• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MELALUI PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MELALUI PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN IPS SD"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MELALUI

PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS

MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

Fitria Andriani1

, Tuti Istianti2

, Lely Halimah3

Jurusan S-1 PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia andrianifitria91@yahoo.com

ABSTRAK

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Panyileukan III, menunjukkan bahwa salah satu kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran masih menunjukkan kategori yang sangat rendah. Permasalahan tersebut salah satunya disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak mengarahkan siswa untuk berpikir kreatif dalam proses pemerolehan pengetahuan. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka guru mengimplementasikan model pembelajaran yang mendukung terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu melalui penerapan model Creative Problem Solving berbasis Mind Mapping. Penelitian dilakukan di SDN Panyileukan III dengan jumlah 27 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan desain Elliot. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi guru dan siswa, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan teknik kuantitatif, kualitatif dan triangulasi. Secara kuantitatif rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus 1 adalah 52.16, siklus 2 adalah 68.44 dan siklus 3 adalah 75.31. Dari perolahan nilai rata-rata setiap siklus dapat dideskripsikan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dimana siswa mampu dan lancar dalam mengidentifikasi, merumuskan gagasan hingga menetapkan solusi ke dalam tampilan Mind Mapping dari setiap topik pembahasan yang ditentukan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa melalui implementasi model Creative Problem Solving berbasis Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sehingga peneliti memberikan saran untuk lebih meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa maka sebaiknya guru mengaplikasikan penggunaan model tersebut dalam pembelajaran.

Kata Kunci : Berpikir Kreatif, Model Creative Problem Solving, Mind Mapping, Pembelajaran IPS

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203733 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

(2)

CREATIVE THINKING ABILITY IMPROVEMENT THROUGH THE

APPLICATION OF CREATIVE PROBLEM SOLVING MODEL-BASED

MIND MAPPING OF SOCIAL SCIENCE LEARNING

Fitria Andriani1

, Tuti Istianti2

, Lely Halimah3

Jurusan S-1 PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia andrianifitria91@yahoo.com

ABSTRACT

Based on the problems has found on social studies learning in Grades IV SDN Panyileukan III , indicates that one creative thinking abilities of students in study still showed a very low category. The problem caused by the learning process is carried out not lead students to think creatively in the process of gaining knowledge. Solution to resolve these problems, the teachers must implement model to support the improvement of students creatively thinking abilities with application of the model Creative Problem Solving based Mind Mapping . This research was conducted in SDN Panyileukan III with all students as much as 27 students. The research method used is classroom action research ( PTK ) with Elliot design. The instrument used is the observation sheet teachers and students, the questionnaires , field notes and documentation. Analysis of the data is made by the technique of qualitative, quantitative and triangulation. The average value of creative thinking abilities of students in cycle 1 was 52.16, cycle 2 was 68.44 and cycle 3 was 75.31. From the acquisition of the average value of each cycle can be described that an increase in student ability to think creatively and fluently in which students are able to identify, formulate ideas to establish a solution to the Mind Mapping views of each topic discussion specified. So it can be concluded that through the implementation of the model Creative Problem Solving based Mind Mapping can improve the ability to think creatively so that researchers provide advice to further increase the students ability to think creatively then the teachers should apply the use of such models in learning.

Keywords : Creative Thinking, Creative Problem Solving Model, Mind Mapping, Social Sciences Learning

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203733 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

(3)

Pada perkembangan global saat ini, berbagai tuntutan kecakapan hidup penting untuk dimiliki oleh setiap manusia. Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat, menjadikan setiap individu perlu memiliki pemikiran kreatif dalam mengolah berbagai informasi yang berkembang serta memiliki cara bernalar yang mendalam, kondisi tersebut menjadi tantangan pula pada abad ke 21 khususnya dalam pendidikan generasi keemasan bangsa yang unggul.

Pendidikan sebagai salah satu kegiatan untuk menyiapkan individu dengan memiliki berbagai kecakapan hidup di era globalisasi saat ini. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut yaitu melalui pembelajaran yang diarahkan pada pembentukan siswa agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam segala aspek apapun, cakap, aktif dan kreatif dalam memperoleh dan mengolah berbagai informasi.

Munandar Utami (2009, hlm.31)

mengemukakan pentingnya

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif pada siswa diantaranya adalah sebagai berikut : (1) dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan dirinya (self actualization). (2) berpikir secara kreatif akan memberikan kepuasan kepada individu. (3) kreativitas memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Melalui cara berpikir yang kreatif, maka akan memberikan rasa percaya diri bagi siswa, sehingga nantinya diharapkan dari sebuah pemikiran yang kreatif. Disamping itupula dengan tingkat kreativitas yang tinggi, maka dalam kehidupan sehari-harinya pun akan menemukan bagaimana cara menghadapi, dan menyelesaikan persoalan.

Pada esensinya, berpikir kreatif ini tidak lepas dari istilah kreativitas. Istilah kreativitas sebagaimana yang dikutip oleh Sudarma Momon (2013, hlm. 9) menyatakan bahwa kreativitas adalah ‘kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu, apakah itu dalam bentuk ide, langkah atau produk’.

Setiap manusia pada dasarnya adalah makhluk kreatif karena mampu mengembangkan berbagai hal yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Dalam optimalisasi sebuah potensi menjadi kreatif bahwasannya perlu pembelajaran dan pembiasaan. Sejalan dengan pemaparan Gibbs (dalam Mulyasa, 2007) menyatakan bahwa ‘kreativitas dapat dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan yang tidak terlalu ketat kepada siswa sehingga dapat mengembangkan rasa percaya diri, diberikan kesempatan untuk berkomuniasi ilmiah secara bebas dan terarah, dan

(4)

dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran’.

Mengacu pada pemaparan tersebut, dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran berpikir kreatif, maka tentunya kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan kreativitas guru dalam mengorganisasikan pembelajaran, disamping guru pun harus memposisikan sebagai fasilitator agar siswa dapat membangun dan mengembangkan ide ataupun gagasan sebagai kemampuan berpikirnya.

Guilford (dalam Suryosubroto, 2009, hlm. 198) menyatakan bahwa ada beberapa sifat atau ciri yang mencerminkan kemampuan berpikir kreatif diantaranya yaitu ‘fluency (kelancaran atau kemampuan menghasilkan gagasan), flexibility (kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, pertanyaan yang bervariasi), originality (kemampun untuk mencetuskan pendapatnya sendiri sebagai tanggapan terhadap situasi yang dihadapi dan elaboration (kemampuan menyatakan gagasan secara terperinci suatu objek, gagasan atau situasi)’

Senada dengan pendapat ini, Munandar (2009, hlm.11) mengungkapkan hal yang sama mengenai indikator berpikir kreatif, diantranya adalah:

Pertama, lancar dimana seorang siswa dapat mencetuskan banyak gagasan. Kedua, luwes, yang dapat diartikan, siswa harus mampu

melihat suatu masalah dari berbagai perspektif dan memberikan gagasan yang bervariasi. Ketiga orisinal, yakni mampu memikirkan cara yang berbeda dari sebelumnya dan dapat mengkombinasikan dari setiap bagian atau unsur yang ditelitinya.

Keempat memperinci

(mengelaborasi) dimana mampu memperkaya, mengembangkan, memperinci berbagai gagasan sehingga lebih menarik.

Berbicara kehidupan manusia yang kreatif, tentunya tidak lepas dari lingkungan sosialnya. Manusia tumbuh dan berkembang di lingkungan sosialnya yang dihadapkan dengan beragam persoalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, untuk itu maka pentingnya mata pelajaran IPS di jenjang persekolahan.

Mata pelajaran IPS adalah sebagai salah satu disiplin ilmu yang memberikan bekal kepada peserta didik untuk mengembangkan dirinya dalam menghadapi dan memecahkan beragam persoalan yang ada lingkungan sekitarnya, sehingga dapat mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakat disekelilingnya.

Sapriya (2015, hlm. 12) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and value)

(5)

yang dapat digunakan sebagai kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Senada dengan pernyataan tersebut, melalui mata pelajaran IPS tidak hanya memproitaskan dalam mempersiapkan peserta didik agar mampu memiliki aspek pengetahuan dan pemikiran yang luas, akan tetapi beberapa keterampilan (skill) terutama keterampilan sosial yang perlu untuk dibentuk dan dilatih sehingga dapat mengelola dan menganalisis secara terampil beragam permasalahan dalam aktifitas kehidupan sosial siswa.

Jerome S. Bruner (dalam Hadis Abdul & Nurhayati, 2008, hlm. 69) menyatakan bahwa pada dasarnya ‘anak harus berperan aktif saat belajar di kelas dengan konsep belajar menemukan dimana siswa dapat mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya sesuai tingkat kemajuan berpikir anak dan siswa pun mengkonstruk gagasan baru atau konsep baru berlandaskan pengetahuan awal yang dimilikinya’.

Dalam pelaksanaanya, hal ini akan berimplikasi pada kemampuan siswa yang diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam belajar, sehingga siswa menjadi aktor penting untuk menjadi pemecah masalah (problem solver). Seperti yang diungkapkan Piaget (dalam Suyono & Hariyanto, 2012, hlm. 83) menyatakan

bahwa ‘perkembangan kognitif setiap anak sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya yaitu bagaimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya’.

Tentunya dalam mengkonstruk pemikiran siswa, maka diperlukan stimulus pembelajaran yang dapat membentuk pola berpikir kreatif siswa dalam rangka menyelesaikan berbagai permasalahan.

Namun dalam implementasinya di lapangan, beberapa hal yang menjadikan suatu kendala bagi proses belajar untuk membentuk berpikir kreatif siswa di SDN Panyileukan III adalah pola pembelajaran yang tidak melibatkan siswa dalam memperoleh dan mencari pengetahuan. Tentunya masalah tersebut muncul dari cara belajar mereka yang terbiasa tidak melibatkan siswa dalam proses mencari dan memperoleh pengetahuan, sehingga banyak siswa yang berpikiran bahwa pengetahuan cukup hanya diberikan oleh guru tanpa siswa tahu prosesnya. Dilain pihak berdasarkan pada paparan UNESCO (dalam Suyono dan Hariyanto, 2012, hlm. 29) menyatakan bahwa ‘pendidikan pada abad ini harus diorientasikan pada sistem pembelajaran learning to know (belajar untuk tahu) dan learning to do (belajar untuk melakukan)’.

(6)

Oleh sebab itu jika hal tersebut terus dibiarkan maka akan berimbas pada sistem pola pikir siswa yang kurang mendukung terhadap pembentukan siswa yang cakap, aktif dan kreatif.

Mengacu pada masalah yang ditemukan, salah satu solusinya yaitu melalui penerapan model Creative Problem Solving (CPS) berbasis Mind Mapping.

Salah satu kelebihan model pembelajaran ini yaitu mengkolaborasikan antara model Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Mind Mapping. Dimana model ini adalah model yang menekankan pada pemerolehan informasi untuk membantu siswa dalam membangun sebuah konsep pada penggunaan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan berbagai pengetahuan sehingga dari hal ini akan melatih siswa dalam menemukan sebuah solusi dari setiap permasalahan.

Model Creative Problem Solving (CPS) adalah ‘suatu model pembelajaran dengan mengarahkan siswa pada pembelajaran dan keterampilan yang bersifat pemecahan masalah’ (Uno Hamzah & Mohamad Nurdin, 2012, hlm. 227).

Adapun strategi Creative Problem Solving (CPS) dalam memecahkan sebuah permasalahan menurut Suryosubroto (2009, hlm.196) adalah dengan

membentuk dan mengembangkan pemikiran secara divergen.

Guilford (dalam Ismiyanto 2010, hlm 104 ) menyatakan bahwa ‘berpikir divergen dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam memecahkan sebuah permasalahan dengan berbagai cara atau alternatif pemecahan masalah secara beragam’.

Adapun langkah-langkah Creative Problem Solving (CPS) berdasarkan kriteria OFPISA model Osborn-Parnes (dalam Huda Miftahul 2013, hlm. 298) diantaranya sebagai berikut :

a. Objective Finding

Pada tahap ini siswa diharapkan dapat mengidentifikasi objek dari masalah yang akan dipecahkan.

b. Fact Finding

Siswa diajak untuk menemukan fakta yang berkaitan dalam rangka proses pemecahan masalah.

c. Problem Finding

Langkah selanjutnya adalah dimana siswa mendefinisikan kembali (mengklarifikasi) perumusan masalah dengan cara memfokuskan masalah yang akan diselesaikan sehingga memungkinkan untuk menemukan solusi yang lebih pasti.

d. Idea Finding

Esensi yang terpenting pada tahap ini dimana siswa dapat menemukan

(7)

gagasan yang dapat memecahkan suatu persoalan.

e. Solution Finding

Pada tahapan ini setelah pemerolehan gagasan yang disepakati bersama kemudian dievaluasi untuk menemukan ide yang paling tepat untuk pemecahan masalah.

f. Acceptance Finding

Setelah melaksanakan tahapan-tahapan sebelumnya, selanjutnya siswa diharapkan dapat memiliki cara berpikir yang baru untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, menyusun

tindakan dan dapat

mengimplementasikan solusi yang telah dirumuskan sebelumnya.

Mind Mapping merupakan teknik dalam memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya (Buzan Tony, 2009, hlm 4)

Melalui penerapan model Creative Problem Solving (CPS) dapat mengaktifkan pembelajaran dengan penggunaan beberapa cara yang efektif dan efisien, sehingga nantinya dapat membentuk kemampuan berpikir memecahkan sebuah permasalahan. Selain itupula dengan didukung oleh teknik Mind Mapping, akan lebih memudahkan siswa dalam menyajikan dan memahami konsep penting yang harus dipahami siswa secara mendalam, dan hal tersebut menjadi daya

dukung terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Melalui pembelajaran dengan menggunakan model Creative Problem Solving (CPS) berbasis Mind Mapping, diharapkan siswa dapat membentuk dan memunculkan pola pikir yang kreatif dan dapat lebih memahami serta menemukan pemecahan masalah dengan cara memetakan berbagai hasil pemikirannya, kedalam suatu peta pemikiran yang memiliki keterhubungan konsep yang satu dengan yang lainnya, sehingga pada akhirnya hal ini dapat memberikan sebuah inovasi dalam rangka memudahkan siswa mengingat dan mengelompokkan sesuai dengan kategori permasalahan yang disajikan.

Oleh sebab itu, melalui model Creative Problem Solving berbasis Mind Mapping, dapat memacu sebuah kreativitas dalam berpikir siswa untuk merumuskan dan menemukan fakta permasalahan, menganalisis permasalahan tersebut, serta mampu memetakannya sesuai dengan konsep yang berhubungan satu sama lainnya pada suatu peta pikiran sehingga pada akhirnya mendapatkan sebuah alternatif pemecahan dalam sudut pandang yang berbeda dan disajikan melalui tampilan yang menarik.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan

(8)

kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan model Creative Problem Solving (CPS) berbasis Mind Mapping di Kelas IV SD Panyileukan III ? Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan model Creative Problem Solving (CPS) berbasis Mind Mapping pada konsep materi masalah sosial di Kelas IV SD Panyileukan III.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Tindakan Kelas (PTK) desain mengacu pada model John Elliot. Komara (2012, hlm 91) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai “upaya untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan atau pengajaran dengan memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sisitem pendidikan dan pegajaran”.

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan.

Kusumah Wijaya (2012, hlm. 26) ada beberapa tahapan yang perlu dilaksanakan dalam satu siklus PTK. Pertama, tahap perencanaan (planning). Bahwasannya dalam menyusun perencanaan harus dikonsep secara matang oleh peneliti. Hal ini dikarenakan seorang peneliti akan mencoba untuk menyelesaikan masalah yang telah diketahuinya dalam pelaksanaan

pembelajaran. Kedua, tahap tindakan (acting). Setelah merumuskan perencanaan, tentunya hal tersebut kemudian diimplementasikan dengan adanya tindakan kelas (classroom observation) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya. Ketiga, diskusi balikkan (feedback discussion), yakni selama pelaksanaan penelitian, tahap selanjutnya adalah peneliti dapat melakukan refleksi dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi sebagai bahan untuk perencanaan selanjutnya yang didiskusikan bersama dengan observer atau subjek yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran penelitian adalah siswa kelas IV B di SDN Panyileukan III, Kecamatan Panyileukan Kota Bandung, Jumlah seluruh siswa 27 siswa.

HASIL PENELITIAN

Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap perencanaan. Dalam tahapan perencanaan peneliti pada setiap tindakannya melakukan persiapan yang dibutuhkan pada kegiatan pembelajaran seperti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, catatan lapangan, lembar wawancara, LKS dan soal evaluasi.

(9)

Penelitian siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 27, 29 April dan 3 Mei 2016. Pada siklus pertama, kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dikategorikan sangat rendah. Penelitian siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 9, 11 dan 14 Mei 2016. Pada siklus kedua, peneliti melakukan beberapa perbaikan dalam pembelajaran terhadap siklus sebelumnya, sehingga terlihat siswa sudah mengalami perkembangan dalam kemampuan berikir kreatif seperti dalam mengidentifikasi objek permasalahan, siswa mampu merumuskan dan memerinci informasi dari sumber ajar yang tersedia, siswa menemukan gagasan untuk menentukan solusi yang tepat dari topik permasalahan yang disajikan ke dalam rancangan Mind Mapping walaupun masih perlu ada pengarahan dan bimbingan dari guru. Maka dari itu hasilnya pun menunjukkan rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat dari siklus pertama dari kategori sangat rendah meningkat menjadi kategori sedang.

Penelitian siklus ketiga dilaksanakan pada pada tanggal 23, 27 dan 30 Mei 2016. Pada pembelajaran di siklus ketiga, siswa sudah mulai terjadi peningkatan karena siswa pun diarahkan dalam pembelajaran yang menuntut untuk berpikir secara kreatif sehingga rata-rata siswa pada siklus ketiga berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam tiga siklus dengan setiap tindakannya dilakukan tiga tindakan, mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan model pembelajaran creative problem solving (CPS) berbasis Mind Mapping, peneliti menemukan beberapa temuan-temuan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Diantaranya, masih banyak siswa yang kesulitan dalam menentukan objek permasalahan, menentukan informasi yang mampu mengungkap topik permasalahan hingga merumuskan dan menentukan ide atau gagasan sebagai pemecah masalah ke dalam rancangan Mind Mapping yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Tentunya untuk memperjelas perbandingan perolehan nilai mengenai kemampuan berpikir kreatif melalui penerapan model Creative Problem Solving (CPS) berbasis Mind Mapping, dapat tergambarkan dari grafik perolehan nilai kemampuan berpikir kreatif siswa dibawah ini.

(10)

Grafik 1.1

Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Setiap Siklus

Berdasarkan grafik perolehan nilai diatas, pada siklus pertama memperoleh nilai rata-rata sebesar 52.16 dengan kategori penilaian sangat rendah. Pada siklus kedua memperoleh nilai rata-rata sebesar 68.44 dengan kategori penilaian sedang dan pada siklus ketiga memperoleh nilai rata-rata sebesar 75.31 dengan kategori penilaian tinggi.

Pada siklus pertama, perolehan nilai untuk indikator Fluency pada tindakan pertama adalah 1.96. Pada tindakan kedua adalah 2.52 dan pada tindakan ketiga adalah 3.00. Untuk perolehan nilai pada indikator Flexibility pada tindakan pertama adalah 1.93. Pada tindakan kedua adalah 2.30 dan tindakan ketiga adalah 2.22. Selain itupula perolehan nilai pada indikator Originality pada tindakan pertama adalah 1.89, tindakan kedua adalah 1.89 dan tindakan ketiga adalah 2.15. Serta untuk perolehan nilai pada indikator Elaboration di tindakan pertama adalah 1.63, pada tindakan kedua adalah

1.78 dan pada tindakan ketiga adalah 1.81. Berdasarkan perolehan nilai rata-rata setiap indikator maka diperoleh nilai kemampuan berpikir kreatif pada siklus pertama adalah sebesar 52.16 dan berada pada rentang <55 dengan kategori sangat rendah.

Pada siklus kedua, perolehan nilai untuk indikator Fluency pada tindakan pertama adalah 2.85. Pada tindakan kedua adalah 2.81 dan pada tindakan ketiga adalah 3.22. Untuk perolehan nilai pada indikator Flexibility pada tindakan pertama adalah 2.70. Pada tindakan kedua adalah 2.63 dan tindakan ketiga adalah 2.81. Selain itupula perolehan nilai pada indikator Originality pada tindakan pertama adalah 2.37, tindakan kedua adalah 2.63 dan tindakan ketiga adalah 2.74. Serta untuk perolehan nilai pada indikator Elaboration di tindakan pertama adalah 2.52, pada tindakan kedua adalah 2.56 dan pada tindakan ketiga adalah 3.00. Berdasarkan perolehan nilai rata-rata setiap indikator maka diperoleh nilai kemampuan berpikir kreatif pada siklus kedua adalah sebesar 68.44. Perolehan nilai tersebut berada pada rentang 65-74 dengan kategori sedang.

Pada siklus ketiga, perolehan nilai untuk indikator Fluency pada tindakan pertama adalah 3.00. Pada tindakan kedua adalah 3.15 dan pada tindakan ketiga adalah 2.78. Untuk perolehan nilai pada

(11)

indikator Flexibility pada tindakan pertama adalah 2.70. Pada tindakan kedua adalah 3.11 dan tindakan ketiga adalah 3.56. Selain itupula perolehan nilai pada indikator Originality pada tindakan pertama adalah 2.48, tindakan kedua adalah 2.89 dan tindakan ketiga adalah 3.41. Serta untuk perolehan nilai pada indikator Elaboration di tindakan pertama adalah 2.74, pada tindakan kedua adalah 2.89 dan pada tindakan ketiga adalah 3.44. Berdasarkan perolehan nilai rata-rata setiap indikator maka diperoleh nilai kemampuan berpikir kreatif pada siklus ketiga adalah sebesar 75.31. Perolehan nilai tersebut berada pada rentang nilai 75-84 dengan kategori tinggi.

Dari pemerolehan data tersebut berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti dengan menggunakan model Creative Problem Solving (CPS) berbasis Mind Mapping, siswa terbiasa untuk berpikir secara kreatif mulai dari mengidentifikasi objek masalah, menemukan informasi untuk menemukan inti permasalahan, merumuskan dan menetapkan gagasan atau ide dari permasalahan yang dijadikan topik pembahasan. Maka dari itu penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Penerapan Model Creative Problem Solving Berbasis Mind Mapping dalam Pembelajaran IPS SD” dapat

dikatakan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dianalisis, direfleksi dan dibahas. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Melalui pengimplementasian model pembelajaran Creative Problem Solving berbasis Mind Mapping mampu meningkatkan nilai kemampuan berpikir kreatif siswa yang ditandai dengan aktivitas siswa yang dilakukan menunjukkan semakin lancar dalam mengidentifikasi objek permasalahan, siswa mampu merumuskan dan memerinci informasi dari sumber ajar yang tersedia, siswa menemukan gagasan untuk menentukan solusi yang tepat dari topik permasalahan yang disajikan ke dalam rancangan Mind Mapping. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut tentunya tidak lepas dari usaha guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan memfasilitasi dan membimbing siswa, melakukan perencanaan terhadap apa yang harus dilakukan, persiapan sumber bahan ajar, media dan menejemen kelas agar siswa aktif dalam mencari, menemukan, merumuskan, hingga menyajikan sendiri konsep

(12)

pengetahuan yang diperolehnya melalui pembelajaran yang bersifat pemecahan masalah. Tentunya kemajuan kemampuan berpikir kreatif siswa ditandai dengan perolahan nilai siswa. Dimana pada siklus pertama memperoleh nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 52.16 dengan kategori penilaian sangat rendah. Pada siklus kedua memperoleh nilai rata-rata sebesar 68.44 dengan kategori penilaian sedang dan pada siklus ketiga memperoleh nilai rata-rata sebesar 75.31 dengan kategori penilaian tinggi. Peningkatan yang terjadi tentunya ada usaha guru untuk selalu memperbaiki proses pembelajaran dan menyiapkan perangkat pembelajaran yang mendukung agar terjadi peningkatan pada setiap siklusnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buzan, Tony. (2009). Buku Pintar Mind Mapping. Jakarta: Gramedia.

Huda, Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Utama.

Hadis Abdul & Nurhayati. (2012). Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Ismiyanto. (2010). Implementasi Creative Problem Solving dalam Pembelajaran Menggambar :Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar, (Semarang: Jurnal Kependidikan

Unnes, Vol. VI No. 2, Juli 2010), h. 104.

Kusumah Wijaya & Dwitagama Dedi. (2012). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks

Mulyasa (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sapriya. (2015). Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sudarma, Momon. (2013).

Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: Rajawali Press.

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Susanto, Ahmad. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Suyono & Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.

Uno, Hamzah B & Mohamad, Nurdin. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Utami Munandar. (2009). Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan safety management system (SMS) dan kompetensi pemandu lalu lintas penerbangan terhadap keselamatan

Adapun metode pengujian Internal Combustion Engine yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengamati kerja yang dihasilkan oleh Internal Combustion

Penelitian terdahulu mengenai analisis dan pemecahan masalah terhadap beberapa materi matematika menemukan bahwa kesalahan siswa terjadi dan pada tahapnya digunakan

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

Pada metode ini penulis akan melakukan pencarian, pembelajaran dari berbagai macam literatur dan dokumen yang menunjang pengerjaan Tugas Akhir ini khususnya yang berkaitan dengan

e Menciptakan tata kelola baik dalam perusahaan melalui pelaksanaan pengendalian internal, perusahaan mewajibkan setiap individu untuk mengemban akuntabilitas atas tanggung

Linda Tiasa Marisi Lumban Tobing untuk menggugat Tergugat I dan Tergugat II, hal tersebut untuk menghindarkan kemungkinan terjadi dikemudian hari hal yang sama,

Untuk menentukan parameter kalorimeter (sensitivitas daD periode) agar sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, maka selain bahan penyerap daD geometrinya, gas isolator adalah