaian tanaman
seperti menanam tanaman hias atau bunga potong yang berharga tinggi.
Selain itu juga, hendaknya para petani mempunyai usaha sampingan selain
bertani untuk memenui kebutuhan hidupnya sehari-hari sehingga
kehidupannya semakin meningkat.
2. Untuk mengurangi tekanan penduduk yang sudah melebihi ambang
batasnya, perlu dilakukan usaha nyata untuk penanganannya meperti sebagai
berikut:
a. Meningkatkan program pengendalian penduduk agar tidak terjadi
kelebihan penduduk di suatu daerah.
b. Pemerataan pembangunan sehingga penyebaran penduduk dapat merata.
c. Menambah dan meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung
pembangunan seperti: sekolah, rumah sakit, sarana transportasi dan
d. Meningkatkan penyuluhan dan bimbingan kepada para petani untuk
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmat, Idris dan Maryani, Enok. (1997). Geografi Ekonomi. Jurusan. Pendidikan Geografi. IKIP Bandung.
Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Bengen, Dietriech. (2002). Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.
Bintarto,R. (1997).Buku Pedoman Geografi Desa. Yogyakarta : UP Spring.
Dasman, R. (1977). Prinsip Ekologi untuk Pembangunan Ekonomi. Terjemahan. Jakarta : PT. Gramedia.
Departemen Pertanian. (1984). Peningkatan Kemampuan dan Daya Dukung Lahan. Ungaran: Balai Informasi Pertanian.
Djamari. (1985). Beberapa Aspek Geografi Industri. Bandung: Diktat Jurusan.
Hewindati, Yuni T. (2005). Hortikultura. Jakarta: Universitas Terbuka.
Inkantriani, Betha. (2008). Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona. Industri
Genuk Semarang. Tesis Magister pada Ilmu Lingkungan. UNDIP
Semarang: Tidak Diterbitkan.
Iskandar, J. (2001). Manusia, Budaya dan Lingkungan: Ekologi Manusia. Humaniora Bandung: Utama Press.
Jhingan, M.L. (1996). Ekonomi Pembangunan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kasiadi, F (2004). Pengkajian Sistem Usahatani Perbenihan Kedelai Berwawasan Agribisnis di Jawa Timur. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kurnia, Ganjar. (2004). Petani Yang Terpinggirkan. Bandung : Fakultas Pertanian UNPAD.
Mubyarto. (1991). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Nasution. (2002). Metode Penelitian Naturalistilk Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Rafi’i, Suryatna. (1968). Metode Statistik Analisis. Bandung: Bina Cipta.
Rafi'i, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung : Angkasa.
Rahmat, Rukmana (1997). Ubi Kayu: Budi Daya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Rodjak, Abdul. (1996). Diktat Dasar Manajemen Usahatani, Bandung: Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Rusli, Said. et al. (2010). Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3S.
Sandy, I Made. (1985). DAS – Ekosistem Penggunaan Tanah. Publikasi Direktorat Taguna Tanah Departemen Dalam Negeri.
Santoso, Singgih. (2001) . Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
Saragih, Bungaran. (2000). Kumpulan Pemikiran ; Agribisnis Berbasis Peternakan. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Sarief, Saiffudin. (1986). Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.
Soekartawi. (1991). Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Press.
Soekartawi. (1996). Manajemen Agribisnis Bunga Potong. Jakarta: UI Press.
Soekartawi. (2007). Bunga Rampai Agribisnis: Teori, Strategi dan Kebijakan Pemasaran. Bogor: IPB.
Soemarwoto, Otto. (2004). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
Soemarwoto, Otto. (2003). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soepono, Bambang. (1997). Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial
dan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumaatmadja, Nursid. (1989). Studi Lingkungan Hidup. Bandung: Alumni.
Sunu, Pratignja dan Wartoyo, S. (2006). Buku Ajar Dasar Hortikultura. Surakarta: Jurusan/Program Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Surachmad. (1990). Dasar dan Teknik Researce: Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Sinar Harapan.
Tika, Pabudu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tjakrawiralaksana, Abbas. (1983). Usahatani. Jakarta: Depdikbud.
Todaro, M.P. (1994). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Tohir, Kaslan. (1983). Usahatani Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Husaini. (2006). Pengantar statistika. Jakarta : Bumi Aksara.
Waldjasupardja, A. (1986). Dinamika Penduduk dan Tekanannya Terhadap Daya.
Dukung Lahan Pertanian Kering di Desa Kertamukti Ciamis. Yogyakarta:
Tesis Fakultas Pasca Sarjana UGM. Tidak Diterbitkan.
______,______. (1997). UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
______,______. (2009). Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
______,_____. (2010). Data Curah Hujan Kecamatan Parongpong 2009. Dinas Pertanian.