GUBERNUR: WTP SAJA TIDAK CUKUP BPK NTB PUNYA PIMPINAN BARU
ajum.web.id
MATARAM – Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)i yang didapatkan pemerintah daerah diharapkan berkolerasi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat NTB. Pengelolaan keuangan, jangan cuma berhenti pada pencatatan akuntansi yang baik belaka.
Hal ini dikatakan Gubernur NTB TGB HM Zainul Majdi dalam acara serah terima jabatan (sertijab) Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) NTB, kemarin. “Saya berharap tata kelola keuangan itu tidak hanya bagus dalam catatan akuntansi, tetapi juga pengelolaan anggaran memiliki kinerja yang baik di lapangan,” kata gubernur.
Ia mengatakan, semangat yang dimiliki BPK sama dengan pemerintah daerah dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Menurutnya, tata kelola keuangan yang baik bukan satu-satunya jaminan untuk kesejahteraan masyarakat di lapangan. Tapi tentu hal ini menjadi satu langkah yang harus dilakukan untuk mencapai kesejahteraan itu.
“Kalau pada waktu yang lain kita fokus pada WTP, maka saya ajak agar ke depan tata kelola keuangan itu terimplementasi secara nyata,” imbuhnya.
BPK NTB kini memiliki kepala perwakilan baru yakni Sumardi menggantikan Eldy Mustafa yang pindah tugas menjadi Kepala Perwakilan BPK Sumatera Barat. Sumardi sebelumnya menjabat sebagai Kepala Direktorat Konsultasi Hukum dan Kepaniteraan Kerugian Negara BPK RI.
Namun, ia juga berharap kepada pemerintah daerah agar bisa menindaklanjuti temuanii dan rekomendasiiii BPK.
“Hasil audit harus ditindaklanjuti dengan arif dan bijak,” imbuhnya.
Menurutnya, WTP merupakan wujud dari ketertiban dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Saat ini, 80 persen daerah di NTB sudah mendapat opini WTP, hanya Lombok Timur dan Kabupaten Bima yang belum.
“Tidak ada kegiatan pemerintah tanpa uang, kalau dari segi keuangan belum baik berarti ada yang salah,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BPK NTB Sumardi mengatakan, BPK akan mendorong semua daerah di NTB mendapat opini WTP.
Sumber:
1. Lombok Post, Gubernur: WTP Saja Tidak Cukup, BPK NTB Punya Pimpina Baru, Jumat, 9 Oktober 2015. Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara).
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara).
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi:
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara; d. Pengeluaran Negara; e. Penerimaan Daerah; f. Pengeluaran Daerah;
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan daerah yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah; h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
i Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian
menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperikasa menyajikan secara wajar : dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
ii Temuan pemeriksaan (TP), 1. himpunan dan sintetis dari data dan informasi yang dikumpulkan
dan diolah selama dilakukan pemeriksaan pada entitas tertentu dan disajikan sescara sistematis dan analistis meliputi unsur kondisi, kriteria, akibat, dan sebab; 2. indikasi permasalahan yang ditemui di dalam pemeriksaan lapangan.
iii Rekomendasi, saran dari pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaannya, yang ditujukan kepada