• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. jawaban kuesioner yang diisi oleh responden. Untuk melakukan analisis ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. jawaban kuesioner yang diisi oleh responden. Untuk melakukan analisis ini"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

89 A. Penyajian Data dan Analisis Awal

Pada awal tahap analisis, peneliti menyajikan data prosentase hasil dari jawaban kuesioner yang diisi oleh responden. Untuk melakukan analisis ini peneliti menggunakan program SPSS. Data yang diperoleh berdasarkan perhitungan frekuensi disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut:

1. Tingkat Pemahaman Pesan (X1)

Tingkat pemahaman pesan merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur kemudahan pesan iklan dalam menyampaikan informasi kepada target audiens.

Tabel 3.1

Saya melihat pesan iklan secara keseluruhan mudah untuk dipahami Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 22 32,4

Setuju 35 51,5

Netral 11 16,2

Total 68 100

Sumber : Tingkat Pemahaman Pesan, kuesioner 1

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pesan dalam iklan secara keseluruhan mudah untuk dipahami dengan persentase 51,5% menjawab setuju, 32,4% menjawab sangat setuju, dan hanya 16,2% menjawab netral.

(2)

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pesan iklan layanan masyarakat ini ditampilkan secara jelas dan sederhana. Sehingga audiens lebih mudah dalam memahami makna yang disampaikan dalam iklan mengenai bahaya rokok serta dampaknya bagi kesehatan.

2. Tingkat Ketertarikan terhadap Pesan (X2)

Tingkat Ketertarikan terhadap Pesan merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur kemampuan pesan dalam iklan untuk menarik perhatian target audiens secara langsung melalui perasaan dan emosi. Variabel ini diukur berdasarkan penggunaan daya tarik pesan negatif berupa rasa takut dan rasa bersalah.

Tabel 3.2

Saya tertarik melihat iklan tersebut karena dalam pesan yang disampaikan terdapat kesan menakut-nakuti

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 19 27,9

Setuju 28 41,2

Netral 17 25

Tidak Setuju 4 5,9

Total 68 100

Sumber : Tingkat Ketertarikan Pesan, kuesioner 2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tanggapan audiens dengan persentase 41,2% menjawab setuju, 27,9% menjawab sangat setuju, 25% menjawab netral, dan 5,9% menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukan

(3)

bahwa pesan yang mengandung kesan menakut-nakuti dalam iklan layanan masyarakat anti rokok ini mampu menarik perhatian audiens untuk menyaksikan iklan ini. Namun bagi beberapa responden, pesan yang mengandung kesan seperti ini dianggapnya biasa. Karena tingkatan takut yang dimiliki seseorang berbeda-beda sehingga menyebabkan seseorang akan berbeda pula dalam menyikapi sebuah permasalahan.

Tabel 3.3

Saya tertarik melihat iklan tersebut karena dalam pesan yang disampaikan mengandung kesan yang mampu menimbulkan perasaan bersalah

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 24 35,3

Setuju 23 33,8

Netral 16 23,5

Tidak Setuju 5 7,4

Total 68 100

Sumber : Tingkat Ketertarikan Pesan, kuesioner 3

Dari tabel di atas dapat dilihat 35,3% menjawab sangat setuju, 33,8% menjawab setuju, 23,5% menjawab netral, dan 7,4% menjawab tidak setuju. Ini menunjukan bahwa dalam pesan iklan layanan masyarakat anti rokok dengan menggunakan penonjolan yang mampu meningkatkan perasaan bersalah dapat menarik perhatian audiens untuk menyaksikan iklan. Penonjolan daya tarik dengan menggunakan perasaan bersalah lebih mendapatkan hasil yang baik dibanding rasa takut. Karena tingkat kepekaan seseorang akan lebih terlihat dengan jelas apabila hal yang dilakukannya akan merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Hal ini terlihat dari tagline yang ada dalam pesan yaitu “asapmu membunuh mimpi-mimpi orang

(4)

disekitarmu”, namun kedua daya tarik tersebut tetap memiliki satu kesatuan yang saling berhubungan dalam menimbulkan kesan negatif dari pesan iklan

3. Tingkat Ketertarikan terhadap Endorser (X3)

Tingkat Ketertarikan terhadap Endorser merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur ketertarikan audiens terhadap endorser yang digunakan dalam iklan. Variabel ini diukur dari tingkat kesamaan dan kesukaan audiens terhadap diri endorser.

Tabel 3.4

Saya melihat kesamaan pada diri saya dengan pemeran iklan sebagai orang yang terkena dampak dari rokok

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 10 14,7

Setuju 17 25

Netral 23 33,8

Tidak Setuju 16 23,5

Sangat Tidak Setuju 2 2,9

Total 68 100

Sumber : Tingkat Ketertarikan terhadap Endorser, kuesioner 4

Dari tabel di atas dapat dilihat 33,8% menjawab netral, 25% menjawab setuju, 23,5% menjawab tidak setuju, 14,7% menjawab sangat setuju, dan hanya 2,9% menjawab sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa audiens merasa ragu dengan daya tarik berupa kesamaan terhadap endorser yang menggambarkan orang terkena dampak negatif dari rokok. Karena beberapa responden berfikir bahwa mereka merupakan perokok dan merasa

(5)

hanya sebagai perokok bukan sebagai penderita kanker. Padahal penyebab penyakit kanker yang diderita oleh endorser tersebut merupakan dampak dari paparan asap rokok.

Tabel 3.5

Saya melihat bahwa pemeran iklan memiliki penampilan fisik yang unik Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 10 14,7

Setuju 27 39,7

Netral 18 26,5

Tidak Setuju 13 19,1

Total 68 100

Sumber : Tingkat Ketertarikan terhadap Endorser, kuesioner 5

Dari tabel di atas dapat dilihat 39,7% menjawab setuju, 26% menjawab netral, 19,1% menjawab tidak setuju, dan 14,7% menjawab sangat setuju. Hasil ini dapat menyimpulkan bahwa penonjolan fisik endorser berupa penyakit yang diderita akibat dampak dari asap rokok yang ditampilkan dalam iklan layanan masyarakat ini mampu menarik perhatian audiens. Sehingga dengan memperhatikan endorser tersebut secara tidak langsung juga mampu menarik minat responden untuk melihat iklan secara keseluruhan.

(6)

Tabel 3.6

Saya melihat bahwa pemeran iklan memiliki karakter yang kuat dalam iklan

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 19 27,9

Setuju 32 47,1

Netral 12 17,6

Tidak Setuju 4 5,9

Sangat Tidak Setuju 1 1,5

Total 68 100

Sumber : Tingkat Ketertarikan terhadap Endorser, kuesioner 6

Dari tabel di atas dapat dilihat 47,1% menjawab setuju, 27,9% menjawab sangat setuju, 17,6% menjawab netral, 5,9% menjawab tidak setuju, dan hanya 1,5% menjawab sangat tidak setuju. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan karakter yang terdapat pada diri endorser mampu memberikan daya tarik kepada audiens. Dan yang dimaksud dengan karakter yang kuat yaitu terlihat pada pembawaan diri endorser dalam iklan tersebut sehingga responden melihat bahwa endorser memang merupakan korban dari asap rokok.

(7)

4. Tingkat Keahlian Endorser (X4)

Tingkat Keahlian Endorser merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur keahlian endorser dalam menyampaikan pesan kepada audiens. Variabel ini dapat diukur berdasarkan pada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan endorser sesuai dengan topik yang diiklankan.

Tabel 3.7

Saya melihat bahwa pemeran iklan memiliki pengetahuan mengenai bahaya merokok

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 16 23,5

Setuju 33 48,5

Netral 16 23,5

Tidak Setuju 3 4,4

Total 68 100

Sumber : Tingkat Keahlian Endorser, kuesioner 7

Dari tabel di atas dapat dilihat 48,5% menjawab setuju, 23,5% menjawab sangat setuju, 23,5% menjawab netral, dan hanya 4,4% menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas audiens menilai bahwa endorser yang ada dalam iklan layanan masyarakat ini memiliki pengetahuan mengenai bahaya merokok. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang endorser akan menambah kepercayaan audiens terhadap pesan yang disampaikan.

(8)

Tabel 3.8

Saya melihat bahwa pemeran iklan memiliki pengalaman tentang bahaya asap rokok

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 30 44,1

Setuju 31 45,6

Netral 7 10,3

Total 68 100

Sumber : Tingkat Keahlian Endorser, kuesioner 8

Dari tabel di atas dapat dilihat 45,6% menjawab setuju, 44,1% menjawab sangat setuju, dan 10,3% menjawab netral. Hal ini menunjukan bahwa endorser iklan layanan masyarakat mampu menyampaikan pengalamannya mengenai dampak negatif dari asap rokok. Dan pengalaman yang diungkapkan secara jelas dengan menunjukan fakta yang ada dari diri seorang endorser iklan, mampu menimbulkan keyakinan pada diri audiens terhadap apa yang disampiakan endorser.

Tabel 3.9

Saya melihat bahwa pemeran iklan memiliki keterampilan untuk meyakinkan khalayak dalam menyampaikan pesan

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 20 29,4

Setuju 35 51,5

Netral 11 16,2

Tidak Setuju 2 2,9

Total 68 100

(9)

Dari tabel di atas dapat dilihat 45,6% menjawab setuju, 44,1% menjawab sangat setuju, dan 10,3% menjawab netral. Hasil perhitungan ini menunjukan bahwa endorser endorser iklan layanan masyarakat memiliki kemampuan untuk meyakinkan audiens dalam menyampaikan pesan iklan. Hal ini terlihat bahwa endorser yang bukan merupakan seorang ahli atau orang terkenal bahkan hanya sebagai orang yang menjadi korban dari asap rokok ini, dengan pengetahuan dan pengalamannya mengenai hal tersebut secara otomatis membuat audiens merasa yakin dengan iklan yang disampaikan pada iklan tersebut.

5. Tingkat Kepercayaan Endorser (X5)

Tingkat Kepercayaan Endorser merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur kepercayaan endorser dalam menyampaikan pesan kepada audiens. Variabel ini dapat diukur berdasarkan pada kejujuran, integritas, dan pembawaan dirinya secara objektif dalam menyampaikan pesan.

Tabel 3.10

Saya melihat bahwa pemeran iklan dapat dipercaya dalam menyampaikan informasi mengenai bahaya rokok

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 23 33,8

Setuju 33 48,5

Netral 11 16,2

Tidak Setuju 1 1,5

Total 68 100

(10)

Dari tabel di atas dapat dilihat 48,5% menjawab setuju, 33,8% menjawab sangat setuju, 16,2% menjawab netral dan hanya 1,5% yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa endorser iklan layanan masyarakat memiliki integritas dalam menyampaikan informasi mengenai bahaya rokok sehingga audiens merasa lebih percaya.

Tabel 3.11

Saya melihat bahwa pemeran iklan jujur dalam menyampaikan informasi mengenai bahaya rokok

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 20 29,4

Setuju 34 50

Netral 13 19,1

Tidak Setuju 1 1,5

Total 68 100

Sumber : Tingkat Kepercayaan Endorser, kuesioner 11

Dari tabel di atas dapat dilihat 50% menjawab setuju, 29,4% menjawab sangat setuju, 19,1% menjawab netral dan hanya 1,5% yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa audiens melihat endorser iklan layanan masyarakat jujur dalam menyampaikan informasi mengenai bahaya rokok sehingga responden merasa percaya dengan pesan yang disampaikannya.

(11)

Tabel 3.12

Saya melihat bahwa pemeran iklan tidak memihak dalam menyampaikan informasi mengenai bahaya rokok

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 10 14,7

Setuju 35 51,5

Netral 15 22,1

Tidak Setuju 8 11,8

Total 68 100

Sumber : Tingkat Kepercayaan Endorser, kuesioner 12

Dari tabel di atas dapat dilihat 51,5% menjawab setuju, 22,1% menjawab netral, 14,7% menjawab sangat setuju dan 11,8% yang menjawab tidak setuju. Dengan begitu dapat dilihat bahwa endorser iklan layanan masyarakat mampu menyampaikan informasi mengenai bahaya rokok secara objektif tanpa memihak salah satu pihak.

6. Sikap Untuk Berhenti Merokok (Y)

Sikap untuk Berhenti Merokok merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur keinginan audiens untuk berhenti merokok setelah menyaksikan iklan layanan masyarakat ditelevisi.

(12)

Tabel 3.13

Saya melihat iklan layanan masyarakat muncul keinginan untuk berhenti merokok

Jawaban Jumlah Responden (N) Presentase (%)

Sangat Setuju 23 33,8

Setuju 19 27,9

Netral 24 35,3

Tidak Setuju 2 2,9

Total 68 100

Sumber : Sikap Untuk Berhenti Merokok, kuesioner 13

Dari tabel di atas dapat dilihat 35,3% menjawab netral, 33,8% menjawab sangat setuju, 27,9% menjawab setuju dan hanya 2,9% yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas audiens merasa netral untuk adanya keinginan berhenti merokok setelah menyaksikan iklan layanan masyarakat tersebut.

B. Analisis Data

Pada bagian ini menyajikan hasil pengolahan data dan analisis terkait dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini membahas tentang hubungan 5 variabel independen yaitu tingkat pemahaman pesan (X1), tingkat ketertarikan pesan (X2), tingkat ketertarikan terhadap endorser (X3), tingkat keahlian endorser (X4) dan tingkat kepercayaan endorser (X5) terhadap variabel dependen yaitu sikap untuk berhenti merokok (Y).

(13)

1. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menyatakan kehandalan atau konsistensi yang dilakukan dalam instrumen kuesioner. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dihitung berdasarkan Cronbach’s Alpha dengan menggunakan program SPSS. Angka reliabilitas alpha (yang dapat diterima) berkisar antara 0 dan 1. Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Jadi semakin mendekati 1 dikatakan bahwa reliabilitas semakin tinggi.

a. Hasil Uji Reliabilitas Item-item Variabel Tingkat Ketertarikan terhadap Pesan

Tabel 3.14

Reliabilitas Variabel Tingkat Ketertarikan terhadap Pesan

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .712 2 Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted Rasa_Takut .555 .a Perasaan_Bersalah .555 .a

a. The value is negative due to average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

(14)

Berdasarkan hasil tabel Reliability Statistics diatas dapat diketahui bahwa variabel Tingkat Ketertarikan terhadap Pesan memperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,712. Berarti nilai tersebut lebih besar dari 0,6 dan bisa dikatakan bahwa instrumen dalam kuesioner reliable atau konsisten. Dalam artian bahwa pengukuran dari suatu test mengenai tingkat ketertarikan terhadap pesan iklan dengan dua item pertanyaan berupa rasa takut dan perasaan bersalah ini menunjukan hasil yang konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dalam kondisi yang sama.

Dari hasil tabel Item-Total Statistics dapat diketahui bahwa Corrected Item- Total Correlation item pernyataan tentang rasa takut dan perasaan bersalah terdapat nilai yang sama 0,555. Nilai ini merupakan hasil korelasi antara skor item dengan skor total item yang merupakan hasil dari uji validitas instrumen. Hal ini terjadi karena dalam variabel tersebut hanya memiliki dua item pernyataan sehingga hasil skor item dengan skor total terbagi secara rata. Sedangkan Alpha if Item Deleted tidak nampak hasilnya dikarenakan jumlah pertanyaan yang hanya dua butir sehingga jika salah satu item pernyataan dihapus maka tidak dapat diuji nilai reliabilitasnya.

b. Hasil Uji Reliabilitas Item-item Variabel Tingkat Ketertarikan terhadap Endorser

(15)

Tabel 3.15

Reliabilitas Variabel Tingkat Ketertarikan terhadap Endorser

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .659 3 Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted Kesamaan .386 .686 Fisik_Unik .504 .515 Karakter_Kuat .532 .487

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan hasil tabel Reliability Statistics diatas dapat diketahui bahwa variabel Tingkat Ketertarikan terhadap Endorser memperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,659. Berarti nilai tersebut lebih besar dari 0,6 dan bisa dikatakan bahwa instrumen kuesioner reliable atau konsisten. Dengan arti bahwa pengukuran dari suatu test mengenai tingkat ketertarikan terhadap endorser iklan dengan 3 item pertanyaan yaitu kesamaan, fisik yang unik, dan karakter yang kuat, menunjukan hasil yang konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dalam kondisi yang sama.

Dari hasil tabel Item-Total Statistics dapat diketahui bahwa Corrected Item- Total Correlation butir pertanyaan tentang kesamaan terdapat nilai 0,386. Nilai ini merupakan hasil korelasi antara skor

(16)

item dengan skor total item yang merupakan hasil dari uji validitas instrumen. Dan untuk item pernyataan berikutnya juga dilakukan perhitungan yang sama. Sedangkan Alpha if Item Deleted merupakan besarnya reliabilitas alpha jika salah satu item dihapus. Misal item pernyataan mengenai kesamaan terhadap endorser dihapus, maka nilai koefisiens alphanya meningkat menjadi 0,686. Hal ini terjadi karena pada item pernyataan tersebut memilki nilai korelasi yang paling rendah dari kedua item yang ada. Sehingga dengan dihilangkannya item pernyataan tersebut akan meningkatkan nilai reliabilitas pada variabel tersebut. Dan ini merupakan cara untuk mengintepretasi item pernyataan berikutnya sampai item yag terakhir.

c. Hasil Uji Reliabilitas Item-item Variabel Tingkat Keahlian

Endorser

Tabel 3.16

Reliabilitas Variabel Tingkat Keahlian Endorser

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .693 3 Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted Pengetahuan .559 .532

(17)

Pengalaman .541 .572

Meyakinkan .440 .687

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel Tingkat Keahlian Endorser memperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,693. Berarti nilai tersebut lebih besar dari 0,6 dan bisa dikatakan bahwa instrumen kuesioner reliable atau konsisten. Dengan arti bahwa pengukuran dari suatu test mengenai tingkat keahlian endorser iklan dengan 3 item pertanyaan yaitu pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan untuk meyakinkan menunjukan hasil yang konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dalam kondisi yang sama.

Dari hasil tabel Item-Total Statistics dapat diketahui bahwa Corrected Item- Total Correlation item pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki endorser mempunyai nilai 0,559. Nilai ini merupakan hasil korelasi antara skor item dengan skor total item yang merupakan hasil dari uji validitas instrumen. Dan untuk item pernyataan berikutnya juga dilakukan perhitungan yang sama. Sedangkan Alpha if Item Deleted merupakan besarnya reliabilitas alpha jika salah satu item dihapus. Misal item pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki endorser dihapus, maka nilai koefisiens alphanya menurun menjadi 0,532. Hal ini terjadi karena pada item

(18)

pernyataan tersbut menghasilkan nilai korelasi tertinggi dibandingkan kedua pernyataan lainnya. Sehingga jika dihilangkan item pernyataan tersebut maka hasil reliabilitasnya kan menurun. Dan cara seperti ini juga digunakan untuk mengintepretasikan item pernyataan berikutnya sampai item yang terakhir.

d. Hasil Uji Reliabilitas Item-item Variabel Tingkat Kepercayaan

Endorser

Tabel 3.17

Reliabilitas Variabel Tingkat Kepercayaan Endorser

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .801 3 Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted Dapat_Dipercaya .620 .757 Jujur .724 .653 Objektif .613 .777

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel Tingkat Kepercayaan Endorser memperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,801. Berarti nilai tersebut lebih besar dari 0,6 dan bisa dikatakan bahwa instrumen kuesioner reliable atau konsisten. Dengan

(19)

arti bahwa pengukuran dari suatu test mengenai tingkat kepercayaan endorser iklan dengan 3 item pertanyaan yaitu dapat dipercaya, jujur, dan objektif menunjukan hasil konsistensi yang tinggi setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dalam kondisi yang sama.

Dari hasil tabel Item-Total Statistics dapat diketahui bahwa Corrected Item- Total Correlation item pernyataan mengenai dapat dipercaya dari endorser mempunyai nilai 0,620. Nilai ini merupakan hasil korelasi antara skor item dengan skor total item yang merupakan hasil dari uji validitas instrumen. Dan untuk item pernyataan berikutnya juga dilakukan perhitungan yang sama. Sedangkan Alpha if Item Deleted merupakan besarnya reliabilitas alpha jika salah satu item dihapus. Misal item pernyataan mengenai dapat dipercaya dari endorser dihapus, maka nilai koefisiens alphanya menurun menjadi 0,757. Hal ini terjadi karena nilai korelasi pada item pernyataan tersebut memiliki nilai yang tinggi sehingga jika dihilangkan maka nilai reliabilitas pada variabel ini juga menurun. Dan ini merupakan cara untuk mengintepretasi item pernyataan berikutnya sampai item yang terakhir.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis akan diterima apabila

(20)

hasil penelitian dapat mendukung pernyataan hipotesis dan apabila hasil penelitian tidak mendukung penyataan hipotesis maka hipotesis ditolak. Adapun hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Tingkat Pemahaman Pesan iklan layanan masyarakat terhadap Sikap untuk Berhenti Merokok.

H2 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Tingkat Ketertarikan terhadap Pesan iklan layanan masyarakat terhadap Sikap untuk Berhenti Merokok.

H3 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Tingkat Ketertarikan terhadap Endorser iklan layanan masyarakat terhadap sikap untuk berhenti merokok.

H4 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Tingkat Keahlian Endorser iklan layanan masyarakat terhadap sikap untuk berhenti merokok.

H5 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Tingkat Kepercayaan Endorser iklan layanan masyarakat terhadap sikap untuk berhenti merokok.

Hubungan antara tingkat pemahaman pesan (X1) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y), tingkat ketertarikan terhadap pesan (X2) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y), tingkat ketertarikan terhadap endorser (X3) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y), tingkat keahlian endorser (X4)

(21)

dengan sikap untuk berhenti merokok (Y), serta tingkat kepercayaan endorser (X5) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y) dapat diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana (korelasi bivariat dengan Rank Kendall’s tau). Perhitungan korelasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows.

a. Hubungan antara tingkat pemahaman pesan (X1) dengan sikap

untuk berhenti merokok (Y)

Rumusan untuk H1 dalam penelitian ini:

: p = 0 Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman pesan dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X1) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y).

: p ≠ 0 Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman pesan dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X1) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y).

Berikut ini merupakan hasil ouput perhitungan korelasi menggunakan program SPSS 16 for Windows.

Tabel 3.18

Hasil uji korelasi antara tingkat pemahaman pesan dengan sikap untuk berhenti merokok

Tingkat Pemahaman Pesan Sikap untuk Berhenti Merokok Kendall’s tau_b Tingkat Pemahaman

Pesan

Correlation Coefficient 1.000 .420”

Sig. (2-tailed) .000

(22)

Sikap untuk Berhenti Merokok

Correlation Coefficient .420” 1.000

Sig. (2-tailed) .000

N 68 68

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman terhadap pesan (X1) iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok (Y) dengan nilai korelasi 0,420 dengan signifikansi 0,000. Dari hasil output didapat signifikasi sebesar 0,000 ≤ 0,01 (lebih kecil) maka H1 dalam penelitian ini diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman pesan dalam iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok.

Arah hubungan antara tingkat pemahaman pesan dengan sikap untuk berhenti merokok adalah positif sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman terhadap pesan, maka semakin tinggi pula sikap untuk berhenti merokok, dimana derajat korelasi keduanya sedang yaitu 0,420. Dari hasil tersebut dilakukan perhitungan koefisien determinasi yaitu 0,4202 x 100%, maka menghasilkan prosentase sebesar 17,6%. Nilai R2 menunjukan bahwa sikap untuk berhenti merokok dapat dipengaruhi oleh variabel tingkat pemahaman pesan sebesar 17,6%.

(23)

Dari hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa tingkat pemahaman pesan mempunyai hubungan signifikan dengan sikap untuk berhenti merokok. Walaupun pemahaman terhadap pesan memiliki derajat korelasi sedang, yang membuktikan bahwa pesan iklan layanan masyarakat anti rokok yang disampaikan secara sederhana dan jelas juga merupakan faktor yang penting. Yang mana hal ini mampu memudahkan audiens dalam memahami makna dari pesan tersebut. Namun dalam memahami makna dalam sebuah pesan iklan, audiens harus melakukan proses berfikir dengan mencerna informasi dan kemudian dievaluasi. Setelah melakukan proses kognitif, baru menerapkannya sebagai wujud perubahan sikap. Dengan melalui beberapa proses pemikiran yang sedikit panjang tersebut, maka hal ini yang membuat derajat hubungan antara dua variabel tersebut sedang.

b. Hubungan antara tingkat ketertarikan terhadap pesan (X2)

dengan sikap untuk berhenti merokok (Y) Rumusan untuk H2 dalam penelitian ini:

: p = 0 Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat ketertarikan terhadap pesan dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X2) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y).

(24)

: p ≠ 0 Ada hubungan yang signifikan antara tingkat ketertarikan terhadap pesan dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X2) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y).

Berikut ini merupakan hasil ouput perhitungan korelasi menggunakan program SPSS 16 for Windows.

Tabel 3.19

Hasil Uji Korelasi antara tingkat ketertarikan terhadap pesan dengan sikap untuk berhenti merokok

Tingkat Ketertarikan terhadap Pesan Sikap untuk Berhenti Merokok Kendall’s tau_b Tingkat Ketertarikan

terhadap Pesan

Correlation Coefficient 1.000 .638”

Sig. (2-tailed) .000

N 68 68

Sikap untuk Berhenti Merokok

Correlation Coefficient .638” 1.000

Sig. (2-tailed) .000

N 68 68

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil analisis menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat ketertarikan terhadap pesan (X2) iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok (Y) dengan nilai korelasi 0,638 dengan signifikansi 0,000. Dari hasil output didapat signifikasi sebesar 0,000 ≤ 0,01 (lebih kecil) maka H2 dalam penelitian ini diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketertarikan terhadap pesan dalam iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok.

(25)

Arah hubungan antara tingkat ketertarikan terhadap pesan dengan sikap untuk berhenti merokok adalah positif sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat ketertarikan terhadap pesan, maka semakin tinggi pula sikap untuk berhenti merokok, dimana derajat korelasi keduanya kuat yaitu 0,638. Dari hasil tersebut dilakukan perhitungan koefisien determinasi yaitu 0,6382 x 100%, maka menghasilkan prosentase sebesar 40,7%. Nilai R2 menunjukan bahwa sikap untuk berhenti merokok dapat dipengaruhi oleh variabel tingkat ketertarikan terhadap pesan sebesar 40,7%.

Dari hasil tersebut menunjukan hubungan yang kuat antara tingkat ketertarikan terhadap pesan dengan sikap untuk berhenti merokok. Hal ini membuktikan bahwa daya tarik negatif yang menggunakan kedekatan berupa rasa takut dan rasa bersalah pada pesan iklan layanan masyarakat mampu menarik perhatian audiens. Selain itu penggunaan rasa takut yang menyebutkan konsekuensi negatif dari perilaku yang tidak baik akan mampu memperkuat makna dari pesan yang disampaikan. Dan penggunaan rasa bersalah dalam sebuah pesan juga akan menambah kesan negatif yang digunakan untuk membujuk para audiens dengan menegaskan atau menyimpulkan bahwa rasa bersalah dapat dihapus dengan mengikuti anjuran yang terdapat pada pesan iklan. Dengan beberapa alasan diatas maka hal itu bisa menjadi salah satu sebab hubungan yang kuat antara dua variabel tersebut.

(26)

c. Hubungan antara tingkat ketertarikan terhadap endorser (X3)

dengan sikap untuk berhenti merokok (Y) Rumusan untuk H3 dalam penelitian ini:

: p = 0 Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat ketertarikan terhadap endorser dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X3) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y). : p ≠ 0 Ada hubungan yang signifikan antara tingkat ketertarikan

terhadap endorser dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X3) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y).

Berikut ini merupakan hasil ouput perhitungan korelasi menggunakan program SPSS 16 for Windows.

Tabel 3.20

Hasil Uji Korelasi antara tingkat ketertarikan terhadap

endorser dengan sikap untuk berhenti merokok Tingkat Ketertarikan Endorser Sikap untuk Berhenti Merokok Kendall’s tau_b Tingkat Ketertarikan

Endorser

Correlation Coefficient 1.000 .599”

Sig. (2-tailed) .000

N 68 68

Sikap untuk Berhenti Merokok

Correlation Coefficient .599” 1.000

Sig. (2-tailed) .000

N 68 68

(27)

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat ketertarikan terhadap endorser (X3) iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok (Y) dengan nilai korelasi 0,599 dengan signifikansi 0,000. Hasil output menunjukan signifikasi sebesar 0,000 ≤ 0,01 (lebih kecil) maka H3 dalam penelitian ini diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketertarikan terhadap endorser dalam iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok.

Arah hubungan antara tingkat ketertarikan terhadap endorser dengan sikap untuk berhenti merokok adalah positif sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat ketertarikan terhadap endorser, maka semakin tinggi pula sikap untuk berhenti merokok, dimana derajat korelasi keduanya sedang yaitu 0,599. Dari hasil tersebut dilakukan perhitungan koefisien determinasi yaitu 0,5992 x 100%, maka menghasilkan prosentase sebesar 35,9%. Nilai R2 menunjukan bahwa sikap untuk berhenti merokok dapat dipengaruhi oleh variabel tingkat ketertarikan terhadap endorser sebesar 35,9%.

Tingkat ketertarikan terhadap endorser mempunyai hubungan dengan derajat korelasi yang sedang terhadap sikap untuk berhenti merokok. Hal ini membuktikan bahwa daya tarik yang dimunculkan seorang endorser mampu menarik perhatian audiens. Ketertarikan

(28)

terhadap endorser yang digunakan berupa pendekatan akan kesamaan yang terdapat pada diri endorser sebagai orang yang terkena dampak negatif dari asap rokok. Kesamaan ini juga didukung dengan penojolan akan fisik yang melihatkan dampak negatif dari rokok serta memunculkan kekuatan karakter yang ada pada diri endorser. Namun setiap orang pasti memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melihat ketertarikan terhadap sesuatu hal. Dengan demikian maka hal itu bisa menjadi salah satu sebab hubungan yang sedang antara dua variabel tersebut.

d. Hubungan antara tingkat keahlian endorser (X4) dengan sikap

untuk berhenti merokok (Y)

Rumusan untuk H4 dalam penelitian ini:

: p = 0 Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat keahlian endorser dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X4) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y).

: p ≠ 0 Ada hubungan yang signifikan antara tingkat keahlian endorser dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X4) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y).

(29)

Berikut ini merupakan hasil ouput perhitungan korelasi menggunakan program SPSS 16 for Windows.

Tabel 3.21

Hasil Uji Korelasi antara tingkat keahlian endorser dengan sikap untuk berhenti merokok

Tingkat Keahlian Endorser Sikap untuk Berhenti Merokok Kendall’s tau_b Tingkat Keahlian

Endorser

Correlation Coefficient 1.000 .464”

Sig. (2-tailed) .000

N 68 68

Sikap untuk Berhenti Merokok

Correlation Coefficient .464” 1.000

Sig. (2-tailed) .000

N 68 68

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil analisis menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat keahlian endorser (X4) iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok (Y) dengan nilai korelasi 0,464 dengan signifikansi 0,000. Hasil output menunjukan signifikasi sebesar 0,000 ≤ 0,01 (lebih kecil) maka H4 dalam penelitian ini diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keahlian endorser dalam iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok.

Arah hubungan antara tingkat keahlian endorser dengan sikap untuk berhenti merokok adalah positif sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat keahlian endorser, maka semakin tinggi pula

(30)

sikap untuk berhenti merokok, dimana derajat korelasi keduanya sedang yaitu 0,464. Dari hasil tersebut dilakukan perhitungan koefisien determinasi yaitu 0,4642 x 100%, maka menghasilkan prosentase sebesar 21,5%. Nilai R2 menunjukan bahwa sikap untuk berhenti merokok dapat dipengaruhi oleh variabel tingkat keahlian endorser sebesar 21,5%.

Hasil pengujian menunjukan hubungan yang sedang antara tingkat keahlian endorser dengan sikap untuk berhenti merokok. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seorang endorser mengenai bahaya asap rokok dapat mempengaruhi audiens. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa audiens akan merasa lebih percaya terhadap endorser yang memiliki keahlian sesuai konteks iklan. Namun endorser yang memiliki kredibilitas yang baik tidak hanya memiliki keahlian, tetapi juga harus memiliki kepercayaan sehingga endorser merasa lebih yakin dalam menerima pesan tersebut. Dengan alasan seperti itu yang bisa menjadi salah satu penyebab hubungan yang sedang antara dua variabel tersebut.

e. Hubungan antara tingkat kepercayaan endorser (X5) dengan sikap

untuk berhenti merokok (Y)

(31)

: p = 0 Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan endorser dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X5) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y).

: p ≠ 0 Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan endorser dalam iklan layanan masyarakat anti rokok (X5) dengan sikap untuk berhenti merokok (Y).

Berikut ini merupakan hasil ouput perhitungan korelasi menggunakan program SPSS 16 for Windows.

Tabel 3.22

Hasil Uji Korelasi antara tingkat kepercayaan endorser dengan sikap untuk berhenti merokok

Tingkat Kepercayaan Endorser Sikap untuk Berhenti Merokok Kendall’s tau_b Tingkat Kepercayaan

Endorser

Correlation Coefficient 1.000 .547”

Sig. (2-tailed) .000

N 68 68

Sikap untuk Berhenti Merokok

Correlation Coefficient .547” 1.000

Sig. (2-tailed) .000

N 68 68

(32)

Berdasarkan hasil analisis menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan endorser (X5) iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok (Y) dengan nilai korelasi 0,547 dengan signifikansi 0,000. Hasil output menunjukan signifikasi sebesar 0,000 ≤ 0,01 (lebih kecil) maka H5 dalam penelitian ini diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan endorser dalam iklan layanan masyarakat anti rokok dengan sikap untuk berhenti merokok.

Arah hubungan antara tingkat kepercayaan endorser dengan sikap untuk berhenti merokok adalah positif sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi kepercayaan endorser, maka semakin tinggi pula sikap untuk berhenti merokok, dimana derajat korelasi keduanya sedang yaitu 0,547. Dari hasil tersebut dilakukan perhitungan koefisien determinasi yaitu 0,5472 x 100%, maka menghasilkan prosentase sebesar 29,9%. Nilai R2 menunjukan bahwa sikap untuk berhenti merokok dapat dipengaruhi oleh variabel tingkat kepercayaan endorser sebesar 29,9%.

Dari hasil penghitungan tingkat kepercayaan endorser berhubungan signifikan terhadap sikap untuk berhenti merokok dengan derajat korelasi yang sedang. Kejujuran, integritas serta objektifitas yang terdapat pada diri endorser nyatanya mampu

(33)

membentuk keyakinan akan pesan yang disampaikan. Sama halnya dengan keahlian pada endorser, seorang endorser yang memiliki kredibilitas yang baik harus juga memiliki keahlian dan kepercayaan sehingga audiens akan merasa yakin dengan pesan yang disampaikan oleh endorser maka audiens lebih merasa percaya. Dengan beberapa alasan diatas maka hal itu bisa menjadi salah satu penyebab hubungan antara dua variabel tersebut sedang.

Referensi

Dokumen terkait

Kegagalan Sumber Daya Manusia Pemerintah Daerah dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi pada DPKAD Kabupaten Bone Bolango dalam hal ini penyusunan laporan keuangan

Berdasarkan SNI 19-6724-2002 tentang Jaring Kontrol Horisontal (2002), pengertian jaring kontrol horisontal merupakan kumpulan titik kontrol horisontal yang saling

Metode Job Order Costing / Metode Perhitungan biaya berdasarkan pesanan merupakan suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan berdasarkan

Berdasarkan table di atas diperolah hasil Keterampilan guru dalam pembelajaran PKn menggunakan Model Pembelajaran Tari Bambu di kelas IV SDN 1 Wates Kecamatan

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal di atas 38 °C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.

Demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan asimtomatik. Timbulnya gejala klinis biasanya bertahap dengan manifestasi demam

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan survey ini, secara umum tingkat kepuasan mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, lulusan dan pengguna sudah sangat

Dalam latar belakang juga dibahas mengenai permasalahan yang terkait dengan penerapan metode Yamaha dalam pembelajaran biola tingkat dasar di Braga Music