• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

BAB 1 GAMBARAN UMUM

1.1 Geografis

Provinsi Maluku terletak pada 124⁰ BT - 136⁰ BT dan - 2⁰30 LS - 9⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Maluku adalah 46.914 km2. Provinsi Maluku terdiri dari 11 kabupaten/ kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 118 kecamatan. Secara administratif, Provinsi Maluku berbatasan dengan:

- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur

- Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat

1.2 Demografi

Jumlah penduduk di Provinsi Maluku mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Provinsi Maluku berjumlah 1.533.500 jiwa dengan kepadatan penduduk 33 jiwa/km2. Dalam kurun waktu empat tahun terjadi pertumbuhan penduduk di Provinsi Maluku sebesar 8,08 %, sehingga pada tahun 2014 jumlah penduduk meningkat menjadi 1.657.400 jiwa dengan kepadatan penduduk 35 jiwa/km2.

Tabel 1-1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Maluku

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah penduduk (jiwa) 1.533.500 1.570.700 1.599.500 1.628.400 1.657.400 Kepadatan penduduk

(jiwa/ km2) 33 33 34 35 35

Pertumbuhan penduduk (%) 2,43 1,83 1,81 1,78

(2)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

BAB 2 TIM PEMBINA JASA KONSTRUKSI

2.1 Kelembagaan TPJK Provinsi Maluku

Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Provinsi Maluku terakhir dibentuk pada tahun 2010 melalui Surat Keputusan Gubernur No. 40/2010 Pembentukan Tim Pembina Jasa Konstruksi Pemerintah Provinsi Maluku. Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Pemerintah mempunyai fungsi pelaksana koordinasi dan rekomendasi hasil pembinaan jasa konstruksi sebagai bahan kebijakan.

Dalam melaksanakan pembinaan jasa konstruksi di Provinsi Maluku, kelembagaan pembina jasa konstruksi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Maluku nomor 40 dapat dilihat pada tabel 2-1 berikut.

Tabel 2-1 Susunan dan Personalia TPJK Pemerintah Provinsi Maluku berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 40 tahun 2010

Kelembagaan TPJK Pembina TPJK Provinsi Maluku

Ketua Sekretaris

Asisten Pengembangan Ekonomi, Investasi, Keuangan dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Maluku Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku

Anggota 1. Kepala Badan Perencanaan Pembanguan Daerah Provinsi Maluku

2. Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Maluku 3. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Maluku

4. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Maluku 5. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Maluku 6. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku 7. Ketua Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Maluku 8. Kepala Bidang Bina Teknik dan Jasa Konstruksi pada Dinas

Pekerjaan Umum Provinsi Maluku

9. Kepala Seksi Bina Teknik dan Jasa Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku

10. Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku

11. Kepala Bidang Pengembangan Prasarana Jalan dan Jembatan, Dinas Pekerjaan Umum

12. Kepala Bidang Pengembangan Permukiman dan Tata Bangunan, Dinas Pekerjaan Umum

(3)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH 2.1.1 Pelaksanaan tugas dan fungsi TPJKP

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi TPJK Provinsi Maluku mengacu pada Surat Keputusan Gubernur Nomor 40, dimana tim pembina harus melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam lingkup pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan.

Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud pada Surat Keputusan Gubernur Provinsi Maluku No. 40/2010, maka TPJK Provinsi Maluku mempunyai tugas:

1. melaksanakan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan Jasa Konstruksi di daerah bersama-sama dengan lembaga dan asosiasi terkait;

2. membina teknis terhadap usaha jasa konstruksi dalam rangka peningkatan profesionalisme pelaksanaan jasa konstruksi di Provinsi Maluku;

3. menyusun pedoman/petunjuk teknis pelaksanaan jasa konstruksi; 4. melaksanakan verifikasi dan rekomendasi terhadap permohonan izin

usaha jasa konstruksi dari setiap badan usaha meliputi kejelasan tempat usaha, personalia, aset yang dimiliki dan aktifitas usaha yang dilaksanakan dalam rangka penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi; 5. melaporkan secara tertulis atas pembinaan yang dilakukan kepada

Gubernur Maluku dan Menteri Pekerjaan Umum setiap tahun anggaran.

2.1.2 Organisasi dan tata kerja

Struktur kelembagaan yang direkomendasikan menurut Surat Edaran Kemendagri nomor 601/476/SJ adalah ketua dijabat oleh Asisten Sekretaris Daerah, sekretaris dijabat oleh Dinas Pekerjaan Umum, dan sekretariat terdiri atas unsur Pemerintah Daerah, sedangkan struktur keanggotaan diserahkan pada kewenangan daerah. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 40, struktur kelembagaan TPJK Provinsi Maluku dinilai kurang baik karena kelembagaan TPJK telah sesuai dengan rekomendasi Surat Edaran Kemendagri nomor 601/476/SJ, dimana kelembagaan TPJK Provinsi Maluku terdiri dari ketua oleh Asisten Pengembangan Ekonomi, Investasi, Keuangan dan Administrasi Pembangunan Setda Sekretariat Daerah, sekretaris oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum, dan anggota oleh unsur-unsur pemerintah daerah.

(4)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH 2.1.3 Fasilitas

Dalam mendukung kinerja TPJK Provinsi Maluku, fasilitas seperti ruang khusus (secretariat), komputer, printer, telepon, dan sebagainya sangat dibutuhkan. Fasilitas TPJK Provinsi Maluku dinilai cukup memadai dalam mendukung kinerja TPJK. Namun, TPJK Provinsi Maluku belum prasarana dan fasililitas khusus seperti ruang khusus dalam menjalankan fungsinya.

2.1.4 Sistem informasi

Dalam menyediakan informasi-informasi terkait pembinaan jasa konstruksi, maka dibutuhkan sistem informasi yang dapat diakses oleh pemangku kepentingan jasa konstruksi baik penyedia jasa, pengguna jasa, maupun masyarakat. Namun, TPJK Provinsi Maluku belum memiliki sistem informasi baik yang berdiri sendiri maupun terintegrasi dengan sistem informasi pusat/daerah. Oleh sebab itu, sebaiknya TPJKP mengadakan sistem informasi, sehingga pemangku kepentingan jasa konstruksi dapat mengakses informasi terkait jasa konstruksi.

Informasi-informasi tentang TPJKP dapat diakses melalui Sistem Informasi Pembinaan Jasa Konstruksi (SIPJAKI) yang telah dikembangkan oleh TPJK nasional (BP Konstruksi Kementerian PU). Sebagai salah satu instansi TPJKN seharusnya data diperbaharui oleh TPJKP.

2.2 Proses pembinaan TPJKP terhadap pemangku kepentingan

konstruksi

Berdasarkan PP No. 30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi, bentuk pembinaan jasa konstruksi terdiri dari pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan. Pembinaan ini dilakukan oleh TPJK kepada semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Pihak-pihak yang menjadi sasaran pembinaan jasa konstruksi oleh TPJK terdiri dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi (LPJKP), pengguna jasa, penyedia jasa, perguruan tinggi, masyarakat pengguna dan pihak yang terkena dampak konstruksi baik dalam pengadaan, proses konstruksi, dan pemanfaatan bangunan konstruksi.

(5)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH 2.2.1 Pengaturan

Program pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap pemangku kepentingan konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2-3. Berdasarkan table tersebut, program pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap pemangku kepentingan konstruksi dinilai kurang baik karena terdapat 5 substansi pengaturan yang dilaksanakan dengan kurang baik, sementara 12 substansi pengaturan lainnya belum dilaksanakan.

Tabel 2-3 Program Pengaturan TPJK Provinsi Maluku terhadap Pemangku Kepentingan Konstruksi

Sumber: hasil survei 2015

2.2.2 Pemberdayaan

Pembinaan TPJK terhadap pemangku kepentingan jasa konstruksi melalui program pemberdayaan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi, pengembangan usaha jasa konstruksi, dukungan lembaga keuangan dalam memperoleh pendanaan, dukungan lembaga pertanggungan dalam hal jaminan pertanggungjawaban resiko, dan peningkatan kemampuan teknologi sistem informasi dan pengembangan teknologi. Program pembinaan pemberdayaan ini

Deskripsi Dilaksanakan Tidak

Dilaksanakan Keterangan

Arahan pembinaan pengadaan kurang baik

Arahan pembinaan kontraktual

Arahan pembinaan green contruction

Arahan pembinaan investasi

Arahan pembinaan kelembagaan TPJKP

Arahan pembinaan SIPJAKI baik

Arahan pembinaan SBU kurang

Arahan pembinaan SIUJK

Arahan pembinaan SKA kurang

Arahan pembinaan SKT kurang

Arahan pembinaan penyusunan Amdal kurang

Arahan pembinaan penyusunan RKL kurang

Arahan pembinaan penyusunan RPL kurang

Arahan pembinaan penerbitan IMB baik

Arahan pembinaan SMM

Arahan pembinaan SMK3 kurang

Arahan pembinaan tertib pemanfaatan bangunan

(6)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

dilakukan terhadap penyedia jasa, pengguna jasa, masyarakat, LPJKP, dan TPJK kabupaten/ kota.

1. Pemberdayaan penyedia jasa

Pembinaan jasa konstruksi terhadap penyedia jasa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran penyedia jasa terhadap hak dan kewajibannya dalam bidang jasa konstruksi. Program pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap penyedia jasa dinilai cukup baik. Penyedia jasa yang menjadi sasaran dari program pemberdayaan adalah badan usaha dan tenaga terampil konstruksi. Substansi pemberdayaan yang dilakukan terhadap badan usaha adalah pembiayaan/ manajemen keuangan, asuransi, dan pertanggungjawaban teknis, sementara substansi untuk tenaga terampil adalah pemberdayaan sumber daya manusia.

Tabel 2-4 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Maluku terhadap Penyedia Jasa Program Pemberdayaan Penyedia Jasa Sumber Daya Manusia Pembiayaan/ Manajemen Keuangan Asuransi Pertanggung jawaban Teknis Badan Usaha Tenaga Ahli Tenaga Trampil Konsultan

Sumber: hasil survei 2015

2. Pemberdayaan pengguna jasa

Berdasarkan PP No 30 Tahun 2000, pembinaan jasa konstruksi dilakukan terhadap pengguna jasa guna untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran akan hak dan kewajiban pengguna jasa dalam pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Namun, TPJK Provinsi Maluku Jakarta belum melaksanakan program pemberdayaan pada pemerintah provinsi, SKPD, ULP, PPK, dan swasta.

Tabel 2-5 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Maluku terhadap Pengguna Jasa

Program Pemberdayaan

Pengguna Jasa Pengadaan Kontrak

Administrasi Kontrak

Perselisihan Kontrak

Pemerintah Provinsi

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

(7)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Swasta

Sumber: hasil survei 2015

3. Pemberdayaan masyarakat

Pembinaan jasa konstruksi terhadap masyarakat dilakukan untuk menumbuhkembangkan pemahaman akan peran strategis jasa konstruksi dalam pembangunan nasional, kesadaran akan hak dan kewajiban guna mewujudkan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan. Masyarakat yang menjadi sasaran dari pemberdayaan TPJK Provinsi Maluku adalah asosiasi profesi dan asosiasi pelaku. Pembinaan terkait pemberdayaan terhadap masyarakat dinilai baik karena pelaksanaan pemberdayaan telah mencakup substansi Sistem Manajemen Mutu (SMM), dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Tabel 2-6 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Maluku terhadap Masyarakat

Program Pemberdayaan

Masyarakat Dilaksanakan

Tidak

dilaksanakan Keterangan

Asosiasi Profesi Workshop/Sosialisasi

Asosiasi Perusahaan Workshop/Sosialisasi

Perguruan Tinggi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bentuk Pemberdayaan: - SMM Workshop/Sosialisasi - SMK3 √ Workshop/Sosialisasi - UU Jasa Konstruksi √ - Penyuluhan UU Aturan Jasa Konstruksi √ - Penyuluhan Pemanfaatan Jasa Konstruksi √ - Penyuluhan Bantuan

Teknis Jasa Konstruksi

Sumber: hasil survei 2015

(8)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi Maluku terhadap Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) adalah berupa workshop.

5. Pemberdayaan TPJK kabupaten dan kota

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi Maluku terhadap Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) kabupaten dan kota adalah berupa workshop.

2.2.3 Pengawasan

Proses pengawasan dilakukan untuk mencapai tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi. Proses pengawasan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap pemangku kepentingan konstruksi terdiri dari , , . Evaluasi yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terkait pengawasan menunjukkan bahwa penerbitan SIUJK dinilai kurang, penerbitan IMB dinilai kurang .

Proses pengawasan dilakukan untuk mencapai tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi. Proses pengawasan terkait penerbitan SBU, SKA, dan SKT belum dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap pemangku kepentingan konstruksi. Evaluasi yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terkait pengawasan menunjukkan bahwa penerbitan SIUJK dinilai kurang dan penerbitan IMB dinilai kurang.

Tabel 2-7 Program Pengawasan TPJK Provinsi Maluku terhadap Pemangku Kepentingan Jasa Konstruksi

Pengawasan Dilaksanakan Tidak

dilaksanakan Keterangan

- Penerbitan SBU

- Penerbitan SKA √

- Penerbitan SKT √

- Evaluasi Penerbitan SIUJK √ kurang

(9)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH - Evaluasi Tertib SMM √ - Evaluasi Tertib SMK3 √ - Evaluasi Tertib Pemanfaatan Bangunan √

Sumber: hasil survei 2015

2.3 Kegiatan pembinaan/ bantuan TPJK

2.3.1 Pembinaan TPJKP kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi Maluku

Tim Pembina Jasa Konstruksi Provinsi Maluku melakukan pembinaan kepada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi Maluku (LPJKP). Dalam rangka peningkatan kinerja lembaga telah dilakukan kerjasama pelatihan/ koordinasi/ kemitraan kebutuhan lembaga. Sedangkan dalam sistem informasi telah dibuat website mengenai jasa konstruksi Maluku yang beralamat di http://www.lpjk.org.

Berdasarkan hasil survei, kegiatan pembinaan/ bantuan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap LPJK Provinsi Maluku terdiri dari:

1. Pengaturan

Bentuk pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap LPJK Provinsi Maluku adalah berupa:

- perda perizinan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi

- perda penyelenggaraan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi

2. Pemberdayaan

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap LPJK Provinsi Maluku adalah berupa:

- workshop pelatihan tenaga ahli - workshop pelatihan tenaga terampil - workshop pelatihan konsultan

(10)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

- workshop pelatihan keuangan/ pertanggungan kontraktor

3. Pengawasan

Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap LPJK Provinsi Maluku adalah berupa pengembangan/ peningkatan kemampuan teknologi (litbang) kontraktor yang terdiri dari SMM, SMK3,

green construction.

2.3.2 Pembinaan TPJKP terhadap penyedia jasa

Berdasarkan Surat Edaran Kemendagri No. 601/ 476/ SJ, 13 Maret 2016, Tim Pembina Jasa Konstruksi melakukan pembinaan kepada penyedia jasa. Berdasarkan hasil survei, kegiatan pembinaan/ bantuan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap penyedia jasa terdiri dari:

1. Pengaturan

Bentuk pengaturan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap penyedia jasa adalah berupa:

- perda perizinanan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi, dan diseminasi elektronik

- perda penyelenggaraan konstruksi yang disebarkan melalui sosialisasi, dan diseminasi elektronik

2. Pemberdayaan

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh TPJK Provinsi Maluku terhadap penyedia jasa adalah berupa:

- sosialisasi pelatihan tenaga ahli - sosialisasi pelatihan tenaga terampil - sosialisasi pelatihan konsultan

3. Pengawasan

Berdasarkan hasil survei bentuk pengawasan seperti pelatihan keuangan/ pertanggungjawaban dan pengembangan/ peningkatan kemampuan teknologi (litbang) di Provinsi Maluku tidak dilakukan

(11)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

BAB 3 POTRET INDUSTRI JASA KONSTRUKSI

3.1 Peran Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Provinsi Maluku

Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang memiliki peran strategis terhadap pembangunan daerah. Kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian sangat signifikan karena sektor ini merupakan katalisator bagi sektor-sektor lain seperti sektor jasa, transportasi, perdagangan, dan industri.

Semakin besar sumbangan suatu sektor terhadap PDRB, maka semakin besar pengaruh sektor tersebut terhadap perekonomian daerah. Besar kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian Provinsi Maluku cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2014. Pada tahun 2010, sektor konstruksi memberi konstribusi sebesar 6,49% terhadap PDB. Pada tahun 2011, kontribusi sektor konstruksi terhadap PDB meningkat menjadi 6,66%. Pada tahun 2012, konstribusi sektor konstruksi terhadap PDB mengalami peningkatan sebesar 0,02%, sehingga pada tahun tersebut sektor konstruksi memberi kontribusi sebesar 6,68% terhadap PDB. Kontribusi sektor konstruksi ini kemudian meningkat menjadi 6,84% pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 6,88%. Jadi, dalam rentang tahun 2010 sampai 2014 rata-rata peran sektor konstruksi terhadap perekonomian Provinsi Maluku adalah sekitar 6,7 %.

Tabel 3-1 Kontribusi Sektor Konstruksi terhadap Perekonomian Provinsi Maluku

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 PDRB Total 18.428.585 19.597.390 21.000.079 22.104.138 23.585.069 PDRB Konstruksi 1.196.025 1.304.640 1.403.272 1.511.832 1.622.354 Konstribusi Sektor Konstruksi terhadap PDRB (%) 6,49 6,66 6,68 6,84 6,88

Sumber: Statistik Indonesia

3.2 Peran Sektor Konstruksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di

Provinsi Maluku

Sektor konstruksi merupakan sektor yang menyediakan lapangan perkerjaan bagi masyarakat baik masyarakat yang berpendidikan, semi-berpendidikan, dan tidak berpendidikan. Penyerapan tenaga kerja di bidang konstruksi dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor konstruksi pada tahun 2010 sampai 2014 adalah sebesar 3,31 % dari total angkatan kerja di Provinsi Maluku. Jumlah tenaga kerja

(12)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

konstruksi cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 18.855 jiwa menjadi 21.472 jiwa pada tahun 2014.

Besar penyerapan tenaga kerja bidang konstruksi dapat dilihat pada tabel 3.2. Pada tahun 2010 penyerapan kerja sektor konstruksi di Provinsi Maluku adalah sebesar 2,89 % dari total angkatan kerja sebesar 651.339 jiwa. Penyerapan tenaga kerja konstruksi mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar 3,33% dari total angkatan kerja sebesar 701.893 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah tenaga kerja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 701.893 jiwa menjadi 659.953 jiwa. Sementara itu, jumlah angkatan kerja mengalami penurunan dari tahun 2011 menjadi 19.290 jiwa. Penyerapan tenaga kerja konstruksi pada tahun 2012 adalah sebesar 2,92%. Pada tahun 2013 penyerapan tenaga kerja konstruksi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 4,2% dari total angkatan kerja 663.481 jiwa. Kemudian pada tahun 2014 terjadi penurunan dalam penyerapan tenaga kerja menjadi 3,19% dari total angkatan kerja 672.304 jiwa.

Tabel 3-2 Peran Sektor Konstruksi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Maluku Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Angkatan Kerja 651.339 701.893 659.953 663.481 672.304 Tenaga Kerja Konstruksi 18.855 23.356 19.290 27.897 21.472 Penyerapan Tenaga Kerja Konstruksi (%) 2,89 3,33 2,92 4,2 3,19

Sumber: Statistik Indonesia

Sektor konstruksi yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan kepada masyakarat akan mengurangi tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan akan mampu menurunkan tingkat penggangguran, sehingga kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan penyerapan tenaga kerja konstruksi cenderung diikuti juga oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi di bidang konstruksi.

Tabel 3-3 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 sampai 2014 pertumbuhan ekonomi di bidang konstruksi dengan rata-rata sebesar 6,71 % mampu menyerap tenaga kerja dengan rata-rata 22.174 jiwa di Provinsi Maluku. Dengan kata lain, setiap pertumbuhan ekonomi sektor konstruksi mengalami peningkatan sebesar 1% di Provinsi Maluku, maka rata-rata jumlah tenaga kerja yang diserap adalah sekitar 3.305 jiwa.

(13)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Tabel 3-3 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Bidang Konstruksi Tahun 2010-2014 di Provinsi Maluku

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Tenaga Kerja Konstruksi 18.855 23.356 19.290 27.897 21.472 Pertumbuhan Ekonomi Sektor

Konstruksi (%) 6,49 6,66 6,68 6,84 6,88

Sumber: Statistik Indonesia

3.3 Tenaga Kerja dan Badan Usaha Sektor Konstruksi di Provinsi

Maluku

3.3.1 Tenaga Kerja dan Upah Pekerja

Tenaga kerja konstruksi terdiri dari tenaga kerja tetap dan harian lepas. Tenaga kerja konstruksi tetap di Provinsi Maluku mengalami penurunan sebesar- 30,93 % dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 tenaga kerja konstruksi tetap di Provinsi Maluku sebanyak 8.114 orang, pada tahun 2011 sebanyak 4.918 orang, pada tahun 2012 sebanyak 5484 orang, pada tahun 2013 sebanyak 5.556 orang, dan pada tahun 2014 menjadi 5.604 orang.

Jumlah tenaga kerja konstruksi harian lebih besar dibanding jumlah tenaga kerja tetap konstruksi. Tenaga kerja konstruksi harian di Provinsi Maluku dari tahun 2010 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 20,17 %. Pada tahun 2010 tenaga kerja konstruksi harian di Provinsi Maluku sebanyak 5.392.272 orang, pada tahun 2011 sebanyak 5.482.062 orang, pada tahun 2012 sebanyak 5.573.501 orang, pada tahun 2013 sebanyak 6.039.776 orang, dan pada tahun 2014 menjadi 6.479.904 orang.

Tabel 3-4 Jumlah Tenaga Kerja pada Sektor Konstruksi Tahun 2010-2014 di Provinsi Maluku

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Tenaga Kerja Tetap

(orang) 8.114 4.918 5.484 5.556 5.604

Tenaga Kerja Harian

(orang) 5.392.272 5.482.062 5.573.501 6.039.776 6.479.904 Sumber: Statistik Indonesia

(14)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH 3.3.2 Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil di Bidang Jasa Konstruksi di Provinsi

Maluku

Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang jasa konstruksi di Provinsi Maluku dapat dilihat dari jumlah tenaga ahli dan tenaga terampil di bidang jasa konstruksi. Jumlah tenaga ahli dan tenaga terampil bidang jasa konstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang telah disertifikasi keahliannya dapat dilihat pada table di bawah ini.

Table 3-5 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja ahli di Provinsi Maluku didominasi oleh tenaga ahli utama. Pada tahun 2010 jumlah tenaga ahli konstruksi di Provinsi Maluku berjumlah 3.336 orang. Pada tahun 2011 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 1.013 orang. Selanjutnya, pada tahun 2012 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 3.782 orang, kemudian menurun pada tahun 2013 menjadi 388 orang. Pada tahun 2014 jumlah tenaga ahli konstruksi meningkat menjadi 568 orang.

Sementara itu, tenaga kerja terampil secara kuantitas mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 sampai 2014 jumlah tenaga terampil di Provinsi Maluku secara berurutan adalah 7.674 orang pada tahun 2010, 1.901 orang pada tahun 2011, 1.999 orang pada tahun 2012, 7.735 orang pada tahun 2013, dan 532 orang pada tahun 2014. Tenaga kerja terampil di Provinsi Maluku lebih didominasi oleh tenaga terampil tingkat I.

Tabel 3-5 Tenaga Kerja Konstruksi Menurut Kualifikasi

Tahun Tenaga Kerja Ahli Tenaga Kerja Terampil

Muda Madya Utama Total Tingkat I Tingkat II Tingkat III Total 2010 17 205 699 921 538 2.064 623 3.225 2011 17 249 747 1.013 610 610 681 1.901 2012 18 257 751 1.026 653 653 693 1.999 2013 2 140 140 282 210 210 18 438 2014 3 179 178 360 254 254 24 532 Sumber: Statistik Konstruksi

3.3.3 Badan Usaha Jasa Konstruksi di Provinsi Maluku

Badan usaha konstruksi dibedakan berdasarkan skala dan bidangnya. Berdasarkan skala badan usaha jasa konstruksi dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu kecil, menengah, dan besar. Sedangkan berdasarkan bidangnya badan usaha jasa konstruksi dibedakan menjadi bidang gedung, sipil dan khusus.

(15)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Berdasarkan skalanya, badan usaha lebih didominasi oleh badan usaha skala kecil. Pada tabel 3-6 jumlah badan usaha skala kecil pada tahun 2010 sampai tahun 2014 lebih banyak dibanding skala sedang dan skala besar. Pada tahun 2014 jumlah badan usaha kecil di Provinsi Maluku adalah 1.779 badan usaha, sedangkan badan usaha menengah berjumlah 220 dan badan usaha besar berjumlah 53.

Jumlah badan usaha skala kecil meningkat dari 2.002 badan usaha pada tahun 2010 menjadi 1.779 badan usaha pada tahun 2014. Badan usaha skala sedang mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Dalam jangka waktu tersebut, badan usaha skala sedang peningkatan dari 187 pada tahun 2010 menjadi 220 pada tahun 2014. Badan usaha besar meningkat menurun dari 59 badan usaha pada tahun 2010 menjadi 53 badan usaha pada tahun 2014.

Pada tabel 3-6 badan usaha di Provinsi Maluku yang bergerak pada bidang konstruksi lebih didominasi oleh bidang gedung dan sipil. Pada tahun 2010 badan usaha bidang gedung berjumlah 1.101 menurun menjadi 1.087 pada tahun 2013. Badan usaha bidang sipil mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang berjumlah 2.143 menjadi 2.592 pada tahun 2014. Sementara itu, badan usaha bidang khusus meningkat dari 34 pada tahun 2010 menjadi 28 pada tahun 2014.

Tabel 3-6 Badan usaha jasa konstruksi di Provinsi Maluku

Tahun Jenis/ Golongan Bidang

Kecil Sedang Besar Total Gedung Sipil Khusus Total 2010 2.002 187 59 2.248 1.101 1.113 34 2.248 2011 2.037 161 32 2.230 1.028 1.042 31 2.101 2012 1.769 213 57 2.039 997 1.013 29 2.039 2013 1.943 230 52 2.225 1.087 1.107 31 2.225 2014 1.779 220 53 2.052 1.023 28 1.051 Sumber: Statistik Konstruksi

3.4 Pasar Jasa Konstruksi

Pasar jasa konstruksi dapat diartikan sebagai nilai konstruksi yang dikerjakan dalam suatu wilayah. Besarnya pasar jasa konstruksi akan berpengaruh pada besarnya kontribusi sektor konstruksi terhadap PDRB baik di tingkat kota, provinsi maupun nasional. Tabel 3-7 menunjukkan bahwa pasar jasa konstruksi di Provinsi Maluku didominasi oleh pembangunan di bidang sipil, kemudian diikuti oleh pembangunan konstruksi di bidang gedung.

(16)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Nilai konstruksi bidang gedung, sipil, dan khusus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2014. Nilai konstruksi bidang gedung pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 0,55 triliun kemudian meningkat sebesar 21,52 % menjadi Rp 0,67 triliun pada tahun 2014. Peningkatan nilai konstruksi bidang sipil adalah sebesar 84,22 % yaitu besar nilai konstruksi pada tahun 2010 sejumlah Rp 0,76 triliun meningkat menjadi Rp 1,4 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi bidang khusus juga mengalami peningkatan, namun tidak sebesar peningkatan nilai bidang gedung dan sipil. Nilai konstruksi bidang khusus dalam jangka waktu 2010 sampai 2014 mengalami peningkatan sebesar 129,72 %, dimana besar nilai konstruksi bidang sipil pada tahun 2010 adalah Rp 0,12 triliun kemudian meningkat menjadi Rp 0,27 triliun pada tahun 2014. Nilai-nilai konstruksi ini menunjukkan bahwa pasar jasa konstruksi semakin luas dan pembangunan infrastruktur semakin meningkat.

Tabel 3-7 Nilai Konstruksi Berdasarkan Bidang yang Diselesaikan Tahun 2010-2014 di Provinsi Maluku

Tahun

Nilai Konstruksi yang Diselesaikan (juta rupiah)

Total

Gedung Sipil Khusus

2010 550.641 760.496 116.035 1.427.172

2011 498.163 1.031.340 194.028 1.723.531 2012 558.808 1.162.196 219.656 1.940.660 2013 616.372 1.286.620 244.065 2.147.057 2014 669.140 1.400.989 266.560 2.336.689 Sumber: Statistik Konstruksi

Pendanaan jasa konstruksi berasal dari APBD, APBN, BUMN dan BUMD, luar negeri, dan sumber dana lainnya. Hal ini menunjukan bahwa pendanaan dari sumber-sumber ini akan mepengaruhi sektor konstruksi di suatu daerah. Berdasarkan tabel 3-8 di bawah, nilai jasa pelaksanaan konstruksi yang dibiayai oleh APBD, APBN, BUMN dan BUMD, luar negeri, dan sumber dana lainnya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa sektor konstruksi merupakan sektor strategis yang semakin berpotensi dalam meningkatkan perekonomian daerah. Dalam rentang waktu tahun 2010 sampai 2014 pendanaan konstruksi nasional didominiasi oleh pembiayaan dari APBD. Nilai konstruksi yang bersumber dari pendanaan APBD di Provinsi Maluku mengalami peningkatan 66,73 % dari tahun 2010 yang bernilai Rp 0,86 triliun menjadi Rp 1,44 triliun pada tahun 2014.

(17)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Nilai konstruksi yang bersumber dari APBN di Provinsi Maluku mengalami peningkatan sebesar 53,16 % dari Rp 0,48 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 0,73 triliun pada tahun 2014. Pada tahun 2010 nilai konstruksi dari BUMN dan BUMD yang berjumlah Rp 0,01 triliun mengalami mengalami peningkatan sebesar 196,31 % menjadi Rp 0,04 triliun pada tahun 2014. Nilai konstruksi dari pendanaan luar negeri meningkat dari dari Rp 0,01 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 0,02 triliun pada tahun 2014. Salah satu sumber pendanaan konstruksi adalah pihak swasta. Pada tahun 2010 nilai konstruksi dari sumber pendanaan lain ini berjumlah Rp 0,07 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 0,11 triliun pada tahun 2014.

Tabel 3-8 Nilai Konstruksi Pendanaan Jasa Konstruksi di Provinsi Maluku

Tahun

Sumber Pendanaan Jasa Konstruksi (juta rupiah)

APBN APBD BUMN dan BUMD Luar Negeri Lain-lain 2010 476.808 860.771 12.712 11.637 65.243 2011 559.109 1.057.993 19.600 10.478 76.351 2012 620.164 1.191.545 28.728 12.816 87.407 2013 677.831 1.318.507 37.667 1.580 97.972 2014 730.281 1.435.172 37.667 17.217 107.761 Sumber: Statistik Konstruksi

3.5 Keuangan Daerah

Keuangan daerah menjadi kunci utama dalam melakukan pembangunan daerah yang menjadi bagian integral dari prinsip otonomi dan pengaturan sumberdaya nasional. Menurut PP No. 58 Tahun 2005, keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Keuangan daerah merupakan suatu kesatuan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD juga dapat diartikan sebagai rincian sumber pendapatan dan pengeluaran daerah yang akan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun. APBD terdiri dari 3 komponen utama yaitu pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. APBD sebagai kontrol dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan di daerah agar tidak terjadi pemborosan dan penyelewengan. Pengelolaan APBD di Provinsi maupun Kabupaten/ Kota tidak boleh melebihi anggaran

(18)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

penerimaan sesuai dengan amanat UU No. 25 tahun 1991 yang mendorong adanya efisiensi pengeluaran dan memastikan ketersediaan sumber pembiayaan.

3.5.1 Pendapatan

Pendapatan daerah diartikan sebagai semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan pendapatan lain-lain daerah yang sah. Dari Tabel 3-9 di bawah, Provinsi Maluku mengalami kenaikan pendapatan dari tahun ke tahun. Pendapatan Provinsi Maluku bertumbuh sebesar 18,13 % dari tahun 2013 ke tahun 2014, hal ini juga terjadi pada pendapatan kabupaten atau kota di dalam Provinsi Maluku. Pendapatan kabupaten/kota bertumbuh sebesar 12,9 % dari tahun 2013 ke tahun 2014. Pertumbuhan pendapatan kabupaten/kota lebih besar jika dibandingkan pertumbuhan pendapatan Provinsi. Pendapat suatu daerah sangat dipengaruhi oleh Dana perimbangan yang berasal dari APBN. Sebagian besar Kabupaten/ Kota di Indonesia mengandalkan Dana Perimbangan untuk membiayai belanja daerahnya.

Tabel 3-9 Pendapatan Daerah di Provinsi Maluku (juta rupiah)

Uraian Pendapatan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

APBD Provinsi 953.902 1.103.639 1.412.177 1.557.387 1.839.703 APBD Total Kab./Kota 4.433.738 5.262.457 6.777.883 6.336.811 7.154.216 Sumber: LGF Anggaran (Ringkas)

Dana APBN yang diberikan oleh Pusat ke Provinsi Maluku merupakan dana perimbangan yang diberikan untuk mendorong pembiayaan kegiatan khusus yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat. Dana perimbangan yang berasal dari APBN ini terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

(19)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Tabel 3-10 Dana Perimbangan Provinsi Maluku (juta rupiah)

Tahun DBH DAU DAK

2010 68.485 703.994 44.658

2011 76.862 607.572 32.753

2012 82.484 829.491 38.063

2013 91.147 897.657 53.425

2014 91.147 1.019.704 70.134

Sumber: LGF Anggaran (Ringkas)

Dana Bagi Hasil di Provinsi Maluku ini naik dari Rp 0,07 triliun tahun 2010 menjadi Rp 0,09 triliun tahun 2014. Dana bagi hasil yang didapatkan dari penerimaaan pajak bumi bangunan, perolehan atas hak atas atanah dan bangunan serta sumberdaya alam. Keberadaan DBH menunjukkan bahwa upaya pengurangan kesenjangan vertikal antara daerah dengan pusat.

Dana Alokasi Umum yang dialokasikan untuk Provinsi Maluku pada tahun 2010 sebesar Rp 0,7 triliun meningkat secara kontinyu sampai tahun 2014 menjadi Rp 1,02 triliun. DAU yang diberikan oleh pusat kepada Provinsi Maluku merupakan upaya pemeratakan keuangan daerah untuk membiayaan kegiatan daerah sebagai tugas desentralisasi dari pemerintah pusat. Keberadaan DAU harus digunakan oleh Pemerintah Provinsi untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masyarakat.

Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang diberikan kepada Provinsi Maluku ini menunjukkan peningkatan dari Rp 0,04 triliun (2010) menjadi Rp 0,07 triliun (2014) yang digunakan untuk mendanai urusan khusus menjadi urusan daerah dan priorotas nasional. Pengelolaan dana perimbangan untuk daerah yang bersumber dari pusat ini seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk daerah melakukan kegiatan efektif dan bermanfaat untuk kemaujuan pembangunan daerahnya.

3.5.2 Belanja

Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

(20)

| PROFILPEMBINAJASAKONSTRUKSIDAERAH

Pengeluaran daerah dihitung melalui belanja langsung dan tidak langsung. Pengeluaran daerah terhadap sektor jasa konstruksi dapat dilihat melalui belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dna jasa, serta belanja modal.

Dalam kurun waktu 5 tahun, pengeluaran Provinsi Maluku meningkat dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Nilai belanja yang dikeluarkan oleh Provinsi Maluku pada tahun 2010 adalah Rp 1,12 triliun, Rp 0,98 triliun tahun 2011, Rp 1,43 triliun tahun 2012, Rp 1,57 triliun tahun 2014, dan Rp 1,91 triliun tahun 2014.

Nilai belanja yang diperoleh dari belanja tidak langsung dan belanja langsung di Provinsi Maluku cenderung meningkat dari tahun 2010 sampai 2014. berjumlah Rp 0,48 triliun pada tahun 2010, Rp 0,46 triliun tahun 2011, Rp 0,85 triliun tahun 2012, Rp 0,97 triliun tahun 2014, dan Rp 0,93 triliun tahun 2014. Belanja langsung yang diperoleh dari belanja pegawai, barang/jasa, dan modal di Provinsi Maluku bernilai Rp 0,64 triliun pada tahun 2010, Rp 0,52 triliun tahun 2011, Rp 0,58 triliun tahun 2012, Rp 0,6 triliun tahun 2014, dan Rp 0,98 triliun tahun 2014. Untuk pengadaan barang dan jasa, Pemerintah Provinsi Maluku mengeluarkan belanja sebesar Rp 0,96 triliun pada tahun 2010, Rp 0,98 triliun tahun 2011, Rp 1,45 triliun tahun 2012, Rp 1,36 triliun tahun 2014, dan Rp 1,62 triliun tahun 2014.

Berdasarkan pendapatan dan belanja, Provinsi Maluku memiliki selisih lebih antara realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran atau yang disebut dengan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). SiLPA di Provinsi Maluku bernilai Rp 0,03 triliun pada tahun 2010, Rp 0,03 triliun tahun 2011, Rp 0,02 triliun tahun 2012, Rp 0,04 triliun tahun 2014, dan Rp 0,09 triliun tahun 2014.

Tabel 3-11 Pengeluaran Daerah dan SiLPA tahun 2010-2014 di Provinsi Maluku (juta rupiah)

Uraian Pengeluaran Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Belanja Tidak Langsung 482.308 456.810 849.583 965.645 925.436 Belanja Langsung 642.190 519.512 580.287 604.439 981.197 Belanja Pegawai 59.092 56.519 62.153 62.513 44.166 Belanja Barang dan jasa Total Kab./Kota 958.624 981.873 1.450.386 1.359.336 1.617.774 Belanja Modal Total Kab./Kota 1.281.384 1.492.756 1.417.512 1.493.620 1.706.905

Total Belanja 1.124.499 976.322 1.429.870 1.570.083 1.906.633 SiLPA TA sebelumnya 25.810 25.170 22.680 37.034 87.016

Gambar

Tabel 1-1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Pertumbuhan  Penduduk di Provinsi Maluku
Tabel 2-1 Susunan dan Personalia TPJK Pemerintah Provinsi Maluku berdasarkan  Surat Keputusan Gubernur Nomor 40 tahun 2010
Tabel 2-3 Program Pengaturan TPJK Provinsi Maluku terhadap Pemangku  Kepentingan Konstruksi
Tabel 2-4 Program Pemberdayaan TPJK Provinsi Maluku terhadap  Penyedia Jasa  Program  Pemberdayaan  Penyedia Jasa  Sumber Daya Manusia  Pembiayaan/ Manajemen Keuangan  Asuransi  Pertanggung jawaban Teknis  Badan Usaha  √  √  √  Tenaga Ahli  Tenaga Trampil
+7

Referensi

Dokumen terkait

3 Bahasa Indonesia * 2 Eko Prasetiyo, M.Pd Perencaaan Pembelajaran AUD 2 Kandita Kurniasari Ayu A, M.Pd 1 Pendidikan Anak Dalam Keluarga 2 Dewi Susilo Reni, M.Pd.I Bahasa Arab AUD

Pemeriksaan antemortem adalah pemeriksaan kesehatan ayam sebelum disembelih yang dilakukan oleh dokter hewan penanggung jawab teknis atau tenaga pemeriksa daging dibawah

3) Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat 4) Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana 3. Model yang dikemukan oleh Merilee S. Model

Membuat surat Penunjukan Tim Penegak Disiplin Kerja yang diketuai oleh Wakil Ketua Pengadilan Negeri yang anggotanya 2 orang Hakim Senior, Panitera Sekretaris, Wakil Panitera,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membangun suatu sistem informasi geografis mengenai peta kampus Undip beserta informasi berbasis web agar dapat

kecil, sedang atau besar baik yang berada pada lokasi tersendiri maupun yang berlokasi pada pusat perbelanjaan/mall dapat melayani makan ditempat/dine in dibatasi

 Di perairan Sebelah Barat P. Sumatera, Laut Cina Selatan, Perairan Selatan Pulau Jawa, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Banda, Laut Timor, dan Laut Halmahera arus

Dari uraian diatas penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh rasio profitabiltas dalam hal ini adalah Rasio ROA, ROE dan NPM Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang