• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PACITAN DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH Analisis Kemampuan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pacitan Dalam Membiayai Belanja Daerah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PACITAN DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH Analisis Kemampuan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pacitan Dalam Membiayai Belanja Daerah."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI

KABUPATEN PACITAN DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH

Naskah Publikasi

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

FINTA ARDIANA SYAHRANI

B200090126

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

ANALISIS KEMAMPUAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI

KABUPATEN PACITAN DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH

FINTA ARDIANA SYAHRANI

B200090126

ABSTRACT

This research aims to know the ability of revenue in the county of Pacitan

in finance regional spending simple fiscal year. The data used in this research is

data secondary namely data budget district Pacitan simple fiscal year. A source of

data obtained from the government agency concerned, namely the office DPPKA

district Pacitan. A method of analysis of data used in this research is the

quantitative analysis by the ratio of regional financial independence and the

degree of fiscal decentralization.

The results of an analysis of the ability of local revenue in the county of

Pacitan in finance regional spending show that the income of local revenues in

finance regional expenditure, obtained the result of which is to for 2007 at about

8,22 %, 2008 by 6,74 %, 2009 is 6.83 %, in 2010, 5,67 %, and 2011 as much as

8,48 %. This is according to a scale intervals ability to finance local budget in fact

the result obtained that the income of local revenues low once in finance regional

spending and a pattern to do instructive. With the figures obtained 26.83 0-25 %

course, at intervals where it can be said pad smaller than spending routine the

region. And instructive relationship pattern which was shown that financial

capability the area once, low then the area very much dependent on the central

government. The results of an analysis of the regional independency on local

revenue indicates that governments Pacitan still expect from BHPBP as the

receiving of staple for encouraging regional independency in finance regional

expenditure, has not contributed enough to regional development. Where

contribution regional income is very affected from funding for result, while an

income of local revenues and another source of income legitimate not contribute

means in finance regional spending.

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul:

ANALISIS

KEMAMPUAN

PENDAPATAN

ASLI

DAERAH

DI

KABUPATEN PACITAN DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH

Yang ditulis oleh:

FINTA ARDIANA SYAHRANI

B 200 090 126

Penandatanganan berpendapat bahwa naskah publikasi tersebut telah memenuhi

syarat untuk diterima.

Surakarta, Februari 2013

Pembimbing

(Drs. Atwal Arifin)

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

(4)

A. PENDAHULUAN

Salah satu asas pelaksanaan pembangunan dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 yaitu adanya desentralisasi. Hal ini berarati

pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom

dalam kerangka NKRI. Otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung

jawab disertai dengan kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri memerlukan dukungan tersedianya pendapatan daerah yang memadai.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan

daerah yang berasal dari dalam daerah yang bersangkutan harus ditingkatkan

seoptimal mungkin dalam rangka mewujudkan semangat kemndirian lokal.

Mandiri diartikan sebagai semangat dan tekad yang kuat untuk membangun

daerahnya sendiri dengan tidak semata-mata menggantungkan pada fasilitas

atau faktor yang berasal dari luar. Meskipun dimaklumi bahwa sebagian

terbesar daerah otonom (kabupaten/kota), kemampuan pendapatan asli

daerahnya kecil, sehingga masih diperlukan bantuan keuangan dari

Pemerintah Pusat (Darise, 2007)

Andra Eka S, Ade Fatma L, dan Idhar Yahya (2008), melakukan

penelitian mengenai analisis kemampuan keuangan daerah dan pengaruhnya

terhadap belanja daerah di kabupaten Aceh Tenggara. Hasilnya bahwa

kontribusi sumbangan terhadap PAD penerimaan dari retribusi daerah secara

umum melebihi penerimaan pajak daerah. Hal ini menunjukkan bahwa

(5)

Tenggara dalam usaha peningkatan PAD sehingga mampu membiayai belanja

daerah dan pengeluaran-pengeluaran lainnya.

Syamsuri Rahim (2008), melakukan penelitian analisis kemampuan

PAD dalam membiayai belanja daerah di Kabupaten Maros. Hasilnya adalah

PAD kabupaten Maros dari presentase yang diperoleh kemampuan PAD

masih terlalu kecil hanya di bawah 10% kontribusi pembiayaannya pada

belanja daerah. Hasil ini menjelaskan bahwa PAD belum mampu membiayai

belanja daerah.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Syamsuri Rahim

(2008) dengan beberapa perbedaan, antara lain penelitian ini dilakukan pada

periode tahun 2007-2011 dan penelitian ini mengambil daerah penelitian di

Kabupaten Pacitan. Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui

sumber pendapatan asli daerah Kabupaten Pacitan tahun 2007-2011,

kontribusi pendapatan asli daerah untuk membiayai belanja daerah Kabupaten

Pacitan tahun 2007-2011, kemandirian daerah Kabupaten Pacitan pada tahun

2007-2011 dan grafik perkembangan Kabupaten Pacitan tahun 2007-2011

dilihat dari segi keuangan.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Otonomi Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5,

pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan

(6)

perundang-undangan. Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004,

bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten/kota didasarkan

kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung

jawab.

2. Pengertian APBD

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah, APBD didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan

pemerintah daerah, dimana satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran

guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun

anggaran tertentu dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan

sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran

yang dimaksud. Struktur APBD yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 terdiri atas pendapatan, belanja dan pembiayaan.

3. Pengertian PAD

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (18),

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah

untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah

sebagai perwujudan desentralisasi. Sumber-sumber PAD terdiri dari

(Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004) : pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang

(7)

4. Belanja Daerah

Belanja daerah merupakan semua kewajiban Daerah yang diakui

sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan (Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat (14).

Belanja daerah ada 2 yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung.

5. Kemandirian Daerah

Kemandirian keuangan daerah menunjukkan tingkat kemampuan suatu

daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan daerah sesuai dengan amanat dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

mengamanatkan bahwa Daerah memiliki kewenangan dalam mengelola

daerahnya sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap kepentingan

masyarakatnya.

Kemandirian daerah dapat diukur dari beberapa aspek antara lain

kualitas sumber daya aparatur yang memadai, pendapatan asli daerah yang

dapat mencukupi kebutuhan daerah, organnisasi dan manajemen yang baik,

partisipasi masyarakat yang tinggi, sarana dan prasarana yang memadai dan

potensi sumber daya alam yang tinggi (Adisasmita, 2011)

6. Hipotesis

H1

: Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari tahun ke tahun tetap.

H2

: Pendapatan Asli Daerah telah mampu sepenuhnya membiayai

(8)

H3

: Pendapatan Asli Daerah mampu mendorong kemandirian daerah

dan tidak ada ketergantungan keuangan dari pemerintah pusat.

H4

: Grafik perkembangan Kabupaten Pacitan dilihat dari segi

keuangan dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan.

C. METODE PENELITIAN

1. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Adapun populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Kantor

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Pacitan,

sampel ditentukan dengan menggunakan purposive sampling method dengan

tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan yaitu penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan anggaran yang

dikeluarkan untuk membiayai belanja daerah selama 5 tahun ( tahun 2007-2011).

Data penelitian ini adalah data sekunder yaitu dokumen yang berasal dari DPPKA

Kabupaten Pacitan tentang penerimaan PAD dan anggaran untuk membiayai

belanja daerah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi.

2. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah membiayai belanja daerah.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kemampuan pendapatan asli

daerah di Kabupaten Pacitan.

3. Metode Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

(9)

dengan menggunakan rasio kemandirian keuangan daerah dan rasio derajat

desentralisasi fiskal.

D. HASIL PENELITIAN

1. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil perhitungan jenis sumber

PAD untuk mengetahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan PAD.

Perhitungan ini bertujuan menilai berapa besar kenaikan dan penurunan

masing-masing jenis penerimaan PAD. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

hipotesis 1 (H1) ditolak karena penerimaan dari PAD sangat bervariasi dan

tidak tetap dari tahun ke tahun. Ini terlihat penerimaan PAD dari

masing-masing jenis sumber penerimaan mengalami peningkatan dan penurunan dari

tahun ke tahun, itu dipengaruhi oleh sumber penerimaan PAD yang ada.

2. Kemampuan Pendapatan Asli Daerah Dalam Membiayai Belanja Daerah

Untuk mengetahui kemampuan PAD dalam membiayai Belanja Daerah,

maka akan digunakan rasio kemandirian keuangan daerah. Dalam melihat

kinerja keuangan daerah dapat menggunakan derajat kemandirian keuangan

daerah untuk mengukur seberapa jauh penerimaan yang berasal dari daerah

dalam memenuhi kebutuhan daerah.

Persamaan 1:

Rasio Kemandirian:

100

%

TKD

PAD

(10)

Rasio Kemandirian:

100

%

KR

PAD

Keterangan :

TKD

: Total Pengeluaran Daerah

PAD

: Pendapatan Asli Daerah

KR

: Pengeluaran Rutin / Aparatur

Hasil penelitian menunjukkan kemampuan PAD dalam membiayai

belanja daerah, diperoleh hasil yaitu untuk tahun 2007 sebesar 8,22%, tahun

2008 sebesar 6,74%, tahun 2009 sebesar 6,83%, tahun 2010 sebesar 5,67%,

dan tahun 2011 sebesar 8,48%. Hal ini menurut skala interval kemampuan

dalam membiayai belanja daerah ternyata hasil yang didapat bahwa

kemampuan PAD rendah sekali dalam membiayai belanja daerah dan pola

hubungannya instruktif (Halim,2001). Karena angka yang didapat berkisar

pada interval 0-25% saja, dimana dapat dikatakan bahwa PAD lebih kecil

dibandingkan belanja rutin daerah. Dan pola hubungan yang instruktif

tersebut menandakan bahwa kemampuan keuangan daerah tersebut rendah

sekali, maka daerah tersebut sangat bergantung pada pemerintah pusat. Maka

hipotesis 2 (H2) ditolak karena PAD Kabupaten Pacitan belum mampu

sepenuhnya membiayai belanja daerahnya.

3. Analisis Kemandirian Daerah Kabupaten Pacitan

Perhitungan kemandirian daerah dilakukan dengan menggunakan rasio

(11)

dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Musgrave dan Musgrave,

1991):

Persamaan 1:

Rasio Kemampuan Desentralisasi :

TPD

PAD

x 100 %

Persamaan 2:

Rasio Kemampuan Desentralisasi :

TPD

BHPBP

x 100 %

Persamaan 3:

Rasio Kemampuan Desentralisasi :

TPD

Sum

x 100 %

Keterangan :

PAD : Pendapatan Asli Daerah

TPD

: Total Penerimaan Daerah

BHPBP : Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

Sum

: Sumbangan dari Pusat

Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis 3 (H3) ditolak karena

semua hasil yang didapat kurang dari 10% sehingga pemerintah Kabupaten

Pacitan memiliki ketergantungan yang tinggi pada pemerintah pusat,

disebabkan belum optimalnya penerimaan dari pendapatan asli daerah

kabupaten Pacitan. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten Pacitan perlu

meningkatkan penerimaan dari perpajakan dan retribusi daerah, selain

(12)

Usaha Milik Daerah) agar dapat lebih menyokong pendapatan asli daerah

(PAD).

4. Grafik Perkembangan Kabupaten Pacitan Tahun 2007-2011 Dilihat Dari Segi

Keuangan

Kontribusi pendapatan asli daerah dalam penerimaan daerah yang terus

meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja keuangan yang baik

sehingga mampu untuk terus melaksanakan pembangunan daerah guna

memberikan pelayanan publik yang lebih baik untuk kedepannya. Maka H4

ditolak, karena grafik perkembangan dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan:

a. Hasil penelitian tentang sumber pendapatan asli daerah menjelaskan bahwa

penerimaan pendapatan asli daerah di kabupaten Pacitan mengalami

peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun yang dipengaruhi oleh

sumber penerimaan pendapatan asli daerah yang ada.

b. Hasil penelitian tentang kontribusi pendapatan asli daerah untuk

membiayai belanja daerah menunjukkan pola hubungan instruktif. Karena

angka yang didapat berkisar pada interval 0-25% saja, dimana dapat

dikatakan bahwa PAD lebih kecil dibandingkan belanja rutin daerah.

c. Hasil analisis kemandirian daerah menunjukkan bahwa pemerintah

(13)

pusat, disebabkan belum optimalnya penerimaan dari pendapatan asli

daerah kabupaten Pacitan.

d. Grafik perkembangan kabupaten Pacitan dari tahun 2007-2011 dilihat dari

segi keuangannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

2. Saran

a. Bagi Peneliti Selanjutnya: hendaknya menganalisis seluruh unsur APBD dan

menambah model rasio, objek penelitian dan tahun anggaran yang digunakan

sehingga hasil yang didapat akan lebih lengkap dan menyeluruh serta

dilakukan tidak hanya pada satu kabupaten saja.

b. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan: Pemerintah Daerah Kabupaten

Pacitan perlu mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang tersedia untuk

menambah penerimaan daerah terutama pendapatan asli daerah untuk

membiayai kebutuhan daerah, peningkatan kinerja aparatur daerah agar

tercipta manajemen organisasi yang lebih baik lagi, sarana dan prasarana

harus terus diperbaiki untuk pelayanan publik yang lebih memadai serta

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rangka pembangunan untuk

kemajuan kabupaten Pacitan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwir. 2006. Analisis Pendapatan Asli Daerah di Indonesia, BPFE-UI, Jakarta.

(14)

Argi, Ridho. 2011. “Analisis Belanja Daerah dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhinya Di Kabupaten dan Kota Provinsi Jateng Periode

2004-2009” (Skripsi S-1). Semarang: FE Universitas Diponegoro.

Darise, Nurlan. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Indeks.

DPPKA Kabupaten Pacitan.www.dppka.pacitankab.go.id (diakses tanggal 5

November 2012 pukul 13.00 WIB)

Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.www.ditjen-otda.depdagri.go.id (diakses

tanggal 5 November 2012 pukul 19.13 WIB)

Guritno. 2005. Ekonomi Publik dan Aplikasi Ekonomi, BPFE-UGM, Yogyakarta.

George M.V., Kawung. 2008. Analisis Kemampuan Keuangan dan Tingkat

Ketergantungan

Daerah

Provinsi

Sulawesi

Utara

Pada Era

Desentralisasi Fiskal, Jurnal FORMAS Volume 1 No. 4:212-220.

Manado : FE Universitas Sam Ratulangi.

Ginting, Erwin. 2008. “Pengalokasian DAU dan PAD Dalam Belanja Daerah

Pada Pemerintahan Kabupaten Karo” (Skripsi S-1 Ekstensi Progdi

Akuntansi). Medan: FE Universitas Sumatera Utara.

Halim. Abdul., 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Jogjakarta:

UPP AMP YKPN.

Halim, A, 2001, Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Pertama, Yogyakarta: UPF

Akademi Manajemen Keuangan Perusahaan YKPN.

Halim, A, 2002, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi

Pertama, Jakarta: Salemba Empat.

Hadari Nawawi. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM

Press.

Kristiadi, J.B., 2002. Problema Pendapatan Daerah, Prisma No. 18 Edisi ke-8,

Jakarta.

Kawedar, Warsito, dkk, 2011, Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan

Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah, Volume Satu,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kuncoro, M, 2004, Otonomi Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan

Peluang, Jakarta: Erlangga.

(15)

Musgrave, R. A. and Musgrave, P. B., 1991. Keuangan Negara dalam Teori dan

Praktek. Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta:

ANDI.

Mardiasmo.2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI

Mohammad Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Murdiati, Sri. 2008. Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah. CERMIN Edisi

042.

Nugroho, Fajar dan Abdul Rohman. 2012. Pengaruh Belanja Modal Terhadap

Pertumbuhan kinerja Keuangan Daerah Dengan PAD Sebagai Variabel

Intervening (Studi Kasus Di Provinsi Jawa Tengah), Diponegoro Journal

Of Accounting FEB Universitas Diponegoro Volume 1 No. 2 Halaman

1-14. Semarang.

Peraturan Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.

___________________ No. 59 Tahun 2007.

Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan No. 22 Tahun 2007 Tentang Organisasi

Dinas Daerah Kabupaten Pacitan.

_______________________________ No. 3 Tahun 2011.

Peraturan Bupati Pacitan No. 54 Tahun 2007.

Pemerintah Kabupaten Pacitan.www.pacitankab.go.id (diakses tanggal 5

November pukul 15.00 WIB)

Rahim, Syamsuri. 2008. Analisis Kemampuan Pendapatan Asli Daerah dalam

Membiayai Belanja Daerah, Jurnal Ichsan Gorontalo Volume 3 No. 2.

Makassar : FE Universitas Muslim Indonesia.

Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik. Yogyakarta: ANDI.

Sasana, Hadi. 2011. Analisis Determinan Belanja Daerah Di Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat Dalam Era dan Desentralisasi Fiskal, Jurnal Bisnis

dan Ekonomi (JBE) Universitas Diponegoro Semarang Volume 18 No. 1

Halaman 46-58. Semarang.

(16)

Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah, Media Riset Akuntansi FE Universitas

Jenderal Soedirman Volume 1 No. 2. Purwokerto.

Suryaningrum, Sagita Dini. 2011. “Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Pemerintah Kota Surakarta Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi

Daerah” (Skripsi S-1 Progdi Akuntansi). Surakarta: FE Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah.

UU No. 22 Tahun 1999 disempurnakan menjadi UU No. 32 Tahun 2004.

Referensi

Dokumen terkait

57 Total regulatory adjustments to Tier 2 capital Jumlah faktor pengurang ( regulatory adjustment ) Modal Pelengkap -. 58 Tier 2 capital (T2) Jumlah Modal Pelengkap (T2) setelah

bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya masyarakat, sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan

Pada tugas akhir ini akan dilakukan penelitian terkait analisa pengaruh variasi kecepatan aliran gas pelindung hasil pengelasan Gas Metal Arc Welding (GMAW)

Manajemen PDAM Kabupaten Ngawi sebaiknya melakukan perubahan perlakuan kebijakan akuntansi atas perlakuan beban bunga pinjaman masa berjalan serta beban denda bunga

Pandeglang membangun model mental berdasarkan pemahaman dan pengalaman siswa yang dibantu dengan analogi yang dibuatnya dan dipengaruhi oleh karakteristik dan

Beberapa masalah yang biasa dialami mahasiswa yakni bolos kuliah, telat, dan perselisihan antar teman sekelas karena mahasiswa membuat kelompok-kelompok tertentu.Dengan

Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wray dan Aquire dalam Jus at (1991) di Guatemala menemukan bahwa status gizi anak berhubungan dengan ukuran keluarga dalam