• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENILAIAN OTENTIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PENILAIAN OTENTIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA."

Copied!
242
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Defi Aprilia Handayani NIM 13201241015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)

v

(Albert Einstein)

“Tidak perlu mendengarkan perkataan orang yang akan membuat kita takut dan akhirnya berhenti. Kita harus yakin pada apapun

(6)

vi

junjungan Nabi Muhammad SAW. Kupersembahkan karyaku ini untuk:

Ibu dan Bapak tercinta, yang selalu memberi doa terbaik untukku.

(7)

vii

dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih secara tulus kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada saya.

Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada pembimbing yaitu Bapak Dr. Maman Suryaman, M. Pd. yang penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela kesibukannya. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Kepala SMP Negeri 8 Yogyakarta, beserta Ibu Dwi Martati, S. Pd., M. Si. dan Bapak Puji Isyantana, S. Pd. selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Rasa sayang dan terima kasih saya sampaikan kepada Ibunda tercinta Priharyani, Ayahanda tercinta Handoyo, kakak tersayang Novika Lestari Handayani, kakak ipar Eko Priyantoro, kedua adik tersayang Naela Shiyam Handayani dan Juhari Handayani Tsaqib, serta Mbah Uti, atas segala kasih sayang, dukungan, doa, dan motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik. Terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat dan dukungannya.

(8)

viii

Yogyakarta, Februari 2017 Penulis,

(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Penjelasan Istilah ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Penilaian dan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 10

B. Konsep Penilaian Otentik ... 12

C. Kriteria dalam Penilaian Otentik ... 16

D. Cakupan Penilaian Otentik ... 17

E. Langkah Pengembangan Penilaian Otentik ... 22

F. Kurikulum 2013 ... 24

G. Penilaian Hasil Belajar ... 27

H. Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 28

(10)

x

C. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Wawancara ... 35

2. Pengamatan ... 36

3. Analisis Dokumen ... 37

D. Instrumen Penelitian ... 38

1. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 38

2. Catatan Pengamatan... 39

3. Catatan Analisis Dokumen ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 41

1. Pengumpulan Data ... 41

2. Reduksi Data ... 41

3. Penyajian Data ... 42

4. Penarikan Kesimpulan ... 42

F. Keabsahan Data ... 43

BAB IV PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

1. Perencanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 45

2. Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 47

3. Kendala yang dialami Guru dalam Melaksanakan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 49

(11)

xi

di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 57

3. Kendala yang dialami Guru dalam Melaksanakan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 72

4. Upaya yang dilakukan Guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 74

BAB V PENUTUP ... 76

A. Simpulan ... 76

B. Keterbatasan Penelitian ... 78

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(12)

xii

Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP

Negeri 8 Yogyakarta ... 39 Tabel 3: Kisi-Kisi Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa Pelaksanaan

Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP

Negeri 8 Yogyakarta ... 39 Tabel 4: Kisi-Kisi Catatan Pengamatan Pelaksanaan Penilaian Otentik

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 40 Tabel 5: Kisi-Kisi Analisis Dokumen Pelaksanaan Penilaian Otentik

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta ... 40 Tabel 6: Perencanaan Penilaian Otentik oleh Guru Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia ... 46 Tabel 7: Pelaksanaan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia ... 48 Tabel 8: Kendala Guru dalam Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran

Bahasa Indonesia ... 50 Tabel 9: Upaya Guru dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan Penilaian

(13)

xiii

Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8

Yogyakarta ... 87

III. Tabel Induk Hasil Penelitian ... 89

IV. Transkrip Hasil Wawancara ... 91

V. Hasil Pengamatan Pembelajaran ... 119

VI. Analisis Dokumen Guru ... 140

VII. Dokumen Guru ... 147

VIII. Instrumen Penelitian ... 212

IX. Dokumentasi Pembelajaran ... 220

(14)

xiv ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Deskripsi pelaksanaan penilaian otentik meliputi perencanaan penilaian otentik, pelaksanaan penilaian otentik, kendala-kendala yang muncul dalam pelaksanaan penilaian otentik, dan upaya guru dalam mengatasi kendala dalam melaksanakan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian bersifat naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi alami. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII C dan VII H SMP Negeri 8 Yogyakarta. Data diperoleh melalui wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen yang dianalisis secara kualitatif melalui empat tahap, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2013. Perencanaan pelaksanaan penilaian otentik tersusun dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan penilaian otentik dilaksanakan lebih baik dari perencanaan yang telah disiapkan sebelumnya. Guru menggunakan berbagai model penilaian otentik yang disesuaikan dengan kondisi kelas dan materi yang diajarkan. Hal ini menunjukkan bahwa guru Bahasa Indonesia memiliki kemampuan yang kreatif dan inovatif dalam melaksanakan penilaian otentik. Pada pelaksanaan penilaian otentik masih ditemukan beberapa kendala, yaitu kendala dari siswa. Guru Bahasa Indonesia telah melakukan beberapa upaya yang efektif dalam mengatasi kendala yang ditemukan, Hal itu menunjukkan bahwa kelas dapat dikelola dengan baik oleh guru.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dan ke depan, dunia pendidikan memiliki tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi. Tuntutan dan tantangan tersebut salah satunya adalah pendidikan yang hendaknya mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang utuh, yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang terintegrasi. Kurikulum pada dasarnya dituntut untuk selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Elemen sukses untuk mewujudkan penerapannya tersebut adalah siswa, guru, dan materi. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Majid dan Rochman, 2015: 1). Orientasi pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 adalah untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa). Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 menjadi kelompok wajib. Mata pelajaran bahasa, termasuk Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 diorientasikan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi

dan carrier of knowledge. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang

(16)

Melalui Kurikulum 2013 siswa diharapkan dapat memadukan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya dalam menyelesaikan fenomena kehidupan mereka. Selain itu, siswa juga mengutamakan pendekatan saintifik yang mengantarkan untuk tidak berhenti pada pengetahuan saja tetapi berlanjut pada keterampilan dan pembentukan sikap. Pencapaian tersebut dapat diukur dengan penilaian otentik yang menggambarkan perkembangan belajar siswa.

Dalam memperoleh informasi, guru memiliki peran penting dalam membantu siswa. Informasi tersebut berupa pemahaman-pemahaman terkait kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Salah satu aspek yang mempengaruhi ketercapaian proses pembelajaran di kelas adalah aspek penilaian. Aspek penilaian tidak asing bagi para guru. Penilaian merupakan istilah dari

asasment sebagai kegiatan yang tersusun, terencana, sistematis, berkelanjutan, dan

digunakan untuk mengumpulkan informasi dari siswa sebagai dasar membuat keputusan sesuai kriteria yang telah ditentukan (Arifin, 2012: 4). Bagi guru atau praktisi pendidikan, kegiatan penilaian bukanlah hal yang baru. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa merencanakan dan melaksanakan penilaian masih merupakan persoalan serius.

(17)

keterampilan-keterampilan tersebut digunakan (Nurgiyantoro, 2014: 306-307). Penilaian otentik sangat disarankan untuk digunakan. Penilaian otentik menekankan capaian pembelajar untuk menunjukkan kinerja, doing something, kesiapan pembelajaran untuk berunjuk kerja selepas mengikuti kegiatan pembelajaran tentu lebih signifikan (Nurgiyantoro, 2014: 309).

Idealnya, guru dalam merancang penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia harus berbasis pada ketentuan yang ada dalam Kurikulum 2013 yang menuntut pelaksanaan penilaian otentik. Penilaian otentik menjadi salah satu bentuk penilaian yang mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Guru harus mampu mengintegrasikan rancangan penilaian otentik yang mengacu pada berbagai teks dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pemberdayaan guru juga perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas guru dalam pelaksanaan penilaian. Beberapa upaya pemberdayaan guru dalam penilaian otentik adalah lewat penataran, pelatihan, dan pendampingan dalam praktik pembuatan dan pelaksanaan penilaian otentik.

Yaumi (2014: 185) menjelaskan bahwa penggunaan penilaian otentik

(authentic assessment) untuk menilai keberhasilan peserta didik yang bukan saja

(18)

meliputi (i) penentuan standar, (ii) penentuan tugas otentik, (iii) pembuatan kriteria, dan (iv) pembuatan rubrik (Nurgiyantoro, 2014: 310-314).

Ada banyak tugas dan kegiatan penilaian pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam asesmen otentik. Misalnya, mengungkapkan kembali pesan yang didengar, dibaca, atau dilihat baik secara lisan atau tertulis (jadi berunjuk kerja secara lisan dan tertulis), wawancara, pertanyaan terbuka, membuat karya tulis tertentu, membuata laporan, kegiatan demonstrasi, pengamatan oleh guru, portofolio, penilaian diri sendiri atau oleh teman, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2014: 315). Kunandar (2011a: 401-427) menjelaskan tujuh teknik yang data digunakan untuk mengumpulkan informasi kemajuan belajar peserta didik di antaranya adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Selain itu, Wahyuni dan Ibrahim (2012: 68-83) juga menyebutkan 6 model penilaian otentik, yaitu: penilaian kinerja, portofolio, proyek, diri, sejawat, dan sikap.

(19)

basis pembelajarannya. Masih diperlukan upaya untuk mengatasi berbagai kendala yang terjadi agar pelaksanaan penilaian dapat terlaksana dengan baik.

Penelitian ini bermaksud menjelaskan pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Guru Bahasa Indonesia sudah mampu melaksanakan penilaian sesuai dengan ketentuan kurikulum yang berlaku. Harapannya dengan mengetahui pelaksanaan penilaian tersebut, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya di SMP Negeri 8 Yogyakarta dapat memperbaiki perencanaan pelaksanaan penilaian otentik, proses pembelajaran dalam pelaksanaan penilaian otentik, kendala, dan upaya yang diambil untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan penilaian otentik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang dapat diajukan sebagai berikut.

1. Apakah guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta sudah melaksanakan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia?

2. Bagaimanakah perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta?

3. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta?

(20)

5. Bagaimana persepsi guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta mengenai pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia?

6. Apakah guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta melibatkan siswa dalam melaksanakan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia?

7. Kendala apa sajakah yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta?

8. Apa sajakah upaya yang dilakukan guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam mengatasi kendala pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disebutkan, permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut.

1. Perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

2. Pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

3. Kendala yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

(21)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta?

2. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta?

3. Kendala apa sajakah yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta?

4. Apa sajakah upaya yang dilakukan guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam mengatasi kendala pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

(22)

4. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru di SMP Negeri 8 Yogyakarta dalam mengatasi kendala-kendala pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini akan mampu menggambarkan fakta di lapangan mengenai pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta pada tahun pelajaran 2016/ 2017, ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pelaksanaan penilaian.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan dalam upaya pengembangan dan penyempurnaan penelitian pendidikan.

b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan wawasan tentang penilaian otentik dan pelaksanaannya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga mampu menilai siswa dengan baik.

(23)

G. Penjelasan Istilah

Peneliti membatasi istilah-istilah yang ada didalam penelitian ini agar mendapat penjelasan dan tidak terjadi perbedaan persepsi terhadap istilah lain. Beberapa istilah tersebut sebagai berikut.

1. Perencanaan penilaian otentik adalah rancangan pelaksanaan penilaian otentik yang dibuat oleh guru.

2. Pelaksanaan penilaian otentik adalah kegiatan pelaksanaan penilaian otentik untuk mengukur hasil belajar siswa dari beberapa sudut pandang penilaian. 3. Kendala pelaksanaan penilaian otentik adalah hambatan yang dialami guru

dalam pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran.

4. Upaya mengatasi kendala penilaian otentik adalah usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran. 5. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah proses interaksi siswa dengan guru

dan sumber belajar Bahasa Indonesia pada suatu lingkungan belajar.

(24)

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan teori-teori mengenai aspek-aspek yang diteliti berdasarkan pendapat para ahli sesuai dengan judul penelitian ini. Aspek-aspek yang dibahas yaitu pertama, penilaian dan pembelajaran Bahasa Indonesia.

Kedua, konsep penilaian otentik. Ketiga, kriteria dalam penilaian otentik.

Keempat, cakupan penilaian otentik. Kelima, langkah pengembangan penilaian

otentik. Keenam, Kurikulum 2013. Ketujuh, penilaian hasil belajar. Kedelapan, penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis Kurikulum 2013.

A. Penilaian dan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Penilaian menjadi salah satu faktor yang dianggap penting dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan sebuah aktivitas yang cukup kompleks dan melibatkan berbagai komponen dan kegiatan (Nurgiyantoro, 2014: 12). Penilaian dijadikan upaya guru untuk mengumpulkan informasi dan dijadikan pertimbangan dalam menentukan tingkat keberhasilan kegiatan pembelajaran, berdasarkan teknik pembelajaran yang disusun secara sistematis dan untuk mencapai tujuan penelitian (Majid, 2014: 35). Menurut Suryaman (2012: 153) menjelaskan hasil penilaian dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran.

(25)

pencapaian hasil belajar peserta didik. Tujuan penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru yaitu untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Dengan demikian, tujuan penilaian harus diintegrasikan dan sejalan dengan tujuan pembelajaran.

Nurgiyantoro (2014: 30-33) menyebutkan beberapa tujuan penilaian, di antaranya: (a) untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan yang berupa berbagai kompetensi yang telah ditetapkan dapat dicapai lewat kegiatan pembelajaran yang dilakukan; (b) untuk memberikan objektivitas pengamatan kita terhadap tingkah laku hasil belajar peserta didik; (c) untuk mengetahui kemampuan pesera didik dalam kompetensi, pengetahuan, keterampilan, atau bidang-bidang tertentu; (d) untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dan memonitor kemajuan peserta didik, dan sekaligus menentukan keefektifan pelaksanaan pembelajaran; (e) untuk menentukan layak tidaknya seorang peserta didik dinaikkan ke tingkat di atasnya atau dinyatakan lulus dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya, dan; (f) untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

(26)

pelajaran Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Penilaian dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Kegiatan pembelajaran memerlukan interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan agar kompetensi yang diajarkan dapat diterima secara utuh oleh siswa. Sementara, untuk mengetahui hasil tingkat ketercapaian tersebut membutuhkan peran penilaian. Penilaian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara berkelanjutan, sesuai dengan prinsip penilaian.

Berdasarkan penjabaran tersebut, dipahami bahwa penilaian sebagai kegiatan menilai dan menentukan nilai sesuai ketentuan dan tujuan penilaian. Pelaksanaannya bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar siswa dari kompetensi yang diujikan. Penilaian harus diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi empat kemampuan berbahasa dan bersastra.

B. Konsep Penilaian Otentik

Penilaian otentik merupakan salah satu jenis evaluasi pendidikan. Penilaian otentik (authentic assessment) merupakan cermin nyata (the real

mirror) dari kondisi pembelajaran siswa. Penilaian otentik disebut demikian

(27)

penilaian informal, dan penilaian berlandaskan situasi (situated assessment) (Basuki dan Hariyanto, 2014: 168).

Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep penilaian otentik merupakan proses pengumpulan data-data yang dapat dijadikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran tersebut perlu diketahui guru agar dapat dipastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru dapat segera mengambil tindakan yang tepat, karena gambaran mengenai kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang pembelajaran. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik (Abidin, 2012: 168).

Penilaian otentik dilaksanakan untuk menyoroti sifat-sifat konstruktif dari pembelajaran dan pendidikan. Selain itu, penilaian otentik mengizinkan siswa memilih jalannya sendiri untuk mendemonstrasikan kompetensi dan keterampilannya serta mengevaluasi seberapa efektif siswa secara langsung mampu menerapkan pengetahuannya dalam berbagai jenis tugas. Penilaian otentik juga melibatkan pengalaman nyata yang dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

(28)

dan Hariyanto (2014: 175-176) penilaian otentik memiliki keunggulan, antara lain: (a) berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan pengetahuan; (b) meningkatkan kreativitas; (c) merefleksikan keterampilan dan pengetahuan dunia nyata; (d) mendorong kerja kolaboratif; (e) meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis; (f) langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan tujuan pembelajaran; dan (g) menekankan kepada keterpaduan pembelajaran di sepanjang waktu.

Sebenarnya, bentuk-bentuk penilaian otentik bukan merupakan barang asing bagi para pendidik di Indonesia. Baik sebagai pelaku maupun pemilihan bentuk telah melakukan penilaian model itu. Hanya saja, pada umumnya kita lebih akrab dengan penilaian tradisional. Penilaian tradisional dilihat sebagai penilaian yang lebih banyak menyerap pengetahuan yang telah dikuasai siswa sebagai hasil belajar yang pada umumnya ditagih dalam bentuk tes objektif.

Menurut Nurgiyantoro (2014: 307-308) asesmen otentik lebih menekankan pada pemberian tugas yang menuntut pembelajar menampilkan, mempraktikkan, atau mendemonstrasikan hasil pembelajarannya di dunia nyata secara bermakna yang mencerminkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam suatu mata pelajaran. Singkatnya, penilaian tradisional lebih menekankan tagihan penguasaan pengetahuan, sedang asesmen otentik kinerja atau tampilan yang mencerminkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan.

(29)

aktivitas, (ii) menunjukkan penguasaan pengetahuan dan demonstrate proficiency

by doing something, (iii) memanggil kembali atau rekognisi dan mengonstruksi

atau aplikasi, (iv) soal dan jawaban disusun guru dan siswa menyusun sendiri jawaban, dan (v) bukti tidak langsung dan bukti langsung (faktual) (Nurgiyantoro, 2014: 308-309).

Dalam penilaian otentik, siswa tidak hanya dapat menunjukkan perilaku tertentu yang diinginkan sesuai rumusan tujuan pembelajaran, tetapi juga mampu mengerjakan sesuatu yang terkait dengan konteks kehidupan nyata. Penilaian dalam konteks penilaian otentik tidak hanya mencakup semua proses mengajar dan belajar atau yang sekarang terangkum dalam satu istilah pembelajaran. Kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik siswa saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode pembelajaran, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Contoh objek penilaian otentik adalah melakukan penelitian bidang sosial, menulis cerita, serta membaca dan menafsirkannya.

Yaumi (2014: 189) menjelaskan penilaian otentik adalah suatu bentuk penilaian terhadap proses dan hasil belajar yang merefleksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui tugas-tugas aktual dan kontekstual berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Penilaian otentik tidak bisa dilepaskan dari standar materi, tugas, peserta didik, kondisi lingkungan, serta proses dan hasil. Kelima aspek tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi.

(30)

suatu pengetahuan atau keterampilan. Penilaian otentik menekankan pemberian tugas yang menuntut pembelajar untuk menampilkan, mempraktikkan, dan mendemonstrasikan hasil pembelajarannya. Dengan demikian, asesmen otentik menilai kinerja atau tampilan yang mencerminkan penguasaaan pengetahuan dan keterampilan.

C. Kriteria dalam Penilaian Otentik

Pada penilaian otentik perlu adanya kriteria penilaian sebagai rambu-rambu batasan agar dapat memperlihatkan keadaan yang sebenarnya. Kriteria penilaian dalam rambu-rambu penilaian kelas, di antaranya: validitas, reliabilitas, terfokus pada kompetensi, keseluruhan, adil dan objektif, mendidik, terbuka, berkesinambungan, dan bermakna (Kunandar, 2011a: 397-399). Penilaian otentik juga tidak semata-mata hanya dilihat dari penilaian berdasarkan hasil tes.

Hal ini senada dengan yang dikemukakan Kunandar (2013: 36) bahwa dalam penilaian otentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar menjelaskan prinsip umum dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

(31)

3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.

7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

9. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar.

D. Cakupan Penilaian Otentik

(32)

1. Penilaian Kompetensi Sikap

Abidin (2014: 98) mengemukakan bahwa instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa pendidik melakukan penilain kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta didik,

dan jurnal.

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa pendidik menilai kompetensi pengetahuan siswa melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Penggunaan ragam penilaian untuk mengukur pengetahuan hendaknya benar-benar diorientasikan guna membangun kompetensi siswa. Menurut Abidin (2014: 102) penilaian dengan demikian bukan hanya digunakan sebagai alat ukur melainkan sebagai alat belajar.

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan

(33)

menyebutkan ada banyak tugas dan kegiatan penilaian pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam asesmen otentik. Misalnya, mengungkapkan kembali pesan yang didengar, dibaca, atau dilihat baik secara lisan atau tertulis (jadi berunjuk kerja secara lisan dan tertulis), wawancara, pertanyaan terbuka, membuat karya tulis tertentu, membuat laporan kegiatan, demonstrasi, pengamatan oleh guru, portofolio, penilaian diri sendiri atau oleh teman, dan lain-lain.

Sementara itu, model penilaian yang disebutkan oleh Kemdikbud (2013: 234-238) antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan penilaian tertulis. Model penilaian otentik juga disebutkan oleh Wahyuni dan Ibrahim (2012: 68-83) juga menyebutkan 6 model penilaian otentik, yaitu: penilaian kinerja, portofolio, proyek, diri, sejawat, dan sikap. Berikut ini adalah penjelasan beberapa model penilaian otentik yang telah disebutkan.

1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan, sebagaimana ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu. Dalam konteks penilaian pembelajaran bahasa di sekolah ketepatan kinerja tersebut harus ditekankan pada ketepatannya mempergunakan bahasa dan sekaligus muatan informasinya.

2. Penilaian Diri dan Penilaian Sejawat

(34)

Penilaian sejawat tidak jauh berbeda dengan penilaian diri. Menurut Kemdikbud (2013: 235) penilaian diri merupakan teknik penilaian yang meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi dalam mata pelajaran tertentu.

3. Wawancara Lisan

Wawancara lisan sebenarnya dapat juga disebut sebagai penilaian kinerja kebahasaan. Sesuai dengan namanya, dalam aktivitas ini terjadi tanya jawab antara pihak yang diwawancarai (peserta didik) dan pewawancara (guru, penguji) tentang apa saja yang diinginkan informasinya oleh pewawancara (Nurgiyantoro, 2014: 316). Guru dapat memberikan pertanyaan penyelidikan untuk menentukan pemahaman peserta didik atau penguasaan aspek bahasa tertentu dalam penilaian ini.

4. Pertanyaan Terbuka

Penilaian ini lebih difokuskan terhadap bagaimana peserta didik mengaplikasikan informasi daripada seberapa banyak peserta didik memanggil kembali apa yang telah diajarkan. Penilaian dilakukan dengan memberikan pertanyaan (stimulus) atau tugas yang harus dijawab atau dilakukan oleh peserta didik secara tertulis atau lisan. Pertanyaan bukan sekadar pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban singkat dengan satu atau beberapa kata atau ya/ tidak (Nurgiyantoro, 2014: 316).

5. Menceritakan Kembali Teks atau Cerita

(35)

Artinya, mereka telah terbiasa memberikan tugas itu kepada peserta didik lewat pembelajaran menyimak dan membaca walau mungkin guru tidak mengetahui bahwa pemberian tugas itu merupakan salah satu jenis asesmen otentik. Penceritaan kembali wacana yang didengar atau dibaca dapat dilakukan secara lisan atau tertulis (Nurgiyantoro, 2014: 317).

6. Eksperimen atau Demonstrasi

Eksperimen atau demonstrasi dapat dilakukan secara lisan atau tertulis dengan mendeskripsikan langkah-langkah dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam melakukan eksperimen, hipotesis yang dikemukakan, metode yang digunakan, atau penarikan kesimpulan. Peserta didik dapat dinilai dengan menggunakan rubrik berdasarkan pemahaman terhadap konsep, penjelasan metode, dan bahasa yang digunakan.

7. Pengamatan

Pengamatan dalam pembelajaran dapat dilakukan secara spontan maupun dengan perencanaan sebelumnya. Khusus perencanaan, guru dapat mengamati penggunaan bahasa dan kemampuan berpikir peserta didik dalam tugas berdiskusi dengan peserta didik lainnya. Guru dapat mengamati perhatian peserta didik dalam mengerjakan tugas, responnya terhadap berbagai jenis tugas, atau interaksi dengan peserta didik lain ketika sedang bekerja kelompok.

8. Penilaian Portofolio

(36)

bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil pekerjaan tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu (Arifin, 2014: 198). Penilaian portofolio memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih banyak terlibat, dan peserta didik sendiri dapat dengan mudah mengontrol sejauh mana perkembangan kemampuan yang telah diperolehnya. Tujuan penilaian portofolio adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat.

9. Penilaian Proyek

Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu (Basuki dan Hariyanto, 2014: 191). Proyek akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan peserta didik untuk mengomunikasikan informasi. Menurut (Nurgiyantoro, 2014: 318) tugas proyek ini baik untuk dilaksanakan di sekolah, namun karena cukup banyak menyita waktu, dilaksanakan sekali dalam satu semester tampaknya sudah cukup memadai.

E. Langkah Pengembangan Penilaian Otentik

(37)

1. Penentuan Standar

Standar dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang harus diketahui dan dilakukan pembelajar. Di samping standar ada istilah goal (tujuan umum) dan objective (tujuan khusus), dan standar berada di antara keduanya. Jadi, penentuan standar di sini tidak lain adalah penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang menjadi acuan bersama kegiatan pembelajaran dan penilaian.

2. Penentuan Tugas Otentik

Tugas otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebankan atau harus dilakukan oleh pembelajar untuk mengukur pencapaian kompetensi yang dibelajarkan, baik ketika kegiatan pembelajaran masih berlangsung maupun ketika sudah berakhir. Tugas otentik (authentic task) sering disinonimkan dengan asesmen otentik (authentic assessment) walau sebenarnya cakupan makna yang kedua lebih luas. Semua kegiatan pengukuran pendidikan harus mengacu pada standar yang telah ditetapkan.

(38)

3. Pembuatan Kriteria

Kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan tingkat capaian dan bukti-bukti nyata capaian belajar subjek belajar dengan kualitas tertentu yang diinginkan. Kriteria lazimnya juga telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Kriteria penilaian capaian hasil belajar harus cocok dengan kompetensi yang dibelajarkan dan sekaligus bermakna atau relevan dengan kehidupan nyata. Selain itu, pembuatan kriteria haruslah mengacu pada ketentuan-ketentuan yang selama ini dinyatakan baik, baik dalam arti efektif untuk keperluan penilaian hasil belajar.

4. Pembuatan Rubrik

Rubrik, seperti yang diungkapkan Mueller dapat dipahami sebagai sebuah kala penyekoran (scoring scale) yang dipergunakan untuk menilai kinerja subjek didik untuk tiap kriteria terhadap tugas-tugas tertentu (Nurgiyantoro, 2014: 313). Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat yaitu kriteria dan tingkat capaian kinerja (level of performance). Rubrik lazimnya ditampilkan dalam tabel, kriteria ditempatkan di sebelah kiri dan tingkat capaian di sebelah kanan tiap kriteria.

F. Kurikulum 2013

(39)

dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Majid dan Rochman, 2015: 1). Orientasi pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 adalah untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa).

Kurikulum memberikan pedoman kepada guru untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran. Gambaran tentang tinggi mutu keluaran juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang dilaksanakan. Untuk mendukung kegiatan pembelajaran diperlukan kurikulum yang memihak pelajar, yang memungkinkan siswa berbuat aktif. Kurikulum ini harus menitikberatkan kebutuhan pelajar sehingga kegiatan pembelajaran mencapai sasaran dan tujuan pelajar belajar. Tujuan, program, dan bahan pembelajarannya disusun sesuai dengan kebutuhan pelajar.

Suatu kurikulum tidak dapat terbentuk atau tidak dapat dikembangkan tanpa adanya tujuan khusus sebagai hasil yang diharapkan. Dengan adanya tujuan, maka akan memudahkan para pengembang kurikulum dalam menentukan nilai-nilai apa saja yang harus ada dalam kurikulum tersebut. Oleh karena itu, sangat penting bagi para calon pendidik untuk memahami dan menguasai tata cara pengembangan tujuan kurikulum dan mempraktikannya di sekolah.

(40)

manfaat yang terdapat dalam Kurikulum 2013, antara lain mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu, Kurikulum 2013 juga memiliki manfaat bagi civitas akademika dan siswa. Manfaat Kurikulum 2013 bagi civitas akademika, antara lain: (1) mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan, (2) guru sebagai fasilitator dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan, dan (3) adanya perubahan paradigma mengajar. Kurikulum 2013 sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptable (dapat diterima) bagi kebutuhan siswa serta akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20%.

(41)

bangsa serta tantangan yang berupa fenomena negatif yang mengemuka di tengah masyarakat.

G. Penilaian Hasil Belajar

Abidin (2014: 104-105) menjelaskan pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh pendidik dalam konteks pembelajaran Kurikulum 2013. Penilaian hasil belajar oleh pendidik tersebut harus memperhatikan hal-hal berikut, pertama, proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus acuan dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Kedua, pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan penelusuran dan diakhiri dengan tes/ nontes. Ketiga, penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan mengacu pada indikator dari kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang diintegrasikan dalam tema tersebut. Keempat, hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar.

Kelima, laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk nilai dan atau deskripsi

pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan dan deskripsi sikap.

Keenam, laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala

sekolah/ madrasah dan pihak lain yang terkait.

(42)

proses pembelajaran di kelas tidak lepas dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil penilaian. Proses penilaian yang baik dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran di kelas dan tidak hanya dilakukan pada saat tes saja. Pada penilaian otentik, tidak berdasarkan dari hasil tes melainkan juga memperlihatkan keadaan peserta didik sebenarnya. Penggunaan berbagai model penilaian dalam pembelajaran juga sangat diperlukan. Oleh karena itu, penilaian tidak hanya bermanfaat bagi perbaikan sistem pembelajaran, tetapi juga bermanfaat bagi siswa.

H. Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 menjadi kelompok wajib. Mata pelajaran bahasa, termasuk Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 diorientasikan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan

carrier of knowledge. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan

Kurikulum 2013 berbasis pada berbagai jenis teks, sehingga pembelajaran pengetahuan dan keterampilan berbahasa dilaksanakan sesuai dengan teks-teks yang disajikan kepada siswa.

(43)

bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.

Pembelajaran bahasa pada Kurikulum 2013 materi yang diajarkan ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan. Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri. Siswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks. Siswa dikenalkan tentang aturan tentang aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks. Selain itu siswa juga dibiasakan mengekspresikan dirinya dan pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara spontan.

Dalam penerapannya, penilaian otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir. Dalam pembelajaran otentik, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus menjadi “guru

otentik”. Kunandar (2013: 42) menyebutkan bahwa tiga hal yang harus

diperhatikan guru dalam melakukan penilaian otentik, yaitu (1) otentik dari segi instrumen, (2) otentik dari aspek yang diukur, dan (3) otentik dari aspek kondisi peserta didik.

(44)

penilaian awal untuk mengetahui perkembangan capaian belajarnya. Dalam standar kompetensi, empat keterampilan dasar berbahasa tidak secara eksplisit dipaparkan. Pelaksanaan penilaian pembelajaran tidak terlepas dari empat keterampilan berbahasa tersebut yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Setiap kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dapat dipilih oleh guru untuk menentukan jenis penilaian yang sesuai. Semua itu tentunya harus disusun secara terpadu dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam penilaian otentik, pembuatan rubrik menjadi salah satu aspek utama. Pembuatan rubrik harus disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang jelas. Pembuatan kriteria pun harus disesuaikan dengan jenis penilaian apa yang digunakan. Pemerintah juga telah memberikan sejumlah contoh penilaian dan format rubrik yang dapat digunakan oleh guru untuk melakukan penilaian.

I. Penelitian Relevan

Penelitian tentang penilaian yang pernah dilaksanakan umumnya sangat beragam. Dalam ranah penelitian pendidikan, evaluasi mengenai pelaksanaan penilaian bukan merupakan hal yang baru. Beberapa penelitian yang relevan dan mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Burhan Nurgiyantoro dan Pujiati

Suyata berjudul Pengembangan Model Asesmen Otentik dalam Pembelajaran

Bahasa, yang dimuat dalam jurnal Cakrawala Pendidikan Th. XXVII, No. 3.

(45)

penilaian otentik. Dalam penelitian tersebut, dilakukan survei terhadap 30 guru Bahasa Indonesia se-DIY untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru terhadap penilaian otentik dan pelaksanaannya di lapangan.

Kedua, Widya Ajeng Pemila (2014) melaksanakan penelitian dengan judul

Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA Beracuan

Kurikulum 2013 di Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

guru telah melaksanakan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan dalam Kurikulum 2013. Ketercapaian pelaksanaan penilaian otentik di empat sekolah tersebut termasuk dalam kategori “sedang”.

Kesamaan dengan penelitian ini adalah terletak pada kurikulum yang digunakan yaitu Kurikulum 2013. Aspek yang menjadi pembeda dengan penelitian ini adalah penelitian untuk SMA di Kabupaten Gunungkidul. Pada penelitian ini difokuskan pada penilaian otentik untuk satu sekolah saja yaitu SMP Negeri 8 Yogyakarta.

Ketiga, Frans Apriliadi (2016) melaksanakan penelitian dengan judul

Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

SMP. Hasil penelitiannya yaitu (1) semua guru di Bahasa Indonesia di SMP Negeri 9 Yogyakarta telah menerapkan penilaian berbasis kelas, (2) model penilaian berbasis kelas yang digunakan beragam, (3) masih ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas, dan (4) guru Bahasa Indonesia melakukan beberapa upaya dalam mengatasi kendala tersebut.

(46)

dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Frans Apriliadi adalah penelitian pada pelaksanaan penilaian berbasis kelas, sementara pada penelitian ini diarahkan pada pelaksanaan penilaian otentik. Ketiga hasil penelitian ini sangat relevan dan mendukung penelitian ini karena keduanya berkaitan dengan penilaian.

J. Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran tidak pernah terlepas dari elemen pendidikan yang berupa penilaian. Panduan penilaian digunakan guru sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian sesuai prinsip Kurikulum 2013. Melalui pedoman yang dikeluarkan pemerintah, diharapkan guru dapat melaksanakan penilaian otentik sesuai dengan ketentuan penilaian. Namun, hal itu bukan jaminan bahwa pelaksanaan penilaian otentik dilaksanakan sesuai dengan harapan.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode-metode penelitian yang sesuai dengan judul penelitian ini. Metode-metode yang dibahas yaitu pertama, desain penelitian.

Kedua, subjek penelitian. Ketiga, teknik pengumpulan data. Keempat, instrumen

penelitian. Kelima, teknik analisis data. Keenam, keabsahan data.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang meneliti pelaksanaan penilaian otentik pada satu sekolah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perencanaan penilaian otentik, pelaksanaan penilaian otentik, kendala yang dialami guru dalam melaksanakan penilaian otentik, dan upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

(48)

B. Subjek Penelitian

Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis untuk mendapatkan informasi. Narasumber atau informan merupakan orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian. Narasumber atau informan itulah yang penulis maksud dengan subjek penelitian. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah dua guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Daftar guru yang dijadikan subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Data guru selengkapnya disajikan pada Lampiran I.

Tabel 1: Data Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 8 Yogyakarta

No. Nama NIP Guru

Kelas

Masa Kerja

Kode Guru 1. Dwi Martati,

S. Pd., M. Si. 19651009 198601 2 003 VII 24 tahun D 2. Puji Isyantana,

S. Pd. - VII 4 tahun P

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 8 Yogyakarta yang terletak di Jalan Prof. Dr. Kahar Muzakir 2 Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan November sampai Desember 2016. Alasan pemilihan SMP Negeri 8 Yogyakarta sebagai tempat penelitian dikarenakan SMP Negeri 8 Yogyakarta merupakan sekolah berprestasi dan peraih nilai Ujian Nasional SMP tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun ajaran 2015/ 2016. Sementara itu, SMP Negeri 8 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah di Kota Yogyakarta yang melaksanakan Kurikulum 2013 dalam melaksanakan penilaian otentik.

(49)

informasi mengenai kondisi sekolah, pembelajaran, pelaksanaan penilaian, kondisi siswa, dan kondisi guru. Hasil wawancara terhadap guru meliputi keadaan pembelajaran, perencanaan penilaian, pelaksanaan penilaian, kesan guru terhadap pembelajaran, penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia, kendala pelaksanaan penilaian, dan upaya dalam mengatasi kendala pelaksanaan penilaian. Sementara itu, hasil wawancara terhadap siswa meliputi kesan siswa terhadap pembelajaran dan penilaian guru pada siswa.

Pada penelitian ini subjek penelitian menjadi sumber data utama. Sumber data penelitian lain berupa sumber data aktivitas proses belajar mengajar yang terjadi di kelas dan sumber data tertulis. Sumber data berupa aktivitas meliputi deskripsi kegiatan guru saat pembelajaran dan pelaksanaan penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia. Sumber data tertulis meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, rubrik penilaian, dan hasil tulisan siswa sebagai wujud evaluasi dalam pembelajaran.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian berupa data kualitatif yang diambil melalui teknik wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen. Ketiga teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Wawancara

(50)

guru dalam pelaksanaan penilaian otentik. Peneliti dalam melakukan wawancara membawa instrumen sebagai pedoman dan menggunakan alat bantu seperti

recorder, gambar, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan

wawancara lebih lancar.

Pengumpulan data pertama didapat melalui wawancara terhadap guru dan siswa kelas VII di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Wawancara ini dilakukan terhadap satu guru dan lima siswa Kelas VII C serta satu guru dan lima siswa Kelas VII H. Wawancara guru kelas VII C dilaksanakan di laboratorium kesenian dan guru kelas VII H dilaksanakan di depan ruang guru, sedangkan wawancara siswa kelas VII C dan VII H dilaksanakan di ruang kelas masing-masing.

2. Pengamatan

Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan (Ghony dan Almanshur, 2012: 165). Kegiatan pengamatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif. Peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan sumber data penelitian untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada.

(51)

yang dilaksanakan guru Bahasa Indonesia selama satu setengah bulan. Pengamatan diikuti dengan kegiatan pendokumentasian untuk memperkuat data.

Pengamatan dilakukan terhadap guru, siswa, dan sekolah. Pengamatan guru dan siswa dilaksanakan bersama selama proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Pengamaatan dilakukan di kelas VII C dan VII H. Pengamatan terhadap sekolah dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas yang masuk wilayah SMP Negeri 8 Yogyakarta. Pengamatan juga didukung oleh dokumentasi pembelajaran sekolah, kelas VII C, dan kelas VII H.

3. Analisis Dokumen

Analisis dokumen termasuk dalam teknik dokumentasi. Dokumentasi adalah catatan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian. Analisis dokumen meliputi kegiatan analisis dokumen yang dikumpulkan, meliputi dokumen hasil kegiatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan penilaian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

(52)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen data kualitatif berupa daftar pertanyaan wawancara, catatan pengamatan, dan catatan analisis dokumen. Berikut akan dijelaskan secara rinci dari masing-masing instrumen penelitian tersebut.

1. Daftar Pertanyaan Wawancara

(53)

Tabel 2: Kisi-Kisi Daftar Pertanyaan Wawancara Guru Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta

pembelajaran Bahasa Indonesia 14-28 15 4.

Tabel 3: Kisi-Kisi Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta

(54)

proses pembelajaran. Instrumen penelitian disajikan pada lampiran VIII. Kisi-kisi catatan pengamatan pelaksanaan penilaian otentik dapat disajikan pada Tabel 4. Tabel 4: Kisi-Kisi Catatan Pengamatan Pelaksanaan Penilaian Otentik

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta

No. Aspek Indikator Nomor

Pengamatan proses pembelajaran

di kelas 1 1

2. Pelaksanaan Penilaian Otentik

Guru menggunakan model

penilaian otentik 2 1

3.

Kendala Pelaksanaan Penilaian Otentik

Guru mengalami kendala dalam

pelaksanaan penilaian otentik 3 1

4.

Upaya dalam Mengatasi Kendala Penilaian Otentik

Guru melakukan beberapa upaya dalam mengatasi kendala yang muncul dalam penilaian otentik

4 1

Jumlah 4

3. Catatan Analisis Dokumen

Catatan analisis dokumen berisi catatan kesesuaian antara dokumen hasil kerja siswa dengan RPP dan silabus guru. Ditambah dengan instrumen berupa foto hasil pengamatan terhadap lingkungan yang diteliti. Instrumen penelitian disajikan pada lampiran VIII. Kisi-kisi analisis dokumen pelaksanaan penilaian otentik dapat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5: Kisi-Kisi Analisis Dokumen Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta

No. Aspek Indikator Nomor

3. Rubrik penilaian Rubrik penilaian pada RPP 20-22 3

(55)

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengetahui fakta tentang perencanaan penilaian otentik, pelaksanaan penilaian otentik, kendala dalam melaksanakan penilaian otentik, dan upaya yang dilakukan guru Bahasa Indonesia dalam melaksanakan penilaian otentik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan model interaktif yang meliputi empat tahapan, yaitu: (1) pengumpulan data; (2) reduksi data; (3) penyajian data, dan; (4) penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2015: 337-345). Keempat tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada masing-masing guru sampel dan analisis dokumen terkait pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Selanjutnya pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan di tempat penelitian. Pengumpulan data dengan wawancara dilakukan terhadap dua guru yang menjadi sampel yaitu Ibu Dwi Martati, S. Pd., M. Si. dan Bapak Puji Isyantana, S. Pd. Selanjutnya analisis dokumen terhadap RPP Teks Laporan Hasil Observasi dan dokumen-dokumen penilaian yang dimiliki guru. Kemudian, pengumpulan data melalui pengamatan dilakukan di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

2. Reduksi data

(56)

data yang tidak diperlukan dari wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen. Data kasar yang diambil dari hasil wawancara terhadap kedua guru yaitu Ibu Dwi Martati, S. Pd., M. Si. dan Bapak Puji Isyantana, S. Pd. disederhanakan menjadi hasil wawancara yang mudah untuk dideskripsikan. Hasil catatan pengamatan di SMP Negeri 8 Yogyakarta termasuk kelas VII C dan VII H yang masih berupa data catatan kasar disederhanakan menjadi data yang mudah untuk dideskripsikan. Sama halnya dengan wawancara dan pengamatan, analisis dokumen berupa RPP Teks Laporan Hasil Observasi juga disederhanakan menjadi data yang mudah untuk di deskripsikan dan memilih data yang penting.

3. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan penyusunan informasi dari hasil reduksi data. Penyajian data digunakan untuk membuat kesimpulan dan menentukan keputusan selanjutnya. Penyajian data dilakukan dengan menggabungkan informasi yang telah disusun dalam bentuk yang padu. Penyajian data dilakukan dengan menyusun hasil reduksi data dari wawancara terhadap kedua guru, pengamatan di SMP Negeri 8 Yogyakarta, dan analisis dokumen RPP Teks Laporan Hasill Observasi. Setelah disusun dan digabungkan, kemudian data tersebut disimpulkan.

4. Penarikan Kesimpulan

(57)

perencanaan pelaksanaan penilaian otentik, pelaksanaan penilaian otentik, kendala yang dialami dalam pelaksanaan penilaian otentik, dan upaya dalam mengatasi kendala yang dialami dalam pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini terdiri dari ketekunan pengamatan dan triangulasi data. Ketekunan pengamatan dilakukan secara berkala dan tertib untuk menghindari gangguan saat penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan penyesuaian jadwal pelajaran. Sementara itu, triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen. Keabsahan data dilakukan dengan (1) membandingkan data hasil pengamatan melalui catatan lapangan dan lembar pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan guru di depan kelas dengan apa yang dikatakannya secara pribadi saat wawancara; serta (3) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen tertulis yang merupakan perangkat pembelajaran guru.

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian yang berupa deskripsi pelaksanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta. Penilaian otentik dalam pembelajaran terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, kendala, dan upaya dalam mengatasi kendala tersebut. Selain itu, disajikan faktor-faktor yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dan penilaian. Hasil penelitian dan pembahasan merupakan hasil analisis data yang dikumpulkan selama penelitian terhadap hasil kegiatan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, baik yang berasal dari catatan hasil wawancara, catatan hasil pengamatan, maupun analisis dokumen.

A. Deskripsi Hasil Penelitian

(59)

mengikuti pelatihan mengenai penilaian pembelajaran yaitu pelatihan yang diselenggarakan MGMP dan LPPMP.

Wawancara yang digunakan adalah wawancara secara mendalam terhadap dua guru Bahasa Indonesia, lima siswa kelas VII C, dan lima siswa kelas VII H. Catatan pengamatan berisi tentang catatan hasil pengamatan pelaksanaan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Analisis dokumen berisi dokumen hasil kerja siswa dengan RPP dan silabus guru. Ditambah dengan instrumen berupa foto hasil pengamatan terhadap lingkungan yang diteliti.

1. Perencanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta

(60)

Semua itu disusun secara terpadu dalam RPP yang menjadi bentuk pengembangan guru dalam merencanakan pelaksanaan penilaian otentik. Dalam penilaian otentik, pengembangan yang dilakukan oleh guru meliputi penentuan standar, penentuan tugas otentik, pembuatan kriteria, dan pembuatan rubrik. Perencanaan penilaian otentik oleh guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6: Perencanaan Penilaian Otentik oleh Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

No. Fokus Hasil Penelitian

1. Siswa

Wawancara: Siswa kelas VII C diampu oleh guru D dan siswa kelas VII H diampu oleh guru P. Sebelum melaksanakan penilaian, siswa dijelaskan tujuan pembelajaran terlebih dahulu dan membaca materi pada buku referensi.

Pengamatan: Siswa diminta membaca materi pembelajaran pada buku referensi sebelum dijelaskan oleh guru.

Dokumentasi: Dokumentasi berupa presensi Kelas VII C dan VII H serta lembar kerja siswa.

2. Guru

Wawancara: Guru menyiapkan RPP Kurikulum 2013. Guru sudah pernah mengikuti pelatihan penilaian dan menggunakan penilaian otentik dalam pembelajaran. Guru memahami konsep penilaian otentik dari buku petunjuk guru. Guru memiliki pedoman penilaian dan menyiapkan materi pembelajaran. Pengamatan: Guru menyiapkan bahan, alat, dan media pembelajaran. Guru menyiapkan materi pembelajaran.

Dokumentasi: Guru membuat RPP Kurikulum 2013. Guru menyiapkan pedoman penilaian dan materi pembelajaran. Pengembangan penilaian otentik yang dilakukan oleh guru meliputi penentuan standar, penentuan tugas otentik, pembuatan kriteria, dan pembuatan rubrik tercantum dalam RPP Kurikulum 2013.

3. Sekolah

Pengamatan: RPP Kurikulum 2013 dan presensi kelas VII yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia tersusun dengan baik. Fasilitas penunjang pembelajaran tergolong baik. Guru Bahasa Indonesia berjumlah enam orang. Kelas VII diampu oleh dua guru, yaitu guru D kelas VII A-E dan guru P kelas VII F-J. Sekolah menyediakan buku pegangan guru dan siswa.

4. Simpulan Peneliti

(61)

Berdasarkan data yang diambil dari hasil wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen, guru dan siswa melakukan perencanaan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Perencanaan penilaian otentik pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukakan guru tersusun dalam RPP Kurikulum 2013. RPP Kurikulum 2013 yang disiapkan guru menjadi bentuk pengembangan guru dalam melaksanakan penilaian otentik. Pengembangan penilaian otentik yang dilakukan guru meliputi penentuan standar, penentuan tugas otentik, pembuatan kriteria, dan pembuatan rubrik yang terangkum dalam RPP.

2. Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta

(62)

Tabel 7: Pelaksanaan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

No. Fokus Hasil Penelitian

1. Siswa

Wawancara: Siswa menyadari guru melakukan penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan keterampilan. Sejak awal semester, guru mengampu kelas yang sama sampai semester ini. Siswa menyatakan bahwa penilaian yang mereka dapatkan sesuai dengan kinerja mereka. Menurut siswa, tugas yang diberikan oleh guru telah sesuai dengan materi pembelajaran.

Pengamatan: Proses pembelajaran kelas VII C dan VII H masing-masing diikuti oleh 32 siswa. Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran melibatkan siswa. Siswa ikut dalam penilaian sejawat, antarsiswa saling memberikan penilaian.

Dokumentasi: Berdasarkan presensi kelas VII C dan VII H masing-masing diikuti oleh 32 siswa. Dokumen pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran berupa tugas yang dikumpulkan siswa.

2. Guru

Wawancara: Guru mengembangkan perencanaan yang terangkum dalam RPP Kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan materi pembelajaran. Menurut guru, hasil

(output) penilaian siswa baik. Guru melakukan penilaian sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Penilaian sikap dilakukan guru dengan pengamatan perilaku siswa selama proses pembelajaran. Penilaian pengetahuan dapat dilaksanakan secara tertulis dan saat praktek di dalam kelas. Penilaian keterampilan disesuaikan dengan kebutuhan materi dan dapat dilaksanakan saat tugas praktek di kelas.

Pengamatan: Guru mengembangkan pedoman penilaian yang terdapat pada RPP Kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan kondisi kelas dan materi yang diajarkan. Penilaian sikap dilakukan guru dengan pengamatan perilaku siswa selama proses pembelajaran. Penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan guru menggunakan penilaian kinerja, penilaian sejawat, wawancara lisan, pertanyaan terbuka, pengamatan, dan penilaian portofolio.

Dokumentasi: Guru melakukan perencanaan penilaian pembelajaran Teks LHO. Guru menyimpan dokumen pelaksanaan penilaian pembelajaran siswa yang berupa tugas-tugas yang dikumpulkan siswa dan dokumen penilaian. Dalam penilaian sikap, guru menggunakan pengamatan selama proses pembelajaran. Pada penilaian pengetahuan dan keterampilan guru menggunakan penilaian kinerja, penilaian sejawat, wawancara lisan, pertanyaan terbuka, pengamatan, dan penilaian portofolio.

3. Sekolah

Pengamatan: Sekolah menerapkan Kurikulum 2013. Sekolah memiliki fasilitas meliputi sarana dan prasarana yang tergolong baik. Sekolah tidak melarang pengembangan pelaksanaan penilaian yang dilakukan oleh guru.

4. Simpulan Peneliti

(63)

Berdasarkan data yang diambil dari hasil wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen, guru dan siswa melaksanakan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hanya saja, pelaksanaan penilaian yang dilakukan oleh guru tidak semuanya sama dengan perencanaan yang dicantumkan dalam RPP. Hasil dari wawancara dan pengamatan pelaksanaan penilaian otentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru telah melakukan pengembangan. Guru menyesuaikan pelaksanaan penilaian dengan kondisi kelas dan materi yang diajarkan. Pelaksanaan penilaian otentik terdiri dari tiga aspek yaitu penilaian kompetensi sikap, penilaian kompetensi pengetahuan, dan penilaian kompetensi keterampilan. Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen, guru menggunakan beberapa model penilaian otentik, seperti penilaian kinerja, penilaian sejawat, pertanyaan terbuka, wawancara lisan, penilaian portofolio, dan pengamatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

3. Kendala yang dialami Guru dalam Melaksanakan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta

(64)

Tabel 8: Kendala Guru dalam Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran

b. Siswa takut untuk maju saat dilakukan penilaian c. Siswa kurang konsentrasi dan semangat dalam

pelaksanaan penilaian karena pembelajaran berada pada jam terakhir, sehingga guru melaksanakan pembelajaran secara pelan

Pengamatan:

a. Siswa izin meninggalkan kelas untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler saat dilaksanakan penilaian mengomunikasikan Teks Laporan Hasil Observasi b. Suasana kelas ramai saat dilaksanakan penilaian

mengomunikasikan Teks Laporan Hasil Observasi karena beberapa siswa sudah maju pada pertemuan tidak serius ketika maju untuk melaksanakan penilaian mempresentasikan Teks Laporan Hasil Observasi

b. Siswa ramai dan tidak fokus pada pembelajaran sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan lisan yang diajukan oleh guru terkait Teks Laporan Hasil Observasi

3. Simpulan Peneliti

Kendala pelaksanaan penilaian otentik dialami oleh kedua guru. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, guru mengalami kendala dari siswa.

Gambar

Tabel 1: Data Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 8 Yogyakarta
Tabel 2: Kisi-Kisi Daftar Pertanyaan Wawancara Guru Pelaksanaan
Tabel 4: Kisi-Kisi Catatan Pengamatan Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Yogyakarta
Tabel 8:  Kendala Guru dalam Pelaksanaan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Materi untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal sesuai silabus dan boleh dikembangkan oleh guru, dan (3) pengelolaan penilaian aspek keterampilan pada

Hasil penelitian: 1 pengelolaan penilaian aspek sikap pada pembelajaran bahasa Inggris Kurikulum 2013 di SMP Negeri 4 Klaten, materi untuk kompetensi sikap spiritual dan sikap

(2) Kedisiplinan guru dalam melakukan penilaian secara berkesinambungan tergolong dalam kategori sangat baik karena guru melakukan penilaian tidak hanya saat

Pelaksanaan pembelajaran berbicara yang dilihat dari komponen pembelajarannya:(1) tujuan pembelajaran diambil dari indikator setiap SKKD kompetensi berbicara;(2)

Buku ini sengaja disusun untuk memenuhi kebutuhan para guru untuk mengembangkan dan melaksanakan penilaian dengan model penilaian otentik, khususnya untuk

i. Dengan sikap responsif, santun, dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar siswa menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan gambar yang dilihat..

dengan guru A. Guru menyampaikan materi mengenai teks fabel dan memberikan tugas kepada siswa untuk membuat teks fabel hasil modifikasi. Sebelum penilaian guru akan

Dari 199 RPP diketahui bahwa guru menggunakan berbagai model penilaian dalam kegiatan pembelajaran seperti: penilaian uraian, penilaian produk, penilaian tertulis,