• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

WORKSHOP PENYUSUNAN DRAFT

BLUE PRINT SISTEM UJI KOMPETENSI BIDAN

KOMPONEN 2 PROYEK HPEQ

Direktorat Akademik

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan Nasional

(2)

1. Pendahuluan

Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tersedianya pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas, maka permasalahan yang menyangkut pendidikan bidan sebagai penyedia tenaga bidan di Indonesia dewasa ini semakin kompleks dan majemuk. Untuk menjaga kualitas perlu dilakukan berbagai upaya. Salah satu upaya penting adalah menata sistem dan kualitas ujian karena ujian atau assessment sangat dipercaya akan memberikan efek positif terhadap proses pembelajaran.

Di sisi lain, perubahan tuntutan pelayanan kesehatan mengakibatkan perubahan pada tatanan pelayanan dan sistem kesehatan, sehingga kebutuhan akan tenaga kesehatan mengalami pergeseran pula. Kebutuhan tenaga bidan saat ini baik dari segi kuantitas maupun kualitas makin meningkat seiring dengan proses globalisasi dan berkembangnya perdagangan bebas serta meningkatnya iklim kompetisi di dalam dan luar negeri. Disamping itu, paradigma pengelolaan pendidikan bidan semakin menuntut adanya standarisasi, akuntabilitas, inovasi/pengembangan, serta penjaminan kualitas proses dan luaran pendidikan bidan di Indonesia.

Salah satu upaya yang sedang di lakukan saat ini adalah meningkatan sistem ujian pada pendidikan tenaga kesehatan khususnya bidan yang menjadi salah satu fokus dari Komponen 2 Proyek HPEQ. Salah satu target pencapaian komponen 2 adalah proses pembuatan soal ujian tulis yang berkualitas, komprehensif, dan sesuai dengan tingkat kompetensi yang diharapkan. Cakupan atau tingkat kompetensi yang diharapkan dalam ujian tersebut perlu terwakilkan sehingga materi yang diujikan nanti mencakup aspek penting dari kompetensi yang ingin diujikan. Untuk itu, diperlukan suatu blue print yang memuat ruang lingkup ujian yang akan dilaksanakan. Blue print merupakan salah satu komponen yang cukup penting dalam assessment dan sangat membantu dalam memilih dan merencanakan jenis pengetahuan dan keterampilan yang akan diujikan.

Diharapkan dengan kegiatan penyusunan blue print uji kompetensi bidan yang merupakan bagian dari program sub komponen 2.2 yang bertujuan untuk memperbaiki metodologi dan manajemen ujian berbasis standar nasional, akan menjadi dasar pengetahuan dan acuan dalam proses pembuatan soal uji kompetensi bidan selanjutnya. Mutu soal yang dihasilkan akan lebih sesuai dengan tujuan pencapaian kompetensi dan pada akhirnya dapat mempercepat pencapaian KPI pelaksanaan CBT dan OSCE yang semula direncanakan untuk diimplementasikan pada tahun 2014.

2. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya workshop ini adalah :

1. Untuk menyusun kerangka umum dan rancangan sistem Uji Kompetensi Bidan Indonesia. 2. Untuk menyusun rancangan kisi – kisi dan standar kelulusan Uji Kompetensi Bidan

(3)

3. Output Workshop

Draft Blue print yang telah disepakati oleh stakeholder bidan di Indonesia. 4. Metode Pelaksanaan Workshop

Workshop Penyusunan Blue print Uji Kompetensi Bidan dilaksanakan pada tanggal 17 – 18 Juli 2010 di Hotel Goodway, Batam. Workshop ini dihadiri oleh 27 peserta, terdiri dari institusi perwakilan AIPKIND dan IBI masing-masing wilayah. Antusiasme peserta cukup baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta 23 orang dengan participation rate mencapai 77 % dari jumlah undangan yang seharusnya 30 orang.

Workshop dilaksanakan dalam dengan 2 metode, yaitu dengan metode presentasi narasumber yang disertai dengan diskusi interaktif dan diskusi kelompok yang diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan blue print yang akan digunakan untuk uji kompetensi bidan. Diskusi dibagi menjadi 2 kelompok besar untuk menghasilkan 2 alternatif rancangan blue print bidan yang menampung aspirasi dari tiap perwakilan stakeholder. Beberapa referensi yang digunakan sebagai bahan diskusi diantaranya adalah contoh blue print UKDI, UKDGI, ners dan beberapa lesson learned dari negara lain, seperti blue print Canada (CPNRE) dan blue print US (NCLEX). Apabila dibandingkan dengan rencana kegiatan yang tertera pada TOR, pada implementasinya, acara berjalan agak terlambat dari jadwal dikarenakan acara dimulai terlambat sekitar empat puluh menit, tetapi tidak berdampak pada waktu pelaksanaan tiap sesi workshop. Berikut adalah rundown acara workshop:

Waktu Acara Pelaksana

Selasa, 06 Juli 2010

15.00 – 15.50 Pembukaan dan Pengantar Ketua AIPKIND 15.100 – 16.30

-Materi 1: Penjelasan mengenai blue print (pada bidang kedokteran)

-Diskusi

Narasumber : Sari Puspa Dewi 16.30 – 18.00 Arahan diskusi kelompok Yetty L Irawan

18.00 – 19.30 ISHOMA

19.30 – 22.00

Kerja Kelompok :

-Penyusunan kesepakatan blue print uji kompetensi untuk bidan (dilihat dari berbagai tinjauan)

Dewi P, Yetty L, Setiawa, Sari Puspa Dewi

Rabu, 7 Juli 2010 08.45 – 10.00 Presentasi hasil diskusi kelompok

Diskusi Interaktif

Dewi P, Yetty L, Setiawa, Sari Puspa Dewi

10.00 – 10.30 Rapat Pleno penetapan blue print Yetty L Irawan

(4)

5. Hasil Kegiatan

Sesi utama pada workshop ini adalah penjelasan dari narasumber, Sari Puspa Dewi, terkait pentingnya penyusunan blue print dalan uji kompetensi. Penjelasan yang diberikan oleh narasumber dari KB UKDI ini dianggap benar-benar dapat memberi gambaran kepada peserta workshop dalam menyusun sistem ujian dan standar kompetensi ujian, lesson learned dari penyelenggaraan UKDI yang telah dilaksanakan selama 13 periode. Berdasarkan paparan yang diberikan, uji kompetensi harus dipandang sebagai suatu sistem yang pada akhirnya akan bermuara pada implementasi uji kompetensi yang berstandarisasi nasional. Selain itu, dijelaskan pula kaitan antara blue printing dengan metode ujian. Blueprint merupakan pijakan awal meningkatkan usefulness dari assessment. Fungsi assessment berkaitan dengan reliability, validity, acceptability, educational impact dan cost. Perlu decision based on the value dan perlu dilakukan review terus-menerus terhadap blue print yang disusun.

Selanjutnya dari sisi organisasi profesi, LO komponen 2, Yetty L Irawan, memberikan penjelasan mengenai situasi terkini terkait perkembangan standar profesi bidan dan uji kompetensi bidan yang telah dilaksanakan selama ini. Peserta diharapkan dapat menyusun blue print dengan hasil yang baik berdasarkan tinjauan-tinjauan yang telah diberikan.

Selain itu, beberapa catatan penting dari sesi penjelasan materi dan diskusi interaktif pada workshop adalah sebagai berikut :

• Setiap profesi memiliki area kompetensi yang berbeda. Apakah semua area kompetensi harus dimasukkan ke dalam blue print (hanya persentasenya yg berbeda). Uji kompetensi diharapkan dapat mencerminkan semua area kompetensi, hanya persentase priotitasnya yg berbeda • Kompetensi bidan yang tersusun saat ini baru pada tahap judgement internal

• Blue print yang akan dihasilkan dari workshop kali ini masih peru disinkronisasi dengan sistem yang sudah disusun oleh Kemkes

• Penyusunan blue print dapat disusun sekaligus untuk MCQ ataupun OSCE karena berbasis pada standar kompetensi yang sama

• Penyusunan blue print didasarkan pada tinjauan yang tergantung dari needs masing-masing profesi. Perubahan prosentase tiap blue print juga disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan

• Pada dasarnya, uji institusi harus dinilai secara komperehensif. Disisi lain, uji nasional merupakan penilaian terhadap aspek-aspek tertentu yang dianggap sangat penting (snap shot) karena targetnya adalah pencapaian level kompetensi minimum

• Uji nasional menilai kompetensi inti (80 % isi kurikulum yang bersifat nasional). 20 % muatan lokal yang ditentukan oleh masing-masing institusi, tidak dapat dimasukkan ke dalam uji nasional

• Dengan sosialisasi blue print uji kompetensi kepada peserta uji, maka peserta dapat aware dan dapat belajar lebih awal terhadap materi yang akan diujikan

• Uji kompetensi sebaiknya dilaksanakan pada masa pendidikan (sebelum wisuda, sesudah yudisium)

• Uji kompetensi harus memberikan feedback kepada sistem pembelajaran (prinsip : assessment drives learning). Di sisi lain, Uji kompetensi sebaiknya dapat mencerminkan reasoning skill Setelah sesi presentasi narasumber, selanjutnya adalah sesi diskusi kelompok untuk menyusun draft blue print. Sebelumnya dilakukan pengarahan dari narasumber terkait hal-hal yang menjadi

(5)

peganagan dalam diskusi kelompok, termasuk menentukan template blue print. Pada akhirnya, template yang dpilih mengacu pada template blue print UKDI. Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan untuk penyusunan blue print ini adalah sebagai berikut :

• Karena standar kompetensi belum tersusun, maka gunakan referensi yang ada saat ini terlebih dahulu (menggambarkan body of knowledge bidan), tetapi dengan menggunakan paradigma terbaru (kondisi yang hendak dicapai)

• Basis penyusunan blue print adalah kurikulum yang dikembangkan sekarang dan standar kompetensi yang sedang disusun (sesuai Kepmenkes No. 369 tentang standar kompetensi bidan) • Semua area kompetensi akan dimasukkan ke dalam template blue print, dengan penentuan

proporsi tiap area kompetensi berdasarkan prioritas

• Fokus item development adalah kompetensi-kompetensi yang sering ditemui/dilakukan oleh seorang bidan (memiliki bobot yang lebih besar)

• Level of competence yang diuji terdiri dari kompetensi inti (80%) dan kompetensi penunjang/muatan lokal (20%)

• Semakin banyak tinjauan, maka akan semakin banyak perspektif pemahaman terhadap soal. Implikasi lainnya adalah akan semakin tinggi tingkat kontingensinya dan semakin banyak soal yang harus dihasilkan

• Setiap soal harus memiliki uniqueness terhadap tinjauan tertentu  harus jelas perbedaan soal untuk tiap tinjauan

Berdasarkan hasil diskusi kelompok, dihasilkan beberapa catatan penting yang menjadi landasan kesepakatan blue print uji kompetensi bidan, yaitu sebagai berikut :

• Draft blue print awal disusun dgn menggunakan 7 tinjauan

• Berdasarkan blue print yg disusun, soal akan lebih banyak mengarah pada reasoning • Perlu penyamaan persepsi mengenai pentingnya “recall” dan “reasoning”

• Apabila soal recall masih dimunculkan (meskipun prosentase kecil), maka memang diperlukan tinjauan

• Apabila tidak ada recall (100 % reasoning), maka tidak perlu tinjauan

• Pertanyaan dasar yang perlu disepakati bersama oleh tiap item writer : apakah soal recall masih dibutuhkan pada uji kompetensi ? Apa alasannya ?

• Perlu kecermatan dalam menyusun vignette. Tidak perlu semua informasi diberikan, sehingga soal yang seharusnya reasoning bisa menjadi recall

• Konsep recall dan reasoning bisa disandingkan dengan konsep taxonomy bloom ( C1 & C2 : recall, C3 dst : reasoning)

• Prinsip soal reasoning : peserta harus menganalisis secara sistematis untuk menentukan jawaban yang akan dipilih

• Dibutuhkan landasan dasar mengenai soal yang masuk dalam kategori recall atau reasoning untuk selanjutnya contoh soal disosialisasikan kepada para item writer dan item reviewer • Bagi para item reviewer, setiap soal yang masuk kategori recall tidak perlu direview Alasan mengenai masih digunakannya soal recall, meskipun proporsinya sangat kecil :

• karena saat ini adalah tahap awal, supaya tidak salah dalam memilah soal recall dan reasoning • soal uji di tingkat institusi masih dibolehkan recall, akan tetapi untuk uji nasional, recall sudah

dihilangkan

(6)

Kesepakatan terkait template blue print :

Soal recall tidak perlu dimasukkan ke dalam bank soal, karena soal reasoning sudah mengcover soal recall. Apabila masih dibutuhkan, proporsinya harus sangat kecil < 10 %.

Tinjauan 3 dihilangkan (dengan proporsi soal recal 0 – 10 %, reasoning 90 – 100%) Blue print terdiri dari 6 tinjauan

Konsep Ilmuwan dihilangkan dari blue print dan dalam konteks vokasi, ilmuwan dapat dikategorikan sebagai evidence based (pengembangan diri dan profesionalisme)

Detail rancangan blue print secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. 6. Refleksi

Setelah dilakukan analisa hasil kegiatan, selanjutnya perlu dilakukan refleksi sebagai bentuk evaluasi pelaksanaan workshop ditinjau dari beberapa perspektif penilaian terkait aspek substansi dan aspek teknis. Untuk menilai kedua aspek tersebut disebarkan kuesioner untuk memotret gap antara tingkat kepentingan yang mencerminkan harapan peserta workshop dan persepsi yang dirasakan oleh para peserta workshop pada kondisi saat ini. Setelah memetakan gap persepsi dan kepentingan tersebut, diharapkan gap dapat direduksi dengan rencana tindak lanjut yang strategis.

Penilaian terhadap aspek substansi meliputi parameter input, proses dan output terkait penyusunan blue print sistem uji kompetensi bidan. Di sisi lain, aspek teknis menilai beberapa parameter terkait pelaksanaan workshop. Berikut adalah parameter penilaian, baik dari untuk aspek substansi maupun teknis.

A. Parameter Penilaian Aspek Susbtantif

NO PARAMETER

Input Penyusunan Blueprint Uji Kompetensi Bidan

A Blueprint Uji Kompetensi Bidan disusun mempertimbangkan kepentingan stakeholder B Blueprint Uji Kompetensi Bidan disusun berdasarkan berbagai tinjauan yang penting C Tujuan dan manfaat Blueprint Uji kompetensi Bidan telah dipahami

D Pendidikan vokasi dan profesi Bidan memiliki batasan kompetensi yang berbeda Proses Penyusunan Blueprint Uji Kompetensi Bidan

F Orientasi di awal memberikan kejelasan tujuan workshop

G Setiap peserta mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide dan pendapat di dalam kelompok

H Narasumber telah menyampaikan materi dengan jelas I Fasilitator memandu diskusi dalam kelompok dengan baik

Output Penyusunan Blueprint Uji Kompetensi Bidan

K Blueprint Uji Kompetensi Bidan disepakati oleh stakeholder terkait L Blueprint Uji Kompetensi Bidan dapat diimplementasikan dengan mudah

(7)

B. Parameter Penilaian Aspek Teknis

NO PARAMETER

O TOR workshop memberikan big picture mapping pelaksanaan workshop dan target yang hendak dicapai

P Efektivitas metode pelaksanaan workshop (presentasi dan diskusi kelompok) dalam menghasilkan output sesuai target

Q Output workshop menjadi referensi utama untuk workshop-workshop selanjutnya R Responsiveness pelayanan yang diberikan oleh panitia

S Kenyamanan tempat pelaksanaan workshop menunjang produktivitas workshop

Kuesioner monev ini disebarkan kepada 23 peserta workshop. Hampir semua kuesioner yang disebarkan, dapat diterima kembali oleh tim monev (92 % dari jumlah kuesioner yang disebarkan). Berdasarkan hasil rekap kuesioner, berikut adalah pemetaan gap persepsi dan harapan peserta terhadap beberapa parameter penilaian.

Berdasarkan grafik pemetaan gap persepsi – kepentingan tersebut, dapat dilihat secara jelas bahwa density terbesar terdapat pada kolom 4, yaitu pencapaian excellence. Hal ini mengindikasikan hal yang sangat baik, dimana gap antara tingkat kepentingan dan persepsi yang dirasakan peserta pada saat ini sangat kecil. Hampir semua parameter penilaian yang dianggap sangat penting telah dirasakan sangat sesuai dengan kondisi yang dirasakan saat ini. Hanya ada beberapa peserta yang menganggap beberapa aspek penilaian tersebut tingkat kepentingannya rendah dan persepsi yang dirasakan saat ini juga tidak begitu sesuai. Hal ini mengindikasikan bahwa beberapa peserta tersebut menginginkan re-review terhadap beberapa hal terkait aspek input, proses dan output dari penyusunan blue print sistem uji kompetensi bidan.

Dari aspek substansi, tingkat kepentingan tertinggi dinilai oleh peserta untuk aspek – aspek berikut : • Orientasi di awal memberikan kejelasan tujuan workshop

(8)

• Blueprint Uji Kompetensi Bidan disusun berdasarkan berbagai tinjauan yang penting

Persepsi peserta pada kondisi saat ini terhadap parameter penilaian yang dianggap sangat penting tersebut telah dinilai sesuai. Arahan sekretaris eksekutif proyek terhadap tujuan dan target yang hendak dicapai dari pelaksanaan workshop ini dinilai telah memberi insprirasi kepada peserta terhadap apa yang harus dicapai dan apa implikasi dari output yang dicapai workshop kali ini untuk perencanaan strategis sistem uji kompetensi. LO komponen 2 dari AIPKIND (Yetty L Irawan dan Dewi Purwaningsih), sebagai PIC untuk workshop ini juga telah memberikan arahan yang jelas untuk diskusi kelompok. Lebih lanjut lagi terkait blue print yang akan disusun, para peserta berpendapat bahwa satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah blue print uji kompetensi bidan seharusnya disusun berdasarkan berbaai tinjauan yang penting dalam profesi bidan.

Sedangkan dari aspek teknis, tingkat kepentingan tertinggi dinilai oleh peserta untuk aspek – aspek berikut :

• Responsiveness pelayanan yang diberikan oleh panitia

• Kenyamanan tempat pelaksanaan workshop menunjang produktivitas workshop

Persepsi peserta pada kondisi saat ini terhadap parameter penilaian yang dianggap sangat penting untuk aspek tersebut telah dinilai sangat sesuai. Panitia sudah dinilai sangat baik dalam memberikan pelayanan kepada peserta dalam mendukung kelancaran workshop, baik dalam segi substansial maupun administratif. Selain itu, tempat workshop dirasakan sangat nyaman dan kondusif untuk efektivitas pelaksanaan workshop.

Berdasarkan evaluasi monev tersebut, dapat disimpulkan bahwa output yang diharapkan dari workshop ini, yaitu draft blue print sistem uji kompetensi merupakan hal sangat krusial untuk mendukung peningkatan kualitas sistem ujian profesi bidan yang sejalan dengan sub komponen 2.2, yaitu memperbaiki metodologi dan manajemen ujian berbasis standar nasional, akan menjadi dasar pengetahuan dan acuan dalam proses pembuatan soal uji kompetensi bidan selanjutnya. Selain itu, dengan blue print ini diharapkan dapat menghasilkan standar kelulusan uji kompetensi bidan Indonesia.

Penilaian secara umum, workshop kali sudah on target dalam menghasilkan draft blue print sistem uji kompetensi yang dalam waktu dekat akan digunakan sebagai dasar pengembangan soal uji kompetensi profesi bidan.

Selanjutnya, beberapa rekomendasi juga diberikan oleh peserta terkait aspek substantif dan teknis, yaitu sebagai berikut :

Rekomendasi terhadap penyusunan blue print kompetensi bidan dari sisi substansi : • Perlu disusun guidance untuk pembuat soal dan peserta uji selain blue print, misalnya : - list of problem (melengkapi tinjauan 6)

- list of skills (melengkapi tinjauan 1)

- list of self development (menggantikan ilmuwan)

• Tidak perlu dibuat tinjauan tersendiri, karena sudah tersirat pada tinjauan yang ada, tetapi dibuat keterangan tambahan yang mencerminkan kebutuhan tiap tinjauan (dimasukkan ke dalam lampiran tinjauan)

• Guidance ini dapat digunakan oleh para item writer untuk menentukan jumlah soal yang harus dibuat berdasarkan kebutuhan tiap tinjauan

(9)

• Kesepakatan-kesepakatan (dilengkapi dengan alasan) mengenai blue print perlu dituliskan dalam suatu dokumen resmi untuk selanjutnya dapat disosialiasikan kepada pihak-pihak terkait

Rekomendasi perbaikan untuk pelaksanaan workshop :

-Hasil workshop sebaiknya diberikan kepada peserta untuk dipelajari lebih lanjut dan dijadikan acuan dalam pembuatan soal berikutnya

-Perhatikan aspek continouty dan pemberitahuan di undangan terkait materi yang sebaiknya dipersiapkan oleh peserta sebagai referensi substansi workshop

-Perlu dipersiapkan panduan untuk diskusi kelompok

-Perlu dipersiapkan fasilitator yang menguasai permasalahan profesi bidan -Pengiriman undangan jangan terlalu mendesak

7. Rencana Tindak Lanjut

Berdasarkan analisa output kegiatan, evaluasi pelaksanaan workshop, refleksi dan feedback dari peserta workshop beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai bentuk improvement dan rencana tidak lanjut untuk menjaga sustainability output utama dari workshop ini, yaitu draft blue print sistem uji kompetensi bidan adalah sebagai berikut :

a) Output dari workshop perlu didokumentasikan dalam naskah blue print yang akan menjadi pedoman tiap item writer dan dapat digunakan pada workshop item development bidan gelombang 2 yang akan dilaksanakan pada tanggal 22-23 Juli 2010 di Medan.

b) Pembentukan tim pokja untuk menyelesaikan naskah blue print bidan (PIC : Dewi Purwaningsih), dengan tupoksi sebagai berikut :

Bab I: pendahuluan : latar belakang, tujuan, landasan hukum (Sajabibi) Bab II: proses penyusunan blue print (Gita Nirmala & Diana Hartaty) Bab III: hasil akhir (Dewi Purwaningsih dan Yulinda

8. Penutup

Upaya pembuatan blue print berdasarkan standar kompetensi bidan diharapkan dapat menjadi sebuah acuan dalam penyusunan butir soal baik untuk uji tulis maupun uji OSCE. Dengan tersusunnya blue brint ini akan diperoleh soal yang berkualitas dan dalam koridor kompetensi bidan. Referensi :

• Materi Presentasi Narasumber • Draft blue print bidan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penghitungan Kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan sebagai penambah (pengurang) Pajak

Agroindustrial Technology Education Study Program core subjects mastery has a positive and significant impact on PPL implementation, professional skills subjects mastery has

View publication stats View

(1) Struktur Organisasi Pemerintahan Wilayah Kecamatan yang berlaku sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini tetap berlaku sampai dengan waktu berlakunya Peraturan Menteri

Terapi Musik Untuk Balita (Panduan Untuk Mengoptimalkan K ecerdasan Anak Melalui Musik). Habis melahirkan kok m alah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan debu lingkungan kerja dan masa kerja dengan kapasitas fungsi paru pada pekerja bagian workshop PT Rosalia Indah

ED PSAK 19 (Penyesuaian 2015) mengklarii kasi bahwa ketika entitas menggunakan model revaluasi, jumlah tercatat aset disajikan kembali pada jumlah revaluasiannya, sehingga

Tujuan yang diharapkan dari penelitian pengembangan ini adalahuntuk (1) Mendeskripsikan desain pengembangan media pembelajaran dalam bentuk multimedia dengan model