BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Soil Trasmitted Helminth
Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, Ancylostoma duodenale, dan Necator americanus.
B. Macam cacing STH
1. Ascaris lumbricoides
a. Pengertian
Manusia merupakan satu-satunya hospes dari cacing Ascaris lumbricoides. Cacing ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut Ascariasis.(Gandahusada.S,1998)
b. Klasifikasi
Menurut Jeffrey dan Leach klasifikasi mengenai Ascaris lumbricoides yaitu sebagai berikut :
Sub kingdom : Metazoa
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Phasmidia
Ordo : Ascaridia
Super famili : Ascaridoidea Genus : Ascaris
Spesies : A.lumbricoides (Jeffrey dan Leach, 1993)
Cacing jantan berukuran 10 – 30 cm, ekor melingkar dan memiliki 2 spikula. Sedangkan yang betina 22 – 25 cm, ekor lurus pada 1/3 bagian anterior. Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 – 200.000 butir sehari. Terdiri dari telur yang dibuahi dan tidak di buahi. Telur yang dibuahi berukuran 60x45 mikron, 3 lapis dinding dan berisi embrio. Sedangkan yang tidak dibuahi berukuran 90 x 40 mikron, bulat lonjong. Telur decorticated albuminoudnya tidak ada. (Gandahusada.S,1998)
Gambar 2.1.1 Telur Ascaris lumbricoides (Hadidjaja.P, Srisasi G, 2002)
Gambar 2.1.2 Cacing Ascaris lumbricoides (http://medicastore.com/rss.artikel.php, 2009)
c. Siklus hidup
Siklus hidup Ascaris lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur oleh cacing betina dari usus halus dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini,bila tertelan oleh manusia akan menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk ke rongga alveolus, kemudian naik ke trakhea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakhea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Dikarenakan rangsangan ini akan menyebabkan penderita batuk dan larva tertelan kedalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa dalam waktu kurang lebih 2 bulan akan bertelur. (Gandahusada.S,1998)
Gambar 2.1.3 Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
(Gandahusada.S, 2006)
d. Diagnosis
Cara menegakkan diagnosis ini adalah dengan cara melakukan pemeriksaan langsung. Dengan menemukan telur dalam tinja. Dan ada pula cacing dewasa yang keluar melalui mulut atau hidung dikarenakan muntah, dan ada pula yang keluar melalui anus.
2. Trichuris trichiura a. Pengertian
b. Klasifikasi
Menurut Jeffrey dan Leach klasifikasi mengenai Trichuris trichiura yaitu sebagai berikut :
Sub kingdom : Metazoa
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Aphasmidia
Ordo : Enoplida
Super famili : Trichinellidea Genus : Trichuris Spesies : T. trichuira (Jeffrey dan Leach, 1993)
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan jantan mempunyai panjang 4cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing betina bisa menghasilkan telur setiap hari antara 3000 – 10.000 butir. Telurnya berukuran 50 – 54 mikron x 32 mikron, bentuknya seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. (Gandahusada.S,1998)
Gambar 2.2.1 Telur Trichuris trichuira
(Hadidjaja.P, Srisasi G, 2002)
Gambar 2.2.2 Cacing Trichuris trichuira
(Hadidjaja.P, Srisasi G, 2002)
c. Siklus hidup
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3 – 6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan teduh. Cara infeksi langsung bila
secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur tertelan sampai cacing dewasa betina bertelur ± 30 – 90 hari. (Sotanto.I, Is Suhariah I, Pudji K. S, Saleha S, 2008)
Gambar 2.2.3 Siklus Hidup Trichuris trichuira
d. Diagnosis
Diagnosa pemeriksaan pada penyakit ini yaitu dengan pemeriksaan langsung. Dengan menemukan telur pada tinja. Dan juga ada cacing yang keluar dari anus bersama tinja.
3. Strongyloides stercoralis a. Pengertian
Parasit ini dapat menyebabkan penyakit Strongilodiosis. b. Klasifikasi
Menurut Jeffrey dan Leach klasifikasi mengenai Strongyloides stercoralis yaitu sebagai berikut :
Sub kingdom : Metazoa
Phylum : Nemathelminthes Kelas : Nematoda
Sub Kelas : Phasmidia Ordo : Rhabditida Super famili : Strongyloidea Genus : Strongyloides
Species : Strongyloides stercoralis
(Jeffrey dan Leach,1993)
Cacing jantan memiliki panjang ± 1 mm, dengan ekor melingkar dengan spikulum, dan esofagus pendek dengan dua bulbus. Sedangkan cacing betina memiliki panjang yang sama dengan jantan, ± 10 mm,
dengan uterus berisi telur, dan ekor runcing, serta memiliki esofagus pendek dengan dua bulbus.
Larva rabditiformnya memiliki panjang ± 225 mikron, mulut terbuka, pendek, dan lebar, esofagus dengan dua bulbus. Larva ini memiliki ekor runcing.
Larva filariformnya memiliki panjang ± 700 mikron, langsing, tanpa sarung, ruang mulut tertutup, esofagus menempati ½ panjang badan, bagian ekor berujung tumpul berlekuk. (Hadidjaja.P,Srisasi G, 2002)
Gambar 2.3.1 Cacing Strongyloides stercoralis
(Hadidjaja.P,Srisasi G, 2002)
c. Siklus hidup
1.Siklus langsung
Sesudah 2 – 3 hari ditanah, larva rabditiform berubah menjadi filariform berbentuk langsing yang merupakan bentuk infektif. Jika larva filariform menembus kulit manusia, larva akan masuk ke peredaran darah vena, kemudian ke jantung kanan dan menuju ke paru. Dari paru parasit mulai menjadi deewasa dan akan menembus alveolus, dan masuk ke trakhea dan laring. Sesudah di faring terjadi refleks batuk, sehingga parasit tertelan hingga ke usus halus bagian atas dan menjadi dewasa.
2.Siklus tidak langsung
Pada siklus tak langsung, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan cacing betina bentuk bebas. Sesudah pembuahan, cacing betina menghasilkan telur yang menetas menjadi larva rabditiform dalam waktu beberapa hari dapat menjadi larva filariform yang infektif dam masuuk kedalam hospes baru.
3.Autoinfeksi
Larva rabditiform kadanng-kadang menjadi larva filariform di usus atau di daerah sekitar anus. Bila larva filariform menembus mukosa usus atau kulit perianal, maka menjadi daur perkembangan di dalam hospes. Autoinfeksi dapat menyebabkan strongiloidosis menahun pada penderita yang ada di daerah nonendemik.
Gambar 2.3.2 Siklus Hidup Cacing Strongyloides stercoralis
(Gandahusada.S,Herry D.I,Wita P, 2006)
d. Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit ini adalahdengan menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, dalam biakan atau dalam aspirasi duodenum. Biakan selama sekurang-kurangnya 2 x 24 jam menghasilkan larva rabditiform dan cacing dewasa.
4. Cacing Tambang
a. Pengertian
Cacing tambang terdiri dari beberapa spesies yaitu Necator smericanus, Ancylostoma duodenale, Ancylostoma brazilienes, Ancylostoma ceylanicum, Ancylostoma caninum. Spesies cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Nama penyakit yang disebabkannya adalah Ankilostomiasis.
b. Klasifikasi
Menurut Jeffrey dan Leach klasifikasi mengenai Necator americanus dan Ancylostoma duodenale yaitu sebagai berikut :
Sub kingdom : Metazoa
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Super famili : Ancylostomaidea dan Necator Genus : Ancylostoma dan Necator
Spesies : A. duodenalae dan N. americanus (Jeffrey dan Leach, 1993)
1. Ancylostoma duodenale
Cacing betina dalam sehari bisa bertelur ± 10.000 butir. Cacing betina berukuran ± 1 cm, sedangkan cacing jantan mempunyai ukuran 0,8 cm. Cacing ini mempunyai bentuk seperti huruf C dan mempunyai dua gigi untuk melekatkan diri di dinding usus.
2. Necator americanus
Cacing betina biasanya dalam sehari mengeluarkan telur ± 9000 butir. Panjang cacing ini mirip dengan panjang Ancylostoma duodenale, tetapi bentuknya berbeda yaitu bentuknya menyerupai huruf S. Pada mulut cacing ini mempunyai benda kitin yaitu untuk melekatkan diri di mukosa usus. (Gandahusada.S,Herry D.I,Wita P, 1998 )
Gambar 2.4.2 A. duodenale
Gambar 2.4.3 N.americanus
(Hadidjaja.P, Srisasi G, 2002)
c. Siklus hidup
Dalam kondisi kelembapan dan temperatur yang optimal (23-33ºC), telur akan menetas dalam 1 – 2 hari dan melepaskan larva rabditiform, lalu akan berubah menjadi filariform. Perkembangan dari telur ke larva filariform adalah 5 – 10 hari. Kemudian larva menembus kulit manusia dan masuk ke sirkulasi darah melalui pembuluh darah vena dan sampai ke alveoli. Lalu larva berimigrasi ke saluran nafas atas yaitu
dari bronkiolus ke bronkus, trakhea, kemudian tertelan tutun ke esofagus dan menjadi dewasa di usus halus. (Inge.S,Is Suhariah I,Pudji K.S,Saleha S,2008)
Gambar 2.4.4 Siklus Hidup cacing tambang
(Gandahusada.S, Herry D.I,Wita P, 2006)
d. Diagnosis
Diagnosis di tegakkan dengan menemukan telur dalam tinja. Dapat juga ditemukan larva pada tinja yang sudah lama. Untuk membedakan N.americanus dan A.duodenale dapat dilakukan biakan dengan cara Harada-Mori.
C. KERANGKA TEORI
Gambar 2.5 Kerangka Teori
DIAGNOSA LAB. INFEKSI STH Ketepatan pengambilan sampel Ketrampilan teknisi Metode pemeriksaan yang digunakan Jenis alat Waktu pengambilan sampel