• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SD N 2 KARANGTURI, GANTIWARNO, KLATEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SD N 2 KARANGTURI, GANTIWARNO, KLATEN."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang (Nomor 20 Tahun 2003), tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa pendidikan pada tingkat satuan pendidikan dasar memiliki tujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (E. Mulyasa, 2007:178). Dari pendapat di atas diungkapkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dalam proses pembelajaran agar peserta didik menjadi manusia yang lebih baik.

(2)

2

pendidikan selanjutnya, seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Mulai tahun ajaran 2006/2007, Indonesia sudah mengggunakan kurikulum KTSP. Dengan KTSP tersebut, penyelenggaraan pendidikan akan mengarahkan siswa untuk belajar secara aktif. Melalui pembelajaran yang aktif dalam KTSP, pengalaman belajar yang diperoleh akan mudah diingat siswa. Pengalaman belajar yang baik tersebut akan mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Pengalaman belajar yang baik dapat tercipta jika ada hubungan yang sinergis antara guru, siswa dan alat pembelajaran. Guru dapat berperan sebagai fasilitator, advisor, dan motivator sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang baik. Selain guru, siswa juga harus berperan aktif dalam pembelajaran dengan cara memperhatikan guru saat memberi penjelasan, saat guru memberi arahan sebelum melakukan kegiatan, memperhatikan alat pembelajaran yang dibawa guru serta cara menggunakannya sesuai arahan guru dan selanjutnya melaksanakan kegiatan yang diarahkan guru dengan baik.

(3)

3

Selain nilai yang baik, sikap menghargai juga mempunyai andil yang penting dalam proses belajar siswa. Sikap menghargai membuat siswa dapat melakukan kerjasama yang baik dalam kelompok sehingga menghasilkan pengalaman belajar yang baik.

Proses pembelajaran merupakan usaha untuk mengembangkan semua aspek siswa, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu bidang studi yang mengembangkan ketiga aspek tersebut. Pada aspek kognitif, siswa dapat mengetahui, memahami, dan menerapkan konsep-konsep dalam IPA. Pada aspek afektif, siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan pada aspek psikomotorik, siswa dapat melakukan pekerjaan dengan terampil. Bidang studi ini telah diajarkan di lembaga pendidikan sekolah dasar. Pembelajaran IPA di SD merupakan sarana untuk mengenalkan dan menanamkan ilmu pengetahuan kepada anak, di antaranya agar dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan IPA dalam kehidupan sehari-hari.

(4)

4

mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (e) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (f) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (g) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan dasar IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Keberhasilan pembelajaran ini akan menentukan perilakunya terhadap lingkungan alam.

Proses pembelajaran IPA harus melibatkan siswa secara aktif. Fokus dalam pembelajaran IPA adalah interaksi antar siswa dengan objek atau alam secara langsung (Patta Bundu, 2006: 35). Oleh karena itu guru sebagai fasilitator perlu menciptakan kondisi dan menyediakan sarana agar siswa dapat mengamati dan memahami objek IPA secara langsung. Dengan demikian siswa dapat menemukan konsep dan membangunnya dalam struktur kognitifnya. Sikap saling menghargai sesama siswa juga dapat menumbuhkan proses belajar yang mampu mengasah struktur afektifnya. Aspek kognitif dan afektif dapat dikembangkan secara sinergis.

(5)

5

afektif, dan psikomotorik juga dapat terlihat dari aktivitas pembelajarannya. IPA merupakan ilmu yang bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi IPA juga merupakan suatu proses penemuan yang sangat berhubungan erat dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam proses pembelajaran, nilai bukan satu-satunya hal yang harus diperhatikan. Penanaman sikap dan keterampilan juga diperlukan dalam proses pembelajaran, karena hal tersebut juga diperlukan oleh siswa untuk menghadapi dunia di luar proses pembelajaran. Hal itu dilakukan agar siswa tidak hanya berorientasi pada nilai (yang selalu dianggap sebagai tolok ukur hasil belajar), namun diharapkan siswa memperoleh hal yang lebih baik lagi yaitu sikap dan keterampilan. Nilai, sikap, dan keterampilan dapat diartikan sebagai hasil belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangturi memiliki nilai IPA rendah yang dikarenakan mereka merasa kesulitan dalam mempelajari materi bidang studi IPA. Sebagian besar siswa terlihat memiliki nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Keadaan tersebut dimungkinkan karena siswa kurang dapat memahami materi IPA yang banyak disampaikan guru secara teoritis. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Nilai Semester I Siswa Kelas IV

No Nama/Inisial Nilai Keterangan

Tuntas Tidak tuntas

1. AP 40 √

(6)

6

3. DA 58 √

4. GS 65 √

5. HA 70 √

6. IS 65 √

7. KA 57 √

8. LM 50 √

9. MS 65 √

10. MF 45 √

11. MK 60 √

12. OA 65 √

13. RA 60 √

14. RD 50 √

15. SA 70 √

16. SM 65 √

17. WM 50 √

18. SK 50 √

Nilai Rata-rata 58,33 8 10

Berdasarkan tabel di atas, pada semester satu siswa yang mendapat nilai melebihi KKM hanya 8 siswa dari 18 siswa kelas IV. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa kelas IV nilainya belum memenuhi KKM. Pada tabel di atas juga dapat dilihat nilai rata-rata siswa kelas IV yaitu 58,33.

Dari pengamatan yang dilakukan di SD Negeri 2 Karangturi khususnya kelas IV penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah keuletan siswa yang pada umumnya rendah. Mereka kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran bersama guru. Mereka cenderung asyik bermain ataupun bersendau gurau dengan temannya. Hal tersebut sering memancing emosi guru yang berdampak pada hukuman yang diberikan pada siswa.

(7)

7

bersih, berdiri di depan kelas dan duduk dengan lawan jenis. Tujuan guru memberikan hukuman tersebut adalah agar siswa dapat mengubah sikap dalam proses pembelajaran. Ternyata, hal tersebut tidak terlaksana dengan baik.

Permasalahan selanjutnya yang dihadapi guru di SD Negeri 2 Karangturi khususnya kelas IV yaitu ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa malu untuk bertanya, sehingga mereka sering sekali salah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Mereka cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Saat guru memberikan pertanyaan secara klasikal mereka hanya diam, saat ditunjuk secara langsung mereka pun hanya diam. Hal tersebut dapat menghambat proses pembelajaran karena mereka tidak dapat merespon apa yang diberikan oleh guru. Dalam mengatasi masalah tersebut saat proses pembelajaran, guru pernah melaksanakan pembelajaran secara kelompok. Di dalam kerja kelompok justru mereka menunjukkan sikap mau menang sendiri dan tidak menghargai pendapat orang lain. Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep dan sikap saling menghargai siswa kelas IV masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 2. Nilai dan sikap menghargai siswa pada pembelajaran IPA kondisi awal

Kelas Persentase anak yang mencapai

KKM

Nilai Rata-rata IPA

Sikap Menghargai

(8)

8

Pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Karangturi dalam praktiknya tidak hanya menggunakan metode ceramah. Selain metode ceramah guru juga menggunakan metode tanya jawab. Penggunaan metode tanya jawab diharapkan dapat menambah pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan guru melalui metode ceramahnya, dan untuk pemantapan serta penguasaan materi ajar, guru memberikan kerja kelompok kepada siswanya. Hasil pemberian materi dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dirasa belum cukup memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Hanya sebagian anak saja yang aktif sedangkan yang lain hanya pasif. Proses itu membuat guru berfikir untuk dapat mengubah metode pembelajaran yang sudah biasa dilakukan guru, dengan begitu siswa dapat mencapai nilai dan sikap yang baik.

(9)

9

Dalam metode eksperimen, siswa melakukan percobaan secara langsung sehingga siswa mengalami sendiri materi yang dibahas. Penerapan metode eksperimen diharapkan dapat memberikan dampak positif yaitu meningkatkan nilai dan sikap siswa menjadi lebih baik. Pada akhirnya, penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Karangturi, khususnya pada mata pelajaran IPA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.

1. Siswa masih dominan belajar secara individual, mereka belum terbiasa belajar secara berkelompok.

2. Nilai siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangturi masih rendah, khususnya pada mata pelajaran IPA dilihat dari sebagian besar anak kelas IV yang nilainya belum memenuhi KKM.

3. Sikap saling menghargai siswa masih rendah terutama pada saat kegiatan kelompok.

4. Metode pembelajaran yang tradisional kurang memberdayakan siswa, sebab guru terlalu dominan berperan dalam setiap kegiatan.

C. Batasan Masalah

(10)

10

1. Nilai siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangturi masih rendah, khususnya pada mata pelajaran IPA dilihat dari sebagian besar anak kelas IV yang nilainya belum memenuhi KKM.

2. Sikap saling menghargai siswa masih rendah terutama pada saat kegiatan kelompok.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N 2 Karangturi menggunakan metode eksperimen?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap menghargai siswa kelas IV pada pelajaran IPA melalui metode eksperimen.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

a. Meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA.

b. Meningkatkan keaktifan dan rasa sosial siswa dalam kelompok. c. Menghilangkan rasa jenuh pada pembelajaran IPA.

2. Bagi peneliti

(11)

11

sebagai usulan kepada guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya.

3. Guru

(12)

12 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2009: 45), hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada indvidu. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Menurut Purwanto (2009: 49), hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan, kemampuan itu menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(13)

13

sangat berhubungan erat dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari uraian tersebut ditegaskan pula bahwa hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal.

Menurut Davies pun hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Moejiono dan Moh. Dimyati, 1993: 8). Hasil belajar aspek kognitif memiliki ranah tersendiri. Taksonomi tujuan ranah kognitif yang dikemukakan oleh Bloom, merupakan hal yang amat penting diketahui oleh guru. Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 kelas/tingkat yakni (Moejiono dan Moh. Dimyati, 1993: 8-9):

1) pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti yang dipelajari,

2) pengertian/pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya,

3) penggunaan/penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi yang konkret,

4) analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran kebagian-bagian yang menjadi unsur pokok,

5) sintesis merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru, dan

6) evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu.

(14)

14

lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Penerimaan atau menaruh perhatian adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya. Partisipasi atau merespons adalah kesediaan memberikan respon dengan berpartisipasi. Pada tingkat ini siswa tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tapi juga berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan. Penilaian atau penentuan sikap adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut. Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi nilai atau karakterisasi adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

Davies (Moedjiono dan Moh. Dimyati 1993: 9) mengemukakan taksonomi tujuan ranah afektif sebagai berikut:

1) menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimuli secara pasif yang meningkat secara aktif, 2) merespon, merupakan kesengajaan untuk menanggapi stimuli dan

merasa terikat serta secara aktif memperhatikan,

3) menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi,

4) mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diresponnya,

5) karakterisasi, merupakan kemampuan untuk

(15)

15

Ranah afektif yang telah dipaparkan di atas berkenaan dengan sikap siswa. Salah satu sikap siswa yaitu sikap menghargai. Kata “menghargai” menurut Ury (2007: 110), berasal dari bahasa Latin respectare yang terdiri dua bagian kata re- yang berarti “lagi”, dan spectare

yang berarti “melihat”. Dengan kata lain menghargai berarti melihat lagi

atau melihat dengan perhatian. Sikap menghargai adalah sikap mau menerima perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Daryanto dan Suryatri Darmiatun, 2013: 70). Menurut Nanang (2008: 102), sikap menghargai berarti memberikan harga atau memberikan penilaian yang baik. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap menghargai adalah sikap mau menerima pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

Menurut (Daryanto dan Suryatri Darmiatun, 2013: 70), indikator sikap menghargai adalah sebagai berikut.

1) Menerima pendapat teman yang berbeda dari pendapat dirinya. 2) Mau bertegur sapa dengan teman yang berbeda pendapat. 3) Bersahabat dengan teman yang berbeda pendapat.

4) Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat.

(16)

16

Menurut Ury (2007: 110), cara menghargai orang lain adalah sebagai berikut.

1) Jangan menghina mereka ataupun mengolok-olok mereka sekalipun. 2) Mendengarkan orang lain ketika mereka berbicara.

3) Dengarkan pendapat orang lain.

4) Pertimbangkan kesukaan dan ketidaksukaan orang lain. 5) Jangan mengejek atau menggoda orang.

6) Jangan bicara tentang orang-orang di belakang mereka. 7) Jadilah peka terhadap perasaan orang lain.

8) Jangan menekan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dia tidak ingin melakukannya.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator sikap menghargai adalah sebagai berikut.

1) Jangan mengejek atau menggoda orang.

2) Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat. 3) Mendengarkan orang lain ketika mereka berbicara. 4) Jadilah peka terhadap perasaan orang lain.

5) Menerima pendapat teman yang berbeda dari pendapat dirinya. 6) Bersahabat dengan teman dari kelas lain.

(17)

17

aspek afektif peneliti lebih menekankan pada sikap menghargai. Pencapaian hasil belajar tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sri Rumini, dkk (1998: 60) menyebutkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sebagai berikut.

1) Faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar. Faktor yang terdapat di dalam diri individu dikelompokkan menjadi:

a) faktor psikis, antara lain kognitif, afektif, psikomotor, campuran kepribadian, dan

b) faktor fisik, antara lain indera, anggota badan, tubuh, kelenjar, syaraf, dan organ-organ dalam tubuh.

2) Faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor yang berasal dari luar diri individu dapat berupa metode mengajar yang digunakan guru, kondisi kelas, maupun ketersediaan fasilitas belajar.

Menurut Munadi (Rusman, 2012: 124), faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari fisiologis dan psikologis sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan instrumental.

(18)

18

faktor lingkungan alam, sosial ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari diri individu dan faktor dari luar individu. Faktor dari diri individu yang terdiri dari faktor psikis dan fisik sedangkan faktor dari luar individu terdiri dari faktor lingkungan, metode mengajar, dan fasilitas belajar.

Selain harus memperhatikan faktor yang mempengaruhi hasil belajar, guru juga harus memperhatikan karakteristik siswa. Hal ini penting diketahui guru karena hasil belajar dipengaruhi juga oleh karakteristik siswa. Dengan mengetahui karakteristik siswa guru dapat menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.

3. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

(19)

19

anak dapat dibedakan antara beberapa tahap sejalan dengan usianya, yaitu:

1) 0-2 tahun : sensori motor 2) 2-6 tahun : pra operasional 3) 7-11 tahun : operasional konkret 4) >11 tahun : operasional formal

Mengingat umumnya anak Indonesia mulai masuk sekolah dasar pada usia 6-7 tahun dan rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun, maka usia anak sekolah dasar bervariasi antara 6-12 tahun. Sesuai pendapat Piaget (Maslichah Asy’ari, 2006: 38) perkembangan kognitif anak Indonesia meliputi tahap akhir pra operasional sampai awal operasional formal. Pada usia atau tahap tersebut umumnya anak memiliki sifat sebagai berikut.

1) Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.

2) Senang bermain atau suasana yang menggembirakan.

3) Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba.

4) Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi, tidak suka mengalami kegagalan.

5) Akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang ada. 6) Belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa

(20)

20

Pada pembelajaran di SD terdapat dua jenjang berbeda yaitu kelas awal (kelas 1-3) dan kelas lanjut (kelas 4-5). Karakteristik anak kelas awal dan anak kelas lanjut berbeda, oleh karena itu dalam pembelajaran di sekolah dasar perlu ada perbedaan strategi atau penekanan antara siswa kelas awal dan kelas lanjut.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas IV. Siswa kelas IV termasuk kelas lanjut yang pada umumnya memiliki usia antara 9-12 tahun, sehingga berdasarkan klasifikasi Piaget anak kelas IV terdapat pada tingkat perkembangan akhir operasional konkret sampai awal operasional formal. Menurut Maslichah (2006:42), pada tahap ini anak memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Dapat berpikir reversibel atau bolak-balik.

2) Dapat melakukan pengelompokan dan menentukan urutan.

3) Telah mampu melakukan operasi logis tetapi pengalaman yang dipunyai masih terbatas.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 91), beberapa sifat khas anak kelas tinggi adalah sebagai berikut.

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

(21)

21

3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.

4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.

5) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri. Secara keseluruhan karakteristik siswa SD kelas tinggi adalah berada pada tahap operasional konkret dalam perkembangan kognitifnya, suka bergabung dalam kelompok teman sebaya, mampu mengatur emosinya, menaati peraturan supaya diterima dalam lingkungan sosialnya, membutuhkan banyak aktivitas untuk mengimbangi perkembangan fisiknya, dan memiliki pemahaman diri yang lebih baik.

(22)

22 4. Metode Eksperimen

Menurut Rusyan (1993:110), kadang-kadang orang mengaburkan pengertian eksperimen dengan kerja laboratorium, meskipun kedua pengertian ini mengandung prinsip yang hampir sama, namun berbeda dalam konotasinya. Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau di luar laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan dalam metode pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa melakukan pekerjaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

Menurut Winarno (1993:77), metode eksperimen/percobaan dimaksudkan sebagai kegiatan guru atau siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati dengan mata kepala sendiri proses dan hasil percobaan. Dari batasan ini dapat ditandai bahwa metode ini berpusat pada pengamatan terhadap proses dan hasil eksperimen (jika dipandang perlu dapat mengadakan pencatatan ataupun pengulangan). Perlu ditegaskan lagi bahwa eksperimen dapat dilakukan secara individual dan ataupun kelompok.

(23)

23

dan dapat menguji sekaligus mengembangkannya menjadi suatu teori. Metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik secara aktif dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dapat dikatakan bahwa metode eksperimen dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Sebelum melaksanakan metode eksperimen sebaiknya guru harus mengetahui langkah-langkah menggunakannya, tujuan, kelebihan, kekurangan, dan cara mengatasi kekurangan metode eksperimen (Moedjiono, 1993: 78-79). Adapun uraiannya sebagai berikut.

a. Langkah-langkah Metode Eksperimen

Langkah-langkah metode eksperimen menurut para ahli:

1) Menurut Moedjiono (1993: 78), langkah-langkah metode eksperimen adalah sebagai berikut.

a) Mempersiapkan pemakaian metode eksperimen, mencakup kegiatan-kegiatan:

(24)

24

(2) menetapkan kebutuhan peralatan, bahan, dan sarana lain yang dibutuhkan dalam eksperimen sekaligus memeriksa ketersediaannya di sekolah, (3) mengadakan uji eksperimen (guru mengadakan

eksperimen sendiri untuk menguji ketepatan proses dan hasilnya) sebelum menugaskan kepada siswa, sehingga dapat diketahui secara pasti kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, (4) menyediakan peralatan, bahan, dan sarana lain

yang dibutuhkan untuk eksperimen, dan (5) menyediakan lembar kerja.

b) Melaksanakan pemakaian metode eksperimen, dengan kegiatan-kegiatan:

(1) mendiskusikan bersama seluruh siswa mengenai prosedur, peralatan, dan bahan untuk eksperimen serta hal-hal yang perlu diamati dan dicatat selama eksperimen,

(25)

25

(3) para siswa membuat kesimpulan dan laporan tentang eksperimennya.

c) Tindak lanjut pemakaian metode eksperimen, melalui kegiatan-kegiatan:

(1) mendiskusikan hambatan dan hasil-hasil eksperimen,

(2) membersihkan dan menyimpan peralatan, bahan, atau sarana lainnya, dan

(3) evaluasi akhir eksperimen oleh guru (Moedjiono, 1993: 79)

2) Menurut Ramyulis (2005: 250), langkah-langkah metode eksperimen adalah sebagai berikut.

a) Memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen.

b) Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dengan eksperimen.

c) Sebelum eksperimen di laksanakan terlebih dahulu guru harus menetapkan:

(1) alat-alat apa yang diperlukan,

(2) langkah-langkah apa yang harus ditempuh, (3) hal-hal apa yang harus dicatat,

(26)

26

(5) setelah eksperimen guru harus menentukan apakah tindak lanjut eksperimen.

3) Menurut Fathurrahman (2011: 60), langkah-langkah metode eksperimen adalah sebagai berikut.

a) Perencanaan yaitu meliputi kegiatan menerangkan metode eksperimen, membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang dapat diangkat, menetapkan alat-alat yang diperlukan, menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat, dan variabel-variabel yang harus dikontrol.

b) Pelaksanaan yaitu melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen, mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman siswa.

Dari uraian langkah-langkah metode eksperimen di atas dapat disimpulkan langkah-langkah metode eksperimen sebagai berikut. 1) Persiapan:

a) mempersiapkan alat-alat, bahan, dan sarana lain yang dibutuhkan,

b) mengadakan uji eksperimen,

(27)

27

d) menyediakan lembar kerja. 2) Pelaksanaan:

a) mendiskusikan bersama seluruh siswa mengenai alat, bahan, dan cara melakukan eksperimen serta hal-hal yang harus diamati dan dicatat saat kegiatan berlangsung,

b) membantu, membimbing, dan mengawasi eksperimen yang dilakukan oleh para siswa,

c) mendiskusikan hasil-hasil eksperimen,

d) para siswa membuat kesimpulan dan laporan hasil kegiatan eksperimen mereka.

3) Tindak lanjut:

a. mendiskusikan hambatan yang dihadapi siswa,

b. membersihkan dan menyimpan kembali alat, bahan, atau sarana lainnya,

c. guru melakukan evaluasi akhir.

(28)

28

untuk memproses memperoleh belajarnya sendiri, daripada keaktifan guru dalam menyajikan isi pelajaran.

b. Tujuan Pemakaian Metode Eksperimen

Tujuan pemakaian metode eksperimen menurut para ahli: 1) Menurut Moedjiono (1993: 77-78), tujuan metode

eksperimen adalah:

a) mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen,

b) mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil eksperimen, melalui eksperimen yang sama,

c) melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan,

d) melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan.

2) Menurut Rusyan (2011: 78), tujuan pemakaian metode eksperimen adalah:

a) mengamati sesuatu hal, b) menguji hipotesis,

(29)

29 d) membuat kesimpulan,

e) membangkitkan rasa ingin tahu siswa,

f) menerapkan konsep informasi dari ekperimen.

3) Menurut Roestiyah (1993: 12), tujuan pemakaian metode eksperimen adalah:

a) terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya kepada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya,

b) lebih aktif berpikir dan berbuat, karena hal itulah yang sangat diharapkan dalam dunia pendidikan modern, dimana peserta didik lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru,

c) dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat percobaan.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan metode eksperimen adalah:

(30)

30

2) melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan eksperimen,

3) melatih siswa menarik kesimpulan melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung,

4) mengembangkan sikap terbuka bagi siswa,

5) mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa secara langsungdalam pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.

c. Kelebihan Metode Eksperimen

Kelebihan menggunakan metode eksperimen menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1) Menurut Mulyani (1999: 158-159), kelebihan metode eksperimen adalah:

a) membuat peserta didik lebih percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja,

b) peserta didik aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan,

(31)

31

d) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme,

e) hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lama.

2) Menurut Rusyan (2011: 59), kelebihan metode eksperimen adalah:

a) melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan eksperimen,

b) kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung,

c) siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan hakikat kebenaran secara langsung, d) mengembangkan sikap terbuka bagi siswa, dan

e) metode ini melibatkan aktivitas dan kreatifitas siswa secara langsung dalam pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.

(32)

32

a) membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku,

b) siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan,

c) dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah,

d) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realistik, dan menghilangkan verbalisme, dan e) hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian

lama.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode eksperimen adalah:

a) metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku,

b) dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah,

(33)

33

d. Kekurangan Metode Eksperimen

Kekurangan menggunakan metode eksperimen menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1) Menurut Mulyani (1999: 159), kekurangan metode eksperimen adalah:

a) memerlukan peralatan percobaan yang komplit,

b) dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama,

c) menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian,

d) kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan.

2) Menurut Rusyan (2011: 65), kekurangan metode eksperimen adalah:

a) metode ini memakan waktu yang banyak, jika diterapkan dalam rangka pelajaran di sekolah, ia dapat menyerap waktu pelajaran,

b) kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat jika diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan sosial,

(34)

34

d) metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap jika kurang salah satu eksperimen akan gagal.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan kekurangan metode eksperimen adalah:

a) membutuhkan alat-alat yang komplit, b) membutuhkan waktu yang lama,

c) kegagalan eksperimen karena kurangnya pengalaman guru, d) dapat menimbulkan bahaya saat menggunakan bahan kimia. e. Cara Mengatasi Kekurangan Metode Eksperimen

Cara untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dari metode eksperimen menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1) Menurut Syaiful Sagala (2006: 221), cara mengatasi kekurangan metode eksperimen adalah:

a) hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen,

(35)

35

c) bila perlu guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan,

d) guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, siswa mau membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan. 2) Menurut Fathurrahman (2011: 75), cara mengatasi

kekurangan metode eksperimen adalah:

a) persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan,

b) usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen,

c) sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan, d) kelompok atau masing-masing individu melakukan

percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.

(36)

36

a) guru dan siswa mendiskusikan masalah yang akan dipecahkan melalui metode eksperimen,

b) guru dan siswa mendiskusikan terlebih dahulu tentang alat beserta bahan yang dibutuhkan,

c) guru melakukan tindak lanjut setelah eksperimen berakhir agar siswa mau membandingkan hasil eksperimennya dengan hasil orang lain sehingga dapat memacu siswa untuk belajar. Setelah guru mengetahui segala hal tentang metode eksperimen seperti yang telah dipaparkan di atas, diharapkan guru mampu melaksanakan metode eksperimen dengan baik. Penggunaan metode eksperimen yang baik, dapat membuat guru lebih mudah melaksanakan pembelajaran IPA.

5. Penerapan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran IPA

(37)

37

terjadi pengetahuan yang didapat siswa kemudian dikembangkan sehingga bernilai tambah.

Pembelajaran merupakan usaha untuk membelajarkan siswa (Degeng dalam Hamzah, 2006 : 2), sedangkan UNEP (United Nations Environment Programme dalam Susmani, 2011 : 15) mendefinisikan

pembelajaran sebagai pemahaman atau pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman. Pembelajaran merupakan suatu proses yang berpusat pada siswa dalam upaya memperoleh pengetahuan atau pemahaman. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) merupakan proses yang berpusat pada siswa SD dalam upaya memperoleh pengetahuan atau pemahaman IPA. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah metode eksperimen.

(38)

38 1) Persiapan:

a) mempersiapkan alat-alat, bahan, dan sarana lain yang dibutuhkan,

b) mengadakan uji eksperimen,

c) menyediakan peralatan, bahan, dan sarana yang dibutuhkan untuk eksperimen di sekolah, dan

d) menyediakan lembar kerja. 2) Pelaksanaan:

a) mendiskusikan bersama seluruh siswa mengenai alat, bahan, dan cara melakukan eksperimen serta hal-hal yang harus diamati dan dicatat saat kegiatan berlangsung,

b) membantu, membimbing, dan mengawasi eksperimen yang dilakukan oleh para siswa,

c) mendiskusikan hasil-hasil eksperimen,

d) para siswa membuat kesimpulan dan laporan hasil kegiatan eksperimen mereka.

3) Tindak lanjut:

a) mendiskusikan hambatan yang dihadapi siswa,

b) membersihkan dan menyimpan kembali alat, bahan, atau sarana lainnya,

(39)

39

Selain merangkai langkah-langkah metode eksperimen yang dipaparkan di atas peneliti juga melihat beberapa penelitian yang relevan untuk dijadikan relevansi.

6. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan skripsi ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ita Fauziyah pada tahun 2010 di SD N 1 Trucuk dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas V Di SD N 1 Trucuk”. Hasil penelitian ini adalah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N 1 Trucuk.

B. Kerangka Pikir

IPA yaitu ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA semestinya dilaksanakan dengan aktif, kreatif, dan benar-benar melibatkan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilakukan secara sistematis sehingga anak didik dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

(40)

40

sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek, keadaan, atau proses sesuatu.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Siswa mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan dirubah perilakunya yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain-domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal itu juga dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang dilaksanakan guru.

Siswa, dalam memahami materi IPA, membutuhkan metode pembelajaran yang dapat membuatnya aktif, berperan langsung dalam keadaan senang, realistis, dan yang dapat mengarah pada pembelajaran IPA yang menarik sehingga dapat membekas dalam pikiran siswa. Metode yang dapat diterapkan yaitu metode eksperimen, dengan metode ini diharapkan siswa akan lebih paham dengan materi yang disampaikan dalam pembelajaran IPA, sehingga hasil belajar IPA akan meningkat.

C. Hipotesis Tindakan

(41)

41

Melalui metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD N 2 Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten.

D. Definisi Operasional Variabel 1. Pengertian Hasil Belajar IPA

Hasil belajar IPA adalah perwujudan kemampuan pembelajaran IPA akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan itu menyangkut domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan pada domain kognitif dan afektif. Pada domain kognitif ditekankan pada pemahaman konsep dan pada domain afektif ditekankan pada sikap menghargai siswa.

2. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik secara aktif dengan mengalami sendiri proses dan hasil percobaan itu.

(42)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2006 : 3), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Mulyasa (2009 : 10) mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.

Sujati (2000 : 2) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah:

1) mengandung tindakan nyata,

2) tindakan dilakukan oleh guru yang bersangkutan,

3) tindakan ditujukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi sehingga kualitas pembelajaran meningkat,

4) dilaksanakan secara kolaboratif, 5) bersifat self evaluatif, dan

6) hasil penelitian utamanya dipakai oleh guru itu sendiri.

(43)

43

di dalam kelas (Suharsimi Arikunto, 2006 : 24). Selain itu tindakan yang dilakukan harus mengacu pada permasalahan dan hipotesis yang sudah dirumuskan (Sujati, 2000 : 20).

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini merupakan penelitian kolaborasi yaitu peneliti bekerjasama dengan teman sejawat sebagai satu tim yang akan terlibat langsung dalam persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi tindakan, dan perencanaan untuk siklus berikutnya (Suyanto, 1997: 17). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sebagai pengambil data dan pelaksana tindakan. Pada prosesnya peneliti akan melakukan tindakan di dalam kelas yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa kemudian teman sejawat mengobservasi aktivitas siswa.

Penelitian kolaborasi dipilih untuk mengefektifkan proses penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengurangi unsur subjektivitas dalam pengamatan.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 2 Karangturi semester genap tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa di kelas IV adalah 18 yang terdiri dari 10 siswa putra dan 8 siswa putri.

2. Objek Penelitian

(44)

44

kognitif yaitu nilai IPA siswa sedangkan aspek afektif yaitu sikap menghargai. Hal tersebut dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode eksperimen.

C. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Karangturi Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten khususnya pada kelas IV. Keadaan kelas sebelum dilakukan tindakan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mencakup nilai dan sikap menghargai pada pembelajaran IPA masih rendah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

D. Desain Penelitian

(45)

45

Penelitian tindakan kelas ini akan menggunakan model Kemmis dan Taggart. Secara umum tahapan dalam model ini sama dengan desain yang dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto namun tahap tindakan dan pengamatan dilakukan secara bersamaan. Model tersebut jika divisualisasikan akan membentuk bagan seperti berikut ini:

Gambar 1. Desain Putaran Spiral Kemmis dan Taggart (Pardjono, 2007: 22)

Data yang telah dikumpulkan dalam observasi kemudian dianalisis dan diberi tindakan untuk mencapai kriteria keberhasilan, apabila data tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan maka guru melakukan langkah-langkah perbaikan untuk diterapkan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan kegiatan refleksi tersebut, maka akan diketahui apakah hasil tindakan sudah memenuhi kriteria keberhasilan (ada peningkatan) maka penelitian dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya atau jika sudah mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai rencana maka penelitian dapat dianggap berhasil.

Keterangan :

1 = Perencanaan Tindakan Siklus I 2 = Tindakan dan Observasi I 3 = Refleksi I

Siklus II

4 = Revisi Rencana II

(46)

46

Peneliti merencanakan dua siklus pembelajaran. Siklus satu direncanakan akan dilakukan selama 6 jam pelajaran atau 3 pertemuan. Tahapan kegiatan yang akan dilakukan pada setiap siklus tersebut antara lain: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi.

1. Perencanaan

Langkah-langkah perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Menentukan masalah penelitian yang ada di lapangan. Pada fase ini dilakukan melalui diskusi dengan teman sejawat dengan mencatat hal-hal serta permasalahan pembelajaran yang ada di kelas IV SD N 2 Karangturi, Gantiwarno, Klaten.

b. Merencanakan langkah-langkah perencanaan dari siklus I.

c. Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan pembelajaran. eksperimen bersama teman sejawat untuk menambah pengetahuan dan keterampilan teman sejawat sebelum mengamati peneliti dalam mengajar,

d. Mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran dengan metode

e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan metode eksperimen sesuai materi yang telah ditentukan,

f. Menyiapkan media dan sumber pembelajaran sesuai yang tercantum dalam RPP, dan

(47)

47 2. Tindakan

Pada tahap tindakan peneliti melakukan proses pembelajaran bersama siswa sesuai tindakan yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus 1 tindakan dilakukan selama 3 pertemuan atau 6 jam pelajaran.

3. Observasi

Pada saat tindakan dilakukan, peneliti dibantu 3 teman sejawat yang bertugas melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan mengobservasi menggunakan lembar pengamatan perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan dan memberikan dasar bagi kegiatan refleksi.

4. Refleksi

(48)

48 E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Tes

Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Adapun jenis tes dalam penelitian ini adalah tes prestasi (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2012: 78). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh hasil tentang kemampuan kognitif siswa. Tes dilaksanakan di setiap akhir siklus. Adapun bentuk tes yang digunakan adalah berbentuk soal isian singkat.

2. Observasi

(49)

49 F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tes

[image:49.595.148.512.304.691.2]

Tes dilakukan untuk mendapatkan data hasil kognitif siswa. Tes diberikan di setiap akhir siklus. Instrumen yang berupa lembar tes berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pelajaran IPA yang telah dipelajari. Kisi-kisi soal tes dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi Soal SK Kompetensi

Dasar

Indikator Jenis Soal

Nomor Soal

7.

Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

7.1.1

Menyimpulkan pengaruh gaya terhadap gerak benda

Isian sing kat

1, 2, 3

7.1.2 Dapat menentukan letak benda ketika berada di dalam air

5, 7, 8

7.2

Menyimpulkan hasil

percobaan bahwa gaya (dorongan dan tariakan) dapat mengubah bentuk suatu benda

7.2.1 Dapat menyimpulkan bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda

(50)

50 2. Lembar Observasi

a. Lembar Observasi Siswa

[image:50.595.192.533.384.720.2]

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengobservasi sikap menghargai siswa dalam pembelajaran. Lembar pengamatan yang digunakan berupa lembar pengamatan sikap menghargai siswa. Pengamat memberi tanda cek (√) pada kolom sikap menghargai siswa (ya/tidak) pada lembar observasi. Kisi-kisi lembar pengamatan perilaku siswa yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Sikap Menghargai Siswa

No Aspek No.

Butir 1. Tidak mencela saat teman memberikan jawaban

yang salah

1

2. Tidak menyorakki teman saat mempunyai pendapat lain

2

3. Tidak memotong pembicaraan teman saat mengajukan pendapat

3

4. Memperhatikan pendapat teman saat kerja kelompok

4

5. Mengulas setiap pendapat teman yang tidak sesuai dengan pendapat sendiri

5

(51)

51

8. Mau menerima pendapat teman yang pintar secara akademik maupun tidak saat kerja kelompok

8

9. Memberikan kesempatan teman untuk mengeluarkan pendapat

9

10. Mau berteman dengan siapa pun 10

b. Lembar Observasi Guru

[image:51.595.191.533.82.201.2]

Untuk memperoleh data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan metode eksperimen, digunakan instrumen berupa lembar observasi aktivitas guru selama mengelola pembelajaran dengan metode eksperimen setiap pertemuan. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek yang diamati No.

Butir 1. Guru menyiapkan alat-alat, bahan, dan sarana

yang dibutuhkan

1

2. Guru menyediakan lembar kerja siswa 2 3. Guru mendiskusikan bersama siswa tentang alat

dan bahan serta cara menggunakannya

3

4. Guru membantu, membimbing, dan mengawasi eksperimen yang dilakukan oleh para siswa

4

5. Guru mendiskusikan hasil eksperimen 5 6. Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil

eksperimen

6

(52)

52

8. Guru mendiskusikan hambatan yang dihadapi siswa dalam proses eksperimen

8

G. Pengujian Instrumen

M. Toha (2007: 52) menyatakan bahwa instrumen dalam penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan. Instrumen dipakai oleh peneliti untuk menanyakan atau mengamati responden sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan. Pengujian validitas instrumen yaitu soal, RPP, dan LKS dalam penelitian ini digunakan validitas konstruk dengan pendapat dari ahli (expert judgment). Dalam hal ini, setelah instrumen dikonstuksi tentang

aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, kemudian dikonsultasikan dengan ahli. Ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun.

H. Teknik Analisis Data

Suharsimi Arikunto (2006: 131) mengatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu data kulitatif dan data kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data kuantitatif untuk mengetahui hasil belajar siswa. Peneliti menganalisi data kuantitatif melalui tes hasil belajar dan lembar observasi siswa.

1. Analisis Tes

(53)

53

mencari rerata menurut Jonathan Sarwono (2006: 140-141) adalah sebagai berikut.

Mean =

Keterangan :

∑ fx = jumlah tiap data x = skor

n = jumlah siswa

Selain mencari rerata untuk mengetahui peningkatan hasil kognitif IPA siswa kelas IV guru juga mencari jumlah persentase ketuntasan siswa dengan rumus:

Ketuntasan (%) = R 100% JS

Keterangan:

R = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 65

JS = Jumlah seluruh siswa (Ngalim Purwanto, 2004: 102) 2. Analisis Data Observasi

(54)

54

sikap menghargai siswa diperoleh dengan teknik analisis data yang diperoleh dengan teknik analisis data yang diolah dengan rumus:

F

P = — X 100% N

Keterangan:

P = Angka presentasi siswa

F = Skor aktivitas siswa yang menunjukkan sikap menghargai N = Jumlah aspek sikap menghargai siswa

Kriteria sikap menghargai siswa ditentukan dengan memperhatikan pedoman konversi tingkat aktivitas siswa menurut Suharsimi Arikunto (2009: 156) yaitu:

Tabel 6. Pedoman Konservasi Tingkat Aktivitas Siswa Menurut Suharsimi Arikunto (2009)

Tingkat aktivitas siswa yang menunjukkan sikap menghargai

Aktivitas Kriteria

81% - 100% Sangat

baik

61% - 80% Baik

41% - 60% Cukup

baik

< 21% - 40% Kurang

baik

< 21% Tidak

(55)

55 J. Kriteria Keberhasilan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas IV SD Negeri 2 Karangturi. Indikator keberhasilan penelitian ini ditandai dengan adanya peningkatan sikap menghargai dan pemahaman konsep yaitu ≥ 80% siswa dari jumlah siswa kelas IV dapat mencapai ≥ 70% untuk rata-rata sikap menghargai dan untuk pemahaman konsep mencapai nilai ≥ 65 serta untuk rata-rata nilai IPA yaitu ≥ 70. Dengan arti kata hasil belajar siswa berhasil

meningkat sehingga siklus dapat dihentikan.

(56)

56 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penjabaran hasil penelitian pada siswa kelas IV SD N 2 Karangturi, Gantiwarno, Klaten dalam pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada awalnya peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan. Langkah-langkah dalam RPP dibuat sesuai dengan metode eksperimen. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Selanjutnya guru bersama teman sejawat mengadakan diskusi tentang RPP yang telah disusun dan kesesuaiannya dengan metode yang akan digunakan yaitu metode eksperimen.

Pada perencanaan selanjutnya, guru menyiapkan media pembelajaran yaitu alat-alat yang akan digunakan diskusi siswa beserta LKS. Tahap perencanaan selanjutnya adalah pembuatan soal-soal evaluasi. Selain itu, peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian untuk pengumpulan data berupa pedoman observasi untuk siswa dan guru.

(57)

57 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pertemuan Pertama

Pelaksanaan pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2014 untuk membahas pengaruh gaya terhadap benda diam, benda bergerak, dan gerak benda. Pertemuan ini dimulai pukul 07.00-08.10 atau berlangsung selama 70 menit (2 jam pelajaran). Langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal

Guru mengucapkan salam, menanyakan kabar, dan melakukan presensi siswa. Sebelum pelajaran dimulai guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari dengan melakukan tanya jawab. Setelah selesai guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa.

b) Siswa menerima alat-alat yang diberikan guru untuk melakukan eksperimen.

c) Setiap kelompok mendapatkan LKS dari guru.

d) Setiap kelompok melakukan kegiatan eksperimen dengan dibimbing oleh guru.

(58)

58

f) Secara acak siswa diberi kesempatan guru untuk mempresentasi hasil percobaan mereka.

g) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab kepada teman yang melakukan presentasi.

h) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa.

i) Siswa memperhatikan guru memberikan penguatan. j) Siswa mengerjakan soal evaluasi.

3) Kegiatan Akhir

Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari.

Pertemuan Kedua

Pelaksanaan pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada tanggal 01 April 2014 untuk membahas letak benda di dalam air karena gaya tekan air. Pertemuan ini dimulai pukul 09.00-10.10 atau berlangsung selama 70 menit (2 jam pelajaran). Langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal

(59)

59 2) Kegiatan Inti

a) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa.

b) Siswa menerima alat-alat yang diberikan guru untuk melakukan eksperimen.

c) Setiap kelompok mendapatkan LKS dari guru.

d) Setiap kelompok melakukan kegiatan eksperimen dengan dibimbing oleh guru.

e) Setiap kelompok mengumpulkan hasil eksperimen di meja guru. f) Secara acak siswa diberi kesempatan guru untuk mempresentasi hasil

percobaan mereka.

g) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab kepada teman yang melakukan presentasi.

h) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa.

i) Siswa memperhatikan guru memberikan penguatan. j) Siswa mengerjakan soal evaluasi.

3) Kegiatan Akhir

(60)

60 Pertemuan Ketiga

Pelaksanaan pertemuan ketiga siklus I dilaksanakan pada tanggal 03 April 2014 untuk membahas tentang gaya dapat mengubah bentuk benda. Pertemuan ini dimulai pukul 09.00-10.10 atau berlangsung selama 70 menit (2 jam pelajaran). Langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut. 1) Kegiatan Awal

Guru mengucapkan salam, menanyakan kabar, dan melakukan presensi siswa. Sebelum pelajaran dimulai guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari dengan melakukan tanya jawab. Setelah selesai guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa.

b) Siswa menerima alat-alat yang diberikan guru untuk melakukan eksperimen.

c) Setiap kelompok mendapatkan LKS dari guru.

d) Setiap kelompok melakukan kegiatan eksperimen dengan dibimbing oleh guru.

(61)

61

f) Secara acak siswa diberi kesempatan guru untuk mempresentasi hasil percobaan mereka.

g) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab kepada teman yang melakukan presentasi.

h) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa.

i) Siswa memperhatikan guru memberikan penguatan. j) Siswa mengerjakan soal evaluasi.

3) Kegiatan Akhir

Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari.

c. Observasi Tindakan Siklus I 1) Kegiatan Guru

(62)

62

Gambar 1. Kegiatan guru mengawasi siswa saat kegiatan eksperimen Selain itu guru dibantu oleh 3 pengamat melakukan pengamatan terhadap siswa menggunakan lembar observasi siswa. guru dan pengamat melakukan hal tersebut setiap pertemuan. Untuk lebih jelasnya hasil rerata sikap menghargai siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 9. 2) Kegiatan Siswa

Kegiatan yang dilakukan siswa sudah menunjukkan kemajuan dalam setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa belum bisa tenang karena mereka baru pertama kali melakukan kegiatan eksperimen. Pada pertemuan kedua sudah ada kemajuan dalam hal kegiatan eksperimen tetapi siswa masih ada yang berebut dalam menjalankan tugas di kelompok masing-masing. Pada pertemuan ketiga kegiatan eksperimen sudah berjalan lebih baik daripada pertemuan pertama dan kedua tetapi masih ada kendala dalam menyelesaikan LKS.

[image:62.595.158.509.479.678.2]

(63)

63

Gambar 3. Kegiatan siswa saat menyelesaikan LKS

d. Refleksi Dan Revisi Tindakan Siklus I 1) Refleksi Tindakan Siklus I

(64)

64

Walaupun masih ada masalah dalam kegiatan pembelajaran seperti yang telah dipaparkan di atas, hasil observasi tingkat pemahaman konsep dan sikap menghargai siswa pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibanding kondisi awal, yaitu pada kondisi awal hasil observasi tingkat pemahaman konsep siswa rata-rata 56,11 meningkat menjadi 66,67. Jadi terjadi peningkatan 10,56 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 dan grafik berikut ini.

Tabel 7. Rata-rata Nilai IPA Pada Kondisi Awal Dan Siklus I

56,11

66,67

50 55 60 65 70

Kondisi Awal

Siklus I

Kondisi Awal

56,11

Siklus I 66,67

Gambar 4. Diagram perbandingan rata-rata nilai IPA pada kondisi awal

dan siklus I

[image:64.595.167.489.350.534.2]
(65)

65

[image:65.595.167.504.231.436.2]

mencapai indikator keberhasilan, sehingga perlu diadakan tindakan selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 dan grafik berikut ini.

Tabel 8. Persentase Ketuntasan Siswa Kondisi Awal Dan Siklus I

44,44

66,77

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kondisi Awal

Siklus I

Kondisi Awal 44,44

Siklus I 66,77

Gambar 5. Diagram Perbandingan Persentase Hasil Ketuntasa Siswa Pada Kondisi Awal dan Siklus I

(66)

66

Tabel 9. Rata-rata Sikap Menghargai Siswa Pada Kondisi Awal Dan Siklus I

39,89

60,37

0 10 20 30 40 50 60 70

Kondisi Awal

Siklus I

Kondisi Awal 39,89

Siklus I 60,37

Gambar 6. Diagram Rata-rata Sikap Menghargai Siswa pada Kondisi Awal dan siklus I

Pada siklus I kriteria keberhasilan penelitian belum mampu terpenuhi, karena tingkat pemahaman konsep siswa rata-rata baru mencapai 66,67 dan dilihat dari ketuntasan baru mencapai 66,67% serta sikap menghargai siswa juga masih berada pada 60,37%. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini perlu dilanjutkan pada siklus II.

2) Revisi Tindakan Siklus I

[image:66.595.165.482.156.322.2]
(67)
[image:67.595.154.512.108.487.2]

67

Tabel 10. Refleksi siklus I dan Rencana Perbaikan

No Refleksi Siklus I Rencana Perbaikan 1. Siswa ramai karena berebut

tugas saat eksperimen dilakukan.

Siswa dibagi menjadi 6 kelompok beserta tugas masing-masing dalam kelompok

2. Siswa masih sering berebut dalam bertanya kepada guru membuat suasana menjadi ramai dan mengganggu konsentrasi siswa.

Siswa menerima alat-alat dan LKS serta menerima penjelasan dari guru tentang cara penggunaan alat sekaligus dengan cara kerjanya.

3. Siswa ramai saat diadakan presentasi secara acak.

Setiap kelompok

mempresentasikan hasil eksperimen secara urut.

4 Secara acak siswa diberi kesempatan untuk bertanya pada kelompok yang sedang presentasi sehingga suasana menjadi ramai.

Siswa secara urut sesuai urutan kelompok diberi kesempatan guru untuk bertanya kepada teman kelompok lain yang sedang presentasi

5 Siswa sedikit yang bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui sehingga mengurangi pemahaman konsep siswa.

Siswa membahas bersama guru tentang materi dalam LKS satu

per satu untuk pemahaman Rencana Perbaikan konsep.

Proses pembelajaran IPA kelas IV SD N 2 Karangturi dengan menggunakan metode eksperimen mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi pada pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu pemahaman konsep dan sikap menghargai siswa meningkat cukup baik. Jadi secara umum kualitas proses pembelajaran dapat dikatakan baik. Namun, dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan catatan dan rekomendasi agar hal tersebut dapat diperbaiki di siklus II.

(68)

68

pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yang sudah dimodifikasi. Untuk pemahaman konsep pada siklus I guru hanya memberi kesempatan kepada siswa tentang materi yang belum diketahui. Hal tersebut tidak efektif karena banyak siswa yang tidak bertanya padahal mereka belum paham. Ketidakpahaman mereka dapat dilihat dari nilai evaluasi mereka yang masih ada di bawah KKM. Oleh karena itu, pada siklus II guru membahas materi dalam LKS satu per satu untuk pemahaman konsep.

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Pada awalnya peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan. Langkah-langkah dalam RPP dibuat sesuai dengan metode eksperimen yang sudah dimodifikasi. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Selanjutnya guru bersama teman sejawat mengadakan diskusi tentang RPP yang telah disusun dan kesesuaiannya dengan metode yang akan digunakan yaitu metode eksperimen.

(69)

69 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pertemuan Pertama

Pelaksanaan pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 08 April 2014 untuk membahas tentang sumber energi panas dan thermometer sebagai pengukur suhu benda. Pertemuan ini dimulai pukul 07.00-08.10 atau berlangsung selama 70 menit (2 jam pelajaran). Langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal

Guru mengucapkan salam, menanyakan kabar, dan melakukan presensi siswa. Sebelum pelajaran dimulai guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari dengan melakukan tanya jawab. Setelah selesai guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa dan siswa mendapatkan tugas di masing-masing kelompok dari guru.

b) Siswa menerima alat-alat dan LKS yang diberikan guru untuk melakukan eksperimen dan mendengarkan penjelasan guru tentang cara penggunaan alat beserta cara kerjanya.

(70)

70

d) Setiap kelompok mempresentasi hasil eksperimen secara urut dari kelompok I.

e) Siswa

Gambar

Tabel 1. Nilai Semester I Siswa Kelas IV
Tabel 3. Kisi-kisi Soal
Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Sikap Menghargai Siswa
Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

b) Memilih waktu yang tepat untuk pelaksanaan tindakan. c) Penyusunan RPP untuk persiapan penelitian. d) Persiapan alat percobaan yang disesuaikan dengan materi. LKS pada pertemuan

Sebelum melakukan tindakan, pada tahapan ini peneliti dan guru mata pelajaran fiqih membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berkarakter, membuat hand out

kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran sebanyak 30 siswa. Materi

Pada langkah ini peneliti membuat perencanaan tentang pembelajaran yaitu Peneliti mempersiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan dalam pelaksanaan tindakan,

Adapun langkah-langkah implementasi tindakan yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), peneliti mengatur tempat duduk, menyapa siswa dengan salam dan

Penelitian ini berjalan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tiga metode,

Penelitian berjalan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan pertama dengan materi pokok segiempat yang telah dibuat oleh peneliti sebagaimana

b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari 4 RPP yaitu: RPP pertemuan 1 siklus I dan pertemuan 2 siklus I, RPP pertemuan 1 dan pertemuan 2