ANALISIS KEMAMPUAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI
KABUPATEN PACITAN DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH
Naskah Publikasi
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh:
FINTA ARDIANA SYAHRANI
B200090126
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ANALISIS KEMAMPUAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI
KABUPATEN PACITAN DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH
FINTA ARDIANA SYAHRANI
B200090126
ABSTRACT
This research aims to know the ability of revenue in the county of Pacitan
in finance regional spending simple fiscal year. The data used in this research is
data secondary namely data budget district Pacitan simple fiscal year. A source of
data obtained from the government agency concerned, namely the office DPPKA
district Pacitan. A method of analysis of data used in this research is the
quantitative analysis by the ratio of regional financial independence and the
degree of fiscal decentralization.
The results of an analysis of the ability of local revenue in the county of
Pacitan in finance regional spending show that the income of local revenues in
finance regional expenditure, obtained the result of which is to for 2007 at about
8,22 %, 2008 by 6,74 %, 2009 is 6.83 %, in 2010, 5,67 %, and 2011 as much as
8,48 %. This is according to a scale intervals ability to finance local budget in fact
the result obtained that the income of local revenues low once in finance regional
spending and a pattern to do instructive. With the figures obtained 26.83 0-25 %
course, at intervals where it can be said pad smaller than spending routine the
region. And instructive relationship pattern which was shown that financial
capability the area once, low then the area very much dependent on the central
government. The results of an analysis of the regional independency on local
revenue indicates that governments Pacitan still expect from BHPBP as the
receiving of staple for encouraging regional independency in finance regional
expenditure, has not contributed enough to regional development. Where
contribution regional income is very affected from funding for result, while an
income of local revenues and another source of income legitimate not contribute
means in finance regional spending.
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul:
ANALISIS
KEMAMPUAN
PENDAPATAN
ASLI
DAERAH
DI
KABUPATEN PACITAN DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH
Yang ditulis oleh:
FINTA ARDIANA SYAHRANI
B 200 090 126
Penandatanganan berpendapat bahwa naskah publikasi tersebut telah memenuhi
syarat untuk diterima.
Surakarta, Februari 2013
Pembimbing
(Drs. Atwal Arifin)
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
A. PENDAHULUAN
Salah satu asas pelaksanaan pembangunan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 yaitu adanya desentralisasi. Hal ini berarati
pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom
dalam kerangka NKRI. Otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung
jawab disertai dengan kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri memerlukan dukungan tersedianya pendapatan daerah yang memadai.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan
daerah yang berasal dari dalam daerah yang bersangkutan harus ditingkatkan
seoptimal mungkin dalam rangka mewujudkan semangat kemndirian lokal.
Mandiri diartikan sebagai semangat dan tekad yang kuat untuk membangun
daerahnya sendiri dengan tidak semata-mata menggantungkan pada fasilitas
atau faktor yang berasal dari luar. Meskipun dimaklumi bahwa sebagian
terbesar daerah otonom (kabupaten/kota), kemampuan pendapatan asli
daerahnya kecil, sehingga masih diperlukan bantuan keuangan dari
Pemerintah Pusat (Darise, 2007)
Andra Eka S, Ade Fatma L, dan Idhar Yahya (2008), melakukan
penelitian mengenai analisis kemampuan keuangan daerah dan pengaruhnya
terhadap belanja daerah di kabupaten Aceh Tenggara. Hasilnya bahwa
kontribusi sumbangan terhadap PAD penerimaan dari retribusi daerah secara
umum melebihi penerimaan pajak daerah. Hal ini menunjukkan bahwa
Tenggara dalam usaha peningkatan PAD sehingga mampu membiayai belanja
daerah dan pengeluaran-pengeluaran lainnya.
Syamsuri Rahim (2008), melakukan penelitian analisis kemampuan
PAD dalam membiayai belanja daerah di Kabupaten Maros. Hasilnya adalah
PAD kabupaten Maros dari presentase yang diperoleh kemampuan PAD
masih terlalu kecil hanya di bawah 10% kontribusi pembiayaannya pada
belanja daerah. Hasil ini menjelaskan bahwa PAD belum mampu membiayai
belanja daerah.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Syamsuri Rahim
(2008) dengan beberapa perbedaan, antara lain penelitian ini dilakukan pada
periode tahun 2007-2011 dan penelitian ini mengambil daerah penelitian di
Kabupaten Pacitan. Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
sumber pendapatan asli daerah Kabupaten Pacitan tahun 2007-2011,
kontribusi pendapatan asli daerah untuk membiayai belanja daerah Kabupaten
Pacitan tahun 2007-2011, kemandirian daerah Kabupaten Pacitan pada tahun
2007-2011 dan grafik perkembangan Kabupaten Pacitan tahun 2007-2011
dilihat dari segi keuangan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Otonomi Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5,
pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
perundang-undangan. Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004,
bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah dan kabupaten/kota didasarkan
kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung
jawab.
2. Pengertian APBD
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, APBD didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan
pemerintah daerah, dimana satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran
guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun
anggaran tertentu dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan
sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran
yang dimaksud. Struktur APBD yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 terdiri atas pendapatan, belanja dan pembiayaan.
3. Pengertian PAD
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (18),
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah
sebagai perwujudan desentralisasi. Sumber-sumber PAD terdiri dari
(Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004) : pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
4. Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan semua kewajiban Daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan (Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat (14).
Belanja daerah ada 2 yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung.
5. Kemandirian Daerah
Kemandirian keuangan daerah menunjukkan tingkat kemampuan suatu
daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan yang diperlukan daerah sesuai dengan amanat dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang
mengamanatkan bahwa Daerah memiliki kewenangan dalam mengelola
daerahnya sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap kepentingan
masyarakatnya.
Kemandirian daerah dapat diukur dari beberapa aspek antara lain
kualitas sumber daya aparatur yang memadai, pendapatan asli daerah yang
dapat mencukupi kebutuhan daerah, organnisasi dan manajemen yang baik,
partisipasi masyarakat yang tinggi, sarana dan prasarana yang memadai dan
potensi sumber daya alam yang tinggi (Adisasmita, 2011)
6. Hipotesis
H1
: Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari tahun ke tahun tetap.
H2
: Pendapatan Asli Daerah telah mampu sepenuhnya membiayai
H3
: Pendapatan Asli Daerah mampu mendorong kemandirian daerah
dan tidak ada ketergantungan keuangan dari pemerintah pusat.
H4
: Grafik perkembangan Kabupaten Pacitan dilihat dari segi
keuangan dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan.
C. METODE PENELITIAN
1. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
Adapun populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Kantor
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Pacitan,
sampel ditentukan dengan menggunakan purposive sampling method dengan
tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan yaitu penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan anggaran yang
dikeluarkan untuk membiayai belanja daerah selama 5 tahun ( tahun 2007-2011).
Data penelitian ini adalah data sekunder yaitu dokumen yang berasal dari DPPKA
Kabupaten Pacitan tentang penerimaan PAD dan anggaran untuk membiayai
belanja daerah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi.
2. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah membiayai belanja daerah.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kemampuan pendapatan asli
daerah di Kabupaten Pacitan.
3. Metode Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan menggunakan rasio kemandirian keuangan daerah dan rasio derajat
desentralisasi fiskal.
D. HASIL PENELITIAN
1. Sumber Pendapatan Asli Daerah
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil perhitungan jenis sumber
PAD untuk mengetahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan PAD.
Perhitungan ini bertujuan menilai berapa besar kenaikan dan penurunan
masing-masing jenis penerimaan PAD. Hasil penelitian menjelaskan bahwa
hipotesis 1 (H1) ditolak karena penerimaan dari PAD sangat bervariasi dan
tidak tetap dari tahun ke tahun. Ini terlihat penerimaan PAD dari
masing-masing jenis sumber penerimaan mengalami peningkatan dan penurunan dari
tahun ke tahun, itu dipengaruhi oleh sumber penerimaan PAD yang ada.
2. Kemampuan Pendapatan Asli Daerah Dalam Membiayai Belanja Daerah
Untuk mengetahui kemampuan PAD dalam membiayai Belanja Daerah,
maka akan digunakan rasio kemandirian keuangan daerah. Dalam melihat
kinerja keuangan daerah dapat menggunakan derajat kemandirian keuangan
daerah untuk mengukur seberapa jauh penerimaan yang berasal dari daerah
dalam memenuhi kebutuhan daerah.
Persamaan 1:
Rasio Kemandirian:
100
%
TKD
PAD
Rasio Kemandirian:
100
%
KR
PAD
Keterangan :
TKD
: Total Pengeluaran Daerah
PAD
: Pendapatan Asli Daerah
KR
: Pengeluaran Rutin / Aparatur
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan PAD dalam membiayai
belanja daerah, diperoleh hasil yaitu untuk tahun 2007 sebesar 8,22%, tahun
2008 sebesar 6,74%, tahun 2009 sebesar 6,83%, tahun 2010 sebesar 5,67%,
dan tahun 2011 sebesar 8,48%. Hal ini menurut skala interval kemampuan
dalam membiayai belanja daerah ternyata hasil yang didapat bahwa
kemampuan PAD rendah sekali dalam membiayai belanja daerah dan pola
hubungannya instruktif (Halim,2001). Karena angka yang didapat berkisar
pada interval 0-25% saja, dimana dapat dikatakan bahwa PAD lebih kecil
dibandingkan belanja rutin daerah. Dan pola hubungan yang instruktif
tersebut menandakan bahwa kemampuan keuangan daerah tersebut rendah
sekali, maka daerah tersebut sangat bergantung pada pemerintah pusat. Maka
hipotesis 2 (H2) ditolak karena PAD Kabupaten Pacitan belum mampu
sepenuhnya membiayai belanja daerahnya.
3. Analisis Kemandirian Daerah Kabupaten Pacitan
Perhitungan kemandirian daerah dilakukan dengan menggunakan rasio
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Musgrave dan Musgrave,
1991):
Persamaan 1:
Rasio Kemampuan Desentralisasi :
TPD
PAD
x 100 %
Persamaan 2:
Rasio Kemampuan Desentralisasi :
TPD
BHPBP
x 100 %
Persamaan 3:
Rasio Kemampuan Desentralisasi :
TPD
Sum
x 100 %
Keterangan :
PAD : Pendapatan Asli Daerah
TPD
: Total Penerimaan Daerah
BHPBP : Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Sum
: Sumbangan dari Pusat
Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis 3 (H3) ditolak karena
semua hasil yang didapat kurang dari 10% sehingga pemerintah Kabupaten
Pacitan memiliki ketergantungan yang tinggi pada pemerintah pusat,
disebabkan belum optimalnya penerimaan dari pendapatan asli daerah
kabupaten Pacitan. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten Pacitan perlu
meningkatkan penerimaan dari perpajakan dan retribusi daerah, selain
Usaha Milik Daerah) agar dapat lebih menyokong pendapatan asli daerah
(PAD).
4. Grafik Perkembangan Kabupaten Pacitan Tahun 2007-2011 Dilihat Dari Segi
Keuangan
Kontribusi pendapatan asli daerah dalam penerimaan daerah yang terus
meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja keuangan yang baik
sehingga mampu untuk terus melaksanakan pembangunan daerah guna
memberikan pelayanan publik yang lebih baik untuk kedepannya. Maka H4
ditolak, karena grafik perkembangan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan:
a. Hasil penelitian tentang sumber pendapatan asli daerah menjelaskan bahwa
penerimaan pendapatan asli daerah di kabupaten Pacitan mengalami
peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun yang dipengaruhi oleh
sumber penerimaan pendapatan asli daerah yang ada.
b. Hasil penelitian tentang kontribusi pendapatan asli daerah untuk
membiayai belanja daerah menunjukkan pola hubungan instruktif. Karena
angka yang didapat berkisar pada interval 0-25% saja, dimana dapat
dikatakan bahwa PAD lebih kecil dibandingkan belanja rutin daerah.
c. Hasil analisis kemandirian daerah menunjukkan bahwa pemerintah
pusat, disebabkan belum optimalnya penerimaan dari pendapatan asli
daerah kabupaten Pacitan.
d. Grafik perkembangan kabupaten Pacitan dari tahun 2007-2011 dilihat dari
segi keuangannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
2. Saran
a. Bagi Peneliti Selanjutnya: hendaknya menganalisis seluruh unsur APBD dan
menambah model rasio, objek penelitian dan tahun anggaran yang digunakan
sehingga hasil yang didapat akan lebih lengkap dan menyeluruh serta
dilakukan tidak hanya pada satu kabupaten saja.
b. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan: Pemerintah Daerah Kabupaten
Pacitan perlu mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang tersedia untuk
menambah penerimaan daerah terutama pendapatan asli daerah untuk
membiayai kebutuhan daerah, peningkatan kinerja aparatur daerah agar
tercipta manajemen organisasi yang lebih baik lagi, sarana dan prasarana
harus terus diperbaiki untuk pelayanan publik yang lebih memadai serta
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rangka pembangunan untuk
kemajuan kabupaten Pacitan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwir. 2006. Analisis Pendapatan Asli Daerah di Indonesia, BPFE-UI, Jakarta.
Argi, Ridho. 2011. “Analisis Belanja Daerah dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya Di Kabupaten dan Kota Provinsi Jateng Periode
2004-2009” (Skripsi S-1). Semarang: FE Universitas Diponegoro.
Darise, Nurlan. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Indeks.
DPPKA Kabupaten Pacitan.www.dppka.pacitankab.go.id (diakses tanggal 5
November 2012 pukul 13.00 WIB)
Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.www.ditjen-otda.depdagri.go.id (diakses
tanggal 5 November 2012 pukul 19.13 WIB)
Guritno. 2005. Ekonomi Publik dan Aplikasi Ekonomi, BPFE-UGM, Yogyakarta.
George M.V., Kawung. 2008. Analisis Kemampuan Keuangan dan Tingkat
Ketergantungan
Daerah
Provinsi
Sulawesi
Utara
Pada Era
Desentralisasi Fiskal, Jurnal FORMAS Volume 1 No. 4:212-220.
Manado : FE Universitas Sam Ratulangi.
Ginting, Erwin. 2008. “Pengalokasian DAU dan PAD Dalam Belanja Daerah
Pada Pemerintahan Kabupaten Karo” (Skripsi S-1 Ekstensi Progdi
Akuntansi). Medan: FE Universitas Sumatera Utara.
Halim. Abdul., 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Jogjakarta:
UPP AMP YKPN.
Halim, A, 2001, Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Pertama, Yogyakarta: UPF
Akademi Manajemen Keuangan Perusahaan YKPN.
Halim, A, 2002, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi
Pertama, Jakarta: Salemba Empat.
Hadari Nawawi. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM
Press.
Kristiadi, J.B., 2002. Problema Pendapatan Daerah, Prisma No. 18 Edisi ke-8,
Jakarta.
Kawedar, Warsito, dkk, 2011, Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan
Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah, Volume Satu,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kuncoro, M, 2004, Otonomi Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan
Peluang, Jakarta: Erlangga.
Musgrave, R. A. and Musgrave, P. B., 1991. Keuangan Negara dalam Teori dan
Praktek. Jakarta: Erlangga.
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta:
ANDI.
Mardiasmo.2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI
Mohammad Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Murdiati, Sri. 2008. Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah. CERMIN Edisi
042.
Nugroho, Fajar dan Abdul Rohman. 2012. Pengaruh Belanja Modal Terhadap
Pertumbuhan kinerja Keuangan Daerah Dengan PAD Sebagai Variabel
Intervening (Studi Kasus Di Provinsi Jawa Tengah), Diponegoro Journal
Of Accounting FEB Universitas Diponegoro Volume 1 No. 2 Halaman
1-14. Semarang.
Peraturan Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.
___________________ No. 59 Tahun 2007.
Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan No. 22 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Dinas Daerah Kabupaten Pacitan.
_______________________________ No. 3 Tahun 2011.
Peraturan Bupati Pacitan No. 54 Tahun 2007.
Pemerintah Kabupaten Pacitan.www.pacitankab.go.id (diakses tanggal 5
November pukul 15.00 WIB)
Rahim, Syamsuri. 2008. Analisis Kemampuan Pendapatan Asli Daerah dalam
Membiayai Belanja Daerah, Jurnal Ichsan Gorontalo Volume 3 No. 2.
Makassar : FE Universitas Muslim Indonesia.
Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik. Yogyakarta: ANDI.
Sasana, Hadi. 2011. Analisis Determinan Belanja Daerah Di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Barat Dalam Era dan Desentralisasi Fiskal, Jurnal Bisnis
dan Ekonomi (JBE) Universitas Diponegoro Semarang Volume 18 No. 1
Halaman 46-58. Semarang.
Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah, Media Riset Akuntansi FE Universitas
Jenderal Soedirman Volume 1 No. 2. Purwokerto.
Suryaningrum, Sagita Dini. 2011. “Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Pemerintah Kota Surakarta Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi
Daerah” (Skripsi S-1 Progdi Akuntansi). Surakarta: FE Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
UU No. 22 Tahun 1999 disempurnakan menjadi UU No. 32 Tahun 2004.