• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Peran dan Strategi Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Hamadi. Role Analysis and Management Strategy of Hamadi Fishing Port

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Peran dan Strategi Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Hamadi. Role Analysis and Management Strategy of Hamadi Fishing Port"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2356-3907 1 Kajian Peran dan Strategi Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan Hamadi

Role Analysis and Management Strategy of Hamadi Fishing Port

Tumpak Benny Sarialam Haro tumpakbenny@gmail.com, Suriani br. Surbakti,

Nurhasanah

Program Pascasarjana Universitas Terbuka Graduate Studies Program Indonesia Open University

Abstrak

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Hamadi merupakan pelabuhan perikanan tipe D dan menjadi salah satu prasarana utama dalam menunjang usaha perikanan tangkap. PPI Hamadi telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang. Peran PPI Hamadi dalam mendukung usaha perikanan tangkap terdiri dari fungsi pemerintahan dan pengusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pemanfaatan fasilitas, pelaksanaan peran, serta merekomendasikan strategi dalam pengelolaan PPI Hamadi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui survei dan wawancara. Alat analisis yang digunakan adalah perhitungan tingkat pemanfaatan fasilitas PPI Hamadi, Indeks Kepuasan Masyarakat, serta analisis SWOT dalam mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal untuk merekomendasikan strategi pengelolaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas instalasi Bahan Bakar Minyak (BBM), Tempat Pemasaran Ikan (TPI), serta docking/slipway belum memenuhi kebutuhan nelayan karena kapasitas terpasang lebih rendah dari standar minimum yang seharusnya. Pada sisi lain terdapat fasilitas yang belum termanfaatkan secara maksimum, yaitu lahan, dermaga, dan cold storage, sementara pabrik es belum beroperasi. Indeks kepuasan masyarakat menunjukkan bahwa mutu pelayanan fungsi pemerintahan dan pengusahaan mendapatkan nilai total 52,20 dan 59,26 yang merupakan mutu pelayanan C atau kurang baik. Pengelolaan PPI Hamadi ada pada kuadran IV matriks SWOT (-0,20 ; 0,19). Hal tersebut berarti kelemahan PPI Hamadi seperti manajemen dan fasilitas PPI lebih besar dari kekuatan yang terdiri dari antara lain SDM pelaku usaha perikanan tangkap dan peraturan perundang-undangan, tetapi masih memiliki peluang dalam rangka pengembangan. Peluang untuk mengembangkan PPI Hamadi antara lain adalah potensi sumber daya ikan dan permintaan konsumen yang tinggi. Strategi yang perlu diterapkan dalam pengelolaan PPI Hamadi adalah membentuk struktur organisasi pengelola yang jelas, menata dan melengkapi fasilitas, meningkatkan kebersihan dan mutu hasil tangkapan melalui penerapan cold chain system, memperbaiki sistem lelang untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk perikanan, mengembangkan armada perikanan tangkap, serta memperkuat rantai suplai ikan dan jaringan pemasaran.

Kata Kunci: Hamadi, Pangkalan Pendaratan Ikan, Pengelolaan, Peran, Strategi Abstract

Hamadi Fishing Port (PPI Hamadi) is type D fishing harbor and become one of main facilities in supporting fisheries business. There are main, functional, and supporting facilities in PPI Hamadi. Role of PPI Hamadi in supporting fisheries business divided into governmental and enterprises function. The aims of the research are to analyze the utilization

(2)

ISSN : 2356-3907 2 level of PPI Hamadi facilities, implementation of function and role, along with produce the management strategy of PPI Hamadi. This research is descriptive research through survey and interview methods. Tools of analysis used on research are measure the facilities utilization level, customer satisfaction index, and SWOT analysis to identify internal and external factors to determine the management strategy of PPI Hamadi. Results of research shown that fuel installation, fish auction hall, and docking/slipway facilities no longer able to fulfill the fisherman needs because of installed capacity is lower than minimum standards. On the other side, the area, pier/wharf, and cold storage not used maximum yet, meanwhile ice manufactory not in operation yet. Customer satisfaction index express total value of governmental and enterprise role quality of service are obtain 52,20 and 59,26, which are C service quality or not good enough. PPI Hamadi management is on quadrant IV SWOT’s matrix (-0,20 ; 0,19). That means PPI Hamadi weaknesses like management and facilities are bigger than strengths like fishermen and rules, but still have a chance to development purposes. The chance on PPI Hamadi development like are fish resources potency and consumer demand. Strategies that need to be applied at PPI Hamadi management are establish the clear organizational structure, to arrange and fit out the existing facilities, to improve fish auction hall sanitation and hygiene along with the quality of catched fish through the application of cold chain system, improve the fish auction system to increase competitiveness and added value of fish product, developing fishing fleet, along with strengthening the supply chain of fish and market network.

Key words: fishing port, Hamadi, management, role, strategy Pendahuluan

Provinsi Papua terkenal sebagai wilayah yang memiliki sumber daya alam yang besar, baik yang terdapat di wilayah darat maupun perairan. Salah satu sumber daya perairan di Papua yang memiliki potensi untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat adalah sumber daya perikanan. Khusus sumberdaya yang berasal dari perikanan tangkap dapat mencapai 23% dari total potensi perikanan tangkap nasional (Prasetyo, 2012).

Salah satu upaya dalam memanfaatkan potensi ini adalah melalui upaya pengembangan usaha perikanan tangkap dengan melakukan modernisasi kapal ikan dan alat tangkap. Keberadaan sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang usaha perikanan tangkap dapat berkembang dengan baik.

Pelabuhan Perikanan (PP) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan salah satu sarana yang penting dalam usaha perikanan tangkap. Pelabuhan memiliki peran sebagai tempat pelaksanaan sistem bisnis perikanan dan didukung dengan kegiatan pemerintahan, digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan kegiatan penunjang perikanan (KKP, 2012).

Pelabuhan perikanan memiliki peran dan fungsi dalam kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan, antara lain untuk pelayanan tambat labuh kapal dan bongkar

(3)

ISSN : 2356-3907 3 muat ikan, pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan distribusi ikan, pengumpulan data produksi, pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat, pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan, serta pelaksanaan fungsi pemerintahan.

Pelaksanaan operasional pelabuhan perikanan maupun pangkalan pendaratan ikan memerlukan perhatian dalam hal pengelolaannya (Lubis, 2012). Permasalahan dalam pengelolaan pelabuhan saat ini sangat kompleks, dimulai dari keterbatasan fasilitas, kelemahan sumber daya manusia yang menjadi pengelola serta sarana prasarana penunjang yang tidak memadai. PPI Hamadi akan berfungsi dan berperan dengan optimal bila didukung oleh fasilitas operasional dan pengelolaan yang baik. Melalui pengelolaan yang baik maka pemanfaatan sarana dan prasarana akan lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sejauh mana pemanfaatan sarana prasarana yang ada di PPI Hamadi, sejauh mana pelaksanaan peran PPI Hamadi dalam menunjang usaha perikanan tangkap, serta bagaimana strategi pengelolaan dan pengembangan PPI Hamadi dalam menunjang usaha perikanan tangkap.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan fasilitas yang ada di PPI Hamadi, menganalisis peran PPI Hamadi dalam menunjang usaha perikanan tangkap, serta memberikan arahan kebijakan strategi dalam pengelolaan PPI Hamadi.

Kajian Literatur dan Teori

Pelabuhan perikanan merupakan titik temu atau titik sambung antara wilayah perairan yang merupakan daerah produksi penangkapan ikan dengan wilayah daratan sebagai daerah distribusi dan konsumsi (Lubis, 2012). Pelabuhan terdiri dari 2 jenis, yaitu pelabuhan umum dan pelabuhan khusus. Pelabuhan perikanan merupakan salah satu jenis pelabuhan khusus yang diperuntukkan bagi kegiatan penangkapan ikan, mulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran.

Secara umum fungsi pelabuhan perikanan terdiri dari 2, yaitu fungsi pemerintahan dan fungsi pengusahaan, dimana kedua fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mendukung pelaksanaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan termasuk lingkungannya, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran hasil perikanan (KKP, 2009).

(4)

ISSN : 2356-3907 4 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) atau pelabuhan perikanan tipe D, merupakan tempat bertambat dan labuh kapal perikanan, sebagai tempat pendaratan hasil tangkapan atau bongkar muat, dan melelang/menjual hasil tangkapan tersebut, atau dengan kata lain merupakan lingkungan kerja ekonomi perikanan (Tridjoko, 2005). Sebagai salah satu unsur penggerak ekonomi perikanan, PPI dibangun dengan tujuan untuk menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi perikanan, terutama perikanan skala kecil (Dirjen Perikanan, 1997 seperti diacu dalam Tridjoko, 2005).

Mengingat peranan PPI yang sangat strategis, terutama dalam pengembangan usaha perikanan skala kecil/tradisional, maka pengelolaannya harus dilaksanakan secara profesional, agar masyarakat nelayan dapat merasakan manfaat penuh dari keberadaan PPI. Apabila peran PPI dapat dilaksanakan secara optimal melalui pengelolaan pelabuhan yang baik, maka pada giliran selanjutnya dapat memberikan kontribusi positif bagi pemerintah daerah, seperti pemasukan pendapatan daerah.

Menurut Lubis (2012), secara umum permasalahan yang dihadapi oleh pelabuhan-pelabuhan perikanan di Indonesia sangat kompleks, mulai dari terbatasnya fasilitas yang ada, lemahnya pengelolaan, hingga kurang kompetennya sumberdaya manusia pengelola pelabuhan. Hal ini ternyata berimbas pada pendapatan pengguna jasa pelabuhan perikanan, terutama nelayan selaku pelaku utama usaha perikanan tangkap.

Kenyataan di atas terungkap antara lain dari beberapa hasil penelitian, seperti Kandi (2005), menemukan bahwa dari keseluruhan fasilitas yang terdapat di PPP Lampulo Aceh, hanya 25% yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat perikanan, sementara sisanya tidak dapat berperan sebagaimana mestinya. Laga (2005), juga menemukan keadaan yang hampir sama di PPI Paotere Makassar. Permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan PPI Paotere adalah rusaknya sebagian subsistem fasilitas pelabuhan yang mengganggu sistem secara keseluruhan.

Disisi lain, keberadaan pelabuhan perikanan, khususnya pangkalan pendaratan ikan (PPI) sebenarnya diharapkan dapat membantu daerah dalam memberdayakan masyarakat perikanan dan juga membantu dalam menambah pemasukan melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Seperti yang diungkapkan oleh Mulyono (2002), PPI Bajomulyo di Pati memberikan kontribusi rata-rata 9,87% terhadap penerimaan retribusi Pemkab Pati. Selain itu PPI Bajomulyo menyediakan peluang usaha dan ternyata mampu menyerap tenaga kerja langsung dan tidak langsung sebanyak 5.273 orang.

(5)

ISSN : 2356-3907 5 Fasilitas-fasilitas yang telah ditetapkan harus tersedia di sebuah PPI dan pemanfaatannya harus seoptimal mungkin sehingga dapat berdaya guna dan bermanfaat bagi pengguna jasa PPI. Ardandi (2013) menemukan bahwa kondisi fasilitas dasar dan fungsional yang tidak optimal di PPI Tanjungsari Pemalang ikut mempengaruhi perkembangan usaha perikanan di lokasi tersebut. Yahya (2013) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kapasitas PPP Tegalsari adalah dengan melaksanakan strategi optimalisasi fasilitas pelabuhan yang berkaitan langsung dengan peningkatan produksi perikanan. Penyempurnaan sarana prasarana merupakan salah satu strategi prioritas dalam upaya pengembangan dan penambahan nilai output efisiensi di PPS Cilacap, selain strategi-strategi yang lain (Edi, 2006).

Metode

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling agar representatif mewakili keseluruhan populasi dan sesuai dengan keperluan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah fasilitas PPI Hamadi, diambil seluruhnya dengan metode total sampling. Kemudian sumber daya pengelola PPI Hamadi, diambil seluruhnya dengan metode total sampling, serta pemilik kapal, nelayan, dan pengepul yang memanfaatkan PPI Hamadi, diambil sebanyak 80 orang.

Instrumen yang digunakan dalam rangka pengumpulan data primer, baik dalam observasi maupun wawancara adalah cek lis, pedoman wawancara, dan kuesioner. Dalam pengolahan data digunakan software Microsoft Excel. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis.

Tingkat pemanfaatan fasilitas PPI Hamadi dihitung dengan membandingkan antara pemanfaatan eksisting dengan kapasitas fasilitas fisik. Secara matematis tingkat pemanfaatan dirumuskan sebagai berikut:

Analisis peran dilakukan dengan cara membandingkan peran PPI Hamadi yang seharusnya sebagaimana di atur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan, atau peraturan daerah (bila ada) dibandingkan dengan kenyataan di lapangan.

Untuk lebih mengetahui sejauh mana pelaksanaan fungsi PPI, maka dilakukan survei Indeks Kepuasan Masyarakat atau Customer Satisfaction Index dengan berpedoman pada

(6)

ISSN : 2356-3907 6 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M-PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

Metode pengolahan data terhadap hasil survei adalah nilai IKM dihitung dengan menggunakan nilai rata-rata tertimbang. Dari 7 unsur pelaksanaan masing-masing fungsi PPI Hamadi yang menjadi dasar survei, setiap unsur memiliki bobot tertimbang yang sama dengan rumus sebagai berikut :

Pendekatan nilai rata-rata tertimbang digunakan untuk memperoleh nilai indeks kepuasan masyarakat dengan rumus sebagai berikut :

Interpretasi nilai IKM ke dalam kinerja unit pelayanan dalam memenuhi fungsi atau perannya adalah antara 25 – 100, maka hasil penilaian di atas dikalikan nilai dasar 25, yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam mutu pelayanan atau pelaksanaan fungsi dengan interpretasi sebagaimana terdapat dalam Tabel 3.3 berikut.

Tabel 1. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi dan Kinerja Pelaksanaan Fungsi PPI Hamadi. Nilai Persepsi Nilai Interval IKM Nilai Interval Konversi IKM

Nilai Pelaksanaan Fungsi Kategori Interpretasi

1 1,00 – 1,75 25,00 – 43,75 D Tidak Baik 2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang Baik

3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik

4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat Baik

Untuk menemukan alternatif strategi pengelolaan PPI Hamadi, analisis dilakukan menggunakan metode Strenghts, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT). Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah menentukan faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pelaksanaan peran oleh PPI Hamadi. Faktor internal dan eksternal tersebut ditentukan melalui hasil wawancara dengan semua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan PPI Hamadi.

Setelah faktor internal dan eksternal ditentukan, langkah selanjutnya adalah menyusun matriks IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE (External Factors Evaluation) serta memberikan pembobotan. Kemudian diberikan rating peringkat mulai dengan skala 1 sampai 4 dan dikalikan dengan bobot pada setiap faktor untuk menghasilkan skor. Setelah matriks

(7)

ISSN : 2356-3907 7 IFE dan EFE tersusun, maka dilakukan penyusunan matriks IE untuk menentukan posisi PPI Hamadi, agar strategi yang diterapkan mampu mengembangkan perusahaan dengan baik.

Temuan

Analisis tingkat pemanfaatan fasilitas PPI Hamadi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang PPI Hamadi oleh pengguna jasa layanan. Fasilitas pokok yang dimiliki oleh PPI Hamadi antara lain lahan, penahan gelombang, dermaga, dan jalan kompleks. Sementara fasilitas fungsional terdiri dari Tempat Pemasaran Ikan (TPI), instalasi (depot) BBM, cold storage, pabrik es, docking/slipway, dan perkantoran. Fasilitas penunjang adalah balai pertemuan nelayan, kedai pesisir, pos jaga, dan MCK Gambar berikut menunjukkan tingkat pemanfaatan fasilitas-fasilitas kunci yang terdapat di PPI Hamadi.

Gambar 1. Tingkat Pemanfaatan Fasilitas PPI Hamadi

Tingkat pemanfaatan PPI Hamadi belum sepenuhnya optimal. Lahan PPI Hamadi seluas ± 8.550 m2 baru dimanfaatkan sebanyak 76%, sehingga masih dimungkinkan untuk membangun fasilitas-fasilitas lain. Dermaga PPI Hamadi memiliki panjang 80 meter dan yang sudah dimanfaatkan sepanjang 65 meter atau 81%. Hal tersebut terjadi karena kondisi dermaga PPI Hamadi yang tidak bisa digunakan oleh kapal nelayan untuk bersandar dan melaksanakan kegiatan bongkar muat. Karena itu diperlukan perbaikan dermaga agar sesuai dengan kondisi kapal nelayan yang ada di Jayapura. Tingkat pemanfaatan TPI, instalasi BBM, dan docking/slipway telah melebihi kapasitas yang ada, yaitu berturut-turut 127%,

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Lahan Dermaga TPI Instalasi

BBM Docking StorageCold Pabrik es PesisirKedai Tingkat Pemanfaatan Fasilitas PPI Hamadi (%)

(8)

ISSN : 2356-3907 8 169%, dan 150%. TPI sebagai sarana utama bagi nelayan untuk menjual hasil tangkapannya telah mengalami kelebihan beban. Kapasitas instalasi BBM yang hanya 80 KL setiap bulannya tidak dapat memenuhi kebutuhan nelayan sebesar 135 KL/bulan, serta fasilitas perbaikan kapal yang membutuhkan 900 m2 hanya tersedia seluas 600 m2. Hal tersebut menyebabkan nelayan membeli BBM dengan harga normal sehingga mengakibatkan meningkatnya biaya operasional nelayan. Maka diperlukan penambahan suplai BBM ke SPBN yang ada di PPI Hamadi. Kapasitas docking/slipway yang terbatas juga telah menyebabkan tingginya biaya perawatan kapal, karena biaya yang dikeluarkan nelayan apabila menggunakan lahan di luar PPI Hamadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan fasilitas PPI Hamadi.

Fungsi pemerintahan antara lain pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, pelaksanaan fungsi pemerintah (kesyahbandaran, karantina ikan, keimigrasian, kepabeanan), dan publikasi hasil pelayanan dan sandar labuh kapal perikanan. Sementara fungsi pengusahaan terdiri dari pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan, pelayanan bongkar muat ikan, pelayanan pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan distribusi ikan, pemanfaatan fasilitas dan lahan pelabuhan, pelayanan perbaikan dan pemeliharaan kapal, serta pelayanan logistik dan perbekalan kapal perikanan. Pelaksanaan fungsi pengusahaan sebagai bentuk pelayanan kepada nelayan dengan memanfaatkan fasilitas PPI Hamadi akan memberikan pemasukan kepada pemerintah daerah berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat digunakan untuk pengembangan PPI Hamadi.

Hasil survei menyatakan pelaksanaan fungsi pemerintahan belum berjalan dengan baik. Pendapat responden menyatakan bahwa indeks kepuasan masyarakat pengguna jasa layanan terhadap pelaksanaan fungsi pemerintahan mendapatkan nilai total 52,20. Nilai tersebut termasuk ke dalam kategori mutu pelayanan C atau kurang baik. Sementara survei atas pendapat responden mengenai pelaksanaan fungsi pengusahaan PPI Hamadi menunjukkan indeks kepuasan masyarakat mendapatkan nilai lebih baik dibandingkan dengan pendapat responden atas pelaksanaan fungsi pemerintahan, yaitu 59,26 walaupun nilai ini masih termasuk ke dalam kategori mutu pelayanan C atau kurang baik. Pada pelaksanaan fungsi pemerintahan, kegiatan operasional kapal perikanan mendapatkan nilai paling tinggi dan publikasi hasil pelayanan dan penelitian mendapatkan nilai terendah. Hal tersebut

(9)

ISSN : 2356-3907 9 menunjukkan bahwa masyarakat pengguna PPI Hamadi membutuhkan pelayanan publikasi hasil pelayanan dan penelitian. Pada pelaksanaan fungsi pengusahaan, kegiatan pemanfaatan fasilitas dan lahan di pelabuhan perikanan mendapatkan nilai tertinggi, sementara pelayanan bongkar muat ikan mendapatkan nilai terendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahwa nelayan sangat membutuhkan perbaikan dermaga sebagai sarana bongkar muat ikan.

Untuk mengatasi berbagai kekurangan PPI Hamadi dalam pelaksanaan fungsi serta memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diperlukan strategi pengelolaan PPI Hamadi. Dalam menentukan strategi pengelolaan, diperlukan idenfitikasi faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perumusan strategi pengelolaan. Pembobotan dan pemberian rating dilakukan untuk mengetahui skor masing-masing faktor lingkungan internal dan eksternal. Pembobotan dan pemberian rating dilakukan melalui diskusi dan wawancara dengan responden kunci yang terlibat langsung dalam kegiatan di PPI Hamadi. Faktor internal PPI Hamadi terdiri dari lokasi PPI tepat di WPP 717, tidak adanya sedimentasi di sekitar PPI, peraturan perundang-undangan, keamanan lingkungan PPI, SDM pelaku usaha perikanan tangkap, manajemen PPI Hamadi, fasilitas PPI Hamadi, sistem pemasaran di TPI, sanitasi dan higiene TPI, serta mutu hasil tangkapan. Sementara faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi pengelolaan PPI Hamadi terdiri dari potensi sumber daya ikan, pelabuhan perikanan lain, akses yang mudah, dukungan masyarakat, permintaan konsumen, kebijakan pemerintah daerah, kenaikan harga BBM, illegal fishing, fishing ground yang semakin jauh, dan dampak gelombang perairan. Hasil pembobotan dan rating terhadap faktor lingkungan internal dan eksternal disajikan pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Diagram Evaluasi Faktor Internal PPI Hamadi

0.135 0.113 0.188 0.234 0.267 0.185 0.158 0.253 0.285 0.256 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5

(10)

ISSN : 2356-3907 10 Gambar 3. Diagram Evaluasi Faktor Eksternal PPI Hamadi

Hasil analisis terhadap faktor internal dan eksternal menunjukkan bahwa kekuatan internal PPI lebih kecil dibandingkan dengan kelemahannya. Hal tersebut terlihat dari skor faktor internal yang mendapat skor -0,201. Sementara di sisi lain, peluang lingkungan eksternal dalam rangka pengelolaan PPI Hamadi lebih besar dibandingkan ancamannya. Skor yang didapat adalah 0,189. Hal tersebut berarti meskipun PPI Hamadi memiliki kelemahan dalam pengelolaan, tetapi masih memiliki peluang untuk dilakukan pengembangan.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa strategi yang harus diambil dalam pengelolaan PPI Hamadi adalah turn-around strategy, atau fokus pada usaha untuk meminimalkan masalah-masalah internal organisasi sehingga dapat merebut peluang yang tersedia. Lebih lanjut Rangkuti (2002) dan Christiananta (2010) mengatakan bahwa strategi yang sebaiknya diambil adalah Growth and Maintain Strategy, dimana strategi ini diarahkan untuk mencapai pertumbuhan yang baik dalam penjualan, aset, keuntungan, maupun perpaduan dari ketiga aspek ini. Apabila diterjemahkan kepada organisasi pemerintah, dalam hal ini PPI Hamadi, maka upaya yang dilakukan harus diarahkan untuk pelayanan yang lebih baik, pengelolaan fasilitas PPI Hamadi agar termanfaatkan secara optimal, serta memberikan keuntungan baik bagi masyarakat pengguna jasa PPI Hamadi maupun pemerintah sendiri.

Setelah analisis menggunakan Matriks IFE, EFE, dan IE, langkah selanjutnya adalah menyusun alternatif-alternatif strategi pengelolaan PPI Hamadi melalui matriks SWOT. Dalam Matriks SWOT akan mengidentifikasi dan membandingkan faktor-faktor internal (kekuatan/strengths dan kelemahan/ weaknesses) dengan faktor eksternal (peluang/opportunities dan ancaman/threats) untuk merumuskan strategi pengelolaan PPI Hamadi. Matriks SWOT akan memberikan gambaran secara jelas menghadapi peluang dan ancaman dari eksternal dan menyesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan.

0.375 0.095 0.306 0.192 0.342 0.173 0.256 0.243 0.208 0.241 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 O1 O2 O3 O4 O5 T1 T2 T3 T4 T5

(11)

ISSN : 2356-3907 11 Alternatif-alternatif strategi ini merupakan perpaduan dari kerkaitan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengelolaan PPI Hamadi. Strategi pengelolaan PPI Hamadi diarahkan dengan mencermati kelemahan yang ada serta peluang yang dapat dimanfaatkan. Alternatif strategi yang dihasilkan oleh matriks SWOT adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Analisis Strategi Prioritas Pengelolaan PPI Hamadi

No Strategi Faktor Strategi Skor Total Prioritas

I. Strategi S-O

1. Melakukan kajian master plan pengembangan PPI S1, S2, S3, O2, O3 0,836 15 2. Mengembangkan armada perikanan tangkap S1, S3, S4, S5, O1, O5 1,541 5

3. Mengembangkan jumlah dan kapasitas SDM pelaku usaha perikanan tangkap

S3, S5, O1, O4 1,021 11

4. Memperkuat rantai suplai ikan dan jaringan pemasaran serta distribusi

S4, S5, O2, O4, O5

1,131 10

II. Strategi W-O

1. Membentuk struktur organisasi pengelola PPI Hamadi yang jelas dengan dasar hukum yang kuat

W1, W2, W3, W4, O1, O3, O4, O5

2,095 1

2. Penataan dan melengkapi fasilitas yang belum ada dan memperbaiki fasilitas yang rusak

W1, W2, W3, W4, O1, O2, O4, O5

1,885 2

3. Meningkatkan kebersihan TPI dan mutu hasil tangkapan

W2, W4, W5,O1, O4, O5

1,607 3

4. Memperbaiki sistem lelang hasil tangkapan

W2, W3, W4, O1, O4, O5

1,605 4

5. Mengembangkan pasar sehat dan sistem rantai dingin

W4, W5, O3, O4, O5 1,380 6 III. Strategi ST 1. Penegakan hukum S1, S4, T1, T3, T4 1,250 8

2. Sosialisasi teknologi penangkapan S1, S3, S5, T2, T3, T4

1,297 7

IV. Strategi W-T

1. Memperkuat kapasitas kelembagaan PPI

W1, W2, W3, T1, T3

1,013 12 2. Revitalisasi PPI Hamadi sebagai pusat

usaha perikanan tangkap

W1, W2, W3, T1, T2, T4

1,233 9

3. Menetapkan kebijakan pemerintah dalam sistem pemasaran di TPI

W3, W4, T1, T3 0,954 14 4. Pengembangan sistem rantai dingin W4, W5, T4, T5 0,990 13

(12)

ISSN : 2356-3907 12 Berdasarkan penentuan strategi melalui analisis matriks SWOT dan pemberian ranking prioritas strategi berdasarkan skor sebagaimana terdapat dalam Tabel 4.15, maka rencana strategi dalam pengelolaan PPI Hamadi adalah membentuk struktur organisasi pengelola PPI Hamadi sebagai bentuk penguatan kelembagaan PPI Hamadi, penataan kembali fasilitas-fasilitas PPI Hamadi, meningkatkan kebersihan TPI dan mutu hasil tangkapan melalui perbaikan sistem sanitasi dan higiene di lingkungan PPI Hamadi, memperbaiki sistem lelang hasil tangkapan untuk meningkatkan harga jual hasil tangkapan dan daya saing nelayan. Untuk penguatan masyarakat perikanan tangkap di Jayapura, maka strategi yang perlu dilaksanakan adalah pengembangan armada perikanan tangkap untuk menjangkau fishing ground yang lebih jauh, sosialisasi teknologi penangkapan ikan sebagai bentuk transfer ilmu dan teknologi, serta penegakan hukum terhadap pelaku illegal fishing. Untuk jangka pendek, strategi yang dapat dilaksanakan dalam pengelolaan PPI Hamadi adalah pembentukan struktur organisasi PPI Hamadi dengan SDM pengelola yang kompeten. Apabila hal ini dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan penataan fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang yang ada di PPI Hamadi. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan, hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki sistem lelang hasil tangkapan dan memperkuat rantai suplai ikan serta jaringan pemasaran.

Hal lainnya yang dapat dilakukan adalah menjaga mutu ikan melalui upaya meningkatkan kebersihan TPI dan mutu hasil tangkapan serta mengembangkan sistem rantai dingin produk perikanan. Pengembangan armada perikanan, SDM perikanan, sosialisasi teknologi, penyediaan fasilitas dengan biaya tinggi, dilakukan secara bertahap sesuai skala prioritas.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pengelolaan PPI Hamadi dalam penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pangkalan Pendaratan Ikan Hamadi merupakan pelabuhan perikanan tipe D, yang belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria teknis dan operasional sebuah PPI.

2. Tingkat pemanfaatan fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang PPI Hamadi belum sepenuhnya optimal, karena ada fasilitas dengan tingkat pemanfaatan yang melebihi kapasitas maksimal, sementara di sisi lain ada fasilitas lain yang belum termanfaatkan sepenuhnya.

(13)

ISSN : 2356-3907 13 3. Peran PPI Hamadi dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan dan pengusahaan belum

berjalan dengan optimal, karena nilai kepuasan pengguna layanan jasa terhadap masing-masing fungsi berada pada kategori mutu pelayanan C atau kurang baik.

4. Strategi yang harus diambil dalam pengelolaan PPI Hamadi adalah membentuk struktur organisasi pengelola PPI Hamadi, penataan dan melengkapi fasilitas yang belum ada serta memperbaiki fasilitas yang rusak, dan memperbaiki sistem pemasaran hasil tangkapan melalui penguatan rantai suplai ikan dan jaringan pemasaran serta distribusi.

5. Strategi penguatan nelayan dapat dilakukan dengan strategi pengembangan armada perikanan tangkap, pasar sehat dan sistem rantai dingin, sosialisasi teknologi penangkapan, serta penegakan hukum.

Saran

Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan peran PPI Hamadi sebagai upaya untuk mendukung pengembangan perikanan tangkap, maka kepada pemangku kepentingan serta pengambil kebijakan disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Membentuk struktur organisasi pengelola PPI Hamadi secara jelas dan melengkapinya dengan sumber daya manusia pengelola yang kompeten. Hal ini dilakukan agar langkah pengelolaan dan pengembangan PPI Hamadi menjadi terarah dengan baik.

2. Memperbaiki fasilitas-fasilitas yang ada, segera mengoperasikan fasilitas yang belum dapat digunakan serta menyediakan fasilitas sesuai dengan kebutuhan nelayan.

3. Memperbaiki sistem lelang hasil tangkapan serta memperkuat rantai suplai ikan sebagai alat untuk meningkatkan harga jual ikan di tingkat nelayan.

4. Memperbaiki mutu ikan melalui peningkatan kebersihan TPI serta mengembangkan sistem rantai dingin produk perikanan untuk menjaga mutu hasil tangkapan mulai dari penangkapan hingga penjualan.

5. Melakukan sosialisasi teknologi penangkapan kepada para pelaku usaha.

Daftar Pustaka

Ardandi, S.N, Boesono, H. & Rosyid, A. (2013). Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Dasar dan Fungsional Untuk Peningkatan Produksi di Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjungsari Kabupaten Pemalang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 2 (1), 11-22.

Christiananta, B. (2010). Buku Materi Pokok Manajemen Strategik. Jakarta: Universitas Terbuka.

(14)

ISSN : 2356-3907 14 Edi, I.B.P., Anggoro, S., & Susilowati, I. (2006). Analisis Efisiensi Pelabuhan Perikanan dan

Strategi Pengembangan (Pokok Bahasan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap). Jurnal Pasir Laut, 2 (1), 64-78.

Kandi, O. (2005). Analisis Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai di Desa Lampulo Kecamatan Kuta Alam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2012). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan. Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi, KKP.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2009). Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi, KKP.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. (2004). Keputusan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004. Jakarta.

Laga, A. (2005). Analisis Sistem Pengelolaan Pelabuhan Perikanan: Studi Kasus di Pangkalan Pendaratan Ikan Paotere Makassar. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lubis, E. (2012). Pelabuhan Perikanan. Bogor : IPB Press.

Mulyono, A. (2002). Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bajomulyo dalam Menunjang Otonomi Daerah Kabupaten Pati. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Prasetyo, E.E. (2012). Potensi Perikanan Papua Besar. Diambil 31 Juli 2013 dari situs world wide web http://regional.kompas.com/read/2012/03/14/ 20312963/twitter.com

Rangkuti, F. (2002). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tridjoko. (2005). Evaluasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tasik Agung Dalam Upaya Penataan Kawasan Bahari Terpadu Kabupaten Rembang. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Yahya, E., Rosyid, A., & Suherman, A. (2013). Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Dasar dan Fungsional dalam Strategi Peningkatan Produksi di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 2 (1), 56-65.

Gambar

Tabel 1.  Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi dan Kinerja Pelaksanaan Fungsi PPI  Hamadi
Gambar 1. Tingkat Pemanfaatan Fasilitas PPI Hamadi
Gambar 2. Diagram Evaluasi Faktor Internal PPI Hamadi 0.135 0.113 0.188 0.234 0.267 0.185 0.158 0.253 0.285  0.256 00.050.10.150.20.250.3S1S2S3S4S5W1W2W3W4W5
Gambar 3. Diagram Evaluasi Faktor Eksternal PPI Hamadi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tugas akhir ini dilakukan analisis mengenai prinsip kerja dan pengaruh alat ini secara nyata terhadap kualitas listrik (tegangan, arus, power factor, harmonisa,

Selain itu juga ada halaman untuk melihat data pembayaran dan bukti transfer, jika bukti transfer telah dikirim (upload) oleh customer , maka status pembayaran akan

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (naturalistik) yang dipercaya akan dapat menjelaskan fenomena yang ada dengan lebih komprehensif dalam melihat

Bentuk persaingan ketat ini berkaitan dengan adanya sejumlah faktor (Pearce and Robinson, 2008): ada banyak pesaing atau pesaing yang ada memiliki ukuran dan kekuatan

Lapis atas Lamban Pesagi merupakan bagian dari rangka plafon dan atap, pemakaian bangun dasar piramid yang diolah dengan perubahan dimensi dengan memperpanjang

[r]

Alhasil, Megawati Soekarnoputri yang kala itu menjabat Wakil Presiden, dilantik untuk menggantikan Gus Dur sebagai Presiden dan mencatatkan dirinya dalam sejarah sebagai