• Tidak ada hasil yang ditemukan

VALIDITAS ISI DAN KETEPATAN KONSTRUKSI BUTIR TES SOAL UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VALIDITAS ISI DAN KETEPATAN KONSTRUKSI BUTIR TES SOAL UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1) Masyrifatul Khairiyyah adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Negeri Malang, 2012.

2) Heri Suwignyo dan Imam Agus Basuki adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas

Negeri Malang

VALIDITAS ISI DAN KETEPATAN KONSTRUKSI BUTIR TES SOAL UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SMA/MA

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Masyrifatul Khairiyyah1)

Heri Suwignyo2) Imam Agus Basuki

E-mail: risma.aries@yahoo.co.id Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan validitas isi dan konstruksi butir tes soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini meng-gunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian adalah (1) analisis validitas isi memperoleh 34% soal dengan tingkat kesesuaian tinggi, 40% soal dengan tingkat kesesuaian sedang, dan 26% soal dengan tingkat kesesuaian rendah; (2)%tase ketepatan konstruksi penyusunan soal mencapai 93,5%, sedangkan ketidaktepatan mencapai 6,5%. Kata Kunci: Validitas isi, Konstruksi Soal

ABSTRACT: The objective of this study was to describe content validity and construction of questions in test. National Test of Indonesian Language of Senior High School/Islamic High School in the period of 2011/2012. This study used descriptive quantitative research design. The result study was (1) content validity analysis achieved 34% of questions with high level, 40% of questions with average level, and 26% of questions with low level; (2) the percentage of the right construction in making test achieved 93,5%, while inexact making test achieved 6,5%.

Key words: content validity, test construction

Ujian nasional adalah ujian yang dilakukan secara nasional pada jenjang SD, SMP, SMA, dan sederajat untuk mengukur dan menilai kompetensi setiap peserta didik yang telah mengikuti proses pembelajaran selama 3 tahun pada masing-masing jenjangnya. Potret standardisasi mutu pendidikan nasional masih berkisar 40,31% di bawah standar minimal, 48,89% pada posisi standar minimal, dan hanya 10,80% yang telah memenuhi standar minimal (Abbas, 2011). Pemerintah menggunakan Ujian Nasional sebagai tolok ukur untuk mengetahui mutu pendidikan di Indonesia.

Sebelum mengomentari dan mewacanakan tentang pelaksaan UN, yang harus ditinjau lebih dulu adalah instrumen UN tersebut yaitu butir soal yang diujikan. Apakah soal yang diberikan kepada peserta UN sudah sesuai dengan standar kompetensi lulusan atau masih ada yang tidak sesuai. Sejauh ini, baik dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) maupun dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sepengetahuan peneliti belum ada satu pun yang secara kongkret mempublikasikan hasil penelitian yang khusus membahas tentang validitas isi dan konstruksi soal ujian nasional. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian yang dilakukan untuk membahas tentang soal ujian

(2)

2 nasional tersebut. Khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai sandungan.

Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi isi sebagai alat pengukur hasil belajar (Sudijono, 2006: 164). Validitas isi sering pula dinamakan validitas kurikulum yang berarti bahwa suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang akan diukur (Surapranata, 2005: 51). Menurut Djiwandono (1996: 92), validitas isi menuntut adanya kesesuaian isi antara kemampuan yang ingin diukur dan tes yang digunakan untuk mengukurnya. Cara untuk mengkaji validitas isi adalah dengan pendekatan rasional, yaitu membandingkan antara soal dengan kisi-kisi soal atau kurikulum yang telah diajarkan (Thoha, 2003: 112). Menurut Harsiati (2012: 98), langkah-langkah untuk mengetahui validitas isi adalah dengan membandingkan proporsi kurikulum dengan soal, membandingkan kesesuaian isi butir soal dengan kurikulum, dan membandingkan cakupan materi tes dengan cakupan kurikulum.

Ketepatan konstruksi penyusunan soal piliha ganda menuntut kesesuaian konstruksi soal dengan konstruksi butir tes. Menurut Basuki (2010:200—203), ada 13 konstruk soal pilihan ganda yang harus ada pada setiap butir soal. Tiga belas konstruk tersebut yaitu, (1) pokok permasalahan ada pada pokok soal; (2) tidak terdapat pengulangan kata dalam pilihan; (3) soal berupa satu rumusan masalah; (4) soal yang berupa pernyataan belum lengkap, maka yang dilengkapi harus di ujung pernyataan, bukan di tengah pernyataan; (5) susunan alternatif jawaban teratur; (6) menggunakan bahasa yang lazim dipakai; (7) alternatif jawaban homogen dan mengecoh; (8) menghindari penggunaan alternatif jawaban dengan kalimat yang lebih panjang dari alternatif pegecoh; (9) tidak menampakkan petunjuk jawaban pada alternatif jawaban; (10) tidak menggunakan pilihan jawaban yang berbunyi “semua di pilihan di bawah benar” atau “tidak satupun pilihan di bawah benar” atau sejenisnya; (11) menggunakan tiga atau lebih alternatif jawaban; (12) soal dan alternatif jawaban menggunakan kalimat yang pasti dan tidak memunculkan makna ganda/tidak tentu; dan (13) pokok soal menggunakan kalimat positif. Dari 13 konstruk tersebut, yang digunakan dalam penelitian ini hanya 12 konstruk. Konstruk pada poin 8 dianggap sama dengan konstruk poin 9.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan validitas isi dan ketepatan konstruksi butir tes pada soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini, validitas isi dilihat melalui tiga langkah, yaitu membandingkan proporsi kurikulum dengan kisi-kisi sola, membandingkan proporsi kurikulum dengan butir soal, dan mengidentifikasi kesesuaian kurikulum dengan butir soal. Sementara itu, ketepatan konstruksi butir tes dilihat dengan membandingkan antara konstruksi soal dengan konstruksi penyusunan butir tes.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode dokumetasi. Penelitian deskriptif digunakan karena penilitian ini berusaha mendeskripsikan validitas isi dan ketepatan konstruksi butir tes pada soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan karena data yang diperoleh berupa angka dengan proses analisis menggunakan tabel (Arikunto, 2006: 12). Metode dokumentasi digunakan karena penelitian ini menganalisis sebuah dokumen atau

(3)

3 naskah, yaitu naskah soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 (Arikunto, 2006: 158).

Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa empat tabel analisis. Pertama, tabel analisis perbandingan proporsi kurikulum dengan kisi-kisi soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012. Kedua, tabel analisis perbandingan proporsi kurikulum dengan butir soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012. Ketiga, tabel analisis kesesuaian antara kurikulum dengan butir soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012. Keempat, tabel analisis ketepatan konstruksi penyusunan soal pilihan ganda pada soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh naskah soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012, sedangkan sampel yang digunakan adalah naskah soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 Program IPA Paket E59. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dipersentase berdasarkan proporsi antara kurikulum, kisi-kisi dan butir soal, dianalisis dan dipersentase kesesuaian isinya antara kurikulum dengan butir soal, kemudian dianalisis dan dipersentase ketepatan konstruksi butir tesnya.

HASIL PENELITIAN

Analisis data dalam penelitian ini difokuskan pada validitas isi dan ketepatan konstruksi butir tes soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012. Validitas isi diketahui dengan melihat proporsi kurikulum, kisi-kisi dan butir soal dan melihat kesesuaian antara kurikulum dan butir soal. Perbandingan proporsi dilihat dari materi yang ada dalam kurikulum, kisi-kisi, dan butir soal. Materi tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yaitu keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Materi pada keterampilan membaca, yaitu paragraf, puisi, membaca memindai, sastra melayu klasik, berita, prosa, fakta dan opini, biografi, pidato, drama, dan kata baku dan tidak baku. Materi pada keterampilan menulis, yaitu paragraf, puisi, ejaan, pidato, cerpen, proposal, surat resmi, karya ilmiah, resensi, notulen, drama, esai, dan kata baku dan tidak baku.

Kesesuaian kurikulum dan butir soal dikategorikan menjadi 3, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pada keterampilan membaca, sebanyak 9 butir soal termasuk dalam kategori tinggi, sebanyak 7 butir soal termasuk dalam kategori sedang, dan sebanyak 6 butir soal termasuk dalam kategori rendah. Pada aspek keterampilan menulis, sebanyak 8 butir soal termasuk dalam kategori tinggi, sebanyak 13 butir soal termasuk dalam kategori sedang, dan sebanyak 7 butir soal termasuk dalam kategori rendah.

Analisis ketepatan konstruksi butir soal pilihan ganda dalam soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 mendes-kripsikan keadaan soal dibandingkan dengan konstruksi penyusunan soal pilihan ganda. Uraian hasil analisis ketepatan konstruksi butir, yaitu (1) pokok permasalahan ada pada pokok soal. Pada konstruk ini terdapat 49 soal yang sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (2) tidak terdapat pengulangan kata dalam pilihan. Pada konstruk ini terdapat 49 soal yang sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (3) soal berupa satu rumusan masalah. Pada konstruk ini 50 soal sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (4) soal yang berupa pernyataan belum lengkap, maka yang dilengkapi harus di ujung pernyataan, bukan di tengah pernyataan. Pada

(4)

4 konstruk ini terdapat 48 soal yang sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (5) susunan alternatif jawaban teratur. Pada konstruk ini terdapat 23 soal yang sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (6) menggunakan bahasa yang lazim dipakai. Pada konstruk ini terdapat 49 soal yang sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (7) alternatif jawaban homogen dan mengecoh. Pada konstruk ini terdapat 47 soal yang sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (8) tidak menampakkan petunjuk jawaban pada alternatif jawaban. Pada konstruk ini terdapat 46 soal yang sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (9) tidak menggunakan pilihan jawaban yang berbunyi “semua di pilihan di bawah benar” atau “tidak satupun pilihan di bawah benar” atau sejenisnya. Pada konstruk ini 50 soal sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (10) menggunakan tiga atau lebih alternatif jawaban. Pada konstruk ini 50 soal sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; (11) soal dan alternatif jawaban menggunakan kalimat yang pasti dan tidak memunculkan makna ganda/tidak tentu. Pada konstruk ini 50 soal sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda; dan (12) pokok soal menggunakan kalimat positif. Pada konstruk ini 50 soal sesuai dengan konstruksi penyusunan butir soal pilihan ganda.

PEMBAHASAN Validitas Isi

Validitas isi mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur (Surapranata 2005: 51). Cara untuk memperoleh validitas isi adalah dengan menyejajarkan kurikulum dengan soal yang akan diukur. Jika keseluruhan soal sesuai kurikulum atau alat ukur yang digunakan, maka soal tersebut bisa disimpulkan mempunyai validitas isi yang tinggi (Surapranata, 2005: 51—52). Jika ada beberapa soal yang tidak sesuai dengan kurikulum atau alat ukur yang digunakan maka validitas isi soal tergolong rendah. Menurut Harsiati (2012: 98), cara untuk mengetahui validitas isi adalah dengan membandingkan proporsi kurikulum dengan soal, membandingkan kesesuaian isi butir soal dengan kurikulum, dan membandingkan cakupan materi tes dengan cakupan kurikulum.

Proporsi kurikulum dengan kisi-kisi soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 pada keterampilan membaca diklasi-fikasikan menjadi 11 jenis berdasarkan materinya, pada materi paragraf mencapai 4%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi puisi mencapai 4,6%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi membaca memindai mencapai 2,3%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi sastra melayu klasik mencapai 2%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%.

Pada materi berita, dalam kurikulum terdapat 1 butir KD, akan tetapi dalam kisi-kisi dan soal tidak dicantumkan. Dengan demikian, antara kurikulum dan kisi-kisi tidak mempunyai kesesuaian. Pada materi prosa mencapai 6%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi fakta dan opini mencapai 6,7%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi biografi, dalam kurikulum terdapat satu butir KD, akan tetapi dalam

(5)

kisi-5 kisi tidak dicantumkan materi tentang biografi. Padahal dalam soal terdapat 2 soal yang membahas tentang biografi. Dengan demikian, proporsi antasa kurikulum dengan kisi-kisi tidak mempunyai kesesuaian.

Pada materi pidato, dalam kurikulum terdapat satu butir KD, akan tetapi dalam kisi-kisi dan soal tidak dicantumkan. Dengan demikian, antara kurikulum dan kisi-kisi tidak mempunyai kesesuaian. Pada materi drama, dalam kurikulum dan soal tidak terdapat materi tentang drama, akan tetapi materi tentang drama ada dalam kisi-kisi. Dengan demikian, antara kurikulum dan kisi-kisi tidak mempunyai kesesuaian. Pada materi kata baku dan tidak baku, dalam kurikulum dan kisi-kisi tidak terdapat materi tersebut, akan tetapi materi tentang kata baku dan tidak baku ada pada soal.

Proporsi kurikulum dengan kisi-kisi soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 pada keterampilan menulis diklasifikasikan menjadi 13 jenis berdasarkan materinya, pada materi paragraf mencapai 9,2%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi puisi mencapai 0,5%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi ejaan mencapai 3,8%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi pidato mencapai 3,8%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi cerpen, dalam kurikulum terdapat 3 KD yang membahas, akan tetapi dalam kisi-kisi tidak dicantumkan, padahal dalam soal terdapat 1 soal yang membahas tentang materi cerpen. Dengan demikian, antara kurikulum dan kisi-kisi pada materi cerpen tidak terdapat kesesuaian. Pada materi proposal, dalam kurikulum terdapat 1 KD yang membahas, akan tetapi dalam kisi-kisi dan soal tidak dicantumkan. Dengan demikian, antara kurikulum dan kisi-kisi pada materi cerpen tidak terdapat kesesuaian.

Pada materi surat resmi mencapai 4,6%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi karya ilmiah mencapai 0,5%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi resensi mencapai 9%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi notulen, dalam kurikulum terdapat 1 KD yang membahas, akan tetapi dalam kisi-kisi dan soal tidak dicantumkan. Dengan demikian, antara kurikulum dan kisi-kisi pada materi notulen tidak terdapat kesesuaian.

Pada materi drama mencapai 0,5%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi esai mencapai 4,6 Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan kisi-kisi sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi kata baku dan tidak baku, dalam kurikulum dan kisi-kisi tidak dicantumkan, padahal dalam soal terdapat 1 soal yang membahas tentang kata baku dan tidak baku. Dengan demikian, antara kurikulum dan kisi-kisi pada materi kata baku dan tidak baku sesuai. Meskipun sesuai pada materi tentang baku dan tidak baku ini, seharusnya tidak terjadi hal serupa karena tanpa adanya kurikulum dan kisi-kisi berarti soal tidak bisa dikerjakan karena materi belum disampaikan.

Proporsi kurikulum dengan butir soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 pada keterampilan membaca diklasifikasikan menjadi 11 jenis berdasarkan materinya, pada materi paragraf mencapai 8,7%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi puisi mencapai 4,4%. Dengan

(6)

6 demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi membaca memindai mencapai 2,3%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi sastra melayu klasik mencapai 2%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%.

Pada materi berita, dalam kurikulum terdapat satu butir KD, akan tetapi dalam kisi-kisi dan soal tidak dicantumkan. Dengan demikian, antara kurikulum dan butir soal tidak mempunyai kesesuaian. Pada materi prosa mencapai 2,3%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi fakta dan opini mencapai 4,4%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi biografi, dalam kurikulum terdapat satu butir KD, akan tetapi dalam kisi-kisi tidak dicantumkan materi tentang biografi. Padahal dalam soal terdapat 2 soal yang membahas tentang biografi. Dengan demikian, antara kurikulum dengan butir soal mempunyai kesesuaian, meskipun dalam kisi-kisi tidak dicantumkan. Pada kasus seperti ini akan merugikan lembaga pelaksana tes yang hanya perpegangan pada kisi-kisi, karena materi tentang biografi tidak akan disampaikan. Selain itu peserta tes tidak akan mampu menjawab soal yang berhubungan dengan biografi karena belum mempelajarinya.

Pada materi pidato, dalam kurikulum terdapat satu butir KD, akan tetapi dalam kisi-kisi dan soal tidak dicantumkan. Dengan demikian, antara kurikulum dan butir soal tidak mempunyai kesesuaian. Pada materi drama, dalam kurikulum dan soal tidak terdapat materi tentang drama, akan tetapi materi tentang drama ada dalam kisi-kisi. Dengan demikian, antara kurikulum dan butir soal mempunyai kesesuaian. Pada materi kata baku dan tidak baku, dalam kurikulum dan kisi-kisi tidak terdapat materi tersebut, akan tetapi materi tentang kata baku dan tidak baku ada pada soal. Pada kasus ini peserta tes tidak akan bisa menjawab soal dengan baik karena materi tersebut belum diterima.

Proporsi kurikulum dengan butir soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 pada keterampilan menulis diklasifikasikan menjadi 13 jenis berdasarkan materinya, pada materi paragraf mencapai 25%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal tidak mempunyai kesesuaian karena penyimpangan melebihi 10%. Pada materi puisi mencapai 4,5%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi ejaan mencapai 0,5%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi pidato mencapai 0,5%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi cerpen, dalam kurikulum terdapat 3 KD yang membahas, akan tetapi dalam kisi-kisi tidak dicantumkan, meskipun dalam soal terdapat 1 soal yang membahas tentang materi cerpen. Dengan demikian, antara kurikulum dan butir soal pada materi cerpen masih tergolong sesuai. Pada materi proposal, dalam kurikulum terdapat 1 KD yang membahas, akan tetapi dalam kisi-kisi dan soal tidak dicantumkan. Dengan demikian, antara kurikulum dan butir soal pada materi cerpen tidak terdapat kesesuaian.

Pada materi surat resmi mencapai 2,3%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi karya ilmiah mencapai 0,9%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi resensi mencapai 12,3%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal tidak mempunyai

(7)

7 kesesuaian karena penyimpangan melebihi 10%. Pada materi notulen, dalam kurikulum terdapat 1 KD yang membahas, akan tetapi dalam kisi-kisi dan soal tidak dicantumkan. Dengan demikian, antara kurikulum dan butir soal pada materi notulen tidak terdapat kesesuaian.

Pada materi drama mencapai 2,8%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi esai mencapai 2,3%. Dengan demikian, proporsi antara kurikulum dan butir soal sesuai karena tidak lebih dari 10%. Pada materi kata baku dan tidak baku, dalam kurikulum dan kisi-kisi tidak dicantumkan, padahal dalam soal terdapat 1 soal yang membahas tentang kata baku dan tidak baku. Dengan demikian, antara kurikulum dan butir soal pada materi kata baku dan tidak baku tidak mempunyai kesesuaian. Seharusnya tidak terjadi hal sesupa karena tanpa adanya kurikulum dan kisi-kisi berarti soal tidak bisa dikerjakan karena materi belum disampaikan.

Kesesuaian kurikulum dengan soal ujian nasional bahasa Indonesia keterampilan membaca terdapat 9 (41%) soal dengan tingkat kesesuaian tinggi, 7 (32%) soal dengan tingkat kesesuaian sedang dan 6 (27%) soal dengan tingkah kesesuaian rendah. Pada soal ujian nasional bahasa Indonesia keterampilan menulis terdapat 8 (29%) soal dengan tingkat kesesuaian tinggi, 13 (46%) soal dengan tingkat kesesuaian sedang dan 7 (25%) soal dengan tingkah kesesuaian rendah.

Konstrusi Soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia

Ketepatan konstruksi soal pilihan ganda menuntut kesesuaian antara konstruksi soal dengan konstruksi penyusunan soal pilihan ganda. Menurut Basuki (2010: 200—203), ada 13 konstruk soal pilihan ganda yang harus ada pada setiap butir soal. Tiga belas konstruk tersebut antara lain, (1) pokok permasalahan ada pada pokok soal; (2) tidak terdapat pengulangan kata dalam pilihan; (3) soal berupa satu rumusan masalah; (4) soal yang berupa pernyataan belum lengkap, maka yang dilengkapi harus di ujung pernyataan, bukan di tengah pernyataan; (5) susunan alternatif jawaban teratur; (6) menggunakan bahasa yang lazim dipakai; (7) alternatif jawaban homogen dan mengecoh; (8) menghindari penggunaan alternatif jawaban dengan kalimat yang lebih panjang dari alternatif pegecoh; (9) tidak menampakkan petunjuk jawaban pada alternatif jawaban; (10) tidak menggunakan pilihan jawaban yang berbunyi “semua di pilihan di bawah benar” atau “tidak satupun pilihan di bawah benar” atau sejenisnya; (11) menggunakan tiga atau lebih alternatif jawaban; (12) soal dan alternatif jawaban menggunakan kalimat yang pasti dan tidak memunculkan makna ganda/tidak tentu; dan (13) pokok soal menggunakan kalimat positif. Dari 13 konstruk tersebut, yang digunakan dalam penelitian ini hanya 12 konstruk. Konstruk pada poin 8 dianggap sama dengan konstruk poin 9.

Kesesuaian sebesar 98% terdapat pada konstruk pokok permasalahan ada

pada pokok soal dan 2% ketidaksesuaian. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk

penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi. Pada konstruk tidak terdapat

pengulangan kata dalam pilihan terdapat 98% kesesuaian dan 2%

ketidaksesuaian. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi. Pada konstruk soal berupa satu rumusan masalah tingkat kesesuaian mencapai 100%. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi.

Pada konstruk soal yang berupa pernyataan belum lengkap, maka yang dilengkapi harus di ujung pernyataan, bukan di tengah pernyataan terdapat 96%

(8)

8 kesesuaian dan 4% ketidaksesuaian. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi. Pada konstruk susunan alternatif

jawaban teratur terdapat 46% kesesuaian dan 54% ketidaksesuaian. Hal ini

berarti bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong rendah. Pada konstruk menggunakan bahasa yang lazim dipakai terdapat 98% kesesuaian dan 2% kesesuaian. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi.

Pada konstruk alternatif jawaban homogen dan mengecoh terdapat 94% kesesuaian dan 6% ketidaksesuaian. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi. Pada konstruk tidak

menampakkan petunjuk jawaban pada alternatif jawaban terdapat 92%

kesesuaian dan 8% ketidaksesuaian. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi. Pada konstruk tidak

menggunakan pilihan jawaban yang berbunyi “semua di pilihan di bawah benar” atau “tidak satupun pilihan di bawah benar” atau sejenisnya tingkat kesesuaian

mencapai 100%. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi.

Pada konstruk menggunakan tiga atau lebih alternatif jawaban tingkat kesesuaian mencapai 100%. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi. Pada konstruk soal dan alternatif jawaban

menggunakan kalimat yang pasti dan tidak memunculkan makna ganda/tidak tentu tingkat kesesuaian mencapai 100%. Hal ini berarti bahwa tingkat konstruk

penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi. Pada konstruk pokok soal

menggunakan kalimat positif tingkat kesesuaian mencapai 100%. Hal ini berarti

bahwa tingkat konstruk penyusunan soal pilihan ganda tergolong tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Validitas isi soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia dalam penelitian ini dirinci menjadi tiga aspek. Pertama, proporsi antara kurikulum dengan kisi-kisi soal menunjukkan 15 materi sesuai, sedangkan sebanyak 7 materi tidak sesuai.

Kedua, proporsi antara kurikulum dengan butir soal menunjukkan 15 materi

sesuai, sedangkan sebanyak 8 materi tidak sesuai. Ketiga, Kesesuaian antara

kurikulum dengan butir soal dikategorikan menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Pada keterampilan membaca, sebanyak 41% soal termasuk dalam kategori tinggi, 32% soal termasuk dalam kategori sedang, dan 27% soal termasuk dalam kategori rendah. Pada aspek keterampilan menulis, sebanyak 29% soal termasuk dalam kategori tinggi, 46% soal termasuk dalam kategori sedang, dan 25% soal termasuk dalam kategori rendah.

Kesesuaian soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan konstruksi penyusunan soal mencapai 93,5%, sedangkan ketidaksesuaian soal dengan konstruksi mencapai 6,5%. Dengan demikian, ditinjau dari konstruksi penyusunannya soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA/MA Tahun Pelajaran 2011/2012 dikategorikan tinggi.

Saran

Diadakannya penelitian tentang validitas isi dan konstruksi soal pilihan ganda ini agar guru mata pelajaran, selaku pengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dilingkup sekolah, dalam penyusunan soal terlebih dahulu menguji

(9)

9 validitas isi dan konstruksi penyusunan soal agar soal yang dihasilkan bebar-benar memenuhi standar pengukuran. Bagi pihak yang ingin meneliti Soal ujian nasional bisa menganalisis validitas konstruk, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Selain itu perlu diteliti pula hubungan antara aspek-aspek tersebut. Misalnya, hubungan antara validitas dengan reliabilitas.

DAFTAR RUJUKAN

Abbas, Hafid. 2011. Contek Massal Vs Eksistensi BSNP, (Online),

(http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/02/0245200/Contek.Massal.Vs. Eksistensi.BSNP), diakses 6 Maret 2012.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Basuki, Imam Agus. (Ed.). 2010. Penilaian Keterampilan Berbahasa Indonesia. Malang: UM

Djiwandono, Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB

Harsiati, Titik. 2012. Penilaian dalam Pembelajaran. Malang: UM Press

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Surapranata, Sumarna. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi

Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Thoha, M.Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas soal sastra ujian Nasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat SMK tahun 2014/2015 sebagai berikut. Kelayakan soal

Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk kegiatan menganalisis soal yang telah disusun

Gambar 4.4 Perbandingan Penyebaran Soal-Soal UN ke dalam aspek .... Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan dengan

Sedangkan hasil pemetaan soal-soal ujian nasional matematika tingkat SMP/MTs untuk tahun ajaran 2010/2011, menunjukkan bahwa dari 40 soal dalam UN matematika,

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian terfokus pada pemetaan soal Ujian Nasional berdasarkan Ranah Kognitif

Berdasarkan hasil analisa identifikasi penyebaran soal ujian nasional untuk mata pelajaran matematika, penulis dapat menarik simpulan bahwa Pemetaan kurikulum mata

Berdasarkan uraian di atas, diadakan penelitian dengan beberapa rumusan masalah yaitu: (1) berapakah persentase Standar Kompetensi Lulusan matematika, pada Soal Ujian Nasional

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : (1) Bagaimana proporsi jenjang kognitif soal ujian sekolah mata pelajaran Ilmu